Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam.
Karena dengan rahmat-Nya Buku Manajemen Data dan Informasi Kesehatan Satu
Pintu telah dapat disusun, sebagai salah satu keluaran dari pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah.
Telah kita ketahui bersama bahwa data dan informasi memegang peranan
sangat penting dalam pengambilan keputusan dan perencanaan, atau dengan kata lain
menjadi tulang punggung pengambilan keputusan. Sudah barang tentu kualitas data
dan informasi harus baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Maka perlu diupayakan
suatu pola dalam mengelola data agar menjadi lebih baik, berdaya guna dan berhasil
guna. Salah satu upaya tersebut adalah dengan manajemen data dan informasi
kesehatan satu pintu.
Manajemen data dan informasi kesehatan satu pintu adalah pengelolaan data
dan informasi kesehatan mulai dari input (sumber data), pengumpulan,
pengolahan, analisis, penyajian dan publikasi data & informasi baik ditingkat
Puskesmas dengan jaringannya, tingkat kabupaten dengan jaringannya, serta
tingkat provinsi dengan jaringannya yang terintergrasi pada satu pusat / pengelola
data.
Tujuan dari pengembangan Manajemen Data dan Informasi Kesehatan Satu
Pintu adalah terwujudnya pengelolaan data dan informasi kesehatan yang
terintergrasi pada satu pusat / pengelola data yang berdaya guna dan berhasil guna,
sehingga dapat menjadi tulang punggung pengambilan keputusan yang berbasis
pada data (evidence based).
Dalam aplikasinya, manajemen data dan informasi kesehatan satu pintu
melibatkan banyak pihak. Maka partisipasi, terlebih dukungan para pengambil
kebijakan di semua tingkatan akan sangat menentukan keberhasilan program ini.
Halaman Judul
I. LATAR BELAKANG…………………………………………………. 1
II. PENGERTIAN………………………………………………………… 3
III. VISI, MISI dan TUJUAN…………………………………………….. 4
1. Visi…………………………………………………………………. 4
2. Misi…………………………………………………………………. 5
3. Tujuan……………………………………………………………… 7
IV. ARAH KEBIJAKAN …………………………………………………. 7
V. MUATAN DATA …………………………………………………….. 8
1. Tingkat Puskesmas dengan jaringannya ……………………….. 9
2. Tingkat Kabupaten dengan jaringannya……………………….. 9
3. Tingkat Provinsi dengan jaringannya……………………….. 9
VI. PENGORGANISASIAN DAN MEKANISME ALIRAN DATA 10
DAN INFORMASI
1. Total Jaringan…………………………………………………….. 10
2. Tingkat Puskesmas dengan jaringannya……………………….. 13
3. Tingkat Kabupaten dengan jaringannya……………………….. 14
4. Tingkat Provinsi dengan jaringannya…………………………... 16
VII. TEKNOLOGI YANG DIPAKAI 17
1. Tingkat Puskesmas dengan jaringannya……………………….. 17
2. Tingkat Kabupaten dengan jaringannya……………………….. 18
3. Tingkat Provinsi dengan jaringannya………………………….. 24
VIII. PENGANGGARAN 25
1. Tingkat Puskesmas dengan jaringannya……………………….. 25
2. Tingkat Kabupaten dengan jaringannya……………………….. 26
3. Tingkat Provinsi dengan jaringannya………………………….. 27
IX. PENEGASAN 27
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I : Format laporan data satu pintu pusk dan jaringannya
I. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam rangka mencapai Jawa
Tengah Sehat 2010 yang mandiri dan bertumpu pada potensi daerah tidak bisa
dilakukan sendiri oleh sektor kesehatan, tapi harus dilakukan secara holistik
bersama stake holder dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan program pembangunan
kesehatan yang dilakukan oleh sektor kesehatan maupun non kesehatan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan merupakan data / fakta yang perlu dicatat
dan dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi. Peran data dan informasi
program pembangunan kesehatan terasa makin diperlukan guna pengambilan
keputusan di setiap program, tahapan dan jenjang administrasi.
Sebelum dilakukan proses penataan kembali SIK, diperlukan suatu evaluasi yang
mendalam tentang kekuatan dan kelemahan dari SIK yang telah ada. Selanjutnya
difokuskan pada bidang-bidang yang kurang berfungsi atau merupakan prioritas
bagi daerah yang bersangkutan. Dalam pengembangannya, SIK masih mengalami
hambatan-hambatan sehingga belum berjalan sebagaimana mestinya. Berbagai
faktor yang menjadi penghambat antara lain meliputi :
Sistem-sistem pencatatan dan pelaporan yang ada saat ini belum terkoordinasikan
dalam satu mekanisme kerjasama. Sebagian besar daerah masih kurang memiliki
kemampuan untuk mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan. Pemanfaatan
data dan informasi dalam manajemen kesehatan belum optimal akibat belum
berkembangnya sistem kesehatan dan manajemen kesehatan di berbagai tingkat.
Pemanfaatan data dan informasi kesehatan oleh masyarakat cenderung meningkat,
tetapi sistem informasi kesehatan belum dapat mengimbanginya. Pemanfaatan
teknologi informatika dalam Sistem Informasi Kesehatan belum optimal.
Dana untuk pengembangan Sistem Informasi Kesehatan masih terbatas. Belum
banyak tenaga purna waktu pengelola Sistem Informasi Kesehatan yang
menduduki jabatan fungsional. Terbatasnya SDM yang menangani Sistem
Informasi Kesehatan, meliputi jumlah tenaga yang belum memadai, kurang
tanggap akan perkembangan teknologi (gaptek), distribusi dan penempatan yang
kurang sesuai.
Pada saat ini Sistem Informasi masih terkotak-kotak belum terintegrasi, untuk
mekanisme aliran data ada yang melalui jalur program / proyek atau melalui jalur
pusat / pengelola data. Disamping itu perkembangan teknologi informasi yang
sangat cepat belum diimbangi dengan kemampuan pemanfaatannya. Diberbagai
tempat masih ditemui adanya duplikasi pencatatan dan pelaporan. Oleh karena itu
diperlukan suatu bentuk manajemen data dan informasi kesehatan satu pintu.
II. PENGERTIAN
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah tatanan berbagai komponen data dan
informasi kesehatan yang saling terkait satu dengan yang lainnya untuk
menghasilkan data dan informasi tentang kondisi kesehatan dan kinerja kesehatan
suatu wilayah.
Manajemen data dan informasi kesehatan satu pintu adalah pengelolaan data dan
informasi kesehatan mulai dari input (sumber data), pengumpulan, pengolahan,
analisis, penyajian dan publikasi data & informasi baik ditingkat Puskesmas
dengan jaringannya, tingkat kabupaten dengan jaringannya, serta tingkat provinsi
dengan jaringannya yang terintergrasi pada satu pusat / pengelola data.
Pusat / pengelola data adalah unit yang diberi kewenangan oleh pejabat yang
berwenang di suatu wilayah, untuk mengelola dan mempublikasikan data &
informasi secara resmi atas nama instansi yang bersangkutan.
Perlu tim validasi dan analisis data di tingkat puskesmas dan kabupaten yang terdiri
dari lintas program dan lintas sektor terkait. Di tingkat Kabupaten melibatkan
pengelola data puskesmas.
1. Visi
Gambaran masyarakat Jawa Tengah masa depan yang ingin dicapai oleh
segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan adalah :
Jawa Tengah Sehat 2010 yang mandiri dan bertumpu pada potensi daerah
Seiring dengan visi tersebut diatas, maka dalam rangka pembangunan sistem
informasi kesehatan daerah di Jawa Tengah mempunyai visi sebagai berikut :
Informasi yang lengkap, akurat, dan cepat, mengantarkan Jawa Tengah
Sehat 2010.
Dengan demikian diharapkan agar seluruh jajaran organisasi kesehatan di
wilayah Jawa Tengah mempunyai persepsi yang sama dan derap langkah yang
seirama dalam rangka mewujudkan SIKDA Jawa Tengah yang terintegrasi,
yang tidak hanya dalam mimpi tapi benar-benar dapat dirasakan oleh
komunitas kesehatan dan masyarakat luas yang membutuhkannya.
V. MUATAN DATA
Muatan Data
LAPKESDA
14 90
SPM
3
70 Ind. 47 2
PROFIL
7 INVENTORI
24 Ind.
82 Ind.
1. Total Jaringan
Pada semua tingkatan administratif, hendaknya ada pusat pengelola data yang
bertugas secara penuh waktu mengelola data. Diharapkan data yang dikelola
oleh unit / pusat pengelola data bisa lebih baik, akurat, tepat dan cepat
disajikan. Alur data dimulai dari tingkat yang paling bawah, yaitu Puskesmas
dengan jaringannya yang kemudian mengalir ke tingkat kabupaten, provinsi
dan sampai ke tingkat pusat.
Data dientri dari tingkat puskesmas oleh petugas pengelola data, kemudian
secara sistem (menggunakan software) data akan diupload ke tingkat
kabupaten. Namun bagi puskesmas yang belum tersedia jaringan online /
internet, data bisa dikirim dalam bentuk file elektronik. Sedangkan jika ada
Puskesmas yang belum memiliki komputer, bisa mengirimkan laporan dengan
format tertulis ke kabupaten/kota, dan selanjutnya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang akan melakukan entri data. Di Dinas Kesehatan
Kabupaten sendiri juga melakukan entri data yang berasal dari sumber data
tingkat kabupaten dengan jaringannya. Data dari tingkat kecamatan tidak perlu
lagi dientri karena software telah memfasilitasi rekap data puskesmas. Setelah
(Pusdatin) DEPKES RI
Validasi www.health-lrc.or.id
Validasi WEB
Pengelola Data
DINKES
KAB/KOTA
(Pusat Pengelola Data)
PUSKESMAS
Pengelola Data
KETERANGAN :
: laporan dari program ke Pusat Data
: Feedback dari Pusat Data ke Programmer
Jumlah indikator dan variabel yang dicatat dan dilaporkan dari semua jaringan
Puskesmas ke Pusdata Puskesmas kalau ditotal sebanyak 341 item. Namun
demikian masing-masing jaringan yang dicatat dan dilaporkan tidak sama,
Semua programmer dan jaringan di luar gedung akan melaporkan data ke pusat
/ pengelola data puskesmas, untuk selanjutnya pusat data akan merekap dan
memberikan feedback kepada masing-masing programmer di puskesmas sesuai
dengan indikator dan variabel terkait.
DINAS KESEHATAN
PROVINSI
(Pusat Pengelola Data)
Validasi website
Pengelola Data
KETERANGAN :
: laporan dari program ke Pusat Data
: Feedback dari Pusat Data ke Programer
Jumlah indikator dan variabel yang dicatat dan dilaporkan dari masing-masing
jaringan ke Pusat data Dinkes Kab./kota, untuk selanjutnya pusat data kab. /
kota akan mengolah / merekap secara manual atau elektronik dengan output
berupa laporan Profil Kesehatan ( 165 indikator), data SPM (73 indikator),
Lapkesda (156 indikator) dan data Inventori (138 indikator / variabel).
Kemudian data tersebut dikirim ke Pusdata Provinsi secara manual atau
elektronik (WEB), dan memberikan feedback kepada masing-masing
programmer di Dinkes Kab./kota sesuai dengan indikator dan variabel terkait
MENTERI
GUBERNUR DALAM NEAGERI
JAWA TENGAH PRESIDEN RI
MENTERI
KESEHATAN
DEPKES RI
Pusat Data dan Informasi
Validasi www.health-lrc.or.id
Pengelola Data
KETERANGAN :
: laporan dari program ke Pusat Data
: Feedback dari Pusat Data ke Programer
Jumlah indikator dan variabel yang dicatat dan dilaporkan dari masing-masing
jaringan Dinas Kesehatan Provinsi ke Pusdata Dinkes Provinsi, untuk
selanjutnya Pusat Data Provinsi akan mengolah / merekap secara manual atau
elektronik dengan output berupa laporan Profil Kesehatan ( 165 indikator), data
Sistem ini harus bisa mengakomodasikan semua jenis pengelolaan data dari yang
paling manual sampai ke aplikasi tehnologi informasi yang terkini. Dalam perjalanan
waktu selama pelaksanaan sistem ini harus terjadi transfer tehnologi, sehingga suatu
saat nanti akan terjadi kemajuan yang relatif sama antara daerah yang satu dengan
yang lain. Diharapkan paling lambat tahun 2010 sistem ini sudah bisa berjalan
dengan cukup baik, mekanisme aliran data sudah menggunakan aplikasi software
yang berbasis web.
Khusus sistem informasi untuk hal-hal yang bersifat darurat seperti bencana dan
KLB, semua kabupaten/kota dan programer terkait di propinsi akan diberi pelatihan
2) Client-Workstation
Processor minimal Pentium IV;
RAM minimal 256MB;
Harddisk minimal 40GB;
CDRW;
USB port;
Modem, Network support 10/100Mbps;
Firewire port;
Support Wireless connection;
VRAM minimal 64MB.
3) Hub:
Network support minimal 10/100Mbps;
Minimal 8 ports.
Keluaran data dari hasil pencatatan dan pelaporan minimal (341 indikator /
variabel) di tingkat puskesmas dengan jaringannya berupa laporan Profil
Kesehatan, SPM, Lapkesda dan data Inventori. Pusat data kab./kota mengolah
semua data dari puskesmas dengan jaringannya dalam bentuk manual dan
elektronik. Jika dalam bentuk manual harus dilakukan entri ulang ke software
yang sudah disediakan oleh provinsi, sedangkan bila data sudah dalam bentuk
elektronik, pusat data kabupaten / kota tinggal melakukan upload ke website
Dinkes Prop Jateng dengan alamat www.health-lrc.or.id. Software yang
disediakan provinsi adalah software Profil, SPM, Lapkesda dan Data Inventori.
2) Client-Workstation
Processor minimal Pentium IV;
RAM minimal 256MB;
Harddisk minimal 40GB;
CDRW;
USB port;
Modem, Network support 10/100Mbps;
Firewire port;
Support Wireless connection;
VRAM minimal 64MB.
Jumlah :
- Kepala Dinas Kesehatan 1 unit
- Masing-masing Sub Dinas / Bagian 1 unit
- Masing-masing Seksi / Sub Bagian 1 unit
- Pusat data dan informasi minimal 1 unit.
3) Hub:
Network support minimal 10/100Mbps;
Minimal 8 ports.
b. Wireless LAN
• Wireless Ethernet Card
• Speed 1.55 Mbps s/d 2.04 Mbps
• Jarak jangkauan 15-40 KM
• Antena 915MHz / 2.4GHz
2. Kabel
a. UTP
• Tipe UTP Kategori 5
• Kecepatan 2 Mbps
• Jarak jangkauan lebih kurang 300 kaki
• Jenis konektor RJ45.
b. Fiber Optic
• Kecepatan 100 Mbps
• Jarak jangkauan lebih kurang 3 mil
• Jenis konektor ST (Spring loaded Twist)
Bagi kab./kota yang sudah melakukan entri data kedalam software yang telah
disediakan oleh provinsi, namun belum bisa melakukan upload data ke
www.health-lrc.or.id bisa mengirimkan data ke Dinkes Provinsi dalam bentuk
CD / disket.
2) Client-Workstation
Processor minimal Pentium IV;
RAM minimal 256MB;
Harddisk minimal 40GB;
CDRW;
USB port;
Modem, Network support 10/100Mbps;
Firewire port;
Support Wireless connection;
VRAM minimal 64MB.
Jumlah :
- Ruang Pejabat Struktural 32 unit
- Ruang pengolah data dan informasi minimal 5 unit
- Ruang laboratorium komputer minimal 20 unit
3) Hub:
Network support minimal 10/100Mbps;
Minimal 8 ports
2. Antena / wireless
4. Sistem kombinasi
Dinkes Kab/kota
Puskesmas
Dinkes Prov
Informan
IX. PENTAHAPAN
X. PENEGASAN
1. Setiap Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab./Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi
harus memiliki pusat pengelola data.
2. Manajemen Data dan Informasi di tiap tingkat wilayah harus menggunakan
sistem satu pintu.
3. Muatan data di masing-masing tingkat wilayah minimal dapat memenuhi
kebutuhan data profil kesehatan, SPM, Lapkesda dan data inventori.
4. Membangun SIK Terintegrasi harus berdasarkan komitmen bersama dari
tingkat puskesmas, kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat, dengan membuat
rancang bangun / Master Plan Sistem Informasi Kesehatan yang disepakati
bersama.
5. Untuk menjamin pelaksanaan dan kesinambungan SIK, sistem penganggaran
perlu dikukuhkan dalam bentuk peraturan daerah (Perda) atau yang setingkat
dengan peraturan itu.
6. Pengembangan SIK dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah, secara bertahap dan berkesinambungan berdasarkan pada rancang