Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

“Asuhan Keperawatan Antenatal pada Ibu dengan Abortus”

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi

Dosen Pengampu :

Dr. Ns. Lili Fajria, S.Kep., M. Biomed

Disusun Oleh :

kelompok A

Al Qais Teguhh Fauzi 23113160

Dahliani 2311316006

Fadhilla Ismatul Iffa 23113160

Novita Sari 2311316008

Oktri Suryani 2311316004

Saras Putri Wulandari 23113160

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Antenal pada Ibu dengan Abortus”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi
persyaratan mata kuliah Keperawatan Kesehatan reproduksi.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata tim penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Padang, 06 Oktober 2023

Tim Penulis Kelompok A


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapatkan rumusan masalah
adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Antenal pada Ibu dengan Abortus?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan antenal pada ibu
dengan abortus
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep kehamilan
b. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep abortus
c. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep asuhan keperawatan dengan
abortus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Semoga apa yang tim penulis tuangkan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa keperawatan dan semoga dapat memperdalam pengetahuan serta
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam penerapan asuhan keperawatan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Semoga dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan di perpustakaan untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan antennal pada ibu dengan
abortus dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi civitas akademik dalam
memningkatkan kualitas Pendidikan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Abortus atau miscarriage adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu


hidup di luar kandungan dengan berat badan sekitar 500 gram atau kurang dari 1000
gram, terhentinya proses kehamilan sebelum usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
Abortus adalah komplikasi umum kehamilan dan salah satu penyebab kematian ibu
dan janin (Tuzzahro, 2021). Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu
ke 20 (dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir). (Desmansyah, 2021 ).
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum
mencapai 500 gram (Arofah & Rapida, 2021).
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Vagina
Pada bagian depan, vagina berukuran 6,5 cm dan dibelakang 9,5cm,
sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah pinggir bawah simfisis ke
Promontorium. Arah ini penting diketahui jika memasukkan jari ke dalam vagina
pada pemeriksaan ginekologik. Pada pertumbuhan janin dalam uterus 2/3 bagian
atas vagina berasal dari duktus Miilleri (asal dari entoderm), sedangkan 1/3 bagian
bawahnya dari lipatan-lipatan ektorderm. Epitel vagina terdiri atas epitel
skuamosa dalam beberapa lapisan. Lapisan tidak mengandung kelenjar, akan
tetapi dapat mengadakan transudasi. Pada anak kecil epitel itu amat tipis, sehingga
mudah terkena infeksi.
Mukosa vagina berlipat-lipat horisontal; lipatan itu dinamakan ruga di tengah-
tengah bagian depan dan belakang ada bagian yang lebih mengeras, disebut
kolumna rugarum. Di bawah epitel vagina terdapat jaringan ikat yang
mengandung banyak pembuluh darah. Di bawah jaringan ikat terdapat otot- otot
dengan susunan yang serupa dengan susunan otot usus. Sebelah luar otot-otot
terdapat fasia (jaringan ikat) yang akan berkurang elastisitasnya pada wanita
yang lanjut usia. Di sebelah depan dinding vagina bagian bawah terdapat uretra
sepanjang 2,5-4 cm. Bagian atas vagina berbatasan dengan kandung kencing
sampai ke forniks vagina anterior. Dinding belakang vagina lebih panjang dan
membentuk forniks posterior yang jauh lebih luas daripada forniks anterior. Di
samping kedua forniks itu dikenal pula forniks lateralis sinistra dan dekstra. Pada
wanita yang telah melahirkan anak, pada kedua dinding vagina sering ditemukan
tempat yang kendor dan agak merosot (sistokele dan rektokele). Pada seorang
virgo keadaan ini jarang ditemukan.
2. Uterus
Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer
yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm, dan
tebal 2,5 cm. Uterus terdiri atas korpus uteri (bagian atas) dan serviks uteri
(bagian bawah). Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang
membuka ke luar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks.
Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars
vaginalis serviks uteri), sedangkan yang berada di atas vagina disebut
parssupravaginalis serviks uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang
disebut isthmus uteri.
Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii kanan dan kiri
masuk ke uterus.Dinding uterus terdiri atas miometrium, yang merupakan otot
polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam
sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman. Miometrium dalam
keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Kavum uteri dilapisi oleh
selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut endometrium.Endometrium
terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan banyak pembuluh-
pembuluh darah yang berkeluk-keluk.
Pertumbuhan dan fungsi endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon
steroid ovarium. Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang
panggul dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut
dengan vagina, sedangkan korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut
120°-130° dengan serviks uteri. Perbandingan antara panjang korpus uteri dan
serviks berbeda-beda dalam pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1:2,
sedangkan pada wanita dewasa 2:1. Di luar, uterus dilapisi oleh serosa
(peritoneum viserale). Jadi, dari luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus
uteri serosa atau perimetrium, miometrium, dan endometrium. Uterus mendapat
darah dari arteria uterina, ranting dari arteria iliakainterna, dan dari arteria
ovarika.
3. Tuba
Tuba Fallopii ialah saluran telur berasal seperti juga uterus dari duktus
Miilleri. Rata-rata panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding
uterus dinamakan pars intertisialis, lateral dari itu (3-6 cm) terdapat pars isthmika
yang masih sempit (diameter 2-3 mm), dan lebih ke arah lateral lagi pars
ampullaris yang lebih lebar (diameter 4-10 mm) dan mempunyai ujung terbuka
menyerupai anemon yang disebut infundibulum. Bagian luar tuba diliputi oleh
peritoneum viserale, yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot di
dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot
sirkuler.Lebih ke dalam lagi terdapat mukosa yang berlipat-lipat ke arah
longitudinal dan terutama dapat ditemukan di bagian ampulla. Mukosa Tuba
terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang mempunyai bagian-bagian
dengan serabut-serabut yang bersekresi, mengeluarkan getah, sedangkan yang
berserabut dengan getarannya menimbulkan suatu arus ke arah kavum uteri.
4. Ovarium
Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan
kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan
uterus dengan ligamentum ovarii proprium Pembuluh darah ke ovarium melalui
ligamentum Suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopel- vikum).
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar
ovarium berada di intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian
ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Lipatan yang
menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan
mesovarium. Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh
epitel kunik silindrik, disebut epithelium germinativum. Di bawah epitel ini
terdapat tunika albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat
folikel-folikel primordial.Pada wanita diperkirakan terdapat banyak folikel.Tiap
bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de
Graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting, dan dapat
ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam
tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu korpus luteum
lapisan sel-sel saja sampai folikel de Graaf yang matang. Folikel yang matang ini
terisi dengan likuor follikuli yang mengandung estrogen, dan siap untuk
berovulasi.
Pada waktu dilahirkan bayi mempunyai sekurang- kurangnya 750.000
oogonium. Jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-
folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun 159.000,
antara umur 26-35 tahun menurun sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000.
Pada masa menopause semua folikel sudah menghilang.
5. Vulva
Vulva ialah tempat bermuaranya sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labia majora (bibir besar) yang ke belakang menjadi satu dan
membentuk kommissura posterior dan perineum. Di bawah kulitnya terdapat
jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons veneris. Medial dari bibir
besar ditemukan bibir kecil (labia minora) yang ke arah perineum menjadi satu
dan membentuk frenulum labiorum pudendi. Di depan frenulum ini terletak fossa
navikulare. Kanan dan kiri dekat pada fossa navikulare ini dapat dilihat dua buah
lubang kecil tempat saluran kedua glandulae Bartholini bermuara. Ke depan labia
minora menjadi satu dan membentuk prepusium klitoridis dan frenulum klitoridis.
Di bawah prepusium klitoridis terletak klitoris. Kira-kira 1,5 cm di bawah klitoris
terdapat orifisium urethra eksternum (lubang kemih). Di kanan kiri lubang kemih
ini terdapat dua lubang kecil dari saluran yang buntu.
C. Klasifikasi
Abortus dapat di bagi menjadi dua, yaitu :
1. Abortus Spontan
Aborsi spontan berlangsung secara alami dan paling sering disebabkan oleh
adanya gangguan pada janin. Gejala abortus spontan adalah kram dan pengeluaran
darah dari jalan lahir. Kram dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi sangat
ringan, sedang, atau bahkan berat. Tidak ada pola tertentu untuk berapa lama
gejala akan berlangsung. Selain itu gejala yang menyertai abortus spontan yaitu
nyeri perut bagian bawah, nyeri pada punggung, pembukaan leher rahim dan
pengeluaran janin dari dalam rahim.
Ada lima jenis aborsi spontan yang perlu diketahui.
a) Abortus komplit (Abortus Lengkap)
yaitu fenomena keguguran ketika seluruh hasil pembuahan atau konsepsi
keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu. Tandanya adalah
keluarnya darah dalam bentuk gumpalan.
b) Abortus inkomplit (Abortus Bersisa)
Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan
dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Untuk
memastikannya, harus dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis kebidanan
dan kandungan, karena biasanya butuh tindakan lebih lanjut seperti kuret atau
pemberian obat.
c) Abortus imminens ( Abortus mengancam)
Abortus belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan dengan cara:
tirah baring, tidak berhubungan badan, evaluasi secara berkala dengan USG
untuk melihat perkembangan janin
d) Abortus missed abortion
Keadaan dimana janin telah Meninggal dalam kandungan dan hasil konsepsi
seluruhnya masih berada dalam Rahim.
e) Abortus habitualis
Jenis keguguran ini sering disebut dengan abortus berulang, yang mana
penderita mengalami keguguran tiga kali berturut-turut.
2. Abortus Provokatus
Abortus proyokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai
obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini terbagi menjadi :
a) Abortus Medisinalis
Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan, dengan
alasan jika kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis).
b) Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena tindakan- tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
D. Etiologi
1. Umur
Umur ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berada dibawah 20 tahun
karena alat reproduksi wanita belum matang dan beresiko pula apabila umur di
atas 35 tahun karena fungsi organ reproduksi sudah mulai menurun.
2. Paritas
Semakin tinggi paritasnya maka semakin pendek jarak kelahiran. Paritas yang
lebih tinggi, besar kemungkinan bayinya akan lahir sebelum waktunya (prematur)
dengan berat badan rendah, abortus dan kemungkinan akan meninggal sebelum
berusia 1 tahun.
3. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin
banyak, sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka
akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan
informasi tentang kehamilan dan kejadian abortus yang dapat terjadi.

4. Status Gizi

Ibu dengan status gizi baik tidak akan mengalami kejadian abortus dikarenakan
gizi yang diperoleh janin melalui ibu telah menunjang untuk kesejahteraan janin
dan status gizi hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan karena
berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta pertumbuhan dan
perkembangan janin.
5. Penyakit Ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta.
a) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria dan sifilis.
b) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran O2 menuju
sirkulasi retroplasenter.
c) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
dan penyakit diabetes melitus kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim
merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplesia
uteri, servik inkompeten, bekas operasi pada serviks (kolisasi, amputas
serviks), robekan serviks postpartum
E. Manifestasi klinis
Ada beberapa manifestasi klinis pada abortus, yaitu;
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium
c) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
d) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif (Harsismanto, 2019).
F. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desidua basalis, kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam.
Sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales sudah
menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada janin yang telah
meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi, dimana janin
mengering dan cairan amnion menjadi berkurang, sehingga janin gepeng dan
pada tindak lanjut menjadi sangat tipis seperti kertas. Pada kemungkinan yang lain
pada janin mati tidak lekas dikeluarkan akan terjadi kulit terlepas, tengkorak
menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh tubuh
janin berwarna kemerah-merahan.
G. Penatalaksanaan
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram
a) Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi
rangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah mengalami abortus sampai
perdarahan benar-benar berhenti
b) Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau
memasukkan sesuatu ke dalam vagina
c) Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit
a) Evaluasi tanda-tanda vital
b) Pemeriksaan Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining
vaginitis dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong
ketuban, bekuan darah, atau bagian – bagian janin
c) Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta
kondisi ketuban
3. Jika pemeriksaan negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk
menentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin
untuk menenangkan wanita.
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala
bahaya dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal
H. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
I. Komplikasi
Abortus dapat mengakibatkan komplikasi yang serius seperti perdarahan, infeksi,
syok dan ketidakberdayaan.
1. Perdarahan
Pada abortus komplit perdarahan akan terjadi banyak dan akan mengakibatkan
kematian. Sedangkan pada abortus inkomplit, perdarahan akan terjadi secara terus
menerus sehingga dapat menyebabkan gangguan koagulasi (Disminated
Intravascular Coagulation) yang pada akhirnya akan menyebabkan anemia dan
kematian.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika terjadi perdarahan, yaitu ;
a) Perhatikan banyaknya perdarahan, warna, intensitas, segar dengan atau
tanpa bekuan
b) Darah membasahi pakaian, kain atau selimut
c) Pucat (kongjuntiva, palpebral, tangan dan bibir)
d) Pusing, kesadaran menurun
2. Infeksi
Dampak pada perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan volume darah
berkurang, pasien menjadi anemia dan daya tahan tubuh menurun mengakibatkan
kuman mudah masuk dan berkembang. Beberapa tanda jika terjadi infeksi, yaitu :
a. Demam tinggi (>38oC) menggigil, berkeringat
b. Secret vagina bau
c. Kaku dan tegang pada dinding perut bawah
d. Cairan mukopurulen melalui ostium serviks
e. Nyeri goyang serviks
3. Perforasi akibat kuretase
Dampak dari kuretase akan menyebabkan perforasi pada dinding uterus yang
mengakibatkan gangguan pada kehamilan berkurang.
a. Syok
Terjadi akibat hemoragik, syok hipovolemik dan infeksi berat
1) Nadi cepat lelah

2) Turunnya tekanan darah (sistolik <90mmHg dan diastolic <60mmHg)

3) Pucat terutama palpebra, telapak tangan dan bibir

4) Berkeringat banyak, gelisah, apatis atau kehilangan


kesadaran

5) Pernafasan cepat (>30x/menit)


b. Ketidakberdayaan
Perasaan sedih akibat kehilangan calon bayi menyebabkan pasien merasa
tidak berdaya terutama kondisi ini akan sangat berat bila kondisi pasien
untuk melahirkan sangat terbatas misalnya pasien terlambat menikah atau
sulit mempunyai anak. (Pratiwi, 2017)
J. Pencegahan
Ada beberapa pencegahan pada abortus, yaitu ;
1. Memberikan edukasi seks di kalangan remaja. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya para remaja kita yang mempelajari fungsi reproduksi para sudut
“kenikmatan” nya saja tanpa memandang efek-efek negatif di kemudian hari.
2. Menanamkan kembali nilai-nilai moral sosial dan juga keagamaan akan penting
dan mulianya untuk menjaga kehormatan diri. Kebanyakan, para remaja ini karena
memang semenjak kecil sudah dijauhkan oleh norma- norma yang mengatur
hubungan antar laki-laki dan perempuan sedangkan media gencar mempromosikan
tayangan-tayangan yang berbau seksualitas dengan mengedepankan nafsu
semata. Ditambah lagi akses pornografi yang dapat dengan mudah didapatkan
melalui internet via komputer maupun handphone.
3. Menguatkan kembali kontrol sosial di masyarakat. Tidak dipungkiri yang
menjadikan remaja bebas melakukan apa saja adalah karena semakin melemahnya
kontrol sosial dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Misalkan saja ada
sepasang pelaku “pacaran” yang diperbolehkan orang tuanya berdua-duaan di
dalam kamar. Meskipun tidak terjadi perzinahan di sana, namun itu dapat memicu
untuk melakukan tindakan-tindakan yang “lebih” untuk dilakukan pada lain
kesempatan dan lain tempat. Begitu juga kontrol dari masyarakat itu penting ketika
melihat ada pasangan muda-mudi yang menginap di kamar kostan dan bahkan
terjadi berhari-hari. Hal ini sudah barang tentu dapat semakin mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku dalam artian melakukan tindakan-tindakan yang
seharusnya baru boleh dilakukan oleh pasangan suami isteri yang resmi.
4. Para pelaku yang telah melakukan aborsi juga tak dapat dipandang sebelah mata.
Mereka mempunyai hak untuk dapat kita tolong karena bisa saja hal telah mereka
lakukan tersebut adalah suatu kekhilafan yang tak ingin diulanginya lagi. Maka,
bagi para penyandang PAS, dapat kita tolong dengan memberikan pelayanan
konseling serta dukungan sosial untuk dapat bangkit kembali menjalani kehidupan
secara normal dengan diiringi taubat yang sebenar-benarnya (taubat nasukha)
(Alfiyah, 2020)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
Biasanya berisikan tentang identitas klien dan penanggung yang meliputi :
nama, usia, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanyaperkawinan dan alamat.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan adanya bercak atau flek, nyeri pada perut
terasa saat atau tidak beraktifitas, nyeri hilang timbul seperti kontraksi, skala
nyeri 3-7, perdarahan, atau perdarahan yang disertai keluarnya gumpalan-
gumpalan darah.Perlu di identifikasi kapan terjadinya perdarahan, berapa lama,
banyaknya, dan aktivitas yang mempengaruhinya, serta karakteristik dara;
misalnya merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah, dan lendir.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada abdomen dan adanya perdarahan
pervaginam.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya ibu mempunyai riwayat abortus, atau riwayat infeksi, atau riwayat
penyakit menahun seperti DM atau Hipertensi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya berisikan mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga dan riwayat abortus dalam keluarga
6. Riwayat Kesehatan Reproduksi
Biasanya berisikan tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kapan menopause terjadi,
dan gejala serta keluahan yang menyertainya.
7. Riwayat Kehamilan
Biasanya berisikan tentang primi atau multi gravida, serta perkembangan selama
kehamilan.Biasanya jarak kehamilan yang pendek berpengaruh terhadap
terjadinya abortus dan biasanya terjadi di usia kehamilan <20 minggu.
8. Pola Aktifitas Sehari-hari
Biasanya berisikan tentang nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Biasanya berisikan pola aktivitas pasien yang dapat mempengaruhi terjadinya
abortus seperti aktivitas berat, kelelahan, dan stress
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Biasanya keadaan umum pasien meliputi : kesadaran, tekanan darah, tanda-
tanda vital
b. Pemeriksaan Khusus Maternitas
1) Kepala
Biasanya kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, warna rambut cokelat
atau hitam, dan bentuk kepala simetris.tidak ada massa dan tidak ada
nyeri tekan
2) Muka
Biasanya kedua mata simetris, konjungtiva pucat, sclera tidak ikterik,
reflek cahaya positif, terdapat cloasma gravidarum
3) Mulut dan gigi
Biasanya mukosa bibir tampak pucat, tidak ada sianosis
4) Hidung
Biasanya lubang hidung simetris kanan dan kiri, biasanya tidak ada
pernapasan cuping hidung, biasanya tidak ada secret, dan tidak ada nyeri
tekan.
5) Telinga
Biasnaya simetris kanan dan kiri, tidak ada darah atau sekren, tidak ada
nyeri, biasanya pendengaran baik
6) Leher
Biasanya leher simetris, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembengkakan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
7) Dada
i. Jantung
I : Biasanya denyut iktus cordis biasanya tidak terlihat
P : Biasanya denyut iktus cordis teraba
P : Biasanya terdengar suara pekak.
A : Biasanya bunyi jantung I terletak di RIC 5 dekstra,dipotong
Dengan midklavikula dekstra, biasanya bunyi jantung II
terletak di RIS 2 sinistra dan RIC 2 dekstra
ii. Paru-paru
I : Biasanya gerakan dinding dada simetris, perhatikan adanya
luka bekas operasi. Biasanya tidak ada retraksi dinding dada
dan penggunaan otot bantu pernafasan, biasanya bentuk dada
normal.
P : Biasanya taktil fremitus teraba simetris
P : Biasanya hasil perkusi normal adala resonan
A : Biasanya hasil auskultasi adalah bunyi nafas vesikuler
iii. Payudara
Biasanya terdapat pembesaran payudara pada ibu hamil akibat
produksi ASI dan area papilla mamae dan aerola biasanya berwarna
cokelat
8) Abdomen
I : Biasanya terdapat striae gravidarum, linea alba, tidak ada lesi
P : Biasanya tidak ada pembesaran hepar dan limfe, tidak ada nyeri
tekan. Biasanya pemeriksaan leopold I sudah dapat dilakukan dan
dapat ditentukan tinggi fundus uteri
A : Biasanya bunyi jantung janin belum dapat didengar dan biasanya
bising usus 5-35 x/menit
9) Ekstremitas
Biasanya tidak ada edema, biasanya perifer pucat, CRT <2 detik,
Biasanya akral hangat
10) Genitalia
Biasanya terdapat perdarahan pervaginam sebagai tanda pasti ibu
mengalami abortus
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016).
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
1. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
2. Diagnosis keperawatan
3. Tindakan keperawatan berdasarkan Intervensi keperawatan
4. Tanda tangan perawat pelaksana
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan catatanpaling atas tentang indikasi kemajuan
pasien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan
perawatan dan untuk mengomunikasikan status pasien dari hasil tindakan
keperawatan (Basri Burhanuddin, 2020).
BAB IV

TELAAH JURNAL
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah, I. (2020). Pencegahan Aborsi dan Resiko Bahaya Kesehatan. OsfPreprints,


1-5.

Darmiati. (2018). Faktor-faktor yangberhubungan dengan kematian janin dalam rahim Di


RSUD Haji Makassar. Makassar: Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia Vol.2 No 2
(Internet).

Desmansyah. (2021 ). Hubungan Status Gizi, Anemia, Dan Riwayat Abortus Dengan
Kejadian Abortus. Fakultas Kebidanan dan Keperawatan Universitas Kader Bangsa,
Vol 2 No 1, 72-79.

Harsismanto. (2019,01). Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Abortus. Retrieved 2022,


From Https://www.researchgate.net/publication: Https://www.researchgate.net

Khasanah, Y. U., & N. S. (2020). KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN


ABORTUS . JURNAL ILMU KEBIDANAN Volume 6 Nomor 2, 68-73.

Pratiwi, I. (2017). Asuhan Keperawatan Ny.S Dengan Nyeri Akut Pada Abortus Inkomplit
Pre & Post kuretase di bagian Kebidaan Budi Rahayu RSUD Tidar Kota Magelang.
Magelang: Internet.

PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indicator Diagnostic,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai