Anda di halaman 1dari 3

Nama : Abby Mathea Setiawan

Kelas : XII IPS 1


NO. Absen : 01

Kesadaran itu Perlu

Kondisi dunia semakin memprihatinkan, baru saja sang fajar telah terbit
asap-asap kendaraan sudah terlebih dahulu menghiasi pagi yang seharusnya cerah
dan segar. Hiruk pikuk kemacetan kota, dengan bunyi-bunyi klakson memekakan
telinga. Gedung-gedung tinggi nampak megah menghiasi pinggiran jalan, bukan
tanaman yang seharusnya di dapati. Beginilah kehidupan perkotaan sekarang,
nampak penuh dengan bising dan juga polusi. Apakah desa juga sudah mulai
tercemar juga?

Libur semester ini, keluargaku berencana untuk datang mengunjungi


nenek dan kakek di desa. Aku sangat senang karena akhirnya aku bisa berisitirahat
sejenak dari semua kebisingan kota sekaligus untuk menjauhkan diri sejenak dari
polusi udara. Setelah menempuh perjalanan jauh dari kota ke desa nenek dan
kakek, kami akhirnya sampai. Ku tapakkan kakiku, kuhirup udara bersih,
fyuuhhhh~ rasanya segar sekali berbeda dari suasana kota.

“Ariss, Ara!! cucu nenek sudah datang” ujar nenek menyambutku dan juga
adikku.

“Nenekkk!!” seru kami bersamaan setelah itu kami berlali kecil untuk
memeluk nenek.

“Kami rindu dengan nenek!”

“Loh, kalian gak rindu sama kakek?” sahut kakek dari dalam rumah.

“Ehehehe rindu juga kok kek…” kataku sambil tertawa kecil, lalu setelah
itu aku pergi untuk menyalami kakek.

Setelah beristirahat dan bermain video game seharian aku merasa bosan.
Sepertinya taka da yang bisa aku lakukan selama disini selain bermain video
game. Aku dan adikku hanya bisa menatap langit-langit rumah, maklum kami
jarang sekali ada waktu untuk pergi ke desa kakek dan nenek, kami juga tidak
tahu apa yang bisa dilakukan selama kami ada disini.

“Bosan ya? Ayo ikut kakek naik sepeda, kita pergi mancing” ujar kakek.

Mata ku berbinar mendengar kata memancing, aku mengiyakan tak lupa


juga adikku yang merengek untuk ikut meskipun ia takt ahu caranya memnacing.
Sepanjang perjalanan menuju ke sungai, kami melihat pemandangan sawah yang
luas dan asri, kami juga melewati kebun pisang yang sedang berbuah banyak,
nampaknya sudah waktunya pisang-pisang itu siap di panen. Aku berpegngan erat
pada kakek, memejamkan mataku sejenak, kali ini penuh dengan kicauan burung-
burung yang lalu lalang diatas langit. Rasanya memang berbeda 360 derajat dari
kehidupan kota.

“Waahhhh, jernih sekali air sungai disini kakek!” ucap Ara bersemangat
dan aku menangguk sebagai tanda setuju.

“Hahaha, sangat berbeda ya dari yang ada di kota?” ujar kakek sambil
tersenyum.

“Iya kek, bahkan warna sungainya sudah keruh dan banyak sekali sampah.
Hiiiii~ bau nya juga sangat menyengat kek”

“Begitulah manusia, padahal kita sudah diberikan fasilitas dan kemudahan


dalam membuang sampah yang baik. Manusia tak akan pernah puas.”

“Emmm, tapi kan kek, kenapa di sini suasananya berbeda dari tempat
tinggal abang sama Ara?” tanya Ara kepada kakek.

“Itu karena, rasa persaudaraan kami masih kuat. Tingkat kesadaran untuk
peduli lingkungan juga masih tertanam baik, kalau semua keindahan dunia ini
rusak lantas bagaimana nanti generasi penerus kita akan menikmati lingkungan
indah nan asri ini?” jelas kakek.
“Ara tak paham…” kakek tersenyum lebar dan menepuk kepala adikku
pelan “Nanti kalau sudah besar pasti paham.”

“Aku paham kek!” seru ku pada kakek.

“Baguslah kalau kamu paham, intinya kita harus sadar akan kebersihan
lingkungan.”

Setelah banyak bercakap-cakap, kami akhirnya pulang ke rumah. Selain


mendapatkan ikan dari hasil memancing, aku dan adikku juga mendapatkan ilmu
yang berguna dari kakek. Kakek berpesan bahwa kami harus menjadi generasi
yang sadar dan peduli akan lingkungan. Karena lingkungan juga berdampak bagi
seluruh kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai