Oleh :
GUSPARUK NIS.2021100155
KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2021/2022
DAMPAK ERUPSI GUNUNG MERAPI TERHADAP
KEHIDUPAN TUMBUHAN DAN HEWAN
Oleh :
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui :
Kepala MAN 1 MAJALENGKA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya karya tulis ilmiah yang berjudul "dampak erupsi gunung Merapi
terhadap kehidupan tumbuhan dan hewan". Atas dukungan moral dan materil
yang diberikan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Aas Nurhidayah, M.Pd.I., selaku kepala sekolah MAN 1
MAJALENGKA yang telah memberikan bimbingan, saran, ide dan juga
kesempatan untuk menggunakan fasilitas sekolah untuk menunjang
pembuatan karya tulis ilmiah.
2. Bapak Nanang Supriatna, M.Pd., selaku Waka kurikulum MAN 1
MAJALENGKA yang telah memberikan bimbingan,saran dan juga petunjuk
untuk pembuatan karya tulis ilmiah.
3. Ibu Ira Irawati, S.Pd., selaku guru pembimbing kami, yang memberikan
dorongan, masukan kepada penulis.
4. Ibu Dra. Nani Rahayu, M.pd., selaku guru bahasa Indonesia yang telah
memberikan petunjuk dan cara untuk membuat karya tulis ilmiah.
5. Bapak Ansori, S.Pd.I., selaku wali kelas kami, yang banyak memberikan
materi pendukung, bimbingan, dan masukan kepada penulis.
6. Orang tua penulis yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah
membantu dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.
i
DAFTAR ISI
Halamam
PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah………………………………………………...5
C. Tujuan Penelitian……………………………………………...……5
D. Metode Penelitian……………………………………………...…..5
Setelah Meletus…………………………………………….…….11
A. Kesimpulan……………………………………………...……….12
B. Saran……………………………………………...……………...12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...……………....14
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………...…………….15
RIWAYAT HIDUP……………………………………………...……………..16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Gunung Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe
strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan
dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan lidah
lava, kubah lava, aliran piroklastika. Erupsi letusan menghasilkan jatuhan
piroklastika yang terdiri dari batuan berukuran besar ( kerikil ) sampai berukuran
halus. Batuan halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km dari kawah
karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Aliran piroklastika terdiri
dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan. Aliran ini dapat bergerak dari
gunungapi secara cepat dan menghasilkan gas yang sangat panas.
Menurut Agung Mulyo ( 2009 ) lahar adalah lumpur vulkanik yang mengalir
dari puncak gunungapi menuju lereng gunung tersebut. Lahar terdiri atas
bahanbahan piroklastika dan batuan-batuan lainnya yang bercampur dengan air,
baik air hujan maupun air danau yang terdapat di dalam kawah. Air yang terdapat
pada danau menjadi sangat panas pada saat erupsi, lahar yang terbentuk juga akan
menjadi panas sehingga dinamakan lahar panas.Lahar dingin adalah lahar yang
terjadi bila selang waktunya cukup lama setelah peristiwa letusan. Lahar
merupakan aliran lumpur yang mengandung material rombakan bongkahbongkah
menyudut sebagian besar berasal dari gunungapi. Bahaya lahar Gunung Merapi
berdampak luas bagi masyarakat. Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya
kehilangan nyawa, tetapi juga hilang dan rusaknya harta benda sebagai aset
penghidupan masyarakat.
1
2
Menurut Benyamin Lakitan ( 2010 ) letusan Gunungapi Merapi pada tahun 2010
yang memakan korban lebih dari 350 jiwa. Pada saat meletus tidak kurang dari
350.000 jiwa diungsikan ke lokasi yang lebih aman.
Letusan gunungapi tidak akan memberikan jenis dan tingkat ancaman pada
seluruh kawasan rawan bencana yang ada. Masyarakat harus mampu memahami
bahaya yang mengancam, dan selanjutnya mampu mengorganisasikan diri
mengenai bagaimana, kemana, dan kapan harus mengungsi. Masyarakat di titik
rawan limpasan lahar harus pindah segera dan secepatnya kearah dataran tinggi.
Masyarakat harus memahami potensi bahaya dan prosedur evakuasi, sehingga
mereka tidak tetap berada di tempat tinggal ketika bahaya telah datang atau
mereka telahkembali ketika ancaman masih belum berakhir. Badan-badan
pelayanan masyarakat seperti polisi, pemadam kebakaran dan tentara, difungsikan
untuk membantu kelancaran pengungsian. Kesadaran masyarakat sangat
diutamakan agar dapat mengurangi korban akibat letusan Gunungapi Merapi,
selama ini masyarakat tidak sadar akan bahaya yang ditimbulkan Gunungapi
Merapi.Kesadaran masyarakat tentang bahaya dan dampak akibat bencana harus
ditanamkan sehingga masyarakat siap dalam menghadi bencana yang melanda.
Kesadaran masyarakat dan pengetahuan serta informasi kebencanaan letusan
gunungapi akan lebih banyak lagi diketauhi oleh masyarakat karena kebencanaan
merupakan tanggung jawab kita semua, terutama bagi masyarakat yang tinggal di
dekat wilayah rawan bencana letusan gunungapi khususnya di Desa Tegalmulyo.
5
Banyak kerugian yang dialami oleh hewan dan tumbuhan akibat erupsi gunung
Merapi maka penyusun tertarik mengambil judul "Dampak Erupsi gunung Merapi
terhadap ekosistem tumbuhan dan hewan".
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Penelitian
Aktivitas vulkanik masih cenderung naik, pasca naiknya status menjadi "Awas"
sejak sehari sebelumnya. Secara visual melalui kamera yang diletakkan di pos
pengamatan lereng Merapi tidak bisa diamati langsung karena tertutup kabut tebal
sejak beberapa jam sebelumnya (foto pojok kiri bawah). Bahkan pos-pos yang
berada di lereng Merapi pun melaporkan bahwa mereka tidak bisa memantau
secara visual. Komunikasi melalui jaringan radio HT.
Terjadi lonjakan aktivitas vulkanik yang sangat tajam, terutama mulai pukul 17.02
WIB, yang ternyata adalah luncuran awan panas. Empat seismograf tadi semuanya
mencatat amplitudo getaran yang sangat lebar (besar), bahkan jarumnya pun
terlepas berulang kali. Petugas monitoring mulai sibuk dan panik luar biasa,
apalagi karena besarnya amplitudo dan lamanya kejadian.
6
7
Pos-pos pengamatan di lereng pun juga melaporkan demikian, hanya saja sama
sekali tidak diketahui, apa itu awan panas / yg lain. Semua tertutup kabut tebal.
Tak ada yang bisa menduga ada apa di balik kabut tebal itu.
Kabut masih sangat tebal dan mulai gelap. Semakin sulit untuk mengetahui apa
yang terjadi di Merapi. Empat seismograf masih saja mencatat getaran yang
sangat besar (dan lagi-lagi beberapa kali jarumnya sampai lepas, dan gulungan2
kertasnya diganti cepat sekali - padahal normalnya 12 jam sekali). Petugas
menyatakan ada 3 kali letusan & luncuran awan panas dan kemungkinan eksplosif
menyebar ke segala arah. Petugas pusat memperintahkan pada semua petugas pos
di lereng merapi untuk langsung meninggalkan pos, turun untuk evakuasi. Petugas
juga menghubungi aparat-aparat di beberapa tempat, agar dilakukan evakuasi
paksa untuk warga. Sirene di berbagai tempat dibunyikan. Jaringan radio HT
mulai sangat crowded, begitu pula jaringan telepon di pos. Beberapa petugas
terlihat sangat panik (menangis?), sembari terus berdoa dan bertakbir.
Petugas di pos-pos pengamatan lereng Merapi naik kembali ke pos mereka (tapi
beberapa masih dilarang untuk kembali untuk beberapa saat). Hujan kerikil dan
abu mulai dilaporkan oleh pos-pos pemantauan, terutama di daerah barat daya
Merapi. Bau belerang juga bisa dicium dari sekitar lereng. Aktivitas Merapi
dipantau dari seismograf, terus cenderung turun, bahkan stabil normal tenang,
walau beberapa kali kadang terjadi guguran material. Secara visual Merapi masih
tertutup kabut, sehingga tidak ada bisa yang bisa melihat 'seberapa besar letusan,
kemana arah awan panas, dsb'. Kondisi petugas mulai tenang, bahkan beberapa
kali terlihat bercanda. Wartawan dan media masih terus standby di pusat
pemantauan, dan beberapa menyusul naik ke Kaliurang.
8
Aftermath
Petugas BPPTK menyatakan Merapi sekarang ini sedang dalam kondisi tidur
nyenyak setelah aktivitas tadi. Belum diketahui, apakah akan ada aktivitas
vulkanik susulan lagi. Mereka sempat khawatir, jika yang terjadi tadi
hanyalah/baru awal saja. Sebagaimana pola-pola erupsi Merapi yang sebelumnya,
yang biasanya kecil dulu, lalu sedang, besar, berkurang, kembali ke normal lagi,
dst. Titik api / aliran lahar juga belum bisa dikonfirmasi.
Apa yang terjadi tadi lebih besar daripada yang terjadi tahun 2006.Lokasi yang
terkena letusan / awan panas petang tadi, kemungkinan besar daerah-daerah
sekitar lereng Merapi, dalam radius 4-6 km, terutama lereng selatan.Abu/debu
vulkanik dilaporkan bahkan sampai Gombong - Kebumen. Evakuasi masih terus
dilakukan.
Kawasan gunung api di Indonesia menjadi tempat tumbuh bagi berbagai flora
endemik, vegetasi, dan berperan sebagai lahan pertanian yang subur bagi para
petani di sekitar gunung tersebut. Beberapa flora endemik yang berada di kawasan
gunung api adalah Anggrek Vanda tricolor di Taman Nasional Gunung Merapi,
Puspa (Schima wallichii) di Taman Nasional Gunung Merbabu, dan Turuwara
(Rhododendron renschianum) di Taman Nasional Kelimutu (Taman Nasional
Gunung Merapi, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Kelimutu,
n.d.). Sedangkan, petani di kawasan gunung api kerap kali menanam tumbuhan
pangan seperti talas, singkong, ubi, kentang, kacang polong, selada, kubis, tomat,
dan beras padi (Neall, 2006). Letusan sebuah gunung api akan memiliki dampak
pada semua tumbuhan di ekosistem kawasannya.
Dampak Positif
Material vulkanik seperti Tephra atau abu vulkanik mengandung mineral primer
yang kaya akan unsur hara dan dapat menyuburkan tanah. Penimbunan vegetasi
tumbuhan oleh Tephra akan memicu terjadinya proses suksesi primer dalam
vegetasi (Sutomo, 2017). Proses suksesi primer terjadi ketika semai-semai pohon
dari biji tumbuhan di lokasi lain yang tidak terkena material vulkanik
bermunculan. Biji-bijian ini mungkin dipencarkan oleh hewan-hewan seperti
9
serangga dan burung, atau angin. Material vulkanik lain seperti awan panas dapat
membakar vegetasi dan menyebabkan proses suksesi sekunder. Suksesi sekunder
adalah tumbuhan individu tersisa yang masih hidup dan bertunas sesudah
gangguan seperti erupsi atau kebakaran akibat awan panas. Lahan yang gundul
akibat erupsi dan tertutup oleh lahar dingin yang mengeras akan retak perlahan-
lahan. Pada retakan tersebut akan muncul tumbuhan pionir seperti lumut atau
paku-pakuan yang mampu memfasilitasi tumbuhan tingkat tinggi lain agar dapat
tumbuh di area tersebut.
Dampak Negatif
Letusan gunung api memiliki dampak negatif pula bagi berbagai tumbuhan di
kawasan gunung api tersebut. Material vulkanik dari letusan gunung api dapat
menghilangkan beberapa atau banyak plasma nutfah, merubah biodiversitas
tumbuhan, menghilangkan area tangkapan air, merusak vegetasi, menutup sumber
air, menghilangkan saluran-saluran air, dan merusak lahan-lahan tumbuhan yang
ada (Rahayu et al., 2014). Walaupun berbagai tumbuhan bisa ditanam kembali di
atas tanah campuran abu vulkanik, para petani tetap membutuhkan waktu agar
bisa kembali menanam tumbuhan pangan dengan aman. Para petani di kawasan
gunung api akan kehilangan mata pencaharian mereka selama kondisi masih
belum aman dan tanah-tanah tersebut tidak dapat diubah sebagai lahan pertanian.
Taman nasional yang terdampak oleh letusan gunung api pun membutuhkan
waktu sebelum bisa melakukan restorasi kembali.
Kawasan gunung api di Indonesia menjadi tempat tinggal bagi berbagai fauna
endemik Indonesia seperti Elang Jawa, Babi Hutan, Elang Bido, Macan Tutul, dan
Monyet Ekor Panjang. Hewan-hewan ini bertempat tinggal di beberapa taman
nasional di kawasan gunung api seperti Taman Nasional Merapi, Taman Nasional
Merbabu, dan Taman Nasional Kelimutu (Sastha, 2020). Selain itu, beberapa
penduduk di kaki gunung api bermata pencaharian sebagai peternak, sehingga
mereka memelihara berbagai hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba,
dan unggas. Letusan sebuah gunung api akan memiliki dampak pada hewan-
hewan tersebut.
10
Dampak Positif
Ketika sebuah gunung api meletus, akan ada berbagai material vulkanik yang
dikeluarkan oleh gunung tersebut. Salah satu material tersebut adalah Tephra atau
abu vulkanik. Abu vulkanik mengandung mineral primer yang kaya akan unsur
hara (Minasny, Reid, & Fiantis, 2017). Seiring waktu bersama pelapukan kimia
dan biologis, abu akan melepaskan nutrisi dan meningkatkan luas permukaan
tanah yang memperoleh abu tersebut. Proses ini memungkinkan tanah dengan
campuran abu vulkanik untuk menahan lebih banyak nutrisi dan air. Tanah-tanah
tersebut dapat menjadi lahan subur bagi para peternak untuk menanam tumbuhan
yang menjadi bahan pakan hewan-hewan ternak mereka. Selain itu, taman
nasional di kawasan gunung api dapat menggunakan lahan yang meluas karena
abu vulkanik sebagai tempat tinggal bagi lebih banyak fauna endemik Indonesia.
Dampak Negatif
Selain abu vulkanik, letusan gunung api juga mengeluarkan material vulkanik
berbahaya seperti gas vulkanik, lava, lahar, dan wedus gembel atau awan panas.
Selain itu, letusan gunung api dapat menyebabkan berbagai bencana lain seperti
banjir lumpur dan longsor batu (Bressan, 2017). Material vulkanik berbahaya dan
bencana-bencana tersebut dapat membunuh fauna endemik dan hewan-hewan
ternak di kawasan gunung api tersebut. Bagi taman nasional seperti Taman
Nasional Merapi, Merbabu, atau Kelimutu, kehilangan fauna endemik dalam
jumlah besar dapat mendorong fauna tersebut pada kepunahan. Bagi para
peternak, mereka akan kehilangan mata pencaharian untuk sementara dan perlu
menunggu situasi untuk aman terlebih dahulu sebelum bisa memulai kegiatan
peternakan mereka kembali.
11
A. Kesimpulan
B. Saran
2. Pemerintah atau perusahaan nirlaba dapat membantu para petani, peternak, dan
pengelola taman nasional yang terdampak dengan menyediakan biji-biji tumbuhan
pangan dan flora endemik, serta persediaan pakan untuk hewan ternak maupun
dan endemik. Tidak semua petani, peternak, dan pengelola taman nasional
memiliki modal yang cukup untuk memulai usaha atau kegiatan mereka kembali
setelah bencana letusan gunung api terjadi. Beberapa petani, peternak, dan
pengelola taman nasional mungkin menggunakan modal yang ada untuk
membantu evakuasi dan pemulihan korban manusia.
12
13
Oleh karena itu, pemerintah atau perusahaan nirlaba yang memiliki dana dapat
memberikan bantuan bagi mereka agar pemulihan yang dilakukan tidak hanya
bagi korban manusia, namun juga bagi hewan dan tumbuhan yang terdampak.
Gusparuk dan Elma. 2022, Dampak Erupsi Gunung Merapi Terhadap Kehidupan
Tumbuhan Dan Hewan, Talaga : Man 1 Majalengka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Letusan_Merapi_2010#
https://wanaswara.com/letusan-gunung-api-bagi-kehidupan-hewan-dan-
tumbuhan/amp/ diakses pada tanggal 19/01/22
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Judul
Lampiran 5 : Isi
Lampiran 6 :
Lampiran 7 :
https://www.bbc.com/indonesia/multimedia/2010/11/101105_merapimeletuslagipi
x.amp
15
RIWAYAT HIDUP
Nama : Gusparuk
Riwayat pendidikan
Ayah : Solehudin
Riwayat pendidikan
16