Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRESENTASI

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN POST NATAL UNIT RAWAT
INAP LT.4

Disusun Oleh : Unit Rawat Inap Lt 4


Periode
Presentasi : Juni 2023
Jumlah Halaman :

RUMAH SAKIT BELLEZA KEDATON


BANDAR LAMPUNG
2023
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN POST NATAL

I. PENGERTIAN
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Ary Sulistyawati, 2009).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai
6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan
akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil (Maritalia, 2012).
Post partum merupakan suatu periode dalam minggu-minggu pertama
setelah kelahiran. Lamanya ”periode” ini tidak pasti, sebagaian besar
menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa
yang relative tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyaknya perubahan fisiologi. Beberapa dari perubahan
tersebut mungkin hanya sedikit mengganggu ibu baru, walaupun
komplikasi serius juga sering terjadi (Cunningham, F Gary,2013)

II. ETIOLOGI
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi
2 yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan
lahir dan hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, uninvolusi
didaerah insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.

III. ANATOMI FISIOLOGI


a. Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam
rongga pelvis dan di topang oleh lantai pelvis, dan genetalia externa, yang
terletak di perium. Stuktur reproduksi interna dan 9 eksterna berkembang
menjadi matur akibat rangsangan hormone ekstrogen dan progesterone
(Syarifudin & Fratidhini, 2009).
1. Struktur Eksterna

Gambar 2.1 struktur eksterna


(Icesmi Sukarni K & Margareth ZH 2013)

Vulva adalah nama yang di berikan untuk struktur genetalia eksterna.


Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong,
berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri di batasi bibir kecil
sampai ke belakang dibatasi perineum.
a. Mons pubis
Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat
yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
simfisis pubis.Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea.
Labia mayora
b. Labia mayora
Adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons
pubis. Labia mayora melindungi Labia minora, meatus urinarius
dan introitus vagina.
Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayora.
c. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit, tidak berambut yang
memanjang ke arah dari bawah klitoris dan menyatu dengan
fourchett. Kelenjar-kelenjar di labia minola
juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat
labia minora sensitive, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak
tepat di bawah arkus pubis. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitive dari pada badannya. Kelenjar sebasea klitoris
menyekresi smegma, suatu substasi lemak seperti keju yang
memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon.
2. Struktur Internal

Gambar 2.2 Struktur internal


a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di
belakang tuba falopi. Dua fungsi ovarium adalah
menyelanggarakan ovulasi dan memproduksi hormone.

b. Tuba Fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini
memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar
dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini
kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi
merupakan jalan bagi ovum.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung,
yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki
bentuk simetris. Uterus terdiri dari 3 bagian, fundus yang
merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi,
korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum
uteri dan istmus. Diding uterus terdiri dari 3 lapisan
i. Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah
suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapis :
lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang
berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan
endometrium dengan miometrium.
ii. Peritoneum suatu membrane serosa, melapisi seluruh korpus
uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah,
dimana terdapat kandung kemih dan serviks.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapay melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan
cepat terhadap stimulasi ekstrogen dan progesterone. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Apabila pH naik di
atas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus
mengalir dari vagina mempertahankan kebersihan
relative vagina
IV. PATHOFISIOLOGI
Pada kasus post partus spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis, pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan
terjadi peningkatan kadar ocytosin, peningkatan kontraksi uterus sehingga
muncul masalah keperawatan nyeri akut, dan perubahan pada vagina dan
perineum terjadi ruptur jaringan terjadi trauma mekanis, personal hygine
yang kurang baik, pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi
kotor dan terjadi juga pendarahan sehingga muncul masalah keperawatan
resiko infeksi.
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang
menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya
plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus
tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan mall
presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses
operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien
mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit
perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf
di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
Perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara. Laktasi
dipengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin, sehingga
terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah di
payudara berurai dari uterus (involusi) dan refensi darah di pembuluh
payudara maka akan terjadi bengkak dan penyempitan pada duktus
intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan
menyusui tidakefektif. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in
(ketergantungan), taking hold ( ketergantungan kemandirian), letting go
(kemandirian). Pada perubahan taking in pasien akan membutuhkan
perlindungan dan pelayanan, ibu akan cenderung berfokus pada diri sendiri
dan lemas, sehingga muncul maslah keperawatan gangguan pola tidur,
taking hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan bayi, akan
cenderung informasi karena mengalami masalah keperawatan kurang
pengetahuan.
V. KLINIKAL PHATWAY
post partum Letting go phase

Kehadiran
Estrogen & Progesteron anggota baru
menurun
Involusi uterus
Oksitosin meningkat Prolaktin Cemas/kebisingan
meningkat
Kontraksi
Kontraksi uterus
uterus lambat Isapan bayi Isapan bayi
Laserasi jalan adekuat tidak adekuat Gangguan
perubahan
lahir pola perantidur.
pola
Atonia uteri Pelepasan jaringan
Rasa
endometrium
Oksitosin Pembendungan
Servik & vagina meningkat ASI
perdarahan Vol. darah turun
Lokhea
keluar Port of the entri Duktus & alveoli Payudara
Vol. Cairan turun Anemia akut kontraksi bengkak

Kurang Resiko infeksi


Perub. Perfusi Hb O2 turun perawatan Gang. Rasa
jaringan efektif Tidak efektif
nyaman nyeri

hipoksia Invasi bakteri


ASI keluar ASI tidak
keluar
Kuman
Resiko syok Daya tahan mudah masuk
hipovolemik tubuh turun

Kelemahan Intoleransi Defisit


umum aktivitas perawatan diri
VI. KLASIFIKASI
Nifas dibagi dalam 3 periode
a. Periode Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
b. Periode puerperium intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu
c. Periode puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila disaat
hamil atau waktu persalinan terdapat komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
bias berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan.
VII. MANIFESTASI KLINIS
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat
kehamilan.
a. Sistem reproduksi
1. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus.
2. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-
2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan
kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau
intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
3. Tempat Plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area
yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan
endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik
dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi
karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai
pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas
tempat plasenta.
4. Lochea
Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua dan
debris trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir,
cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba
bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
5. Serviks
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan
rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat
dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah
uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari
setelah ibu melahirkan.
6. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b. Sistem endokrin
1. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun

Asuhan Keperawatan 1
secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan
progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan
payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil.
2. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui
dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi
pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan
ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama
pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium
tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat.
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,
abdomenya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti
masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding
abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu
supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis
ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan
keletihan, ibu merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.

Asuhan Keperawatan 2
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai
tiga hari setelah ibu melahirkan.
6. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik
gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan
cepat setelah bayi lahir.
7. Sistem kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor
misalnya Kehilangan darah merupakan akibat penurunan
volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume
darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan
keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume sebelum lahir.
c. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan,
keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30
sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit
utero plasenta tiba - tiba kembali ke sirkulasi umum.
d. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita
dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik
peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul
dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita
melahirkan

Asuhan Keperawatan 3
8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan
trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran rahim.
10. Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah
tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang
seluruhnya.
VIII. KOMPLIKASI
a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras
dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)

Asuhan Keperawatan 4
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus
atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
[8)]
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum Blues
3) Post partum Psikosa
d. Gangguan involusi uterus

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium
Pada post partum yang biasa di ukur yaitu kadar Hb, hematokrit, kadar
leukosit, golongan darah
2. Pemeriksaan urine
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan megggunakan cateter atau
dengan teknik pengambilan bersih spesimen ini dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika
kateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal
ibu harus dikaji untuk mementukana status dan rhesus dan kebutuhan therapy
yang mungkin.

e. PENATALAKSANAAN
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien
dengan post partum adalah sebagai berikut:
a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.

Asuhan Keperawatan 5
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan
memungkinkannya mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik
dengan orang, keluarga baru, maupun budaya tertentu.
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum, dilakukan berbagai
macam penatalaksanaan, diantaranya :
a. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,
stress, atau dehidrasi.
b. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan
perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan
syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital, seperti
Dextrose atau Ringer.
c. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan
dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk
membantu kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan post partum.
d. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik,
narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini
diberikan secara regional/ umum
e. Early ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early ambulation
dimana ibu setelah 6 jam pertama diperbolehkan miring kanan dan kiri
untuk mencegah trombosis. Kemudian secara bertahap berlatih duduk,
berdiri hingga berjalan.
f. Perawatan Payudara
Memperhatikan kebersihan mamae, apabila ada luka pada puting harus
segera diobati. Dan pada ibu yang belum mampu mengeluarkan ASI
dilakukan perawatan payudara post partum.

Asuhan Keperawatan 6
g. Pemberian Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang, porsinya lebih
banyak daripada waktu hamil. Disamping untuk mempercepat pulihnya
kesehatan setelah kelahiran juga meningkatkan produksi ASI

Asuhan Keperawatan 7
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny LS
Usia : 30 th
No RM : 03.70.16
Agama : Budha
Suku : Chinese
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. Keluhan Utama
Nyeri pada luka operasi
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Post operasi SC
D. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Tidak ada
E. Riwayat gizi
Skor Skrining Gizi = 0 (resiko rendah)
F. Pola kebiasaan
1. Nutrisi dan metabolisme
2. Eliminasi
3. Tidur dan istirahat
4. Kebersihan
5. Pola aktivitas
G. Pemeriksaan Fisik ( meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
dari ujung rambut sampai ujung kaki )

Asuhan Keperawatan 8
[1.] Kedaan umum : Sedanga
1.[2.] Kesadaran : CM
2.[3.] GCS : 15
3.[4.] Tanda – tanda Vital :
TD : 110/70
N : 79 x/m
R : 20x/m
T : 36,3oC
4.[5.] Keadaan fisik : normal
H. Sistem Integumen
1. Kepala dan leher
Wajah : simetris, tidak ada oedem
Mata : simetris, konjungtiva kemerahan (tidak pucat), sklera
putih
Mulut : tidak ada stomatitis
2. Dada
Pergerakan dada simetris, payudara simetris, putting menonjol,
belum ada pengeluaran ASI
3. Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik
Terdapat luka operasi tertutup perban kondisi bersih
4. Ekstermitas
Kaki : tidak ada oedem, simetris
Tangan : tidak ada oedem, simetris
I. Pemeriksaan penunjang ( jika ada pemeriksaan laboratorium,
radiologi dan pemeriksaan lain – lain )
Pemeriksaan lab pre operasi :
Hb : 13.5
Gol darah :O
CT :6

Asuhan Keperawatan 9
BT :5
SGOT : 18
SGPT : 14,39
Ureum : 18
Creatinin : 0,53
GDS : 95
HbsAG : non reaktif
Pemeriksaan lab 4 jam post operasi
Hb : 13,3
J. Terapi saat ini
IVFD : RL : Valamin = 30 tpm (makro)
Injeksi : terpacef 2x1, sanmol 4x1, laktopain 4x1, pumpicel 1x1,
trovensis 2x1
Oral : lactalan 3x1
Supp : Nazovel II (kp nyeri)

II. ANALISA DATA


Nama Pasien : Ny.LS
Tanggal Lahir ( umur ) : 30 tahun
Nomor RM : 037016

No Symptom ( gejala ) Etiologi ( penyebab ) Problem


1. Nyeri abdomen Luka insisi Nyeri
2. Sulit Tidur Hambatan lingkungan Gangguan pola
(kebisingan) tidur
3.

[III.] DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny.LS
Tanggal Lahir ( Umur ) : 30 tahun
Nomor RM : 037016

Diaagnosa Keperawatan Prioritas

Asuhan Keperawatan 10
1. Nyeri akut b.d pencedera fisik (prosedur operasi)
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan (kebisingan)
3.

Asuhan Keperawatan 11
III.[IV.] RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.LS
Tanggal Lahir ( Umur ) : 30 tahun
Nomor RM : 037016

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (l.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Kategori : Psikologis Setelah dilakukan tindakan Tindakan: :
Subkategori : Nyeri dan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
Kenyamanan masalah nyeri akut dapat teratasi 1. Identifikasi nyeri yang komprehensif
Definisi : dengan kriteria hasil: (P,Q,R,S,T)lokasi,
Pengalaman sensorik atau Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
emosional yang berkaitan frekuensi, kualitas,
dengan kerusakan jaringan - intensitas nyeri.
aktual atau fungsional, dengan 2. Identifikasi skala nyeri
onset mendadak atau lambat 3. Identifikasi respon
dan berintensitas ringan hingga nyeri non verbal
berat yang berlangsung kurang 4. Identifikasi faktor yang
dari 3 bulan. memperberat dan
meringankan nyeri
Penyebab : - 5.Monitor efek samping
1. Agen pencedera fisiologis (mis. diharapakan menurun dan penggunaan analgetik
inflamasi, iskemia, teratasi dengan indikator:
neoplasma) 1. Keluhan nyeri (4) Teraupetik:
2. Agen pencedera fisik 2. Meringis (4) 1.Berikan teknik nonfarmakologis untuk
(mis. abses, amputasi, 3. Sikap protektif (4) mengurangi rasa nyeri (Terapi napas
terbakar, terpotong, 4. Kesulitan Tidur (4) dalam)musik, kompres hangat, pijat)
mengangkat berat, Ket : 2.kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
prosedur operasi, 1=meningkat (suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)
trauma, latihan fisik 2=cukup meningkat
berlebihan 3=sedang 3.Berikan posisi nyaman
Gejala dan Tanda Mayor 4=cukup menurun 3.fasilitasi istirahat dan tidur
Subjektif : 5=menurun
1. Mengeluh nyeri 1. TTV (Tekanan darah, Edukasi:
Objektif : frekuensi nadi, pola 1.Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
1. Tampak meringis nafas) (4) 2.Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Bersikap protektif (mis. 2. Fokus (5) 3.anjurkan monitor nyeri secara mandiri
waspada, posisi 3. Nafsu makan (4) 4. anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
menghindar nyeri Ket : 5.ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
3. Gelisah 1=memburuk mengurangi rasa nyeri
4. Frekuensi nadi 2=cukup memburuk
meningkat 3=sedang Kolaborasi :
5. Sulit tidur 4=cukup membaik 1.Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu
5=membai
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : -
Objektif :
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Diaforesis
Kondisi Klinis Terkait :
1. Infeksi

2. Gangguan pola tidur (D.0055) Pola tidur (L05045) Dukungan tidur r (1.05174)

Asuhan Keperawatan 1
Definisi Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
Gangguan kualitas dan kuantitas keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
waktu tidur akibat factor eksternal masalah pola tidur dapat teratasi 1.Identifikasi pola aktifitas dan tidur
dengan kriteria hasil 2.Identifikasi factor pengganggu tidur (fisik atau
Penyebab: keluhan sulit tidur psikologis)
1.hambatan lingkungan keluhan tidak puas tidurmembaik 3.Identifikasi makanan dan minuman yang
(kelembaban lingkungan Indikator: menggagu tidur (kopi,teh,alcohol,makanan yang
sekitar,suhu lingkungan, 1.keluhan sulit tidur (2) mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
pencahayaan, kebisingan, bau tidak 2.keluhan sering terjaga (2) tidur)
sedap, jadwal 3.keluhan tidak puas tidur (2) 4.identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
pemantauan/pemeriksaan/tindakan 4.keluhan pola tidur berubah (2)
2. kurangnya control tidur 5.keluhan istirahat tidak cukup (2) Teraupetik:
3. kurangnya privasi Ket: 1.modifikasi lingkungan (pencahayaan,
4. restrain fisik 1.menurun (1) kebisingan, suhu,matrastempat tidur)
5. ketiadaan teman tidur 2.cukup menurun (2) 2.Tetapkan jadwal tidur rutin2.Batasi waktu tidur
6. tidak familiar dengan peralatan 3.sedang (3) siang jika perlu
tidur 4.cukup meningkat (4) 3.fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
5.meningkat (5) 4.Tetapkan jadwal rutin tidur
Gejala dan tanda mayor 5.lakukan prosedur untuk meningkatkan
Subjek: kenyamanan (pijat,pengaturan posisi)
1.mengeluh sulit tidur 6.Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan
2.mengekuh sering terjaga penunjang siklus tidur terjaga
3.mengeluh tidak puas tidur
4.mengeluh pola tidur berubah Edukasi:
5.mengeluh istirahat tidak cukup 1.jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2.anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3.anjurkan menghindari makanan atau minuman
yang mengganggu tidur
4.ajarkan factor-faktor yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (psikologis, gaya

Asuhan Keperawatan 2
hidup, sering berubah shift berkerja(
5.ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

3.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ( SOAP yang di CPPT )


Nama Pasien : Ny.LS
Tanggal Lahir ( Umur ) : 30 tahun
Nomor RM : 037016

Hari ke 1

No Hari/ Diagnosa keperawatan Implementasi TTD


Tanggal

Asuhan Keperawatan 3
1. 2 juni Nyeri - Mengidentifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T)
2023 Ditandai dengan: Hasil:
DS: P : Luka insisi
-Pasien mengatakan nyeri pada bagian Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
perut luka operasi R : abdomen
-pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk- S : skala nyeri 3
tusuk T : hilang timbul
-pasien mengatakan nyeri hilang timbul - Memberikan teknik non farmakologis untuk
DO: mengurangi rasa nyeri (terapi nafas dalam)
-pasien terlihat memegang perut Hasil:
-pasien tampak meringis Pasien diajarkan teknik nafas dalam ketika nyeri timbul
-pasien tampak keringat menahan sakit - Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
-TTV: (suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
TD:110/70 mmHg Hasil :
N:78x/m Suhu ruangan diatur,pencahayaan di atur dan
S:36,4C kebisingan dikurangi guna meningkatkan kenyamanan
Rr:20x/m pasien.
- Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil:
Pemberian sanmol flash 1gram
2. 2 juni Gangguan pola tidur - Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur
2023 Ditandai dengan: Hasil:
DS: - Tidak bisa tidur siang
- Pasien mengatakan sulit tidur - Tidur malam sering terbangun
- Pasien mengatakan tidak bias tidur - Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
nyenyak Hasil:
DO : - Menyusui bayi
- Klien tampak lesu - Memodifikasi lingkungan (pencahayaan,
- Klien tampak gelisah kebisingan,suhu,tempat tidur)
Hasil:

Asuhan Keperawatan 4
- Pencahayaan diatur
- Kebisingan dikurangi
- Suhu di sesuaikan dengan kenyamanan pasien
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Hasil:
- Pasien mengerti dan memahami pentingnya tidur
cukup untuk mempercepat proses penyembuhan

Hari ke 2

No Hari/ Diagnosa keperawatan Implementasi TTD


Tanggal

Asuhan Keperawatan 5
1. 3 juni Nyeri - Mengidentifikasi nyeri yang komprehensif (P,Q,R,S,T)
2023 Ditandai dengan: Hasil:
DS: P : Luka insisi
-Pasien mengatakan nyeri pada bagian Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
perut luka operasi R : abdomen
-pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk- S : skala nyeri 1
tusuk T : hilang timbul
-pasien mengatakan nyeri hilang timbul - Memberikan teknik non farmakologis untuk
DO: mengurangi rasa nyeri (terapi nafas dalam)
-pasien terlihat memegang perut Hasil:
-pasien tampak meringis Teknik nafas dalam,ketika nyeri timbul tetap
-pasien tampak keringat menahan sakit dipertahankan
-TTV: - Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
TD:120/70 mmHg (suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
N:81x/m Hasil :
S:36,6C Suhu ruangan diatur,pencahayaan di atur dan
Rr:19x/m kebisingan dikurangi guna meningkatkan kenyamanan
pasien tetap dipertahankan
- Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil:
Pemberian analtram ketika nyeri timbul tetap
dipertahankan
2. 3 juni Gangguan pola tidur - Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur
2023 Ditandai dengan: Hasil:
DS: - Tidur siang ketika bayi tidur maka diusahakan
- Pasien mengatakan sulit tidur pasien tidur
- Pasien mengatakan tidak bias tidur - Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
nyenyak Hasil:
DO : - Menyusui bayi
- Klien tampak lesu - Memodifikasi lingkungan (pencahayaan,

Asuhan Keperawatan 6
- Klien tampak gelisah kebisingan,suhu,tempat tidur)
Hasil:
- Pencahayaan diatur,kebisingan dikurangi,suhu di
sesuaikan dengan kenyamanan pasien tetap
dipertahankan
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Hasil:
- Pasien mengerti dan memahami pentingnya tidur
cukup untuk mempercepat proses penyembuhan

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.LS
Tanggal Lahir ( Umur ) : 30 tahun

Asuhan Keperawatan 7
Nomor RM : 037016
Nama Pasien : ( inisial )
Tanggal Lahir ( Umur ) :
Nomor RM :
Hari ke 1
No Hari/Tanggal (Diagnosa) Evaluasi Keperawatan TTD
1. 2 juni 2023 (Nyeri) S : Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi
O : Pasien tampak meringis dan memegang daerah nyeri
Skala nyeri 3
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Intervensi di lanjut dengan:
- Kontrol lingkungan
- Therapy nafas dalam
- Therapy sanmol flash 1gram diberikan bila nyeri
timbul
2. 2 juni 2023 (gangguan pola S : Klien mengatakan sulit tidur
tidur) O : Klien tampak lesu dan gelisah
A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Intervensi di lanjut dengan :
- Pola aktifitas dan tidur ditingkatkan
- Modifikasi lingkungan di pertahankan

Asuhan Keperawatan 8
Hari ke 2
No Hari/Tanggal (Diagnosa) Evaluasi Keperawatan TTD
1. 3 juni 2023 (Nyeri) S : Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi sedikit
O : Pasien tampak meringis dan memegang daerah nyeri
Skala nyeri 1
A : Masalah nyeri teratasi
P : Intervensi di lanjut dirumah dengan:
- Kontrol lingkungan tetap pertahankan
- Therapy nafas dalam jika nyeri
- Therapy analtram 3x1 dilanjutkan dirumah
2. 3 juni 2023 (gangguan pola S : Pasien mengatakan bisa mengatur waktu tidurnya
tidur) Pasien mengatakan jika bayi tidur pasien juga tidur
O : Pasien tampak membaik
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
P : Intervensi di lanjut dengan :
- Pola aktifitas dan tidur dipertahankan dirumah
- Modifikasi lingkungan di rumah disesuaikan
dengan mood pasien

Asuhan Keperawatan 9
Bandarlampung, ………..2023
Kepala Bidang Keperawatan Kasie Mutu Asuhan Keperawatan


Ns. Evi Budiarti, S.Kep Ns. Nurdayanti, S.Kep


Mengetahui,
Wadir Pelayanan Medis

dr. Novayanti, MM-BAT


Bandarlampung, ………..2023
Kepala Bidang Keperawatan Kasie Mutu Asuhan Keperawatan


Ns. Evi Budiarti, S.Kep Ns. Nurdayanti, S.Kep


Mengetahui,
Wadir Pelayanan Medis

dr. Novayanti, MM-BAT

Anda mungkin juga menyukai