Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjadi seorang ibu tentunya menjadi harapan semua wanita, untuk menjadi
seorang ibu tentunya harus melewati proses kehamilan terlebih dahulu. Setelah masa
kehamilan cukup bulan seorang wanita akan mengalami proses persalinan.
Persalinan merupakan proses pergerakan pengeluaran janin, plasenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan
dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi yang muncul kecil, kemudian terus meningkat
sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran
janin dari rahim ibu. (Rohani, dkk. 2012).
Apabila keadaan ibu tidak memungkinkan untuk melakukan persalinan secara
normal dapat dilakukan persalinan luar biasa/persalinan abnormal. Menurut Sofian
(2011) terdapat beberapa indikasi ibu tidak dapat melahirkan secara normal, yaitu
plasenta previa, ruptur uteri, partus lama, partus tidak maju, Preeklamsi dan Cephalo
Pelvic Disproportion (CPD) atau panggul sempit. CPD termasuk penyebab seorang
ibu tidak dapat melakukan partus secara normal. CPD itu sendiri adalah keadaan
dimana tidak seimbangnya antara panggul ibu dengan kepala janin. Penanganan dari
CPD adalah dilakukannya partus dengan sectio caesarea (Aflah, 2010).
Sectio caesarea adalah pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding
abdomen dan uterus (Reeder, 2012). Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui
jalur abdominal (laparatomi) yang memerlukan insisi ke dalam uterus (histeroktomi)
(Norwitz.E, John.S, 2007).
Angka kejadian persalinan sectio caesarea cukup tinggi di Indonesia. WHO
menetapkan indikator operasi sectio caesarea 5-15% untuk setiap negara jika tidak
sesuai indikasi operasi caesarea dapat
meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.Berdasarkan data
RISKESDAS tahun 2010, tingkat persalinan caesarea di Indonesia 15,3% sampel dari
20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir diwawancara di 33
provinsi. Gambaran ibu yang dioperasi caesarea, 64,52% bertempat tinggal di kota,
50,25 % pendidikan ibu lulus SLTP kebawah, dan 38% ibu yang dioperasi caesarea
adalah anak pertama/primipara (Suryati, T. 2012).

1
Angka kejadian persalinan sectio caesarea terus meningkat setiap tahunnya. Di
RSA UGM tingkat persalinan dengan sectio caesarea cukup tinggi, dibuktikan dengan
jumlah sectio caesarea.
Tingginya angka persalinan secara sectio caesarea berbanding lurus dengan
kemungkinan munculnya permasalahan pada pasien pre, intra dan post sectio caesarea
dari semua aspek mulai dari bio, psiko, sosial, dan spiritual. Masalah fisik yang dapat
muncul antara lain nyeri, dan resiko infeksi. Menurut Reeder (2011) masalah
keperawatan yang dapat muncul pada pasien pre, intra dan post sectio caesareae yaitu
kecemasan, kurang pengetahuan, resiko cidera, gangguan mobilitas fisik, gangguan
citra tubuh, dan ketidakmampuan mnjadi orang tua dan proses keluarga. Karena
masalah yang muncul sangat kompleks maka sangat diperlukan memberikan asuhan
keperawatan secara profesional dan menggunakan pendekatan proses keperawatan
yang sesuai sehingga masalah yang muncul dapat diminimalkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada pembahasan
makalah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Ny.D
Diagnosa Medis G2P1A0 CPD 38+4 Minggu dengan Tindakan Sectio Caesarea di
IBS RSA Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
C. Ruang Lingkup
Penulis membatasi data “Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Ny. D
Diagnosa Medis G2P1A0 CPD 38+4 Minggu dengan Tindakan Sectio Caesarea di
IBS RSA Universitas Gajah Mada Yogyakarta”. Yang meliputi pre, intra, post operasi
hanya pada lingkungan kerja kamar operasi 2 RSA UGM Yogyakarta. Penulis
melakukan asuhan keperawatan menggunakan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan.
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata asuhan keperawatan pada klien
dengan tindakan operasi sectio cesarea di tinjau dari asuhan keperawatan
perioperatif
2. Tujuan khusus
a) Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian analisis data dan perumusan
diagnosa keperawatn pada klien operasi SC

2
b) Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan perencanaan keperawatan
pada klien SC
c) Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan keperawatan pada klien SC
d) Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi keperawatan pada
klien SC
e) Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada klien SC
E. Manfaat
1. Bagi Penulis
Meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan Asuhan Keperawatan
pasien perioperatif sectio caesarea.
2. Bagi HIPKABI
Sebagi bahan wacana dan referensi awal pelatihan selanjutnya bagi peserta
pelatihan HIPKABI.
3. Bagi Profesi
Sebagai salah satu upaya peninngkatan dan pengembangan ketrampilan
khususnya di bidang keperawatan perioperatif sectio caesaria.
4. Bagi rumah sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan
keperawatan pre, intra dan post operatif sectio cesarea, sehingga diharapkan
embantu untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi yang
maksimal.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau sectio cesaria adalah
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar,2012)
Sectio caesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus
yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau kehamilan lebih dari 28
minggu (Manuaba,2012)

B. Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita


Menurut Syaifuddin (2012) anatomi reproduksi wanita terdiri dari dua bagian
yaitu genitalia eksterna dan genitalia interna dan masing-masing genitalia mempunyai
bagian antara lain :
1. Genitalia Eksterna
a. Vulva
Vulva termasuk alat kelamin bagian luar tempat bermuaranya sistem urogenital
yang dilingkari oleh labia mayora, ke belakang menjadi satu dengan
kommisura posterior dan perinium, di bawah kulit terdsapat jaringan lemak
(mons pubis). Bagian media dari bibir besar ditemukan bibir kecil (labia
minora), ke arah periniam menjadi satu danmembentuk frenulum labirum
pundendi.
Bagian depan frenulum terdapat fossa navikulare. Pada kiri dan kanan fossa
navikulare terdapat dua buah lubang kecil tempat bermuaranya glandula
bartholini. Bagian depan labia minora manjadi satu membentuk prepusium
klistoris dan di bawah prepusium klistoris terdapat klistoris. Kira-kira 1,5 cm
di bawah klistoris terdapat orifisium uretra eksterna (lubang kemih), di kiri dan
kanan lubang kemih terdapat dua lubang kecil dari saluran buntu (duktus
skene).
b. Mons Pubis

4
Monspubis adalah bagian menonjol yang melingkar di depan simfisis pubis,
dibentuk oleh jaringan lemak di bawah kulit, meliputi daerah simfisis yang
ditumbuhi rambut pada masa pubertas.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah lipatan kulit yang menonjol secara longitudinal yang
memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis dan membentuk batas
lateral yang banyak mengandung saraf.
d. Labia Minora
Labia Minora adalah lipatan kecil yang terdapat diantara labia mayora,
memanjang dari klistoris secara oblik kebawah dan samping kebelakang
sepanjang 4 cm di sisi orifisium vagina.
e. Klistoris
Klistoris adalah tonjolan kecil yang melingkar berisi jaringan erektil yang
sangat sensitif, terdapat di bawah kommisura labia anterior dan sebagian
tersebunyi di antara ujung anterior labia minora, banyak mengandung saraf
f. Vestibulum vagina
Vestibulum vagina adalah celah diantara labia minora di balakang glans
glitoris, di dalamnya terdapat orifisium uretra 2,5 cm
g. Himen
Lapisan tipis menutupi sebagian liang sanggama. Di tengahnya berlubang,
merupakan tempat keluarnya menstruasi, bentuknya bervariasi dan bila
teregang akan terbentuk cincin.
h. Orifisium Vagina
Orifisium vagina adalah celah yang terdaat di bawah dan di belakang muara
utera, ukurannya bergantung pada himen, lipatan tepi dalamnya berkontak sat
sama lainnya
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Vagina merupakan penghubung antara genetalia eksterna dengan genetalia
interna, vagina berukuran dii depan 6,5 cm dan di belakang 9,5 cm. Sumbunya
berjalan kira-kira sejajar dengan arah tepi bawah simfisis ke promonotorium.
b. Uterus
Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebal seperti buah alpokat atau
buah pir yang sedikit gepeng, terletak dalam rongga pelvis diantara rektum dan

5
kandung kemih. Panjang uterus 7-7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus
terdiri dari :
1) Fundus uteri
Di tutupi oleh peritonium, berhubungan dengan facies vesikalis dan
permukaan internalis. Pada bagian atas bermuara tuba uteria yang
menembus dinding uterus. Di bagian bawah dan di depan titik pertemuan
ini terdapat ligamentum dan di belakang ligamentum terdapat ovarium.
2) Korpus uteri
Di dalamnya terdapat rongga atau kavum uteri yang membuka keluar ealui
saluran kanalis servikalis yang terletak pada servik. Bagian ini merupakan
tempat berkembangnya janin.
3) Serviks Uteri
Merupan bagian uterus ke bawah dan kebelakang dan sedikit lebar di
pertengahan. Sumbu panjang servik sama dengan sumbu panjang korpus
berbentuk garis benegkok kedepan
c. Tuba Falopi
Tuba falopi adalah saluran telur yang mengangkut ovum dari ovarium ke
kavum uteri panjangnya antara 11-14 cm. Tuba falopi ada 2 bagian mulai dari
sisi pelvis ke sudut superior lateral uterus.
d. Ovarium
Keenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus terikat oleh ligamentum uterus.
Ovarium berhubungan dengan uterus melalui ligamntum ovari propium
terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium
terletak pada intraperitonial dan tida dilapisi peritonium.
Panggul
1. Anatomi panggul

Panggul atau pelvis terdiri atas 2 bagian yaitu :


a. Bagian keras yang dibentuk oleh tulang

6
b. Bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamenta
Bagian keras pelvis yang dibentuk oleh tulang ada 2 bagian yaitu :
a. Pelvis mayor
Mendukung isi perut seperti usus, hati, ginjal, pankreas dll
b. Pelvis minor
Tempat organ-organ genetalia internal seperti uterus, ovarium, vagina, kandung
kemih, dl
Tulang panggul terdiri dari 4 buah tulang yaitu:
a. 2 buah tulang pangkal paha ( os coxae )
Tulang coxae terdiri atas 3 buah tulang yang berhubungan satu sama lain. Batas
os coxae dari articulatio sakro iliaka sampai pertengahan pubis.
Ketiga tulang itu ialah :
1) Tulang usus ( os illium)
Os illium terletak dari articulatio sakroilliaka sampai pinggir atas
acetabulum. Batas atasnya merupakan pinggir tulang yang tebal yang disebut
crista illiaca
Ujung depan maupun belakang dari crista illiaka menonjol terdiri atas 4
spina yaitu :
a) Spina illiaka anterior superior (sias)
b) Spina illiaka anterior inferior (siai)
c) Spina illiaka posterior superior (sips)
d) Spina illiaka posterior inferior (sipi)
Di bawah spina illiaka posterior inferior terdapat tekik yang disebut
incisura ischiadika mayor
2) Tulang duduk ( os ischium)
Os ischium terletak dari foramen obsturatorium sampai pada pinggir atas
acetabulum. Tonjolan yang ada pada ischium yaitu spina ischiadica. Tulang
yang tebal yang menyangga berat badan pada saat duduk adalah tuber
ischadicum. Bagian yang cekung besar sebelah atas disebut inchisura
isciadica mayor. Bagian yang cekung kecil sebelah bawah disebut inchisura
ischiadica minor.
3) Tulang kemaluan ( os pubis )
Tulang yang membatasi sebuah lubang dalam tulang panggul dinamakan
foramen obturatorium. Bagian atas yang menonjol pada os pubis dinamakan

7
ramus superior, cekungannya dinamakan linea inominata atau linea
terminalis. Pertemuan kedua ramus superior dinamakan tepi atas simfisis.
Pada bagian bawahnya dinamakan ramus inferior, pertemuan antara ramus
inferior membentuk tepi bawah simfisis. Pada ramus inferior membentuk
sudut yang disebut arcus pubis yang sudutnya tidak boleh kurang dari 90
derajat.
b. 1 buah tulang kelangkang (os sacrum)
Tulang kelangkang berbentuk segitiga melebar di atas dan meruncing ke
bawah.Batas-batas dari os sacrum yaitu :
a) articulatio sakro illiaca ( batas kanan dan kiri )
b) prosesus lumbal ke 5 ( batas belakang atas )
c) coccygis ( batas bawah )
d) promontorium ( batas depan atas )
Pada pertengahan basis terdapat titik menonjol digunakan sebagai petunjuk saat
melakukan pengukuran panggul dalam dinamakan promontorium. Pada bagian
anterior memanjng sampai illium dinamakan sayap sacrum. Lubang yang
terdapat pada bagian depan dinamakan foramina sacralia anteriora. Lubang yang
terdapat pada bagian belakang dinamakan foramina sacralia posteriora.Pada
vertebra terdapat bagian yang berduri yang dinamakan krista sakralia. Pada
bagian samping tulang kelangkang berhubungan dengan kedua tulang pangkal
paha dengan perantara articulatio sacroilliaca dan ke bawah dengan tulang
tungging.
c. 1 buah tulang tungging (os coccygis)
Berbentuk segitiga dan terdiri atas 3-5 ruas bersatu. Pada persalinan ujung tulang
tungging dapat ditolak sedikit ke belakang, hingga ukuran pintu bawah panggul
bertambah besar. Coccygis bersifat lentur, kelenturannya mempengaruhi lebar
dari ukuran panggul dalam. Artikulo sakro iliaka yang menghubungkan os
sacrum dan os ilium. Di luar kehamilan artikulasio ini hanya mungkin bergeser
sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh
dan lebih longgar, misal ujung os koksigeus dapat bergerak ke belakang sampai
sejauh 2,5 cm (Movafi, 2010).
2. Bidang-bidang panggul

8
a. Pintu atas panggul (pelvic inlet)
Pintu atas panggul minimal memiliki diameter 22 cm.
Pada pintu atas panggul (pap) ditentukan 3 ukuran penting, yaitu :
1) Ukuran muka belakang (conjugata vera) : panjangnya sekitar 11 cm, tidak
dapat diukur secara langsung, tetapi ukurannya diperhitungkan melalui
pengukuran conjugata diagonalis. Panjang conjugata diagonalis antara
promontorium dan tepi bawah simfisis pubis. Conjugata vera (cv) = cd – 1,5
cm.
2) Ukuran melintang (diameter transversa) : jarak antara kedua linea
terminalis (12,5 – 13 cm)
3) Ukuran serong (diameter obliqua) : jarak antara artikulasio sacro-iliaka
menuju tuberkulum pubikum yang bertentangan. Kedua ukuran ini tidak
dapat diukur pada wanita yang masih hidup.
b. Bidang luas panggul
Bidang terluas dalam panggul wanita membentang antara pertengahan simfisis
menuju pertemuan tulang belakang (os sacrum) kedua dan ketiga. Ukuran muka
belakangnya 12,75 cm dan ukuran melintang 12,5 cm. Dalam proses persalinan
bidang ini tidak menimbulkan kesukaran.
c. Bidang sempit panggul
Bidang sempit panggul mempunyai ukuran terkecil jalan lahir, membentang
setinggi tepi bawah simfisis menuju kedua spina ischiadica dan memotong
tulang sakrum setinggi 1-2 cm di atas ujungnya. Ukuran muka belakangnya 11,5
cm dan ukuran melintangnya sebesar 10 cm.
d. Midpelvis
Midpelvis merupakan bidang sejajar spina iskiadika. Merupakan bagian yang
penting pada proses engagement kepala janin. Diameter interspinarum ± 10,5 cm
atau lebih, dan merupakan diameter terkecil dari pelvis. Midpelvis dalam
pengukuran luar minimal memiliki ukuran diameter 20 cm
e. Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segitiga dengan dasar yang sama
1) Segitiga depan : dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arkus pubis

9
2) Segitiga belakang : dasarnya tuber ossis dan dibatasi oleh os sakrum
Ukuran panggul bawah minimal 16 cm.

Ukuran-ukuran pintu bawah panggul adalah :


1) Ukuran muka belakang: tepi bawah simfisis menuju ujung tulang sakrum
(11,5 cm)
2) Ukuran melintang : jarak antara tuber ischiadica kanan dan kiri sebesar 10-
10,5 cm
3) Diameter sagitalis posterior : ujung tulang sakrum ke pertengahan ukuran
melintang 7,5 cm
3. Bentuk-bentuk panggul wanita

Menurut Caldwell-moloy dalam Aflah (2010) ada 4 bentuk panggul :


a. Panggul ginekoid, dengan pintu atas pangul yang bundar atau dengan diameter
transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan
dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. Panggul
jenis ini paling baik untuk wanita, ditemukan pada 45% wanita.
b. Panggul anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang
daripada diameter transversa, dan denagn arkus pubis menyempit sedikit.
Ditemukan pada 355 wanita.
c. Pangul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk segitiga
berhubungan dengan penyempitan kedepan, dengan spina ischiadica menonjol
ke dalam dan dengan arkus pubis menyempit. Umumnya pria yang memiliki
panggul jenis ini, dan hanya ditemukan 15% pada wanita.
d. Pangul platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek
daripada diameter transversa pada pintu atas pangul dan dengan arkus pubis
yang luas. Ditemukan pada 5% wanita (Aflah, 2010).

10
C. Etiologi

Manuaba (2012) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea
diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan
dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

3. KPD (Ketuban Pecah Dini)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
Kelainan pada letak kepala
a. Letak kepala tengadah

11
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang
paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya
kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b. Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c. Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
d. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
D. Patofisiologi
Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadan yang timbul karena tidak adanya
keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin. Kondisi dimana ukura panggul
kurang dari 2 cm dari ukuran normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas
panggul, ruang tengah panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya
(Aflah, 2010).
1) Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabakan bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan misalnya
akibat adanya placenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit /
chepalo pelvik disproportion, ruptur uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan /operasi
yaitu Sectio Caesaria ( SC ).
2) Dalam proses operasi pasien perlu dilakukan tindakan anestesi (regional
anestesi) yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga
akan menimbulkan masalah intoleransi aktifitas. Adanya kelumpuhan
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses
operasi / pembedahan, proses penyembuhan, dan perawatan post operasi
akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan, pembuluh darah
dan saraf–saraf di sekitar daerah yang diinsisi. Hal ini tentunya akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan

12
menyebabkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir
daerah yang diinsisi akan meninggalkan luka post operasi dan ditutup. Jika
dalam perawatan tidak dilaksanakan dengan baik dan tidak sesuai prosedur
yang benar akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

E.Penatalaksanaan
1. Definisi
Sectio caesarea adalah pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding
abdomen dan uterus.(Reeder, 2012).
Sectio caesarea adalah melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau sectio caesaria adalah histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.( Mochtar 2012).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono,2009).
2. Indikasi
Sofian (2011) menuliskan ada beberapa indikasi untuk sectio caesarea yaitu
sebagai berikut :
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit atau Chepalo Pelvik Disproportion (CPD)
c. Ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul.
d. Ruptur Uteri mengancam
e. Partus lama
f. Partus tak maju
g. Distorsi servik
h. Pre eklamsia
i. Malpresentasi janin (letak lintang, letak bokong, dan gemeli)
3. Klasifikasi SC
a. Segmen Bawah : Insisi Melintang
Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman
sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga
rahim terinfeksi.
Keuntungan

13
1) Insisinya ada pada segmen bawah uterus. Namun demikian, kita harus
yakin tempat insisi ini berada pada segmen bawah yang tipis dan bukannya
pada bagian inferior dari segmen atas yang muskuler.
2) Otot tidak dipotong tetapi dipisah kesamping; cara ini mengurangi
perdarahan
3) Insisi jarang terjadi sampai plasenta
4) Kepala janin biasanya berada dibawah insisi dan mudah diekstraksi
5) Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan
kembali dibanding segmen atas yang tebal
6) Keseluruhan luka insisi terbungkus oleh lipatan vesicouterina sehingga
mengurangi perembasan kedalam cavum peritonei generalisata
Kerugian
1) Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti terjadi pada kasus yang
bayinya terlalu besar, maka pembuluh darah uterus dapat terobek sehingga
menimbulkan perdarahan hebat
2) Tidak dapat dianjurkan kalau terdapat abnormalitas pada segmen bawah,
seperti fibroid atau varices yang besar
3) Pembedahan sebelumnya atau perlekatan yang padat yang menghalangi
pencapaian segmen bawah akan mempersulit operasi
4) Kalau segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan melintang
sukar dilakukan
5) Kadang-kadang vesica urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi
sebelumnya sehingga vesica urinaria dapat terluka.
b. Segmen Bawah : Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada
insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan
gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi (Oxorn, 2010). Insisi
membujur mempunyai keuntungan yaitu kalau perlu luka insisi bisa diperlebar
keatas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya beasr, pembentukan segmen
bawah jelek, ada malposisi janin seperti letak lintang atau kalau ada anomali
janin seperti kehamilan kembar yang menyatu (joined twins). Dapat juga
dilakukan untuk plasenta previa (Oxorn, 2010).
c. Sectio Caesarea Klasik/ Corporal

14
Insisi di garis tengah dibuat dengan skalpel ke dalam dinding uterus
anterior dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting berujung tumpul.
Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong
dahulu. Janin dan placenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga
lapis. Pada masa modern ini hampir tidak dipertimbangkan untuk mengerjakan
Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk prosedur segmen atas
adalah kesulitan teknis dalam menyingkapkan segmen bawah.
Indikasi untuk Sectio Caesarea klasik yaitu :
1) Kesulitan dalam menyingkapkan segmen bawah karena adanva pembuluh-
pembuluh darah besar pada dinding antenor vesika urinaria yang letaknya
lebih tinggi dan melekat pada segmen bawah.
2) Bayi yang tercekam pada letak melintang
3) Beberapa kasus placenta previa anterior
4) Malformasi uterus
d. Sectio Caesarea Ertraperitoneal
Ada beberapa metode Sectio Caesarea Extraperitoneal seperti metode waters,
latzko dan norton. Teknik pada prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja
masuk kedalam cavum peritonei, dan insidensi cedera vesica urinaria
meningkat. Perawatan prenatal yang lebih baik, penurunan insidensi kasus
yang terlantar, dan tersedianya daratr serta antibiotik telah mengurangi
perlunya teknik Extraperitoneal.

15
Pathways

Pathway
Adanya indikasi persalinan sectio caesarea

Pemberian Anastesi ( general/spinal)

Insisi Jaringan

Pre-Op SC insisi jaringan Post-Op SC


Kurang informasi pembuluh darah Luka
Kesalahan interpretasi perdarahan terbuka
Kurang pengetahuan terputusnya
tentang prosedur resiko syok kontinuitas
operasi hipovolemik jaringan

Ansietas resiko cidera

4. Komplikasi SC
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi Sectio Caesaria antara lain :
a. Infeksi Puerperal (Nifas)
Ringan : denegan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut
sedikit kembung
Berat : dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik
b. Perdarahan, disebabkan karena :
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
1) Atonia uteri
2) Perdarahan pada plasenta
3) Luka kandung kemih
4) Ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang

16
F. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul
a. Diagnosa Pree OP :
Ansiets berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur operasi
b. Diagnosa Intra OP
Resiko cidera berhubungan dengan tindakan Invasif
Resiko Hipotermi berhubungan dengan suhu ruangan yang dingin
Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
c. Diagnosa post OP
Nyeri Akut berhubungan dengan luka post OP
Resiko infeksi berhubungan dengan port the entry kuman
Defisit perawatan diri berhubungan dengan tirah baring

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Hari/Tanggal : Jumat, 29 Juni 2018

Jam : 08.30 WIB

Tempat : IBS RSA UGM

Oleh : Wibowo Murtiyoso, AMK

Sumber data : Pasien, Rekam Medis, Perawat Anastesi, Perawat NICU

Metode : Observasi, Wawancara, Pemeriksaan Fisik, Studi Dokumentasi

1. ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Pasien

1) Nama Pasien : Ny. D

2) Tempat Tgl Lahir : Yogyakarta, (22 tahun)

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Agama : Islam

5) Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7) Status Perkawinan : Menikah

8) Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

9) Alamat : Mranggan kidul 006/027 Sinduadi Mlati

10) Diagnosa Medis : G2P1A0 UK 38+4minggu CPD,

ReSC

18
11) No. RM : 10-56-xx

12) Tanggal Masuk RS : 28 Juni 2018

b. Penanggung Jawab / Keluarga

1) Nama : Tn “D ”

2) Umur : 35 tahun

3) Pendidikan : SMA

4) Pekerjaan : Swasta

5) Alamat : Mranggan Kidul 006/027 Sinduadi Mlati

6) Hubungan dengan pasien : Suami

7) Status perkawinan : Menikah

2. Riwayat Kesehatan

a. Kesehatan Pasien

1) Keluhan Utama saat Pengkajian

Pasien mengatakan merasa cemas karena akan menghadapi operasi cesar

yang ke 2.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Alasan masuk RS :

Pasien mengatakan awalnya hanya untuk kontrol kandungannya.

19
b) Riwayat Kesehatan Pasien

Pasien mengatakan pada tanggal 28 Juni 2018 dari rumah berencana

untuk kontrol kandungannya. Sesampainya di rumah sakit sekitar pukul

jam 10.00 WIB masuk poli kebidanan dan disarankan untuk operasi

sesar oleh dokter, kemudian masuk persiapan rawat inap pada 16.00

WIB dan dirawat diruang Srikandi pada pukul 17.05 WIB.

3) Riwayat Kesehatan dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya pernah operasi sesar di RSA UGM pada

tahun 2015. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang

berat.

3. Riwayat Prenatal

b. GPA : G2P1A0

c. Riwayat Menstruasi

1) Menarche : usia 17 tahun

2) Siklus : 28 hari

3) Keluhan : tidak ada

4) Banyak darah : normal

5) HPHT : 2 bulan setelah lepas kontrasepsi suntik

20
d. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

1) Jenis : Suntik 3 bulan

2) Mula menggunakan : setelah kehamilan anak pertama

3) Terakhir menggunakan : 2 bulan sebelum hamil anak kedua

4) Keluhan : tidak ada

e. Riwayat Perkawinan

1) Status perkawinan : menikah

2) Berapa kali menikah : 1x

3) Usia pernikahan : 17 tahun

4) Lama pernikahan : 4 tahun

f. Riwayat kehamilan sekarang

1) Usia kehamilan : 38+4 minggu

2) Keluhan atau masalah : ibu mengatakan mual di

trimester awal

3) Kebiasaan (merkk/minum alkihl) : tidak pernah

4) Pemakaian bat-batan : tidak ada

5) Pemeriksaan kehamilan (ANC) : pasien mengatakan

melakukan pemeriksaan ANC sebanyak

3x selama kehamilan

6) Imunisasi : pasien mendapatkan

imunisasi TT1 dan TT2

21
g. Riwayat kehamilan/persalinan dahulu

No Tahun Usia ibu Usia Lahir Tindakan Kondisi


kehamilan di persalinan bayi
40
1 2015 18 th RS SC Hidup
minggu
h. Riwayat Menyusui

Pasien mengatakan memberikan ASI kepada anak pertama selama 6 bulan

tetapi ketika ASI tidak keluar atau keluar sedikit dan anaknya rewel pasien

memberikan susu formula. Pasien mengatakan tidak tahu cara supaya ASI

keluar lebih banyak.

i. Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Genogram

Keterangan Gambar :

: Laki – laki : Garis pernikahan

: Perempuan : Garis keturunan

: Pasien : Tinggal 1 rumah

: Meninggal

2) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasein mengatakan di keluarganya ibunya sendiri menderita stroke.

22
4. Kesehatan Fungsional

a. Aspek Fisik – Biologis

1) Nutrisi

a) Sebelum Sakit

Pasien mengatakan makan 3 kali sehari (pagi, siang, sore) kadang

lebih. Jenis makanan nasi, sayur, lauk- pauk.. Tidak ada makanan

pantangan. Pasien mengatakan alergi makan ikan asin, dan tidak ada

gangguan saat menelan makanan. Pasien mengatakan minum air putih

dan teh lebih dari 5 gelas sehari.

b) Selama Sakit

Pasien mengatakan nafsu makan tidak berubah, makan 3 kali sehari

(pagi, siang, sore) kadang makan makanan ringan. Jenis makanan nasi,

sayur, lauk-pauk, dan buah. Pasien mengatakan alergi dengan ikan asin.

Pasien mengatakan mual saat awal kehamilan tetapi sekarang tidak,

tidak muntah, dan tidak ada gangguan saat menelan makanan.Pasien

mengatakan minum air putih dan teh lebih dari 5 gelas sehari.

2) Pola Eliminasi

a) Sebelum Sakit

Pasien mengatakan BAB lancar, BAB 1 kali sehari, kosistensi lunak,

warnanya coklat. Pasien mengatakan tidak merasa nyeri saat BAB.

Pasien mengatakan BAK kurang lebih 5 kali sehari, warna kuning

jernih dan bau khas urin.Pasien mengatakan tidak merasa nyeri saat

BAK.

b) Selama Sakit

23
Pasien mengatakan BAB lancar, BAB 1 kali sehari, kosistensi lunak,

warnanya coklat. Pasien mengatakan tidak merasa nyeri saat BAB.

Pasien mengatakan BAK kurang lebih 5 kali sehari, warna kuning

jernih dan bau khas urin. Pasien mengatakan tidak merasa nyeri saat

BAK.

3) Pola Aktivitas

a) Sebelum Sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari – hari

Pasien mengatakan sehari-hari mengurus rumah tangga nya dan

melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci,

dan pekerjaan rumah lainnya

(2) Keadaan pernafasan

Pasienmengatakan tidak pernah merasa sesak nafas, tidak merasa

nyeri dada saat bernafas, pasien mengatakan tidak punya penyakit

asma.

(3) Keadaan Kardiovaskuler

Pasien mengatakan tidak pernah merasa tiba-tiba berdebar-debar

atau nyeri pada dada sebelah kiri, pasien mengatakan tidak

mempunyai penyakit jantung.

b) Selama Sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari – hari

Pasien mengatakan selama hamil tidak bolrh bekerja terlalu capek

sehingga lebih banyak beristirahat

(2) Keadaan pernafasan

24
Pasien mengatakan merasa sedikit sesak nafas waktu perutnya

semakin membesar, tidak merasa nyeri dada saat bernafas, pasien

mengatakan tidak punya penyakit asma.

(3) Keadaan kardiovaskuler

Pasien mengatakan tidak pernah merasa tiba-tiba berdebar-debar

atau nyeri pada dada sebelah kiri, pasien mengatakan tidak

mempunyai penyakit jantung.

4) Kebutuhan istirahat – tidur

a) Sebelum sakit

Pasien mengatakan tidur malam nyenyak ±8 jam sehari, tidurnya tidak

terbangun-bangun, mulai tidur pukul 21.00 WIB sampai 05.00 WIB,

siang hari pasien kadang-kadang tidur ±1 jam saat tidak ada pekerjaan.

b) Selama sakit

Pasien mengatakan beberapa hari susah tidur dan sering terbangun di

malam hari karena merasa takut menghadapi persalinan.

25
b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual

1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan

Pasien mengatakan menjaga kesehatan itu penting karena jika ada yang

sakit semuanya bias bingung.

2) Pola hubungan

Pasien mengatakan sebelum dan selama sakit hubungan pasien dengan

keluarga berjalan denganbaik.

3) Koping atau toleransi stress

Pasien mengatakan jika mendapat permasalahan atau mengalami kesulitan

selalu bercerita dengan suaminya.

4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya

Pasien mengatakan sudah tau jika dirinya sedang hamil dan akan dilakukan

operasi cesar.

5) Konsep diri

a) Gambaran Diri

Pasien mengatakan dirinya bertubuh kurus dengan perut besar, warna

kulit kuning langsat, rambut panjang.

b) Harga Diri

Pasien mengatakan di keluarga, lingkungan, masyarakat, dan tempat

kerja merasa di hargai.

c) Peran Diri

Pasien mengatakan dirinya dirumah berperan sebagai seurang istri dan

seorang ibu. Pasien mengatakan dirinya mempunyai tugas menjaga

keutuhan keluarganya. Pasien mengatakan selama di RS dirinya

berperan sebagai pasien.

26
d) Ideal Diri

Pasien mengatakan ingin segera selesai operasi.

e) Identitas Diri

Pasien mengaakan bernama “D”, jenis kelamin Perempuan, beragama

islam, berkerja sebagai ibu rumah tangga, rumah beralamat di Triharjo,

wates, kulon progo. Pasien mengatkan mempunyai 1 suami dan 1 anak

perempuan.

6) Seksual dan menstruasi

Pasien mengatakan masih berhubungan seksual dengan suaminya, sempat

mengikuti program keluarga berencanadengan suntik 3 bulanan. Pasien

mengatakan menstruasinya 28 hari sekali

7) Nilai

Pasien mengaakan beragama islam dan menjalankan sholat 5 waktu

c. Aspek Lingkungan Fisik

Pasien mengatakan lingkungan rumahnya di pedesaan jadi masih sejuk, bersih,

dan tidak ada polusi.

27
5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

1) Kesadaran : Compos Mentis (E4 V5 M6)

2) Status Gizi :

TB = 143 cm

BB = 47 Kg

Tanda Vital : Tekanan Darah= 140⁄90 mmHg

Nadi = 105 x/menit

Respirasi Rate = 26 x/menit

DJJ = 136 x/menit

3) Skala Nyeri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Skala nyeri0 (1-10)

Tidak ada keluhan nyeri

28
4) Skala Cemas HARS (Hamiltn Anxiety Rating Scale)
No Penilaian kecemasan 0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan 
pikiran sendiri, mudah tersinggung
2 Ketegangan: merasa tegang, gelisah, 
gemetar, mudah terganggu dan lesu
3 Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap 
rang asing, bila tinggal sendiri dan takut
pada binatang besar
4 Gangguan tidur: sukar memulai tidur, 
terbangun pada malam hari,tidur tidak pulas
dan mimpi buruk
5 Gangguan kecerdasan: penurunan daya 
ingat, mudah lupa dan sulit knsentrasi
6 Perasaan depresi: hilangnya minat, 
berkurangnya kesenangan pada hbi, sedih,
perasaan tidak menyenangkan sepanjang
hari
7 Gejala smatik: nyeri pada tt-tt dan kaku, 
gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan
tt
8 Gejala sensri: perasaan ditusuk-tusuk, 
penglihatan kabur, muka merah dan pucat
serta merasa lemah
9 Gejala kardivaskuler: takikardi, nyeri dada, 
denyut nadi mengeras, dan detak jantung
hilang sekejap
10 Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, 
perasaan tercekik, sering menarik nafas
panjang dan merasa nafas pendek
11 Gejala gastintestinal: sulit menelan, pstipasi, 
BB menurun, mual, muntah, nyeri lambung,
perasaan panas di perut
12 Gejala urgenital: sering kencing, tidak dapat 
menahan kencing, aminrhea, ereksi lemah
atau imptensi
13 Gejala vegetatif: mulut kering, mudah 
berkeringat, muka merah, bulu rma berdiri,
pusing/ sakit kepala
14 Perilau sewaktu wawancara: gelisah, jari 
gemetar, menkerutkan dahi atau kening,
muka tegang, tnus tt meningkat, nafas
pendek dan cepat
Jumlah 19
Skr <6 : tidak ada kecemasan
Skr 6-14 : kecemasan ringan
Skr 15-27 : kecemasan sedang
Skor >27 : kecemasan berat
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)

1) Kulit

Kulit bersih, tidak ada lesi, tidak ada sianosis, tidak ada edema, warna

Kuning langsat, kulit lembab.

2) Kepala

29
Bentuk kepala mesochepal, rambut hitam, rambut tampak bersih, tidak

tampak ketombe, tidak ada bekas luka.

3) Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak tampak sekret.

4) Telinga :Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, bersih tidak ada

serumen

5) Mulut : Mukosa bibir kering, pucat.

6) Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid.

7) Tengkuk

Tidak ada kaku kuduk.

8) Dada

a) Inspeksi

Tidak terdapat retraksi dinding dada

b) Palpasi

Tidak teraba kelainan tulang, tidak ada pembesaran organ, tidak ada

nyeri tekan

30
c) Perkusi

Suara paru terdengar normal (sonor), suara jantung terdengar normal

(pekak)

d) Auskultasi

Pada paru terdengar suara nafas vesikuler.Pada jantung terdengar suara

lup dub bunyi jantung 1 dan 2 murni.

9) Payudara

a) Inspeksi

Payudara simetris, puting berwarna kecoklatan dan menjol

b) Palpasi

Payudara teraba kencang

10) Punggung

Tidak dikaji

11) Abdomen

a) Inspeksi

Terdapat linea nigra, terdapat streach mark dan terdapat bekas sayatan

melintang

b) Auskultasi

DJJ : 142 x/menit

c) Palpasi

Leopold I : TFU : 32 cm

Leopold II : Punggung Kiri

Leopold III : Presentasi Kepala

Leopold IV : Belum masuk PAP

12) Panggul

31
Panggul nampak kecil,

Dengan ukuran pintu atas panggul 20cm, midpervis 18cm, pintu bawah

panggul 14 cm

Hasil osborn test positif (+)

13) Anus dan Rectum

Tidk terdapat hemoroid

14) Genetalia

Bersih, terpasang kateter ukuran 16 mm dengan jumlah urine 180 cc

15) Ekstremitas

a) Atas

Anggota gerak atas lengkap, tidak ada kelainan, tidak ada luka. Pasien

terpasang infuse RL 20 tpm di tangan kiri sejak tanggal 30januari 2017.

b) Bawah

Anggota gerak bawah lengkap,tidak ada kelainan, tidak ada edema.

Kekuatan tonus otot 5 5

5 5

5. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3.5 Pemeriksaan laboratorium Ny. D di bangsal Srikandi RSA UGM


Yogyakarta
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Normal Intepretasi
Pemeriksaan
28 Juni 2018 HEMATOLOGI
Lekosit 11 10^3/µL 4.50 – 11.00 Normal
Eritrosit 4.79 10^6/µL 4.60 – 6.00 Normal
Hemoglobin 14.1 g/dL 14.0 – 18.0 Normal
Hematokrit 46.6 % 40.0 – 54.0 Normal
MCV 92.2 fL 80.0 – 94.0 Normal
MCH 30.4 pg 26.0 – 32.0 Normal
MCHC 32.9 g/dL 32.0 – 36.0 Normal
RDW 50.1 % 35.0-56.0 Normal
Trombosit 295 x10^3/µL 150 – 450 Normal
MPV 7.3 fl 7.2 – 10.4 Normal

32
Netrofil % 67.3 % 50.0 – 70.0 Normal
Limfosit % 25.3 % 25.0 – 40.0 Normal
Monsit % 6.4 % 2.0 – 11.0 Normal
Eosinofil % 2.8 % 2.0 – 4.0 Normal
Basofil % 0.2 % 0.0 – 2.0 Normal
Netrofil # 3.97 10^3/µL 2.20 – 4.80 Normal
Limfosit # 1.66 10^3/µL 1.30 – 2.90 Normal
Monosit # 0.75 10^3/µL 0.30 – 0.80 Normal
Eosinofil # 0.21 10^3/µL 0.00 – 0.20
Basofil # 0.02 10^3/µL 0.00 – 0.10 Normal
FAAL Normal
HEMOSTASIS 12.3 detik 12.3 -15.3
PPT 0.92 0.90 – 1.10 Normal
INR 13.5 -
Kontrol PPT 24.6 detik 27.9 – 37.0
APTT 28.5 -
Kontrol APTT 92 g/dL
Gula Darah
Sewaktu (-)
HbSAg (+)
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )

5. Terapi

Tabel 3.7 Pemberian Terapi Pasien Ny. D di ruang Srikandi RSA UGM yogyakarta
Tanggal 29 Juni 2018
Hari /
Obat Dosis dan Satuan Rute
Tanggal

29 Juni 2018 Ceftriaxon 1 gram Intra Vena

(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

B. PERSIAPAN OPERASI PASIEN


a. Identitas pasien sesuai dengan gelang
b. pasien puasa sejak tanggal 28 Juni 2018 pukul 02.00 wib.
c. informed consent tindakan medis dan anastesi sudah ditanda tangai dokter dan
keluarga pasien
d. Pasien tidak memiliki alergi obat dan tidak ada riwayat gangguan pernapasan,
perhiasan sudah dilepas dan tidak ada gigi palsu
e. baju, selimut dan topi kamar operasi dipakai pasien
f. Pengecekan TTV
g. Status pasien dan formulir bahan medis habis pakai ada
h. Hasil pemeriksaan Laboratorium

33
i. Pasien dibawa ke kamar operasi

34
C. Intervensi

NO TANGGAL / DIAGNOSA NOC NIC


JAM KEPERAWATAN
1 29 Juni 2018 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)
07.30 WIB dengan krisis situasi keperawatan selama 30 1. Bina hubungan saling
ditandai dengan :
menit diharapkan ansietas percaya dengan pasien
DS : berkurang dengan kriteria (gunakan tehnik
- Pasien hasil: pendekatan dengan
mengatakan
Anxiety Self Control sikap tenang dan
cemas saat akan
mengahadapi (1402) meyakinkan)
operasi caesar
1. Pasien mengatakan 2. Kaji kecemasan pasien
yang kedua
- Pasien cemas berkurang 3. Observasi reaksi
mengatakan
2. Pasien terlihat relaks verbal dan non verbal
beberapa hari
susah tidur dan (wajah tidak tegang) dari ansietas
sering terbangun
3. Vital sign dalam batas 4. Monitor vital sign
di malam hari
DO : normal meliputi nadi dan
TD : 100-140 mmHg tekanan darah
- Skor HARS 19
dengan (sistole) dan diastole 5. Instruksikan pasien
kecemasan
60-89 mmHg untuk melakukan
sedang
- TD: 140/90 N : 60-100 x/mnt tehnik nafas dalam
mmhg
4. Pasien mampu 6. Jelaskan tindakan
- Nadi: 105x/mnt
- HR: 26x/mnt melakukan tehnik operasi pada pasien
- Pasien nampak
untuk mengurangi 7. Motivasi pasien untuk
pucat, bibir
kering kecemasan dengan berdoa sesuai dengan
tepat agamanya (Islam)
5. Pasien mengatakan 8. Dampingi pasien
siap untuk dioperasi sampai dimeja operasi
9. Orientasikan ruangan
operasi pada pasien

35
D. Implementasi

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf


/ JAM KEPERAWATAN
29 Juni 2018 Ansietas 1. Melakukan S: -
jam 07.40 berhubungan dengan Observasi reaksi -Pasien mengatakan
krisis situasi
verbal dengan sudah lebih tenang
ditandai dengan :
mengajak dan cemas
DS :
berkomunikasi berkurang
- Pasien pasien dan reaksi -Pasien mengatakan
mengatakan
cemas saat non verbal dengan siap operasi
akan mengidentifikasi O:
mengahadapi
operasi caesar raut muka pasien - Pasien terlihat
yang kedua 2. Mengkaji lebih tenang
- Pasien
mengatakan kecemasan pasien raut muka
beberapa hari 3. Memonitor vital terlihat relaks
susah tidur dan
sering sign meliputi nadi - Mampu
terbangun di dan tekanan darah berkonsentrasi
malam hari
DO : 4. Menginstruksikan dengan lawan
pasien untuk bicara
- Skor HARS 19
dengan melakukan tehnik - Kontak mata
kecemasan nafas dalam fokus pada
sedang
- TD: 140/90 5. Menjelaskan lawan bicara
mmhg tindakan operasi - Penghitungan
- Nadi: 105x/mnt
- HR: 26x/mnt pada pasien skala cemas
- Pasien nampak 6. Memotivasi pasien dengan skor
pucat, bibir
kering untuk berdoa 20 (cemas
sesuai dengan ringan)
ajaran agama Islam - Nadi 88 x/
7. Mendampingi menit
pasien sampai - Tekanan darah
dimeja operasi 120/ 75 mmHg
8. Mengorientasikan - Pasien
ruangan operasi didampingi

36
pada pasien oleh perawat
sampai dimeja
operasi
- Pasien sudah
diorientasikan
mengenai
ruangan
operasi
A: masalah
Ansietas teratasi
sebagian
P:
- pindahkan
pasien ke
ruang OK
- Motivasi
pasien untuk
selalu
berdoa
- Lanjutkan
intervensi
diruangan

37
2. Asuhan Keperawatan Intra Operatif

A.PENGKAJIAN
Nama : Ny. D
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Diagnosa : G2P1A0 H 38 minggu 4 hari CPD re SC
Tindakan operasi : Sectio Caesaria
Tanggal : 29 Juni 2018
Pre medikasi : sudah diberikan antibiotik ceftriaxone 1 g per-iv pukul 07.30
Jenis Anastesi : regional anastesi (spinal block anasthesi)
Waktu operasi : 08.05 wib
Operator : dr. Widya, Sp. OG
Asisten Operator 1 : Slamet, AMK
Asisten Operator 2 : Darma,AMK
Perawat Instrumen : Wibowo Murtiyoso,AMK

1. PERSIAPAN OPERASI
a) Persiapan Perawat
 Perawat sirkuler bertugas mempersiapkan alat dan bahan serta melakukan kegiatan
yang bersifat non steril.
 Perawat instrumen (scrubing) bertugas mempersiapkan alat instrumen dan melakukan
kegiatan yang bersifat steril serta membantu operator.
b) Persiapan Alat
 Alat non steril
1. Meja operasi
2. Meja mayo dan meja linen
3. Tempat sampah medis dan non medis
4. Meja operasi
5. Tempat sampah benda tajam
6. Tempat linen kotor
7. Baskom berisi larutan saflon
8. Tiang infus
9. Lampu operasi

38
10. Alas kaki (sendal/sepatu)
11. Gunting plester
12. Mesin monitor anastesi
13. Mesin suction
14. AC

 Alat Steril
Linen Set
Jenis linen Jumlah
Duk besar 2
Duk kecil 2
Sarung penutup meja instrumen dan linen 2
Jas operasi dan handuk tangan 4

Set Instrument
Jenis instrument Jumlah
Hemostatic Fosceps bengkok 4
Hemostatic Forceps lurus 2
Metzenbaum scissors 1
Ligature scissors 1
Kom kecil 2
Chirurgie forceps 2
Dessecting forceps 2
Kidney tray / bengkok 1
Ovarium klem 6
Blass retraktor 1
Towel klem 5
Scapel no. 4 1
Sponge holding forceps 1
Kocher 2
Selang suction dan monopolar ESU 1/1

39
 Bahan Habis Pakai (BAHP)
Jenis BAHP Jumlah
Handscoon steril 4
Kasa steril 20
Atraumatic needle :
Chromic cut gut no. 2-0 1
Chromic cut gut no. 0 1
Benang PGA no. 1 1
Benang monofilamen no. 3/0 1
Tule 1
Underpad 1
Spuit 3 cc 1
Bisturi no. 24 1
Provine iodine ± 150 cc
Alkohol 70% ± 150 cc
Plester (hypafix) ± 10 cm
Nacl 0,9 % ± 100 cc

c) Persiapan Pasien
1. Pasien dipindahkan dari brankar ke meja operasi yang sudah terpasang underpad
2. Posisikan pasien supine
3. Pasien dalam kondisi anastesi ( dengan regional anastesi lewat spinal)
4. Pasien mendapatkan obat anastesi sedacum 2 mg, fentanyl 50 mcg, lecovol 100
mcg, ketorolac 30 mg, ondancentron 4 mgper-iv , bukivakain 12,5 mg melalui
lumbal.

3. PROSES OPERASI
1. Tim bedah melakukan cuci tangan steril (scrubbing), memakai jas operasi
(gowning) dan memakai sarung tangan steril (gloving).
2. Perawat sirkuler memasang negatif plate di ekstremitas bawah sebelah kiri lalu
cuci daerah yang mau diinsisi dengan cairan clorhexidine 4%.
3. Perawat instrumen menyiapkan instrumen dan BMHP yang akan dipakai di atas
meja mayo

40
4. Asisten melakukan skin preparasi/aseptik antiseptik daerah yang akan diinsisi
menggunakan alkohol 70% dan povidon iodine 10%.
5. Asisten 1 dan asisten 2 melakukan drapping dengan doek besar untuk menutup
daerah atas dan bawah, untuk samping kanan dan kiri menggunakan doek kecil
lalu fiksasi dengan towel klem.
6. Pasang selang suction dengan bantuan perawat sirkuler lalu difiksasi dengan duk
klem
7. Dekatkan alat-alat pada pasien. Beri tahu instrumen siap
8. Time out : nama klien Ny.A umur 21 tahun dengan diagnsa medis G2P1A0 H38+4
minggu indikasi CPD riwayat SC 3 tahun yang lalu dengan dokter anastesi
dr.Kamala,Sp.An dengan penata anestesi perawat Yanuar, operator dr. Widya,
Sp.OG, asisten 1 Slamet, asisten 2 Darma, dan perawat instrumen Wibowo M ,
dari operator hal kritis yang perlu diperhatikan yaitu resiko perdarahan, dari
instrumen untuk persiapan kassa sebelum perasi 30 lembar dan alat instrumen
steril, dari anestesi antibiotik profilaksis sudah diberikan 60 menit sebelum
operasi. Time out yang diakhiri berdoa dipimpin oleh operator.
9. Berikan chirugis forceps pada operator untuk cek efek anastesi dan menandai area
yang akan diinsisi.
10. Berikan mess no.20 yang terpasang pada scalpel handle pada operator untuk insisi
11. Berikan hemostatic forceps bengkok dan kasa steril pada asisten untuk merawat
perdarahan.
12. Operator mulai insisi pfanensteil kurang lebih 10 cm dengan mess no.20. Irisan
diperdalam subkutis sampai dengan fasia/ aponeurosis. Insisi facia sedikit.
13. Berikan metzenbaum scissors pada operator untuk melebarkan insisi facia dan
memisahkan fasia dengan otot/ muskulus rektus abdominis.
14. Rawat perdarahan dengan kasa depers
15. Operator lalu membuka otot secara tumpul menggunakan jari
16. Berikan hemostatic forceps dan kasa pada asisten untuk merawat perdarahan
17. Berikan metzenbaum scissors dak dessecting forceps pada operator untuk
mumbuka peritonium.
18. Berikan hak berdaun/ blass retraktor pada asisten untuk memperlebar area
pandang lapangan operasi.
19. Tampak organ uterus/rahim.

41
20. Berikan scalpel yang terpasang mess no.20 pada operator untuk insisi segmen
bawah rahim secara semilunaris. Kemudian dilebarkan secara tumpul oleh
operator
21. Berikan hemostatic forceps pada operator untuk memecah kantong air ketuban dan
asisten melakukan suction air ketuban.
22. Tangan kiri operator memegang tegak janin (presentasi kepala) lalu mencari
bagian badan dan ditarik perlahan. Bayi lahir, muka bayi dibersihkan dengan kass
yana dibasahi dengan cairan Nacl 0,9%.
23. Berikan klem arteri lurus 2 buah pada asisten untuk menjepit tali plasenta dan
berikan gunting jaringan/metzenbaum scissors pada operator untuk memotong tali
pusat diantara 2 klem.
24. Bayi diberikan pada penerima bayi.
25. Berikan 5 buah ovarium klem pada operator untuk menghentikan perdarahan pada
sayatan uterus.
26. Operator mengeluarkan tali pusar, suction sisa air ketuban dan darah secara
intramural.
27. Siapkan kasa 2 rangkap sebanyak 2 buah yg diklem dengan ovarium klem.
28. Berikan kasa rangkap 2 putih pada operator. Lalu berikan kasa rangkap 2 dengan
providon iodine pada operator untuk membersihkan sisa plasenta dan untuk
mencegah terjadinya infeksi.
29. Berikan needle holder dan benang absorbsable PGA no.1 tapper dan chirurgie
forceps pada operator untuk menjahit uterus dengan teknik continous looking
suture.
. 30. Berikan Ligature scissors pada asisten untuk menggunting benang.
31. Berikan hemostatic forceps pada asisten dan kasa depers untuk merawat
perdarahan.
32. Berikan set jahitan benang absorbsable chromic no 2-0 pada operator menjahit
plika SBR, asisten operator kontrol bleeding dengan kasa deeper. Scrub nurse
mengganti dengan segera kasa depers yang sudah kotor dengan yang baru.
33. Setelah plica segmen bawah rahim dijahit kontrol perdarahan.
34. Berikan hemostatic forceps bengkok 4 buah pada operator dan asisten operator
untuk menjepit peritonium kemudian kontrol perdarahan lagi.

42
35. Berikan set jahitan benang absorbsable chromic cut gut no. 2-0 taper dan pinset
anatomis/dessecting forceps pada operator untuk menjahit peritoneum continous
unlocking suture.
36. Setelah peritoneum dijahit, ambil klem arteri/hemostatic forceps bengkok dari
operator.
37. Berikan kasa deper untuk kontrol bleding dan gunting benang pada asisten
operator. Scrub nurse mengganti dengan segera kasa deeper yang sudah kotor
dengan yang baru.
38. Berikan set jahitan benang absorbsable chromic cat gut no 0 tapper pada operator
untuk menjahit otot/ muskulus rectus abdominis dengan jahitan simple.
39. Berikan ligature scissors pada asisten untuk menggunting benang.
40. Kontrol perdarahan dan rawat dengan kassa deepers.
41. Berikan 2 buah kocher untuk menjepit ujung fasia.
42. Berikan set jahitan benang absorbsable PGA no. 1 cutting dan chirurgie forceps
pada operator untuk menjait fasia secara locking continous suture.
43. Berikan ligature scissors pada asisten untuk menggunting benang.
44. Berikan kasa deper untuk kontrol bleding dan gunting benang pada asisten
operator. Scrub nurse mengganti dengan segera kasa deeper yang sudah kotor
dengan yang baru.
45. Setelah fasia selesai dijahit ambil kocher dan klem arteri bengkok dari operator
46. Berikan kasa yang dibasahi providon iodine pada asisten untuk membersihkan
area subkutis yang akan dijahit.
47. Berikan set jahitan dengan benang absorbsable catgut chromic no. 0 taper dan
chirurgie forceps untuk menjahit sub kutis dengan teknik jahitan simple simpul
dalam.
48. Berikan kasa deper untuk kontrol bleding dan ligature scissors pada asisten
operator. Scrub nurse mengganti dengan segera kasa deper yang sudah kotor
dengan yang baru.
49. Setelah subkutis selesai dijahit,berikan set jahitan benang absorbsable
monofilamen no 3/0 cuting secara subkutikuler.
50. Berikan kasa deeper untuk kontrol bleding dan gunting benang pada asisten
operator
51. Kulit selesai dijahit, bersihkan area luka operasi dengan kasa yang dibasahi Nacl
0,9 % dan keringkan dengan kassa steril.

43
52. Berikan tule dan kasa 4 lembar pada asisten operator untuk menutup luka area
operasi dan fiksasi menggunakan plester.
53. Bereskan alat – alat instrumen,
54. Perawat sirkuler dan perawat anestesi memindahkan pasien ke recovery room.

5. EVALUASI OPERASI
1. Operasi berlangsung selama kurang lebih 1 jam
2. Panjang luka insisi kurang lebih 10 cm di abdomen bagian bawah
3. Jumlah instrumen yang digunakan lengkap tidak ada yang tertinggal didalam area
pembedahan
4. Tidak terjadi resiko perdarahan selama operasi berjalan. Jumlah urine sebelum
operasi 180cc, setelah operasi 240 cc
5. Benang yang digunakan:
Benang Chromic cutgut no.2-0 taper : 1 buah
Benang monofilamen 3-0 cuting : 1 buah
Benang PGA no. 1 tapercut : 1 buah
Benang PGA no. 1 cuting : 1 buah
6. Kasa yang terpakai selama durante operasi 14 lembar, 2 lembar untuk
membersihkan luka operasi, dan 4 lembar untuk menutup luka operasi. Jumlah
kasa sesuai yaitu 20 lembar.
7. Jumlah perdarahan dalam kassa 102,5 cc dan didalam suction 100cc
8. Bayi lahir perempuan berat 3190 gram, panjang badan 50 cm APGAR Score 8-9,
air ketuban jernih, BAB +, Anus +

6. ANALISA DATA INTRA OPERASI

Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem


29 Juni 2018 DS: - Port de entry : Resiko infeksi
jam 08.15 DO: - Dilakukan insisi insisi
WIB pada klien di daerah
abdomen bawah
(Melintang)
sepanjang 10 cm

44
- Kedalaman luka
adalah 5 lapisan:
cutis, subcutis,
fascia, dan
peritoneum dan
rahim.
- Area operasi adalah
area steril.
- Di lakukan regional
anastesi dengan
spinal block
anasthesi

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN INTRA OPERATIF


1. Resiko Infeksi dengan port de entry : insisi ditandai dengan
DO:
- Dilakukan insisi pada klien di daerah abdomen bawah (Melintang)
sepanjang 10 cm
- Kedalaman luka adalah 5 lapisan: cutis, subcutis, fascia, dan
peritoneum dan rahim.
- Area operasi adalah area steril.
- Di lakukan regional anastesi dengan spinal block anasthesi

B. INTERVENSI KEPERAWATAN INTRA OPERATIF


No. Diagnosa NOC NIC PARAF
1 Resiko Infeksi dengan Selama dilakukan Infection Prevention
port de entry : insisi tindakan operasi 1. Siapkan alat dan
ditandai dengan selama2x30 menit buka instrument
DO: diharapkan resiko dengan teknik
- Dilakukan infeksi tidak terjadi steril:
insisi pada dengan indicator : a) Alat tenun
klien di daerah Infection Control b) Alat dan
abdomen 1. Prinsip steril, bahan habis

45
bawah aseptic dan pakai
(Melintang) antiseptic terjaga c) Set operasi
sepanjang 10 2. TTV dalam batas sectio caesaria
cm normal 2. Cuci tangan steril
- Kedalaman TD Sistol : 100- sebelum memulai
luka adalah 5 130 mmhg tindakan
lapisan: cutis, TD Diastol : 70- pembedahan
subcutis, fascia, 90 mmhg 3. Gunakan gaun
dan peritoneum Nadi : 60- steril dan sarung
dan rahim. 100x/menit tangan steril
- Area operasi RR : 16- 4. Desinfeksi pasien
adalah area 24x/menit pada area operasi
steril. 5. Tutup sekitar area
- Di lakukan operasi dengan
regional linen steril
anastesi dengan 6. Kolaborasi
spinal block dengan tim bedah
anasthesi dalam membantu
. melakukan
tindakan
pembedahan
7. Pertahankan
kesterilitasan
8. Desinfeksi area
pembedahan
9. Balut area
pembedahan
10. Monitor tanda dan
gejala infeksi
11. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

46
No. Tgl/Jam Implementasi Evaluasi PARAF
1 29 Juni 1. Menyiapkan alat dan S: -
2018 jam buka instrument O: - Area operasi,
08.10-09.20 dengan teknik steril: instrument, dan
WIB a) Alat tenun tim operasi tetap
b) Alat dan bahan steril hingga
habis pakai operasi selesai
c) Set operasi sectio - Teknik steril
caesaria tetap
2. Melakukan Cuci dipertahankan
tangan steril sebelum selama
memulai tindakan intraoperative
pembedahan - Panjang luka
3. Menggunakan jas insisi 10 cm.
steril dan sarung - Luka tertutup
tangan steril bersih, tetap
4. Melakukan steril, serta
desinfeksi pasien tertutup rapi
pada area operasi - Tekanan darah :
dengan alkohol 70% 140/78 mmhg
dan providon iodin - nadi : 93x/menit
5. Menutup sekitar area - SPO2 100%
operasi dengan linen - RR 24x/menit
steril A : resiko infeksi
6. Melakukan dapat dikontrol
kolaborasi dengan P : pertahankan kondisi
tim bedah dalam klien, pindahkan
mernbantu klien di ruang
melakukan tindakan pemulihan
pembedahan (recovery room)
7. Mempertahankan
kesterilitasan
8. Menutup luka

47
operasi dengan tule
kasa kering steril dan
plester
9. Memonitor tanda dan
gejala infeksi
10. Memonitor
kerentanan terhadap
infeksi

48
3. Asuhan keperawatan post operasi

A. Pengkajian
1. Nama klien : Ny “D”
2. Ruang : Recovery room
3. Jam tanggal : 29 Juni 2018 jam 09.30 WIB
4. DATA
DS : Pasien mengatakan tidak tau tentang tahapan bergerak setelah operasi
DO : pasien tampak tidak mengetaui tentang tahapan mobilisasi post SC
5. Keadaan umum : CM
6. Tanda-tanda vital
TD : 146/83 mmHg
RR : 23 x/menit
Nadi : 97 x/menit
SpO2 : 99 %
Suhu : 35oC
7. Sistem pernafasan
Irama nafas teratur, tidak tampak retraksi dinding dada, suara nafas veskuler. Pasien
menggunakan kanul O2 3 lt/menit
8. Sirkuasi
CRT <2detik, mukosa bibir dan kuku ananemis, akral dingin
9. Eliminasi urin
Terpasang kateter dengan produksi urin 300cc
10. Skor bromage pasca spina anastesi

Kriteria Skor Waktu


5 15 30 45 60
Gerakan penuh dari tungkai 0
Tidak mampu mengektensikan tungkai 1
Tidak mampu memfleksikan tungkai 2
Tidak mampu memfleksikan pergelangan kaki 3    
Skor saat di pindah 3

11. Analisa Data Keperawatan Post Operatif

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Pasien mengatakan tidak tau tentang Kurang sumber Defisiensi pengetahuan :
tahapan bergerak setelah operasi pengetahuan Mobilisasi Post SC

DO : pasien tampak tidak mengetaui tentang


tahapan mobilisasi post SC

49
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisiensi pengetahuan : Mobilisasi post SC berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan ditandai dengan
DS : Pasien mengatakan tidak tau tentang tahapan bergerak setelah operasi
DO : pasien tampak tidak mengetaui tentang tahapan mobilisasi post SC

50
C. Intervensi

NO TANGGAL / DIAGNOSA NOC NIC


JAM KEPERAWATAN
1 29 Juni 2018 Defisiensi pengetahuan : Setelah dilakukan tindakan Health Education (7980)
Jam 09.10 Mobilisasi Post SC keperawatan selama 15 10. Kaji pengetahuan pasen
berhubungan dengan
WIB kurang sumber menit diharapkan pasien tentang mobilisasi post
pengetahuan ditandai mengetahui tentang SC
dengan
mobilisasi post SC dengan 11. Edukasi tentang
DS : Pasien mengatakan kriteria hasil:
mobilisasi dini post SC
tidak tau tentang
Health Teaching (2472)
tahapan bergerak 12. Ajarkan tahap mobilisasi
1. Pasien mengetahui
setelah operasi dini post SC
pentingnya mobilisasi post
DO : pasien tampak
tidak mengetahui SC
tentang tahapan
mobilisasi post SC 2. Pasien mau melakukan
mobilisasi post SC

51
D. Implementasi

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf


/ JAM KEPERAWATAN
29 Juni 2018 Defisiensi pengetahuan 1. Kaji pengetahuan S: -
jam 09.20 : Mobilisasi Post SC pasen tentang Pasien
berhubungan dengan
WIB kurang sumber mobilisasi post SC mengatakan
pengetahuan ditandai sudah
2. Edukasi tentang
dengan
mengetahui
mobilisasi dini post Sc
DS : Pasien tentang
mengatakan tidak tau 3. Ajarkan tahap
mobilisasi post
tentang tahapan mobilisasi dini post SC
bergerak setelah SC dan
operas tahapanya
DO : pasien tampak O:
tidak mengetaui Pasien tampak
tentang tahapan
mobilisasi post SC sudah mengerti
dengan
mobilisasi dan
tahapanya
A: masalah
defisiensi
pengetahuan :
Mobilisasi post
SC teratasi
P:
Hentikan
Intervensi

52
Daftar Pustaka
Chandranita, Ida Ayu. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC
Hourani M, Ziade F, and Rajab M. 2011. Timing Of Planned Caesarean Sectio And
Morbidities Of The New Born
Saifuddin, A.B 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Gibbons, L.et all. 2010. The Global Numbers and Costs of Additionally Needed and
Unne Cessary Ceasarean Sections Performed per Year: Overase as a Barter to
Universal Coverage. World Health Report.
Muchtar Rustam. 2011.Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patofisiologi. Edisi
3 jilid 1. Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta:
mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Rivo, S. Pandensolang 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Persalinan Sectio Caeasaria Pada Ibu Tanpa Riwayat Komplikasi Kehamilan dan
Atau Penyulit Persalinan di Indonesia. (analisis data RISDAKES), Universitas
Indonesia.
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka

53
54

Anda mungkin juga menyukai