Universitas Riau
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Seragam juga telah berperan penting
digunakan hingga saat ini. Namun terjadi beberapa perbedaan pendapat tentang
tertentu yang mendukungnya, sebagian lagi berpendapat bahwa seragam harus tetap
seragam masih dan sangat penting dalam dunia pendidikan, dapat kita lihat bahwa
seragam begitu memberikan dampak besar dalam pendidikan terutama dari sekolah
dasar, menengah, hingga tinggi. Hal pertama yang membuat seragam masih
dibutuhkan ialah seragam mengurangi kesenjangan sosial yang pasti terjadi jika
seragam ditiadakan, yang kedua meningkatkan kedisiplinan siswa dan siswi sejak
pendidikan dasar yang menjadi bekal untuk masa depannya kelak, dan yang terakhir
sebagai identitas yang nantinya menjadi pembeda atau jenjang hierarkis antar
tingkatan pendidikan.
Dengan adanya seragam maka siswa-siswa akan lebih berfokus terhadap
kesamaan antar sesama, tidak adanya perbedaan di antara siswa dalam hal
berpakaian. Siswa tidak akan menjadi orang yang hedon ketika pergi ke sekolah
adanya perbedaan ini tentu juga turut mengurangi tindak kejahatan di kalangan
Beach Unified School District, ada penurunan sekitar 51% akan tindak kejahatan
perkelahian di antara siswa sekolah dasar dan menengah sejak 2 tahun aturan
dapat kita lihat bahwa betapa berpengaruhnya seragam dalam dunia pendidikan,
perundungan dan kejahatan tidak dapat dilihat dengan mata kanan yang tertutup
maupun kiri, kejahatan dalam pendidikan akan mempengaruhi mental anak untuk
masa depannya. Anak yang telah mengalami perundungan akan terkena trauma
untuk menjalani aktivitas sosialnya terutama dalam pendidikan, tentunya ini akan
berpengaruh terhadap perkembangan SDM suatu negara. Kita tahu sendiri bahwa
budaya geng dalam sekolah adalah suatu hal yang sering kita dapati. Budaya geng
sebelumnya seragam juga berperan sebagai bentuk kedisiplinan siswa dan siswi
tentunya mendidik siswa agar lebih disiplin dengan cara beretika, sebab etika
sendiri secara etimologi adalah sesuatu yang timbul dari kebiasaan. Maka dengan
depan siswa kelak, terutama dalam dunia pekerjaan (ibid). Ketika siswa telah biasa
menggunakan seragam yang dituntut dalam kerapian maka di dunia kerja mereka
akan terbiasa dengan hal tersebut. Berpakaian bebas akan membuat siswa tidak
terbiasa dengan adanya aturan, dengan berseragam maka siswa secara tidak
langsung telah melakukan atau tunduk terhadap suatu aturan, ini sangat berguna
dalam pendidikan dasar yang membekali dan menjadi dasar dalam pembentukan
karakter setiap siswa. Ini semacam pengendalian umum bagi otoritas, kebijakan
seragam yang dituntut untuk diberlakukan setiap hari tanpa disadari siswa telah
patuh terhadap kebijakan otoritas yang ada (Bourdieu 1977). Dengan tidak adanya
seragam maka siswa tidak terbiasa dengan adanya aturan terutama berpakaian,
terlebih lagi dalam dunia pekerjaan , terutama instansi yang setiap harinya memakai
seragam.
Disiplin berpakaian dalam seragam tidak hanya terbatas dalam baju dan
celana, aksesoris pelengkap seragam juga dapat diatur dalam hal berpakaian seperti,
ikat pinggang, sepatu, dan kaus kaki. Bahkan di Jepang sendiri dari data yang
diambil dalam Jurnal Fashion Theory, Wearing Ideology: How Uniforms Discipline
Minds and Bodies in Japan oleh Brian McVeigh jumlah lipatan rok juga dihitung
dalam hal berpakaian. Jumlah lipatan yang harus dimiliki rok yakni 24 hingga 28
lipatan (McVeigh, 2017). Di Indonesia sendiri hal-hal yang terperinci yang sering
diatur ialah sepatu, biasanya sekolah membuat aturan wajib bersepatu hitam, begitu
juga dengan tali sepatu. Namun beberapa sekolah seperti yang saya teliti yakni
SMKN 4 Pekanbaru, meringankan siswa dengan adanya regulasi sepatu hanya dari
hari Senin-Kamis, pada hari Jumat siswa bebas dari aturan sepatu tersebut. Juga ada
regulasi kaus kaki yang saya amati di SMPN 40 Pekanbaru yang menetapkan wajib
berkaus putih polos. Hal ini saya amati pada tahun 2017-2018 lalu.
identitas, yang merupakan peran nyata dan tampak secara jelas dari seragam.
seorang pelajar (Wasono, 2019). Dapat dilihat di setiap seragam akan ada identitas
sekolah siswa yang bersangkutan dan juga adanya perbedaan tingkatan dalam
tersebut adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu atau menempuh pendidikan,
Jepang mengenakan pakaian sesuai dengan perannya (Buruma 1983, 70). Dengan
begitu maka ketika siswa berseragam itu merupakan simbol identitas bahwa siswa
tersebut sedang menempuh pendidikan, dengan begitu siswa tersebut lebih terlihat
formal. Identitas dan pemisah jenjang sangat berperan penting dalam keamanan,
ketika terjadi sesuatu maka kita dapat mengetahui identitas siswa tersebut dengan
cepat. Begitu juga dengan keamanan sekolah, tidak sembarang orang yang dapat
tingkatan demi pengenalan secara visual. Ada beberapa sekolah yang terdiri atas 3
jenjang pendidikan, dengan adanya perbedaan seragam maka ini dapat dengan
mudah mengenali jenjang pendidikan seorang siswa, sebab regulasi dari pendidikan
Terlepas dari aspek pendukung wajibnya penerapan seragam ini, tentu ada
yang menjadi landasan kontra wajib seragam, salah satu landasan utamanya ialah
kebebasan. Banyak murid yang merasa terkekang atas peraturan wajib seragam
dengan alasan cara murid merefleksikan diri mereka, seharusnya hal tersebut di luar
dari kekuasaan sekolah. DeMitchell & Fossey (2015, hlm. 228) mengatakan bahwa
“Benar, Jelas bahwa banyak orang merasa bahwa pakaian pribadi berada di luar
Alasan lain adalah masalah biaya, banyak orang tua murid yang mengeluh akan
biaya seragam yang harus dibeli. Jawaban dari permasalahan ini adalah bahwa tidak
ada kewajiban murid atau orang tua membeli seragam dari sekolah, siswa hanya
diberlakukan.
Esai ini telah menunjukkan bahwa wajib seragam memiliki argumen yang
lebih kuat dan pantas untuk dipertahankan. Alasan terkait kebebasan merupakan
implikasi dari penghapusan seragam tersebut. Esai ini telah membahas bagaimana
ilmu, kebebasan berpakaian bisa didapatkan oleh murid di luar sekolah. Mengapa
meningkatkan kemampuan akademik siswa maupun siswi? Tentunya hal itu tidak
melatih murid menjadi pribadi yang lebih disiplin, berkarakter, dan memupuk rasa
https://digitalcommons.odu.edu/urbanservices_education_etds/40
Sciences , 2(4).