Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TERSTRUKTUR KEPERAWATAN KELUARGA

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN KELUARGA

Dosen Pembimbing : Ns. Dewi Setyawati, MNS


Disusun Oleh :
1. Nafiatul Khoiriyah (G2A017144)
2. Anugrah Samudra RSP (G2A017145)
3. Zidha ‘Ilma (G2A017146)
4. Nia Nafisatul Fadhilah (G2A017147)
5. Ana Ferawati (G2A017148)
6. Nasyifa Zulfa Choerunisa (G2A017149)
7. Vika Widyasari (G2A017150)
8. Eka Putri Prasasti (G2A017151)
9. Setyawati (G2A017152)
10. Barotunnikmah (G2A017153)
11. Faidatus Sa’adah (G2A017155)
12. Salsabella Zulino (G2A017156)
13. Ika Riftiya Fitriyani (G2A017157)
14. Firda Nur Rahma Santie (G2A017158)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
A. Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah splikasi atau penerapan pendidikan
dalam bidang kesehtan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah
semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap,
praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Pendidikan kesehatan keluarga berfokus pada fungsi keluarga yang
sehat dalam perspektif sistem keluarga dan memberikan pendekatan
terutama pencegahan, keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk berfungsi secara sehat secara luas dikenal: keterampilan komunikasi
yang kuat, pengetahuan tentang perkembangan khas manusia,
keterampilan membuat keputusan yang baik, positif harga diri, dan
hubungan interpersonal yang sehat (Notoatmodjo, 2012).
B. Tujuan
Suatu pendidikan kesehatan dalam keluarga secara umum memiliki
tujuan untuk mengubah perilaku individu dan masyarakat dibidang
kesehatan. Menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk
merubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat.
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
memelihara perilaku sehat dan mengupayakan derajat kesehatan yang
optimal merupakan tujuan pokok pendidikn kesehatan. Secara leboh rinci
tujuan pendidikan kesehatan disebutkan oleh suryani (2009) menjadi tiga
macam yaitu:
1. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung
jawab didalam penyuluhannya mengarahkan kepada keadaan bahwa
cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari – hari.
2. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri
maupun menciptakan perilaku sehat didalam kelompok. Itulah
sebabnya dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar (phc) diarahkan agar
dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata adalah
pkmd, satu contoh pkmd adalah posyandu. Seterusnya dalam kegiatan
ini diharapkan adanya langkah-langkah mencegah timbulnya penyakit.
3. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat
memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan.
Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan
yang ada sebagaimana semestinya.
C. Bentuk-bentuk Pendidikan Keluarga
Keluarga dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Keluarga inti, yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak, atau hanya ibu
atau bapak atau nenek dan kakek.
2. Keluarga inti terbatas, yang terdiri dari ayah dan anak-anaknya, atau ibu
dan anak-anaknya.
3. Keluarga luas (extended family), yang cukup banyak ragamnya seperti
rumah tangga nenek yang hidup dengan cucu yang masih sekolah, atau
nenek dengan cucu yang telah kawin, sehingga isteri dan anakanaknya
hidup menumpang juga.
Ada tiga jenis hubungan keluarga yaitu:
1. Keluarga dekat (the close family), kerabat dekat yang terdiri atas
individu yang terkait dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi,
dan atau perkawinan, seperti suami isteri, orang tua, anak dan antar
saudara (siblings).
2. Kerabat jauh (discretionari kin), kerabat jauh terdiri dari individu yang
terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi dan atau
perkawinan, tetapi ikatan keluarganya lebih dari pada kerabat dekat.
Anggota kerabat jauh kadang-kadang tidak menyadari akan adanya
hubungan keluarga tersebut. Hubungan yang terjadi di antara mereka
biasanya karena kepentingan pribadi dan bukan karena adanya
kewajiban sebagai anggota keluarga. Biasanya mereka terdiri atas
paman, bibi, keponakan, dan sepupu.
3. Orang yang dianggap kerabat, seorang dianggap kerabat karena adanya
hubungan yang khusus, misalnya hubungan antar teman akrab.

Bentuk keluarga yang berkembang di masyarakat ditentukan oleh


struktur keluarga dan domisili keluarga dalam seting masyarakatnya.
Dalam hal ini keluarga dapat dikategorikan pada keluarga yang berada
pada masyarakat pedesaan dengan bercirikan paguyuban, dan keluarga
masyarakat perkotaan yang bercirikan patembayan. Keluarga pedesaan
memiliki karakter keakraban antar anggota keluarga yang lebih luas
dengan intensitas relasi yang lebih dekat, sedangkan keluarga perkotaan
biasanya memiliki relasi lebih longgar dengan tingkat intensitas pertemuan
lebih terbatas.

Dalam perkembangannya, kategori pedesaan dan perkotaan


menjadi bergeser karena dipengaruhi oleh peran-peran anggota keluarga
yang turut bergeser pula. Dahulu konsep pencari nafkah dibebankan pada
suami dengan status kepala keluarga namun pergeseran kehidupan
keluarga pada masyarakat tradisional menjadi masyarakat urban modern
dapat mengubah gaya hidup, peran-peran sosial, jenis pekerjaan dan
volume serta wilayah kerja yang tidak dapat dipisahkan secara dikotomis.

Bentuk-bentuk keluarga mengikuti perubahan konstruksi sosial di


masyarakat. Pada masyarakat urban perkotaan seperti di Jakarta, terdapat
tipologi keluarga yang tidak dapat dikategorikan ke dalam keluarga dari
masyarakat nasib, mereka membentuk keluarga besar yang memiliki
intensitas hubungan yang mirip dengan masyarakat paguyuban di
pedesaan.

D. Fungsi Pendidikan Kesehatan


Suatu pendidikan kesehatan dalam keluarga secara umum memiliki
tujuan untuk mengubah perilaku individu dan masyarakat di bidang
kesehatan. Menurut WHO (1954), tujuan pendidikan kesehatan adalah
untuk merubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat
menjadi perilaku sehat. Tercapainya perubahan perilaku individu,
keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat dan
mengupayakan derajat kesehatan yang optimal merupakan tujuan pokok
pendidikan kesehatan. Secara lebih rinci tujuan pendidikan kesehatan
disebutkan oleh azwar (1983) dalam suryani (2009) menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung
jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan kepada keadaan bahwa
cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-hari.
2. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri
maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah
sebabnya dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar (PHC) diarahkan
agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata
adalah PKMD, satu contoh PKMD adalah posyandu. Seterusnya dalam
kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah mencegah timbulnya
penyakit.
3. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat
memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan.
Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan
yang ada sebagaimana mestinya.
Pendidikan kesehatan juga memiliki aspek penting yang salah satu
diantaranya adalah komunikasi. Cara berkomunikasi yang digunakan
dalam pendidikan kesehatan akan mempengaruhi hasil dalam memberikan
pendidikan kesehatan pada seseorang. Komunikasi kesehatan masyarakat
telah bergeser dari strategi yang sebagian demi sebagian ke proses yang
menyeluruh berdasarkan atas penelitian dan perencanaan yang
berfokuskan pada konsumen (Rasmuson, 1988 [seperti] dikutip oleh
Machfoedz & Suryani, 2008). Tujuan komunikasi kesehatan masyarakat
adalah menumbuhkan perubahan perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan dan berpacu pada peningkatan derajat kesehatan. Hal ini sejalan
dengan tujuan pendidikan kesehatan menurut WHO.

Pendidikan kesehatan tidak dilakukan secara serta merta tanpa


persiapan atau perencanaan khusus. Perencanaan menjadi langkah awal
penentu dalam sukses atau tidaknya sebuah program. Bagian dari
perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi aspek perilaku yang
menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan kemudian dilanjutkan
dengan pengambilan langkah-langkah lain yang harus ditempuh sebagai
bentuk pelaksanaan tindak lanjut dari perencanaan. Setelah melakukan
perencanaan dan pelaksanaan dalam pendidikan kesehatan, pemberi
pendidikan kesehatan perlu mengadakan penilaian. Dengan adanya
penilaian, maka kita akan dapat mengetahui hasil pekerjaan kita, yang
akan dapat melihat kekurangannya sejauh mana hasil kemajuan dari sistem
pendidikan kesehatan yang telah diterapkan untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut (Machfoedz & Suryani, 2008).

E. Materi Pendidikan Keluarga

Materi atau kurikulum pendidikan yang akan diajarkan dalam


keluarga seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan
itu sendiri. Asas atau dasar materi pendidikan yang akan diberikan kepada
anak hendaknya berdasarkan pada asas agama, asas falsafah, asas
psikologi, dan asas sosial.
Pendidikan yang berasaskan agama akan membantu anak untuk
memiliki iman yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang akan
membentuk pribadi yang bertaqwa dan berakhlak mulia. Materi yang
berasaskan falsafah berarti materi yang bermuatan nilai-nilai spiritual,
nilai-nilai natural, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai realistik, nilai-nilai
perubahan, dan nilai-nilai kemanfaatan. Materi yang berasaskan psikologi
berarti pendidikan yang diberikan seharusnya disesuaikan dengan tahap
perkembangan, pertumbuhan, bakat, minat dan karakter anak.
Materi yang berasaskan sosial berarti materi yang berisikan niali-
nilai ideal, ketrampilan, cara berpikir, adat-kebiasaan, tradisi, seni, dan
unsur sosial kemasyarakatan lainnya. Secara garis besar materi pendidikan
keluarga dapat dikelompokkan menjadi tiga :
1. Materi penguasaan diri.
Proses mengajar anak untuk menguasai diri ini dimulai pada waktu
orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihan dirinya, ini
adalah latihan penguasaan diri pertama anak. Kemudian berkembang
dari yang bersifat fisik kepada penguasaan diri secara emosional.
Orang tua dalam hal ini dituntut melatih anak, baik secara instruksi
maupun demokrasi.
2. Materi nilai
yakni penanaman nilai-nilai dalam diri anak bersamaan dengan
penguasaan diri. Misalnya saat bermain, orang tua dapat menyuruh
anaknya untuk meminjamkan mainannya kepada temannya. Nilai
dalam diri seseorang mulai terbentuk pada saat anak berusia 6 tahun,
sehingga keluarga mempunyai peran penting dalam menanamkan nilai
pada anak.
3. Materi peranan sosial.
Setelah anak muncul kesadaran diri sendiri yang membedakannya
dengan orang lain, anak mulai mempelajari peranan-peranan sosial
yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya. Hal itu dipelajari dari
interaksi sosial dalam keluarga kemudian dilanjutkan di lingkungan
kelompok sebaya, sekolah, dan sebagainya.
F. Metode Pendidikan Keluarga
Untuk melaksanakan materi pendidikan diperlukan teknik – teknik
agar memperoleh hasil maksimal. Banyak teknik yang dapat digunakan
dalam mendidik anak, beberapa diantaranya adalah :
1. Keteladanan
Keteladanan merupakan metode yang paling berpengaruh bagi
anak. Stiap ucapan dan perbuatan orang tua akan dicontoh anak –
anaknya. Dalam hal ini pendidik harus mencontohkan hal – hal yang
baik kepada anak bukan hanya dengan perintah saja, sehingga hal – hal
baik yang selalu dilakukan orang tua akan ditirunya.
2. Pembiasaan
Dalam ilmu psikologi kebiasaan yang dilakukan secara terus
menerus minimal selama enak bulan menandakan kebiasaan itu telah
menjadi bagian dari karakter atau perilaku tetap anak. Misalnya
pembiasaan mengucapkan salam, mengajak anak shalat berjamaah di
masjid, mengaji setelah shalat dll.
3. Pembinaan
Pembinaan adalah arahan atau bimbingan yang intensif terhadap
jiwa anak sehingga akan tumbuh pemahaman yang mendalam dan
kesdaran untuk berperilaku sesuai dengan bimbingan yang diberikan.
Metode pembinaan atau pemberian pengetahuan kepada anak ini
diantaranya meliputi akidah, akhlak, ibadah, sosial, kejiwaan, jasmani,
intelektual, dan etika sosial.
4. Dialog
Dialog merupakan proses komunikasi dan interaksi yang harus
terjaga dalam keluarga. Ini dilakukan dengan komunikasi yang intim,
dari hati ke hati, bertukar pikiran antara orang tua dengan anak yang
bertujuan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
5. Hukuman
Orang tua sebaai pendidik harus memberikan pemahaman sejak
dini bahwa setiap perbuata akan ada konsekuensinya. Anak yang
melakukan perbuatan yang baik akan mendapat hadiah bukan hanya
materi mungkin bisa juga dengan pujian, sebaliknya anak yang
melakukan perbuatan yang burukakan mendapat hukuman bukan
semata – mata hukuman fisik namun dengan meminta anak agar
bertanggung jawab dengan kesalahan yang dilakukan.
6. Kisah
Dengan kisah atau cerita akan berpengaruh bagi jiwa dan akal anak
melalui hikmah yang dapat diambil dari cerita tersebut. Misalknya
kisah dari al-qur’an menganai kaum atau orang yang durhaka kepada
Allah dll.
7. Internlisasi
Teknik ini mengupayakan kesadaran untuk melakukan kebaikan
melalui tiga tahap yaitu learning to know, learning to do, dan learning
to be atau dengan konsep demonstrasi dari kebiasaan.
8. Tanya jawab
Teknik ini dapat dipergunakan dalam pendidikan keluarga karena
pada umumnya anak sejak kecil mereka akan sering bertanya,
misalnya tentang siapa yang membuat bumi dan isinya, siapa tuhan
dan lain sebagainya. Semakin besar anak tersebut, maka pertanyaannya
juga semakin beragam. Karena itu orang tua harus pandai pandai
dalam menjawab pertanyaan itu, agar tidak menimbulkan keraguan
dalam jiwa anak.
9. Musyawarah dan diskusi
Adakalanya dalam mendidik dalam keluarga kita akan
menggunakan teknik ini, dimana anak akan dilibatkan untuk ikut
memecahkan suatu masalah. Sehingga dengan demikian anak – anak
akan merasakan diakui keberadaannya, terutama bagi anak yang sudah
remaja.
10. Karya wisata
Teknik karya wisata ialah suatu teknik mendidik dalam keluarga
untuk mengajak anak – anak belajar lingkungan disekitarnya. Suatu
waktu orang tua bisa mengajak anak berwisata seperti di pantai, bukit,
atau kebun binatang untuk mengajarkan bagaimana lingkungannya
hidup, dan lain sebagainya.
G. Program pendidikan kesehatan keluarga
1. Penguatan pelibatan keluarga dan masyarakat dalam mendukung
pendidikan anak di satuan pendidikan dan di rumah untuk penguatan
pendidikan karakter dan budaya prestasi anak.
2. Penguatan konten dan contoh-contoh praktik baik di keluarga dan di
satuan pendidikan.
3. Penguatan pendidikan karakter anak dan remaja melalui satuan
pendidikan serta media cetak dan non-cetak, terutama media online
sebagai kanal utama untuk dapat diakses oleh masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA

Atashendartini Habsjah, Jender dan Pola Kekerabatan dalam TO Ihromi (ed),


Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004), h.218.

Http:// sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

Machfoedz, I., Suryani, E. (2008). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi


Kesehatan (edisi kesatu). Yogyakarta: Fitramaya.

Mufidah ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN


Malang Press, 2008), cet. Ke-1, h.41

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian ksehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryani. 2009. Keperawatan Anak dan Keluarga. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai