Anda di halaman 1dari 179

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMASANG KANCING

BAJU MELALUI MEDIA KANCING


(Action Research dalam Pelajaran Bina Diri Terhadap Anak
Tuna Grahita Sedang Kelas D6 SLB N 2 Padang)

Oleh :
GUSMAIDA, S.Pd
NIP 196708211992032004

SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 2 PADANG


PROVINSI SUMATERA BARAT
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia lahir sesuai dengan fitrahnya yaitu sebagai mahkluk individu
dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan Interaksi
dan sosialisasi dengan lingkungan, dimana dalam proses interaksi itu
seseorang perlu menyesuaikan diri dengan norma-norma, nilai-nilai, tatanan
dan adat istiadat yang berlaku dimasyarakat, agar tercipta hubungan yang
serasi dan harmonis. Salah satu bentuk penyesuaian diri seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat misalnya dalam hal berpakaian.
Berpakaian

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia,selain

menutup aurat, pakaian juga merupakan lambang pernyataan status sosial


seseorang dalam masyarakat. Dari cara berpakaian dapat menunjukkan
kesopanan ketinggian budi pekerti, dan kepribadian seseorang. Seperti pepatah
minang Rancak rupo dapek diliek, elok bunyi dapek didanga (Ermaleli,
2004:28) dapat dimaknai bahwa dari cara berpakaian seseorang dapat
menunjukkan karakter si pemakainya. Hal yang sama juga diperjelas dalam
Alquran (AlAraf : 26) yang berbunyi : Wahai anak Adam, sesungguhnya
kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itu yang paling baik. Yang
demikian itu tanda-tanda kurnia Allah supaya mereka ingat.
Masalah berpakaian bagi anak normal merupakan sesuatu pekerjaan
yang mudah. Mereka bisa memperoleh melalui pengamatan, dikarenakan
1

tingkat kecerdasan mereka normal. Kemampuan mereka dipengaruhi oleh


tingkat

kecerdasan.

kemampuannya.

Makin

cerdas

seseorang

maka

makin

besar

Demikian sebaliknya makin rendah kecerdasan seseorang,

makin sedikit kemampuan yang bisa mereka peroleh. Berbeda dengan anak
tuna grahita, mereka mengalami keterbatasan Intelegensi yang berada dibawah
rata-rata mengakibatkan banyak hambatan bagi mereka dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Pada akhirnya mereka tak dapat mengurus diri sendiri
sesuai dengan usianya. Dalam hal berpakaian, mereka perlu latihan-latihan
yang terprogram secara rinci dan kontiniu serta membutuhkan kesabaran
dalam jangka waktu yang lebih lama pula.
Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa banyak anak tunagrahita
yang belum mandiri melakukan kegiatan sehari-hari, mereka masih
membutuhkan pertolongan orang lain, untuk itu disekolah diberikan
bermacam-macam pelajaran mengurus diri sendiri, diantaranya diajarkan
bagaimana cara berpakaian baik dan rapi yang diberikan melalui mata
pelajaran Pendidikan Menolong Diri Sendiri. Dengan harapan agar anak
tunagrahita ini dapat mandiri, tidak terlalu tergantung pada bantuan orang
lain serta mempunyai rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan ditemukan
adanya siswa tunagrahita ringan yang belum mampu

mengurus dirinya

sendiri khususnya dalam hal berpakaian. Hal ini terlihat dari kondisi yang
tampak sehari-hari di sekolah. Pada waktu pagi hari saat anak sampai di
sekolah baju mereka kelihatan rapi,tetapi setelah siang hari/selesai jam

istirahat baju mereka terlihat acak-acakan, baju sudah keluar dari celana,
kancing baju sudah terlepas dari lobangnya, hak dan resleting celana yang
tidak terpasang setelah buang air, celana yang basah karena kencing. Dan
ketika anak diminta memasangkan kembali anak tidak bisa memasang hak
dan resleting celananya serta anak juga tidak bisa memasukan kancing baju
ke lobangnya, mereka pergi minta bantuan kepada orang tua

yang

menunggu anak di sekolah. Kadang penulis mendekati dan bertanya kepada


anak siapa yang memasang baju setiap hari? Mereka menjawab orang
tuanya.

Untuk

membuktikan

jawaban

anak-anak

tersebut

penulis

menanyakan hal itu kepada orang tua mereka, dan mereka membenarkan hal
tersebut dengan alasan yang berbeda-beda. Ada yang merasa kasihan dan ada
yang selalu memanjakan sehingga anak selalu dibantu dan tidak diberi
kesempatan untuk melakukannya sendiri. Padahal kenyataannya anak
tunagrahita ringan kelas D6 cukup mempunyai potensi untuk berkembang.
Mereka mempunyai koordinasi mata dan tangan yang baik, motorik kasar
dan halus yang cukup serta mempunyai konsep ruang dan ketahanan duduk
yang baik,

mereka juga mempunyai pemahaman yang cukup. Apabila

potensi ini dikembangkan melalui pendidikan dan latihan secara kontiniu


dan optimal akan mendorong anak tunagrahita ringan kelas D6 mencapai
kemandiriannya.
Penulis berpikir kalau hal ini dibiarkan berlarut-larut akan berakibat
buruk bagi perkembangan anak. Anak tidak akan mampu mengoptimalkan
potensinya yang mengakibatkan ketidakberdayaan. Semestinya anak

tunagrahita diberikan kesempatan untuk melakukan sendiri bagaimana cara


berpakaian yang benar. Dengan harapan ia bisa mengurus diri tanpa harus
bergantung pada bantuan orang lain.
Selama ini guru telah mengajarkan cara memakai baju pada anak
dengan menggunakan metoda latihan dan media asli yaitu menggunakan
baju sekolah siswa. Guru telah meragakan cara memasang baju yang rapi dan
anak diminta melakukan sendiri,memasang baju secara bergantian. Namun
hasil yang diperoleh belum optimal, nampaknya instruksi yang diberikan
guru terlalu membingungkan sehingga anak kurang memahami penjelasan
guru dengan baik. Pada waktu latihan diberikan anak juga kesulitan dalam
memasang dan melepas kancing baju ke lobangnya, memasang hak dan
resleting celana. Hal tersebut juga dikarenakan jam belajar yang terbatas,
ruang belajar/ruang latihan yang kurang mendukung, alat peraga serta media
yang terbatas, latihan yang tidak terus menerus. Ini juga merupakan kendala,
disamping keterbatasan yang dimiliki anak tuna grahita ringan. Selain itu
penulis juga melihat guru kurang variatif dalam menentukan jenis metode
dan media yang cocok dengan karakter dan kebutuhan anak, sehingga anak
menjadi cepat bosan dan tidak tarik mengikuti pelajaran dan hasil yang
diharapkan kurang maksimal. Semestinya guru SLB harus

lebih kreatif

dalam melakukan variasi mengajar, baik metode strategi pendekatan serta


pemilihan media yang cocok dengan anak. Sehingga mampu menciptakan
lingkungan dan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik perhatian
anak dalam memahami pesan-pesan yang disampaikan guru.

Wujud kreativitas itu adalah keinginan penulis untuk mencoba


mengembangkan media yang bervariasi, baik bentuk, ukuran, warna, dan
jenis bahannya. Hal ini penulis bicarakan dengan guru lain yang juga pernah
mengajar anak untuk membantu anak dalam meningkatkan keterampilan
berpakaian. Penulis berfikir dengan menggunakan media yang lebih variatif
dan menarik akan lebih memotivasi anak dalam belajar, menghilangkan
kejenuhan dan kebosanan anak. Selain itu informasi yang disampaikan guru
akan lebih berkesan dan tersimpan lama pada ingatan anak. Di samping
media ini akan lebih praktis dan efesien dalam penggunaannya dari pada
guru harus direpotkan dengan membawa bermacam-macam model dan jenis
pakaian ke sekolah.
Berdasarkan kenyataan ini, timbul keinginan penulis untuk membantu
anak dalam berpakaian khususnya memasang kancing baju hak dan resleting
celana. Hal ini penulis diskusikan dengan teman sejawat dan mendapat
respon yang baik sehingga peneliti dan kolaborator memutuskan untuk
melaksanakan

penelitian

tindakan

kelas

yang

berkaitan

dengan

meningkatkan Keterampilan Memasang Kancing Baju Melalui Media


Kancing Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas D6 di SLB Perwari Padang,
sehingga diharapkan anak tunagrahita ringan dapat mengurus dirinya sendiri
dan mandiri dalam berpakaian tanpa harus bergantung pada bantuan orang
lain.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka timbulah berbagai masalah
yang dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Anak kesulitan memasang dan melepas kancing baju, hak dan resleting
celana.
2. Kebiasaan orang tua yang selalu membantu anak dalam berpakaian
sehingga anak kurang mandiri.
3. Metode dan media yang digunakan kurang bervariasi.
4. Siswa tunagrahita ringan sulit memahami petunjuk yang diberikan guru
dan cepat bosan dalam belajar
5. Latihan berpakaian yang diberikan selama ini belum optimal

C. Batasan Masalah
Agar pelaksanaan penelitian ini lebih efektif dan terarah maka penulis
membatasi sebagai berikut : Meningkatkan keterampilan memasang kancing
resleting dan kancing biasa bagi anak tunagrahita ringan Kls D6 di SLB
Perwari Padang.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan

permasalahan

di

atas

maka

dapat

dirumuskan

permasalahan penelitian ini yakni : Bagaimanakah upaya guru dalam


meningkatkan keterampilan memasang kancing baju bagi anak tuna grahita
ringan melalui media kancing pada kelas D6 di SLB Perwari Padang?.

E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka perlu ditetapkan pertanyaan
penelitian. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara meningkatkan keterampilan memasang kancing baju
melalui media kancing bagi anak tunagrahita ringan kelas D6 di SLB
Perwari Padang?
2. Apakah media kancing dapat meningkatkan keterampilan memasang
kancing baju bagi anak tunagrahita ringan kelas D6 di SLB Perwari
Padang?

F. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan pertanyaan penelitian, maka tujuan dari pelaksanaan
penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :
1. Mengetahui proses penggunaan media kancing dalam meningkatkan
keterampilan memasang kancing baju bagi anak tunagrahita ringan kelas
D6 di SLB Perwari Padang.
2. Meningkatkan keterampilan memasang kancing baju melalui media
kancing bagi anak tunagrahita ringan kelas D6 di SLB Perwari Padang.
G. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti :
1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran PMDS (memasang kancing).

2. Sebagai bentuk pembelajaran yang membantu siswa tunagrahita ringan


dalam meningkatkan keterampilan berpakaian(memasang kancing ).
3. Bagi pendidik (Kepala Sekolah, Guru, dan orang tua) dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam membimbing dan melatih anak
Tunagrahita dalam berpakaian.

BAB II
KAJIAN TEORI
A.

Hakekat Media Pembelajaran


1. Pengertian Media Pembelajaran
a.

Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan
bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber informasi ke pada penerima informasi disebut media
(Diknas 2003:9)
Pengertian media dalam kajian tulisan ini berkaitan dengan
proses belajar mengajar, sebab dalam proses belajar mengajar tidak
akan bisa menghapuskan penggunaan media. Sesuai maksud tersebut
Azhar Arsyad (2007:4) mengemukakan bahwa media adalah alat
yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Sementara itu Gagne dan Brigge dalam Arsyad (2007:6)
secara implisit mengatakan bahwa :
Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran
yang terdiri dari buku, tape-recorder, kaset, video
camera, video recorder, film slide (gambar bingkai),
foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan
kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau
wacana fisik yang mengandung materi instruksional di
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.

b.

Alat Bantu Pembelajaran


Selain media digunakan orang untuk menyalurkan pesan,
media juga bisa digunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar.
Hal ini suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri karena memang
gurulah yang menghendaki untuk membantu tugasnya dalam
menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang akan
diberikan kepada anak didiknya.
Tanpa bantuan media, bahan pelajaran akan sukar untuk
dicerna dan dipahami oleh anak didik. Hal ini senada dengan apa
yang disampaikan Depdikbud (2003:10). Bahwa media adalah alat
bantu yang digunakan guru untuk mempermudah tugasnya dalam
mengajar.

2. Manfaat Media Pembelajaran


Proses belajar mengajar memerlukan dua unsur yang sangat
penting yaitu metode mengajar dan media pengajaran, pemilihan salah
satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media
pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang
harus diperhatikan dalam menulis media, yaitu tujuan pengajaran, jenis
tugas dan respons yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran
berlangsung dan karakteristik siswa.
Hamalik dalam Azhar Arsyad (2007:15) mengemukakan bahwa :
Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa.


Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar
siswa dan mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Nana Sudjana
(1997:2) mengemukakan media pengajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa, antara lain :
a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan
memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran
lebih baik.
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak sematamata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga apabila guru mengajar untuk setiap
jam pelajaran.
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru tapi juga aktif
dalam melakukan dan mendemostrasikan.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Dale dalam Azhar Arsyad
(2007:24) mengemukakan manfaat dari penggunaan media yaitu :
a) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam
kelas.
b) Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.
c) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan
kebutuhan serta minat siswa dengan meningkatnya
motivasi belajar siswa.
d) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman
belajar siswa.
e) Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai
kemampuan siswa.
f) Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata
pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan
partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya
hasil belajar.

g) Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat


membantu siswa menemukan seberapa banyak telah
mereka pelajari.
h) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman
itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan.
i) Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang
mencerminkan pembelajaran non verbalistik dan
membuat generalisasi yang tepat.
j) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran
yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur
konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Secara umum manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Kemp dan Dayton (dalam Depdikbud (2003:12) mengidentifikasi
manfaat media sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)

Penyampaian materi dapat diseragamkan.


Prose pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
Proses pembelajaran lebih interaktif
Efisiensi dalam waktu dan tenaga
Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja.
f) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
g) Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi
dan proses belajar.
h) Peran guru lebih positif dan produktif.
Beberapa uraian di atas mengutarakan manfaat praktis dari
penggunaan media pengajaran sebagai berikut : a) media pengajaran
dapat memperjelas penyampaian pesan dan informasi hingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, b) media pengajaran dapat
mengarahkan perhatian anak hingga dapat menimbulkan motivasi
belajar, c) media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang

dan waktu, d) media pengajaran dapat memberikan kesamaan


pengalaman pada siswa.
3. Kriteria Pemilihan Media
Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan
melainkan didasarkan atas kriteria tertentu.
Pemilihan media tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan
medianya, tapi yang lebih jelas bagaimana fungsi dan peranannya dalam
membantu mempertinggi proses pengajaran.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1997:4) mengemukakan kriteria
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media : a) ketepatan dengan
tujuan pengajaran, b) dukungan terhadap isi bahan pelajaran, c)
kemudahan

memperoleh

media,

d)

keterampilan

guru

dalam

menggunakan, e) Waktu untuk menggukanannya, f) sesuai dengan taraf


berfikir siswa.
Kriteria pemilihan media diatas, membantu guru agar lebih mudah
menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk mempermudah
tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran
jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi harus
mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran.
4. Jenis-jenis Media Pengajaran
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya mulai dari
yang sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal

harganya. Ini tergantung kearifan guru dalam memilih media yang cocok
digunakan dalam pengajaran yang akan diberikan pada peserta didik.
Menurut Sudjana (1997:13) ada beberapa jenis media pengajaran
dalam proses belajar mengajar yaitu :
a. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau
diagram, poster, komik dan lain-lain. Media grafis sering
disebut juga media dua dimensi seperti gambar, fot.
b. Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti
model padat, model penampang, model susunan, model
kerja.
c. Media proyeksi seperti slide, film, trips, penggunaan OHP.
d. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran seperti
lingkungan sekitar kita dijadikan sesuai dengan materi
yang akan diajarkan.
Kutipan dari jenis-jenis media dia tas dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan, fungsi dan peranan media itus endiri dalam membantu proses
pembelajaran. Sesuai dengan penelitian ini media yang akan digunakan
adalah media bentuk tiga dimensi yaitu bermacam-macam jenis kancing.
5. Media Pembelajaran Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Dulu diyakini dalam pemberian layanan pendidikan bagi Anak
Tuna Grahita didasarkan kepada tinggi rendahnya Intelegensi yang
dimiliki anak. Sekarang keyakinan itu sudah ditinggalkan, sehingga
banyak orang lebih menitik beratkan kepada masalah hambatan dan
kebutuhan belajarnya sehingga membawa dampak langsung kepada aksi
guru didalam melakukan tindakan dan pembelajaran yang disesuaikan
dengan ragamnya masalah dan kebutuhan setiap peserta didik.

Dikarenakan anak tunagrahita ringan mempunyai keterbatasan


dalam taraf berfikirnya, sulit berkonsentrasi, mempunyai daya ingat
yang lemah, sehingga memahami sesuatu yang komplek sangat sukar,
maka hal itu haruslah menjadi pertimbangan guru dalam melakukan
tindakan pembelajaran. Pertimbangan itu bukan saja menyangkut soal
bahan ajar dan metode semata tetapi juga mempertimbangkan media
pembelajaran yang akan dipergunakan agar tujuan yang diinginkan dalam
belajar dapat tercapai.
Sebetulnya tak ada alat atau media yang spesifik diperuntukan bagi
anak tunagrahita ringan, semuanya diadopsi dari alat atau media yang
digunakan bagi anak-anak normal pada umumnya, hanya saja dalam
mengoperasikan alat atau media tersebut ada sedikit perbedaan (teknik
dan cara) yang disesuaikan dengan kondisi, masalah dan kebutuhan
mareka. Diharapkan dengan kehadiran media pengajaran hal-hal yang
komplek dapat disederhanakan hal-hal yang abstrak dapat dikongkritkan,
maka nampaklah bahwa kehadiran media sangatlah penting. Dalam
proses

pembelajaran

anak

tunagrahita

ringan

terutama

dalam

memperagakan fakta, konsep atau prosedur tertentu agar tampak lebih


jelas dan nyata.

B. Hakekat Anak Tunagrahita Sedang


1.

Pengertian Anak Tunagrahita Sedang


Anak Tunagrahita terbagi atas tiga bagian yaitu: tunagrahita ringan,
tungrahita sedang dan tunagrahita berat. Anak tunagrahita sedang
merupakan anak yang memiliki kemampuan intelektual umum dan
adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka mampu
memperoleh keterampilan mengurus diri sendiri, seperti berpakaian,
mandi dan menggunakan WC, makan, melindungi dirinya sendiri dari
bahaya umum di rumah, di sekolah dan lingkungan (saling berbagi,
menghormati hak milik, kerja sama), dapat bekerja dalam tempat kerja
terlindung atau pekerjaan rutin di bawah pengawasan. IQ anak
tunagrahita sedang berkisar antara 30-50, sehingga tingkat kemajuan dan
perkembangan yang dapat dicapai bervariasi (Moh. Amin, 1995).
Sedangkan menurut Yosfan Azwandi (2007) mengemukakan bahwa IQ
anak tunagrahita sedang berkisar 40-54.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dimaknai bahwa anak
tunagrahita sedang adalah anak yang memiliki kemampuan di bawah
anak tunagrahita ringan, sehingga tingkat kemajuan dan perkembangan
yang dicapainya bervariasi, sehingga mereka membutuhkan bimbingan
dan pelayanan khusus.

2.

Karakteristik anak tunagrahita sedang


Dalam semua kegiatan pembelajaran yang diikuti oleh anak tunagrahita,
baik itu dalam perkembangan akademik. Umumnya mereka belajar

secara membeo, perkembangan bahasa lebih terbatas, dapat mempelajari


pekerjaan yang punya arti ekonomi, dapat membedakan bahaya dan
bukan. Pada umur dewasa mereka dapat kecerdasan yang sama dengan
anak berumur tujuh tahun.
C.

D.

Keterampilan Memasang Kancing


Kancing merupakan bagian dari pakaian (baju atau celana) yang
berfungsi selain sebagai aksesoris juga berfungsi sebagai alat untuk menutup
baju.
1. Pengertian kancing
Kancing merupakan bagian dari pakaian (baju atau celana) yang
berfungsi selain sebagai aksesoris juga berfungsi sebagai alat untuk
menutup pakaian. Menurut Bambang Marhijanto (1999:182): kancing
adalah buah baju atau alat untuk menutup bagian pakaian baju atau
celana. Jadi kancing itu merupakan bagian dari pakaian yang berfungsi
sebagai alat untuk menutup bagian dari baju atau celana agar kelihatan
rapi, indah bagi si pemakainya. Sedangkan keterampilan memasang
kancing yaitu: kemampuan/keahlian anak dalam memasang buah baju
sehingga tertutup rapi.
2. Macam-macam Kancing Baju

Kancing biasa

Kancing Pengait

(ukuran kecil dan sedang)

Kancing biasa (ukuran besar)

Kancing jeprit

Kancing benang

Kancing sorong

Kancing Peniti

Kancing Resleting

Kancing hak

Kancing tali

3. Langkah-langkah memasang kancing berdasarkan pendekatan


analisis tugas.
Mendidik dan melatih kegiatan sehari-hari pada siswa tunagrahita
ringan tidaklah mudah karena mereka memiliki tingkat kecerdasan yang

sangat rendah. Tetapi kalau pendidikan dan latihan dilakukan secara terus
menerus

kemungkinan

besar

mereka

memiliki

kecakapan

dan

keterampilan. Berhasil tidaknya latihan itu tergantung dari beberapa


faktor diantaranya : fasilitas, metode pendekatan yang dipilih. Bila kita
dapat memilih pendekatan dan metoda yang tepat akan dapat memberi
arah yang tepat untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut Depdikbud (1990:11) ada beberapa hal yang perlu
menjadi pertimbangan dalam memilih pendekatan yaitu :
1. Perlu disadari bahwa kecerdasan anak tunagrahita ringan
sanat rendah
2. Anak tunagrahita ringan kurang mampu menyerap bahan
pelajaran secara abstrak. Mereka senang pada bahan
pelajaran yang konkrit.
3. Bahan pelajaran yang sulit akan lekas membosankan.
Untuk itu bahan yang dipilih yang sederhana dan
menarik.
4. Alat peraga dan fasilitas yang cukup akan membantu
kelancaran dan tercapainya tujuan pendidikan.
5. Anak tunagrahita ringan akan selalu mengerjakan yang
telah dikuasai. Oleh sebab itu latihan kegiatan cukup satu
saja sampai mereka menguasai baru pindah ke latihan
yang lain.
6. Evaluasi hendaknya selalu dilakukan sehingga
keberhasilan anak dapat dipantau.
Berdasarkan atas pertimbangan tersebut di atas, maka penulis
memilih pendekatan analisis tugas (Task Analysis) dalam memberikan
latihan memasang kancing. Dikarenakan salah satu pendekatan yang
digunakan untuk melatih kemandirian anak tunagrahita yaitu dengan
menggunakan analisis tugas (Maria J. Wantah, 2007:109). Pendekatan
ini menekankan bahwa suatu keterampilan atau kecakapan tertentu akan
dimiliki apabila tugas untuk mencapai kecakapan tersebut dirinci dan

diurut. Berdasarkan tingkat kesulitannya (Atimaryati, 2006:8), tahap


latihan perlu diimbangi dengan pendekatan materi yang sederhana dari
yang mudah ke yang sulit, dari yang konkrit ke yang absrak dengan
memperhatikan prinsip-prinsip pengulangan. Sunanto dalam Maria
J.Wantah (2007:121) mengemukakan bahwa analisis tugas adalah
kegiatan seperti membaca, berhitung, makan, berpakaian, menyanyi, dan
dibuat menjadi beberapa urutan sederhana yang dilakukan secara
terpisah dan berurutan secara pasti dan tidak dapat dipertukarkan.
Sedangkan menurut Kasiati (2008:17) mengemukakan bahwa analisis
tugas dapat dikatakan sebagai deskripsi rinci dari setiap tingkah laku
yang

akan dilakukan

anak

atau

yang

akan dikerjakan

yang

menggambarkan suatu rangkaian atau urutan satuan tugas kecil tingkah


laku.
Berdasarkan kebiasaan orang pada umumnya cara memasang dan
melepaskan kancing dapat dianalisis dalam tahapan latihan dan instruksiinstruksi berikut :
1. Kancing Resleting
a. Memasang dan melepas kancing Resleting pada Model
Memasang
1. Samakan ujung kain bawah
2. Pegang tangkai resleting
3. Tarik tangkai resleting keatas
sampai batas

Melepas
6 . Pegang tangkai resleting
yang dikunci
7. Pegang ujung kain atas

4. Kunci tangkai resleting

8. Buka tangkai resleting yang


dikunci

5. Rapikan kain

9. Tarik resleting kebawah

10. Kunci tangkai resleting


b. Memasang dan melepas kancing Resleting pada baju atau celana
yang sebenarnya di depan cermin
Memasang

Melepas

11. Samakan ujung baju/celana


bawah

17. Pegang tangkai resleting

12. Pegang tangkai resleting


13. Tarik resleting ke atas

19. Tarik tangkai resleting


kebawah

14. Kuncikan tangkai resleting


agar tidak bergeser

20. Kuncikan tangkai resleting


agar tidak bergeser

15. Rapikan baju atau celana

21. Lihat didepan cermin apakah


resleting sudah terbuka

18. Buka resleting yang terkunci

16. Lihat baju atau celana didepan


cermin agar terlihat resleting
sudah terpasang tepat dan rapi
(tidak ada kain yang terjepit
resleting)

c. Memasang dan melepas kancing resleting baju/celana atau celana


yang sebenarnya tanpa cermin
Memasang
22. Samakan ujung baju/celana
bawah
23. Pegang tangkai resleting
24. Tarik tangkai resleting keatas
25. Kuncikan resleting agar tidak
bergeser
26. Rapikan baju atau celana
27. Lihat dan periksa resleting

Melepas
28. Pegang tangkai resleting
29. Buka resleting dari keadaan
terkunci
30. Tarik tangkai kebawah
hingga resleting terbuka
31. Kuncikan tangkai resleting
kembali
32. Periksa dengan tangan

baju atau celana apakah sudah

apakah sudah terbuka tanpa

tepat atau rapi (tak ada kain

melihat cermin

yang terjepit resleting)

2. Kancing Biasa
b.

Memasang dan melepas kancing biasa pada model


Memasang
33. Samakan kedua sisi bawah
kain
34. Pegang kancing biasa dengan
tangan kanan
35. Pegang lobang kancing pada
kain dengan tangan kiri
36. Masukan kancing kelobang
kancing

Melepas
41. Pegang kancing dengan
tangan kiri
42. Pegang lobang kain dengan
tangan kanan
43. Dorong kancing keluar dari
lobang dengan jempol dan
telunjuk kiri
44. Tarik kancing keluar lobang
kain

37. Dorong kancing kedalam


lobang dengan jempol dan
telunjuk kanan
38. Tarik kancing keatas lobang
dengan jempol dan telunjuk
kiri
39. Pasangkan kancing berikut
sampai selesai.
40. Rapikan kancing baju pada
kain

45. Lepaskan kancing berikut


sampai selesai

c.

Memasang dan melepas kancing biasa pada baju yang


sebenarnya didepan cermin
Memasang
46. samakan ujung bawah baju
47. Pegang kancing dengan
tangan kanan
48. Pegang lobang kancing
dengan tangan kiri
49. Masukkan kancing kelobang
kancing
50. Dorong kancing kedalam

Melepas
54. Pegang kancing baju dengan
tangan kiri
55. Pegang lobang kancing
dengan tangan kanan
56. Dorong kancing keluar
lobang dengan jempol dan
telunjuk kiri
57. Tarik kancing keluar lobang

lobang dengan jempol dan

dengan jempol dan telunjuk

telunjuk kanan

kanan

51. Tarik kancing keatas

58. Lepaskan kancing

permukaan lobang kancing

berikutnya sampai selesai

dengan jempol dan telunjuk

59. Lihat didepan cermin apakah

kiri

semua kancing sudah


terlepas

52. Pasangkan semua kancing


sampai selesai.
53. Lihat didepan cermin saat
memasang kancing dan
periksa apakah semua kancing
sudah terpasang dengan tepat
dan rapi
d. Memasang dan melepas kancing biasa pada baju yang
sebenarnya tanpa memakai cermin
Memasang

Melepas

60. samakan ujung baju bawah.


61. Pegang kancing dengan
tangan kanan
62. Pegang lobang kancing
dengan tangan kiri
63. Masukkan kancing kelobang
kiri

68. Pegang kancing baju dengan


tangan kiri
69. Pegang lobang kancing
dengan tangan kanan
70. Dorong kancing keluar
lobang dengan jempol dan
telunjuk kiri

64. Dorong kancing kedalam

71. Tarik kancing keluar lobang

lobang dengan jempol dan

dengan jempol dan telunjuk

telunjuk kanan

kanan

65. Tarik kancing keatas lobang


dengan jempol dan telunjuk
kiri
66. Pasangkan semua kancing
sampai selesai

72 Lepaskan kancing berikutnya


sampai selesai
73. Lihat dan periksa apakah
semua kancing sudah
terlepas

67. Lihat dan periksa dengan


tangan apakah semua kancing
sudah terpasang dengan tepat
dan rapi.
E. Keterampilan Memasang Kancing bagi Anak Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan juga warga masyarakat yang perlu bersosialisasi
berinteraksi dan berintegrasi dengan orang lain. Dalam pergaulan sosial anak
tunagrahita ringan juga perlu menyesuaikan diri dengan norma-norma dan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan salah satu penyesuaian diri tersebut
adalah dalam hal berpakaian seperti anak pada umumnya. (Moh. Amin,
1995:7)
Berpakaian bagi anak tunagrahita ringan juga penting, merupakan
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

Berpakaian tidak mesti mahal dan bagus akan tetapi cukup sederhana
bersih, rapi, sopan serta dapat menutup aurat dan enak bagi orang yang
memandangnya. (Yul Eferi, 2000:16)
Dari cara berpakaian seseorang dapat diketahui kepribadian dan
ketinggian budi pekertinya. (Ermaleli, 2004:28). Cara berpakaian seseorang
juga mempengaruhi status sosial sesorang dimata orang lain. (Wikipedia,
2006:2) Berpakaian bagi anak pada umumnya suatu hal yang mudah namun
lain

halnya dengan anak tunagrahita ringan untuk menguasai suatu

keterampilan perlu latihan yang berulang-ulang dan waktu yang lama serta
kesabaran yang penuh dikarenakan keterbatasan yang mereka miliki. (fisik,
mental, intelegensi, motoriknya terhambat).
Mereka kurang bisa mandiri dan mengurus diri dengan baik diharapkan
dengan latihan keterampilan memasang kancing anak tunagrahita ringan dapat
terampil dalam berpakaian sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
Serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harga dirinya. Sehingga
mereka dapat hidup secara layak dan wajar. Serta bisa mandiri dan mampu
bertanggung jawab pada dirinya sendiri keluarga dan masyarakat.

F. Defenisi Operasional Variabel


Berdasarkan judul penelitian, maka variabel bebasnya adalah
bermacam-macam

media

kancing,

dan

variabel

terikatnya

adalah

Keterampilan memasang kancing baju bagi anak tunagrahita ringan. Untuk


lebih jelasnya dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Keterampilan Memansang Kancing Baju

Keterampilan yang dimaksud adalah kecakapan atau kemampuan anak


dalam memasangkan kancing dan melepaskan kancing sehingga anak bisa
mandiri dalam berpakaian tanpa harus meminta bantuan pada orang lain.
2. Media Kancing
Media kancing yang dimaksud disini alat peraga yang digunakan guru
dalam meningkatkan keterampilan memasang kancing yaitu menggunakan
dua jenis kancing baju : kancing resleting dan kancing biasa, dan
digunakan dalam proses belajar mengajar tentang keterampilan memasang
kancing bagi anak tunagrahita ringan.

G. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir peneliti dalam
melaksanakan penelitian ini, sehingga lebih memudahkan peneliti dalam
mewujudkan penelitian ini. Kerangka fikir peneliti dalam penelitian ini
diawali dengan adanya permasalahan yang peneliti temukan bersama dengan
guru kelas lain (kolaborator) yaitu: Anak Tunagrahita ringan kelas D6 SLB
Perwari Padang kurang terampil dalam berpakaian, khususnya memasang
kancing baju. Solusinya, peneliti menggunakan media kancing, dengan
harapan agar anak Tunagrahita mampu mandiri dalam berpakaian sehingga
mereka dapat tampil dengan layak dan sewajarnya sesuai dengan
kemampuannya.
Hasilnya dapat dilihat pada peningkatan keterampilan memasang
kancing yang diperoleh anak. Untuk menjelaskan rancangan penelitian
dikemukakan dengan kerangka konseptual seperti di bawah ini.

Kerangka Konseptual
Keterampilan memasang
kancing anak tunagrahita

Kondisi Awal
Anak tunagrahita ringan belum
terampil memasang kancing baju

Menggunakan media
kancing

Kondisi yang diharapkan


Anak tunagrahita ringan
terampil memasang
kancing baju

Latihan memasang
kancing baju

Refleksi dan pembahasan

Hasil
Bagan :

Kerangka Pikir Peneliti dalam Meningkatkan Keterampilan Memasang


Kancing Anak Tunagrahita Melalui Bermacam Media Kancing.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.

Latar Entri
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Perwari Padang tepatnya di jalan
S. Parman No. 236 Kelurahan Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.
Dimana peneliti sebagai pelaksana inti yang bertanggung jawab penuh pada
proses belajar dan pengelolaan kelas D6 anak tunagrahita ringan. Untuk
memudahkan penelitian dalam melaksanakan tindakan sebagai upaya
perbaikan proses mengajar guna mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih
baik diperlukan teman sejawat sebagai kolaborator. Sekolah tempat

31

penelitian ini berada di dekat jalan raya dan transportasinya mudah


terjangkau. sekolah ini terdiri dari 3 ruangan, yaitu ruangan untuk kepala
sekolah dan majelis guru,dan 2 ruang untuk belajar siswa,halaman bermain
yan juga digunakan untuk upacara bendera punya kantin sekolah dan ruang
WC guru dan murid.
Tenaga pengajar berjumlah 19 orang. Terdiri atas guru negeri dan
guru honor dan kepala sekolah peserta didik berjumlah 65 orang terdiri dari
beberapa kelainan diantaranya tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa autis dan
kelainan ganda. Sedangkan jumlah rombongan belajar. 14 kelas terdiri atas
TKLB, SDLB dan SMPLB. Sedangkan kelas yang dijadikan tempat
penelitian adalah kelas D6C berjumlah 2 orang siswa.

B.

Desain Penelitian
Desain penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah
penelitian tindakan kelas (clasroom action research) yang dilaksanakan pada
mata pelajaran pendidikan menolong diri sendiri bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan memasang kancing baju pada siswa tuna grahita
ringan. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang dilakukan
untuk memperbaiki mutu praktek pengajaran di kelas. Suharsimi Arkunto
(2006: 3) mengemukakan bahwa PTK adalah Suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secra bersama. Tindakan itu diarahkan oleh guru

dan dilakukan oleh siswa. Moh Nazir (1983: 94) mengemukakan bahwa
penelitian tindakan adalah

Suatu penelitian yang dikembangkan secara

bersama-sama antara peneliti dengan holabolator tentang variabel yang


dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan
dan pembangunan.
Rencana tindakan yang akan diberikan dalam bentuk partisipan yang
berkolaboratif dengan teman sejawat. Depdikbud (2003:15) mengemukakan
apabila peneliti terlibat langsung didalam proses penelitian sejak awal
sampai pada pelaporan hasil yang dicapai mulai dari perencanaan,
pemantauan, pencatatan, pengumpulan data, penganalisaan, diskusi dengan
kolaborasi serta pelaporannya.
Keterlibatan peneliti secara langsung sebagai guru kelas dapat
mencobakan gagasan pergaikan dalam proses pembelajaran dengan bantuan
tim kolaboratif yang memberikan masukan dan kritikan serta catatan lain
selama kegiatan berlangsung. Ebbutt dalam Haplins yang dipetik oleh
Rochiati Wiriatmadja (2007:12) menyatakan penelitian tindakan kelas adalah
kajian sistimatis dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan pembelajaran.
Dari pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan dikelas,sebagai suatu upaya
peningkatan

kualitas

pembelajaran

memperhatikan proses dan hasil.

atau

bidang

pendidikan

sangat

Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk


meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran mengatasi masalah dalam
pembelajaran meningkatkan profesionalisme dan menumbuhkan budaya
akademik (Arikanto, 2006:61).
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas, perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut, sebagaimana dikemukakan oleh Suharsini Arikanto (2006:72)
1. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang
mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam
berbagai tindakan.
2. Kegiatan Repleksi dilakukan berdasarkan pertimbangan
nasional yang mantap dan valid guru melakukan masalah
yang terjadi dalam upaya memecahkan masalah yang
terjadi.
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi
pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan
secara praktis.
Menurut Suharsimi (2006:110) ada 3 pokok dalam pelaksanaan PTK,
yaitu :
1. PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran di kelas
dengan tujuan memperbaiki praktek pengajaran di kelas.
2. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat
dilakukan sendiri oleh peneliti diluar kelas tapi harus
berkolaborasi dengan guru lain.
3. PTK secara terus menerus bertujuan untuk mendapatkan
penjelasan tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran
dan kekurangan efektifitas dan pelaksanaan tindakan.
Penelitian yang peneliti buat ini mendeskripsikan proses dan hasil
tindakan. Dalam hal ini akan dideskripsikan tentang penggunaan media
kancing untuk meningkatkan keterampilan berpakaian siswa tuna grahita.
Peneliti menggunakan siklus-siklus yang mana didalamnya terdapat empat
tahapan utama kegiatan yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi.

Agar penelitian memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik


tentang penelitian tindakan kelas serta mendapatkan suatu keberhasilan maka
seorang peneliti harus memahami prinsip dan mampu menerapkan dalam
pelaksanaan tindakan kelas. Sebagaimana dijelaskan Suharsimi Arikunto
(2006:6) tentang prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
1. Kegiatan nyata dalam situasi yang rutin
Penelitian tidak boleh mengubah situasi asli dan merubah
jadwal yang ada menjadi waktu yang khusus.
2. Adanya kesadaran diri guru untuk memperbaiki kinerja
dalam proses belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
3. Menggunakan analisis SWOT sebagai dasar berpijak.
S-Streght (kekuatan) W-Weaknesses (kelemahan) OOpportunity (kesempatan) T-Treat (ancaman)
4. Upaya empiris dan sistimatis
Berdasarkan pengalaman yang terjadi di kelas dan
memikirkan sesuatu yang baru untuk perobahan ke arah yang
lebih baik.
5. Gunakan prinsip SMART dalam perencanaan.
S-Spesifik, tidak terlalu umum
M-Managable, dapat dikelola dan dilaksanakan
A-Acceptable, dapat diterima lingkungan atau
Achievable, dapat dicapai
R-Realistic, dapat dioperasionalkan
T-Time bound, diikat oleh waktu, terencana dengan baik
Pada penelitian ini peneliti berkobolarasi dengan teman sejawat, guru
kelas lain mulai dari perumusan masalah, sampai pada pengumpulan data serta
pelaporan hasil penelitian tindkaan ini. Dengan adanya kolaboratif ini, maka
diharapkan hasil penelitian yang akan dilakukan ini benar-benar bisa menjadi
solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada.
C. Alur Kerja

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan siklussiklus. Menurut Raka Joni dalam latihan proyek PGSM (1999:55) ada lima
tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam satu siklus
meliputi : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa dan
refleksi. Adapun alur penelitian adalah sebagai berikut :

Permasalahan
Anak belum
terampil memasang
kancing baju

Alternatif Pemecahan
Masalah I
Penggunaan media
kancing dalam
pembelajaran

Pelaksanaan
Tindakan I

Siklus I

Refleksi I

Analisa Data I

Keterampilan anak
memasang kancing
belum optimal

Melaksanakan
diskusi dengan guru

Observasi I
Melihat dan
mengamati hasil
kerja anak

Permasalahan

Alternatif Pemecahan
Masalah II
Penggunaan media
kancing dalam
pembelajaran

Anak belum
terampil memasang
kancing baju

Pelaksanaan
Tindakan II

Siklus II

Terselesaikan

Refleksi II

Analisa Data II

Keterampilan anak
memasang kancing
sudah semakin
meningkat

Melaksanakan
diskusi dengan guru

Observasi II
Melihat dan
mengamati hasil
kerja anak

Keterangan Siklus I
1. Perencanaan tindakan (plan)
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai
berikut :
a. Membuat rencana pembelajaran
b. Membuat lembar observasi
c. Menyiapkan media dan alat memasang kancing.
d. Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan anak
2. Pelaksanaan tindakan (action)
Melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan yaitu : menggunakan media
kancing dalam meningkatkan keterampilan memasang kancing baju bagi anak
tunagrahita ringan kelas D6.

3. Observasi (Observation)
Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan
terhadap anak. Peneliti mengamati perkembangan keterampilan anak dalam
memasang kancing selama proses belajar mengajar dan hasil tes perbuatan
yang diberikan dengan menggunakan lembaran observasi (format penilaian)
Sasaran yang dinilai memasang dan melepas kancing resleting serta kancing
biasa. Siklus I dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan dengan sub pokok
bahasan memasang dan melepas kancing resleting pada model, pada baju dan
celana di depan cermin serta tanpa melihat cermin. Dan memasang serta
melepas kancing biasa pada model, pada baju didepan cermin dan tanpa
melihat cermin.
4. Analisa Data dan refleksi
Peneliti dan kolaborator melihat dan menyimpulkan hasil tindakan atau
dampak dari berbagai tindakan. Berdasarkan hasil yang diperoleh akan
dirumuskan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.
Keterangan Siklus I
1. Perencanaan (Plan)
Merefisi tindakan awal untuk dilanjutkan pelaksanaannya pada siklus II atau
merumuskan tindakan baru, semua itu disusun dengan memperhatikan refleksi
pada siklus I.
2. Tindakan (Action)
Melaksanakan tindakan seperti yang disusun atau dirumuskan pada tahap I di
atas, yaitu menggunakan media kancing dan media patung dalam

meningkatkan keterampilan memasang kancing baju pada anak tunagrahita


ringan.
3. Observasi (Observation)
Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau yang
dikenakan terhadap anak. Siklus II dilakukan sebanyak 7 kali dengan
mengulangi materi yang sama dengan siklus I.
4. Analisis Data dan Refleksi
Peneliti dan guru melihat dan menyimpulkan hasil atau dampak dari berbagai
tindakan. Dari hasil ini akan dirumuskan tindakan untuk kegiatan berikutnya,
menyimpulkan dan membuat laporan hasil penelitian serta membuat saransaran.

D.

Sabjek Penelitian
Yang menjadi Sabjek penelitian adalah: satu orang siswa tunagrahita
ringan kelas D6 di SLB Perwari Padang yang belum terampil dalam
memasang kancing baju. Anak ini berjenis kelamin laki-laki yang berinisial
ARS berumur 13 tahun, waktu umur 2 tahun ibunya meninggal dunia,
sehingga ayahandanyalah yang mengurus segala keperluannya.
Penelitian ini langsung diberikan dalam bentuk interpensi terhadap dua
orang anak dengan melakukan kolaborasi bersama teman sejawat, saat
penelitian berlangsung kolaborator mengamati dan mengoreksi perkembangan
keterampilan memasang kancing baju dengan menggunakan media kancing.
Selama penelitian berlangsung observasi, refleksi, tindakan dan perencanaan

dilakukan secara terarah dan terprogram bersama kolaborasi serta memiliki


catatan khusus yang dapat diharapkan membantu proses penelitian.

E.

Tekhnik Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian ini adalah dengan menggunakan:
1. Observasi Langsung
Observasi merupakan tindakan pengamatan untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran sesuai denagan kriteria
yang telah ditetapkan oleh pengamat. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan penggunaan media kancing dalam meningkatkan keterampilan
kemampuan memasang kancing baju bagi siswa tunagrahita ringan. Alat
observasi yang digunakan adalah format observasi.
2. Diskusi
Diskusi dilakukan dengan teman sejawat/guru kelas yang pernah
mengajar dan mengetahui masalah anak guna untuk memperoleh data
mengenai ketidakmampuan anak dalam berpakaian dan mencatat berbagai
kemungkinan intervensi pemecahannya yaitu dengan penggunaan media
kancing untuk meningkatkan keterampilan memasang kancing anak
tunagrahita ringan kelas D6 SLB Perwari Padang.
3. Tes
Tes yang dilakukan adalah setelah dilakukan tindakan atau
pembelajaran dengan menggunakan media kancing yaitu test perbuatan.
Untuk melihat kemampuan siswa dalam memasang kancing baju
(berpakaian). Hasil Test mencakup keseluruhan materi yang diajarkan

dengan kriteria penilaian antara lain bisa, bisa dengan bantuan dan tidak
bisa. (Rochyani, 2003:126)

F.

Tekhnik Keabsahan Data


Memperoleh keabsahan data yang benar dan hasil yang reliabel dengan
masalah, peneliti melakukan kegiatan, sebagaimana yang diungkapkan Lexy
Moleong (1998: 175), ada beberapa kegiatan dalam teknik keabsahan data
yang dapat dilakukan diantaranya yaitu : 1). perpanjangan keikut sertaan,
2). ketekunan pengamatan, 3). mengadakan triangulasi, 4). pengecekan teman
sejawat, 5). kecukupan referensial, 6). kajian kasus negatif, 7). pengecekan
anggota
Sesuai dengan penelitian ini teknik keabsahan data yang peneliti
gunakan hanya empat cara saja sebagai berikut:
1. Perpanjangan keikutsertaan
Penelitian akan dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian
peneliti dapat memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan menggunakan
media kancing dalam meningkatkan keterampilan memasang kancing baju
siswa tunagrahita ringan.cara yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
melihat hasil observasi dan repleksi pada setiap siklus I, kemudian
menyimpulkannya apakah proses yang dilakukan dengan pengembangan
media sudah berdampak bagus atau belum dalam meningkatkan
kemampuan memasang kancing baju siswa. Apabila ternyata hasil yang
didapat belum sesuai dengan harapan,maka peneliti dan kolaborator

sepakat untuk melakukan perbaikan-perbaikan baik dari segi penggunaan


media maupun tindakan untuk memperbaiki tindakan yang telah
dilaksanakan sebelumnya sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih
baik. Untuk itu dilaksanakan

siklus II yang bertujuan untuk

memaksimalkan proses dan hasil yang diharapkan dalam penelitian.


2. Mengadakan Triangulasi
Suatu upaya yang dilakukan untuk memeriksa kembali kebenaran
data hasil penelitian dengan membandingkan data yang diperoleh dengan
berbagai metode pengumpulan data diantaranya:
a. Hasil observasi yang berpedoman pada format observasi
b. Diskusi yang dilakukan bersama kolaborator tentang pelaksanaan
kegiatan pembelajaran PMDS menggunakan pengembangan media
c. Hasil test yang dilakukan berdasarkan evaluasi saat mengalami setiap
siklus.
d. Memanfaatkan teori-teori yang berkaitan dengan penggunaan media
pembelajaran.
3. Menggunakan Bahan Referansi
Merupakan pengkonfirmasian hasil pengumpulan data yang
diperoleh dari sumber data, sehingga ada kesesuaian informasi yang
diberikan diantaranya dengan membandingkan data, mencocokkan dan
menganalisis data dengan bahan referansi (Kajian teori).
4. Pengecekan Teman Sejawat

Diskusi dilakukan dengan orang yang mengetahui tentang masalah


yang sedang diteliti seperti: Kolaborator, Dosen Pembimbing Penelitian,
teman sejawat, guru kelas, kepala sekolah dan orang tua siswa tentang
pembelajaran yang dilaksanakan serta hasil yang diperoleh.

G.

Tekhnik Analisis Data


Tekhnik Analisis data yang penulis gunakan bersifat kualitatif yaitu
menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Tim Pelatih PGSM
(1999:43) analisis data dapat dilakukan tiga tahap yaitu:
1. Reduksi Data
Banyaknya data yang diperoleh dilapangan perlu direduksi yaitu
dengan cara merangkum data yang didalamnya terdapat proses dan
pernyataan penelitian yang telah ditetapkan sesuai dengan pelaksanaan
penelitian yaitu menggunakan bermacam media kancing dalam
meningkatkan keterampilan memasang kancing baju anak tunagrahita
ringan. Semua data yang telah disimpulkan tetap menggambarkan proses
pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dan hasil yang dicapai oleh
siswa.
2. Paparan Data
Penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan
naratif.yang

mengambarkan

pelaksanaan

proses

belajar

dengan

menggunakan

bermacam

media

kancing

untuk

meningkatkan

keterampilan memasang kancing baju siswa tunagrahita ringan.


3. Penyimpulan
Merupakan proses pengambilan Intisari dari sajian data penelitian
yang telah dipaparkan sebelumnya dalam bentuk kalimat singkat,padat.
tetapi mengandung arti yang luas.

BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

46

Berdasarkan identifikasi dan studi lapangan serta hasil asesmen yang


telah dilakukan terhadap anak tunagrahita yang dijadikan subjek dalam
penelitian ini ditemukan permasalahan bahwa anak tunagrahita ringan kelas
enam mengalami kesulitan dalam berpakaian khususnya memasang kancing,
dan melepaskan kancing resleting celananya. Hal ini juga karena kebiasaan
orang tua yang selalu membantu anak dalam berpakaian, karena merasa
kasihan dan memanjakan anak, sehingga pada akhirnya anak tunagrahita
ringan tidak terlatih dan mandiri dalam berpakaian. Saat datang di sekolah
pada pagi hari anak kelihatan rapi sekali tapi setelah siang hari baju dan
celana anak terlihat acak-acakan. Resleting dan hak celana sudah terbuka,
kancing baju sudah lepas, ketika guru menyuruh anak memasangkan kembali
anak menjawab tidak bisa dan pergi meminta bantuan pada orang lain.
Melihat permasalahan ini timbul suatu keinginan dari peneliti selaku
guru kelas untuk membantu anak meningkatkan keterampilan memasang
kancing bagi siswa tunagrahita ringan dengan menggunakan media kancing
yaitu : kancing resleting dan kancing biasa pada model dan pada baju/celana
anak. Penelitian ini peneliti lakukan selaku guru kelas dan berkolaborasi
dengan guru kelas lain yang berinisial YL yang dulunya juga pernah
mengajar anak dan mengetahui permasalahan anak. Peneliti bertindak
sebagai pelaksana inti yang memberikan tindakan pembelajaran, sedangkan
pengamatan dilakukan oleh kolaborator.

Selaku guru kelas peneliti sudah mengajar anak selama hampir satu
tahun sejak awal tahun ajaran baru tetapi sebelumnya juga pernah mengajar
anak pada kelas sebelumnya.
Karakter, sikap, minat dan permasalahan anak secara umum sudah
peneliti ketahui. Sebagai guru kelas peneliti merasa dekat dengan anak,
sering berkomunikasi, bercanda dan melakukan senam pagi bersama. Peneliti
juga sering berdiskusi dengan guru kelas lain yang dijadikan kolaborator
yang juga mengetahui permasalahan anak. Mengawali penelitian ini sudah
peneliti mulai hari senin tanggal 3 Maret 2008 selama 70 menit.
1. Pelaksanaan Siklus I
Siklus I sudah peneliti lakukan pada bulan Maret 2008. Mulai senin
tanggal tiga Maret 2008 dan berakhir siklus I ini senin tanggal 24 Maret
2008, selama 12 kali pertemuan, peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan media kancing resleting, dan kancing biasa yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan anak memasang kancing
baju sehingga terapil dalam berpakaian.
a. Plan 1
Pada tahap ini peneliti besama kolaborator merencanakan tindakan
berupa pembelajaran dengan menggunakan media kancing untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam memasang kancing. Peneliti
dan kolaborator juga bersama-sama membuat pengajaran pengajaran
yang akan diberikan kepada anak. Kegiatan yang dilaksanakan dalam
tahap ini adalah :

1) Menyusun rancangan pembelajaran dengan materi : a) Latihan


memasang dan melepas kancing resleting pada model, pada baju
dan celana anak di depan cermin dan tanpa cermin, b) Latihan
memasang dan melepas kancing biasa pada model dan pada baju
di depan cermin dan tanpa cermin.
2) Membuat

format

observasi yang

ditujukan pada proses

pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk melihat kemampuan


siswa dalam menyerap materi yang diberikan.
3) Menerapkan

perencanaan

pembelajaran

dan

menyiapkan

peralatan yang menunjang pembelajaran.


Seperti : media kancing model resleting, model kancing biasa,
baju dan celana anak serta cermin.
b. Action I
Tindakan dilakukan selama 12 kali pertemuan setiap kali
pertemuan merupakan sub siklus. Sebab dalam tiap pertemuan
dilakukan pengamatan terhadap penggunaan media kancing dalam
meningkatkan keterampilan anak memasang dan melepas kancing.
Berikut deskripsi tentang pelaksanaan tindakan pada siklus I
Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran peneliti bersama
anak membersihkan ruangan kelas, seperti membersihkan papan tulis,
menyapu lantai, merapikan buku-buku, meja serta kursi anak dengan
tujuan agar proses pembelajaran nantinya akan menyenangkan,

sehingga anak dapat mengikuti tahap-tahap pelaksanaan kegiatan


memasang dan melepas kancing dengan nyaman dan santai.
Selanjutnya peneliti memulai pelajaran dengan mengucapkan
salam dan berdoa bersama anak. Kemudian peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terlebih dulu dibicarakan dengan
kolaborator, yaitu berupa media kancing resleting dan media kancing
biasa, baju dan celana serta cermin.
Sebelumnya peneliti melakukan apersepsi dengan bertanya
kepada anak siapa yang memasangkan bajunya di rumah dan
menanyakan manfaat berpakaian. Spontan anak menyatakan bahwa
papanya yang memasangkan bajunya dan menjawab pertanyaan
tentang manfaat berpakaian. Peneliti kemudian menjelaskan kepada
anak tentang manfaat berpakaian dan menganjurkan agar anak
berpakaian sendiri, jangan tergantung pada orang lain.
Peneliti mulai melaksanakan pelajaran dengan menggunakan
media kancing yaitu kancing resleting pada model, pada baju,
kancing biasa pada model dan pada baju. Peneliti selalu memberikan
penjelasan dan peragaan langsung didepan anak cara-cara memasang
dan melepaskan kancing baik kancing resleting ataupun kancing
biasa. Dan setiap kali anak menemui kesulitan peneliti langsung
membimbing anak dengan menunjukkan dengan contoh-contoh cara
melakukan yang lebih benar dengan penuh kesabaran dan kasih
sayang secara berulang-ulang dan memberikan penguatan kepada

anak terhadap keberhasilan yang ditunjukan oleh anak dan kadang


menggunakan funismen untuk merubah prilaku anak dengan tujuan
agar ia mempunyai motivasi dan semangat belajar yang tinggi serta
dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada diri sendiri, dalam
meningkatkan keterampilan anak dalam memasang dan melepas
kancing.
c. Observasi I
Kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan pada siklus I
ini sebanyak 12 x pertemuan, dari hasil catatan peneliti dan
kolaborator, anak pada pertemuan pertama memang sedikit kelihatan
heran karena biasanya kegiatan belajar mengajar hanya diberikan
oleh satu orang guru, setelah dijelaskan oleh peneliti barulah anak
dapat memakluminya dan anak kelihatan senang dapat dilayani oleh
dua orang guru dalam belajar.
Sampai siklus I berakhir dapat dimaknai bahwa kegiatan belajar
mengajar berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Proses belajar mengajar dari pertemuan 1 sampai pertemuan ke 12
pada silus I secara umum berjalan lancar, dan kelas terkelola dengan
baik, peneliti dapat mengajak siswa untuk belajar memasang dan
melepas kancing dengan menggunakan media kancing resleting dan
kancing biasa.
Berdasarkan pengamatan kolaborator dalam proses pembelajaran
pada siklus I ini terlihat anak belum berminat dan termotivasi serta

belum antusias dalam belajar dan sering tidu-tiduran dimeja, tetapi


peneliti selalu berhasil memberikan reinforcemen berupa penguatan
positif secara verbal dan gerakan tubuh, dan mimik wajah yang cerah,
agar anak mau mengikuti latihan yang diberikan. Dalam menjelaskan
langkah-langkah memasang dan melepaskan kancing peneliti terlalu
cepat, sehingga anak sering menyuruh mengulangi, dan terkesan
penggunaan waktu kurang efektif, menurut kolaborator juga
penggunaan reward kurang variasi terlalu banyak dengan verbal
sehingga peneliti menyarankan disiklus ke II diusahakan dengan
pemberian insentif berupa benda (mainan, makanan, buku atau pena)
pada keberhasilan yang ditunjukan anak.
Dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan gejala yang muncul
pada anak dalam pembelajaran siswa terlihat kurang berkonsentrasi,
ragu-ragu dalam melakukan kegiatan latihan, kurang rasa percaya
pada kemampuan dirinya serta sering lupa memahami instruksi dan
belum optimal melakukan perintah yang diberikan oleh peneliti,
kemudian setelah dijelaskan kembali dan diperagakan secara
berulang-ulang latihan memasang dan melepas barulah kelihatan anak
dapat melakukan semua langkah-langkah dengan cukup baik
meskipun dengan bantuan dari peneliti.

d. Refleksi I

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan kolaborator, serta


hasil test yang telah dilakukan, maka peneliti melakukan perenungan
dan diskusi dengan kolaborator, maka dapat disimpulkan, bahwa
kemampuan anak dalam memasang dan melepas kancing sudah mulai
meningkat, tetapi belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini
dapat dilihat dari pengamatan dan hasil test selama pembelajaran
yang terdapat dalam lampiran. Masih banyak langkah-langkah
memasang dan melepas kancing yang dilakukan anak dengan bantuan
peneliti. Anak hanya bisa melakukan memegang tangkai resleting,
memegang kancing dan lobang kancing, serta melihat kerapian di
depan cermin.
Peneliti

dan

kolaborator

sepakat

untuk

melanjutkan

meningkatkan keterampilan memasang dan melepas kancing pada


siklus berikutnya dengan cara yang berbeda.
2. Pelaksanaan Siklus II
Berdasarkan refleksi peda siklus I, hasil yang ditunjukkan belum
terlihat optimal dalam memasang dan melepaskan kancing, baik kancing
resleting, maupun kancing biasa. Hal ini ditandai dengan belum mampu
anak melakukan seluruh langkah memasang dan melepas secara mandiri.
Anak masih melakukan langkah-langkah dengan bantuan peneliti. Dalam
latihan, anak terlihat belum menunjukkan kegairahan belajar. Anak masih
ragu-ragu, kurang berkonsentrasi, dan kurang memiliki rasa percaya diri
dan sering lupa memahami instruksi. Oleh karena itu peneliti dan

kolaborator merasa perlu dilanjutkan ke siklus II dengan menggunakan


cara, metoda dan strategi yang berbeda dengan tujuan agar meningkatkan
keterampilan anak dalam memasang kancing.
a. Plan II
Mengacu pada keadaan permasalahan di atas, maka peneliti
bersama kolaborator merumuskan kembali perencanaan secara
umum. Peneliti tetap mengunakan media kancing yang telah
dilaksanakan pada siklus I, yaitu : kancing resleting dan kancing
biasa, secara umum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
media kancing, hampir sama dengan pelaksanaan latihan sebelumnya.
Namun perbedaannya peneliti menggunakan metoda yang lain seperti
imitasi, dan resitasi, serta mengintensifkan metoda drill dan
demonstrasi dengan memberikan waktu berlatih dan meragakan
secara lebih panjang sehingga anak lebih memahami, juga
memotivasi anak dengan pemberian insentif berupa benda (mainan,
makanan, buku) serta membawa anak ke ruang latihan yang lebih
tertutup untuk menghilangkan rasa malu anak serta menambahkan
rasa percaya diri anak. Peneliti juga menggunakan media patung
waktu peragaan untuk kestabilan emosi anak dan membawa anak
belajar ke luar kelas, agar anak termotivasi dalam meningkatkan
keterampilan memasang dan melepas kancing baju serta mengadakan
perlombaan dalam memasang kancing dengan menyediakan hadiah
untuk pemenang lomba.

b. Action II
Pada dasarnya cara yang dilakukan pada tindakan II dalam
siklus II untuk menerapkan media kancing adalah sama dengan
pelaksanaan pada siklus I. Akan tetapi pada siklus II ini untuk
meningkatkan

keterampilan

anak

dalam

memasang

kancing.

Tindakan dilakukan tujuh kali pertemuan, dimulai Sabtu, 29 Maret


2008 dan berakhir siklus I ini Kamis, 10 April 2008.
Tindakan pada siklus II diterapkan sesuai dengan perencanaan
peneliti dan kolaborator. Secara umum pelaksanaan tindakan II
dideskripsikan sebagai beikut :
Kegiatan awal tetap dilakukan dalam kelas, tetap dilaksanakan
jam pertama. Peneliti tetap membuka pelajaran dengan salam dan
berdoa bersama anak. Untuk menciptakan suasana yang kondusif
dalam belajar, peneliti bersama anak membersihkan kelas, merapikan
meja dan kursi anak, serta menyimpan buku-buku anak dalam lemari.
Kemudian menanyakan kesiapan anak untuk belajar.
Proses pembelajaran pada siklus II ini pertemuan satu sampai
tujuh, lebih memperfokus pada peragaan dan kemampuan anak
menirukan latihan yang dicontohkan oleh peneliti mulai dari kancing
resleting pada model pada baju dengan cermin dan tanpa cermin,
serta kancing biasa pada model, pada baju didepan cermin dan tanpa
cermin.

Peneliti setuju memberikan penjelasan dan peragaan masingmasing materi latihan, mula-mula kepada patung, kemudian kepada
anak sendiri di depan cermin dan tanpa melihat cermin dan dilakukan
secara berulang-ulang.
Peneliti menanyakan materi yang dirasa sulit bagi anak dan
mengulangi

lagi

peragaan

di

iringi

kata-kata

sederhana,

mencontohkan cara-cara yang benar dalam melakukan latihan.


Peneliti juga selalu memberikan motivasi dalam belajar dan
merayakan setiap keberhasilan yang ditunjukkan anak dengan
memodifikasikan reinforcemen bentuk verbal dan gerakan tubuh,
memiliki mimik wajah yang cerah dan berupa hadiah intensif benda
yang bermanfaat bagi anak.
Peneliti juga menyuruh anak untuk meniru peragaan dari peneliti
tentang semua pembelajaran yang dijelaskan dan diperagakan dan
menyuruh anak untuk berlatih di rumah bersama orang tua.
Untuk menghilangkan rasa malu anak, peneliti juga mengajak
anak ke ruang latihan yang lebih khusus yang tidak terlihat oleh
orang lain, karena anak sudah dewasa, ia merasa malu. Dan
menyiapkan cermin yang lebih besar sehingga seluruh tubuh anak
bisa diamati dengan jelas.
Selanjutnya peneliti juga mengajak anak untuk belajar diluar
kelas yaitu ditoko pakaian dengan menggunakan patung baju. Anak

kelihatan merasa senang sekali. Selanjutnya dapat dilihat di dalam


catatan lapangan(terlampir).
c. Observasi II
Observasi pda siklus II ini, diperoleh dari pengamatan peneliti dan
kolaborator terhadap kegiatan pembelajaran yang telah peneliti lakukan,
maka gejala yang muncul ketika pembelajaran berlansung sebagai
berikut :
Kegiatan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik, suasana
pembelajaran cukup nyaman dan menyenangkan anak. Peneliti terlihat
bisa mengajak anak untuk melakukan kegiatan memasang dan melepas
kancing pada setiap materi yang diajarkan secara lebih aktif. Anak lebih
kelihatan mempunyai semangat belajar yang kuat dan kegairahan dalam
belajar, anak kelihatan lebih percaya diri, lebih berkonsentrasi dan tidak
ragu-ragu lagi, serta tidak malu-malu dalam berlatih.
Motivasi serta dorongan yang selalu diberikan oleh peneliti
membuat anak lebih percaya diri dalam meragakan dan meniru. Peneliti
lebih mudah memberikan perintah-perintah sederhana kepada anak dan
anak dapat memahami serta melakukannya secara baik sehingga hasil
keterampilan yang ditunjukkan anak dalam memasang kancing sudah
semakin meningkat.

d. Refleksi II

Dari hasil pengamatan, peneliti dan kolaborator melakukan


perunangan dan berdiskusi terhadap tindakan yang dilakukan peneliti dan
kolaborator menyimpulkan bahwa, secara umum keterampilan anak
dalam memasang/melepas kancing, baik kancing resleting maupun
kancing biasa sudah semakin meningkat. Hampir semua langkah
memasang dan melepas kancing pada seluruh materi sudah bisa
dilakukan anak sendiri tanpa bantuan, namun dalam hal memasukkan dan
mengeluarkan kancing dari lobangnya sampai selesai masih memerlukan
bantuan peneliti. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan dalam proses
pembelajaran. Hasil tes yang diberikan peneliti kepada anak yang
terdapat dalam lampiran (Lampiran VII). Maka peneliti dan kolaborator
sepakat bahwa tindakan berakhir pada siklus II.

B.

Deskripsi Hasil Penelitian


Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan sebanyak tiga
siklus yaitu siklus I

12 kali pertemuan, siklus II tujuh kali pertemuan.

Kegiatan pembelajaran memasang dan melepas kancing ini dilaksanakan


dengan menggunakan media kancing yaitu kancing resleting dan kancing
biasa. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini untuk
materi : memasang dan melepaskan kancing resleting dan kancing biasa pada
model sebelumnya peneliti menjelaskan kepada anak dengan peragaan
langsung di depan anak dengan menggunakan media kancing resleting dan
kancing biasa pada model secara berulang-ulang, kemudian peneliti melatih
anak dengan membimbing serta memegang tangan anak untuk melakukan

latihan, kemudian memberikan kesempatan pada anak untuk menirukan


latihan yang diperagakan oleh peneliti dengan memberikan waktu yang lebih
panjang dari sebelumnya disertai penjelasan dengan kata-kata yang
sederhana dan mudah dipahami anak. Peneliti berusaha menciptakan suasana
belajar yang kondusif untuk menumbuhkan motivasi anak dalam belajar.
Kelihatannya pada awal pembelajaran anak kurang berminat dan belum
menunjukkan kegairahan dalam belajar, sehingga pada waktu anak
melakukan latihan sendiri anak kelihatan masih ragu-ragu, kurang
berkonsentrasi serta belum menunjukkan rasa percaya diri yang kuat. Anak
sering lupa dalam memahami instruksi yang diberikan oleh peneliti tetapi
peneliti selalu berusaha memotivasi anak dengan penuh kesabaran dan kasih
sayang serta memberikan penguatan dalam berbagai bentuk, baik secara
verbal, gerakan fisik, mimik wajah yang cerah serta memberikan reward
berupa kontingen social reward dalam bentuk insentif benda (mainan,
makanan, buku, pena).
Disamping itu peneliti juga menggunakan funisment untuk merobah
prilaku anak kearah yang lebih positif. Berdasarkan hasil latihan dan
peragaan dari peneliti serta kemampuan anak dalam memasang kancing
terlihat sudah adanya peningkatan dari anak dalam memasang dan melepas
kancing baik kancing resleting maupun kancing biasa. Dalam proses
pembelajaran anak sudah terlihat antusias dan punya kegerahan belajar
apalagi disaat diadakannya lomba anak kelihatan sudah mempunyai rasa
percaya diri yang tinggi dapat berkonsentrasi dalam berlatih tidak ragu-ragu

serta kelihatan lebih rileks dan santai. Sedangkan dalam pelaksanaan materi :
tentang memasang dan melepaskan kancing resleting dan kancing biasa pada
baju dan celana di depan cermin dan tanpa melihat cermin.
Pada waktu latihan peneliti menggunakan baju dan celana anak yang
beresleting serta cermin, media patung serta menyediakan hadiah. Peneliti
sebelumnya juga menjelaskan terlebih dahulu kepada anak langkah-langkah
memasang dan melepas kancing, serta meragakan langsung didepan anak
secara berulang-ulang dengan menggunakan patung atau diri anak sendiri di
depan cermin agar anak dapat melihat kerapian dan ketepatan dalam
memasang dan melepas kancing. Pada awalnya kelihatan anak masih raguragu dan malu saat berlatih karena dilihat temannya ia membuka baju di
kelas. Ia kelihatan kurang berkonsentrasi dan agak tegang saat berlatih. Anak
belum mempunyai rasa percaya pada dirinya sendiri. Anak sering lupa dalam
memahami instruksi yang diberikan sehingga

hasil keterampilan yang

ditunjukkan anak dalam memasang dan melepas kancing terlihat belum


optimal walaupun peneliti sudah berusaha memotivasi anak dengan
menggunakan reinforcement secara verbal gerakan tubuh tetap saja anak
kurang tertarik dan bergairah dalam belajar.
Akhirnya dengan bimbingan dan arahan dari peneliti dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang kepada anak serta latihan secara berulang-ulang
baik penjelasan dan peragaan serta memberikan kesempatan kepada anak
untuk menirukan latihan yang diperagakan kemudian anak disuruh
melakukan sendiri memasang dan melepas kancing. Disaat anak menemui

kesulitan peneliti langsung memberikan bantuan dengan mencontohkan


kembali cara melakukan sesuatu yang lebih benar. Peneliti selalu merayakan
setiap keberhasilan anak dengan menggunakan bermacam-macam penguatan
dalam upaya memotivasi anak dalam meningkatkan keterampilan memasang
kancing. Peneliti juga selalu mengupayakan peningkatan anak dalam
memasang dan melepas kancing dengan merubah strategi, cara, metoda serta
media dipertemuan berikutnya. Menurut pengamatan kolaborator dan peneliti
diawal pembelajaran terlihat anak belum menunjukkan semangat dan
kegairahan belajar maka untuk pembelajaran berikutnya peneliti berfikir
untuk menambah dengan metoda imitasi, resitasi serta mengintensifkan
metoda latihan dan demonstrasi dengan memperpanjang waktu latihan serta
peragaan kepada anak, kemudian memberi kesempatan kepada anak untuk
meniru peragaan dari peneliti. Peneliti juga membawa anak belajar
keruangan yang lebih khusus dalam berlatih untuk menghindari perasaan
malu anak serta menggunakan cermin yang lebih besar agar anak tidak
menundukkan badan untuk melihat seluruh tubuhnya dalam memperhatikan
ketepatan memasang dan melepas kancing.
Peneliti juga menggunakan teknik motivasi yang lain yaitu kontingen
social reinforcement untuk merobah perilaku sosial anak dalam berlatih serta
memberikan hadiah berupa insentif benda yang bermanfaat bagi anak seperti
makanan, mainan, buku, pena serta melaksanakan perlombaan dalam upaya
memotivasi anak untuk keterampilan memasang kancing ternyata strategi
yang dilakukan cukup berhasil dengan baik, anak kelihatan lebih percaya diri

tidak ragu-ragu dan malu dalam berlatih. Anak juga terlihat lebih
berkonsentrasi serta mempunyai semangat belajar yang tinggi sehingga hasil
yang dicapai anak sudah semakin meningkat seperti yang diharapkan.

C.

Pembahasan
Penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan
lebih efektif dan efisien. Selain media pembelajaran digunakan orang untuk
menyalurkan pesan media juga digunakan sebagai alat bantu guru dalam
proses belajar. Hal ini suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri karena
memang gurulah yang menghendaki kehadiran media untuk membantu
tugasnya dalam menyampaikan pesan dari bahan pelajaran yang akan
diberikan kepada anak didiknya. Tanpa bantuan media bahan pelajaran akan
sukar untuk dicerna dan dipahami oleh anak didik. Hal ini senada dengan apa
yang disampaikan oleh Depdikbud (2003:10) bahwa media adalah alat bantu
yang digunakan guru untuk mempermudah tugasnya dalam mengajar.
Selain itu Hamalik dalam Azhar Arsyad (2007:15) juga mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, motivasi dan ransangan
kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis pada siswa.
Dikarenakan fungsi serta peranan media yang amat penting dalam proses
pembelajaran maka guru hendaklah arif serta bijaksana dalam menentukan
dan memilih media yang tepat. Pertimbangan pemilihan media itu harus
disesuaikan dengan bahan pelajaran memperhatikan karakter anak, latar

belakang sosial anak, motivasi, minat serta kebutuhan belajar anak dan
tujuan belajar yang diinginkan.
Seperti halnya dengan anak tunagrahita ringan yang mempunyai latar
belakang dan kondisi fisik mental yang berbeda dengan anak lain sehingga
mereka mempunyai keterbatasan dalam berfikir, sulit berkonsentrasi,
mempunyai daya ingat yang lemah sehingga kesulitan dalam memahami
sesuatu yang komplek. Untuk itu peneliti memilihkan media kancing dalam
penelitian ini. Melihat kesulitan dan kebutuhan belajar anak yang
memerlukan latihan dalam keterampilan memasang dan melepas kancing.
Hal ini pun sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam Depdikbud
(1997:10) bahwa anak tunagrahita ringan harus diberikan latihan
menggunakan latihan yang beresleting dan berkancing baik dengan bantuan
maupun tanpa bantuan. Namun tidak mudah memberikan suatu keterampilan
kepada anak tunagrahita ringan dikarenakan keterbatasan yang mereka miliki
sehingga memerlukan latihan secara berulang-ulang dan waktu yang lebih
lama serta kesabaran, keuletan dan rasa kasih sayang kepada anak didik
(Astati, 2003:17).
Untuk itu peneliti dalam melaksanakan latihan memasang dan melepas
kancing kepada anak tunagrahita ringan memberikan secara bertahap agar
latihan dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.

Perlu diimbangi

dengan pendekatan materi yang sederhana dari yang mudah menuju yang
sulit, dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan memperhatikan prinsipprinsip pengulangan.

Maka peneliti merasa perlu menerapkan model

pendekatan analisis tugas dimana pendekatan ini menekankan bahwa suatu


keterampilan atau kecakapan tertentu akan dimiliki anak apabila tugas untuk
mencapai kecakapan tersebut dirinci dan diurut berdasarkan tingkat
kesulitannya (Ati Maryati, 2006:8).
Berdasarkan tindakan yang diberikan dalam setiap siklus penggunaan
media kancing dapat meningkatkan keterampilan anak dalam memasang dan
melepas kancing yang terlihat dalam proses pembelajaran dan hasil test yang
telah dilaksanakan.
Dari segi proses pembelajaran yang telah diberikan siswa telah aktif
melakukan kegiatan latihan memasang dan melepas kancing baik fisik
mental dan sosial selain itu anak telah dapat menunjukkan kegairahan dan
semangat dalam belajar serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi
sehingga terjadi perobahan yang positif pada diri anak yaitu anak telah
terampil dalam memasang dan melepas kancing, baik kancing resleting pada
model serta baju di depan cermin dan tanpa cermin maupun kancing biasa
pada model pada baju di depan cermin dan tanpa cermin secara mandiri.
Namun dalam hal memasukan kancing pada lobangnya masih memerlukan
bantuan peneliti. Diharapkan anak bisa menolong dirinya sendiri dalam
kehidupan sehari-hari serta bisa mengembangkan potensi diri yang ia miliki
agar mereka dapat hidup layak dan wajar serta bisa mandiri dan mampu
bertanggung jawab pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Dari hasil tes perbuatan yang diberikan kepada anak setelah selesai
pembelajaran pada siklus I maka dapat dilihat bahwa hasil keterampilan anak

dalam memasang kancing belum optimal. Ini dapat dilihat pada hasil tes
kemampuan anak dalam memasang kancing selama siklus I dan grafik di
bawah ini :
Tabel 1.1

: Tes Kemampuan Anak dalam Memasang Kancing Setelah Sikus I

Aspek yang dinilai


1. Kancing Resleting

Sub aspek

Penilaian
B
BDB TB

a. Memasang dan melepas


kancing resleting pada model
Memasang
1. Menyamakan ujung kain bawah
2. Memegang tangkai resleting

3. Menarik tangkai resleting keatas


sampai batas resleting

4. Menguncikan tangkai resleting

5. Merapikan kain kalau ada benang


yang terjepit resleting

Melepas
6. Memegang tangkai resleting
7. Memegang ujung kain atas

8. Membuka tangkai resleting yang


terkunci

9. Menarik resleting kebawah kain


sampai terbuka
10. Menguncikan tangkai resleting
b.

Memasang dan melepas


kancing resleting baju atau
celana yang sebenarnya
didepan cermin

Memasang
11. Menyamakan ujung baju/celana

bawah
12. Memegang tangkai resleting

13. Menarik tangkai resleting keatas

sampai batas resleting


14. Menguncikan tangkai resleting

agar tidak bergeser


15. Memeriksa resleting kalau ada

benang yang terjepit


16. Merapikan celana didepan

cermin
Melepas
17.Memegang tangkai resleting
didepan cermin

18. Membuka tangkai resleting yang

terkunci didepan cermin


19.Menarik tagkai resletng kebawah

sampai terbuka
120.Mengunci tangkai resleting agar

tidak bergeser
21. Melihat didepan cermin apakah
resleting sudah terbuka

c. Memasang dan melepas


kancing resleting baju atau
celana yang sebenarnya tanpa
cermin

Memasang
22. Menyamakan ujung bawah baju
atau celana

23. Memegang tangkai resleting

24. Menarik tangkai resleting keatas


sampai batas resleting

25. Menguncikan tangkai resleting


agar tidak bergeser

26. Memeriksa dan meraba dengan


tangan resleting baju kalau ada
benang yang terjepit

27. Merapikan resleting baju/celana


tanpa cermin

Melepas
28.Memegang tangkai resleting
didepan cermin

29. Membuka tangkai resleting yang


terkunci didepan cermin

30. Menarik tangkai resletng


kebawah sampai terbuka

31. Mengunci tangkai resleting agar


tidak bergeser

32. Memeriksa dan meraba dengan


tangan apakah resleting sudah
terbuka

2. Kancing Biasa

d. Memasang dan melepas


kancing biasa pada model
Memasang
33. Menyamakan ujung kain

34. Memegang kancing biasa dengan


tangan kanan

35. Memegang lobang kancing


dengan tangan kiri

36. Memasukkan kancing kelobang


kancing

37. Mendorong kancing kedalam


lobang dengan jempol dan
telunjuk kanan

38 Menarik kancing keatas lobang

39. Memasangkan kancing berikut


sampai selesai

40. Merapikan kancing pada kain

Melepas
41. Memegang kancing biasa
dengan tangan kiri

42 Memegang lobang kancing


dengan tangan kanan

43. Mendorong kancing keluar


lobang kancing
44. Menarik kancing keluar lobang

45. Melepaskan kancing berikutnya


sampai selesai

e Memasang dan melepas


kancing biasa pada baju yang
sebenarnya di depan cermin
Memasang

Keterangan : Rochyani, (2003:126)


B

: Apabila anak bisa melakukan sendiri dengan baik

BDB

: Apabila anak dapat melakukan dengan bantuan

TB

: Anak tidak dapat melakukannya sendiri


Dari 73 item tentang memasang dan melepas kancing ternyata anak
bisa melakukan sendiri 21 item dan bisa dengan bantuan 52 item serta tidak
bisa 0 item. Dari hasil tes kemampuan anak tentang memasang dan melepas
kancing pada siklus I ini dapat dilihat prosentasenya sebagai berikut :
BDB

48
x 100 66%
73

22
x 100 30%
73

TB

3
x 100 4%
73

Mengingat penggunaan media kancing untuk meningkatkan keterampilan


anak dalam memasang kancing dan dilihat dari hasil pelaksanaan tindakan pada
siklus I belum optimal, maka peneliti dan kolaborator sepakat untuk melanjutkan
tindakan pada siklus II.

Grafik I. Evaluasi Siklus I

Data yang terlihat pada grafik ini adalah data yang diperoleh dari hasil
test pada siklus I (Lampiran VII) Aspek yang dinilai terdiri dari enam sub
aspek yaitu a. Memasang dan melepas kancing resleting pada model,
b. Memasang dan melepas kancing resleting pada baju di depan cermin,
c. Memasang dan melepas kancing resleting pada baju tanpa cermin,
d. Memasang dan melepas kancing biasa pada model, e. Memasang dan
melepas kancing biasa pada baju di depan cermin, f. Memasang dan melepas
kancing biasa pada baju tanpa cermin. Dari enam sub aspek tersebut terdiri

dari 73 item yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara perbuatan untuk


penilaiannya peneliti menggunakan tiga kategori yaitu bisa, bisa dengan
bantuan dan tidak bisa. Pada grafik terlihat warna yang membedakan
presentase pada setiap kategori yaitu bisa 29%, bisa dengan bantuan 71% dan
tidak bisa 0%.
Berdasarkan presentase tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
anak dalam memasang dan melepaskan kancing baik resleting maupun
kancing biasa sudah mengalami peningkatan tetapi belum optimal seperti
yang diharapkan. Hampir semua langkah-langkah yang dilakukan anak
memerlukan bantuan peneliti. Anak hanya bisa memegang resleting,
memegang kancing dan lobang kancing serta melihat kerapian kancing di
depan cermin.
Dari hasil refleksi I tersebut maka peneliti dan kolaborator pada Siklus
II mencoba mengulangi pembelajaran dengan penggunaan media kancing
resleting dan kancing biasa dengan merobah strategi, teknik dan metode serta
ruang latihan yang lebih khusus dan pemberian riward dalam bentuk lain
berupa insentif benda serta menggunakan media patung dalam peragaan dan
kaca yang lebih besar serta memberikan waktu yang cukup lama kepada anak
untuk berlatih dan menirukan peragaan. Dari hasil tes perbuatan yang
diberikan kepada anak setelah selesai pembelajaran pada siklus II maka dapat
dilihat hasil keterampilan anak dalam memasang kancing ini semakin
meningkat ini terlihat dari hasil kemampuan anak dalam memasang kancing
setelah siklus II dan grafik di bawah ini :

Tabel 1.2 : Test Kemampuan Anak Dalam Memasang Kancing setelah Siklus II
Aspek yang dinilai
1. Kancing Resleting

Sub aspek

Penilaian
B
BDB TB

a. Memasang dan melepas


kancing resleting pada model
Memasang
1. Menyamakan ujung kain bawah

2. Memegang tangkai resleting

3. Menarik tangkai resleting keatas


sampai batas resleting
4. Menguncikan tangkai resleting

5. Merapikan kain kalau ada benang


yang terjepit resleting

Melepas
6. Memegang tangkai resleting

7. Memegang ujung kain atas

8. Membuka tangkai resleting yang


terkunci

9. Menarik resleting kebawah kain


sampai terbuka
10. Menguncikan tangkai resleting
c.

Memasang dan melepas


kancing resleting baju atau
celana yang sebenarnya
didepan cermin
Memasang

11. Menyamakan ujung baju/celana

bawah
12. Memegang tangkai resleting
13. Menarik tangkai resleting keatas

sampai batas resleting

14. Menguncikan tangkai resleting


agar tidak bergeser

15. Memeriksa resleting kalau ada


benang yang terjepit

16. Merapikan celana didepan


cermin

Melepas

17.Memegang tangkai resleting


didepan cermin

18. Membuka tangkai resleting yang


terkunci didepan cermin

19.Menarik tagkai resletng kebawah


sampai terbuka

120.Mengunci tangkai resleting agar


tidak bergeser

21. Melihat didepan cermin apakah


resleting sudah terbuka

c. Memasang dan melepas


kancing resleting baju atau
celana yang sebenarnya tanpa
cermin
Memasang
22. Menyamakan ujung bawah baju
atau celana
23. Memegang tangkai resleting

24. Menarik tangkai resleting keatas


sampai batas resleting

25. Menguncikan tangkai resleting


agar tidak bergeser

26. Memeriksa dan meraba dengan


tangan resleting baju kalau ada
benang yang terjepit

27. Merapikan resleting baju/celana


tanpa cermin

Melepas
28.Memegang tangkai resleting
didepan cermin

29. Membuka tangkai resleting yang


terkunci didepan cermin

30. Menarik tangkai resletng


kebawah sampai terbuka

31. Mengunci tangkai resleting agar


tidak bergeser

32. Memeriksa dan meraba dengan


tangan apakah resleting sudah
terbuka
2. Kancing Biasa

d. Memasang dan melepas


kancing biasa pada model
Memasang
33. Menyamakan ujung kain

34. Memegang kancing biasa dengan


tangan kanan

35. Memegang lobang kancing


dengan tangan kiri

36. Memasukkan kancing kelobang


kancing

37. Mendorong kancing kedalam


lobang dengan jempol dan
telunjuk kanan

38 Menarik kancing keatas lobang

39. Memasangkan kancing berikut


sampai selesai
40. Merapikan kancing pada kain

Melepas
41. Memegang kancing biasa
dengan tangan kiri

42 Memegang lobang kancing


dengan tangan kanan

43. Mendorong kancing keluar


lobang kancing
44. Menarik kancing keluar lobang

45. Melepaskan kancing berikutnya


sampai selesai

e Memasang dan melepas


kancing biasa pada baju yang
sebenarnya di depan cermin
Memasang
46. Menyamakan ujung baju

47. Memegang kancing dengan


tangan kanan

48 Memegang lobang dengan


tangan kanan kiri

49. Memasukkan kancing kelobang


kancing

50. Mendorong kancing kedalam


lobang

51. Menarik kancing keatas lobang

52. Memasang semua kancing


sampai habis

53. Melihat kerapian dan ketepatan


memasang kancing didepan
cermin

Melepas

54. Memegang kancing dengan


tangan kiri

55 Memegang lobang dengan


tangan kanan

56. Mendorong kancing ke luar


lobang kancing
57. Menarik kancing keluar lobang

58. Melepaskan kancing berikut


sampai habis

59. Melihat ke cermin apakah


semua kancing sudah terlepas

f. Memasang kancing biasa pada


baju yang sebenarnya tanpa
cermin
Memasang
60. Menyamakan ujung baju bawah

61 Memegang kancing dengan


tangan kanan

62. Memegang lobang dengan


tangan kanan kiri
63. Memasukkan kancing kelobang

kancing

64. Mendorong kancing kedalam


lobang

65. Menarik kancing keatas lobang

66. Memasang semua kancing


sampai habis

67. Melihat kerapian dan ketepatan


memasang kancing tanpa
cermin

Melepas

68. Memegang kancing dengan


tangan kiri

69. Memegang lobang dengan


tangan kanan

70. Mendorong kancing ke luar


lobang kancing
71. Menarik kancing keluar lobang

72. Melepaskan kancing berikut


sampai habis

73. Memeriksa semua kancing


apakah sudah terlepas

Keterangan : (Rochyani, 2003:126)


B

: Apabila anak bisa melakukan sendiri dengan baik

BDB

: Apabila anak dapat melakukan dengan bantuan

TB

: Anak tidak dapat melakukannya sendiri


Dari 73 item tentang memasang dan melepaskan kancing anak bisa
melakukan sendiri 65 item dan bisa dengan bantuan 8 item serta tidak bisa 0
item, maka dapat dilihat prosentasenya sebagai berikut :

BDB

62
x 100 85%
73

11
x 100 15%
73

TB = 0%
Dari tes kemampuan anak yang telah diberikan pada siklus II dapat
dilihat bahwa keterampilan anak dalam memasang dan melepas kancing
sudah semakin meningkat, hal ini ditandai dari anak telah bisa melaksanakan
evaluasi yang telah diberikan sehingga peneliti dan kolaborator mengambil
kesimpulan pemberian tindakan dengan penggunaan media kancing untuk
meningkatkan keterampilan anak memasang kancing tidak perlu dilanjutkan
lagi pada siklus berikutnya.

77

Data yang terdapat pada grafik ini merupakan hasil evaluasi pada siklus
II yang memiliki kategori yang sama dengan siklus I. Pada data tersebut
terlihat keterampilan anak dalam memasang dan melepas kancing resleting

dan kancing biasa sudah semakin meningkat. Anak sudah dapat melakukan
sendiri langkah-langkah secara baik dan benar, namun masih ada yang
dilakukan anak dengan memerlukan bantuan peneliti yaitu 11% dan 89%
anak telah melakukan langkah-langkah memasang kancing dengan
menggunakan media dengan baik.

D.

Keterbatasan Penelitian
Sebagai peneliti pemula, peneliti menyadari bahwa dalam pelaksanaan
penelitian ini masih terdapat kekurangan hal ini terjadi karena keterbatasan
yang peneliti miliki. Keterbatasan tersebut dapat dilihat dari segi waktu yang
tersedia serta sarana dan prasarana, pengetahuan yang peneliti punyai. Untuk
itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga saja penelitian ini dapat
bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan luar biasa.

BAB V
PENUTUP

A.

Kesimpulan

81

Media kancing merupakan salah satu dari beberapa media yang dapat
digunakan guru untuk meningkatkan ketrampilan bagi anak tunagrahita
ringan dalam memasang dan melepas kancing. Dalam penggunaannya dapat
dipadukan dengan metode dan strategi sesuai kreatifitas yang dimiliki guru.
Media kancing dapat meningkatkan ketrampilan anak dalam memasang dan
melepaskan kancing yaitu kancing resleting dan kancing biasa karena
kehadiran media dapat menumbuhkan motivasi, membangkitkan keinginan
serta minat dan ransangan dalam belajar sehingga proses pembelajaran akan
lebih efektif dan efisien.
Proses pembelajaran yang dilakukan dengan media kancing resleting
dan kancing biasa, yang dilaksanakan dengan memberikan penjelasan,
peragaan, dan proses meniru kepada anak serta dengan mengadakan
perlombaan memasang kancing dengan reward yang bervariasi dalam bentuk
verbal, gerakan fisik, mimik wajah yang cerah dan dalam bentuk kontingen
sosial reinforcement berupa insentif benda yang bermanfaat bagi anak
sehingga mampu menciptakan sistem pembelajaran yang menyenangkan dan
menunjukkan kegairahan serta semangat anak dalam mengikuti proses
pembelajaran. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan.
Dari pembelajaran yang telah diberikan, dan hasil tes keterampilan
anak dalam memasang kancing sebelum dan sesudah tindakan diberikan
dapat disimpulkan, bahwa ketrampilan anak tunagrahita ringan kelas D6 di
SLB Perwari Padang dapat ditingkatkan melalui media kancing.

B.

Implikasi
Pelaksanaan penelitian memberikan sumbangan dan dampak positif
bagi anak dan guru yang ada di sekolah. Dengan menggunakan media
kancing dalam proses pembelajaran merupakan salah satu media yang dapat
membantu anak tunagrahita ringan dalam meningkatkan keterampilan
memasang kancing, serta merobah pandangan terhadap anak tunagrahita
ringan yang belum bisa memasang kancing secara mandiri serta dengan
latihan yang berulang-ulang akan dapat meningkatkan ketrampilan anak
dalam memasang kancing.
Implikasi dari penelitian ini menunjukkan media kancing dapat
membantu meningkatkan keterampilan anak dalam memasang kancing bagi
anak tunagrahita ringan kelas D6 di SLB Perwari Padang.
Media kancing yang digunakan dengan bervariasi, serta digunakan
dalam pembelajaran memasang kancing yang dilakukan secara berulangulang dengan memberikan reward terhadap setiap keberhasilan yang
ditunjukan anak membuat anak lebih termotivasi, mempunyai semangat dan
kegairahan dalam belajar, sehingga guru akan merasa senang dan enjoy
dalam memberikan pembelajaran, serta program pengajaran yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.

C.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikembangkan di atas, maka peneliti
menyampaikan saran-saran :
1. Guru

Sebagai pelaksana proses belajar mengajar guru hendaklah lebih


kreatif dalam memilih dan menentukan media yang cocok dengan
kebutuhan belajar anak, motivasi dan minat, serta kondisi fisik latar
belakang anak dan sesuai dengan tujuan serta bahan pelajaran yang akan
disampaikan kepada anak didik, ketepatan memilih media yang cocok
akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, dalam melatih anak guru
hendaklah bersikap sabar, ulet dan kasih sayang serta dilakukan secara
terus-menerus.
2. Orang Tua
Sebaiknya orang tua menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik
dengan pihak sekolah, terutama guru kelas sehingga dapat diketahui
permasalahan yang ada pada diri anak dalam belajar, sehingga orang tua
pun dapat melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh
guru sehingga terjadi kesinambungan dan kesingkronan dalam melatih
dan memberikan pengetahuan kepada

anak di rumah untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki anak menuju kemandiriannya.

3. Kepala Sekolah
Hendaknya kepala sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang
dapat menunjang keberhasilan latihan Pendidikan menolong diri sendiri
bagi anak tunagrahita ringan untuk bisa mengembangkan kemampuan

dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki anak serta ruang latihan
yang lebih khusus, alat dan media yang memadai dalam melakukan
latihan sehingga terjadi perobahan yang positif pada diri peserta didik
dengan harapan agar mereka bisa hidup secara layak dan mandiri
ditengah masyarakat serta tanpa harus bergantung pada bantuan orang
lain.

LAMPIRAN I
Kisi-kisi Penelitian
Meningkatkan Keterampilan Memasang Kancing Baju
Melalui Media Kancing Bagi ATG Kelas D6
Di SLB Perwari Padang

Aspek/
Sub Aspek
Keterangan
Memasang
Kancing

Indikator

1. Kancing
Resleting

1. Memasang
Kancing
2. Melepas
Kancing

2. Kancing biasa

Deskriptor

a. Memasang dan melepas


kancing resleting pada
model
b. Memasang dan melepas
kancing resleting pada
baju dan celana yang
sebenarnya didepan
cermin
c. Memasang dan melepas
kancing resleting pada
baju dan celana yang
sebenarnya tanpa cermin
d. Memasang dan melepas
kancing biasa pada model
e. Memasang dan melepas
kancing biasa pada baju
yang sebenarnya didepan
cermin
f. Memasang dan melepas
kancing biasa pada baju
yang sebenarnya tanpa
cermin

Alat
Pengumpul
Data
Obs Test

LAMPIRAN II
Instrumen Penelitian
Meningkatkan Keterampilan Memasang Kancing Baju
Melalui Media Kancing Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas D6
Di SLB Perwari Padang

Indikator

Deskriptor

penilaian
B
BDB TB

1. Kancing Resleting

a. Memasang dan melepas


kancing resleting pada
model
Memasang
11. Menyamakan ujung kain
12. Memegang tangkai resleting
13. Menarik tangkai resleting
keatas sampai batas
resleting
14. Menguncikan tangkai
resleting
15. Merapikan kain kalau ada
benang yang terjepit
resleting
Melepas
16. Memegang tangkai resleting
17. Memegang ujung kain atas
18. Membuka tangkai resleting
yang terkunci
19. Menarik resleting kebawah
kain sampai terbuka
20. Menguncikan tangkai
resleting
b. Memasang dan melepas
kancing resleting baju
atau celana yang
sebenarnya didepan
cermin
Memasang
11. Menyamakan ujung baju
dan celana bawah
12. Memegang tangkai resleting
13. Menarik tangkai resleting
keatas sampai batas
resleting
14. Menguncikan tangkai
resleting agar tidak bergeser
15. Memeriksa resleting kalau
ada benang yang terjepit
16. Merapikan celana didepan
cermin
Melepas
17.Memegang tangkai resleting

LAMPIRAN III

LAMPIRAN IV

LAMPIRAN V

Lampiran VI
CATATAN LAPANGAN
Pra Penelitian
Pendekatan yang peneliti lakukan sebelum melakukan tindakan terhadap
anak tidaklah terlalu khusus karena peneliti adalah guru kelas yang selalu
mengajar anak setiap hari. Dan secara umum karakter minat serta kebutuhan
belajar anak sudah peneliti ketahui. Anak kelas enam tunagrahita sedang, hanya
satu orang yang berinisial ARS, Berjenis kelamin laki-laki. Sekarang ia berumur
13 tahun. Dalam belajar ARS tergolong pintar. Ia menyenangi pelajaran
matematika dan Bahasa Inggris. Ia kurang menyukai pelajaran olahraga
keterampilan dan PMDS. Kemauan belajar anak cukup tinggi. Ia rajin datang
kesekolah, serta disiplin. Waktu belajar ia punya sifat ingin tahu yang besar, suka
bertanya. Dalam keseharian berkomunikasi dengan orang lain ia menggunakan
bahasa Indonesia.
Menurut informasi yang penulis dapatkan dari orang tua anak memang agak
dimanjakan ayahnya karena merasa kasihan sedari kecil sudah ditinggal mati
ibunya. Sehingga dalam melakukan kegiatan sehari-hari sering dibantu, akibatnya
dalam berpakaian anak belum terampil, karena tidak terbiasa dan tidak terlatih.

Saat berada disekolah peneliti sering memperhatikan ARS ketika selesai buang air
di toilet, pakainnya sudah acak-acakan, baju sudah keluar dari celana, kancing ada
yang terlepas dari lobangnya serta hak celana dan resleting sudah terbuka. Tidak
jarang ia menangis dan malu karena olok-olokan temannya.
Selanjutnya peneliti melakukan koordinasi dan diskusi dengan Kepala
Sekolah serta guru, terutama sekali dengan guru kolaborator tentang rencana
penelitian yang akan dilakukan penelitian lebih banyak pada program, media, alatalat dan pengaturan waktu, Stategi dan Metode yang akan peneliti terapkan saat
memberikan tindakan yang semua itu dibicarakan dengan kolaborator. Agar
rencana berjalan sesuai dengan program yang sudah ditentukan.
A. Pelaksanaan Siklus I
Pada siklus I ini terdapat satu rancangan pembelajaran. Setiap siklus yang
dilaksanakan tidak melihat hasil suatu tindakan pembelajaran yang diberikan
kepada subjek tapi melihat bagaimana proses dan tindakan pembelajaran. Pada
siklus I ini dilakukan selama 12 kali pertemuan, dengan waktu 2 kali 35 menit
setiap pertemuan. Adapun tujuan yang akan dicapai pada siklus I ini agar anak
terampil dalam memasang dan melepas : kancing resleting, dan kancing biasa.
Pelaksanaan siklus I ini dapat digambarkan sebagai berikut :
I. Pertemuan I, Senin 3 Maret 2008
Materi Latihan : Memasang dan melepas kancing resleting pada Model
Tujuan Latihan : Untuk Stabilisasi motorik anak
a. Pelajaran pada pertemuan pertama dilakukan pada jam I, pelajaran di awali
dengan menyapa anak dan mengucapkan salam, kemudian berdoa
bersama anak. Anak kelihatan heran dan spontan menanyakan pada
peneliti, keberadaan 2 orang guru dalam kelas, karena biasanya Kegiatan
belajar mengajar hanya di berikan oleh 1 orang guru, yaitu : peneliti
sendiri, peneliti menjelaskan bahwa guru inisial YL akan membantu ARS
belajar PMDS dalam berpakaian. Anak merasa senang dan dapat
memahaminya.
b. Untuk menciptakan suasana yang tenang, dan menyenangkan serta
gembira sehungga anak dapat mengikuti kegiatan dalam pembelajaran.
Sebelum memulai pelajaran peneliti bersama anak menyapu dan
merapikan ruangan kelas, merapikan buku-buku anak yang berada di meja,
menyusun kursi dan membersihkan papan tulis. kemudian peneliti
menyanyikan lagu selamat pagi bersama anak. Dan anak mengatakan siap
untuk belajar.
c. Sebagai apersepsi, peneliti menanyakan kepada anak siapa yang
memasangkan baju dan celananya sebelum berangkat sekolah, spontan
anak menjawab papanya. Kemudian peneliti menjelaskan kepada anak,
bahwa dalam berpakaian sebaiknya kita sendiri yang memakainya, jangan
terlalu bergantung pada orang tua atau orang lain, kalau terlalu bergantung

d.
e.

f.

g.

h.

i.

j.

kita akan mandiri dan sukses dalam hidup. Peneliti menganjurkan ke anak
untuk melakukan berpakaian sendiri.
Setelah peneliti bertanya ke anak apa manfaat kita berpakaian, rapi, anak
memberi jawaban, peneliti membenarkan jawaban anak kemudian
melengkapi jawaban anak tenteng manfaat berpakaian.
Peneliti menyuruh anak berdiri kedepan kelas dan menyuruh
memperhatikan pakaiannya sendiri, memeriksa kerapian baju dan celana.
Anak memberi komentar bahwa bajunya ada yang terlepas kancingnya dan
resletingnya terbuka sehingga celana dalam kelihatan, peneliti memberi
penjelasan bahwa berpakaian itu sebaiknya rapi, perhatikan semua bagian
baju/celana. Agar terlihat sopan, rapi, indah serta tidak menjadi tertawaan
orang
Kemudian peneliti memajangkan 2 macam gambar orang berpakaian di
papan tulis, anak disuruh memperhatikan dan mengomentari gambar,
kemudian peneliti menyuruh anak menunjukkan gambar orang berpakaian
rapi dan tidak rapi. Anak bisa menunjukkan dan memberi komentar.
Kemudian peneliti memberi tahu bahwa pelajaran PMDS hari itu adalah
latihan memasang dan melepas kancing.
Sebelum latihan dimulai, peneliti mempersiapkan media kancing yaitu
kancing resleting, dan kancing biasa, dan mengenalkan kedua kancing
pada anak. Ternyata anak belum mengenal nama kancing. Peneliti
menuliskan nama kancing di papan tulis. Menyebutkan nama sambil,
memegangkan kancingnya, kemudian anak disuruh memegang masingmasing kancing, dan menyebutkan namanya, dan peneliti memberi tahu
latihan hari itu memasang/melepas kancing resleting pada model. Sambil
memperlihatkan kancing model yang berwarna-warna.
Peneliti menjelaskan dengan peragaan lansung cara memasang dan
melepas kancing resleting pada model, anak memperhatikan, kemudian
guru melatih anak , memegang tangan anak diiringi penjelasan kata-kata
yang sederhana dalam analisis tugas, trentang memasang dan melepas
kancing resleting, secara berulang-ulang. Saat anak melakukan sesuai
instruksi paneliti memberikan pujian, sehingga anak kelihatan senang.
Kemudian peneliti menyuruh anak melakukan sendiri memasang dan
melepas kancing, sesuai langkah-langkah yang telah diajarkan, disaat anak
menjumpai kesulitan, peneliti memberi bantuan dengan melatih anak
kembali, berulang-ulang, serta memberikan kesempatan lebih lama untuk
berlatih sampai anak dapat melakukan. Pneliti memberika reward, berupa
pujian secara verbal pada setiap keberhasilan yang ditunjukkan anak. Saat
latihan anak menemui kesulitan dan bilang pelajaran memasang kancing
susah sekali dan menyuruh peneliti mengganti dengan pelajaran lain,
seperti bahasa inggris atau matematika. Kemudian peneliti memberikan
penjelasan bahwa pelajaran memasang dan melepas kancing itu sangat
penting, agar anak dapat melakukannya sendiri tanpa dibantu lagi,
akhirnya dengan bujukan, anak mau melanjutkan latihan kembali.
Setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, ternyata anak masih kesulitan
dalam memasang dan melepas kancing resleting pada model, ada langkah-

langkah yang bisa dilakukan anak dengan memerlukan bantuan dari


peneliti dan ada yang belum bisa dilakukan sama sekali, maka latihan
dilanjutkan pada pertemuan kedua.

2. Pertemuan II, Selasa 4 maret 2008


Materi Latihan: Mengulang materi pada pertemuan I; Yakni memasang dan
melepas kancing pada model
Tujuan Latihan: Stabilisasi Motorik
a. Pelajaran di awal dengan salam, doa dan presensi, penelitian, menanyakan
kesiapan anak untuk belajar, dan melaksanakan kegiatan memasang/
melepas kancing dengan menggunakan kancing resleting pada model.
b. Peneliti kembali menanyakan nama kancing kepada anak ternyata
jawaban anak masih salah. Anak bilang sleting. Maka guru memberi tahu
nama kancing yaitu kancing resleting, anak disuruh menyebutkan beberapa
kali, selanjutnya peneliti memberi tahu bahwa pelajaran hari itu adalah
melanjutkan pelajaran memasang dan melepas kancing pada model. dan
spontan anak menjawab tak usah saja buk, saya capek, anak kelihatan
tiduran dimeja. Anak mengatakan biar papa saja yang memasangkan baju
dirumah . Peneliti menghampiri anak, membujuk serta memberikan arahan
dan nasehat bahwa jangan terlalu tergantung pada papa, kalau papa pergi
atau meninggal siapa yang akan membantu, sebaiknya kita harus bisa
sendiri. Peneliti Juga mengusap kepala anak,nemuji anak dengan verbal,
kolaborator juga bilang anak pintar, baik, harus bisa sendiri memasang
pakaian tidak boleh bergantung pada orang, akhirnya anak tersenyum dan
mau mengikuti pelajaran.
c. Peneliti kembali menjelaskan dan mencontohkan cara memasang dan
melepas kancing model. Diiringi dengan penjelasan kata-kata sederhana,
agar mudah dipahami anak. Anak memperhatikan dan mendengarkan.
d. Peneliti melatih anak dengan membimbing tangan anak, memasang dan
melepaskan kancing sesuai langkah yang diajarkan, saat berlatih peneliti
mengiringi dengan penjelasan kata sederhana agar anak tidak ragu-ragu
dan bingung. Peneliti juga memberikan pujian saat anak bisa melakukan
kegiatan dengan baik dan benar. Saat anak melakukan kesalahan peneliti
berusaha bersikap tenang dan sabar. Penelti juga menganjurkan kepada
anak dalam latihan kita harus sungguh-sungguh sabar dan tekun, dengan
mudah bosan keliatannya anak berusaha semaksimal mungkin, namun
anak sering melakukan kesalahan dan peneliti menganggap itu suatu hal
yang wajar.
e. Agar anak bisa melakukan memasang dan melepas kancing pada model
serta untuk melihat kemampuan kognitif dan memori jangka panjang
dalam memahami instruksi yang dijelaskan guru dan kemampuan anak
meniru latihan yang telah diperagakan, peneliti menyuruh anak melakukan
sendiri diiringi instruksi sederhana yang dibacakan peneliti.

f. Peneliti menyuruh anak melakukan sendiri memasang dan melepas


kancing pada model tanpa diiringi penjelasan guna untuk melihat
kemampuan kognitif anak kelihatannya anak masih bingung, kurang
berkosentrasi, dan sering bertanya pada peneliti. Saat melakukan anak
sering menghentikan latihan kalau iya menemukan kesulitan. Penjelasan
sering ditukar balikkan waktu latihan instruksi memasang digunakan
dalam kegiatan melepaskan kancing model. Anak juga sering lupa
langkah-langkah memasang dan melepaskan kancing resleting pada model
yang telah diajarkan.
g. Saat pembelajaran anak terlihat agak jenuh dan bosan peneliti
mengupayakan suasana menjadi santai dan rileks.Peneliti bersama anak
dan kobolator melakukan peregangan otot dan menghidupkan kipas angin
karena kelihatannya anak capek dan mengeluarkan keringat. Setelah itu
peneliti menganjurkan anak berlatih kembali. Ternyata latihan anak juga
menenmukan kesulitan dalam memasang kancing resleting pada model
yaitu: dalam menyamakan dan merapikan kain anak belum bisa. saat
melepaskan kancing resleting anak juga belum bisa membuka tangakli
resleting, menarik resleting kebawah dan mengincikan resleting, anak
masih memerlukan bantuan Peneliti selalu memberikan penguatan bila
anak melakukan suatu keberhasilan dengan baik dan benar.

3. Pertemuan III, Kamis 6 maret 2008


Materi Latihan
Tujuan latihan

: Memasang dan melepas kancing baju dan celana didepan


cermin.
: Lihat dengan cermat dan teliti kerapian dan ketepatan
dalam memasang serta melepas kancing resleting pada
baju dan celana didepan cermin

a. Pelajaran pada pertemuan ke 3 ini diberikan pada jam ke 3 setelah istirahat


pertama, nampaknya anak kecapekan habis berolahraga. Peneliti menyapa
anak serta menanyakan kabar anak dan kesiapan anak mengikuti pelajaran.
Anak bilang iya letih dan menyuruh peneliti menghidupkan kipas agar
suasana lebih santai dan menyenangkan hati akan peneliti mengajak anak
bernyayi bersama lagu disini senang, disana senang dan keliahatannya
anak merasa senang.
b. Sebelum pelajaran dimulai peneliti menyuruh anak meraipakn buku dan
tasnya yang berada diatas meja serta membersihkan papan tulis,
membuang kertas-kertas yang berserakan dilantai sehingga suasana ruang
kelas kelihatan bersih dan nyaman
c. Sebagai persepsi peneliti kembali bertanya kepada anak siapa yang
memasangkan baju dan celananya sebalum ia berangkat sekolah. Anak

d.

e.

f.

g.

h.

tetap saja menjawab papanya. Anak mengatakan ia belum bisa melakukan


sendiri sendiri. Peneliti menganjurkan serta menasehati anak agar terus
berlatih dan mencoba sendiri berulang-ulang supaya terbiasa dan tidak
harus bergantung kepada siapapun. Anak bisa menerima dan memahami
nasehat dari peneliti serta bersedia mengikuti pelajaran.
Peneliti memberi tahu bahwa pelajaran hari itu tentang memasang dan
melepas kancing resleting pada baju dan celana. Tapi sebelumnya peneliti
menyuruh anak berdiri dan melihat serta memeriksa celananya sendiri.
Ternyata celana dalam anak kelihatan. Karena resleting hanya separoh
yang terpasang kolaborator memberi tahu kepada anak merah ya celana
dalammu. Anak kelihatannya jadi malu Peneliti menyuruh anak
memasangkan resleting kembali ternyata anak tidak bisa mengancingkan
resleting. Anak mengatakan nanti tangan saya kejepit resleting buk.
Peneliti menganjurkan agar anak mencoba dulu dan berhati-hati. Akhirnya
peneliti yang membantu memasangkan resleting celana anak.
Selanjutnya Peneliti mengeluarkan media berupa baju dingin anak yang
punya resletring serta celana ukuran pendek serta sebuah cermin kecil.
Waktu membuka dari bungkusan spontan anak bilang ibuk bawa kue ya,
Baju siapa yang ibuk pinjam. Peneliti memberi tahu yang ibuk bawa bukan
kue tetapi baju anak yang ibuk yang kita gunakan untuk latihan. Ketika
anak melihat cermin anak bilang kita berbedak ya buk. Peneliti memberi
tahu bahwa cermin untuk melihat kerapian dan ketepatan memasang dan
melepas baju dan celanamu. Peneliti daqn kolabolator tertawa karena
merasa gelihati oleh kelatahan anak
Pneliti melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan langkah-langkah dalam
memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan celana dengan
peragaan langsung didepan anak dengan menggunakan cermin kepada
anak lain diiringi penjelasan dilakukan secara berulang-ulang. Anak
mendenganrkan dan memperhatikan peneliti memperagakan sesekali anak
menyuruh peneliti mengulang penjelasan dan peragaan. Anak bilang
jangan cepat-cepat buk, bingung saya. Kolabolator dan peneliti tertawa
karena anak sedikit latah dan lucu. Peneliti kembali mengulang penjelasan
dengan sedikit memperlambat dan juga mengulang peragaan dengan
penuh kesabaran.
Pneliti melatih anak memegang tangan anak memasang dan melepas
kancing terleting pada baju dan celana dengan kasih sayang kesabaran .
Peneliti memberi kesempatan kepada naak untuk berlatih secara berulangulang, memberi penjelasan dengan kata-kata sederhana, mudah dimengerti
agar anak bisa memahami dengan jelas dan tidak bingung.
Untuk melihat kemampuan kognitif anak dalam memahami instruksi dan
meniru latihan peneliti menyuruh anak melakukan sendiri dengan diiringi
instruksi yang dibacakan oleh peneliti. Kelihatannya anak merasa kurang
percaya diri dan ragu-ragu sehingga latihan yang dilakukan tidak sesuai
dengan instruksi yang diberikan dan hasil yang diperoleh belum optimal
sesuai yang diharapkan.

i. Peneliti kembali menyuruh anak untuk mencoba sendiri melakukan didepa


cermin
tanpa
diiringi
instruksi.
guru
dan
kolaborator
mengamati.kelihatannya anak kurang memahami instruksi kelihatannya
anak juga tergesa-gesa dan sering lupa urutan kegiatan dan sering bertanya
pada peneliti dan kurang percaya pada dirinya sendiri .
j. Setelah kegiatan pembelajaran anak masih saja kesulitan memasang dan
melepas kancing resleting pada baju dan celana. Dalam memasang
resleting celana dan baju ia belum bisa menarik resleting keatas sampai
batas resleting. Ia sering berhenti ditengah resleting, mengunckan resleting
dan menyamakan ujung baju anak masih memerlukan bantuan dari
peneliti, ia hanya bisa memegang tangkai resleting. Maka latihan
dilanjutkan kembali pada pertemuan ke 4.
4. Pertemuan 4, Sabtu 8 maret 2008
Materi Latihan : Memasang dan melepas kancing resleting baju dan celana di
depan cermin
a. Pelajaran diberikan pada jam terikan, kelihatannya anak agak letih dan
lesu serta tidur-tiduran dimejanya. Peneliti menghampiri anak dan
menanyakan kenapa ia tiduran, anak bilang ia mengantuk selanjutnya
peneliti membujuk anak dengan menepuk pundaknya untuk mau berlatih
kembali memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan celana
dengan menggunakan cermin. Anak akhirnya mengatakan kesediaannya
untuk mrngikuti latihan kembali.
b. Kemudian peneliti mengeluarkan media dari lemari berupa baju dan celana
yang beresleting serta sebuah cermin kecil. Selanjutnya peneliti
menjelaskan dengan peragaan langsung kepada anak lain tentang cara
memasang dan melepas kancing resleting baju serta celana didepan anak
secara berulang-ulang dan anak mendengarkan penjelasan peneliti serta
memperhatikan latihan yang diperagakan. Ketika peneliti menjelaskan
secara spontan anak mengatakan jangan cepat-cepat bu bicaranya!, kok
ibuk cerewet kayak radio, pusing kepala saya jadinya. Peneliti dan
kolaborator menjadi tertawa dengan ocehan dan kelatahan anak. Akhirnya
peneliti meneima keritikan anak dengan mengulang penjelasan secara
lambat dan mengulang peragaan memasang dan melepas kancing resleting
baju dan celana.
c. Selanjutnya peneliti melatih dan membimbing anak serta memegang
tangan anak untuk melakukan latihan memasang dan melepas baju serta
celana dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Saat anak melakukan
dengan baik dan benar sesuai arahan, peneliti memberi penguatan dengan
mengelus kepala anak serta memberi pujian secara verbal, diharapkan
anak termotivasi untuk berlatih. Walaupun peneliti sudah berusaha
memberikan motivasi nampaknya anak tetap saja kurang tertarik
mengikuti latihan. Anak bilang, ia capek dan mengantuk. Sesuai sarajn
kolaborator latihan dihentikan sejenak untuk mengurangi kejenuhan anak.
Peneliti mengganti pelajaran dengan bercerita tentang anak yang suka
nyompol di celana saat mengaji di mesjid. Karena ia tidak bia membuka

d.

e.

f.

g.

celananya dan terpaksa nyompol di celana, sehingga karpet mesjid


menjadi basah dan ia ditertawakan oleh teman-teman mengajinya dan
diberi hukuman oleh uztad mesjid diakhir cerita secara spontan anak
mengatakan pada peneliti kita latihan lagi buk saya tak mau kena hukuman
seperti andri(tokoh cerita)
Latihan dilanjutkan dengan menyuruh anak berlatih sendiri dengan diiringi
instruksi yang peneliti bacakan ketika instruksi dibacakan anak bilang
tunggu dulu buk jangan cepat betul saya jadi bingung dan pusing sehingga
peneliti memperlambat penjelasan dan anak melakukan sesuai instruksi
saat berlatih peneliti selalu memberikan pujian ketika anak menunjukkan
keberhasilan dan peneliti memberi bimbingan saat anak menemui
kesulitan.
Selanjutnya peneliti menyuruh anak melakukan sendiri memasang dan
melepas resleting baju dan celana tanpa diiringi penjelasan, peneliti dan
kolaborator hanya mengamati dan selalu memberikan bimbingan dengan
contoh-contoh ketika anak menemui kesulitan dalam berlatih kemudian
anak disuruh mencoba kembali memberikan support dan rasa percaya diri
anak untuk berlatih latihan dilakukan secara berulang-ulang didepan
cermin.
Waktu melakukan latihan anak kelihatan masih bingung dan kurang
konsentrasi sehingga anak sering lupa dan meminta peneliti untuk
mengulangi penjelasan anak juga sering melakukan kesalahan dan terlihat
tergesa-gesa saat anak melihat kerapian baju dan celana di depan cermin
anak menundukkan badan karena cermin terlalu kecil sehingga tidak bisa
mengamati secara keseluruhan tubuh anak karena jam pelajaran akan
berakhir dan anak kelas lain sudah ada yang pulang sehingga anak tidak
berkonsentrasi lagi mengikuti latihan dan pelajaran terpaksa diakhiri
dengan menutup pelajaran serta berdoa bersama anak.
Setelah proses pembelajaran menurut pengamatan peneliti dan kolaborator
anak sering melakukan kesalahan, sering menukar balikan instruksi
memasang dan melepas sehingga keterampilan yang diharapkan belum
ditunjukkan anak anak belum bisa melakukan sendiri memasang ataupun
melepas resleting baju dan celana hampir semua langkah-langkan yang
dilakukan anak dengan bantuan dari peneliti.

5. Pertemuan V. Senin 10 maret 2008


Materi latihan : Memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan
celana tanpa cermin.
a. Seperti hari biasanya kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam,
berdoa bersama anak, dan presensi, dan sebagai apersepsi, peneliti
kembali bertanya kepada anak, siapa yang memakaikan bajunya, anak
menjawab sudah mulai belajar sendiri, tapi bila ada yang susah, dibantu
neneknya. Peneliti memberikan acungan jembol ke anak, sambil
mengucapkan pujian, bagus kamu, anak pintar harus berlatih dan tidak
putus asa. Spontan anak berkata anak lelaki harus jagoan ya buk, seperti

b.

c.

d.

e.

f.

g.

tarzan, peneliti dan kolaborator menjadi tertawa mendengar ocehan anak


yang lucu.
Sebelum pelajaran di mulai peneliti bersama anak merapikan kelas,
menyapu ruangan, menyimpan buku-buku yang berantakkan dimeja,
membuang sampah dan kertas yang berserakan, ketempat sampah.
Kemudian peneliti menanyakan kesiapan anak untuk memulai pelajaran,
dan anak mengatakan kesediaan anak untuk belajar.
Peneliti kembali mengambil media di lemari yaitu baju anak dan celana
yang beresleting. Ketika media ditaruh di meja anak langsung bertanya
kok cerminnya gak ada lagi buk ? Peneliti memberi tahu cermin disimpan
dilemari. Pelajaran kali ini kita memasang dan melepas baju tidak melihat
cermin lagi. Akhirnya anak dapat menerima.
Selanjutnya peneliti lansung menjelaskan pelajaran memasang/melepas
kancing resleting pada baju dan celana, kali ini tidak didepan cermin,
dengan peraagaan lansung pada anak lain didepan anak, dan kolaborator
membantu membacakan instruksinya dan anak memprotes kolaborator
agar membacakan instruksi secara lambat karena nampaknya anak
kebingungan mendengarkan penjelasan.
Kemudian peneliti membimbing dan memegang tangan anak untuk
berlatih memasang dan melepaskan kancing resleting pada baju dan celana
dengan tidak melihat cermin peneliti melatih dengan penuh kesabaran dan
kasih sayang. Saat berlatih anak kelihatan malas-malasan dan tidak
antusias, ia menyuruh peneliti untuk menukar pelajaran dengan bahasa
inggris. Anak menganggap latihan memasang dan melepas baju serta
celana hanya bermain saja, akhirnya peneliti memberikan pengertian
bahwa pelajaran memasang kancing juga perlu karena kamu belum bisa
melakukannya, serta peneliti membujuk anak dengan menggunakan katakata verbal dan akhirnya anak mau berlatih. Selanjutnya saat anak
melakukan secara benar sesuia instruksi di hadiahi tepuk tangan dan
menyalami anak.
Untuk melihat kemampuan kognitif anak dalam memahami instruksi dan
melakukan perintah serta kemampuan anak meniru latihan yang telah
diperagakan peneliti mnganjurkan anak untuk melakukan sendiri dan
peneliti membacakan instruksinya. Kelihatannya saat berlatih anak mesih
ragu-ragu dan kurang percaya diri, dan sering lupa dengan instruksi yang
dibacakan serta sering menyuruh peneliti mengulang instruksi. Peneliti
selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada anak serta
menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak dengan memberikan
penguatan acungan jempol ketika anak menunjukkan suatu keberhasilan.
Selanjutnya peneliti menganjurkan kepada anak untuk melakukan sendiri
memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan celana untuk
mengetahui kemampuan anak dalam mengingat kembali pelajaran dan
kemampuan meniru latihan yang telah diperagakan tanpa diiringi instruksi
kelihatannya anak sering lupa terkesan tergesa-gesa dan kurang
berkonsentrasi, sering melakukan kesalahan. Peneliti langsung
memberikan bimbingan dan mencontohkan kembali cara yang benar dan

menganjurkan kapada anak untuk mengulangi latihan. Peneliti


memberikan motivasi dengan bertepuk tangan sambil menyalami anak dan
berkata anak hebat dan pintar pasti bisa, kelihatannya anak merasa senang.
h. Setelah kegiatan pembelajaran ternyata anak belum melakukan dengan
baik sering terjadi kesalahan dalam instruksi, waktu memasang dan
melepas baju/celana, ia melakukan tidak berurutan, anak lansung saja
menarik resleting tanpa menyamakan ujung baju sehingga terlihat susah
dan dipaksakan, anak belum bisa menarik resleting sampai batas, belum
bisa menguncikan resleting, melihat kerapian memasang atau melepas
masih memerlukan bantuan anak hanya bisa memegang tangkai resleting.
Maka pelajaran dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
6. Pertemuan VI. Selasa 11 Maret 2008
Materi latihan : Memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan
celana tanpa cermin.
a. Pertemuan diawali dengan salam, berdoa, dan presensi, setelah itu peneliti
melanjutkan pelajaran dengan mengulangi kembali latihan memasang dan
melepas kancing pada baju dan celana tanpa melihat cermin, latihan ini
bertujuan untuk mngembangkan kemampuan alat-alat indra anak,
perasaan, memori, persepsi visual, persepsi auditori, persepsi
perabaan(taktail), dan persepsi gerak(kinestetik).
b. Sebelum memulai pelajaran peneliti menanyakan kepada anak pelajaran
yang dirasa anak paling sulit dilakukan dalam memasang dan melepas
resleting baju dan celana spontan anak menjawab yang paling sulit itu
adalah menarik resleting kebawah dan keatas baju atau celana, membuka
dan menguncikan resleting kemudian peneliti menjelaskan kepada anak
kalau tekun berlatih, sabar, dan ulet, serta tidak cepat bosan, kamu pasti
bisa, dan menganjurkan kepada anak untuk giat berlatih secara berulangulang.
c. Selanjutnya peneliti menjelaskan kembali dengan peragaan lansung
didepan anak cara memasang dan melepas kancing pada baju dan celana
diiringi instruksi yang dibacakan oleh kolaborator. Anak mendengarkan
dan memperhatikan peragaan dari peneliti.
d. Kemudian peneliti melatih anak kembali dengan memegang tangan anak
dalam memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan celana
diiringi penjelasan dalam analisis tugas yang dibacakan kolaborator.
Waktu latihan, anak bilang ia capek dan bosan serta menyuruh peneliti
menukar pelajaran dengan matematika, ia berhenti dan tidak mau berlatih
lagi, peneliti berusaha bersikap tenang dan sabar serta membujuk anak
untuk boleh rileks sebentar. Peneliti mengganti pelajaran dengan bercerita
tentang kancing dan buaya, dimana buaya tertipu oleh kancing yang cerdik
dan pintar. Diakhir cerita anak bilang saya juga ingin pintar buk seperti
kancil, kemudian peneliti memberi tahu kalau ingin pintar kita harus rajin
belajar, tidak boleh memilih pelajaran, kita harus mendengarkan semua
pelajaran yang diberikan guru, dan akhirnya anak mau berlatih kembali.

e. Guru menyuruh anak untuk mencoba melakukan sendiri untuk melihat


kemampuan anak dalam memahami pelajaran, serta kemampuan anak
meniru latihan yang telah diperagakan peneliti dan kolaborator hanya
mengamati, saat anak menjumpai kesulitan, peneliti memberi bantuan dan
arahan, serta contoh agar anak lebih paham. Pada waktu anak melakukan
sendiri kelihatannya anak masih ragu-ragu dan kurang percaya. Peneliti
lansung menghampiri anak dan memberikan penguatan agar anak tidak
ragu-ragu lagi dan punya rasa percaya diri sambil mengatakan kamu pasti
bisa, ayo coba dulu !, akhirnya anak mau melakukan latihan serta
menunjukkan keberhasilan walau dengan bantuan. Peneliti menepuk
pundak anak sambil mengatakan anak ibuk memang pintar, kamu pasti
bisa, dan menguruh anak mengulangi kembali latihan. Anak berusaha
dengan antusias dan menunjukkan keberhasilan. Peneliti lansung
menyalami anak, kelihatan raut muka anak senang dan merasa puas serta
bangga atas usahanya yang dihargai.
f. Berdasarkan pengamatan peneliti dan kolaborator suasana pembelajaran
yang tercipta saat itu anak cukup bersemangat dan tidak mengantuk,
karena motiovasi yang telah diberikan oleh peneliti, anak merasa senang
melakukan memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan celana
tanpa melihat cermin serta hasil yang ditunjukkan anak sudah ada
peningkatan walaupun hampir semua langkah-langkah memasang dan
melepas kancing dilakukan anak dengan bantuan seperti anak telah bisa
menyamakan ujung baju, menarik resleting keats dan kebawah, membuka
dan menguncikan reslting, serta dapat merapikan baju walaupun tanpa
melihat cermin dengan sedikit bantuan.

7. Pertemuan VII. Kamis 13 Maret 2008


Materi Latihan : Memasang dan melepas kancing biasa pada model.
a. Pelajaran dimulai pada jam pertama, dan diawali dengan salam, berdoa
bersama anak, dan presensi, selanjutnya peneliti menanyakan kesiapan
anak untuk belajar dan memberi tahu materi latihan hari itu adalah
memasang dan melepas kancing biasa pada model.
b. Selanjutnya peneliti mengambil media di lemari yaitu kancing biasa pada
model yang terdri dari berbagai ukuran : besar, sedang, dan kecil yang
berwarna-warna. Ketika peneliti membuka bungkusan, spontan anak
mengatakan ada kue buk?. Peneliti memberi tahu bahwa itu bukan kue
tetapi media yang kita gunakan untuk belajar, peneliti mengenalkan nama
media adalah kancing biasa, menyebutkan ukurannya, dan menyebutkan
warnanya. Setelah itu peneliti menyuruh anak meraba kancing biasa
tersebut dan menyuruh anak menyebutkan ukuran dan warnanya, anak bisa
menjawab dengan benar. Ketika meraba kancing yang besar, anak agak
heran sambil berkatakok besar sekali kancingnya buk, Dimana ibuk beli ?
gemuk seperti badan ibuk. Peneliti dan kolaborator menjadi tertawa.

c. Selanjutnya peneliti melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan langkahlangkah memasang kancing dan melepas kancing biasa pada model dan
memperagakan lansung didepan anak, anak mendengarkan penjelasan dan
memeperhatikan peragaan dari peneliti. Anak kelihatan kebingungan
memahami instruksi sehingga menyuruh peneliti mengulangi penjelasan.
d. Kemudian peneliti membimbing anak untuk berlatih dengan memegang
tangan anak dalam memasang dan melepas kancing pada model, diiringi
instruksi pada setiap latihan. Anak kelihatan kurang tertarik mengikuti
latihan dan mengatakan pelajarannya susah, dan menyuruh peneliti
mengganti dengan pelajaran bahasa Inggris yang ia senangi. Dia bilang
belajar berpakaian biar sama papa saja dirumah !. Peneliti memberikan
pengertian kepada anak bahwa jangan terlalu mengharapkan orang lain,
nanti terbiasa selalu bergantung kepada orang lain, dan tidak bisa hidup
mandiri. Kemudian peneliti secara individual menanamkam rasa percaya
diri pada anak, sambil mengatakankamu juga pintar, kamu pasti bisa.
Dengan malu-malu anak melanjutkan latihan. Peneliti selalu merayakan
setiap keberhasilan anak dengan menyalami anak.
e. Untuk mengetahui kemampuan kognitif anak dalam mamahami perintah
serta kamamuan meniru latihan yang telah diperagakan, maka peneliti
mnyuruh anak berlatih sendiri agar anak terampil memasang dan melepas
kancing model, mulai dari ukuran besar, sedang, dan kecil. Ternyata dalam
proses pembelajaran anak mengalami kesulitan ia sering lupa instruksi
dan ragu-ragu melakukan, ia juga kelihatan tidak konsentrasi, dan tergesagesa dalam melakukan. Anak sering meminta peneliti mengulangi
penjelasan. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang kembali peneliti
memberikan penguatan dan menumbuhkan kepercayaan diri anak, sambil
mengatakankamu pasti bisa, jangan ragu-ragu, dan melakukan tos
tangan pada anak, dengan senang anak melakukan kembali. Saat anak
melakukan sesuai instruksi peneliti lansung memberikan penguatan
dengan menyalami anak sambil mengatakan kamu bagus, memang itu
yang ibuk mau!. Kelihatannya anak merasa senang dan bangga karena
jerih payah usahanya dihargai peneliti.
f. Setelah kegiatan berlansung terlihat anak masih kesulitan dalam
memasang dan melepas walaupun peneliti telah memberikan motivasi
tetapi anak belum dapat melakukan memasang dan melepas kancing biasa
pada model seperti yang diharapkan. Anak belum bisa memasukkan
kancing kelobang dengan cara yang benar, waktu memasukkan kancing
ditegakkan anak semestinya didatarkan saja, sehingga sulit memasukkan
kelobang. Waktu menarik kancing anak juga kesulitan, dan sering anak
menarik dengan giginya serta memukul kancing dengan tangannya sambil
menunjukkan jembolnya yang merah, dan menyuruh peneliti
menghentikan latihan.
8.

Pertemuan VIII. Sabtu 12 Maret 2008


Materi Latihan : Lanjutan memasang dan melepas kancing pada model

a. Pelajaran diberikan pada jam terakhir, sehingga situasi kelas sudah


berantakan. Buku-buku anak berantakan dimeja serta kertas-kertas
berserakan oleh anak kelas kecil yang bermaian dikelas waktu jam
istirahat. Untuk menciptakan suasana yang aman dan menyenangkan,
peneliti bersama kolaborator dan anak membersihkan dan merapikan
ruangan kelas sebelum pelajaran dimulai. Kemudian peneliti menanyakan
kesiapan anak untuk belajar.
b. Peneliti mengeluarkan media dari lemari guru berupa kancing biasa pada
model dengan beberapa ukuran. Saat mengeluarkan media, peneliti
menanyakan kepada anak kembali ukuran serta warna masing-masing
kancing dan anak dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Peneliti
menghadiahi anak dengan bertepuk tangan, kelihatan anak merasa bahagia
dan tersanjung.
c. Selanjutnya peneliti kembali menjelaskan langkah-langkah dalam
memasang dan melepas kancing biasa pada model, dan memperagakan
langsung didepan anak dari kancing biasa pada model ukuran besar,
sedang, dan kecil, serta dibantu kolaborator dalam membacakan instruksi.
Anak kelihatannya kurang konsentrasi sehingga ia sering meminta peneliti
untuk memperlambat dan mengulangi penjelasan, anak bilang instruksi
yang dibacakan terlalu cepat seperti kereta api, kencang sekali larinya.
Mendengar ocehan anak yang lucu peneliti dan kolaborator manjadi
tertawa.
d. Peneliti melatih dan membimbing anak dengan memegang tangan anak
melakukan cara memasang dan melepas kancing pada model dari ukuran
besar, sedang, dan kecil. Anak melakukan dengan bimbingan peneliti.
e. Untuk melihat kemampuan kognitif anak dalam memahami perintah dan
kemampuan meniru latihan yang telah diperagakan, peneliti menyuruh
anak melakukan sendiri secara berulang-ulang mamasang dan melepas
kancing biasa pada model, dan instruksinya diberikan oleh peneliti. Anak
kelihatan malu-malu dan kurang percaya diri. Ia selalu mengatakan tidak
bisa, mungkin ia belu terbiasa berlatih sesuai langkah-langkah yang
diuraikan. Anak kielihatan ragu-ragu dan kebingungan serta kurang
konsentrasi. Anak sering melakukan kesalahan, tidak sesuai dengan
instruksi, seperti dalam memasukkan kansing kelobang, anak selalu
mendirikan kancing, peneliti memberi tahu sambil bercanda agar
kancingnya tidak ditidurkan tapi dibangunkan, sehingga anak jadi tertawa.
Peneliti lansung memberikan bimbingan dengan meragakan kembali cara
yang lebih benar disertai penjelasan. Kemudian anak disuruh berlatih
kembali. Saat anak menunjukkan suatu keberhasilan peneliti selalu
merayakan dengan memberikan penguatan berupa pujian dan gerakan
fisik.
f. Dilihat dari segi keberhasilan anak terhadap penguasaan materi terlihat
anak sudah ada peningkatan walaupun dengan bantuan anak telah dapat
melakukan kegiatan memasang dan melepas kancing biasa pada model.
Diakhir pelajaran kolaborator menganjurkan agar anak berlatih dirumah

dan menyuruh peneliti meminjamkan media kancing model pada anak


untuk dibawa pulang.

9. Pertemuan IX, Senin 17 Maret 2008


Materi Latihan
a.

b.

c.

d.

e.

f.

: Memasang dan melepas kancing biasa pada baju yang


sebenarnya di depan cermin
Pelajaran diawali dengan salam serta berdoa kepada anak, karena
pertemuan dilaksanakan pada jam pelajaran pertama.selanjutnya peneliti
memberi tahu meteri latihan hari itu tentang memasang dan melepas
kancing biasa pada baju didepan cermin.
Sebagai apersepsi, peneliti menanyakan kepada anak kembali manfaat
pakaian, untuk mengingat memori jangka panjang anak mengenai
pelajaran yangt telah diajarkan. Ternyata anak dapat menjawab dengan
benar, guru memberikan aplos kepada anak sambil mengacungkan jempol
dan menganggukkan kepala kepada anak. Peneliti mengatakanbagus
sekali jawabanmu, apalagi yang kamu tahu. Ternyata anak tidak bisa lagi
menambahkan jawabannya kemudian peneliti menjelaskan kembali
manfaat berpakaian dan menganjurkan kepada anak untuk memasang
pakaian sendiri tanpa mengharapkan bantuan.
Selanjutnya peneliti mengeluarkan media berupa baju berkancing dari
dalam tas. Saat peneliti membuka tas anak menanyakanada bawa kue
buk, saya lapar buk, saya belum sarapan. Peneliti memberi tahu bahwa
bungkusan bukanlah kue tetapi media baju yang akan digunakan untuk
berlatih. Peneliti memberikan waktu ke anak untuk membeli roti ke kantin,
dengan perjanjian setelah ia makan harus kembali lagi ke kelas untuk
belajar.
Setelah anak masuk ke kelas, peneliti memulai pelajaran dengan
menjelaskan langkah-langkah memasang dan melepas baju dan
memperagakan lansung kepada anak dengan melihat cermin. Waktu
peneliti memperagakan, kolaborator membantu membacakan instruksi.
Anak kelihatan tidak tertarik mengikuti latihan dan asyik saja memainkan
kelereng yang dibawanya dari rumahnya. Maka peneliti melakukan
tindakan funismen dengan mengambil kelerang anak dan menyimpannya
di lemari. Peneliti berkata tegas kepada anak dan meminta untuk disiplin
dalam belajar. Peneliti menghampiri anak serta memberikan penguatan,
bila sambil berkatajika kamu memperhatikan dan mendengarkan ibuk
dengan baik, selesai pelajaran kelerengmu akan ibuk kembalikan.
Nampaknya anak mengangguk tanda setuju.
Peneliti membimbing anak dan memegang tangan anak untuk berlatih
memasang dan melepas kancing baju di depan cermin dengan sabar dan
kasih sayang, serta menunjukkan cara melakukan sesuatu yang benar
mkelalui contoh-contoh dan peragaan secar berulang-ulang.
Untuk melihat kemampuan kognitif anak dalam memahami instruksi dan
kemampuan meniru latihan yang telah diperagakan, peneliti menuruh anak
mencoba melakukan sendiri memasang dan melepas kancing biasa pada
baju di depan cermin. Dalam latihan ini, peneliti menggunakan baju anak

sendiri. Waktu peneliti membuka baju anak, nampaknya anak merasa risih
dan malu, spontan anak bilangmalu buk berdosa kalau aurat kita dilihat
orang. Peneliti dan kolaborator menjadi tertawa karena ocehan anak.
Kemudian peneliti menyuruh anak melakukan memasang kancing diiringi
instruksi yang dibacakan peneliti, kemudian anak mencoba lagi tanpa
diiringi instruksi untuk menguji kemampuan memori jangka panjang anak
dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan. Ternyata kelihatannya
anak masih ragu-ragu, kurang konsentrasi, serta kurang percaya diri. Anak
merasa malu ketika dilihat teman lainnya, ia sering lupa instruksi dan
terkesan terburu-buru dan asal-asalan. Saat melihat ke cermin terlihat anak
menundukkan badan karena cermin agak kecil, sehingga tidak seluruh
tubuh anak kelihatan.
g. Dari segi keberhasilan terhadap materi latihan yang telah diajarkan yaitu
memasang dan melepas kancing biasa pada baju di depan cermin terlihat
anak masih kesulitan dalam hal memasangkan kancing ke lobang,
mengeluarkan kancing dari lobang, mendorong dan menarik kancing serta
sering lupa menyamakan ujung bawah baju, maka latihan perlu dilanjutkan
pada pertemuan berikutnya
10. Pertemuan X, Selasa 18 Maret 2008
Materi Latihan : Memasang dan melepas kancing biasa pada baju yang
sebenarnya di depan cermin.
a. Pelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran ketiga, setelah selesai waktu
istirahat anak pertama, waktu peneliti bersam kolaborator memasuki kelas,
kelihatannya suasana kelas berantakan. Agar suasana lebih nyaman dan
kondusif dalam belajar peneliti bersama kolaborator menata kembali meja
dan bangku anak, menyimpan buku-buku anak yang berada diatas meja,
serta mengumpulkan sobekan kertas yang berserakan dilantai karena
sebelumnya anak belajar keterampilan. Kemudian peneliti memberi
tahukan kepada anak bahwa akan melanjutkan latihan memasang dan
melepas kancing biasa pada baju di depan cermin serta menanyakan
kesiapan anak untuk mengikuti pelajaran.
b. Sebagai apersepsi, peneliti menyuruh anak berdiri memeriksa serta melihat
kerapian bajunya di depan cermin serta menyuruh anak memberi komentar
tentang bajunya sendiri. Ternyata setelah diperiksa baju anak sudah keluar
dari celana. dan ada dua buah kancing yang terlepas dari lobangnya,
sehingga perut anak kelihatan. Peneliti mencolek perutnya, anak merasa
geli dan malu, spontan anak bilangAku jadi preman ya buk, nanti
ditangkap polisi buk, aku takut. Peneliti dan kolaborator jadi tertawa,
sehingga kelas menjadi ricuh. Peneliti memberi tahu bahwa polisi hanya
menangkap orang jahat bukan orang yang buka baju, selanjutnya peneliti
menyurh anak merapikan bajunya, ternyata anak belum bisa melakukan,
kemudian peneliti memberikan bantuan.
c. Selanjutnya peneliti menjelaskan disertai peragaan lansung cara memasang
dan melepas kancing baju di depan cermin dihadapan anak. Serta

kolaborator membantu membacakan instruksi. Anak mendengarkan dan


memperhatikan, peneliti memperagakan.
d. Kemudian peneliti membimbing anak dan memegang tangan anak untuk
berlatih memasang dan melepas kancing baju di depan cermin, dengan
penuh kesabaran serta kasih sayang dan menunjukkan cara melakkukan
sesuatu dengan benar melalui contoh-contoh secara berulang-ulang
sehingga anak mampu melakukan sendiri.
e. Untuk melihat kemampuan kognitif anak dalam memahami perintah dan
kemampuan dalam meniru latihan yang telah diperagakan, peneliti
menyuruh anak untuk mencobakan sendiri memasang dan melepas
kancing baju di depan cermin. Waktu disuruh anak mengatakan ia
mengantuk dan letih, ia pura-pura tidak mendengarkan, serta bermalasmalasan dan tidur dimejanya. Peneliti memberikan hukuman dengan
bersikap diam dikursi sambil menyatakan kepada anaksilakan kamu tidur
dulu. Anak melihat raut muka peneliti dan anak menjadi malu serta
segan, spontan ia mengatakan saya berlatih lagi buk. Kemudian peneliti
menyuruh anak memasang dan melepas resleting baju di depan cermin,
peneliti memperingatkan kepada anak agar jangan sampai terbalik
memasang baju, anak menjawab kalau memasang baju terbalik orang gila
buk, saya tidak gila. Peneliti dan kolaborator menjadi tertawa bersama
karena sifat anak yang lucu dan latah.
f. Saat berlatih anak kelihatan masih ragu-ragu dan merasa malu dilihat
temannya, anak kelihatan tidak tenang dan kurang percaya diri. Peneliti
lansung memberi penguatan agar anak tidak ragu ragu dan percaya akan
kemampuan diri sendiri sambil berkata kamu anak pintar kamu pasti bisa,
ayo coba lagi. Saat anak melakukan sesuai instruksi, peneliti lansung
menyalami anak dan berkataanak ibuk memang hebat, itu yang ibuk
inginkan. Kelihatannya anak merasa senang dan bangga atas usahanya
yang dihargai.
g. Setelah kegiatan berlansung, telah ada terlihat peningkatan anak dalam
memasang dan melepas kancing baju, anak telah dapat menyamakan ujung
bawah baju, memasang dan melepaskan kancing, mendorong dan menarik
kancing keluar lobang, serta dapat melihat kerapian dan ketepatan kancing
walupun dengan bantuan.
11. Pertemuan XI, Sabtu 22 Maret 2008
Materi Latihan : Memasang dan melepas kancing biasa pada baju tanpa
cermin
a. Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan tentram dalam kegiatan
pembelajaran, peneliti bersama anak, membersihkan dulu ruangan kelkas
yang basah kerena hujan dan merapikan buku-buku anak yang berserakan
diatas meja serta menyusun kembali bangku dan meja anak agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tertib.
b. Kegiatan pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama anak serta
apersepsi, Peneliti menanyakan kepada anak siapa yang memasangkan
bajunya tadi pagi, anak menjawab dia sendiri dan mengatakan nenek

membantu memasangkan kancingnya. Peneliti dan kolabolator katawa


mendengar jawaban anak yang polos. Peneliti langsung memberikan
penguatan dengan kata-kata verbal bagus itu. Pintar kamu sekarang ya
dan menyarakankan kembali kepada anak untuk terus berlatih
c. Peneliti mengeluarkan media dari tas berupa baju anak. Saat anak tidaak
melihat cermin dia berkata ibuk lupa ya bawa cermin .peneliti
menjawab ibuk sengaja tidak membawa cermin karena kali ini ibuk
mengajarkan latihan memasang dan melepas kancing tanpa melihat
dicermin karena keberadaan kita tidak selalu didekat cermin.tanpa
melihat cermin pun kita harus bisa berpakaian secara tepat dan benar.
Anak menganggungkan kepala tanda ia setuju.
d. Selanjutnya peneliti kembali menjelaskan dengan peragaan lansung tanpa
melihat cermin di depan anak dengan menggunakan modelnya
kolaborator sendiri anak mendengarkan dan memperhatikan peneliti
memperagakan anak memperotes peneliti agar berbicara lambat dan
jangan seperti air terjun buk peneliti lalu memperlambat instruksi serta
mengulangi peragaan secar berulang-ulang.
e. Kemudian peneliti melatih anak dengan memegang tangan anak untuk
berlatih dan melepaskan kancing biasa pada baju dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang saaat berlatih anak bilang ia panas dan capek
peneliti menghidupkan kipas angin sehingga anak merasa rileks da fresh
maka latihan dilanjutkan secar berulang-ulang.
f. Untuk menilai kemampuan anak dalam memahami instruksi dan
menirukan latihan yang telah diperagakan peneliti menyuruh anak
melakukan memasang dan melepas kancing baju tanpa melihat cermin
dan dilakukan secar berulang-ulang saat anak melakukan sesuai instruksi
peneliti lansung memberikan penguatan dengan bertepuk tangan sambil
mengatakan kamu pintar ayo coba lagi dari raut muka anak kelihatan
senang karena usahanya dihargai.
g. Dari segi keberhasilan belum terlihat kemajuan yang berarti karena siswa
masih kesulitan dalam memasang dan melepas kancing biasa pada baju
tanpa melihat cermin anak belum bisa menyamakan ujung baju belum
bisa memasukkan kancing kelobang belum bisa menarik dan mendorong
kancing ke luar lobang serta belum bisa merapikan baju tanpa melihat
cermin maka latihan dilakukan pada pertemuan berikutnya.
12. Pertemuan XII, Senin 24 Maret 2008
Materi Latihan : Memasang dan melepas kancing biasa pada baju yang
sebenarnya di depan cermin.
a. Pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan terakhir setelah istirahat
kedua, sehingga waktu peneliti masuk ke dalam kelas suasana kelas
sudah berantakan, maka peneliti bersama anak membersihkan ruangan
kelas merapikan meja dan kursi anak serta mnyusun buku-buku anak
kedalam lemari, dan menghidupkan kipas angin, agar suasana
pembelajaran menyenangkan.

b. Sebelum memulai pelajaran sebagai apersepsi, peneliti menyuruh anak


berdiri didepan kelas, menyuruh memeriksa baju dan celana ternyata baju
anak sudah keluar dari celana dan kancing bajunya sudah terlepas,
resleting celana terlepas sehingga celana dalam anak kelihatan anak
menjadi malu peneliti mnyuruh merapikan kembali tetapi anak tidak bisa
melakukan sehingga peneliti memberi bantuan
c. Peneliti memberi tahu kepada anak bahwa latihan hari itu dilanjutkan
pelajaran memasang dan melepas kancing biasa pada baju dan
menanyakan kesiapan anak untuk belajar kemudian peneliti menjelaskan
kembali langkah-langkah memasang dan melepas kancing biasa pada
baju dengan peragaan lansung didepan anak anak meperhatikan peneliti
memperagakan
d. Kemudian peneliti melatih anak dengan membimbing dan melatih anak
untuk berlatih serta memegang tangan anak memasang dan melepas
kancing biasa pada baju tanpa melihat cermin dan anak mengikuti latihan
dengan tertib
e. Untuk melihat penguasaan anak terhadap materi pelajaran serta
kemampuan memahami instruksi dan menirukan latihan yang telah
diperagakan peneliti menyuruh anak melakukan sendiri memasang dan
melepaskan kancing pada baju tanpa melihat cermin anak melakukan
latihan secara berulang-ulang saat anak menunjukkan keberhasilan
peneliti merayakan keberhasilan anak dengan bertepuk tangan dan
mnyalami anak kelihatannya anak merasa bangga dan merasa dihargai
sehingga anak termotivasi untuk berlatih kembali
f. Saat latihan anak masih terlihat ragu-ragu kurang konsentrasi serta malu
dilihat temannya dan kurang percaya diri peneliti selalu memberikan
penguatan dengan membujuk anak agar dia tidak ragu-ragu dan malu
dalam berlatih peneliti menumbuhkan rasa percaya diri anak dengan
menepuk pundak anak sambil manyatakan bagus sekali yang kamu
lakukan anak kelihatan senang dan bangga
g. Dari aspek penguasaan materi anak terlihat sudah mengalami kemajuan
dengan penguatan yang diberikan sudah dapat menumbuhkan semangat
belajar anak anak sudah bisa menyamakan ujung baju memasang dan
melepaskan kacing, mendorong dan menarik kancing keluar lobang serta
bisa merapikan baju tanpa melihat cermin dengan mnggunakan rasa raba
dan rasa gerak walaupun dengan bantuan

REFLEKSI PADA AKHIR SIKLUS I


Berdasarkan dari hasil evaluasi, pengamatan peneliti dan kolaborator disepakati
telah adanya peningkatan keterampilan anak dalam memasang dan melepas
kancing baik kancing resleting maupun kancing biasa tetapi terlihat belum optimal
seperti yang diharapkan. Dalam melakukan kegiatan memasang dan melepas
kancing baik kancing resleting maupun kancing biasa hampir semua langkahlangkah dilakukan dengan bantuan anak belum bisa melakukan sendiri minat serta

kegairahan belajar anak juga belum nampak antusias meskipun peneliti telah
berusaha memberikan reinforcemen kepada anak anak kelihatan masih ragu-ragu,
kurang berkonsentrasi dan kurang parcaya diri serta sering lupa dalam memahami
instruksi serta meniru latihan yang diperagakan sehingga belum bisa memberikan
penilaian secara autentik dan komprehensif. Pada hal dalam pembelajaran
memasang dan melepas kancing dengan menggunakan media kancing diharapkan
anak dapat tertarik dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran
seoptimal mungkin. Setelah ditinjau kembali pembelajaran yang telah
dilaksanakan, maka peneliti dan kolaborator sepakat bahwa perlu dilakukan
pembenahan-pembenahan dari cara strategi metoda dan media yang digunakan
oleh peneliti agar anak lebih termotivasi dan terlibat secara aktif baik fisik, mental
maupun sosial serta dapat meningkatkan kemampuan diri dalam memasang dan
melepas kancing secara mandiri.
B. Pelaksanaan siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I , terlihat bahwa keterampilan anak dalam
memasang dan melepas kancing sudah terlihat adanya peningkatan yang
signifikan baik pada kancing resleting maupun kancing biasa tetapi anak telah
dapat melakukan semua langkah-langkah memasang dan melepas kancing dengan
bantuan. Namun terkadang waktu latihan, terlihat anak masih mengalami
kesulitan, sering ragu-ragu, merasa kurang percay diri semangat belajar yang
amsih rendah perasaan malu waktu berlatih serta kurang konsentrasi dalam
belajar. Oleh karena itu peneliti dan kolaborator merasa perlu untuk merumuskan
kembali perencanaan di siklus ke II. Adapun perencanaan pembelajaran yang pelu
dirumuskan kembali dalam silkus II yaitu materi yang telah diajarkan dalam
siklus I perlu dijelaskan kembali oleh peneliti kepada anak. Jika pada siklus
pertama pembelajaran memasang dan melepas kancing dengan media kancing saat
peragaan menggunakan media benda hidup (orang), maka di siklus kedua
peragaan diganti dengan menggunakan patung atau boneka.dan jika pada siklus
satu pembelajaran yang dilihat belum mengefektifan beberapa metoda, maka pada
siklus kedua semua metode digunakan seoptimal mungkin. Jika waktu pada
latihan dan peragaan pada siklus satu lebih singkat maka, disiklus kedua diberikan
waktu yang lebih panjang. Serta pemberian reward dalam siklus satu kurang
variatif maka pada sikuls kedua digunakan kontingen sosial reward dalam bentuk
isentif(makanan, mainan,uang,buku atau pena) serta menggunakan kaca yang
lebih besar dan ruangan latihan yang lebih khusus dan tertutup.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilaksanakan sebanyak 6x pertemuan,
setiap pertemuan bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan anak
dalam memasang dan melepas kancing.
Berikut ini gambaran tentang pelaksanaan tindakan setiap pertemuan pada siklus
II :
I. Pertemuan 1, Sabtu 29 Maret 2008

Materi Latihan: Memasang dan melepas kancing resleting pada model


a. Seperti biasa kegiatan pembelajaran dimulai dengan salam serta berdoa
bersama anak. Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan
menyenangkan dalam belajar peneliti mengajak anak merapikan kelas,
menyusun meja dan kursi anak seerta menyimpan buku dan tas anak yang
berada diatas meja, kemudian peneliti menanyakan kesiapan anak untuk
belajar dan anak mengatakan kesiapan untuk belajar kemudian peneliti
memberi tahu kepada anak materi latihan yaitu memasang dan melepas
kancing resleting pada model.
b. Selanjutnya peneliti kembali menjelaskan cara memasang dan melepas
kancing resleting pada model diiringi peragaan langsung didepan anak,
kelihatannya saat peneliti menjelaskan pelajaran anak kurang bersemangat
dan tiduran dimejanya kemudian peneliti menghampiri anak dan
menanyakan kepada anak kenapa ia kelihatan lesu, anak menyatakan
bahwa ia belum sarapan pagi. Maka peneliti memberikan penguatan serta
membujuk anak untuk berlatih dengan memberikan sepotong roti dan
membiarkan anak makan dulu, kesempatan itu digunakan peneliti untuk
mengambil kancing model yang lain dari lemari. Setelah anak makan
kelihatannya ia merasa senang dan bersemangat mendenagrkan dan
memperhatikan peragaan dari peneliti. Kali ini peneliti menggunakan
waktu yang lebih lama dalam memberikan peragaan dan menggunakan
kata-kata yang jelas dan sederhana agar mudah dipahami anak.
c. Kemudian peneliti membimbing anak untuk berlatih dengan memegang
tangan anak untuk mengikuti latihan memasang dan melepas kancing
resleting pada model diiringi penjelasan yang dibacakan kolaborator. Saat
anak melakukan sesuai instruksi peneliti selalu merayakan keberhasilan
anak dengan memberikan pujian secara verbal sambil mengatakan anak
ibuk memang hebat dan menyalami anak.kelihatannya anak merasa
senang.
d. Setelah peneliti menjelaskan dan memperagakan memasang dan melepas
kancing resleting dengan model, peneliti menugaskan kepada anak untuk
meniru peragaan, dimana peneliti dan anak sama-sama melakukan latihan
dan masing-masing mempunyai satu media sedangkan kolabolator
membacakan instruksi.kelihatannya anak bersemangat untuk meniru
peragaan dari peneliti
e. Untuk melihat kemampuan anak menguasai materi latihan memahami
instruksi dan kemampuan meniru, latihan yang diperagakan maka peneliti
memberikan tugas keanak untuk mendemonstrasikan kembali cara
memasan dan melepas kancing pada model dan memberikan waktu yang
lebih lama kepada anak untuk berlatih dan dilakukan secara berulangulang. Saat anak menjumpai kesulitan peneliti langsung memberikan
bantuan kepada anak dengan menunjukkan cara melakukan latihan yang
benar diiringi contoh-contoh yang mudah dimengerti anak. Peneliti selalu
merayakan keberhasilan anak saat anak menunjukkan suatu keberhasilan

dengan memberikan reward berupa insentif benda yaitu kelereng.diakhiri


pembelajaran penelti menugaskan kepada anak untuk berlatih dirumah dan
meminjamkan media untuk dibawa pulang. Dan dibawa kembali ke
sekolah esoknya.
f. dari segi keberhasilan karena kesempatan berlatih dan meragakan
mempunyai waktu yang lebih ramah baik disekolah maupun dirumah
amak anak telah dapat menyamakan ujung kain, memegang dan
menguncikan resleting, merapikan kain terjepi tresleting, namun dalam
menarik resleting keatas dan kebawah sampai batas resleting anak masih
memerlukan bantuan dari peneliti.
2. Pertemuan II, Senin 31 Maret 2008
Materi Latihan: Memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan celana
yang sebenarnya didepan cermin
a. Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan serta nyaman dalam
kegiatan pembelajaran peneliti bersama anak membersihkan dan
merapikan ruangan kelas merapikan bangku dan meja anak serta
menghidupkan kipas angin.
b. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan salm dan doa. Sebagai apersepsi
peneliti menanyakan kepada anak siapa yang memasang kan bajunya anak
menjawab saya sendiri buk dan bila saya tidak bisa dibantu oleh papa.
Penelti memberikan penguatan kepada anak atas jawabannnya yang jujur
berarti dia sudah ada kemauan untuk melakukan sendiri. Peneliti pun
mengacungkan jempol sambil tersenyum untuk memberikan afirmasi
kepada anak dan mengatakan bagus kamu sekarang. Keliatannya anak
merasa tersanjung kemudian peneliti memberi tahu kepada anak agar kita
belajar hidup mandiri dan jangan terlalu tergantung pada orang lain.
c. Selanjutnya peneliti mempersiapkan media dan mengeluarkan dari lemari
yaitu baju dan celana anak yang beresleting. Dan mengajak anak untuk
berlatih di ruangan yang lebih khusus yaitu ruangan UKS yang lebih
tertutup dan tidak terlihat orang dan disana ada cermin yang lebih besar,
kelihatannya anak senang sekali berada dan memutarkan badannya
kedepan cermin, kemudian peneliti menanyakan kesediaan anak untuk
berlatih dan anak menganggukkan kepala tanda ia setuju
d. Peneliit menjelaskan dengan memperagakan langsung cara memasang dan
melepas kancing baju dengan menggunakan patung secara berulang-ulang.
Anak memperhatikan peneliti memperagakan, kelihatannya anak tertarik
dengan patung, ia meraba patung dan menanyakan patung perempuan ya
buk.kenapa tidak patung lelaki sayakan lelaki? Peneliti dan kolaborator
menjadi tertawa mendengar ocehan anak yang lucu dan memberi tahu ke
anak lain kali kita carikan patung lelaki. Peneliti menjelaskan dan
memperagakan dengan waktu yang lebih lama dan secara berulang-ulang.
Agar anak lebih memahami, anak kelihatan antusias memperhatikan
peneliti memperagakan

e. Kemudian peneliti melatih anak memasang dan melepaskan baju pada


patung dan membimbing anak, diiringi contoh-contoh yang benar dan
kata-kata yang mudah dimengerti, kelihatannya anak semangat dan senang
melakukan latihan dan dilakukan dalam waktu yang agak panjang dan
berulang-ulang.
f. Peneliti memberikan kesempatan kepada anak untuk menirukan peneliti
meragakan memasang dan melepas kancing resleting pada baju dengan
menggunakan media patung. Peneliti sama-sama melakukan dengan anak.
Anak meniru meniru latihan yang dikerjakan peneliti, kemudian peneliti
juga menyuruh anak menirukan peragaan langsung kepada diri anak
dengan melihat contoh yang dilakukan peneliti. Peneliti memberikan
imbalan berupa pensil setelah anak dapat meniru dengan baik.
g. Selanjutnya peneliti menyuruh anak melakukan sendiri memasang dan
melepas kancing resleting pada baju dan celana didepan cermin yang besar
untuk melihat kemampuan kognitif anak dalam memahami perintah dan
kemampuan meniru latihan yang telah diperagakan ternyata anak
mempunyai semangat berlatih yang cukup tinggi, anak tidak merasa malu
dan ragu-ragu lagi, ia kelihatan lebih rileks dan santai anak tidap dapat
berkosentrasi dan tidak tergesa-gesa melakukan latihan, peneliti
memberikan penguatan berupa hadiah satu buah buku untuk memotifasi
anak dan penghargaan terhadap keberhasilan anak, diakhir pembelajaran
peneliti menugaskan untuk berlatih dirumah.
h. Dari segi keberhasilan anak telah mengalami kemajuan semangat dan
kegaorahan belajar anak sudah terlihat ada kemajuan, secara fisik dan
mental anak telah siap mengikuti latihan, anak tidak ragu-ragu lagi sudah
mulai berkosentrasi lagi mempunyai rasa percaya diri karena waktu untuk
berlatih, memperagakan dan meniru latihan yang diberikan cukup panjang
sehingga anak telah dapat menyamakan ujung baju, memegang, dan
membuka tangkai resleting serta menguncikan anak telah bisa, namun
dalam hal menarik resleting keatas dan kebawah masih memerlukan
bantuan dari peneliti.
3. Pertemuan III, Selasa 1 april 2008
Meteri Latihan: Memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan
celana tanpa cermin.
a. Kegiatan pembelajaran dimulai setelah insirahat ke 2, sewaktu peneliti
masuk kelas, suasana kelas sudah berantakan, untuk menciptakan suasana
lebih nyaman dan fresh. Peneliti bersama anak kembali merapikan meja
dan kursi anak, memungut sampah dan merapikan buku-buku anak
kedalam lemari, kemudian peneliti kesiapan anak untuk belajar.
b. Sebagai apersepsi, peneliti menyurh anak kedepan kelas serte menyusul,
meraba dan memeriksa baju dan celananya . kemudian peneliti bertanya
apakah baju mu sudah rapi? Anak dengan jujur berkata; kancing saya
lepas buk, tadi ditarik danu, ia nakal buk. Kemudian peneliti menyuruh

anak merapikan, ternyata anak masih mengalami kesulitan dan peneliti


memberi bantuan.
c. Peneliti kembali menjelaskan cara memasang dan melepas kancing
resleting baju dan celana dan meragakan langsung didepan anak, dengan
waktu yang lebih lama didalam ruangan UKS, yang lebih tertutup. Tanpa
menggunakan cermin. Anak memperhatikan peneliti memperagakan.
d. Peneliti kemudian membimbing anak dan melatih dengan memegang
tangan anak, memasang dan melepas kancing resleting pada baju dan
celana, anak mengikuti latihan dan terlihat anak bersemangat berlatih
dalam berlatih peneliti terus mengajarkan agar jangan cepat bosan dan
sabar dalam berlatih pasti akan berhasil anak mendengarkan nasehat dari
peneliti
e. Selanjutnya peneliti memberi kesempatan kepada anak untuk meniru
peneliti meragakan memasang dan melepas kancing resleting pada baju
tanpa melihat ke cermin dimana. Waktu peneliti meragakan anak langsung
menirukan. Saat anak bisa melakukan peneliti menyalami sambil
mengucapkan anak ibu memang hebat kelihatannya diraut wajah anak
ada suartu raas puas karena usahanya dihargai peneliti.
4. Pertemuan IV, Kamis 3 April 2008
Materi Latihan: Memasang dan melepas kancing biasa pada model
a. Pelajaran dimulai pada jam pelajaran pertama dan diawali dengan
salam,berdoa bersama anak dan presensi selanjutnya peneliti memberi tahu
materi latihan yaitu memasang dan melepas kancing biasa pada model.
Serta menanyakan kesiapan untuk belajar.
b. Agar suasana lebih nyaman dan kondusif dalam belajar penelti bersama
anak membersihkan ruangan, maupun buku dimeja anak dalam lemari,
serta membuang sampah ketempat sampah.
c. Selanjutnya peneliti mengeluarkan media kancing biasa dilemari yang
terdiri dari tiga ukuran, besar, sedang dan kecil serta mempunyai ukuran
yang berbeda. Peneliti menanyakan ukuran dan ukuran kancing , ternyata
anak dapat menjawab dengan benar.Peneliti memberikan acungan jempol
atas kemampuan memasang dan persepsi visual anak.
d. Peneliti menjelaskan langkah-langkah memasang dan melepas kancing
biasa pada model dan meragakan langsung didepan anak, berulang-ulang
dan anak memperhatikan guru memperagakan.
e. Peneliti membimbing anak berlatih memasang dan melepas kancing biasa
pada model mulai dari ukuran besar, sedang dan kecil. Anak mengikuti
guru berlatih ,saat latihan anak menyuruh peneliti menghentikan latihan, ia
merasa kepanasan dan menyuruh peneliti menghidupkan kipas angin
kemudian latihan dilanjutkan.
f. Peneliti menyuruh anak meniru guru meragakan memasang dan melepas
kancing biasa pada model , dimana peneliti menggunakan kancing biasa
model ukuran besar, anak menggunakan kancing biasa kemudian ukuran
kecil, kemudian anak mengikuti peneliti meragakan, dilakukan secara
berulang-ulang dan dalam waktu yang lebih panjang.

g. Untuk melihat kemampuan kognitif anak dalam memahami perintah dan


meniru kegiatan yang dilakukan, peneliti menyuruh anak melakukan
sendiri, disaat anak mengalami kesulitan peneliti memberi bantuan dengan
memberikan contoh-contoh secara benar, dan saat anak dapat peneliti
selalu merasakan keberhasilan anak secara verbal, berupa pujian dan
acungan jempol. Kelihatannya anak bersemangat dan bangga.
h. Dari segi keberhasilan suasana belajar cukup menyenangkan dan semangat
belajar anak cukup tinggi, anak kelihatannya lebih tenang, tidak ragu,
berkosentrasi dan punya rasa percaya diri dalam latihan anak telah bisa
melakukan semua langkah memasang dan melepas kancing dengan baik
tanpa bantuan, namun didalam hal memasangkan dan mengeluarkan
kancing sampai selesai masih memerlukan bantuan peneliti.
5. Pertemuan V, Sabtu 5 april 2008
Materi Latihan : Memasang dan melepas kancing biasa pada baju didepan
cermin.
a. Pelajaran diawali dengan salam, berdoa bersama anak,kemudian peneliti
memberi tahu materi latihan memasang dan melepas kancing biasa pada
baju didepan cermin dan memasangkan kesiapan anak untuk berlatih baik
fisik ataupun mental anak.
b. Kemudian peneliti mengeluarkan media berupa baju anak, dan mengajak
anak belajar keruangan latihan (UKS) yang agak tertutup untuk
menghindari perasaan malu anak waktu berlatih dan diruangan itu juga ada
cermin besar sehinga anak bisa melihat kerapian memasang dan melepas
kancing.
c. Selanjutnya peneliti menjelaskan cara memasang kancing dan melepaskan
kancing dengan menggunkaan patung dengan menggunakan patung yang
bertujuan untuk menjaga stabilisasi emosi anak. Secara berulang-ulang
anak memperhatikan, kemudian peneliti meragakan langsung keanak
disertai penjelasan dengan kata sederhana yang mudah dipahami anak.
Dilakukan di depan cermin besar sehingga anak dapat melihat peragaan
dengan jelas seluruhnya tubuhnya, anak memperhatikan peragaan peneliti
dengan baik.
d. Peneliti membimbing anak untuk berlatih, memegang tangan anak dan
memasang dan melepas kancing dengan peragaan langsung kepada patung
secara berulang-ulang kemudian meragakan langsung ke anak di depan
cermin. Anak melakukan dengan bimbingan peneliti.
e. Untuk melihat pemahaman siswa dalam meniru peragaan peneliti menyurh
anak menirukan kembali. Peneliti memperagakan kepada patung dan
kepada anak sendiri secara berulang-ulang dengan waktu latihan lebih
panjang.
f. Kemudian peneliti menyuruh anak melakukan sendiri, memasang dan
melepas kancing pada patung dan pada dirinya sendiri didepan cermin.
Serta menyuruh anak memperhatikan kerapian dan ketepatan kancing di
depan cermin, ternyata anak dapat melakukannya.Saat anak melakukan
sesuai konstruksi peneliti memberikan hadiah insentif berupa makanan

permen, anak kelihatan senang dan bangga karena anak merasa jerih
payahnya dihargai peneliti.
g. Dari keberhasilan, suasana pembelajaran cukup nyaman. Anak telah
merasa cukup percaya diri. Tidak merasa malu lagi dan tidak ragu-ragu
lagi., penuh kosentrasi sehingga kolabolator menyarankan pada peneliti
pemberian motivasi berupa hadiah dalam bentuk di kurangi. Agar anak
jangan terbiasa, anak sudah bisa melakukan semua langkah-langkah
memasang dan melepas kancing baju dengan baik tanpa bantuan peneliti.
Namun dalam hal memasukkan dan mengeluarkan kancing dari lubang
sampai selesai anak masih memerlukan bantuan dari peneliti.
6. Pertemuan VI : Selasa, 8 April 2008
Materi Latihan: Memasang dan melepas kancing biasa pada baju tanpa
cermin.
a. Pembelajaran dimulai pada jam terakhir agar suasana pembelajaran lebih
rileks dan santai. Peneliti mengajak anak ke toko pakaian, kali ini
pembelajaran dilaksanakan diluar kelas agar anak merasa senang. Ke arah
lingkungan yang menarik juga akan mempengaruhi keberhasilan latihan
yang diberikan. Peneliti memberi tahu ke anak bahwa latihan hari ini
ditempat toko pakaian.
b. Peneliti menjelaskan ke anak dengan peragaan langsung. Cara memasang
dan melepas kancing biasa baju pada patung secara berulang, kemudian
peragaan langsung ke anak lain juga berulang. Anak mendengarkan
penjelasan dan memperhatikan peneliti memperagakan penjelasan dan
memperhatiakn peneliti memperagakan. Kemudian peneliti memberi tahu
ke anak kita harus bisa memasang dan melepaskan kancing baju sendiri
dengan tepat walaupun tidak melihat cermin. Kita tidak selalu berada
didekat cermin, berpakaian rapi itu indah, dan rapi bisa menunjukkann
kepribadian kita. Anak menganggukkan kepala tanda mengerti sambil
berkata: rapi itu perlu ya buk! Peneliti membenarkan ucapan anak.
c. Peneliti melatih dan membimbing anak melakukan memasang dan
melepas kancing biasa dengan menggunakan patung dan anak sendiri
secara berulang-ulang, anak kelihatan senang dan bahagia berada di toko
karena orang melihat dan memujinya.
d. Untuk mengetahui kemampuan anak dalam menguasai materi latihan anak
disuruh melakukan sendiri memasang dan melepas kancing baju tanpa
melihat kecermin guru mengembangkan rasa raba, rasa gerak anak,
kemampuan persepsi dan memori jangka panjang, ternyata anak dapat
melakukan dengan baik serta bersemangat. Setelah proses pembelajaran
peneliti memberikan penguatan kepada anak berupa hadiah baju. Sebagai
motivasi untuk merayakan keberhasilan anak diakhir pelajaran peneliti
menugaskan anak untuk terus berlatih dirumah memasang dan melapaskan
kancing baju.
e. Dari segi keberhasilan suasana belajar anak cukup menyenangkan hati
anak dan membuat anak nyaman .selama dalam perjalanan ia mengoceh
terus dan mengatakan kepada peneliti kapan-kapan kita belajar di toko

pakaian lagi ya buk! Peneliti memberikan penguatan sambil berkata jika


kamu belajar dengan sungguh-sungguh dan bisa memasang pakaian
sendiri. Ibuk akan membawamu kembali ke toko yang lebih ramai. Anak
berteriak senang asyik...horee! terlihat diwajah anak perasaan bahagia
dalam berlatih anak sudah mengalami kemajuan yang berarti anak telah
bisa melakukan semua langkah-langkah memasang dan melepas kancing
baju dengan baik walau tanpa melihat cermin. Namun dalam hal
memasukkan dan mengeluarkan kancing dari lobang anak masih
memerlukan bantuan dari peneliti.
7. Pertemuan VII : Kamis, 10 April 2008
Materi Perlombaan memasang dan melepas kancing (kancing resleting dan
kancing biasa):
a. Pembelajaran diawali dengan salam, doa dan obsensi serta peneliti
memberitahukan kepada anak rencana perlombaan dalam memasang dan
melepas kancing serta memberitahukan materi yang akan diperlombakan.
b. Peneliti menjelaskan peraturan lomba, kemudian menyediakan alat-alat
yang akan diperlombakan seperti: baju berresleting dan baju berkancing
serta celana dan cermin sebanyak anak yang ikut lomba, kemudian peneliti
juga menyiapkan format penilaian dan hadiah bagi pemenang lomba.
c. Peneliti menjelaskan kepada anak kriteria penilaian dalam perlombaan.
Anak mendengarkan penjelasan peneliti.
d. Peneliti menanyakan kesiapan anak unutk mengikutu perlombaan secara
fisik dan mental, anak kelihatan bersemangat dan antusias dan berkata
cepatlah buk, ayoo kita mulai buk! Anak kelihatan tidak sabaran lagi
untuk berlomba.
e. Peneliti memebrikan aba-aba lomba memasang dan melepas kancing, anak
melakukan dengan tertib.
f. Peneliti mengamati anak melakukan perlombaan memasang kancing
resleting serta kancing biasa serta memberikan penilaian yang obyektif
sesuai dengan kemampuan anak.
g. Peneliti dan kolaborator mendiskusikan hasil perlombaan untuk
menentukan pemenang lomba dan mengumumkan kepada anak serta
memberikan hadiah kepada setiap anak yang mengikuti perlombaan, anak
kelihatan girang dan bahagia. Peneliti menganjurkan kepada anak untuk
terus berlatih dirumah serta menutup pelajaran dengan berdoa bersama
anak.

REFLEKSI PADA AKHIR SIKLUS II


Melihat dari hasil pengamatan, peneliti dan kolaborator dan hasil test
perbuatan, maka peneliti melakukan perenungan dan berdiskusi dengan

kolaborator, dapat disepakati bahwa keterampilan anak dalam memasang dan


melepas kancing sudah semakin meningkat. Anak telah menguasai langkahlangkah dan mampu melakukan latihan memasang dan melepas kancing secara
baik, ini terlihat dari peragaan dan demonstrasi yang telah dilakukan anak dalam
proses pembelajaran. Namun memasukkan dan mengeluarkan kancing dari
lobangnya sampai selesai anak masih memerlukan bantuan. Jadi kesimpulan yang
dapat diperoleh adalah pemberian tindakan pada anak tunagrahita ringan untuk
meningkatkan keterampilan memasang kancing baju melalui media kancing
dihentikan sampai pertemuan ke 7 pada siklus II.

Tabel 1.3 Data Asesmen Tentang Keterampilan Memasang kancing


No

Kegiatan

Kriteria Penilaian
1
2
3

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

I. Kancing Resleting
a. Memasang dan melepas kancing resleting pada
model
Memasang
Menyamakan ujung kain bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Merapikan kain kalau ada benang yang terjepit resleting
Melepas
Memegang tangkai resleting
Memegang ujung kain atas
Membuka tangkai resleting yang terkunci
Menarik resleting kabawah kain sampai terbuka
Menguncikan tangkai resleting
b. Memasang dan melepas kancing Resleting Pada
Baju dan Celana didepan cermin
Memasang
Menyamakan ujung baju/celana bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik resleting keatas sampai batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa resleting didepan cermin kalau ada kain
yang terjepit
Merapikan baju/celana didepan cermin
Melepas
Memegang tangkai resleting
Membuka tangkai resleting yang terkunci
Menarik resleting kebawah baju atau celana
Menguncikan tangkai resleting
Melihat dicermin apakah resleting sudah terbuka

27

c. Memasang dan melepas kancing Resleting Pada


Baju/Celana Tanpa Cermin
Memasang
Menyamakan ujung bawah baju/celana
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa resleting dan meraba dengan tangan kalau
ada kain yang terjepit tanpa melihat cermin
Merapikan resleting baju

28

Melepas
Memegang tangkai resleting tanpa melihat cermin

22
23
24
25
26

0
2
0
0
0

0
2
0
0
0

0
2
0
0
0

2
0
0
0
0

2
0
0
0
0

2
0
0
0
0

0
2
0
0
0

0
2
0
0
0

0
2
0
0
0

2
0
0
0
2

2
0
0
0
2

2
0
0
0
2

0
2
0
0
0

0
2
0
0
0

0
2
0
0
0

29
30
31
32

Membuka tangkai resleting yang terkunci pada


baju/celana
Menarik tangkai resleting baju/celana kebawah sampai
terbuka
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa dan meraba dengan tangan apakah resleting
sudah terbuka

46
47
48
49
50
51
52
53

II. Kancing Biasa


d. Memasang dan melepas kancing biasa pada
model
Memasang
Menyamakan ujung kain
Memegang kancing biasa dengan tangan kanan
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Memasukkan kancing ke lobang kancing
Mendorong kancing ke dalam lobang dengan jempol
dan telunjuk kanan
Menarik kancing ke atas lobang
Memasang kancing berikutnya sampai selesai
Merapikan kancing pada dfdcdc
Melepas
Memegang kancing biasa dengan tangan kiri
Memegang lobang kancing dengan tangan kanan
Mendorong kancing keluar lobang
Menarik kancing keluar lobang
Melepaskan kancing berikutnya sampai selesai
e. Memasang dan melepas kancing Biasa Pada Baju
Anak Didepan Cermin
Memasang
Menyamakan ujung bawah baju
Memegang kancing biasa dengan tangan kanan
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Memasukkan kancing kelobang kancing
Mendorong kancing kedalam dengan jempol
Menarik kancing keatas lobang
Memasang semua kancing sampai habis
Melihat kerapian dan ketepatan kancing didepan cermin

54
55
56
57
58
59

Melepas
Memegang kancing dengan tangan kiri
Memegang lobang kancing dengan tangan kanan
Mendorong kancing keluar lobang
Menarik kancing keluar lobang
Melepaskan kancing berikutnya sampai habis
Melihat kecermin apakah semua kancing sudah terlepas

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

0
0

0
0

0
0

0
2
2
0

0
2
2
0

0
2
2
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

2
2
0
0
0

2
2
0
0
0

2
2
0
0
0

0
2
2
0
0
0
0
2

0
2
2
0
0
0
0
2

0
2
2
0
0
0
0
2

2
2
0
0
0
2

2
2
0
0
0
2

2
2
0
0
0
2

f. Memasang edan melepas kancing Biasa tanpa


cermin
60
61
62
63
64
65
66
67

68
69
70
71
72
73

Memasang
Menyamakan ujung baju bawah
Memegang kancing dengan tangan kanan
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Memasukkan kancing kelobang kancing
Mendorong kancing kedalam lobang
Menarik kancing keatas lobang
Memasang semua kancing sampai habis
Melihat kerapian dan ketepatan memasang kancing
dengan meraba tanpa melihat cermin
Melepas
Memegang kancing dengan tangan kiri
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Mendorong kancing keluar lobang
Menarik kancing keluar lobang
Melepaskan kancing berikutnya sampai habis
Memeriksa semua kancing apakah sudah terlepas
Jumlah

0
2
2
0
0
0
0
2

0
2
2
0
0
0
0
2

0
2
2
0
0
0
0
2

2
2
0
0
0
2

2
2
0
0
0
2

2
2
0
0
0
2

Menurut Maria J.Wantah (2007:132) Penilaian hasil kerja anak dapat diberikan
skor sebagai berikut :
* Skor 0 : apabila anak tidak bisa melakukan sendiri
* Skor 1 : apabila anak bisa melakukan dengan bantuan
* Skor 2 : apabila anak bisa melakukan tanpa bantuan
Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan sebanyak tiga kali
berturut-turut dari 73 langkah yang digunakan tentang pelaksanaan memasang dan
melepas kancing ternyata hanya 23 langkah yang dapat dilakukan oleh anak
tunagrahita ringan kelas D6 seperti memegang tangkai resleting, memegang
kancing dan lobang kancing, melihat kerapian kancing ke cermin. Berdasarkan
hasil asesmen tersebut dapat dilihat bahwa anak tunagrahita ringan belum terampil
dalam memasang dan melepas kancing baik kancing resleting maupun kancing
biasa. Hal ini karena anak belum teralatih secara baik dan selalu dimanjakan oleh
orang tua serta belum terbiasa diajarkan dengan langkah-langkah cara memasang
dan melepaskan kancing dalam analisis tugas seperti yang telah diuraikan di atas.
Dengan demikian timbul keinginan peneliti untuk membantu anak
tunagrahita ringan kelas D6 dalam meningkatkan keterampilan memasang
kancing. Hal itu penulis bicarakan dengan guru kelas lain yang akan jadi
kolaborator dan juga mengetahui permasalahan anak. Untuk selanjutnya dirancang
pembelajaran untuk melatih anak dalam memasang kancing dengan harapan agar
anak tunagrahita ringan terampil serta mandiri dalam memasang kancing tanpa
harus bergantung pada bantuan orang lain.

Tabel 1.4 Data Hasil Pengamatan tentang Pelaksanaan Memasang Kancing


Pada Siklus Pertama (dalam PBM)
No.

Kegiatan

Penilaian setelah diberikan intervensi


1

10

11

12

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

22
23
24
25
26
27

I. Kancing Resleting
a. Memasang dan melepas kancing
resleting pada model
Memasang
Menyamakan ujung kain bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai
batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Merapikan kain kalau ada benang yang
terjepit resleting
Melepas
Memegang tangkai resleting
Memegang ujung kain atas
Membuka tangkai resleting yang
terkunci
Menarik resleting kabawah kain sampai
terbuka
Menguncikan tangkai resleting
b. Memasang dan melepas kancing
Resleting Pada Baju dan Celana
didepan cermin
Memasang
Menyamakan ujung baju/celana bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik resleting keatas sampai batas
resleting
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa resleting didepan cermin
kalau ada kain yang terjepit
Merapikan baju/celana didepan cermin
Melepas
Memegang tangkai resleting
Membuka tangkai resleting yang
terkunci
Menarik resleting kebawah baju atau
celana
Menguncikan tangkai resleting
Melihat dicermin apakah resleting
sudah terbuka
c. Memasang dan melepas kancing
Resleting Pada Baju/Celana
Tanpa Cermin
Memasang
Menyamakan ujung bawah baju/celana
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai
batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa resleting dan meraba
dengan tangan kalau ada kain yang
terjepit tanpa melihat cermin
Merapikan resleting baju
Melepas

1
2

1
2

0
0

1
1

2
1

2
1

0
0

1
1

0
2

1
2

0
0
0
0
0

1
1
1
1
1

0
0
2

1
1
2

0
2

0
2

0
0

0
0

1
1

1
1

Keterangan :
* Skor 0 : apabila anak tidak bisa melakukan sendiri
* Skor 1 : apabila anak bisa melakukan dengan bantuan
* Skor 2 : apabila anak bisa melakukan tanpa bantuan

Tabel 1.5 Data Hasil Pengamatan tentang Pelaksanaan Memasang Kancing


Pada Siklus Dua (dalam PBM)
No.

Kegiatan

Penilaian Setelah Diberikan Intervensi


1

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

22
23
24
25
26
27

28
29

I. Kancing Resleting
a. Memasang dan melepas kancing resleting
pada model
Memasang
Menyamakan ujung kain bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai batas
resleting
Menguncikan tangkai resleting
Merapikan kain kalau ada benang yang terjepit
resleting
Melepas
Memegang tangkai resleting
Memegang ujung kain atas
Membuka tangkai resleting yang terkunci
Menarik resleting kabawah kain sampai terbuka
Menguncikan tangkai resleting
b. Memasang dan melepas kancing Resleting
Pada Baju dan Celana didepan cermin
Memasang
Menyamakan ujung baju/celana bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik resleting keatas sampai batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa resleting didepan cermin kalau ada
kain yang terjepit
Merapikan baju/celana didepan cermin
Melepas
Memegang tangkai resleting
Membuka tangkai resleting yang terkunci
Menarik resleting kebawah baju atau celana
Menguncikan tangkai resleting
Melihat dicermin apakah resleting
sudah terbuka
c. Memasang dan melepas kancing Resleting
Pada Baju/Celana Tanpa Cermin
Memasang
Menyamakan ujung bawah baju/celana
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai batas
resleting
Menguncikan tangkai resleting
Merapikan resleting baju
Memeriksa resleting dan meraba dengan tangan
kalau ada kain yang terjepit tanpa melihat
cermin

Melepas
Memegang tangkai resleting tanpa melihat
cermin
Membuka tangkai resleting yang terkunci pada
baju/celana

2
2

1
2

2
2
2
1
2

B
A

2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2

2
2
1
2
2
2

2
2

30
31
32

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

46
47
48
49
50
51
52
53

54
55
56
57
58
59

60
61
62
63
64
65

Menarik tangkai resleting baju/celana kebawah


sampai terbuka
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa dan meraba dengan tangan apakah
resleting sudah terbuka
II. Kancing Biasa
d. Memasang dan melepas kancing biasa
pada model
Memasang
Menyamakan ujung kain
Memegang kancing biasa dengan tangan kanan
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Memasukkan kancing ke lobang kancing
Mendorong kancing ke dalam lobang dengan
jempol dan telunjuk kanan
Menarik kancing ke atas lobang
Memasang kancing berikutnya sampai selesai
Merapikan kancing pada kain
Melepas
Memegang kancing biasa dengan tangan kiri
Memegang lobang kancing dengan tangan kanan
Mendorong kancing keluar lobang
Menarik kancing keluar lobang
Melepaskan kancing berikutnya sampai selesai
e. Memasang dan melepas kancing Biasa
Pada Baju Anak Didepan Cermin
Memasang
Menyamakan ujung bawah baju
Memegang kancing biasa dengan tangan kanan
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Memasukkan kancing kelobang kancing
Mendorong kancing kedalam dengan jempol
Menarik kancing keatas lobang
Memasang semua kancing sampai habis
Melihat kerapian dan ketepatan kancing didepan
cermin
Melepas
Memegang kancing dengan tangan kiri
Memegang lobang kancing dengan tangan kanan
Mendorong kancing keluar lobang
Menarik kancing keluar lobang
Melepaskan kancing berikutnya sampai habis
Melihat kecermin apakah semua kancing sudah
terlepas
f. Memasang edan melepas kancing Biasa
tanpa cermin
Memasang
Menyamakan ujung baju bawah
Memegang kancing dengan tangan kanan
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Memasukkan kancing kelobang kancing

1
2
2

2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1

2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2

2
2
2
1

2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2

2
2
2
1
2

66
67
68
69
70
71
72
73

Mendorong kancing kedalam lobang


Menarik kancing keatas lobang
Memasang semua kancing sampai habis
Melihat kerapian dan ketepatan memasang
kancing dengan meraba tanpa melihat cermin
Melepas
Memegang kancing dengan tangan kiri
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Mendorong kancing keluar lobang
Menarik kancing keluar lobang
Melepaskan kancing berikutnya sampai habis
Memeriksa semua kancing apakah sudah
terlepas
Jumlah

Keterangan :
* Skor 0 : apabila anak tidak bisa melakukan sendiri
* Skor 1 : apabila anak bisa melakukan dengan bantuan
* Skor 2 : apabila anak bisa melakukan tanpa bantuan

Lampiran VII
DENAH LOKASI PENELITIAN
Gerbang

2
2
1

2
1
2

2
2
2
1
2
1

2
2
1
2
1
2

Halaman

WC. Guru
II SLTP /C

III SLTP /C
WC. Murid

Kantor
Kepsek dan
Guru

D3 /B

D2 / B

D6 /C

D1 / C

D3/C

D2/c

Pusta
ka

D3 /B

D5 /B

Kelas Autis

D4 /B
Kantin
Sekolah

Lampiran VIII

DOKUMENTASI

D5 / C

SLTP kelas 1

Anak sedang berlatih memasang


kancing resleting pada model

Melepaskan kancing resleting


pada model

Anak sedang berlatih memasang


kancing resleting pada baju
di depan cermin

Melepaskan kancing resleting


pada celana di depan cermin

Anak sedang berlatih memasang


kancing resleting pada baju tanpa cermin

Melepaskan kancing resleting


pada celana tanpa melihat cermin

Anak berlatih memasang dan melepas


Kancing biasa pada model

Anak melakukan sendiri


Memasang dan melepas
Kancing biasa pada model

Anak memperhatikan guru memasang


kancing biasa pada baju

Anak memasang kancing biasa


pada baju di depan cermin

Anak memasang kancing biasa


Tanpa melihat cermin

Anak berlatih di ruang khusus


di depan cermin besar

Anak meniru guru memasang


kancing biasa pada baju

Anak mencoba sendiri memasang


Kancing pada patung (Peneliti dan
Kolaborator mengamati

Kolaborator memberikan hadiah


Setelah lomba

Guru melatih anak memasang


kancing biasa pada patung

Anak sedang berlombang


memasang kancing

Kolaborator memberikan
hadiah pada anak lain yang ikut lomba

162

Lampiran X

JADWAL PENELITIAN
Bulan
No.

Aspek Kegiatan

Maret
I

1.
2.

Pelaksanaan Siklus I
a. Evaluasi
b. Refleksi
Pelaksanaan Siklus II
a. Evaluasi
b. Refleksi

3.

Laporan Bab IV

4.

Seminar Hasil

5.

Ujian Kompre

II

III

April
IV

II

III

Keterangan

Mai
IV

II

III

IV

V
3/3-24/3-08

29/3-10/4-08

Gusmaida

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran dan Terjemahannya, Madinah Munawwarah, Mujamma Al Malik


Fadhli Thibaat Al Mush-haf Asy Syarif, 1421 H.
Astati, (2003). Program Khusus Bina Diri. Malang : Depdikbud
Ati Maryati, (2006). Bina Diri. Makalah Disajikan pada Pelatihan Guru. Gugus
XVI di SLB Tuna Grahita Asih Budi. Jakarta : Dikdas
Ali Saukah, dkk. (2000). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya :
Unviersitas Malang.
Azhar Arsyad. (2007). Media Pelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Bambang Marhijanto, (1999). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini.
Surabaya : Terbit Terang.
Depdikbud, (1997). Kurikulum PLB Merawat Diri. Jakarta : Depdikbud
Depdikbud, (1990). Pedoman Guru Mengajarkan PKK di SLB C. Jakarta :
Depdikbud.
_________, (2003). Media Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud
Depdiknas, (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas
E. Rohali, (2005). Media Pembelajaran bagi ATG. Makalah. UPI Padang
Ermaleli, (2004). Budaya Alam Minangkabau. Jakarta : Bumi Aksara.
Kirk, Samuel dan James.J. Gallagker, (1986). Terjemahan Moh. Amin dan Ina
Yusuf, K (1989). Pendidikan Luar Biasa. Jakarta : DNIKS
Kasiati. Bina Diri bagi Anak Tunagrahita Ringan. (2006). Bahan Pendidikan
dan Latihan Sertivikasi Guru dalam Jabatan. Padang : UNP
Lexy, Moleong,
Karya

(1988). Metodelogi Penelitian Kwalitatif. Bandung : Rosda

Moh Nazir, (1983). Metode Penelitian. Darusalam ; Grafika


Moh. Amin, (1995). Orthopedagogik ATG. Bandung : Dikti

Maria J. Wantah, (2007). Pengembangan Kemandirian ATG Mampu Latih.


Jakarta; Depdiknas
Nana Sudjana, Ahmad Rivai, (1997). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.
___________, (1991). Karya Tulis Ilmiah. Bandung : Sinar Baru
Rochiati Wiriatmadjo, (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. PT.
Remaja Rosda Karya
Rochyani, (2003). Program Pengembangan Individual Bagi Anak Tunagrahita.
Suharsimi Arikunto (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Bumi Aksara
Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Bahan Penelitian. Dosen LPTK dan Guru
Sekolah Menengah Penelitian Tindakan Kelas Jakarta : Depdikbud.
UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdikbud
UNP, (2007). Panduan Penulisan Tugas Akhir/Skripsi. Padang UNP.
Yul Everi, (2000). Skripsi Usaha Orang Tua Menindaklanjuti Program Khusus
Kemampuan Merawat Diri Berpakaian Bagi Anak Tunagrahita. Tidak
diterbitka. Padang FIP UNP.
Htttp://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian (diakses 6 Mei 2006)

DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................

ii

UCAPAN TERIMA KASIH...........................................................................

iii

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL............................................................................................

DAFTAR GRAFIK.........................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. .

xii

BAB

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................

B. Identifikasi Masalah...............................................................

C. Batasan Masalah....................................................................

D. Rumusan Masalah..................................................................

E. Pertanyaan Penelitian.............................................................

F. Tujuan Penelitian...................................................................

G. Manfaat Penelitian.................................................................

KAJIAN TEORITIS
A. Hakekat Media Pembelajaran
1. Pengertian Media dan Alat Bantu Pembelajaran ............

2. Manfaat Media.................................................................

10

3. Kriteria Pemilihan Media................................................

13

4. Jenis-jenis Media.............................................................

13

vii

5. Media Pembelajaran bagi ATG........................................

14

B. Hakekat ATG Ringan


1. Pengertian ATG Ringan ..................................................

16

2. Karakter ATG Ringan......................................................

17

3. Tujuan Pendidikan ATG Ringan .....................................

18

C. Keterampilan Memasang Kancing


1. Pengertian Kancing..........................................................

20

2. Macam-Macam Kancing Baju.........................................

21

3. Langkah-Langkah Memasang Kancing Berdasarkan


Pendekatan Analisis Tugas .............................................
22

BAB III

BAB IV

D. Keterampilan Memasang Kancing bagi ATG........................

28

E. Defenisi Operasional Variabel ..............................................

29

F. Kerangka Konseptual.............................................................

29

METODELOGI PENELITIAN
A. Latar Entri..............................................................................

31

B. Desain Penelitian...................................................................

32

C. Alur Kerja .............................................................................

35

D. Subjek Penelitian ..................................................................

38

E. Tekhnik Pengumpulan Data...................................................

39

F. Tekhnik Keabsahan Data.......................................................

40

G. Tekhnik Analisis Data...........................................................

42

DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

viii

BAB V

A. Desrkipsi Pelaksanaan Penelitian .........................................

44

1. Pelaksanaan Siklus I.........................................................

45

2. Pelaksanaan Siklus II........................................................

50

B. Deskripsi Hasil Penelitian......................................................

55

C. Pembahasan............................................................................

59

D. Keterbatasan Penelitian..........................................................

78

PENUTUP
A. Kesimpulan

................................................................79

B. Implikasi

................................................................80

C. Saran

..............................................................81

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 83
LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1.

Hasil Tes Kemampuan Anak Dalam Memasang Kancing Setelah


Siklus I....................................................................................... 62

Tabel 1.2

Hasil Tes Kemampuan Anak Dalam Memasang Kancing Setelah


Siklus II....................................................................................

70

Tabel 1.3

Data Asesmen Tentang Keterampilan Memasang Kancing......... 152

Tabel 1.4.

Data Hasil Pengamatan Tentang Pelaksanaan Keterampilan


Memasang Kancing Pada Siklus Pertama.................................. 156

Tabel 1.5.

Data Hasil Pengamatan Tentang Pelaksanaan Keterampilan


Memasang Kancing Pada Siklus Kedua...................................... 159

DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik

Evaluasi Siklus I..........................................................................

69

Grafik

II Evaluasi Siklus II.........................................................................

77

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

Kisi Penelitian............................................................

85

LAMPIRAN

II

Instrumen Penelitian..................................................

86

III

Pedoman Observasi ..................................................

91

LAMPIRAN IV

Rancangan Pembelajaran Siklus I ...........................

94

LAMPIRAN

Rancangan Pembelajaran Siklus II............................ 108

LAMPIRAN

LAMPIRAN

V
VI

Catatan Lapangan...................................................... 126

LAMPIRAN VII

Denah Lokasi Penelitian...........................................

LAMPIRAN VIII

Dokumentasi ............................................................. 163

LAMPIRAN IX

Jadwal Penelitian ....................................................... 166

xii

162

HALAMAN PERSAMBAHAN

Allah
akan
meninggikan
orang-orang yang beriman
diantara kamu
Dan
orang-orang
yang
berilmu
pengetahuan
beberapa
derajat.
(QS.
Almujadilah : 11)

Secercah harapan telah ku capai


Deraian perjuangan tak kenal lelah
Serpihan air mata yang
tercurah
Mencari keridhaan Mu
ya Allah

Dengan mengucapkan syukur kehadirat


Allah SWT Ku hadirkan
Karya ini kepada yang kumuliakan Ayah Ku
dan Ibunda Ku
Sebagai bukti dan ucapan terima kasih
yang tak terhingga atas doa
Pengorbanan dan kasih sayang yang tida
bertepi

ii

Sebagai ungkapan cinta dalam mengatur


anakmu
Mencapai sebuah cita-cita.

Alhamdulillah seiring rasa cinta


Kepada suami dan Anak-anak Ku yang
selalu mengiringi doa
Dalam setiap langkahku untuk mencapai
cita-cita

Salam buat teman-teman di kampus


Yang telah memberi dorongan yang tak
pernah Ku lupakan,
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya kepada penulis dan keluarg, serta kepada
kita semua. Sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya itu penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
Selesainya penulisan skripsi ini merupakan kebanggan yang tak ternilai
harganya bagi penulis. Ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi S-1 dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S-1),
pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri. Penulisan skripsi tak terlepas dari rasa simpati, dorongan, bantuan,

iii

bimbingan, doa restu serta pengorbanan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
sepantasnyalah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Irdamurni, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan Bapak Ganda Sumekar
selaku Sekretaris Jurusan PLB FIP UNP yang telah memberikan kemudahan
terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Hj. Yarmis Hasan M.Pd selaku PA dan Pembimbing I, terima kasih
atas segala bimbingan, waktu, kesempatan, kesabaran dan keikhlasan yang ibu
berikan selama ini, semoga dibalas Tuhan YME.
3. Ibu Dra. Zulmiyetri, M.Pd selaku Pembimbing II, terima kasih atas segala
bimbingan, waktu, kesempatan, kesabaran dan keikhlasan yang ibu berikan
selama ini, semoga dibalas Tuhan YME.

4. Bapak/Ibu dosen PLB yang telah memberikan dan mengajarkan kepada kami
nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam pendidikan, di jurusan Pendidikan
Luar Biasa, semoga apa yang diberikan dapat kami terapkan dalam membina
dan melayani anak berkebutuhan khusus.
5. Bapak Kepala beserta Majlid Guru SLB Perwari Padang, yang telah
memberikan dorongan, semangat dan kerjasamanya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini sesuai rencana.
6. Orang tua yang selalu memberikan doa, nasehat, dan pengorbanan yang dapat
dinilai dengan harga duniawi.

iv

7. Suami dan anak tercinta (Cut Ratna, Rival Ramdani, Astrid Putri Utami) yang
telah merasa mama lalaikan selama ini dengan segala suka dan dukanya.
(Maafkan mamak nak, doa mama selalu bersama kalian).
8. Rekan-rekan Mahasiswa NR 2005 kelas Padang Jurusan PLB FIP UNP, terima
kasih atas kerjasamanya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila didalam penulisan dan pelaporan
skripsi ini, terdapat kesalahan dan kekeliruan.

BIOGRAFI PENULIS

Lahir di sebuah desa kecil yang terletak di pinggiran Kota Padang,


tepatnya tanggal 21 Agustus 1967 di Kelurahan Sungai Sapih Kec. Kuranji.

Disinilah penulis melewati masa kecil dalam suka dan duka bersama keluarga
besar yang hidup dalam kesederhanaan. Pendidikan dasar ditempuh usia 5 tahun
dan selesai tahun (1980), melanjutkan pendidikan ke SLTP N 18 Padang, dan
Alhamdulillah berkat ketekunan dan kegigihan dalam belajar selama di SD dan
SMP selalu meraih prestasi terbaik, kemudian dilanjutkan pendidikan di SMA N 5
Padang (1986).
Tahun 1986, peneliti masuk SGPLB yang pada awalnya bukan keinginan
hati, dan menamatkan pendidikan (1988). Walaupun lulus dengan predikat terbaik,
tetapi nasib berkata lain, ternyata semua itu tidak menjamin kesuksesan,
kebahagian dan harapan untuk diangkat menjadi PNS kandaslah sudah dengan
penuh perasaan kecewa, atas kecurangan orang yang tak peduli dengan keadilan,
terpaksa kujalani goresan takdir, keinginan hati untuk bisa membahagiakan kedua
orang tua dan bisa mencari uang sendiri menjadi pupuslah sudah, sampai akhirnya
aku memutuskan untuk mengakhiri masa lajang (1989) dan mengikuti suami ke
tanah Rencong untuk bertugas sebagai anggota Polri. Ternyata menjadi ibu rumah
tangga itu membuat kejenuhan dan di tahun 1992 aku memutuskan untuk
mendaftarkan diri menjadi PNS. Keinginan dan doa itu didengar oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa. Akhirnya impian jadi PNS terkabulkan dan ditugaskan di SLB
Perwari Padang sampai sekarang. Sungguh suatu keberuntungan, Dewi Fortuna
berada di genggaman dengan diadakannya seleksi kerjasama pengembangan
profesi guru

yang diadakan Diknas dengan UNP penulis dinyatakan lulus,

sehingga diberi kesempatan mengikuti Pendidikan S1 pada Jurusan PLB. Dalam


rangka menambah wawasan berfikir serta memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Namun tidaklah mudah meraih gelar sarjana, butuh perjalanan panjang dan
pengorbanan, krikil tajam selalu menghalangi langkah kaki, tapi aku tetap tegar,
jatuh dan bangun bagi ku soal biasa semua cobaan yang melanda menjadi melodi
indah yang senantiasa terukir dan bertahta dijiwa, melahirkan senyum bahagia,
membuatku semakin tegar dalam melangkah menata masa depan yang lebih
bahagia bersama suami dan anak-anak ku tercinta. Semoga Tuhan selalu
memberikan hidayahnya bagi kita semua. Amin.

ABSTRAK
Gusmaida (2008) Meningkatkan Keterampilan Memasang buah Baju Melalui
Media Kancing (Action Research Classroom) pada Anak
Tunagrahita Ringan Kelas D6 di SLB Perwari Padang. Skripsi :
PLB FIP Universitas Negeri Padang
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan anak tunagrahita ringan
belum terampil dalam berpakaian, baju sering keluar dari celana, kancing baju
yang terlepas dari lubangnya, resleting celana yang sering tidak terpasangkan
sehingga anak merasa malu dan merasa kurang percaya diri maka perlu dilakukan
upaya untuk meningkatkan keterampilan anak memasang dan melepas kancing
dengan menggunakan media kancing.. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
keterampilan anak dalam memasang kancing baju melalui media kancing.
Metodologi penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas
(Action Research Classroom) data mengenai keterampilan anak dalam memasang

buah baju diperoleh melalui observasi, dan tes perbuatan. Peneliti berkolaborasi
dengan guru kelas lain. Subjek penelitian satu orang anak tunagrahita ringan kelas
D6 yang belum terampil memasang kancing. Proses penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus, siklus pertama dilaksanakan 12 kali pertemuan dengan materi
memasang dan melepas kancing resleting dan kancing biasa, dan hasilnya 71%
anak masih memerlukan bantuan dari peneliti yang berarti anak belum optimal
melaksanakan memasang kancing sehingga dilanjutkan ke siklus II yang
pelaksanaannya tujuh kali pertemuan yang hasilnya 89% anak sudah dapat
mengancingkan baju sesuai dengan langkah-langkah yang sudah diajarkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media kancing dapat meningkatkan
keterampilan anak dalam memasang kancing. Dari hasil penelitian tersebut di atas
disarankan kepada guru untuk dapat menggunakan media kancing pada
pembelajaran selanjutnya dalam materi yang sama.

KATA PENGANTAR

Guru sering kali mengalami kesulitan dalam memilih metode dan media
yang cocok dengan karakter dan kebutuhan serta minat belajar anak, sehingga
dalam proses belajar mengajarpun sering menjumpai hambatan. Karena pemilihan
media yang tepat dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, selain media
digunakan orang untuk menyampaikan pesan juga digunakan sebagai alat bantu
guru dalam proses belajar mengajar.

Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki proses belajar anak agar lebih
baik dengan mencarikan alternatif melalui kegiatan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan media kancing dengan tujuan agar dapat menumbuhkan
kegairahan serta minat anak dalam meningkatkan keterampilan memasang
kancing.
Laporan hasil penelitian ini disajikan dalam lima bab, Bab I pendahuluan,
yang

menyajikan

latar

belakang

permasalahan

yang

berkaitan

dengan

keterampilan memasang kancing anak yang belum optimal. Mengidentifikasi


masalah pembelajaran, merumuskan permasalahan tentang meningkatkan
keterampilan anak memasang kancing melalui media kancing, pertanyaan
penelitian, membuat tujuan penelitian serta manfaat penelitian. Bab II kajian
teoritis menyajikan teori yang relevan yaitu membahas permasalahan anak
tunagrahita ringan dalam meningkatkan keterampilan memasang kancing. Bab III
metodologi penelitian yang digunakan, menyajikan disain penelitian, siklus
penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
Bab IV menyajikan diskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup
deskripsi pelaksanaan Siklus I sampai Siklus III dan deskripsi hasil penelitian.
Sebagai penutup Bab V yang terdiri dari kesimpulan, implikasi, saran dan
lampiran.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan seperti pepatah Tak ada gading yang tak retak,
sehingga masih diperlukan saran-saran dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi Pendidikan Luar Biasa dan para pembaca. Amin.

vi

Padang, April 2008

Peneliti

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMASANG


KANCING BAJU MELALUI MEDIA KANCING
(Action Research dalam Pelajaran Bina Diri Terhadap ATG Ringan Kelas D6
SLB Perwari Padang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Tim Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa
Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
GUSMAIDA
NIM : 71947

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2008
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang penulis
atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti
tata penulisan karya ilmiah yang lazim.

Padang, . 2008

Yang Menyatakan

Gusmaida

HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI


Dinyatakan Lulus Setelah Dipertahankan di Depan Tim Penguji
Skripsi
Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMASANG


KANCING BAJU MELALUI MEDIA KANCING
Nama

: GUSMAIDA

NIM/BP

: 71947/2005

Jurusan

: Pendidikan Luar Biasa

Fakultas

: Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Padang, 2008
Tim Penguji

Tanda Tangan

1.

Ketua

__________________

2.

Sekretaris

__________________

3.

Anggota

__________________

4.

Anggota

__________________

5.

Anggota

__________________

Anda mungkin juga menyukai