Oleh :
GUSMAIDA, S.Pd
NIP 196708211992032004
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia lahir sesuai dengan fitrahnya yaitu sebagai mahkluk individu
dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan Interaksi
dan sosialisasi dengan lingkungan, dimana dalam proses interaksi itu
seseorang perlu menyesuaikan diri dengan norma-norma, nilai-nilai, tatanan
dan adat istiadat yang berlaku dimasyarakat, agar tercipta hubungan yang
serasi dan harmonis. Salah satu bentuk penyesuaian diri seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat misalnya dalam hal berpakaian.
Berpakaian
kecerdasan.
kemampuannya.
Makin
cerdas
seseorang
maka
makin
besar
makin sedikit kemampuan yang bisa mereka peroleh. Berbeda dengan anak
tuna grahita, mereka mengalami keterbatasan Intelegensi yang berada dibawah
rata-rata mengakibatkan banyak hambatan bagi mereka dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Pada akhirnya mereka tak dapat mengurus diri sendiri
sesuai dengan usianya. Dalam hal berpakaian, mereka perlu latihan-latihan
yang terprogram secara rinci dan kontiniu serta membutuhkan kesabaran
dalam jangka waktu yang lebih lama pula.
Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa banyak anak tunagrahita
yang belum mandiri melakukan kegiatan sehari-hari, mereka masih
membutuhkan pertolongan orang lain, untuk itu disekolah diberikan
bermacam-macam pelajaran mengurus diri sendiri, diantaranya diajarkan
bagaimana cara berpakaian baik dan rapi yang diberikan melalui mata
pelajaran Pendidikan Menolong Diri Sendiri. Dengan harapan agar anak
tunagrahita ini dapat mandiri, tidak terlalu tergantung pada bantuan orang
lain serta mempunyai rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri.
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan ditemukan
adanya siswa tunagrahita ringan yang belum mampu
mengurus dirinya
sendiri khususnya dalam hal berpakaian. Hal ini terlihat dari kondisi yang
tampak sehari-hari di sekolah. Pada waktu pagi hari saat anak sampai di
sekolah baju mereka kelihatan rapi,tetapi setelah siang hari/selesai jam
istirahat baju mereka terlihat acak-acakan, baju sudah keluar dari celana,
kancing baju sudah terlepas dari lobangnya, hak dan resleting celana yang
tidak terpasang setelah buang air, celana yang basah karena kencing. Dan
ketika anak diminta memasangkan kembali anak tidak bisa memasang hak
dan resleting celananya serta anak juga tidak bisa memasukan kancing baju
ke lobangnya, mereka pergi minta bantuan kepada orang tua
yang
Untuk
membuktikan
jawaban
anak-anak
tersebut
penulis
menanyakan hal itu kepada orang tua mereka, dan mereka membenarkan hal
tersebut dengan alasan yang berbeda-beda. Ada yang merasa kasihan dan ada
yang selalu memanjakan sehingga anak selalu dibantu dan tidak diberi
kesempatan untuk melakukannya sendiri. Padahal kenyataannya anak
tunagrahita ringan kelas D6 cukup mempunyai potensi untuk berkembang.
Mereka mempunyai koordinasi mata dan tangan yang baik, motorik kasar
dan halus yang cukup serta mempunyai konsep ruang dan ketahanan duduk
yang baik,
lebih kreatif
penelitian
tindakan
kelas
yang
berkaitan
dengan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas maka timbulah berbagai masalah
yang dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Anak kesulitan memasang dan melepas kancing baju, hak dan resleting
celana.
2. Kebiasaan orang tua yang selalu membantu anak dalam berpakaian
sehingga anak kurang mandiri.
3. Metode dan media yang digunakan kurang bervariasi.
4. Siswa tunagrahita ringan sulit memahami petunjuk yang diberikan guru
dan cepat bosan dalam belajar
5. Latihan berpakaian yang diberikan selama ini belum optimal
C. Batasan Masalah
Agar pelaksanaan penelitian ini lebih efektif dan terarah maka penulis
membatasi sebagai berikut : Meningkatkan keterampilan memasang kancing
resleting dan kancing biasa bagi anak tunagrahita ringan Kls D6 di SLB
Perwari Padang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
permasalahan
di
atas
maka
dapat
dirumuskan
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka perlu ditetapkan pertanyaan
penelitian. Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara meningkatkan keterampilan memasang kancing baju
melalui media kancing bagi anak tunagrahita ringan kelas D6 di SLB
Perwari Padang?
2. Apakah media kancing dapat meningkatkan keterampilan memasang
kancing baju bagi anak tunagrahita ringan kelas D6 di SLB Perwari
Padang?
F. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan pertanyaan penelitian, maka tujuan dari pelaksanaan
penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :
1. Mengetahui proses penggunaan media kancing dalam meningkatkan
keterampilan memasang kancing baju bagi anak tunagrahita ringan kelas
D6 di SLB Perwari Padang.
2. Meningkatkan keterampilan memasang kancing baju melalui media
kancing bagi anak tunagrahita ringan kelas D6 di SLB Perwari Padang.
G. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti :
1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran PMDS (memasang kancing).
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan
bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber informasi ke pada penerima informasi disebut media
(Diknas 2003:9)
Pengertian media dalam kajian tulisan ini berkaitan dengan
proses belajar mengajar, sebab dalam proses belajar mengajar tidak
akan bisa menghapuskan penggunaan media. Sesuai maksud tersebut
Azhar Arsyad (2007:4) mengemukakan bahwa media adalah alat
yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Sementara itu Gagne dan Brigge dalam Arsyad (2007:6)
secara implisit mengatakan bahwa :
Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran
yang terdiri dari buku, tape-recorder, kaset, video
camera, video recorder, film slide (gambar bingkai),
foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan
kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau
wacana fisik yang mengandung materi instruksional di
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.
b.
memperoleh
media,
d)
keterampilan
guru
dalam
harganya. Ini tergantung kearifan guru dalam memilih media yang cocok
digunakan dalam pengajaran yang akan diberikan pada peserta didik.
Menurut Sudjana (1997:13) ada beberapa jenis media pengajaran
dalam proses belajar mengajar yaitu :
a. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau
diagram, poster, komik dan lain-lain. Media grafis sering
disebut juga media dua dimensi seperti gambar, fot.
b. Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti
model padat, model penampang, model susunan, model
kerja.
c. Media proyeksi seperti slide, film, trips, penggunaan OHP.
d. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran seperti
lingkungan sekitar kita dijadikan sesuai dengan materi
yang akan diajarkan.
Kutipan dari jenis-jenis media dia tas dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan, fungsi dan peranan media itus endiri dalam membantu proses
pembelajaran. Sesuai dengan penelitian ini media yang akan digunakan
adalah media bentuk tiga dimensi yaitu bermacam-macam jenis kancing.
5. Media Pembelajaran Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Dulu diyakini dalam pemberian layanan pendidikan bagi Anak
Tuna Grahita didasarkan kepada tinggi rendahnya Intelegensi yang
dimiliki anak. Sekarang keyakinan itu sudah ditinggalkan, sehingga
banyak orang lebih menitik beratkan kepada masalah hambatan dan
kebutuhan belajarnya sehingga membawa dampak langsung kepada aksi
guru didalam melakukan tindakan dan pembelajaran yang disesuaikan
dengan ragamnya masalah dan kebutuhan setiap peserta didik.
pembelajaran
anak
tunagrahita
ringan
terutama
dalam
2.
D.
Kancing biasa
Kancing Pengait
Kancing jeprit
Kancing benang
Kancing sorong
Kancing Peniti
Kancing Resleting
Kancing hak
Kancing tali
sangat rendah. Tetapi kalau pendidikan dan latihan dilakukan secara terus
menerus
kemungkinan
besar
mereka
memiliki
kecakapan
dan
akan dilakukan
anak
atau
yang
akan dikerjakan
yang
Melepas
6 . Pegang tangkai resleting
yang dikunci
7. Pegang ujung kain atas
5. Rapikan kain
Melepas
Melepas
28. Pegang tangkai resleting
29. Buka resleting dari keadaan
terkunci
30. Tarik tangkai kebawah
hingga resleting terbuka
31. Kuncikan tangkai resleting
kembali
32. Periksa dengan tangan
melihat cermin
2. Kancing Biasa
b.
Melepas
41. Pegang kancing dengan
tangan kiri
42. Pegang lobang kain dengan
tangan kanan
43. Dorong kancing keluar dari
lobang dengan jempol dan
telunjuk kiri
44. Tarik kancing keluar lobang
kain
c.
Melepas
54. Pegang kancing baju dengan
tangan kiri
55. Pegang lobang kancing
dengan tangan kanan
56. Dorong kancing keluar
lobang dengan jempol dan
telunjuk kiri
57. Tarik kancing keluar lobang
telunjuk kanan
kanan
kiri
Melepas
telunjuk kanan
kanan
Berpakaian tidak mesti mahal dan bagus akan tetapi cukup sederhana
bersih, rapi, sopan serta dapat menutup aurat dan enak bagi orang yang
memandangnya. (Yul Eferi, 2000:16)
Dari cara berpakaian seseorang dapat diketahui kepribadian dan
ketinggian budi pekertinya. (Ermaleli, 2004:28). Cara berpakaian seseorang
juga mempengaruhi status sosial sesorang dimata orang lain. (Wikipedia,
2006:2) Berpakaian bagi anak pada umumnya suatu hal yang mudah namun
lain
keterampilan perlu latihan yang berulang-ulang dan waktu yang lama serta
kesabaran yang penuh dikarenakan keterbatasan yang mereka miliki. (fisik,
mental, intelegensi, motoriknya terhambat).
Mereka kurang bisa mandiri dan mengurus diri dengan baik diharapkan
dengan latihan keterampilan memasang kancing anak tunagrahita ringan dapat
terampil dalam berpakaian sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
Serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harga dirinya. Sehingga
mereka dapat hidup secara layak dan wajar. Serta bisa mandiri dan mampu
bertanggung jawab pada dirinya sendiri keluarga dan masyarakat.
media
kancing,
dan
variabel
terikatnya
adalah
G. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir peneliti dalam
melaksanakan penelitian ini, sehingga lebih memudahkan peneliti dalam
mewujudkan penelitian ini. Kerangka fikir peneliti dalam penelitian ini
diawali dengan adanya permasalahan yang peneliti temukan bersama dengan
guru kelas lain (kolaborator) yaitu: Anak Tunagrahita ringan kelas D6 SLB
Perwari Padang kurang terampil dalam berpakaian, khususnya memasang
kancing baju. Solusinya, peneliti menggunakan media kancing, dengan
harapan agar anak Tunagrahita mampu mandiri dalam berpakaian sehingga
mereka dapat tampil dengan layak dan sewajarnya sesuai dengan
kemampuannya.
Hasilnya dapat dilihat pada peningkatan keterampilan memasang
kancing yang diperoleh anak. Untuk menjelaskan rancangan penelitian
dikemukakan dengan kerangka konseptual seperti di bawah ini.
Kerangka Konseptual
Keterampilan memasang
kancing anak tunagrahita
Kondisi Awal
Anak tunagrahita ringan belum
terampil memasang kancing baju
Menggunakan media
kancing
Latihan memasang
kancing baju
Hasil
Bagan :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Latar Entri
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Perwari Padang tepatnya di jalan
S. Parman No. 236 Kelurahan Ulak Karang Kecamatan Padang Utara.
Dimana peneliti sebagai pelaksana inti yang bertanggung jawab penuh pada
proses belajar dan pengelolaan kelas D6 anak tunagrahita ringan. Untuk
memudahkan penelitian dalam melaksanakan tindakan sebagai upaya
perbaikan proses mengajar guna mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih
baik diperlukan teman sejawat sebagai kolaborator. Sekolah tempat
31
B.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah
penelitian tindakan kelas (clasroom action research) yang dilaksanakan pada
mata pelajaran pendidikan menolong diri sendiri bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan memasang kancing baju pada siswa tuna grahita
ringan. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang dilakukan
untuk memperbaiki mutu praktek pengajaran di kelas. Suharsimi Arkunto
(2006: 3) mengemukakan bahwa PTK adalah Suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secra bersama. Tindakan itu diarahkan oleh guru
dan dilakukan oleh siswa. Moh Nazir (1983: 94) mengemukakan bahwa
penelitian tindakan adalah
kualitas
pembelajaran
atau
bidang
pendidikan
sangat
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan siklussiklus. Menurut Raka Joni dalam latihan proyek PGSM (1999:55) ada lima
tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam satu siklus
meliputi : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa dan
refleksi. Adapun alur penelitian adalah sebagai berikut :
Permasalahan
Anak belum
terampil memasang
kancing baju
Alternatif Pemecahan
Masalah I
Penggunaan media
kancing dalam
pembelajaran
Pelaksanaan
Tindakan I
Siklus I
Refleksi I
Analisa Data I
Keterampilan anak
memasang kancing
belum optimal
Melaksanakan
diskusi dengan guru
Observasi I
Melihat dan
mengamati hasil
kerja anak
Permasalahan
Alternatif Pemecahan
Masalah II
Penggunaan media
kancing dalam
pembelajaran
Anak belum
terampil memasang
kancing baju
Pelaksanaan
Tindakan II
Siklus II
Terselesaikan
Refleksi II
Analisa Data II
Keterampilan anak
memasang kancing
sudah semakin
meningkat
Melaksanakan
diskusi dengan guru
Observasi II
Melihat dan
mengamati hasil
kerja anak
Keterangan Siklus I
1. Perencanaan tindakan (plan)
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai
berikut :
a. Membuat rencana pembelajaran
b. Membuat lembar observasi
c. Menyiapkan media dan alat memasang kancing.
d. Membuat alat evaluasi untuk melihat kemampuan anak
2. Pelaksanaan tindakan (action)
Melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan yaitu : menggunakan media
kancing dalam meningkatkan keterampilan memasang kancing baju bagi anak
tunagrahita ringan kelas D6.
3. Observasi (Observation)
Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan atau dikenakan
terhadap anak. Peneliti mengamati perkembangan keterampilan anak dalam
memasang kancing selama proses belajar mengajar dan hasil tes perbuatan
yang diberikan dengan menggunakan lembaran observasi (format penilaian)
Sasaran yang dinilai memasang dan melepas kancing resleting serta kancing
biasa. Siklus I dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan dengan sub pokok
bahasan memasang dan melepas kancing resleting pada model, pada baju dan
celana di depan cermin serta tanpa melihat cermin. Dan memasang serta
melepas kancing biasa pada model, pada baju didepan cermin dan tanpa
melihat cermin.
4. Analisa Data dan refleksi
Peneliti dan kolaborator melihat dan menyimpulkan hasil tindakan atau
dampak dari berbagai tindakan. Berdasarkan hasil yang diperoleh akan
dirumuskan tindakan yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.
Keterangan Siklus I
1. Perencanaan (Plan)
Merefisi tindakan awal untuk dilanjutkan pelaksanaannya pada siklus II atau
merumuskan tindakan baru, semua itu disusun dengan memperhatikan refleksi
pada siklus I.
2. Tindakan (Action)
Melaksanakan tindakan seperti yang disusun atau dirumuskan pada tahap I di
atas, yaitu menggunakan media kancing dan media patung dalam
D.
Sabjek Penelitian
Yang menjadi Sabjek penelitian adalah: satu orang siswa tunagrahita
ringan kelas D6 di SLB Perwari Padang yang belum terampil dalam
memasang kancing baju. Anak ini berjenis kelamin laki-laki yang berinisial
ARS berumur 13 tahun, waktu umur 2 tahun ibunya meninggal dunia,
sehingga ayahandanyalah yang mengurus segala keperluannya.
Penelitian ini langsung diberikan dalam bentuk interpensi terhadap dua
orang anak dengan melakukan kolaborasi bersama teman sejawat, saat
penelitian berlangsung kolaborator mengamati dan mengoreksi perkembangan
keterampilan memasang kancing baju dengan menggunakan media kancing.
Selama penelitian berlangsung observasi, refleksi, tindakan dan perencanaan
E.
dengan kriteria penilaian antara lain bisa, bisa dengan bantuan dan tidak
bisa. (Rochyani, 2003:126)
F.
G.
mengambarkan
pelaksanaan
proses
belajar
dengan
menggunakan
bermacam
media
kancing
untuk
meningkatkan
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
46
Selaku guru kelas peneliti sudah mengajar anak selama hampir satu
tahun sejak awal tahun ajaran baru tetapi sebelumnya juga pernah mengajar
anak pada kelas sebelumnya.
Karakter, sikap, minat dan permasalahan anak secara umum sudah
peneliti ketahui. Sebagai guru kelas peneliti merasa dekat dengan anak,
sering berkomunikasi, bercanda dan melakukan senam pagi bersama. Peneliti
juga sering berdiskusi dengan guru kelas lain yang dijadikan kolaborator
yang juga mengetahui permasalahan anak. Mengawali penelitian ini sudah
peneliti mulai hari senin tanggal 3 Maret 2008 selama 70 menit.
1. Pelaksanaan Siklus I
Siklus I sudah peneliti lakukan pada bulan Maret 2008. Mulai senin
tanggal tiga Maret 2008 dan berakhir siklus I ini senin tanggal 24 Maret
2008, selama 12 kali pertemuan, peneliti melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan media kancing resleting, dan kancing biasa yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan anak memasang kancing
baju sehingga terapil dalam berpakaian.
a. Plan 1
Pada tahap ini peneliti besama kolaborator merencanakan tindakan
berupa pembelajaran dengan menggunakan media kancing untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam memasang kancing. Peneliti
dan kolaborator juga bersama-sama membuat pengajaran pengajaran
yang akan diberikan kepada anak. Kegiatan yang dilaksanakan dalam
tahap ini adalah :
format
observasi yang
perencanaan
pembelajaran
dan
menyiapkan
d. Refleksi I
dan
kolaborator
sepakat
untuk
melanjutkan
b. Action II
Pada dasarnya cara yang dilakukan pada tindakan II dalam
siklus II untuk menerapkan media kancing adalah sama dengan
pelaksanaan pada siklus I. Akan tetapi pada siklus II ini untuk
meningkatkan
keterampilan
anak
dalam
memasang
kancing.
Peneliti setuju memberikan penjelasan dan peragaan masingmasing materi latihan, mula-mula kepada patung, kemudian kepada
anak sendiri di depan cermin dan tanpa melihat cermin dan dilakukan
secara berulang-ulang.
Peneliti menanyakan materi yang dirasa sulit bagi anak dan
mengulangi
lagi
peragaan
di
iringi
kata-kata
sederhana,
d. Refleksi II
B.
serta kelihatan lebih rileks dan santai. Sedangkan dalam pelaksanaan materi :
tentang memasang dan melepaskan kancing resleting dan kancing biasa pada
baju dan celana di depan cermin dan tanpa melihat cermin.
Pada waktu latihan peneliti menggunakan baju dan celana anak yang
beresleting serta cermin, media patung serta menyediakan hadiah. Peneliti
sebelumnya juga menjelaskan terlebih dahulu kepada anak langkah-langkah
memasang dan melepas kancing, serta meragakan langsung didepan anak
secara berulang-ulang dengan menggunakan patung atau diri anak sendiri di
depan cermin agar anak dapat melihat kerapian dan ketepatan dalam
memasang dan melepas kancing. Pada awalnya kelihatan anak masih raguragu dan malu saat berlatih karena dilihat temannya ia membuka baju di
kelas. Ia kelihatan kurang berkonsentrasi dan agak tegang saat berlatih. Anak
belum mempunyai rasa percaya pada dirinya sendiri. Anak sering lupa dalam
memahami instruksi yang diberikan sehingga
tidak ragu-ragu dan malu dalam berlatih. Anak juga terlihat lebih
berkonsentrasi serta mempunyai semangat belajar yang tinggi sehingga hasil
yang dicapai anak sudah semakin meningkat seperti yang diharapkan.
C.
Pembahasan
Penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar
interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan
lebih efektif dan efisien. Selain media pembelajaran digunakan orang untuk
menyalurkan pesan media juga digunakan sebagai alat bantu guru dalam
proses belajar. Hal ini suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri karena
memang gurulah yang menghendaki kehadiran media untuk membantu
tugasnya dalam menyampaikan pesan dari bahan pelajaran yang akan
diberikan kepada anak didiknya. Tanpa bantuan media bahan pelajaran akan
sukar untuk dicerna dan dipahami oleh anak didik. Hal ini senada dengan apa
yang disampaikan oleh Depdikbud (2003:10) bahwa media adalah alat bantu
yang digunakan guru untuk mempermudah tugasnya dalam mengajar.
Selain itu Hamalik dalam Azhar Arsyad (2007:15) juga mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, motivasi dan ransangan
kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh psikologis pada siswa.
Dikarenakan fungsi serta peranan media yang amat penting dalam proses
pembelajaran maka guru hendaklah arif serta bijaksana dalam menentukan
dan memilih media yang tepat. Pertimbangan pemilihan media itu harus
disesuaikan dengan bahan pelajaran memperhatikan karakter anak, latar
belakang sosial anak, motivasi, minat serta kebutuhan belajar anak dan
tujuan belajar yang diinginkan.
Seperti halnya dengan anak tunagrahita ringan yang mempunyai latar
belakang dan kondisi fisik mental yang berbeda dengan anak lain sehingga
mereka mempunyai keterbatasan dalam berfikir, sulit berkonsentrasi,
mempunyai daya ingat yang lemah sehingga kesulitan dalam memahami
sesuatu yang komplek. Untuk itu peneliti memilihkan media kancing dalam
penelitian ini. Melihat kesulitan dan kebutuhan belajar anak yang
memerlukan latihan dalam keterampilan memasang dan melepas kancing.
Hal ini pun sesuai dengan apa yang dianjurkan dalam Depdikbud
(1997:10) bahwa anak tunagrahita ringan harus diberikan latihan
menggunakan latihan yang beresleting dan berkancing baik dengan bantuan
maupun tanpa bantuan. Namun tidak mudah memberikan suatu keterampilan
kepada anak tunagrahita ringan dikarenakan keterbatasan yang mereka miliki
sehingga memerlukan latihan secara berulang-ulang dan waktu yang lebih
lama serta kesabaran, keuletan dan rasa kasih sayang kepada anak didik
(Astati, 2003:17).
Untuk itu peneliti dalam melaksanakan latihan memasang dan melepas
kancing kepada anak tunagrahita ringan memberikan secara bertahap agar
latihan dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.
Perlu diimbangi
dengan pendekatan materi yang sederhana dari yang mudah menuju yang
sulit, dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan memperhatikan prinsipprinsip pengulangan.
dalam memasang kancing belum optimal. Ini dapat dilihat pada hasil tes
kemampuan anak dalam memasang kancing selama siklus I dan grafik di
bawah ini :
Tabel 1.1
Sub aspek
Penilaian
B
BDB TB
Melepas
6. Memegang tangkai resleting
7. Memegang ujung kain atas
Memasang
11. Menyamakan ujung baju/celana
bawah
12. Memegang tangkai resleting
cermin
Melepas
17.Memegang tangkai resleting
didepan cermin
sampai terbuka
120.Mengunci tangkai resleting agar
tidak bergeser
21. Melihat didepan cermin apakah
resleting sudah terbuka
Memasang
22. Menyamakan ujung bawah baju
atau celana
Melepas
28.Memegang tangkai resleting
didepan cermin
2. Kancing Biasa
Melepas
41. Memegang kancing biasa
dengan tangan kiri
BDB
TB
48
x 100 66%
73
22
x 100 30%
73
TB
3
x 100 4%
73
Data yang terlihat pada grafik ini adalah data yang diperoleh dari hasil
test pada siklus I (Lampiran VII) Aspek yang dinilai terdiri dari enam sub
aspek yaitu a. Memasang dan melepas kancing resleting pada model,
b. Memasang dan melepas kancing resleting pada baju di depan cermin,
c. Memasang dan melepas kancing resleting pada baju tanpa cermin,
d. Memasang dan melepas kancing biasa pada model, e. Memasang dan
melepas kancing biasa pada baju di depan cermin, f. Memasang dan melepas
kancing biasa pada baju tanpa cermin. Dari enam sub aspek tersebut terdiri
Tabel 1.2 : Test Kemampuan Anak Dalam Memasang Kancing setelah Siklus II
Aspek yang dinilai
1. Kancing Resleting
Sub aspek
Penilaian
B
BDB TB
Melepas
6. Memegang tangkai resleting
bawah
12. Memegang tangkai resleting
13. Menarik tangkai resleting keatas
Melepas
Melepas
28.Memegang tangkai resleting
didepan cermin
Melepas
41. Memegang kancing biasa
dengan tangan kiri
Melepas
kancing
Melepas
BDB
TB
BDB
62
x 100 85%
73
11
x 100 15%
73
TB = 0%
Dari tes kemampuan anak yang telah diberikan pada siklus II dapat
dilihat bahwa keterampilan anak dalam memasang dan melepas kancing
sudah semakin meningkat, hal ini ditandai dari anak telah bisa melaksanakan
evaluasi yang telah diberikan sehingga peneliti dan kolaborator mengambil
kesimpulan pemberian tindakan dengan penggunaan media kancing untuk
meningkatkan keterampilan anak memasang kancing tidak perlu dilanjutkan
lagi pada siklus berikutnya.
77
Data yang terdapat pada grafik ini merupakan hasil evaluasi pada siklus
II yang memiliki kategori yang sama dengan siklus I. Pada data tersebut
terlihat keterampilan anak dalam memasang dan melepas kancing resleting
dan kancing biasa sudah semakin meningkat. Anak sudah dapat melakukan
sendiri langkah-langkah secara baik dan benar, namun masih ada yang
dilakukan anak dengan memerlukan bantuan peneliti yaitu 11% dan 89%
anak telah melakukan langkah-langkah memasang kancing dengan
menggunakan media dengan baik.
D.
Keterbatasan Penelitian
Sebagai peneliti pemula, peneliti menyadari bahwa dalam pelaksanaan
penelitian ini masih terdapat kekurangan hal ini terjadi karena keterbatasan
yang peneliti miliki. Keterbatasan tersebut dapat dilihat dari segi waktu yang
tersedia serta sarana dan prasarana, pengetahuan yang peneliti punyai. Untuk
itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga saja penelitian ini dapat
bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan luar biasa.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
81
Media kancing merupakan salah satu dari beberapa media yang dapat
digunakan guru untuk meningkatkan ketrampilan bagi anak tunagrahita
ringan dalam memasang dan melepas kancing. Dalam penggunaannya dapat
dipadukan dengan metode dan strategi sesuai kreatifitas yang dimiliki guru.
Media kancing dapat meningkatkan ketrampilan anak dalam memasang dan
melepaskan kancing yaitu kancing resleting dan kancing biasa karena
kehadiran media dapat menumbuhkan motivasi, membangkitkan keinginan
serta minat dan ransangan dalam belajar sehingga proses pembelajaran akan
lebih efektif dan efisien.
Proses pembelajaran yang dilakukan dengan media kancing resleting
dan kancing biasa, yang dilaksanakan dengan memberikan penjelasan,
peragaan, dan proses meniru kepada anak serta dengan mengadakan
perlombaan memasang kancing dengan reward yang bervariasi dalam bentuk
verbal, gerakan fisik, mimik wajah yang cerah dan dalam bentuk kontingen
sosial reinforcement berupa insentif benda yang bermanfaat bagi anak
sehingga mampu menciptakan sistem pembelajaran yang menyenangkan dan
menunjukkan kegairahan serta semangat anak dalam mengikuti proses
pembelajaran. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan.
Dari pembelajaran yang telah diberikan, dan hasil tes keterampilan
anak dalam memasang kancing sebelum dan sesudah tindakan diberikan
dapat disimpulkan, bahwa ketrampilan anak tunagrahita ringan kelas D6 di
SLB Perwari Padang dapat ditingkatkan melalui media kancing.
B.
Implikasi
Pelaksanaan penelitian memberikan sumbangan dan dampak positif
bagi anak dan guru yang ada di sekolah. Dengan menggunakan media
kancing dalam proses pembelajaran merupakan salah satu media yang dapat
membantu anak tunagrahita ringan dalam meningkatkan keterampilan
memasang kancing, serta merobah pandangan terhadap anak tunagrahita
ringan yang belum bisa memasang kancing secara mandiri serta dengan
latihan yang berulang-ulang akan dapat meningkatkan ketrampilan anak
dalam memasang kancing.
Implikasi dari penelitian ini menunjukkan media kancing dapat
membantu meningkatkan keterampilan anak dalam memasang kancing bagi
anak tunagrahita ringan kelas D6 di SLB Perwari Padang.
Media kancing yang digunakan dengan bervariasi, serta digunakan
dalam pembelajaran memasang kancing yang dilakukan secara berulangulang dengan memberikan reward terhadap setiap keberhasilan yang
ditunjukan anak membuat anak lebih termotivasi, mempunyai semangat dan
kegairahan dalam belajar, sehingga guru akan merasa senang dan enjoy
dalam memberikan pembelajaran, serta program pengajaran yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.
C.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikembangkan di atas, maka peneliti
menyampaikan saran-saran :
1. Guru
3. Kepala Sekolah
Hendaknya kepala sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang
dapat menunjang keberhasilan latihan Pendidikan menolong diri sendiri
bagi anak tunagrahita ringan untuk bisa mengembangkan kemampuan
dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki anak serta ruang latihan
yang lebih khusus, alat dan media yang memadai dalam melakukan
latihan sehingga terjadi perobahan yang positif pada diri peserta didik
dengan harapan agar mereka bisa hidup secara layak dan mandiri
ditengah masyarakat serta tanpa harus bergantung pada bantuan orang
lain.
LAMPIRAN I
Kisi-kisi Penelitian
Meningkatkan Keterampilan Memasang Kancing Baju
Melalui Media Kancing Bagi ATG Kelas D6
Di SLB Perwari Padang
Aspek/
Sub Aspek
Keterangan
Memasang
Kancing
Indikator
1. Kancing
Resleting
1. Memasang
Kancing
2. Melepas
Kancing
2. Kancing biasa
Deskriptor
Alat
Pengumpul
Data
Obs Test
LAMPIRAN II
Instrumen Penelitian
Meningkatkan Keterampilan Memasang Kancing Baju
Melalui Media Kancing Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas D6
Di SLB Perwari Padang
Indikator
Deskriptor
penilaian
B
BDB TB
1. Kancing Resleting
LAMPIRAN III
LAMPIRAN IV
LAMPIRAN V
Lampiran VI
CATATAN LAPANGAN
Pra Penelitian
Pendekatan yang peneliti lakukan sebelum melakukan tindakan terhadap
anak tidaklah terlalu khusus karena peneliti adalah guru kelas yang selalu
mengajar anak setiap hari. Dan secara umum karakter minat serta kebutuhan
belajar anak sudah peneliti ketahui. Anak kelas enam tunagrahita sedang, hanya
satu orang yang berinisial ARS, Berjenis kelamin laki-laki. Sekarang ia berumur
13 tahun. Dalam belajar ARS tergolong pintar. Ia menyenangi pelajaran
matematika dan Bahasa Inggris. Ia kurang menyukai pelajaran olahraga
keterampilan dan PMDS. Kemauan belajar anak cukup tinggi. Ia rajin datang
kesekolah, serta disiplin. Waktu belajar ia punya sifat ingin tahu yang besar, suka
bertanya. Dalam keseharian berkomunikasi dengan orang lain ia menggunakan
bahasa Indonesia.
Menurut informasi yang penulis dapatkan dari orang tua anak memang agak
dimanjakan ayahnya karena merasa kasihan sedari kecil sudah ditinggal mati
ibunya. Sehingga dalam melakukan kegiatan sehari-hari sering dibantu, akibatnya
dalam berpakaian anak belum terampil, karena tidak terbiasa dan tidak terlatih.
Saat berada disekolah peneliti sering memperhatikan ARS ketika selesai buang air
di toilet, pakainnya sudah acak-acakan, baju sudah keluar dari celana, kancing ada
yang terlepas dari lobangnya serta hak celana dan resleting sudah terbuka. Tidak
jarang ia menangis dan malu karena olok-olokan temannya.
Selanjutnya peneliti melakukan koordinasi dan diskusi dengan Kepala
Sekolah serta guru, terutama sekali dengan guru kolaborator tentang rencana
penelitian yang akan dilakukan penelitian lebih banyak pada program, media, alatalat dan pengaturan waktu, Stategi dan Metode yang akan peneliti terapkan saat
memberikan tindakan yang semua itu dibicarakan dengan kolaborator. Agar
rencana berjalan sesuai dengan program yang sudah ditentukan.
A. Pelaksanaan Siklus I
Pada siklus I ini terdapat satu rancangan pembelajaran. Setiap siklus yang
dilaksanakan tidak melihat hasil suatu tindakan pembelajaran yang diberikan
kepada subjek tapi melihat bagaimana proses dan tindakan pembelajaran. Pada
siklus I ini dilakukan selama 12 kali pertemuan, dengan waktu 2 kali 35 menit
setiap pertemuan. Adapun tujuan yang akan dicapai pada siklus I ini agar anak
terampil dalam memasang dan melepas : kancing resleting, dan kancing biasa.
Pelaksanaan siklus I ini dapat digambarkan sebagai berikut :
I. Pertemuan I, Senin 3 Maret 2008
Materi Latihan : Memasang dan melepas kancing resleting pada Model
Tujuan Latihan : Untuk Stabilisasi motorik anak
a. Pelajaran pada pertemuan pertama dilakukan pada jam I, pelajaran di awali
dengan menyapa anak dan mengucapkan salam, kemudian berdoa
bersama anak. Anak kelihatan heran dan spontan menanyakan pada
peneliti, keberadaan 2 orang guru dalam kelas, karena biasanya Kegiatan
belajar mengajar hanya di berikan oleh 1 orang guru, yaitu : peneliti
sendiri, peneliti menjelaskan bahwa guru inisial YL akan membantu ARS
belajar PMDS dalam berpakaian. Anak merasa senang dan dapat
memahaminya.
b. Untuk menciptakan suasana yang tenang, dan menyenangkan serta
gembira sehungga anak dapat mengikuti kegiatan dalam pembelajaran.
Sebelum memulai pelajaran peneliti bersama anak menyapu dan
merapikan ruangan kelas, merapikan buku-buku anak yang berada di meja,
menyusun kursi dan membersihkan papan tulis. kemudian peneliti
menyanyikan lagu selamat pagi bersama anak. Dan anak mengatakan siap
untuk belajar.
c. Sebagai apersepsi, peneliti menanyakan kepada anak siapa yang
memasangkan baju dan celananya sebelum berangkat sekolah, spontan
anak menjawab papanya. Kemudian peneliti menjelaskan kepada anak,
bahwa dalam berpakaian sebaiknya kita sendiri yang memakainya, jangan
terlalu bergantung pada orang tua atau orang lain, kalau terlalu bergantung
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
kita akan mandiri dan sukses dalam hidup. Peneliti menganjurkan ke anak
untuk melakukan berpakaian sendiri.
Setelah peneliti bertanya ke anak apa manfaat kita berpakaian, rapi, anak
memberi jawaban, peneliti membenarkan jawaban anak kemudian
melengkapi jawaban anak tenteng manfaat berpakaian.
Peneliti menyuruh anak berdiri kedepan kelas dan menyuruh
memperhatikan pakaiannya sendiri, memeriksa kerapian baju dan celana.
Anak memberi komentar bahwa bajunya ada yang terlepas kancingnya dan
resletingnya terbuka sehingga celana dalam kelihatan, peneliti memberi
penjelasan bahwa berpakaian itu sebaiknya rapi, perhatikan semua bagian
baju/celana. Agar terlihat sopan, rapi, indah serta tidak menjadi tertawaan
orang
Kemudian peneliti memajangkan 2 macam gambar orang berpakaian di
papan tulis, anak disuruh memperhatikan dan mengomentari gambar,
kemudian peneliti menyuruh anak menunjukkan gambar orang berpakaian
rapi dan tidak rapi. Anak bisa menunjukkan dan memberi komentar.
Kemudian peneliti memberi tahu bahwa pelajaran PMDS hari itu adalah
latihan memasang dan melepas kancing.
Sebelum latihan dimulai, peneliti mempersiapkan media kancing yaitu
kancing resleting, dan kancing biasa, dan mengenalkan kedua kancing
pada anak. Ternyata anak belum mengenal nama kancing. Peneliti
menuliskan nama kancing di papan tulis. Menyebutkan nama sambil,
memegangkan kancingnya, kemudian anak disuruh memegang masingmasing kancing, dan menyebutkan namanya, dan peneliti memberi tahu
latihan hari itu memasang/melepas kancing resleting pada model. Sambil
memperlihatkan kancing model yang berwarna-warna.
Peneliti menjelaskan dengan peragaan lansung cara memasang dan
melepas kancing resleting pada model, anak memperhatikan, kemudian
guru melatih anak , memegang tangan anak diiringi penjelasan kata-kata
yang sederhana dalam analisis tugas, trentang memasang dan melepas
kancing resleting, secara berulang-ulang. Saat anak melakukan sesuai
instruksi paneliti memberikan pujian, sehingga anak kelihatan senang.
Kemudian peneliti menyuruh anak melakukan sendiri memasang dan
melepas kancing, sesuai langkah-langkah yang telah diajarkan, disaat anak
menjumpai kesulitan, peneliti memberi bantuan dengan melatih anak
kembali, berulang-ulang, serta memberikan kesempatan lebih lama untuk
berlatih sampai anak dapat melakukan. Pneliti memberika reward, berupa
pujian secara verbal pada setiap keberhasilan yang ditunjukkan anak. Saat
latihan anak menemui kesulitan dan bilang pelajaran memasang kancing
susah sekali dan menyuruh peneliti mengganti dengan pelajaran lain,
seperti bahasa inggris atau matematika. Kemudian peneliti memberikan
penjelasan bahwa pelajaran memasang dan melepas kancing itu sangat
penting, agar anak dapat melakukannya sendiri tanpa dibantu lagi,
akhirnya dengan bujukan, anak mau melanjutkan latihan kembali.
Setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, ternyata anak masih kesulitan
dalam memasang dan melepas kancing resleting pada model, ada langkah-
d.
e.
f.
g.
h.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
c. Selanjutnya peneliti melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan langkahlangkah memasang kancing dan melepas kancing biasa pada model dan
memperagakan lansung didepan anak, anak mendengarkan penjelasan dan
memeperhatikan peragaan dari peneliti. Anak kelihatan kebingungan
memahami instruksi sehingga menyuruh peneliti mengulangi penjelasan.
d. Kemudian peneliti membimbing anak untuk berlatih dengan memegang
tangan anak dalam memasang dan melepas kancing pada model, diiringi
instruksi pada setiap latihan. Anak kelihatan kurang tertarik mengikuti
latihan dan mengatakan pelajarannya susah, dan menyuruh peneliti
mengganti dengan pelajaran bahasa Inggris yang ia senangi. Dia bilang
belajar berpakaian biar sama papa saja dirumah !. Peneliti memberikan
pengertian kepada anak bahwa jangan terlalu mengharapkan orang lain,
nanti terbiasa selalu bergantung kepada orang lain, dan tidak bisa hidup
mandiri. Kemudian peneliti secara individual menanamkam rasa percaya
diri pada anak, sambil mengatakankamu juga pintar, kamu pasti bisa.
Dengan malu-malu anak melanjutkan latihan. Peneliti selalu merayakan
setiap keberhasilan anak dengan menyalami anak.
e. Untuk mengetahui kemampuan kognitif anak dalam mamahami perintah
serta kamamuan meniru latihan yang telah diperagakan, maka peneliti
mnyuruh anak berlatih sendiri agar anak terampil memasang dan melepas
kancing model, mulai dari ukuran besar, sedang, dan kecil. Ternyata dalam
proses pembelajaran anak mengalami kesulitan ia sering lupa instruksi
dan ragu-ragu melakukan, ia juga kelihatan tidak konsentrasi, dan tergesagesa dalam melakukan. Anak sering meminta peneliti mengulangi
penjelasan. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang kembali peneliti
memberikan penguatan dan menumbuhkan kepercayaan diri anak, sambil
mengatakankamu pasti bisa, jangan ragu-ragu, dan melakukan tos
tangan pada anak, dengan senang anak melakukan kembali. Saat anak
melakukan sesuai instruksi peneliti lansung memberikan penguatan
dengan menyalami anak sambil mengatakan kamu bagus, memang itu
yang ibuk mau!. Kelihatannya anak merasa senang dan bangga karena
jerih payah usahanya dihargai peneliti.
f. Setelah kegiatan berlansung terlihat anak masih kesulitan dalam
memasang dan melepas walaupun peneliti telah memberikan motivasi
tetapi anak belum dapat melakukan memasang dan melepas kancing biasa
pada model seperti yang diharapkan. Anak belum bisa memasukkan
kancing kelobang dengan cara yang benar, waktu memasukkan kancing
ditegakkan anak semestinya didatarkan saja, sehingga sulit memasukkan
kelobang. Waktu menarik kancing anak juga kesulitan, dan sering anak
menarik dengan giginya serta memukul kancing dengan tangannya sambil
menunjukkan jembolnya yang merah, dan menyuruh peneliti
menghentikan latihan.
8.
b.
c.
d.
e.
f.
sendiri. Waktu peneliti membuka baju anak, nampaknya anak merasa risih
dan malu, spontan anak bilangmalu buk berdosa kalau aurat kita dilihat
orang. Peneliti dan kolaborator menjadi tertawa karena ocehan anak.
Kemudian peneliti menyuruh anak melakukan memasang kancing diiringi
instruksi yang dibacakan peneliti, kemudian anak mencoba lagi tanpa
diiringi instruksi untuk menguji kemampuan memori jangka panjang anak
dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan. Ternyata kelihatannya
anak masih ragu-ragu, kurang konsentrasi, serta kurang percaya diri. Anak
merasa malu ketika dilihat teman lainnya, ia sering lupa instruksi dan
terkesan terburu-buru dan asal-asalan. Saat melihat ke cermin terlihat anak
menundukkan badan karena cermin agak kecil, sehingga tidak seluruh
tubuh anak kelihatan.
g. Dari segi keberhasilan terhadap materi latihan yang telah diajarkan yaitu
memasang dan melepas kancing biasa pada baju di depan cermin terlihat
anak masih kesulitan dalam hal memasangkan kancing ke lobang,
mengeluarkan kancing dari lobang, mendorong dan menarik kancing serta
sering lupa menyamakan ujung bawah baju, maka latihan perlu dilanjutkan
pada pertemuan berikutnya
10. Pertemuan X, Selasa 18 Maret 2008
Materi Latihan : Memasang dan melepas kancing biasa pada baju yang
sebenarnya di depan cermin.
a. Pelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran ketiga, setelah selesai waktu
istirahat anak pertama, waktu peneliti bersam kolaborator memasuki kelas,
kelihatannya suasana kelas berantakan. Agar suasana lebih nyaman dan
kondusif dalam belajar peneliti bersama kolaborator menata kembali meja
dan bangku anak, menyimpan buku-buku anak yang berada diatas meja,
serta mengumpulkan sobekan kertas yang berserakan dilantai karena
sebelumnya anak belajar keterampilan. Kemudian peneliti memberi
tahukan kepada anak bahwa akan melanjutkan latihan memasang dan
melepas kancing biasa pada baju di depan cermin serta menanyakan
kesiapan anak untuk mengikuti pelajaran.
b. Sebagai apersepsi, peneliti menyuruh anak berdiri memeriksa serta melihat
kerapian bajunya di depan cermin serta menyuruh anak memberi komentar
tentang bajunya sendiri. Ternyata setelah diperiksa baju anak sudah keluar
dari celana. dan ada dua buah kancing yang terlepas dari lobangnya,
sehingga perut anak kelihatan. Peneliti mencolek perutnya, anak merasa
geli dan malu, spontan anak bilangAku jadi preman ya buk, nanti
ditangkap polisi buk, aku takut. Peneliti dan kolaborator jadi tertawa,
sehingga kelas menjadi ricuh. Peneliti memberi tahu bahwa polisi hanya
menangkap orang jahat bukan orang yang buka baju, selanjutnya peneliti
menyurh anak merapikan bajunya, ternyata anak belum bisa melakukan,
kemudian peneliti memberikan bantuan.
c. Selanjutnya peneliti menjelaskan disertai peragaan lansung cara memasang
dan melepas kancing baju di depan cermin dihadapan anak. Serta
kegairahan belajar anak juga belum nampak antusias meskipun peneliti telah
berusaha memberikan reinforcemen kepada anak anak kelihatan masih ragu-ragu,
kurang berkonsentrasi dan kurang parcaya diri serta sering lupa dalam memahami
instruksi serta meniru latihan yang diperagakan sehingga belum bisa memberikan
penilaian secara autentik dan komprehensif. Pada hal dalam pembelajaran
memasang dan melepas kancing dengan menggunakan media kancing diharapkan
anak dapat tertarik dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran
seoptimal mungkin. Setelah ditinjau kembali pembelajaran yang telah
dilaksanakan, maka peneliti dan kolaborator sepakat bahwa perlu dilakukan
pembenahan-pembenahan dari cara strategi metoda dan media yang digunakan
oleh peneliti agar anak lebih termotivasi dan terlibat secara aktif baik fisik, mental
maupun sosial serta dapat meningkatkan kemampuan diri dalam memasang dan
melepas kancing secara mandiri.
B. Pelaksanaan siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I , terlihat bahwa keterampilan anak dalam
memasang dan melepas kancing sudah terlihat adanya peningkatan yang
signifikan baik pada kancing resleting maupun kancing biasa tetapi anak telah
dapat melakukan semua langkah-langkah memasang dan melepas kancing dengan
bantuan. Namun terkadang waktu latihan, terlihat anak masih mengalami
kesulitan, sering ragu-ragu, merasa kurang percay diri semangat belajar yang
amsih rendah perasaan malu waktu berlatih serta kurang konsentrasi dalam
belajar. Oleh karena itu peneliti dan kolaborator merasa perlu untuk merumuskan
kembali perencanaan di siklus ke II. Adapun perencanaan pembelajaran yang pelu
dirumuskan kembali dalam silkus II yaitu materi yang telah diajarkan dalam
siklus I perlu dijelaskan kembali oleh peneliti kepada anak. Jika pada siklus
pertama pembelajaran memasang dan melepas kancing dengan media kancing saat
peragaan menggunakan media benda hidup (orang), maka di siklus kedua
peragaan diganti dengan menggunakan patung atau boneka.dan jika pada siklus
satu pembelajaran yang dilihat belum mengefektifan beberapa metoda, maka pada
siklus kedua semua metode digunakan seoptimal mungkin. Jika waktu pada
latihan dan peragaan pada siklus satu lebih singkat maka, disiklus kedua diberikan
waktu yang lebih panjang. Serta pemberian reward dalam siklus satu kurang
variatif maka pada sikuls kedua digunakan kontingen sosial reward dalam bentuk
isentif(makanan, mainan,uang,buku atau pena) serta menggunakan kaca yang
lebih besar dan ruangan latihan yang lebih khusus dan tertutup.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilaksanakan sebanyak 6x pertemuan,
setiap pertemuan bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan anak
dalam memasang dan melepas kancing.
Berikut ini gambaran tentang pelaksanaan tindakan setiap pertemuan pada siklus
II :
I. Pertemuan 1, Sabtu 29 Maret 2008
permen, anak kelihatan senang dan bangga karena anak merasa jerih
payahnya dihargai peneliti.
g. Dari keberhasilan, suasana pembelajaran cukup nyaman. Anak telah
merasa cukup percaya diri. Tidak merasa malu lagi dan tidak ragu-ragu
lagi., penuh kosentrasi sehingga kolabolator menyarankan pada peneliti
pemberian motivasi berupa hadiah dalam bentuk di kurangi. Agar anak
jangan terbiasa, anak sudah bisa melakukan semua langkah-langkah
memasang dan melepas kancing baju dengan baik tanpa bantuan peneliti.
Namun dalam hal memasukkan dan mengeluarkan kancing dari lubang
sampai selesai anak masih memerlukan bantuan dari peneliti.
6. Pertemuan VI : Selasa, 8 April 2008
Materi Latihan: Memasang dan melepas kancing biasa pada baju tanpa
cermin.
a. Pembelajaran dimulai pada jam terakhir agar suasana pembelajaran lebih
rileks dan santai. Peneliti mengajak anak ke toko pakaian, kali ini
pembelajaran dilaksanakan diluar kelas agar anak merasa senang. Ke arah
lingkungan yang menarik juga akan mempengaruhi keberhasilan latihan
yang diberikan. Peneliti memberi tahu ke anak bahwa latihan hari ini
ditempat toko pakaian.
b. Peneliti menjelaskan ke anak dengan peragaan langsung. Cara memasang
dan melepas kancing biasa baju pada patung secara berulang, kemudian
peragaan langsung ke anak lain juga berulang. Anak mendengarkan
penjelasan dan memperhatikan peneliti memperagakan penjelasan dan
memperhatiakn peneliti memperagakan. Kemudian peneliti memberi tahu
ke anak kita harus bisa memasang dan melepaskan kancing baju sendiri
dengan tepat walaupun tidak melihat cermin. Kita tidak selalu berada
didekat cermin, berpakaian rapi itu indah, dan rapi bisa menunjukkann
kepribadian kita. Anak menganggukkan kepala tanda mengerti sambil
berkata: rapi itu perlu ya buk! Peneliti membenarkan ucapan anak.
c. Peneliti melatih dan membimbing anak melakukan memasang dan
melepas kancing biasa dengan menggunakan patung dan anak sendiri
secara berulang-ulang, anak kelihatan senang dan bahagia berada di toko
karena orang melihat dan memujinya.
d. Untuk mengetahui kemampuan anak dalam menguasai materi latihan anak
disuruh melakukan sendiri memasang dan melepas kancing baju tanpa
melihat kecermin guru mengembangkan rasa raba, rasa gerak anak,
kemampuan persepsi dan memori jangka panjang, ternyata anak dapat
melakukan dengan baik serta bersemangat. Setelah proses pembelajaran
peneliti memberikan penguatan kepada anak berupa hadiah baju. Sebagai
motivasi untuk merayakan keberhasilan anak diakhir pelajaran peneliti
menugaskan anak untuk terus berlatih dirumah memasang dan melapaskan
kancing baju.
e. Dari segi keberhasilan suasana belajar anak cukup menyenangkan hati
anak dan membuat anak nyaman .selama dalam perjalanan ia mengoceh
terus dan mengatakan kepada peneliti kapan-kapan kita belajar di toko
Kegiatan
Kriteria Penilaian
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
I. Kancing Resleting
a. Memasang dan melepas kancing resleting pada
model
Memasang
Menyamakan ujung kain bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Merapikan kain kalau ada benang yang terjepit resleting
Melepas
Memegang tangkai resleting
Memegang ujung kain atas
Membuka tangkai resleting yang terkunci
Menarik resleting kabawah kain sampai terbuka
Menguncikan tangkai resleting
b. Memasang dan melepas kancing Resleting Pada
Baju dan Celana didepan cermin
Memasang
Menyamakan ujung baju/celana bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik resleting keatas sampai batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa resleting didepan cermin kalau ada kain
yang terjepit
Merapikan baju/celana didepan cermin
Melepas
Memegang tangkai resleting
Membuka tangkai resleting yang terkunci
Menarik resleting kebawah baju atau celana
Menguncikan tangkai resleting
Melihat dicermin apakah resleting sudah terbuka
27
28
Melepas
Memegang tangkai resleting tanpa melihat cermin
22
23
24
25
26
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
0
2
2
0
0
0
2
2
0
0
0
2
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
0
29
30
31
32
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
Melepas
Memegang kancing dengan tangan kiri
Memegang lobang kancing dengan tangan kanan
Mendorong kancing keluar lobang
Menarik kancing keluar lobang
Melepaskan kancing berikutnya sampai habis
Melihat kecermin apakah semua kancing sudah terlepas
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
2
2
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
2
2
0
0
0
2
2
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
2
0
2
2
0
0
0
0
2
0
2
2
0
0
0
0
2
2
2
0
0
0
2
2
2
0
0
0
2
2
2
0
0
0
2
68
69
70
71
72
73
Memasang
Menyamakan ujung baju bawah
Memegang kancing dengan tangan kanan
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Memasukkan kancing kelobang kancing
Mendorong kancing kedalam lobang
Menarik kancing keatas lobang
Memasang semua kancing sampai habis
Melihat kerapian dan ketepatan memasang kancing
dengan meraba tanpa melihat cermin
Melepas
Memegang kancing dengan tangan kiri
Memegang lobang kancing dengan tangan kiri
Mendorong kancing keluar lobang
Menarik kancing keluar lobang
Melepaskan kancing berikutnya sampai habis
Memeriksa semua kancing apakah sudah terlepas
Jumlah
0
2
2
0
0
0
0
2
0
2
2
0
0
0
0
2
0
2
2
0
0
0
0
2
2
2
0
0
0
2
2
2
0
0
0
2
2
2
0
0
0
2
Menurut Maria J.Wantah (2007:132) Penilaian hasil kerja anak dapat diberikan
skor sebagai berikut :
* Skor 0 : apabila anak tidak bisa melakukan sendiri
* Skor 1 : apabila anak bisa melakukan dengan bantuan
* Skor 2 : apabila anak bisa melakukan tanpa bantuan
Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan sebanyak tiga kali
berturut-turut dari 73 langkah yang digunakan tentang pelaksanaan memasang dan
melepas kancing ternyata hanya 23 langkah yang dapat dilakukan oleh anak
tunagrahita ringan kelas D6 seperti memegang tangkai resleting, memegang
kancing dan lobang kancing, melihat kerapian kancing ke cermin. Berdasarkan
hasil asesmen tersebut dapat dilihat bahwa anak tunagrahita ringan belum terampil
dalam memasang dan melepas kancing baik kancing resleting maupun kancing
biasa. Hal ini karena anak belum teralatih secara baik dan selalu dimanjakan oleh
orang tua serta belum terbiasa diajarkan dengan langkah-langkah cara memasang
dan melepaskan kancing dalam analisis tugas seperti yang telah diuraikan di atas.
Dengan demikian timbul keinginan peneliti untuk membantu anak
tunagrahita ringan kelas D6 dalam meningkatkan keterampilan memasang
kancing. Hal itu penulis bicarakan dengan guru kelas lain yang akan jadi
kolaborator dan juga mengetahui permasalahan anak. Untuk selanjutnya dirancang
pembelajaran untuk melatih anak dalam memasang kancing dengan harapan agar
anak tunagrahita ringan terampil serta mandiri dalam memasang kancing tanpa
harus bergantung pada bantuan orang lain.
Kegiatan
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
I. Kancing Resleting
a. Memasang dan melepas kancing
resleting pada model
Memasang
Menyamakan ujung kain bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai
batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Merapikan kain kalau ada benang yang
terjepit resleting
Melepas
Memegang tangkai resleting
Memegang ujung kain atas
Membuka tangkai resleting yang
terkunci
Menarik resleting kabawah kain sampai
terbuka
Menguncikan tangkai resleting
b. Memasang dan melepas kancing
Resleting Pada Baju dan Celana
didepan cermin
Memasang
Menyamakan ujung baju/celana bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik resleting keatas sampai batas
resleting
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa resleting didepan cermin
kalau ada kain yang terjepit
Merapikan baju/celana didepan cermin
Melepas
Memegang tangkai resleting
Membuka tangkai resleting yang
terkunci
Menarik resleting kebawah baju atau
celana
Menguncikan tangkai resleting
Melihat dicermin apakah resleting
sudah terbuka
c. Memasang dan melepas kancing
Resleting Pada Baju/Celana
Tanpa Cermin
Memasang
Menyamakan ujung bawah baju/celana
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai
batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa resleting dan meraba
dengan tangan kalau ada kain yang
terjepit tanpa melihat cermin
Merapikan resleting baju
Melepas
1
2
1
2
0
0
1
1
2
1
2
1
0
0
1
1
0
2
1
2
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
2
1
1
2
0
2
0
2
0
0
0
0
1
1
1
1
Keterangan :
* Skor 0 : apabila anak tidak bisa melakukan sendiri
* Skor 1 : apabila anak bisa melakukan dengan bantuan
* Skor 2 : apabila anak bisa melakukan tanpa bantuan
Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
I. Kancing Resleting
a. Memasang dan melepas kancing resleting
pada model
Memasang
Menyamakan ujung kain bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai batas
resleting
Menguncikan tangkai resleting
Merapikan kain kalau ada benang yang terjepit
resleting
Melepas
Memegang tangkai resleting
Memegang ujung kain atas
Membuka tangkai resleting yang terkunci
Menarik resleting kabawah kain sampai terbuka
Menguncikan tangkai resleting
b. Memasang dan melepas kancing Resleting
Pada Baju dan Celana didepan cermin
Memasang
Menyamakan ujung baju/celana bawah
Memegang tangkai resleting
Menarik resleting keatas sampai batas resleting
Menguncikan tangkai resleting
Memeriksa resleting didepan cermin kalau ada
kain yang terjepit
Merapikan baju/celana didepan cermin
Melepas
Memegang tangkai resleting
Membuka tangkai resleting yang terkunci
Menarik resleting kebawah baju atau celana
Menguncikan tangkai resleting
Melihat dicermin apakah resleting
sudah terbuka
c. Memasang dan melepas kancing Resleting
Pada Baju/Celana Tanpa Cermin
Memasang
Menyamakan ujung bawah baju/celana
Memegang tangkai resleting
Menarik tangkai resleting keatas sampai batas
resleting
Menguncikan tangkai resleting
Merapikan resleting baju
Memeriksa resleting dan meraba dengan tangan
kalau ada kain yang terjepit tanpa melihat
cermin
Melepas
Memegang tangkai resleting tanpa melihat
cermin
Membuka tangkai resleting yang terkunci pada
baju/celana
2
2
1
2
2
2
2
1
2
B
A
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
1
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
66
67
68
69
70
71
72
73
Keterangan :
* Skor 0 : apabila anak tidak bisa melakukan sendiri
* Skor 1 : apabila anak bisa melakukan dengan bantuan
* Skor 2 : apabila anak bisa melakukan tanpa bantuan
Lampiran VII
DENAH LOKASI PENELITIAN
Gerbang
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
1
2
Halaman
WC. Guru
II SLTP /C
III SLTP /C
WC. Murid
Kantor
Kepsek dan
Guru
D3 /B
D2 / B
D6 /C
D1 / C
D3/C
D2/c
Pusta
ka
D3 /B
D5 /B
Kelas Autis
D4 /B
Kantin
Sekolah
Lampiran VIII
DOKUMENTASI
D5 / C
SLTP kelas 1
Kolaborator memberikan
hadiah pada anak lain yang ikut lomba
162
Lampiran X
JADWAL PENELITIAN
Bulan
No.
Aspek Kegiatan
Maret
I
1.
2.
Pelaksanaan Siklus I
a. Evaluasi
b. Refleksi
Pelaksanaan Siklus II
a. Evaluasi
b. Refleksi
3.
Laporan Bab IV
4.
Seminar Hasil
5.
Ujian Kompre
II
III
April
IV
II
III
Keterangan
Mai
IV
II
III
IV
V
3/3-24/3-08
29/3-10/4-08
Gusmaida
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
ii
iii
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL............................................................................................
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. .
xii
BAB
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................
B. Identifikasi Masalah...............................................................
C. Batasan Masalah....................................................................
D. Rumusan Masalah..................................................................
E. Pertanyaan Penelitian.............................................................
F. Tujuan Penelitian...................................................................
G. Manfaat Penelitian.................................................................
KAJIAN TEORITIS
A. Hakekat Media Pembelajaran
1. Pengertian Media dan Alat Bantu Pembelajaran ............
2. Manfaat Media.................................................................
10
13
4. Jenis-jenis Media.............................................................
13
vii
14
16
17
18
20
21
BAB III
BAB IV
28
29
F. Kerangka Konseptual.............................................................
29
METODELOGI PENELITIAN
A. Latar Entri..............................................................................
31
B. Desain Penelitian...................................................................
32
35
38
39
40
42
viii
BAB V
44
45
50
55
C. Pembahasan............................................................................
59
D. Keterbatasan Penelitian..........................................................
78
PENUTUP
A. Kesimpulan
................................................................79
B. Implikasi
................................................................80
C. Saran
..............................................................81
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 83
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1.
Tabel 1.2
70
Tabel 1.3
Tabel 1.4.
Tabel 1.5.
DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik
69
Grafik
77
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Kisi Penelitian............................................................
85
LAMPIRAN
II
Instrumen Penelitian..................................................
86
III
91
LAMPIRAN IV
94
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
V
VI
LAMPIRAN VII
LAMPIRAN VIII
LAMPIRAN IX
xii
162
HALAMAN PERSAMBAHAN
Allah
akan
meninggikan
orang-orang yang beriman
diantara kamu
Dan
orang-orang
yang
berilmu
pengetahuan
beberapa
derajat.
(QS.
Almujadilah : 11)
ii
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya kepada penulis dan keluarg, serta kepada
kita semua. Sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya itu penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
Selesainya penulisan skripsi ini merupakan kebanggan yang tak ternilai
harganya bagi penulis. Ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi S-1 dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S-1),
pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri. Penulisan skripsi tak terlepas dari rasa simpati, dorongan, bantuan,
iii
bimbingan, doa restu serta pengorbanan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
sepantasnyalah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Irdamurni, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan Bapak Ganda Sumekar
selaku Sekretaris Jurusan PLB FIP UNP yang telah memberikan kemudahan
terhadap penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Hj. Yarmis Hasan M.Pd selaku PA dan Pembimbing I, terima kasih
atas segala bimbingan, waktu, kesempatan, kesabaran dan keikhlasan yang ibu
berikan selama ini, semoga dibalas Tuhan YME.
3. Ibu Dra. Zulmiyetri, M.Pd selaku Pembimbing II, terima kasih atas segala
bimbingan, waktu, kesempatan, kesabaran dan keikhlasan yang ibu berikan
selama ini, semoga dibalas Tuhan YME.
4. Bapak/Ibu dosen PLB yang telah memberikan dan mengajarkan kepada kami
nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam pendidikan, di jurusan Pendidikan
Luar Biasa, semoga apa yang diberikan dapat kami terapkan dalam membina
dan melayani anak berkebutuhan khusus.
5. Bapak Kepala beserta Majlid Guru SLB Perwari Padang, yang telah
memberikan dorongan, semangat dan kerjasamanya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini sesuai rencana.
6. Orang tua yang selalu memberikan doa, nasehat, dan pengorbanan yang dapat
dinilai dengan harga duniawi.
iv
7. Suami dan anak tercinta (Cut Ratna, Rival Ramdani, Astrid Putri Utami) yang
telah merasa mama lalaikan selama ini dengan segala suka dan dukanya.
(Maafkan mamak nak, doa mama selalu bersama kalian).
8. Rekan-rekan Mahasiswa NR 2005 kelas Padang Jurusan PLB FIP UNP, terima
kasih atas kerjasamanya.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila didalam penulisan dan pelaporan
skripsi ini, terdapat kesalahan dan kekeliruan.
BIOGRAFI PENULIS
Disinilah penulis melewati masa kecil dalam suka dan duka bersama keluarga
besar yang hidup dalam kesederhanaan. Pendidikan dasar ditempuh usia 5 tahun
dan selesai tahun (1980), melanjutkan pendidikan ke SLTP N 18 Padang, dan
Alhamdulillah berkat ketekunan dan kegigihan dalam belajar selama di SD dan
SMP selalu meraih prestasi terbaik, kemudian dilanjutkan pendidikan di SMA N 5
Padang (1986).
Tahun 1986, peneliti masuk SGPLB yang pada awalnya bukan keinginan
hati, dan menamatkan pendidikan (1988). Walaupun lulus dengan predikat terbaik,
tetapi nasib berkata lain, ternyata semua itu tidak menjamin kesuksesan,
kebahagian dan harapan untuk diangkat menjadi PNS kandaslah sudah dengan
penuh perasaan kecewa, atas kecurangan orang yang tak peduli dengan keadilan,
terpaksa kujalani goresan takdir, keinginan hati untuk bisa membahagiakan kedua
orang tua dan bisa mencari uang sendiri menjadi pupuslah sudah, sampai akhirnya
aku memutuskan untuk mengakhiri masa lajang (1989) dan mengikuti suami ke
tanah Rencong untuk bertugas sebagai anggota Polri. Ternyata menjadi ibu rumah
tangga itu membuat kejenuhan dan di tahun 1992 aku memutuskan untuk
mendaftarkan diri menjadi PNS. Keinginan dan doa itu didengar oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa. Akhirnya impian jadi PNS terkabulkan dan ditugaskan di SLB
Perwari Padang sampai sekarang. Sungguh suatu keberuntungan, Dewi Fortuna
berada di genggaman dengan diadakannya seleksi kerjasama pengembangan
profesi guru
ABSTRAK
Gusmaida (2008) Meningkatkan Keterampilan Memasang buah Baju Melalui
Media Kancing (Action Research Classroom) pada Anak
Tunagrahita Ringan Kelas D6 di SLB Perwari Padang. Skripsi :
PLB FIP Universitas Negeri Padang
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan anak tunagrahita ringan
belum terampil dalam berpakaian, baju sering keluar dari celana, kancing baju
yang terlepas dari lubangnya, resleting celana yang sering tidak terpasangkan
sehingga anak merasa malu dan merasa kurang percaya diri maka perlu dilakukan
upaya untuk meningkatkan keterampilan anak memasang dan melepas kancing
dengan menggunakan media kancing.. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
keterampilan anak dalam memasang kancing baju melalui media kancing.
Metodologi penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas
(Action Research Classroom) data mengenai keterampilan anak dalam memasang
buah baju diperoleh melalui observasi, dan tes perbuatan. Peneliti berkolaborasi
dengan guru kelas lain. Subjek penelitian satu orang anak tunagrahita ringan kelas
D6 yang belum terampil memasang kancing. Proses penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus, siklus pertama dilaksanakan 12 kali pertemuan dengan materi
memasang dan melepas kancing resleting dan kancing biasa, dan hasilnya 71%
anak masih memerlukan bantuan dari peneliti yang berarti anak belum optimal
melaksanakan memasang kancing sehingga dilanjutkan ke siklus II yang
pelaksanaannya tujuh kali pertemuan yang hasilnya 89% anak sudah dapat
mengancingkan baju sesuai dengan langkah-langkah yang sudah diajarkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media kancing dapat meningkatkan
keterampilan anak dalam memasang kancing. Dari hasil penelitian tersebut di atas
disarankan kepada guru untuk dapat menggunakan media kancing pada
pembelajaran selanjutnya dalam materi yang sama.
KATA PENGANTAR
Guru sering kali mengalami kesulitan dalam memilih metode dan media
yang cocok dengan karakter dan kebutuhan serta minat belajar anak, sehingga
dalam proses belajar mengajarpun sering menjumpai hambatan. Karena pemilihan
media yang tepat dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, selain media
digunakan orang untuk menyampaikan pesan juga digunakan sebagai alat bantu
guru dalam proses belajar mengajar.
Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki proses belajar anak agar lebih
baik dengan mencarikan alternatif melalui kegiatan penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan media kancing dengan tujuan agar dapat menumbuhkan
kegairahan serta minat anak dalam meningkatkan keterampilan memasang
kancing.
Laporan hasil penelitian ini disajikan dalam lima bab, Bab I pendahuluan,
yang
menyajikan
latar
belakang
permasalahan
yang
berkaitan
dengan
vi
Peneliti
Oleh :
GUSMAIDA
NIM : 71947
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang penulis
atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti
tata penulisan karya ilmiah yang lazim.
Padang, . 2008
Yang Menyatakan
Gusmaida
: GUSMAIDA
NIM/BP
: 71947/2005
Jurusan
Fakultas
Padang, 2008
Tim Penguji
Tanda Tangan
1.
Ketua
__________________
2.
Sekretaris
__________________
3.
Anggota
__________________
4.
Anggota
__________________
5.
Anggota
__________________