Anda di halaman 1dari 16

Om Swastyastu

Analisis Gas Darah


Nama Kelompok :
1. ARI CENDANI PRABAWATI 17.321.2658
2. GDE DIPTA DHIATMIKA 17.321.2663
3.I GEDE ANGGA PUTRAWAN 17.321.2666
4. I KETUT RAJENDRA PADMA AGET WINATA 17.321.2670
5. I WAYAN GEDE YUDI WIGATA 17.321.2672
6. KOMANG AYU RATIH PURBANINGRUM 17.321.2675
7. NI KADEK ERNI WIDJAYANTI 17.321.2683
8. NI KETUT YULIANA 17.321.2686
9. NI LUH GEDE DEVI YULISTIA DEWI 17.321.2690
10. NI MADE AYU PRIYASTINI 17.321.2695
11. NI PUTU AYU WISMAYA DEWI 17.321.2698
12. NI PUTU MERRY TASIA SURYAWAN 17.321.2702
13. NI WAYAN YUNA PRATIWI 17.321.2705
Pokok Bahasan
01 Pengertian Analisa Gas Darah
02 Tujuan Pemeriksaan Analisa Gas Darah
03 Gangguan Sistem Asam Basa
04 Mekanisme Kompensasi
05 Faktor yang Mempengaruhi Ph
Indikasi Dan Kontraindikasi Analisa Gas
06 Darah

07 Komplikasi
08 Anatomi Daerah Target
Pengertian
Analisis
Gas Darah Analisa gas darah adalah salah tindakan
pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketika
dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan
02 keseimbangan asam basa pasien (Wilson, 1999).

Hal ini berhubungan untuk mengetahui


keseimbangan asam basa tubuh yang dikontrol melalui 01
tiga mekanisme, yaitu sistem buffer, sistem respiratori,
dan sistem renal (Wilson, 1999). Pemeriksaan analisa
gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan
“ASTRUP”, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang
dilakukan melalui darah arteri.
Tujuan Pemeriksaan Gas Darah
Mengevaluasi ventilasi melalui Mengetahui kapasitas paru-paru
pengukuran pH, tekanan parsial dalam mengeliminasikan karbon
oksigen arteri (PaO2), dan tekanan dioksida yang ditunjukkan oleh

parsial karbon dioksida (PaCO2). PaCO2.


01 03 05

02 04
Mengetahui Mengetahui jumlah oksigen yang Menganalisa isi oksigen dan
keseimbangan asam diedarkan oleh paru-paru melalui pemenuhannya, serta untuk
dan basa dalam darah yang ditunjukkan melalui mengetahui jumlah
tubuh. PaO2. bikarbonat.
Gangguan Sistem Asam Basa

Ada 4 jenis gangguan utama yang selama ini telah kita kenal, yaitu asidosis metabolic, alkalosis
metabolic, asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik.

1. Asidosis metabolic 3. Asidosis respiratorik

Dapat terjadi karena Penambahan asam Terjadi karena adanya


hipoventilasi, sehingga P CO2
Dan Pengurangan bikarbonat. akan meningkat.

SWOT
2. Alkalosis metabolic 4. Alkalosis respiratorik

Dapat terjadi karena Pengurangan Terjadi karena adanya


asam dan Penambahan basa. hiperventilasi sehingga P CO2
darah akan turun.
Mekanisme Kompensasi

Asidosis metabolic, akan Asidosis respiratorik, akan


menimbulkan menimbulkan peningkatan
perangsangan untuk reabsorbsi HCO3 di ginjal,
stimulasi pernapasan. akibatnya kadar HCO3— di
darah akan meningkat dan pH
juga akan naik.

Alkalosis metabolic, akan Alkalosis respiratorik, akan


menimbulkan depresi pernapasan menurunkan reabsorbsi HCO3— di
sehingga P CO2 darah akan ginjal. Akibatnya kadar HCO3— darah
meningkat, yang ini tentunya akan akan menurun dan dengan sendirinya
mengakibatkan penurunan pH. nilai pH akan turun pula.
Place Your Picture Here

Faktor-Faktor Yang Mempertahankan Nilai Ph

Sistem Penyangga
Sistem penyangga kimia (buffer system) adalah suatu
bahan kimia yang dapat menetralkan asam atau basa
yang dihasilkan, atau masuk ke dalam tubuh.

Sistem Pernapasan
Melalui metabo pernafasan ini, CO2 darah dapat dikeluarkan.
Seperti telah dibahas terdahulu, perubahan kadar CO 2 akan
mempengaruhi kadar H2CO3 , yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perubahan nilai pH.

Ginjal
Di ginjal dapat terjadi sekresi dan reabsorbsi ion HCO 3-.
Kalau kita kembali ke persamaan Henderson, jelas kerja
ginjal ini akan berperan besar dalam penentuan nilai pH.
Indikasi Dan Kotra Indikasi Analisa Gas Darah

Indikasi Kontra Indikasi


Kontra indikasi pada tindakan analisa
Indikasi tindakan analisa gas darah adalah
gas darah, yaitu (Potter & Perry, 2006):
sebagai berikut (McCann, 2004):
1. Pada pasien yang daerah
1. Tindakan analisa gas darah ditujukan
arterialnya mengalami:
pada pasien dengan sebagai berikut:
a. Amputasi,
a. Obstruktif kronik pulmonari,
b. Contractures,
b. Edema pulmonari,
c. Infeksi,
c. Sindrom distres respiratori akut,
d. Dibalut dan cast,
d. Infark myocardial,
e. Mastektomi, serta
e. Pneumonia.
f. Arteriovenous shunts.
Komplikasi
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan :
Komplikasi yang dapat terjadi pada
tindakan ini, yaitu (McCann, 2004): Gelembung udara

1. Adanya risiko jarum mengenai


periosteum tulang yang kemudian
Antikoagulan
menyebabkan pasien mengalami
kesakitan. Hal ini akibat dari terlalu
menekan dalam memberikan injeksi.
Metabolisme
2. Adanya risiko jarum melewati
dinding arteri yang berlainan.
3. Adanya kemungkinan arterial
Suhu
spasme sehingga darah tidak mau
mengalir masuk ke syringe.
Anatomi Daerah Target
Anatomi daerah yang menjadi target tindakan analisa gas darah adalah sebagai berikut:

1. Arteri Radial

Your Picture Here

Arteri radial merupakan


kelanjutan dari brakhial,
tetapi lebih kecil
dibandingkan dengan
ulnar.
Anatomi Daerah Target
Anatomi daerah yang menjadi target tindakan analisa gas darah adalah sebagai berikut:

2. Arteri Brakhial

Your Picture Here

Arteri brankhial dimulai dari batas


bawah tendon pada teres major dan
menurun kebawah lengan, dan berakhir
sekitar 1 cm dibawah lekukan siku
dimana dibagi menjadi arteri radial dan
arteri ulnar.
Anatomi Daerah Target
Anatomi daerah yang menjadi target tindakan analisa gas darah adalah sebagai berikut:

3. Arteri Femoral

Your Picture Here

Arteri femoral merupakan arteri yang melewati


cukup dekat dengan permukaan atas, dibagi ke
dalam cabang yang kecil untuk menyediakan
darah ke otot dan jaringan superficial di daerah
paha. Arteri femoral juga menyuplai kulit dan
dinding abdominal bawah.
Anatomi Daerah Target
4. Arteri tibialis posterior dan arteri doralis pedis

5. Bagian arteri lain


 Pada bayi = arteri kulit kepala, arteri tali pusat.
 Pada orang dewasa = arteri dorsal pedis.
Bagian-bagian ini tidak boleh diambil oleh phlebotomis.
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika
masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi
kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau
trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya
tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak.
Om Shantih Shantih Shantih Om

Anda mungkin juga menyukai