Anda di halaman 1dari 35

SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi komunaksi


Pelayanan Kebidanan

KELOMPOK 2 :

Yayu yuliawati Selviana Qustul Qatimah


F422375 F422400

Rezka Gantina Wianti F422370 Dea Risma Nopiani


F422343

Sarah Septianingsih Fitri Ramadha


F422369 F422399

Imas Mandarini Yulianti


F422342 F422282

Yolan Marchelia Pitri Yulianti


F422390 F422299

Neng Helmi Nurpuziah


F422380

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
taufik dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” Sistem
Informasi Kesehatan Nasional”.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa selesainya penulisan makalah ini adalah
berkat bimbingan, arahan dan motivasi untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu koordianator mata kuliah.


2. Semua teman dan pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Terima kasih atas segala bantuanya.

Kami tim penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan menjadi pembelajaran kami agar lebih baik lagi.

Bandung, November 2022

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………….......1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..3
1.3 Tujuan……………………………………………………………………....3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Kesehatan Nasional…………..…………………………5


2.2 Gambaran sistem informasi kesehatan nasional…………………………….8
2.3 Standar dan alur sistem informasi keshatan nasional…………………...…13
2.4 Permasalahan sistem informasi kesehatan nasional……………………….16

BAB III PENUTUP

3.1 Ksimpulan…………………………………………………………….…..25
3.2 Saran………………………………………………………………………25

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem informasi kesehatan nasional merupakan suatu pengelolaan


informasi di seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam
rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Parturan
perundangundangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah
Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan
sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi
kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya
memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen
kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta
tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional.

Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara


detail sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu.
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer
(Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai
pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah
memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah
Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar
negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada
beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari
UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an,
kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.

1
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih
disebabkan dalam segi

2
Perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor
penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem
informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan
perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan
kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan
pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih
global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor
mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan. Dalam era
seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari
peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-
bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer,
baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan
sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari
segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja
apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media komputer,
dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi
kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi
yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang
menggunakannya.

Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010


yang ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan
yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan
berbagai sektor pemerintah dalam upaya upaya kesehatan. Dalam upaya
mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur
pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat

3
nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit
infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan
pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut.
Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait
mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke
tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan
sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap
kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh
masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan di kelola dengan
sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi
kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan
informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun
demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali
dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam
sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor
kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan
jaringan informasi di pusat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud sistem informasi kesehatan nasional?
2. Gambaran sistem informasi kesehatan nasional?
3. Standar dan alur sistem informasi kesehatan nasional?
4. Permasalahan sistem informasi kesehatan nasional?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui apa yang dimaksud sistem informasi
kesehatan nasional
2. Mahasiswa mampu mengetahui gambaran sistem informasi kesehatan
nasional

4
3. Mahasiswa mampu mengetahui standar dan alur sistem informasi
kesehatan nasional
4. Mahasiswa mampu mengetahui Permasalahan sistem informasi
kesehatan nasional

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1) Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKN) adalah integrasi antara


perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus
informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen
kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah
suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat
pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program
kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan
alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan
hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan program-program kesehatan.
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di
seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-
undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes
Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung
kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan
dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art
teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional.

6
Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data

7
yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Berikut adalah
beberapa definisi dari system informasi manajemen, yaitu :
1. Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang
biasanyaditerapkan dalam suatu organisasi untuk mendukung
pengambilan keputusan dan informasi yang dihasilkan dibutuhkan
olehsemua tingkatan manajeme (Kristianto,2003).
2. SIM adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (integrated)
untukmenyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen
dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
3. SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan,
berkumpulbersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling
berinteraksi dan bekerjasama antara satu bagian dengan lainnya
menggunakan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data,
menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya
(processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna danmempunyai nilai
nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun
dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan
strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang
ada dantersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)

Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari


6 “building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu
negara. Keenam komponen ( building block ) sistem kesehatan tersebut
adalah:

1) Service delivery ( pelaksanaan pelayanan kesehatan )


2) Medical product, vaccine, and technologies ( produk medis, vaksin,dan
teknologi kesehatan ).
3) Health worksforce ( tenaga medis ).

8
4) Health system finsncing ( sistem pembiayaan kesehatan ).
5) Health information system ( sistem informasi kesehatan ).
6) Leadership and governance ( kepemimpinan dan pemerintah ).

Adapun Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi


kesehatan adalah:

1) Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi


desentralisasi bidang kesehatan. Desentralisasi pelayanan public merupakan
salah satu langkah strategis yang cukup populer dianut oleh negara-negara di
Eropa Timur dalam rangka mendukung terciptanya good governance. Salah
satu motivasi utama diterapkan kebijaksanaan ini adalah bahwa pemerintahan
dengan sistem perencanaan yang sentralistik seperti yang telah dianut
sebelumnya terbukti tidak mampu mendorong terciptanya suasana yang
kondusif bagi partisipasi aktif masyarakat dalam melakukan pembangunan.
Tumbuhnya kesadaran akan berbagai kelemahan dan hambatan yang dihadapi
dalam kaitannya dengan struktur pemerintahan yang sentralistik telah
mendorong dipromosikannya pelaksanaan strategi desentralisasi.
2) Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Salah satu
yang menyebabkan kurang berhasilnya Sistem Informasi Kesehatan dalam
mendukung upaya-upaya kesehatan adalah karena SIK tersebut dibangun
secara terlepas dari sistem kesehatan.SIK dikembangkan terutama untuk
mendukung manajemen kesehatan. Pendekatan sentralistis di waktu lampau
juga menyebabkan tidak berkembangnya manajemen kesehatan di unit-unit
kesehatan di daerah

9
2.2 Gambaran Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan dapat
dianalisa beberapa hal sebagai berikut :
a. Integrated Sistem
Kementerian kesehatan telah mengembangkan siknas online,
akan tetapi disamping itu berbagai program seperti kewaspadaan gizi,
informasi obat, rumah sakit, dan puskesmas kuga mengembangkan
sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindihya
informasi dan berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya.
Sejatinya suatu sistem informasi yang terintegrasi yang memenuhi
kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas program yang dapat di
akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan berbagai keputusan dan kebijakan. Seperti aplikasi
komunikasi data, dapat dilihat bahwa data dan informasi kesehatan
yang disediakan tidak memenuhi dengan kebutuhan baik provinsi atau
kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun berupaya
mengembangkan sistem informasi sendiri.
SP2TP pun sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online
ternyata di lapangan puskesmas pun masih menyampaikan laporannya
secara manual setiap bulannya. Hal ini mengakibatkan beban kera bagi
petugas dan informasi yang diberikan tidaklah dalam hitungan hari,
melainkan bulan. Suatu sistem yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan baik pusat atau daerah, pengambilan keputusan dapat
mengakses informasi secara cepat dan tepat sehingga kebiakan dapat
efektif dan efisien.
b. Kemampuan Daerah.

10
Sebagai dampak dari desentralisasi, daerah masih menganggap
kebutuhan sistem informasi berbasis web atau komputerisasi bukanlah
prioritas, akan tetapi daerah masih memenuhi kebutuhan infrastruktur
dan sarana fisik. Tidak semua daerah masih surplus, akan tetapi tidak
sedikit daerah yang minus. Memang pada awalnya pelaksana sistem
informasi membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam
perjalanannya juga memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang
tidak sedikit. Kondisi geografis juga sangat mempengaruhi, masih
banyak puskesmas di daerah  yang sangat terbatas akses informasinya
c. Pemanfaatan dan informasi
Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan
pusat, bukanlah kebutuhan daerah, sehingga munculah anggapan hanya
proyek dan ego program masing-masing. Hal ini karena pemanfaatan
data dan informasi secara signifikan tidak dirasakan oleh
kabupaten/kota sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat 
d. Sumber daya manusia
Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya
adalah tenaga yang merangkap tugas atau jabatan lain. Di beberapa
tempat memang dijumpai adanya tenaga purna waktu.
Kini Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat
menghubungi 340 (76% dari 440 Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas Kesehatan Provinsi, melalui
jaringan komputer (online). Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes
telah memasang perangkat-perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM
Modem, 1 buah IP Phone, dan 1 buah printer di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, telah
dipasang 5 buah PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan
video-conference, dan 1 buah printer.

11
Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan
Nasional (SIKNAS) online ini telah ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.Untuk
mengatasi kendala di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Depkes
telah meminta kepada Dinas-dinas kesehatan untuk
menunjuk/menetapkan 2 orang petugas khusus yang mengelola Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online. Petugas-petugas yang
ditetapkan tersebut sebanyak 787 orang, dan telah dilatih selama 3 hari
di Bandung pada bulan Nopember 2007.Kegiatan ini ditujukan untuk
pencapaian sasaran ke-14, dari 17 sasaran Departemen Kesehatan yang
berbunyi Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan yang Evidence
Based di Seluruh Indonesia.
Pesatnya perkembangan/kemajuan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi, pencapaian sasaran ke-14 ini akan
diakselerasi melalui pendayagunaan teknologi informasi dan
komunikasi dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
Oleh karena itu, untuk mencapai sasaran ini, telah ditetapkan indikator:
1. Tahun 2008, sekitar 90% Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 100%
Dinas Kesehatan Provinsi, 60% Rumah Sakit Pemerintah (Pusat dan
Daerah), dan 100% Unit Pelaksana Teknis Pusat telah terhubung
dengan Departemen Kesehatan melalui jaringan komputer (online).
2. Pada akhir tahun 2009, telah tersedia dan dimanfaatkan data dan
informasi kesehatan yang akurat, tepat, dan cepat, dengan
mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pengambilan keputusan/kebijakan bidang kesehatan di
Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Departemen Kesehatan.
3. Tahun 2010 dan seterusnya, Seluruh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit Pemerintah
(Pusat dan Daerah), Puskesmas (baik milik Pemerintah/Swasta), sarana

12
kesehatan lain dan Unit Pelaksana Teknis Pusat telah terhubung
dengan Departemen Kesehatan melalui jaringan komputer (online).
4. Berkaitan dengan hal itu, jaringan komputer yang akan dirancang oleh
Departemen Kesehatan merupakan upaya untuk memfasilitasi dan
memacu pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)
d alam rangka mewujudkan SIKNAS. Dengan kata lain, investasi yang
dilakukan melalui APBN dimaksudkan sebagai pemicu dan pemacu
investasi dan pembiayaan operasional SIKDA melalui APBD.
5. Jaringan komputer (SIKNAS) online terutama akan dimanfaatkan
untuk keperluan Komunikasi Data Terintegrasi atau jaringan
pelayanan bank-bank data (intranet dan internet). Diluar dari
permasalahan itu, akan dikembangkan aplikasi-aplikasi untuk
keperluan-keperluan lain. Dengan demikian, pemanfaatan SIKNAS
Online meliputi:
6. Komunikasi Data Terintegrasi (sudah dimulai tahun 2007), yaitu arus
tukar-menukar data antar unit kesehatan (khususnya antara Daerah dan
Pusat), yang mencakup semua data esensial yang diperlukan untuk
manajemen kesehatan (data kegiatan puskesmas, kegiatan rumah sakit,
kegiatan sarana kesehatan lain, termasuk data keuangannya, tenaga
kesehatannya, obatnya, perbekalan farmasinya, dan sumber daya
lainnya), data perkembangan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal,
dan data perkembangan pelaksanaan Desa Siaga.
7. Informasi Eksekutif (sudah dimulai tahun 2007), yaitu sarana tukar-
menukar informasi antar pimpinan kesehatan (Pusat dan Daerah)
dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, secara cepat dan tepat.
8. Telekomunikasi & Teleconference (sudah dimulai tahun 2007), yaitu
pemanfaatan jaringan komputer online untuk komunikasi suara (Voice
over Internet Protocol-VoIP) dan rapat jarak jauh antar pejabat Pusat,

13
dan antara Pejabat-pejabat Pusat dengan Pejabat-pejabat Daerah,
dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
9. Distance Learning (akan dimulai tahun 2008), yaitu penyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan jarak jauh, khususnya untuk petugas-petugas
kesehatan di sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas Pembantu,
Puskesmas, Rumah Sakit, dan lain-lain).
10. Digital Library Service (akan dimulai tahun 2008),yaitu
pengembangan kerjasama antar unit perpustakaan dan dokumentasi di
bidang kesehatan (intranet dan internet) untuk meningkatkan
pelayanan informasi kepada masyarakat, baik yang berupa
literature/hasil-hasil penelitian maupun media promosi kesehatan.
11. Telemedicine (akan dimulai tahun 2009), yaitu pengembangan rujukan
dan diagnosis serta terapi jarak jauh, dan aplikasi-aplikasi lain di
bidang kedokteran.
12. Web based Networking (akan dimulai tahun 2009), yaitu
pengembangan jaringan situs di internet dan pemanfaatan jaringan
tersebut untuk berbagai keperluan seperti lelang melalui internet.
Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan
oleh Depkes dengan menyediakan jaringan beserta kelengkapannya kepada
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat
yang bisa diraih dengan adanya fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi
yang makin intensif dan lancar tentunya antara Depkes Pusat dengan Dinas
Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar Dinas Kesehatan di seluruh
Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat
meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang kesehatan.

kebijakan depkes yang menerapkan Siknas Online di institusi dinas


kesehatan pada tingkat kabupaten/kota dan propinsi di seluruh Indonesia.

14
meskipun secara resmi telah dimulai sejak tahun 2007 dengan dikeluarkannya
Kepmenkes Nomor : 837 tahun 2007.

Bahwa perjalanan Siknas Online itu tidaklah mudah dari sebuah


kebijakan pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan, tetapi sudah
melewati rentang waktu yang cukup lama untuk pada akhirnya sampai pada
kebijakan penerapan Siknas Online.

2.3 Alur Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Gambar 2.1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Pada Model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubug dan saling terkait yaitu:

15
a. Sumber Data Manual

Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih


dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK
Nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
masih tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang
masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (antara lain, pasokan listrik dan
peralatan komputer serta jaringan internet). Fasilitas pelayanan kesehatan
yang masih memakai sistem manual akan melakukan pencatatan,
penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.

Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data


rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk
softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi
petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum
komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi
offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan penggabungan
data di puskesmas.

b. Sumber Data Komputerisasi

Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data


yang sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke
Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu
juga akan dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat
langsung terhubung ke sistem informasi puskesmas (aplikasi SIKDA
Generik).

16
c. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan

Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas


kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat) dapat berupa laporan softcopy dan
laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke dalam aplikasi SIKDA
generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik,
selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan
Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas
kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan milik
provinsi.

d. Sistem Informsi Pemangku Kepentingan

Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait


kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku
kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang
disepakati.

e. Bank Data Kesehatan Nasional

Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data


kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit
program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke sumber
data.

f. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan

Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional


dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan
dan UPT-nya serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.

17
g. Pengguna Data .

Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem


informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan
dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan
Nasional melalui website Kementerian Kesehatan.

Namun sebesar apapun rencana pasti ada juga kelemahan dan


kemerosotan yang terjadi. Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi
dipandang bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal ini
dikarenakan belum adanya infrastruktur yang memadai di daerah dan juga
pencatatan dan pelaporan yang ada (produk sentralisasi) banya overlaps
sehingga dirasaka sebagai beba oleh daerah.

Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak


rumah sakit dan klinik klinik yang menggunakan sistem informasi kesehatan
sesuai yang dibutuhkan di pelayanan kesehatan tersebut walaupun tidak
menyeluruh seperti di Negara Jepang contohnya. Berkembangnya tekhnologi
informasi saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan dalam pembentukan sistem
informasi kesehatan yang menyeluruh. Terkendala dengan penjangkauan
kepada masyarakat Indonesia yang berada di pelosok yang sulit untuk didata
dan sulit untuk menerima informasi baru dari luar yang mereka anggap asing.
Masih tabu dan kentalnya budata beberapa kelompok masyarakat di Indonesia
membuat sistem informasi belum menyeluruh.

18
2.4 Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia (Masalah
Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ))

Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka


kita bisa menilai bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya
untuk Surveilans yang berfungsi untuk menggambarkan segala situasi yang
ada khususnya perkembangan penyakit sehingga berpengaruh terhadap
derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang ada.
Perkembangan dan masalah sistem informasi kesehatan antara lain :

a. Upaya kesehatan

Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami


peningkatan. Namun pada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, serta
pulau – pulau kecil terdepan dan terluar masih rendah.

b. Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun,


namun psersentase terhadap seluruh APBN belum meningkat.

c. Sumber Daya Manusia Kesehatan


Upaya pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia ( SDM )
Kesehatan belum memadai. Baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga
kesehatan yang dibutuhkan. Selain itu, distribusi tenaga kesehatan
masih belum merata. Jumlah dokter Indonesia masih termasuk rendah.

d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan

Pasar sediaan farmasi masih di dominasi oleh produksi domestik,


sementara itu bahan baku impor mencapai 85% dari kebutuhan. Di
Indonesia terdapat 9.600 jenis tanaman berpotensi mempunyai efek
pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan sebagai
bahan baku. Penggunaan obat nasional belum dilaksanakan di seluruh

19
fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan
tidak sesuai dengan formularium.

e. Manajemen dan Informasi Kesehatan

Perencanaan pembangunan kesehatan antara Pusat dan Daerah belum


sinkron. Sistem informasi kesehatan menjadi lemah setelah menerapkan
kebijakan desentralisasi. Data dan informasi kesehatan untuk
perencanaan tidak tersedia tepat waktu. Sistem Informasi Kesehatan
Nasional (SIKNAS) yang berbasis fasilitas sudah mencapai tingkat
kabupaten/ kota namun belum dimanfaatkan. Hasil penelitian kesehatan
belum banyak dimanfaatkan sebagai dasar perumusan kebijakan dan
perencanaan program. Surveilans belum dilaksanakan secara
menyeluruh.

a. Kendala Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia belum


berjalan secara optimal. SIK sebagai bagian fungsional dari Sistem
kesehatan yang komprehensif belum mampu berperan dalam
memberikan informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan, mulai dari
Puskesmas di Tingkat Kecamatan sampai dengan Kementrian
Kesehatan di Tingkat Pusat. Hal tersebut disebabkan karena
Informasi kesehatan saat ini masih terfragmentasi, belum dapat
diakses dengan cepat, tepat, setiap saat dan belum teruji keakuratan
dan validitasnya. Padahal informasi tersebut sangat penting dan
diperlukan keberadaannya dalam menentukan arah kebijakan dan
strategi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan
nasional.

20
Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum
didukung oleh data yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang
baik dapat mendukung tersedianya data dan informasi kesehatan
yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan kebijakan
pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum
dibawah ini :

a. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana


pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, terutama pada daerah
dengan aksesibilitas relatif rendah.
b. Perbaikan dan penanggulangan gizi masyarakat dengan fokus
utama pada ibu hamil dan anak hingga usia 2 tahun.
c. Pengendalian penyakit menular, terutama TB, malaria,
HIV/AIDS, DBD dan diare serta penyakit zoonotik, seperti kusta,
frambusia, filariasis, schistosomiasis.
d. Pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran kesehatan, serta
pengembangan jaminan pelayanan kesehatan.
e. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan
untuk pemenuhan kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan
global yang didukung oleh sistem perencanaan dan
pengembangan SDM kesehatan secara sistematis dan didukung
oleh peraturan perundangan.
f. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan
obat.

g. Manajemen kesehatan dan pengembangan di bidang hukum dan


administrasi kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan,
penapisan teknologi kesehatan dan pengembangan sistem
informasi kesehatan.

21
Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat. Pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun dikarenakan
kebijakan dan standar pelayanan bidang kesehatan masingmasing
pemerintah daerah berbeda-beda, maka sistem informasi kesehatan
yang dibangun pun berbeda pula. Perbedaan tersebut menimbulkan
berbagai permasalahan dalam pengelolaan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS) secara umum, diantaranya :

1)Akurasi data tidak terjamin

2)Kontrol dan verifikasi data tidak terlaksana dengan baik.

3)Ketidakseragaman data dan informasi yang diperoleh.

4)Adanya keterlambatan dalam proses pengiriman laporan kegiatan


puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan lainnya, baik itu ke
Dinas Kesehatan maupun ke Kementrian Kesehatan sehingga
informasi yang diterima sudah tidak up to date lagi.
5)Proses integrasi data dari berbagai puskesmas/rumah
sakit/pelaksana kesehatan lainnya sulit dilakukan karena
perbedaaan tipe data dan format pelaporan.
6)Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan
kebutuhan manajemen di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi
maupun di tingkat Kementrian Kesehatan.
7)file data tersimpan secara terpisah,

8)proses data dilakukan secara manual dan komputer sehingga


menyebabkan tidak mudah dalam akses, informasi yang dihasilkan
lambat dan tidak lengkap.
Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan terendah,
mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan, dengan

22
banyaknya laporan yang harus dibuat berdasarkan permintaan dari
berbagai program di Kementrian Kesehatan, dimana data antara satu
laporan dari satu program dengan laporan lain dari program lainnya
memiliki dataset yang hampir sama, sedangkan aplikasi untuk
membuat berbagai laporan tersebut berbeda-beda. Sehingga
menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, yang
menghabiskan banyak sumberdaya dan waktu dari petugas
puskesmas.

Melihat berbagai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu Sistem


Informasi Kesehatan untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan
Dinas Kesehatan) yang sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan
berbagai pihak, mulai dari tingkat Puskesmas hingga ke Kementrian
Kesehatan dengan standar minimum atau disebut Sistem Informasi
Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik).

Sistem informasi kesehatan yang mampu menampilkan


informasi secara cepat, akurat dan terkini sesuai dengan kebutuhan
berbagai pihak dalam pengambilan keputusan manajemen.

b. Hambatan – hambatan dalam Penerapan Sistem Informasi Kesehatan


Nasional ( SIKNAS )
Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka
kita bisa menilai bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya
untuk Surveilans yang berfungsi untuk menggambarkan segala situasi yang
ada khususnya perkembangan penyakit sehingga berpengaruh terhadap
derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang ada.

Sebagai contoh misal gambaran Sistem Informasi Pada Dinas


Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Timbul berbagai
permasalahan tetrkait penerapan Sistem Informasi kesehatan, disana

23
digambarkan bahwa masih ditemukannya beberapa puskesmas yang tidak
sesuai dalam proses pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan masih
adanya 5 Puskesmas yang tidak menggunakan komputer dari 19 Puskesmas
yang ada.

Tidak hanya masalah tersebut saja, yang menjadi penghambat atas


penerapan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Melainkan masih banyak
sekali masalah yang timbul, yaitu :

1. Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program.

2. Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya
jumlah bayi.
3. Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.

4. Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format


yang berbeda-beda dari masing-masing bagian.
5. Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan
analisis data sering terlambat.
6. Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena
data berbeda dan keterlambatan laporan.
Jadi, apabila melihat dari penjabaran di atas maka bisa
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang sering menghambat SIK (Sistem
Informasi Kesehatan) yang bersifat daerah (SIKDA) maupun nasional
(SIKNAS) berdasarkan gambaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai
Timur, Propinsi Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan lokasi),
human resources medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung
(komputer, software, dan lain-lain), dan kebijakan mengenai SIKDA
(Sistem Informasi Kesehatan Daerah) maupun SIKNAS (Sistem
Informasi Kesehatan Nasional).

24
c. Ancaman pada Sistem Informasi
Ancaman keamanan sistem informasi adalah sebuah aksi yang
terjadi baik dari dalam sistem maupun dari luar sistem yang dapat
mengganggu keseimbangan sistem informasi.Ancaman terhadap keamanan
informasi berasal dari individu, organisasi, mekanisme, atau kejadian yang
memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan pada sumber-sumber
informasi.Pada kenyataannya ancaman dapat bersifat internal, yaitu berasal
dari dalam perusahaan, maupun eksternal atau berasal dari luar perusahaan.
Ancaman juga dapat terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja..Ancaman
selama ini hanya banyak di bahas dikalangan akademis saja.Tidak banyak
masyarakat yang mengerti tentang ancaman bagi keamanan sistem
informasi mereka. Masyarakat hanya mengenal kejahatan teknologi dan
dunia maya hanya apabila sudah terjadi “serangan“ atau “attack”. Sebuah
hal yang perlu disosialisasikan dalam pembahasan tentang keamanan sistem
terhadap masyarakat adalah mengenalkan “ancaman” kemudian baru
mengenalkan ‘serangan’ kepada masyarakat. Perlu di ketahui bahwa
serangan dimulai dengan ancaman, dan tidak akan ada serangan sebelum
adanya ancaman. Serangan dapat diminimalisir apabila ancaman sudah
diprediksi dan dipersiapkan antisipasi sebelumnya atau mungkin sudah
dihitung terlebih dahulu melalui metode -metode penilaian resiko dari
sebuah ancaman. Ada beberapa metode yang digunakan dalam
mengklasifikasikan ancaman, salah satunya adalah Stride Method (metode
stride) . STRIDE merupakan singkatan dari:

• Spoofing yaitu menggunakan hak akses / Mengakses sistem dengan


menggunakan identitas orang lain .
• Tampering yaitu tanpa mempunyai hak akses namun dapat mengubah
data yang ada didalam database.

25
• Repudiation yaitu membuat sebuah sistem atau database dengan
sengaja salah, atau sengaja menyisipkan bugs, atau menyertakan virus
tertentu didalam aplikasi sehingga dapat digunakan untuk mengakses
sistem pada suatu saat.
• Information disclosure yaitu membuka atau membaca sebuah informasi
tanpa memiliki hak akses atau membaca sesuatu tanpa mempunyai hak
otorisasi.
• Denial of service yaitu membuat sebuah sistem tidak bekerja atau tidak
dapat digunakan oleh orang lain.
• Elevation of priviledge yaitu menyalahgunakan wewenang yang
dimiliki untuk mengakses sebuah sistemuntuk kepentingan pribadi.

Dalam hal ancaman ini dapat diberikan contoh didalam dunia


nyata apabila seseorang diketahui membawa senjata tajam kemanapun
dia pergi maka dapat dikatakan orang tersebut dapat merupakan ancaman
bagi orang lain. Hal lain didunia nyata adalah pada saat diketahui
seseorang membawa kunci T di sakunya maka dapat disimpulkan orang
tersebut adalah merupakan ancaman bagi orang lain yang membawa
kendaraan bermotor. Didalam dunia keamanan sistem atau dunia
teknologi informasi seseorang dapat dikatakan berpotensi sebagai
ancaman apabila memiliki hal sebagai berikut:

a) Kewenangan tinggi untuk login kedalam sebuah sistem.

b) Memiliki hak akses ( password ) seseorang yang dia ketahui dari


berbagai sumber.
c) Memiliki banyak sekali koleksi tools untuk meretas sebuah sistem
dan keahlian dibidang itu.
d) Orang yang membangun sebuah sistem dapat pula menjadi ancaman
bagi sistem tersebut.

26
27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu bagian penting


yang tidak dapat dipisahkan dari Sistem Kesehatan di suatu negara.
Kemajuan atau kemunduran Sistem Informasi Kesehatan selalu berkorelasi
dan mengikuti perkembangan Sistem Kesehatan, kemajuan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) bahkan mempengaruhi Sistem
Pemerintahan yang berlaku di suatu negara. Suatu system yang terkonsep
dan terstruktur dengan baik akan menghasilkan Output yang baik juga.
Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu bentuk pokok Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan
dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan
kesehatan.

Pada Model ini terdapat 7 komponen alur yang saling terhubug dan
saling terkait yaitu:

• Sumber Data Manual

• Sumber Data Komputerisasi

• Sisitem Informasi Dinas Kesehatan

• Sistem Informsi Pemangku Kepentingan

• Bank Data Kesehatan Nasional

• Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan  Pengguna Data .

28
3.1 Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah


ini , oleh karena itu penulis engharapkan kritik dan saran yang membangun

29
untuk makalah ini , diharapkan dengan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca

30
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. 2001.

Kemenkes. Pedoman Sistem Informasi Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan,


2017.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012

Rancangan Final Sistem Kesehatan Nasional Departemen Kesehatan RI Jakarta,


2009.

Menhukham, Peraturan Pemerintah no.72 tentang Sistem


Kesehatan Nasional (Jakarta,Sek.Kabinet RI, Agustus 2012)

Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. 2009. Jakarta : Depkes RI.

31

Anda mungkin juga menyukai