Anda di halaman 1dari 5

Materi Debat

Pemerintah meniadakan penggunaan seragam sekolah

Pro
Kebijakan seragam tidak mendasar

Peniadaan penggunaan seragam sekolah. Tepatkah kebijaksanaan menghapus seragam


sekolah? Kebijakan seragam sekolah bukanlah kebijakan mendasar karena itu hanyalah
atribut, asesoris. Seragam sekolah tidak memiliki korelasi dengan prestasi siswa dan kualitas
pendidikan nasional.

Tanpa adanya ketentuan dan keharusan memakai seragam pun pendidikan nasional
harus jalan. Generasi muda sebagai penerus bangsa harus tetap mendapatkan
pendidikan agar memiliki kapabilitas dan kemampuan meneruskan mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pasal 19 Deklarasi Universal HAM (DUHAM) PBB

Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat dan
berekspresi; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk
mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja
dan dengan tidak memandang batas-batas (wilayah).

Kaitan dengan dampak negatif

Kebijakan Mendiknas menghapus seragam sekolah patut dipertimbangkan. Kita tidak


perlu khawatir penghapusan seragam sekolah akan menimbulkan efek negatif terhadap siswa
misalnya akan terjadi perang pamer kekayaan. Siswa keluarga kaya akan memamerkan
pakaian mewahnya, sehingga menimbulkan kecemburuan siswa lain. Pada sisi lain, pada saat
ini amat sulit menghentikan menonjolnya strata ekonomi tertentu untuk seorang siswa.
Sekolah tidak pernah melarang siswa ke sekolah dengan kendaraan pribadi atau antarjemput
dengan sopir pribadi. Tidak ada larangan pula seorang siswa membawa telepon selular ke
sekolah.
Tidak cuma itu, siswa dari golongan mampu pun memilih menggunakan sepatu dari
merek ternama, karena memakai sepatu mahal tidak melanggar aturan yang
diterapkan sekolahnya. Jadi pamer kekayaan dan kecemburuan pun tetap terjadi
walaupun seragam sekolah diberlakukan.

Bukan Pendidikan militer

Pendidikan sekolah dari SD hingga SMA bukanlah pendidikan militer. Bagi sebuah
angkatan perang, identitas memang amat dibutuhkan. Filosofinya untuk membedakan
tentara dengan masyarakat sipil dan membedakan satu kesatuan dengan kesatuan
lainnya. Di medan perang akan membedakan musuh dengan kawan.
Para saat ini, kebijakan tanpa seragam sekolah bila dikaitkan dengan upaya
perbaikan sistem pendidikan dan berujung pada upaya pemerintah untuk mengubah
pola berpikir dalam pendidikan, merupakan terobosan yang harus
diimplementasikan di sekolah-sekolah.

Pola fikir

Selain itu, sudah saatnya kita menyadari sepenuhnya, indoktrinasi generasi


melalui sistem pendidikan harus diubah dengan pola pendidikan yang lebih
interaktif dua arah. Siswa bukanlah objek tetapi adalah subjek pendidikan.

Hubungan siswa dengan sekolah, siswa dengan guru, harus didorong pada hubungan
kesetaraan pada pola berpikir, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
sekarang digunakan di tingkat SD hingga SMA menempatkan guru sebagai salah satu
sumber kebenaran informasi, bukan pemilik tunggal kebenaran informasi itu
sendiri. Dengan demikian terjadi pula demokratisasi di dalam dunia pendidikan.

Dengan menghapus seragam diharapkan siswa, orang tua siswa, guru dan pengelola
sekolah membuka wawasan berpikir seluas-luasnya, tentang pentingnya
mengeliminasi pola berpikir formal yang selama ini telah menghambat kreativitas
baik siswa maupun guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan bakat-bakat
alamiahnya menjadi lebih berpikir substantif (pendekatan isi).

Saya meyakini, kebebasan berpikir dan tidak terbelenggu pada pola berpikir
formal, secara jangka panjang berdampak positif kepada perkembangan generasi
muda bangsa. Kita pun tidak perlu berburuk sangka, bahwa penghapusan seragam
akan berdampak pada tingkat kedisiplinan siswa dan menumbuhkan kecemburuan
sosial antara siswa yang mampu dan tidak mampu.
Pengalaman ketika duduk di SMP dan SMA yang tidak berseragam sekolah,
menunjukan kecerdasan intelektual, disiplin dan rasa kesetiakawanan yang tinggi
bisa terwujud.

Adalah lebih tepat apabila disiplin diajarkan tidak secara formal seperti di
dalam pendidikan militer, tetapi ditempatkan pada kerangka pola dan perilaku
masyarakat secara lebih luas. Disiplin haruslah dimulai dari tingkat paling
dasar, yakni rumah tangga.

Artinya, orang tua dan anggota keluarga harus menjadi garda terdepan
keteladanan bagi siswa untuk bersikap disiplin bagi diri sendiri dan orang
lain. Disiplin harus dilakukan sebagai tanggung jawab bukan sebagai
indoktrinasi. Disiplin bukanlah sekadar formalitas melalui seragam sekolah,
karena seragam sekolah bukanlah unsur elementer dalam sistem pendidikan
nasional.

Alternatif

Yang akan terjadi jika seragam ditiadakan

1. Berkurangnya keributan antar sekolah


2. Berkurangnya kasus kenakalan remaja (tawuran)
3. Berkurangnya tekanan siswa akan peraturan sekolah
4. Mengurangi beban orang tua
5. Berkurangnya kemungkinan kejadian yang menyebabkan citra buruk suatu
sekolah
Kontra
Seragam sekolah

Seragam sekolah adalah seragam yang digunakan sebagai identitas siswa-siswi


disebuah lembaga pendidikan baik negeri ataupun swasta. Negara yang berada didunia ini
mempunyai ketentuan masing-masing dalam ketentuan seragam sekolah bagi siswa dan
siswinya, khususnya pada siswa siswi sekolah dasar dan menengah. Negara yang kita cintai
ini, ketentuan memakai seragam sekolah ditetapkan secara beragam, baik berdasarkan jenjang
pendidikan maupun jenisnya.

Pembeda Jenjang Sekolah

Misalnya, SD Al Ma’soem mengenakan seragam putih oranye, SMP Al Ma’soem


mengenakan seragam putih krem dan SMA Al Ma’soem mengenakan seragam putih coklat. Jadi para
guru bisa mudah mengenali murid yang mereka temui ketika beraktivitas di dalam sekolah, bisa pula
ketika berada di luar sekolah.

Menurunkan Kesenjangan Sosial

Hal yang satu ini berhubungan dengan keberagaman latar belakang peserta didik.
Seragam sekolah mampu menurunkan kecenderungan ajang pamer antara siswa dari keluarga mampu
dan siswa dari keluarga tidak mampu. Dari perspektif lain, dengan seragam yang sama bisa menaikan
kepercayaan diri siswa karena memilki kesempatan yang sama untuk bisa berprestasi di sekolah.

Identitas Sekolah

ini bisa memberikan kesempatan kepada pihak sekolah untuk membentuk identitas
sekolah masing-masing. Pihak sekolah bisa bebas menentukan seragam khusus, misalnya
menyesuaikan dengan visi dan misi sekolah.

Khususnya ketika sedang mengikuti kompetisi lomba, seragam sekolah bisa menjadi
“kostum” formal yang membedakan antar peserta sekolah. Sebagai juri perlombaan akan
lebih mudah mengindetifikasi peserta perlombaan dengan melihat seragam sekolah yang
digunakan oleh peserta siswa. Adapun dari sekolah di Yayasan Al Ma’soem memiliki jenis
seragam batik motif dengan warna dominan oranye biru.
Melatih Profesionalisme

Di dunia kerja profesional, segi penampilan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Di
samping mengenakan seragam yang telah ditentukan, kerapihan juga perlu diperhatikan.
Misalnya memasukkan baju ke dalam celana, menyisir rambut dengan rapi, menggunakan
kaos kaki dan sepatu sesuai peraturan sekolah dan lain-lain. Memang, manfaat penggunaan
seragam pada poin ini tidak langsung dirasakan oleh para siswa, tetapi bisa menjadi
pembelajaran sejak dini bagaimana menjadi pribadi yang mampu tampil baik dari segi
tampilan

Negara Negara dengan disiplin tinggi

Seragam digunakan oleh banyak sekolah negara maju di Asia, contohnya Jepang.
Negara matahari terbit tersebut merupakan negara dengan tingkat kedisiplinan nomor 1 di
dunia. Dari mana mereka mendapatkan predikat tersebut? Dari Pendidikan mereka semenjak
mereka dilahirkan. Dari kecil orang-orang jepang telah dididik disiplin mulai dari hal-hal
kecil, salah satunya kerapihan dalam berseragam. Dari situ siswa-siswi jepang terbiasa
menerapkan sikap disiplin pada kehidupan sehari hari, terbukti dari keseriusan pemerintah
menerapkan peraturan berseragam dibarengi dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya
kedisiplinan untuk kehidupan lama kelamaan akan meningkatkan kedisiplinan warga negara
kita.

Anda mungkin juga menyukai