Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PADA ANAK


DALAM TEMA MENOLONG DIRI SENDIRI
MELALUI PEMBIASAAAN DAN MEDIA
DI KELOMPOK BERMAIN MELATI DUSUN JETIS

Disusun oleh :
Nama : Hikmatul Istiqomah
NIM : 836882481
Program Studi : SPGPAUD
Pokjar : Wates

UNIVERSITAS TERBUKA
2019
MENINGKATKAN KEMANDIRIAN PADA ANAK DALAM
TEMA MENOLONG DIRI SENDIRI
MELALUI PEMBIASAAAN DAN MEDIA
DI KELOMPOK BERMAIN MELATI DUSUN JETIS

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya anak pada zaman sekarang terlalu dimanja apabila
ia diasuh ibunya merka selalu dimanja. Karena pada zaman ini tidak
terlalu banyak anak dan mempunyai slogan 2 anak cukup. Apabila ibunya
bekerja, anak diasuh oleh nenek atau pembantunya. Kebanyakan kalau
diasuh nenek, anak selalu dituruti semua keinginan si anak karena terlalu
sayangnya si nenek, dan apabila anak diasuh oleh pembantu maka anak
juga selalu dituruti semua kemauannya karena si pembantu takut kalau
anaknya nangis, dan apabila anaknya diam maka pembantu itu bisa
mengerjakan pekerjaan lainnya.
B. Rumusan Masalah
 Anak masih sulit untuk berpisah dengan orang tuanya
 Pada waktu kegiatan makan bersama anak tidak mau makan sendiri
dan minta disuapi
 Pada saat toilet training anak belum bisa membuka celananya sendiri
 Pada saat pulang sekolah anak belum bisa memakai sepatu sendiri
C. Tujuan Perbaikan
Membangun kemandirian pada anak sangat penting karena untuk
menolong dirinya sendiri itu juga menjadi salah satu tujuan bagi
pendidikan PAUD untuk menjadikan anak mandiri atau berlatih mandiri.
D. Manfaat Perbaikan
1) Manfaat bagi Anak
Apabila anak dapat menolong dirinya sendiri. Anak bisa makan sendiri
tanpa disuapi. Anak bisa melepas dan memlakau celananya sendiri,
apabila terburu-buru mau BAB/ BAK tidak perlu bantuan ibu guru.
2) Manfaat bagi Guru
Guru bisa menjalankan semua rencana pembelajaran tanpa terganggu
oleh permasalahan kemandirian pada anak.
3) Manfaat bagi Sekolah
Sekolah tersebut akan nyaman
2. KAJIAN PUSAKA
A. Pengertian Kemandirian
Menurut Erikson kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri
dari orang tua dengan maksud untuk melepaskan dirinya dengan proses
mencari identitas ego u=yaitu perkembangan kearah individualitas yang
mantap untuk berdiri sendiri (dalam Monks, 2006, hlm: 279).
Parker berpendapat bahwa kemandirian juga berarti adanya
kepercayaan terhadap ide-ide diri sendiri. Kemandirian berkenaan dengan
menyelesaikan sesuatu hal sampai tuntas. Kemandirian berkenaan dengan
hal yang dimilikinya tingkat kompetensi fisikal tertentu sehingga
hilangnya kekuatan atau koordinasi tindakan pernah terjadi ditengah upaya
seseorang mencapai sasaran. Kemandirian berarti tidak adanya keragu-
raguan dalam menetapkan tujuan dan tidka dibatasi oleh kekuatan akan
kegagalan (Parker, 2006, hlm :226).
Kemandirian juga berasal dari kata “independence” yang diartikan
sebagai sauatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung kepada orang
lain dalam menentukan keputusan dan adanyan sikap percaya diri
(Chaplin, 1996, hlm : 105).
Kemdnairian (self-rellance) adalah kemampuan untuk mengelola
semua yang dimilikinya sendiri yaitu mengetahui bagaimana mengelola
waktu, berjalan dan berfikir secara mandiri, disertai dnegan kemampuan
dalam mengambil resiko dan memecahkan masalah. Dengan kemandirian
tidak ada kebutuhan untuk mendapat persetujuan orang lain ketika hendak
melangkah menentukan sesuatu yang baru. Individu yang mandiri tidak
dibutuhkan yang detail dan terus menerus tentang bagaimana mencapai
produk akhir. Ia bisa berstandar pada diri sendiri. Kemandirian berkenaan
dengan pribadi yang mandiri, kreatif dan mampu berdiri sendiri yaitu
memiliki kepercayaan diri yang bisa membuat seseorang mampu sebgaai
individu untuk beradaptasi dan mengurus segala hal dengan dirinya sendiri
(Parker, 2006, hlm : 226-227).
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kemandirian adalah suatu keadaan seseorang dimana seseorang berusaha
berdiri sendiri dalam arti tidak bergantung pada orang lain dalam
keputusan dan mampu melaksanakan tugas hidup dengan penuh
tanggungjawab.

B. Menolong Diri Sendiri


Menolong diri sendiri adalah kemampuan dan keinginan
melakukan segala sesuatu sendiri. Disingkat bantu diri sendiri atau
selfhelp. Bantu diri di usia pra sekolah mencakup aktivitas makan, mandi,
berpakaian, buang air kecil, dan buang air besar sendiri. Tanpa dilatih
sejak dini, anak-anak tidak akan tahu bagaimana harus membantu dirinya
sendiri.
Keterampilan mengenakan baju contohnya, dapat mulai dilatih
sejak usia 2 tahun. Sebagai langkah awal, kenalkan dulu aneka jenis
pakaian, dari kaos oblong, t-shirt, sampai kemeja berkancing. Setelah itu
dilanjutkan dengan mengenakan celana pendek dan celana panjang.
Sedangkan kepada anak perempuan, selain kaos kemeja dan celana,
kenalkan rok dan gaun padanya.
Selanjutnya, untuk menyenangkan buah hati tercinta, lakukan
latihan sambil bercerita, media gambar cara berpakaian, bernyanyi.
Awalnya sangat mungkin akan terkesan berantakan. Bila ini yang
terjadi, biarkan. Tak perlu terpancing untuk memarahinya ataupaun
kelewatan memaksanakn kerapian dan kepantasan. Biarkan saja ia
bereksplorasi terlebih dahulu. Dukung anak jika berhasil dan segera
betulkan jika ia keliru tanpa perlu menyalahkannya.
Yang terpenting, berikan rasa aman dan nyaman. Jika anak merasa
nyaman, ia akan menjalani proses pembelajarna ini dnegan lancar. Kala
sejak usia balita menolong diri sendiri diperkenalkan secara konsisten,
maka diusia pra sekolah, sudah selayaknya anak mampu melakukan
aktivitas menolong diri sendiri dengan baik.

C. Pengertian Media
Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. (Arif S.
Sadiman, 2003: 6)
Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Arif S.
Sadiman, 2003: 6).
Genach & Ely, mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Secara khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, potografis,
atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal (Arsyad, 2003: 3)
Secara harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang
memiliki arti “perantara” atau “pengantar” menurut Asosiasi Teknologi
dan Komunikasi Guruan (Assosiation for Education dan Communication
Technology/ AECT) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat
dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar
mengajar, dpaat mempengaruhi efektifitas program instruksional (Asnawir
dan Usman, 2002: 11).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
adalah segala benda yang dapat menyalurkan informasi atau isi pelajaran
sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.
D. Pengertian Gambar
Gambar merupakan suatu yang dapat dilihat serta terdiri atas ruang
dan memiliki beberapa fitur. Gambar menurut Pawley adalah yang
menekankan detail dari sebuah objek. (James B. Pawley).
Gambar merupakan suatu yang dapat menggambarkan kepribadian
orang yang membuatnya. Mitchel ini meyakini bahwa sebuah gambar juga
dapat memperkenalkan karakteristik pembuatnya. (J. Mitchel).
Gambar adalah sesuatu yang dapat mewakilkan suatu obyek
nyatanya serta memiliki karakteristik warna maupun bentuk yang sesuai
dengan aslinya (Ned Block).
Gambar merupakan replika dari alam, banyak kita jumpai gambar-
gambar yang sama persis dengan suatu daerah atau mencontoh suatu
tempat di belahan dunia ini. Misalnya, gambar pegunungan, danauh,
pedesaan, dan sebagainya (Tamiya Onodera).
Daeri berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sesuatu
yang dapat dilihat atau mewakilkan suatu obyek nyatanya sesuai dengan
aslinya.
E.
3.
BAB III
RENCANA PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian Tempat dan Waktu


1. Lokasi
Lokasi penelitian akan dilakukan di KB Melati Dusun Jetis, Desa Sogan,
Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo dengan jumlah anak 15 anak
terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan dengan usia anak 3-4 tahun, kelas
yang akan menjadi subyek penelitian adalah Kelas Melati. Pemilihan
tempat ini sebagai lokasi penelitian atas dasar pertimbangan sebagai
berikut :
a. Kelompok Bermain Melati ini berdiri pada tahun 2007 yang bertempat
di RT 13/ RW 05, Jetis, Sogan, Wates, Kulon Progo dengan jumlah
pendidik 3 orang. 1 kepala sekolah dan 2 pendidik.
b. Peneliti sendiri ingin meningkatkan minat dan keberanian siswa dalam
melatih kemandirian anak melalui media gambar yang disediakan.
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklusnya dilaksanakan 2
kali pertemuan. Pelaksanaan siklus I pada hari Senin dan Selasa tanggal
22 dan 23 April 2019. Siklus ke II dilaksanakan pada hari Rabu dan
Kamis tanggal 24 dan 25 April 2019.
3. Tema
Tema yang diteliti adalah “Aku”. Tema tersebut dirinci menjadi sub-sub
tema berikut :
a. Anggota tubuhku
b. Pakaianku
c. Kebiasaanku
d. Kesukaanku
4. Kelompok
Kelompok anak yang menjadi subyek penelitian adalah kelompok
bermain. Jumlah siswa seluruhnya adalah 15 anak terdiri dari 9 laki-laki
dan 6 perempuan dengan rentang usia 3-4 tahun.
5. Karakteristik Anak
Montolalu (2007: 214) mengatakan bahwa agar dapat memberi
bimbingan kepada anak dengan sebagik-baiknya guru perlu mengetahui
bahwa pada umumnya anak-anak melalui tingkatan-tingkatan atau tahap-
tahap sebagai berikut :
a. Tahap Manipulatif
Yaitu suatu proses pada anak-anak berusia 2-3 tahun dengan
menggunakan alat-alat atau benda yag ia pegang. Anak akan
melakukan penelitian dengan cara membolak-balik, meraba, bahkan
menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali, dan sebagainya.
b. Tahap Simbolis
Tahap dari manipulatif ke simbolis hampir tidak terlihat. Tahap ini
akan melakukan kembali apa yang pernah ia lakukan pada tahap
manipulatif. Contohnya kadang berbicara sendiri.
c. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini anak bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman
dalam bermain. Permainannya lebih banyak kearah yang
berhubungan dengan pasir. Seperti mengayak pasir, menuangkannya
atau meletakannnya dalam wadah.
d. Tahap Eksperimen
Tahap ini anak mulai melakukan percobaan.
e. Tahap dapat dikenal
Anak usia 5-6 tahun pada umumnya telah mencapai tahapan bermain
ini, membentuk bangunan-bangunan yang realitis, bentuk-bentuk
yang sudah dikenal atau dilihat dalam kehidupannya.
B. Deskripsi Rencana Tiap Siklus
1. Rencana Pelaksanaan
a. Siklus I
1) Rumus Rencana Tindakan
a) Anak mencari dan menemukan kertas yang dilipat kecil
b) Anak menceritakan gambar yang terdapat di kertas yang
dilipat kecil
c) Evaluasi akan dilakukan kepada anak dalam kegiatan mencari
dan menceritakan gambar yang terdapat di lipatan kertas tadi.
2)
b.
2.
C.

Anda mungkin juga menyukai