FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2020 A. Pengertian Pendidikan kesehatan adalah splikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehtan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pendidikan kesehatan keluarga berfokus pada fungsi keluarga yang sehat dalam perspektif sistem keluarga dan memberikan pendekatan terutama pencegahan, keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk berfungsi secara sehat secara luas dikenal: keterampilan komunikasi yang kuat, pengetahuan tentang perkembangan khas manusia, keterampilan membuat keputusan yang baik, positif harga diri, dan hubungan interpersonal yang sehat (Notoatmodjo, 2012). B. Tujuan Suatu pendidikan kesehatan dalam keluarga secara umum memiliki tujuan untuk mengubah perilaku individu dan masyarakat dibidang kesehatan. Menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk merubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat dan mengupayakan derajat kesehatan yang optimal merupakan tujuan pokok pendidikn kesehatan. Secara leboh rinci tujuan pendidikan kesehatan disebutkan oleh suryani (2009) menjadi tiga macam yaitu: 1. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung jawab didalam penyuluhannya mengarahkan kepada keadaan bahwa cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari – hari. 2. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat didalam kelompok. Itulah sebabnya dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar (phc) diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata adalah pkmd, satu contoh pkmd adalah posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah mencegah timbulnya penyakit. 3. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan. Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan yang ada sebagaimana semestinya. C. Bentuk-bentuk Pendidikan Keluarga Keluarga dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Keluarga inti, yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak, atau hanya ibu atau bapak atau nenek dan kakek. 2. Keluarga inti terbatas, yang terdiri dari ayah dan anak-anaknya, atau ibu dan anak-anaknya. 3. Keluarga luas (extended family), yang cukup banyak ragamnya seperti rumah tangga nenek yang hidup dengan cucu yang masih sekolah, atau nenek dengan cucu yang telah kawin, sehingga isteri dan anakanaknya hidup menumpang juga. Ada tiga jenis hubungan keluarga yaitu: 1. Keluarga dekat (the close family), kerabat dekat yang terdiri atas individu yang terkait dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi, dan atau perkawinan, seperti suami isteri, orang tua, anak dan antar saudara (siblings). 2. Kerabat jauh (discretionari kin), kerabat jauh terdiri dari individu yang terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi dan atau perkawinan, tetapi ikatan keluarganya lebih dari pada kerabat dekat. Anggota kerabat jauh kadang-kadang tidak menyadari akan adanya hubungan keluarga tersebut. Hubungan yang terjadi di antara mereka biasanya karena kepentingan pribadi dan bukan karena adanya kewajiban sebagai anggota keluarga. Biasanya mereka terdiri atas paman, bibi, keponakan, dan sepupu. 3. Orang yang dianggap kerabat, seorang dianggap kerabat karena adanya hubungan yang khusus, misalnya hubungan antar teman akrab.
Bentuk keluarga yang berkembang di masyarakat ditentukan oleh
struktur keluarga dan domisili keluarga dalam seting masyarakatnya. Dalam hal ini keluarga dapat dikategorikan pada keluarga yang berada pada masyarakat pedesaan dengan bercirikan paguyuban, dan keluarga masyarakat perkotaan yang bercirikan patembayan. Keluarga pedesaan memiliki karakter keakraban antar anggota keluarga yang lebih luas dengan intensitas relasi yang lebih dekat, sedangkan keluarga perkotaan biasanya memiliki relasi lebih longgar dengan tingkat intensitas pertemuan lebih terbatas.
Dalam perkembangannya, kategori pedesaan dan perkotaan
menjadi bergeser karena dipengaruhi oleh peran-peran anggota keluarga yang turut bergeser pula. Dahulu konsep pencari nafkah dibebankan pada suami dengan status kepala keluarga namun pergeseran kehidupan keluarga pada masyarakat tradisional menjadi masyarakat urban modern dapat mengubah gaya hidup, peran-peran sosial, jenis pekerjaan dan volume serta wilayah kerja yang tidak dapat dipisahkan secara dikotomis.
Bentuk-bentuk keluarga mengikuti perubahan konstruksi sosial di
masyarakat. Pada masyarakat urban perkotaan seperti di Jakarta, terdapat tipologi keluarga yang tidak dapat dikategorikan ke dalam keluarga dari masyarakat nasib, mereka membentuk keluarga besar yang memiliki intensitas hubungan yang mirip dengan masyarakat paguyuban di pedesaan.
D. Fungsi Pendidikan Kesehatan
Suatu pendidikan kesehatan dalam keluarga secara umum memiliki tujuan untuk mengubah perilaku individu dan masyarakat di bidang kesehatan. Menurut WHO (1954), tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk merubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat dan mengupayakan derajat kesehatan yang optimal merupakan tujuan pokok pendidikan kesehatan. Secara lebih rinci tujuan pendidikan kesehatan disebutkan oleh azwar (1983) dalam suryani (2009) menjadi tiga macam, yaitu: 1. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan kepada keadaan bahwa cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari. 2. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar (PHC) diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata adalah PKMD, satu contoh PKMD adalah posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah mencegah timbulnya penyakit. 3. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan. Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan yang ada sebagaimana mestinya. Pendidikan kesehatan juga memiliki aspek penting yang salah satu diantaranya adalah komunikasi. Cara berkomunikasi yang digunakan dalam pendidikan kesehatan akan mempengaruhi hasil dalam memberikan pendidikan kesehatan pada seseorang. Komunikasi kesehatan masyarakat telah bergeser dari strategi yang sebagian demi sebagian ke proses yang menyeluruh berdasarkan atas penelitian dan perencanaan yang berfokuskan pada konsumen (Rasmuson, 1988 [seperti] dikutip oleh Machfoedz & Suryani, 2008). Tujuan komunikasi kesehatan masyarakat adalah menumbuhkan perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan berpacu pada peningkatan derajat kesehatan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan kesehatan menurut WHO.
Pendidikan kesehatan tidak dilakukan secara serta merta tanpa
persiapan atau perencanaan khusus. Perencanaan menjadi langkah awal penentu dalam sukses atau tidaknya sebuah program. Bagian dari perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi aspek perilaku yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan kemudian dilanjutkan dengan pengambilan langkah-langkah lain yang harus ditempuh sebagai bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari perencanaan. Setelah melakukan perencanaan dan pelaksanaan dalam pendidikan kesehatan, pemberi pendidikan kesehatan perlu mengadakan penilaian. Dengan adanya penilaian, maka kita akan dapat mengetahui hasil pekerjaan kita, yang akan dapat melihat kekurangannya sejauh mana hasil kemajuan dari sistem pendidikan kesehatan yang telah diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (Machfoedz & Suryani, 2008).
E. Materi Pendidikan Keluarga
Materi atau kurikulum pendidikan yang akan diajarkan dalam
keluarga seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan itu sendiri. Asas atau dasar materi pendidikan yang akan diberikan kepada anak hendaknya berdasarkan pada asas agama, asas falsafah, asas psikologi, dan asas sosial. Pendidikan yang berasaskan agama akan membantu anak untuk memiliki iman yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang akan membentuk pribadi yang bertaqwa dan berakhlak mulia. Materi yang berasaskan falsafah berarti materi yang bermuatan nilai-nilai spiritual, nilai-nilai natural, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai realistik, nilai-nilai perubahan, dan nilai-nilai kemanfaatan. Materi yang berasaskan psikologi berarti pendidikan yang diberikan seharusnya disesuaikan dengan tahap perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat dan karakter anak. Materi yang berasaskan sosial berarti materi yang berisikan niali- nilai ideal, ketrampilan, cara berpikir, adat-kebiasaan, tradisi, seni, dan unsur sosial kemasyarakatan lainnya. Secara garis besar materi pendidikan keluarga dapat dikelompokkan menjadi tiga : 1. Materi penguasaan diri. Proses mengajar anak untuk menguasai diri ini dimulai pada waktu orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihan dirinya, ini adalah latihan penguasaan diri pertama anak. Kemudian berkembang dari yang bersifat fisik kepada penguasaan diri secara emosional. Orang tua dalam hal ini dituntut melatih anak, baik secara instruksi maupun demokrasi. 2. Materi nilai yakni penanaman nilai-nilai dalam diri anak bersamaan dengan penguasaan diri. Misalnya saat bermain, orang tua dapat menyuruh anaknya untuk meminjamkan mainannya kepada temannya. Nilai dalam diri seseorang mulai terbentuk pada saat anak berusia 6 tahun, sehingga keluarga mempunyai peran penting dalam menanamkan nilai pada anak. 3. Materi peranan sosial. Setelah anak muncul kesadaran diri sendiri yang membedakannya dengan orang lain, anak mulai mempelajari peranan-peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya. Hal itu dipelajari dari interaksi sosial dalam keluarga kemudian dilanjutkan di lingkungan kelompok sebaya, sekolah, dan sebagainya. F. Metode Pendidikan Keluarga Untuk melaksanakan materi pendidikan diperlukan teknik – teknik agar memperoleh hasil maksimal. Banyak teknik yang dapat digunakan dalam mendidik anak, beberapa diantaranya adalah : 1. Keteladanan Keteladanan merupakan metode yang paling berpengaruh bagi anak. Stiap ucapan dan perbuatan orang tua akan dicontoh anak – anaknya. Dalam hal ini pendidik harus mencontohkan hal – hal yang baik kepada anak bukan hanya dengan perintah saja, sehingga hal – hal baik yang selalu dilakukan orang tua akan ditirunya. 2. Pembiasaan Dalam ilmu psikologi kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus minimal selama enak bulan menandakan kebiasaan itu telah menjadi bagian dari karakter atau perilaku tetap anak. Misalnya pembiasaan mengucapkan salam, mengajak anak shalat berjamaah di masjid, mengaji setelah shalat dll. 3. Pembinaan Pembinaan adalah arahan atau bimbingan yang intensif terhadap jiwa anak sehingga akan tumbuh pemahaman yang mendalam dan kesdaran untuk berperilaku sesuai dengan bimbingan yang diberikan. Metode pembinaan atau pemberian pengetahuan kepada anak ini diantaranya meliputi akidah, akhlak, ibadah, sosial, kejiwaan, jasmani, intelektual, dan etika sosial. 4. Dialog Dialog merupakan proses komunikasi dan interaksi yang harus terjaga dalam keluarga. Ini dilakukan dengan komunikasi yang intim, dari hati ke hati, bertukar pikiran antara orang tua dengan anak yang bertujuan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. 5. Hukuman Orang tua sebaai pendidik harus memberikan pemahaman sejak dini bahwa setiap perbuata akan ada konsekuensinya. Anak yang melakukan perbuatan yang baik akan mendapat hadiah bukan hanya materi mungkin bisa juga dengan pujian, sebaliknya anak yang melakukan perbuatan yang burukakan mendapat hukuman bukan semata – mata hukuman fisik namun dengan meminta anak agar bertanggung jawab dengan kesalahan yang dilakukan. 6. Kisah Dengan kisah atau cerita akan berpengaruh bagi jiwa dan akal anak melalui hikmah yang dapat diambil dari cerita tersebut. Misalknya kisah dari al-qur’an menganai kaum atau orang yang durhaka kepada Allah dll. 7. Internlisasi Teknik ini mengupayakan kesadaran untuk melakukan kebaikan melalui tiga tahap yaitu learning to know, learning to do, dan learning to be atau dengan konsep demonstrasi dari kebiasaan. 8. Tanya jawab Teknik ini dapat dipergunakan dalam pendidikan keluarga karena pada umumnya anak sejak kecil mereka akan sering bertanya, misalnya tentang siapa yang membuat bumi dan isinya, siapa tuhan dan lain sebagainya. Semakin besar anak tersebut, maka pertanyaannya juga semakin beragam. Karena itu orang tua harus pandai pandai dalam menjawab pertanyaan itu, agar tidak menimbulkan keraguan dalam jiwa anak. 9. Musyawarah dan diskusi Adakalanya dalam mendidik dalam keluarga kita akan menggunakan teknik ini, dimana anak akan dilibatkan untuk ikut memecahkan suatu masalah. Sehingga dengan demikian anak – anak akan merasakan diakui keberadaannya, terutama bagi anak yang sudah remaja. 10. Karya wisata Teknik karya wisata ialah suatu teknik mendidik dalam keluarga untuk mengajak anak – anak belajar lingkungan disekitarnya. Suatu waktu orang tua bisa mengajak anak berwisata seperti di pantai, bukit, atau kebun binatang untuk mengajarkan bagaimana lingkungannya hidup, dan lain sebagainya. G. Program pendidikan kesehatan keluarga 1. Penguatan pelibatan keluarga dan masyarakat dalam mendukung pendidikan anak di satuan pendidikan dan di rumah untuk penguatan pendidikan karakter dan budaya prestasi anak. 2. Penguatan konten dan contoh-contoh praktik baik di keluarga dan di satuan pendidikan. 3. Penguatan pendidikan karakter anak dan remaja melalui satuan pendidikan serta media cetak dan non-cetak, terutama media online sebagai kanal utama untuk dapat diakses oleh masyarakat luas. DAFTAR PUSTAKA
Atashendartini Habsjah, Jender dan Pola Kekerabatan dalam TO Ihromi (ed),
Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), h.218.
Http:// sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
Machfoedz, I., Suryani, E. (2008). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan (edisi kesatu). Yogyakarta: Fitramaya.
Mufidah ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN
Malang Press, 2008), cet. Ke-1, h.41
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian ksehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryani. 2009. Keperawatan Anak dan Keluarga. Jakarta: EGC.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu