Anda di halaman 1dari 20

DAMPAK ERUPSI GUNUNG MERAPI TERHADAP KEHIDUPAN

TUMBUHAN DAN HEWAN

Karya Tulis Laporan Penelitian

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Mengikuti Ujian Madrasah

Oleh :
GUSPARUK NIS.2021100155

ELMA DIANA NIS.2021100151

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MAJALENGKA

KABUPATEN MAJALENGKA

TAHUN 2021/2022
DAMPAK ERUPSI GUNUNG MERAPI TERHADAP
KEHIDUPAN TUMBUHAN DAN HEWAN

Karya Tulis Laporan Penelitian

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Mengikuti Ujian Madrasah

Oleh :

GUSPARUK NIS. 2021100155


ELMA DIANA NIS. 2021100151

Menyetujui,
Pembimbing

Ira Irawati, S.Pd


NIP. 197811092007102001

Mengetahui :
Kepala MAN 1 MAJALENGKA

Dra. Hj. Aas Nurhidayah, M.Pd.I


NIP. 196507171985032004
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya karya tulis ilmiah yang berjudul "dampak erupsi gunung Merapi
terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan". Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Aas Nurhidayah, M.Pd.I., selaku kepala sekolah MAN 1
MAJALENGKA yang telah memberikan bimbingan, saran, ide dan juga
kesempatan untuk menggunakan fasilitas sekolah untuk menunjang
pembuatan karya tulis ilmiah.
2. Bapak Nanang Supriatna, M.Pd., selaku Waka kurikulum MAN 1
MAJALENGKA yang telah memberikan bimbingan,saran dan juga petunjuk
untuk pembuatan karya tulis ilmiah.
3. Ibu Ira Irawati, S.Pd., selaku guru pembimbing kami, yang memberikan
dorongan, masukan kepada penulis.
4. Ibu Dra. Nani Rahayu, M.pd., selaku guru bahasa Indonesia yang telah
memberikan petunjuk dan cara untuk membuat karya tulis ilmiah.
5. Bapak Ansori, S.Pd.I., selaku wali kelas kami, yang banyak memberikan
materi pendukung, bimbingan, dan masukan kepada penulis.
6. Orang tua penulis yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah
membantu dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Talaga, 20 Januari 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

Halamam

PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………1

B. Perumusan Masalah………………………………………………...5

C. Tujuan Penelitian……………………………………………...……5

D. Metode Penelitian……………………………………………...…..5

BAB II DAMPAK ERUPSI GUNUNG MERAPI TERHADAP

KEHIDUPAN TUMBUHAN DAN HEWAN

A. Kronologis Meletusnya Gunung Merapi…………………….……6

B. Kondisi Kehidupan Tumbuhan Dan Hewan Sekitar Gunung

Merapi Setelah Meletus……………………………………...……8

C. Dokumentasi Tumbuhan Dan Hewan Sekitar Gunung Merapi

Setelah Meletus…………………………………………….…….11

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………...……….12

B. Saran……………………………………………...……………...12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...……………....14

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………...…………….15

RIWAYAT HIDUP……………………………………………...……………..16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gunung Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe
strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan
dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan lidah
lava, kubah lava, aliran piroklastika. Erupsi letusan menghasilkan jatuhan
piroklastika yang terdiri dari batuan berukuran besar ( kerikil ) sampai berukuran
halus. Batuan halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km dari kawah
karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Aliran piroklastika terdiri
dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan. Aliran ini dapat bergerak dari
gunungapi secara cepat dan menghasilkan gas yang sangat panas.

Menurut Agung Mulyo ( 2009 ) lahar adalah lumpur vulkanik yang mengalir
dari puncak gunungapi menuju lereng gunung tersebut. Lahar terdiri atas
bahanbahan piroklastika dan batuan-batuan lainnya yang bercampur dengan air,
baik air hujan maupun air danau yang terdapat di dalam kawah. Air yang terdapat
pada danau menjadi sangat panas pada saat erupsi, lahar yang terbentuk juga akan
menjadi panas sehingga dinamakan lahar panas.Lahar dingin adalah lahar yang
terjadi bila selang waktunya cukup lama setelah peristiwa letusan. Lahar
merupakan aliran lumpur yang mengandung material rombakan bongkahbongkah
menyudut sebagian besar berasal dari gunungapi. Bahaya lahar Gunung Merapi
berdampak luas bagi masyarakat. Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya
kehilangan nyawa, tetapi juga hilang dan rusaknya harta benda sebagai aset
penghidupan masyarakat.

Letusan Gunungapi Merapi juga mengakibatkan tercemarnya udara yang


mengandung Sulfur Dioksida, Nitrogen Dioksida serta beberapa partikel debu
yang berpotensi meracuni makhluk hidup di sekitar. Material yang dikeluarkan
gunung merapi berpotensi menyebabkan timbulnya penyakit yang disebut dengan
ISPA. Lahar panas akibat letusan Gunungapi Merapi juga dapat mengakibatkan
hutan di sekitar kawasan Merapi rusak terbakar dan ekosistem yang ada di dalam
hutan otomatis akan terancam.

1
2

Menurut Benyamin Lakitan ( 2010 ) letusan Gunungapi Merapi pada tahun 2010
yang memakan korban lebih dari 350 jiwa. Pada saat meletus tidak kurang dari
350.000 jiwa diungsikan ke lokasi yang lebih aman.

Peristiwa erupsi Gunungapi Merapi cukup membawa dampak meluas, baik di


wilayah-wilayah sekitar Gunungapi Merapi sendiri ( Kabupaten Sleman, Kota
Yogyakarta, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Boyolali dan
Klaten ) maupun wilayah lain, seperti kabupaten Purworejo, Kebumen,
Purwokerto, bahkan hingga kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.
3
4

Fenomena bencana alam menjadi ancaman bagi keberlangsungan


lingkungan karena frekuensi kejadiannya yang meluas di banyak negara dan telah
menimbulkan dampak yang luar biasa baik bagi manusia maupun
lingkungan.Indonesia telah menyusun undang-undang khusus tentang
penanggulangan bencana. Hal ini mengingat frekuensi kejadian dan dampaknya
yang perlu ditangani secara serius. Undang-undang Penanggulangan Bencana
tahun 2007 menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan merupakan salah satu
akibat yang harus dialami saat bencana alam terjadi. Kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan dapat berupa rusaknya kawasan budi daya seperti persawahan,
perkebunan, peternakan dan pertambangan, terjadinya erupsi gunungapi, erosi,
tanah longsor, kebakaran hutan, perubahan bentang alam, pendangkalan sungai,
hilangnya sejumlah spesies, rusaknya berbagai habitat flora dan fauna hingga
kerusakan ekosistem. Gagalnya fungsi ekosistem tidak dapat lagi mendukung
kehidupan masyarakat. Kualitas kesejahteraan menurun drastis berikut dengan
kesehatan dan pendidikan, bahkan manusia sebagai pengelola lingkungan hidup
juga terancam jiwa dan keselamatannya saat bencana terjadi. Selama ini,
penanggulangan bencana dianggap sebagai tugas dan kewajiban pemerintah
semata, sementara masyarakat dan kelompok swadaya masyarakat ( KSM )
cenderung menjadi pihak yang kurang mengambil peran dalam upaya untuk
pengurangan risiko bencana ( pra-bencana ).

Letusan gunungapi tidak akan memberikan jenis dan tingkat ancaman pada
seluruh kawasan rawan bencana yang ada. Masyarakat harus mampu memahami
bahaya yang mengancam, dan selanjutnya mampu mengorganisasikan diri
mengenai bagaimana, kemana, dan kapan harus mengungsi. Masyarakat di titik
rawan limpasan lahar harus pindah segera dan secepatnya kearah dataran tinggi.
Masyarakat harus memahami potensi bahaya dan prosedur evakuasi, sehingga
mereka tidak tetap berada di tempat tinggal ketika bahaya telah datang atau
mereka telahkembali ketika ancaman masih belum berakhir. Badan-badan
pelayanan masyarakat seperti polisi, pemadam kebakaran dan tentara, difungsikan
untuk membantu kelancaran pengungsian. Kesadaran masyarakat sangat
diutamakan agar dapat mengurangi korban akibat letusan Gunungapi Merapi,
selama ini masyarakat tidak sadar akan bahaya yang ditimbulkan Gunungapi
Merapi.Kesadaran masyarakat tentang bahaya dan dampak akibat bencana harus
ditanamkan sehingga masyarakat siap dalam menghadi bencana yang melanda.
Kesadaran masyarakat dan pengetahuan serta informasi kebencanaan letusan
gunungapi akan lebih banyak lagi diketauhi oleh masyarakat karena kebencanaan
merupakan tanggung jawab kita semua, terutama bagi masyarakat yang tinggal di
dekat wilayah rawan bencana letusan gunungapi khususnya di Desa Tegalmulyo.
5

Banyak kerugian yang dialami oleh hewan dan tumbuhan akibat erupsi gunung
Merapi maka penyusun tertarik mengambil judul "Dampak Erupsi gunung Merapi
terhadap ekosistem tumbuhan dan hewan".

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana dampak erupsi


gunung merapi terhadap ekosistem tumbuhan dan hewan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian yaitu, ingin mengetahui dampak erupsi gunung


merapi terhadap ekosistem tumbuhan dan hewan.

D. Metode Penelitian

Menggunakan metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yaitu


observasi, analisis visual, studi pustaka, dan interview (individual atau grup).
BAB II

DAMPAK ERUPSI GUNUNG MERAPI TERHADAP EKOSISTEM


TUMBUHAN DAN HEWAN

A. Kronologis Meletusnya Gunung Merapi

Jakarta - Gunung Merapi yang merupakan gunung paling berbahaya di


Indonesia telah meletuskan isi perutnya pada Selasa 26 Oktober pukul 17.02
WIB.

Berikut kronologi letusan Merapi versi pemantau langsung sebagaimana siaran


pers Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK)
pada detikcom, Rabu (27/10/2010):

Ada 4 seismograf untuk mengamati akvitas vulkanik Merapi, yang diletakkan di


Klatakan/Babadan/Magelang (sisi barat); Pusunglondon/Selo/Boyolali (utara);
Deles/Klaten (timur/tenggara); dan Plawangan/Turgo/Kaliurang (selatan).

Menjelang Pukul 16.00 WIB

Aktivitas vulkanik masih cenderung naik, pasca naiknya status menjadi "Awas"
sejak sehari sebelumnya. Secara visual melalui kamera yang diletakkan di pos
pengamatan lereng Merapi tidak bisa diamati langsung karena tertutup kabut tebal
sejak beberapa jam sebelumnya (foto pojok kiri bawah). Bahkan pos-pos yang
berada di lereng Merapi pun melaporkan bahwa mereka tidak bisa memantau
secara visual. Komunikasi melalui jaringan radio HT.

Pukul 16.00 - 17.00 WIB

Ada peningkatan aktivitas cukup signifikan meliputi gempa vulkanik, multiphase


(MP), guguran, dsb. Tapi masih dianggap belum 'cukup' berbahaya. Tak ada
gambaran visual sama sekali. Semua hanya tergantung pada alat-alat. Sempat ada
wawancara oleh sejumlah media nasional pada petugas terkait
kemungkinan/skenario letusan yang akan terjadi.

Pukul 17.00 - 17.30 WIB

Terjadi lonjakan aktivitas vulkanik yang sangat tajam, terutama mulai pukul 17.02
WIB, yang ternyata adalah luncuran awan panas. Empat seismograf tadi semuanya
mencatat amplitudo getaran yang sangat lebar (besar), bahkan jarumnya pun
terlepas berulang kali. Petugas monitoring mulai sibuk dan panik luar biasa,
apalagi karena besarnya amplitudo dan lamanya kejadian.

6
7

Pos-pos pengamatan di lereng pun juga melaporkan demikian, hanya saja sama
sekali tidak diketahui, apa itu awan panas / yg lain. Semua tertutup kabut tebal.
Tak ada yang bisa menduga ada apa di balik kabut tebal itu.

17.30 WIB - 18.30 WIB

Kabut masih sangat tebal dan mulai gelap. Semakin sulit untuk mengetahui apa
yang terjadi di Merapi. Empat seismograf masih saja mencatat getaran yang
sangat besar (dan lagi-lagi beberapa kali jarumnya sampai lepas, dan gulungan2
kertasnya diganti cepat sekali - padahal normalnya 12 jam sekali). Petugas
menyatakan ada 3 kali letusan & luncuran awan panas dan kemungkinan eksplosif
menyebar ke segala arah. Petugas pusat memperintahkan pada semua petugas pos
di lereng merapi untuk langsung meninggalkan pos, turun untuk evakuasi. Petugas
juga menghubungi aparat-aparat di beberapa tempat, agar dilakukan evakuasi
paksa untuk warga. Sirene di berbagai tempat dibunyikan. Jaringan radio HT
mulai sangat crowded, begitu pula jaringan telepon di pos. Beberapa petugas
terlihat sangat panik (menangis?), sembari terus berdoa dan bertakbir.

Pukul 18.30 - 19.00 WIB

Petugas pusat mengeluarkan pernyataan/informasi resmi pada media, tentang


terjadinya letusan ini, serta fokus sekarang adalah pada proses evakuasi. Aktivitas
vulkanik yang terdeteksi di seismograf mulai menurun, kecuali 1 seismograf di
Plawangan/Turgo/Kalikuning. Petugas mengkhawatirkan daerah sekitar Kinahrejo
(tempat mbah Maridjan), Kaliadem, dan sekitar lereng selatan Merapi.

19.00 WIB - .....

Petugas di pos-pos pengamatan lereng Merapi naik kembali ke pos mereka (tapi
beberapa masih dilarang untuk kembali untuk beberapa saat). Hujan kerikil dan
abu mulai dilaporkan oleh pos-pos pemantauan, terutama di daerah barat daya
Merapi. Bau belerang juga bisa dicium dari sekitar lereng. Aktivitas Merapi
dipantau dari seismograf, terus cenderung turun, bahkan stabil normal tenang,
walau beberapa kali kadang terjadi guguran material. Secara visual Merapi masih
tertutup kabut, sehingga tidak ada bisa yang bisa melihat 'seberapa besar letusan,
kemana arah awan panas, dsb'. Kondisi petugas mulai tenang, bahkan beberapa
kali terlihat bercanda. Wartawan dan media masih terus standby di pusat
pemantauan, dan beberapa menyusul naik ke Kaliurang.
8

Aftermath

Petugas BPPTK menyatakan Merapi sekarang ini sedang dalam kondisi tidur
nyenyak setelah aktivitas tadi. Belum diketahui, apakah akan ada aktivitas
vulkanik susulan lagi. Mereka sempat khawatir, jika yang terjadi tadi
hanyalah/baru awal saja. Sebagaimana pola-pola erupsi Merapi yang sebelumnya,
yang biasanya kecil dulu, lalu sedang, besar, berkurang, kembali ke normal lagi,
dst. Titik api / aliran lahar juga belum bisa dikonfirmasi.

Apa yang terjadi tadi lebih besar daripada yang terjadi tahun 2006.Lokasi yang
terkena letusan / awan panas petang tadi, kemungkinan besar daerah-daerah
sekitar lereng Merapi, dalam radius 4-6 km, terutama lereng selatan.Abu/debu
vulkanik dilaporkan bahkan sampai Gombong - Kebumen. Evakuasi masih terus
dilakukan.

B. Kondisi Kehidupan Tumbuhan Dan Hewan Di Daerah Gunung Merapi Setelah


Meletus

Letusan Gunung Merapi Bagi Kehidupan Tumbuhan

Kawasan gunung api di Indonesia menjadi tempat tumbuh bagi berbagai flora
endemik, vegetasi, dan berperan sebagai lahan pertanian yang subur bagi para
petani di sekitar gunung tersebut. Beberapa flora endemik yang berada di kawasan
gunung api adalah Anggrek Vanda tricolor di Taman Nasional Gunung Merapi,
Puspa (Schima wallichii) di Taman Nasional Gunung Merbabu, dan Turuwara
(Rhododendron renschianum) di Taman Nasional Kelimutu (Taman Nasional
Gunung Merapi, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Kelimutu,
n.d.). Sedangkan, petani di kawasan gunung api kerap kali menanam tumbuhan
pangan seperti talas, singkong, ubi, kentang, kacang polong, selada, kubis, tomat,
dan beras padi (Neall, 2006). Letusan sebuah gunung api akan memiliki dampak
pada semua tumbuhan di ekosistem kawasannya.

Dampak Positif

Material vulkanik seperti Tephra atau abu vulkanik mengandung mineral primer
yang kaya akan unsur hara dan dapat menyuburkan tanah. Penimbunan vegetasi
tumbuhan oleh Tephra akan memicu terjadinya proses suksesi primer dalam
vegetasi (Sutomo, 2017). Proses suksesi primer terjadi ketika semai-semai pohon
dari biji tumbuhan di lokasi lain yang tidak terkena material vulkanik
bermunculan. Biji-bijian ini mungkin dipencarkan oleh hewan-hewan seperti
9

serangga dan burung, atau angin. Material vulkanik lain seperti awan panas dapat
membakar vegetasi dan menyebabkan proses suksesi sekunder. Suksesi sekunder
adalah tumbuhan individu tersisa yang masih hidup dan bertunas sesudah
gangguan seperti erupsi atau kebakaran akibat awan panas. Lahan yang gundul
akibat erupsi dan tertutup oleh lahar dingin yang mengeras akan retak perlahan-
lahan. Pada retakan tersebut akan muncul tumbuhan pionir seperti lumut atau
paku-pakuan yang mampu memfasilitasi tumbuhan tingkat tinggi lain agar dapat
tumbuh di area tersebut.

Dampak Negatif

Letusan gunung api memiliki dampak negatif pula bagi berbagai tumbuhan di
kawasan gunung api tersebut. Material vulkanik dari letusan gunung api dapat
menghilangkan beberapa atau banyak plasma nutfah, merubah biodiversitas
tumbuhan, menghilangkan area tangkapan air, merusak vegetasi, menutup sumber
air, menghilangkan saluran-saluran air, dan merusak lahan-lahan tumbuhan yang
ada (Rahayu et al., 2014). Walaupun berbagai tumbuhan bisa ditanam kembali di
atas tanah campuran abu vulkanik, para petani tetap membutuhkan waktu agar
bisa kembali menanam tumbuhan pangan dengan aman. Para petani di kawasan
gunung api akan kehilangan mata pencaharian mereka selama kondisi masih
belum aman dan tanah-tanah tersebut tidak dapat diubah sebagai lahan pertanian.
Taman nasional yang terdampak oleh letusan gunung api pun membutuhkan
waktu sebelum bisa melakukan restorasi kembali.

Letusan Gunung Api Bagi Kehidupan Hewan

Kawasan gunung api di Indonesia menjadi tempat tinggal bagi berbagai fauna
endemik Indonesia seperti Elang Jawa, Babi Hutan, Elang Bido, Macan Tutul, dan
Monyet Ekor Panjang. Hewan-hewan ini bertempat tinggal di beberapa taman
nasional di kawasan gunung api seperti Taman Nasional Merapi, Taman Nasional
Merbabu, dan Taman Nasional Kelimutu (Sastha, 2020). Selain itu, beberapa
penduduk di kaki gunung api bermata pencaharian sebagai peternak, sehingga
mereka memelihara berbagai hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba,
dan unggas. Letusan sebuah gunung api akan memiliki dampak pada hewan-
hewan tersebut.
10

Dampak Positif

Ketika sebuah gunung api meletus, akan ada berbagai material vulkanik yang
dikeluarkan oleh gunung tersebut. Salah satu material tersebut adalah Tephra atau
abu vulkanik. Abu vulkanik mengandung mineral primer yang kaya akan unsur
hara (Minasny, Reid, & Fiantis, 2017). Seiring waktu bersama pelapukan kimia
dan biologis, abu akan melepaskan nutrisi dan meningkatkan luas permukaan
tanah yang memperoleh abu tersebut. Proses ini memungkinkan tanah dengan
campuran abu vulkanik untuk menahan lebih banyak nutrisi dan air. Tanah-tanah
tersebut dapat menjadi lahan subur bagi para peternak untuk menanam tumbuhan
yang menjadi bahan pakan hewan-hewan ternak mereka. Selain itu, taman
nasional di kawasan gunung api dapat menggunakan lahan yang meluas karena
abu vulkanik sebagai tempat tinggal bagi lebih banyak fauna endemik Indonesia.

Dampak Negatif

Selain abu vulkanik, letusan gunung api juga mengeluarkan material vulkanik
berbahaya seperti gas vulkanik, lava, lahar, dan wedus gembel atau awan panas.
Selain itu, letusan gunung api dapat menyebabkan berbagai bencana lain seperti
banjir lumpur dan longsor batu (Bressan, 2017). Material vulkanik berbahaya dan
bencana-bencana tersebut dapat membunuh fauna endemik dan hewan-hewan
ternak di kawasan gunung api tersebut. Bagi taman nasional seperti Taman
Nasional Merapi, Merbabu, atau Kelimutu, kehilangan fauna endemik dalam
jumlah besar dapat mendorong fauna tersebut pada kepunahan. Bagi para
peternak, mereka akan kehilangan mata pencaharian untuk sementara dan perlu
menunggu situasi untuk aman terlebih dahulu sebelum bisa memulai kegiatan
peternakan mereka kembali.
11

C. Dokumentasi Tumbuhan Dan Hewan Sekitar Gunung Merapi Setelah Meletus


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Keanekaragaman hayati tumbuhan pasca letusan Gunung Merapi menyebabkan


keanekaragaman tumbuhan semakin rendah. Keanekaragaman tumbuhan di
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi pasca letusan rendah.

Keanekaragaman hewan pasca letusan gunung Merapi menyebabkan


keanekaragaman hewan semakin rendah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, peneliti memberikan


beberapa saran.

1. Melaksanakan proses evakuasi bagi hewan-hewan─baik fauna endemik


maupun hewan-hewan ternak─serta mengamankan persediaan biji-biji tumbuhan.
Peternak, petani, maupun pihak pengelola taman nasional dapat melakukan
koordinasi dengan badan pemerintahan setempat untuk melakukan proses
evakuasi bagi hewan-hewan dan menyelamatkan tumbuhan di kawasan gunung
api ketika sudah ada peringatan mengenai gunung meletus. Sebagai contoh, ketika
Gunung Kelud akan meletus pada tahun 2014, berbagai peternakan di Kediri
berkoordinasi dengan badan perlindungan satwa seperti Centre for Orangutan
Protection (COP) dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa
Timur untuk mengevakuasi dan menginventarisasi satwa dan ternak dalam radius
5 km (Menyelamatkan Satwa dari Amukan Gunung Kelud, 2014). Bagi
tumbuhan, petani dan pengelola taman nasional dapat terlebih dahulu memiliki
persediaan biji-biji tumbuhan agar ketika letusan berhenti dan situasi telah
dinyatakan aman, mereka dapat menanam kembali di lahan-lahan yang subur.

2. Pemerintah atau perusahaan nirlaba dapat membantu para petani, peternak, dan
pengelola taman nasional yang terdampak dengan menyediakan biji-biji tumbuhan
pangan dan flora endemik, serta persediaan pakan untuk hewan ternak maupun
dan endemik. Tidak semua petani, peternak, dan pengelola taman nasional
memiliki modal yang cukup untuk memulai usaha atau kegiatan mereka kembali
setelah bencana letusan gunung api terjadi. Beberapa petani, peternak, dan
pengelola taman nasional mungkin menggunakan modal yang ada untuk
membantu evakuasi dan pemulihan korban manusia.

12
13

Oleh karena itu, pemerintah atau perusahaan nirlaba yang memiliki dana dapat
memberikan bantuan bagi mereka agar pemulihan yang dilakukan tidak hanya
bagi korban manusia, namun juga bagi hewan dan tumbuhan yang terdampak.

3. Pemerintah perlu membuat sistem atau model penanggulangan bencana letusan


gunung api yang terstruktur dengan baik bagi hewan dan tumbuhan. Pemerintah
memang sudah siap ketika perlu menanggulangi dampak dari bencana seperti
banjir dan longsor bagi hewan dan tumbuhan, namun mereka belum siap dan
belum memiliki sistem atau model yang memadai untuk menanggulangi dampak
dari bencana letusan gunung api bagi hewan dan tumbuhan. Sebagai contoh, pada
saat Gunung Kelud meletus di tahun 2014, Kepala Subdirektorat Dampak
Perubahan Iklim, Kementerian Pertanian (Kementan) Gatot Ari Putranto
mengakui bahwa pemerintah belum memiliki sistem atau model penanggulan
bencana letusan gunung api yang memadai bagi hewan dan tumbuhan
(Rahmawati, 2014). Mereka belum mempersiapkan strategi atau rencana
pemulihan lahan, ganti rugi kerusakan lahan dan hewan ternak atau satwa, serta
belum ada bantuan bagi kelangsungan para petani maupun peternak yang
terdampak. Apabila pemerintah telah menyadari hal ini, mereka perlu dengan
segera membuat strategi yang matang agar ketika bencana letusan gunung api
terjadi, baik pemerintah maupun masyarakat telah siap untuk mengamankan
hewan-hewan dan tumbuhan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Gusparuk dan Elma. 2022, Dampak Erupsi Gunung Merapi Terhadap Kehidupan
Tumbuhan Dan Hewan, Talaga : Man 1 Majalengka

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Letusan_Merapi_2010#

diakses pada tanggal 19/01/22

https://wanaswara.com/letusan-gunung-api-bagi-kehidupan-hewan-dan-
tumbuhan/amp/ diakses pada tanggal 19/01/22

14
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Judul

Lampiran 2 : Lembar persetujuan karya tulis ilmiah

Lampiran 3 : Kata pengantar

Lampiran 4 : Daftar isi

Lampiran 5 : Isi

Lampiran 6 :

Lampiran 7 :
https://www.bbc.com/indonesia/multimedia/2010/11/101105_merapimeletuslagipi
x.amp

15
RIWAYAT HIDUP

Nama : Gusparuk

TTL : Majalengka, 01 Agustus 2004

Nama orang tua :

Ayah : Totoh abd patah

Ibu : Uum Umayyah

Riwayat pendidikan

SD : SD Negeri 2 Banyusari, Banyusari. Tahun lulus 2016

SMP : SMP Negeri 2 Malausma, Lebakwangi. Tahun lulus 2020

MA : MA Negeri 1 Majalengka, Talaga. Belum lulus

Nama : Elma Diana

TTL : Majalengka,18 Maret 2005

Nama orang tua :

Ayah : Solehudin

Ibu : Yayah indayah

Riwayat pendidikan

TK : TK Budi Asih, Kasturi.Tahun lulus 2010

SD : SD Negeri Kasturi, Kasturi. Tahun lulus 2016

MTS : MTS Kasturi, Kasturi.Tahun lulus 2020

MA : MA Negeri 1 Majalengka, Talaga. Belum lulus

16

Anda mungkin juga menyukai