KELOMPOK 2 :
BANDUNG 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
taufik dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” Sistem
Informasi Kesehatan Nasional”.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa selesainya penulisan makalah ini adalah
berkat bimbingan, arahan dan motivasi untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada :
Kami tim penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini dan menjadi pembelajaran kami agar lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Ksimpulan…………………………………………………………….…..25
3.2 Saran………………………………………………………………………25
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih
disebabkan dalam segi
2
Perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor
penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem
informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan
perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan
kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan
pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih
global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor
mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan. Dalam era
seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari
peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-
bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer,
baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan
sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari
segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja
apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media komputer,
dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi
kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi
yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang
menggunakannya.
3
nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit
infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan
pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut.
Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait
mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke
tingkat nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan
sistem informasi yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap
kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh
masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan di kelola dengan
sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi
kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan
informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun
demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali
dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam
sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor
kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan
jaringan informasi di pusat.
4
3. Mahasiswa mampu mengetahui standar dan alur sistem informasi
kesehatan nasional
4. Mahasiswa mampu mengetahui Permasalahan sistem informasi
kesehatan nasional
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data
7
yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Berikut adalah
beberapa definisi dari system informasi manajemen, yaitu :
1. Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang
biasanyaditerapkan dalam suatu organisasi untuk mendukung
pengambilan keputusan dan informasi yang dihasilkan dibutuhkan
olehsemua tingkatan manajeme (Kristianto,2003).
2. SIM adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (integrated)
untukmenyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen
dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
3. SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan,
berkumpulbersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling
berinteraksi dan bekerjasama antara satu bagian dengan lainnya
menggunakan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data,
menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya
(processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna danmempunyai nilai
nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun
dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan
strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang
ada dantersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)
8
4) Health system finsncing ( sistem pembiayaan kesehatan ).
5) Health information system ( sistem informasi kesehatan ).
6) Leadership and governance ( kepemimpinan dan pemerintah ).
9
2.2 Gambaran Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Dari beberapa sistem informasi kesehatan yang telah dikembangkan dapat
dianalisa beberapa hal sebagai berikut :
a. Integrated Sistem
Kementerian kesehatan telah mengembangkan siknas online,
akan tetapi disamping itu berbagai program seperti kewaspadaan gizi,
informasi obat, rumah sakit, dan puskesmas kuga mengembangkan
sistem informasi sendiri. Hal ini berdampak tumpang tindihya
informasi dan berbagai kegiatan serta menyita waktu dan biaya.
Sejatinya suatu sistem informasi yang terintegrasi yang memenuhi
kebutuhan berbagai lintas sector dan lintas program yang dapat di
akses sebagai informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan berbagai keputusan dan kebijakan. Seperti aplikasi
komunikasi data, dapat dilihat bahwa data dan informasi kesehatan
yang disediakan tidak memenuhi dengan kebutuhan baik provinsi atau
kabupaten/kota, sehingga kabupaten/kota pun berupaya
mengembangkan sistem informasi sendiri.
SP2TP pun sejatinya dapat digantikan dengan SIMPUS online
ternyata di lapangan puskesmas pun masih menyampaikan laporannya
secara manual setiap bulannya. Hal ini mengakibatkan beban kera bagi
petugas dan informasi yang diberikan tidaklah dalam hitungan hari,
melainkan bulan. Suatu sistem yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan baik pusat atau daerah, pengambilan keputusan dapat
mengakses informasi secara cepat dan tepat sehingga kebiakan dapat
efektif dan efisien.
b. Kemampuan Daerah.
10
Sebagai dampak dari desentralisasi, daerah masih menganggap
kebutuhan sistem informasi berbasis web atau komputerisasi bukanlah
prioritas, akan tetapi daerah masih memenuhi kebutuhan infrastruktur
dan sarana fisik. Tidak semua daerah masih surplus, akan tetapi tidak
sedikit daerah yang minus. Memang pada awalnya pelaksana sistem
informasi membutuhkan banyak biaya, akan tetapi dalam
perjalanannya juga memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang
tidak sedikit. Kondisi geografis juga sangat mempengaruhi, masih
banyak puskesmas di daerah yang sangat terbatas akses informasinya
c. Pemanfaatan dan informasi
Pemanfaatan data dan informasi terkesan hanya kebutuhan
pusat, bukanlah kebutuhan daerah, sehingga munculah anggapan hanya
proyek dan ego program masing-masing. Hal ini karena pemanfaatan
data dan informasi secara signifikan tidak dirasakan oleh
kabupaten/kota sebagai pelaksana kebijakan pemerintah pusat
d. Sumber daya manusia
Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya
adalah tenaga yang merangkap tugas atau jabatan lain. Di beberapa
tempat memang dijumpai adanya tenaga purna waktu.
Kini Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat
menghubungi 340 (76% dari 440 Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas Kesehatan Provinsi, melalui
jaringan komputer (online). Jaringan ini dimungkinkan karena Depkes
telah memasang perangkat-perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM
Modem, 1 buah IP Phone, dan 1 buah printer di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sedangkan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, telah
dipasang 5 buah PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1 set peralatan
video-conference, dan 1 buah printer.
11
Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan
Nasional (SIKNAS) online ini telah ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.Untuk
mengatasi kendala di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Depkes
telah meminta kepada Dinas-dinas kesehatan untuk
menunjuk/menetapkan 2 orang petugas khusus yang mengelola Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online. Petugas-petugas yang
ditetapkan tersebut sebanyak 787 orang, dan telah dilatih selama 3 hari
di Bandung pada bulan Nopember 2007.Kegiatan ini ditujukan untuk
pencapaian sasaran ke-14, dari 17 sasaran Departemen Kesehatan yang
berbunyi Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan yang Evidence
Based di Seluruh Indonesia.
Pesatnya perkembangan/kemajuan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi, pencapaian sasaran ke-14 ini akan
diakselerasi melalui pendayagunaan teknologi informasi dan
komunikasi dalam Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
Oleh karena itu, untuk mencapai sasaran ini, telah ditetapkan indikator:
1. Tahun 2008, sekitar 90% Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 100%
Dinas Kesehatan Provinsi, 60% Rumah Sakit Pemerintah (Pusat dan
Daerah), dan 100% Unit Pelaksana Teknis Pusat telah terhubung
dengan Departemen Kesehatan melalui jaringan komputer (online).
2. Pada akhir tahun 2009, telah tersedia dan dimanfaatkan data dan
informasi kesehatan yang akurat, tepat, dan cepat, dengan
mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pengambilan keputusan/kebijakan bidang kesehatan di
Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Departemen Kesehatan.
3. Tahun 2010 dan seterusnya, Seluruh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit Pemerintah
(Pusat dan Daerah), Puskesmas (baik milik Pemerintah/Swasta), sarana
12
kesehatan lain dan Unit Pelaksana Teknis Pusat telah terhubung
dengan Departemen Kesehatan melalui jaringan komputer (online).
4. Berkaitan dengan hal itu, jaringan komputer yang akan dirancang oleh
Departemen Kesehatan merupakan upaya untuk memfasilitasi dan
memacu pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)
d alam rangka mewujudkan SIKNAS. Dengan kata lain, investasi yang
dilakukan melalui APBN dimaksudkan sebagai pemicu dan pemacu
investasi dan pembiayaan operasional SIKDA melalui APBD.
5. Jaringan komputer (SIKNAS) online terutama akan dimanfaatkan
untuk keperluan Komunikasi Data Terintegrasi atau jaringan
pelayanan bank-bank data (intranet dan internet). Diluar dari
permasalahan itu, akan dikembangkan aplikasi-aplikasi untuk
keperluan-keperluan lain. Dengan demikian, pemanfaatan SIKNAS
Online meliputi:
6. Komunikasi Data Terintegrasi (sudah dimulai tahun 2007), yaitu arus
tukar-menukar data antar unit kesehatan (khususnya antara Daerah dan
Pusat), yang mencakup semua data esensial yang diperlukan untuk
manajemen kesehatan (data kegiatan puskesmas, kegiatan rumah sakit,
kegiatan sarana kesehatan lain, termasuk data keuangannya, tenaga
kesehatannya, obatnya, perbekalan farmasinya, dan sumber daya
lainnya), data perkembangan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal,
dan data perkembangan pelaksanaan Desa Siaga.
7. Informasi Eksekutif (sudah dimulai tahun 2007), yaitu sarana tukar-
menukar informasi antar pimpinan kesehatan (Pusat dan Daerah)
dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, secara cepat dan tepat.
8. Telekomunikasi & Teleconference (sudah dimulai tahun 2007), yaitu
pemanfaatan jaringan komputer online untuk komunikasi suara (Voice
over Internet Protocol-VoIP) dan rapat jarak jauh antar pejabat Pusat,
13
dan antara Pejabat-pejabat Pusat dengan Pejabat-pejabat Daerah,
dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
9. Distance Learning (akan dimulai tahun 2008), yaitu penyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan jarak jauh, khususnya untuk petugas-petugas
kesehatan di sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas Pembantu,
Puskesmas, Rumah Sakit, dan lain-lain).
10. Digital Library Service (akan dimulai tahun 2008),yaitu
pengembangan kerjasama antar unit perpustakaan dan dokumentasi di
bidang kesehatan (intranet dan internet) untuk meningkatkan
pelayanan informasi kepada masyarakat, baik yang berupa
literature/hasil-hasil penelitian maupun media promosi kesehatan.
11. Telemedicine (akan dimulai tahun 2009), yaitu pengembangan rujukan
dan diagnosis serta terapi jarak jauh, dan aplikasi-aplikasi lain di
bidang kedokteran.
12. Web based Networking (akan dimulai tahun 2009), yaitu
pengembangan jaringan situs di internet dan pemanfaatan jaringan
tersebut untuk berbagai keperluan seperti lelang melalui internet.
Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan
oleh Depkes dengan menyediakan jaringan beserta kelengkapannya kepada
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat
yang bisa diraih dengan adanya fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi
yang makin intensif dan lancar tentunya antara Depkes Pusat dengan Dinas
Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar Dinas Kesehatan di seluruh
Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat
meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang kesehatan.
14
meskipun secara resmi telah dimulai sejak tahun 2007 dengan dikeluarkannya
Kepmenkes Nomor : 837 tahun 2007.
Pada Model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubug dan saling terkait yaitu:
15
a. Sumber Data Manual
16
c. Sisitem Informasi Dinas Kesehatan
17
g. Pengguna Data .
18
2.4 Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia (Masalah
Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ))
a. Upaya kesehatan
b. Pembiayaan Kesehatan
19
fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan
tidak sesuai dengan formularium.
20
Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum
didukung oleh data yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang
baik dapat mendukung tersedianya data dan informasi kesehatan
yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan kebijakan
pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum
dibawah ini :
21
Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat. Pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun dikarenakan
kebijakan dan standar pelayanan bidang kesehatan masingmasing
pemerintah daerah berbeda-beda, maka sistem informasi kesehatan
yang dibangun pun berbeda pula. Perbedaan tersebut menimbulkan
berbagai permasalahan dalam pengelolaan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS) secara umum, diantaranya :
22
banyaknya laporan yang harus dibuat berdasarkan permintaan dari
berbagai program di Kementrian Kesehatan, dimana data antara satu
laporan dari satu program dengan laporan lain dari program lainnya
memiliki dataset yang hampir sama, sedangkan aplikasi untuk
membuat berbagai laporan tersebut berbeda-beda. Sehingga
menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, yang
menghabiskan banyak sumberdaya dan waktu dari petugas
puskesmas.
23
digambarkan bahwa masih ditemukannya beberapa puskesmas yang tidak
sesuai dalam proses pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan masih
adanya 5 Puskesmas yang tidak menggunakan komputer dari 19 Puskesmas
yang ada.
2. Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya
jumlah bayi.
3. Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.
24
c. Ancaman pada Sistem Informasi
Ancaman keamanan sistem informasi adalah sebuah aksi yang
terjadi baik dari dalam sistem maupun dari luar sistem yang dapat
mengganggu keseimbangan sistem informasi.Ancaman terhadap keamanan
informasi berasal dari individu, organisasi, mekanisme, atau kejadian yang
memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan pada sumber-sumber
informasi.Pada kenyataannya ancaman dapat bersifat internal, yaitu berasal
dari dalam perusahaan, maupun eksternal atau berasal dari luar perusahaan.
Ancaman juga dapat terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja..Ancaman
selama ini hanya banyak di bahas dikalangan akademis saja.Tidak banyak
masyarakat yang mengerti tentang ancaman bagi keamanan sistem
informasi mereka. Masyarakat hanya mengenal kejahatan teknologi dan
dunia maya hanya apabila sudah terjadi “serangan“ atau “attack”. Sebuah
hal yang perlu disosialisasikan dalam pembahasan tentang keamanan sistem
terhadap masyarakat adalah mengenalkan “ancaman” kemudian baru
mengenalkan ‘serangan’ kepada masyarakat. Perlu di ketahui bahwa
serangan dimulai dengan ancaman, dan tidak akan ada serangan sebelum
adanya ancaman. Serangan dapat diminimalisir apabila ancaman sudah
diprediksi dan dipersiapkan antisipasi sebelumnya atau mungkin sudah
dihitung terlebih dahulu melalui metode -metode penilaian resiko dari
sebuah ancaman. Ada beberapa metode yang digunakan dalam
mengklasifikasikan ancaman, salah satunya adalah Stride Method (metode
stride) . STRIDE merupakan singkatan dari:
25
• Repudiation yaitu membuat sebuah sistem atau database dengan
sengaja salah, atau sengaja menyisipkan bugs, atau menyertakan virus
tertentu didalam aplikasi sehingga dapat digunakan untuk mengakses
sistem pada suatu saat.
• Information disclosure yaitu membuka atau membaca sebuah informasi
tanpa memiliki hak akses atau membaca sesuatu tanpa mempunyai hak
otorisasi.
• Denial of service yaitu membuat sebuah sistem tidak bekerja atau tidak
dapat digunakan oleh orang lain.
• Elevation of priviledge yaitu menyalahgunakan wewenang yang
dimiliki untuk mengakses sebuah sistemuntuk kepentingan pribadi.
26
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada Model ini terdapat 7 komponen alur yang saling terhubug dan
saling terkait yaitu:
28
3.1 Saran
29
untuk makalah ini , diharapkan dengan makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca
30
DAFTAR PUSTAKA
31