Anda di halaman 1dari 35

MIOMA UTERI

Disusun Oleh
IVO NARISA
1508320006

Pembimbing :
dr.H Muslich Perangin-rangin, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


Rumah Sakit Haji Medan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2015
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat Nya, saya
dapat menyelesaikan Tugas Paper yang berjudul Mioma Uteri dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Rumah Sakit Haji Medan.
Pada Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. H. Muslich
Perangin-angin Sp.OG atas segala bimbingan dan arahan sehingga paper ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan dan
kelengkapan dikemudian hari agar bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015


Penulis

Ivo Narisa

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
2.1 Definisi Mioma Uteri ......................................................................6
2.2 Epidemiologi Mioma Uteri..............................................................6
2.3 Anatomi Genitalia Interna pada Wanita...........................................6
2.4 Etiologi Mioma Uteri.......................................................................10
2.5 Klasifikasi Mioma Uteri ..................................................................12
2.6 Patofisiologi Mioma Uteri................................................................14
2.7 Manifestasi Klinis Mioma Uteri.......................................................16
2.8 Diagnosis Mioma Uteri....................................................................19
2.9 Penatalaksanaan Mioma Uteri..........................................................20
2.10.........................................................................................................Komplikasi
Mioma Uteri.....................................................................................23
2.11.........................................................................................................Prognosis
Mioma Uteri.....................................................................................23
2.12.........................................................................................................Pencegahan
Mioma Uteri.....................................................................................24
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim
dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya
menarche, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
tumbuh (Guyton, 2002). Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari
seluruh wanita. Di Indonesia mioma ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat (Baziad, 2003).
Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun (kurang lebih
25% ) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering
melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk perkembangan mioma ini dibandingkan
dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali hamil. Statistik menunjukkan
60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil
satu kali.
Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan
nullipara. Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri
itu sendiri.
Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun morbiditas yang ditimbulkan
oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri dapat menyebabkan nyeri perut
dan perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat menyebabkan kesuburan rendah.
(Bailliere, 2006).
4

Beberapa teori menunjukkan bahwa mioma bertanggung jawab terhadap


rendahnya kesuburan. Adanya hubungan antara mioma dan rendahnya kesuburan ini
telah dilaporkan oleh dua survei observasional. Dilaporkan sebesar 2740 % wanita
dengan mioma uteri mengalami infertilitas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Mioma Uteri
Mioma uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor jinak otot
rahim, disertai jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan
jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai
ukuran besar, biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi
terutama pada usia 35 tahun.
2.2. Epidemiologi Mioma Uteri
Frekuensi mioma uteri kurang lebih 10% dari jumlah seluruh penyakit pada alatalat genital dan merupakan tumor pelvis. Angka kejadian tumor ini sulit ditentukan
secara tepat karena tidak semua penderita dengan mioma uteri memiliki keluhan.
Berdasarkan otopsi, ditemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
5

mioma, pada wanita berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarche.
Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan usia reproduktif, tetapi oleh
faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidennya 3-9 x lebih banyak dari ras kulit
berwarna dibandingkan ras kulit putih.
2.3. Anatomi Genitalia Interna pada Wanita
2.3.1.
Uterus
Uterus pada orang dewasa berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang
sedikit gepeng. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan serviks uteri (1/3
bagian bawah). Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba Fallopii kanan dan
kiri masuk ke uterus.

Gambar 1. Anatomi organ genitalia interna pada wanita


Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam
anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dengan vagina, sedang
korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 1200-1300 dengan serviks uteri. Di
Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri berarah ke belakang)
6

yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.Gambar 02. Hubungan axis uterus,
serviks, dan vagina.
2.3.2.
Jaringan Penunjang Genitalia Interna pada Wanita
Uterus berada di rongga panggul dalam anteversiofleksio sedemikian rupa,
sehingga bagian depannya setinggi simfisis pubis, dan bagian belakang setinggi
artikulasio sakrokoksigea. Jaringan-jaringan itu ialah:1,3
Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackenrodt)
Merupakan ligamentum yang terpenting untuk mencegah agar uterus tidak turun.
Ligamentum ini terdiri atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak
vagina ke arah lateral ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh
darah, antara lain arteri dan vena uterina.
Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum
Ligamentum yang juga menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan

melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum ke arah
os sakrum kiri dan kanan.
Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum

Ligamentum yang menahan uterus dalam posisi antefleksi, dan berjalan dari sudut
fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.

Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum


Berjalan dari os pubis melalui kandung kemih, dan seterusnya sebagai ligamentum

vesikouterina sinistrum dan dekstrum ke serviks.

Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum


Ligamentum yangberjalan dari uterus ke arah lateral, dan tidak banyak

mengandung jaringan ikat, sebetulnya ligamentum ini adalah bagian dari peritoneum
viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai lipatan. Dibagian
lateral dan belakang ligamentum ini ditemukan ovarium sinistrum dan dekstrum. Untuk
memfiksasi uterus ligamentum ini tidak banyak artinya.

Ligamentum infundibulopelvikum
Ligamentum yang menahan tuba Fallopii, berjalan dari arah infundibulum ke

dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan persarafan, saluran-saluran limfe, arteri dan vena
ovarika. Sebagai alat penunjang ligamentum ini tidak banyak artinya.

Ligamentum ovarii proprium sinistrum dan dekstrum


Ligamentum yang berjalan dari sudut kiri dan kanan belakang fundus uteri ke

ovarium. Ligamentum ini berasal dari gubernakulum; jadi asalnya sama dengan
ligamentum rotundum, yang juga berasal dari gubernakulum.
2.4. Etiologi Mioma Uteri
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari
hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung
8

pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya mioma adalah; wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zatzat karsinogenik, sedangkan yang menjadi faktor pencetus dari terjadinya mioma uteri
adalah adanya sel yang imatur.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Selsel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi
genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1) Estrogen
Mioma Uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan
lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari
payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%). Mioma
uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. 17B idroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada
miometrium normal.
2) Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat


pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu; mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3) Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu:
1 Umur
Mioma Uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10%
pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35 45 tahun.
2

Paritas
Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi

sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.
3 Faktor ras dan Genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan
riwayat keluarga, ada yang menderita mioma.
Belum diketahui secara pasti, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum
matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini
sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen pada nulipara, faktor
keturunan juga berperan mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.
10

Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena
berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan sekunnder meliputi atrofi,
degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi membantu, marah, lemak. (Mansjoer,
Arif, 1999)
2.5. Klasifikasi Mioma Uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
1. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan
kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma
intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu
massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya menyebabkan sisten peredaran darah
diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan
terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam
rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
2. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih kecil,
tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol,
uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala
klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut
sebelah bawah.
3. Mioma Uteri Submukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh
kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum
uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke
dalam vagina yang disebut mioma geburt.

11

Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan


perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.

2.6. Patofisiologi
Myoma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalia. Myoma
terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat dan
dikelilingi kapsul yang tipis. Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian dktus Muller,
tetapi paling sering terjadi pada miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara
serentak. Unkuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong hingga sebesar
bola kaki.
12

Penyebab terjadinya myoma uteri tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari
sel otot yang normal, dan otot imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel
embrional pada dinding darah uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari benih-benih
multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat
lambat tetapi progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh
estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan
berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah jarang karena cepat terdeteksi. Mulamula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke berbagai arah.
Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam jumlah yang banyak,
maka myoma cenderung mengalami atrofi. Jika tumor dipotong, akan menonjiol diatas
miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan,
tersusun atas berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks
jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan
serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan
miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke dalam
myoma.
Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok sel otot berbentuk
kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi berkas-bebrkas oleh jaringan ikat.
Karena seluruh suplai darah myoma berasal dari beberapa pembbuluh darah yang masuk
dari pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai
darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah myoma. Mulamula terjadi degenerasi hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi kapanpun oleh ahli
ginekologi pada abad ke-19 disebuut sebagai batu rahim. Pada kehamilan dapat terjadi
komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor,
13

yang memberikan gambaran seperti daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi
perubahan tumor menjadi sarcoma.
Jika myoma terletak sub endometrium, mungkin disertai dengan menorhagia. Jika
perdarahan yang hebat menetap, mungki akan mengalami anemia.saat uterus
berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat
menyebabkan persisten dari uterus. Dimanapun posisinya di dalam uterus, myoma besar
dapat menyebabkan gejala penekanan pada panggul, disuria, sering kencing dan
konstipasi atau nyeri punggung jika uterus yang membesar menekan rektum.
2.7. Manifestasi Klinis
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma
uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenore,
menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri. Dar ipenelitian
multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44% gejala perdarahan, yang
paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65% wanita dengan mioma
mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang.
Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih,
ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri (14%),
keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai pada
2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus
spontan dapatterjadi bila mioma uteri menghalangi pembesaran uterus, dimana
menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya
uterus di dalam panggul (Goodwin, 2009).
a. Massa di Perut Bawah

14

Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut bagian


bawah.

b. Perdarahan Abnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan menstruasi,
menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak ditemukan bukti yang menyatakan
perdarahan ini berhubungan dengan peningkatan luas permukaan endometrium atau
kerana meningkatnya insidens disfungsi ovulasi. Teori yang menjelaskan perdarahan
yang disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi perubahan struktur vena pada
endometrium dan miometrium yang menyebabkan terjadinya venule ectasia.
Miometrium merupakan wadah bagi faktor endokrin dan parakrin dalam mengatur
fungsi endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah langsung dari
miometrium ke endometrium memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang
merangsang stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki
reseptor pada mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi
target terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory factor atau
vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga menyebabkan
perdarahan uterus yang abnormal.
c. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul
karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan nekrosis
setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan,
pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
15

dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang
bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa nek dan muntah-muntah.
Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada urat
syaraf yaitu pleksus uterovaginalis, menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.
d. Pressure Effects (Efek Tekena )
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-organ di
sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan sulit untuk dihubungkan
langsung dengan mioma. Penekanan pada kandung kencing, pollakisuria dan dysuria.
Bila uretra tertekan bisa menimbulkan retensio urinae. Bila berlarut-larut dapat
menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadangkadang menyebabkan konstipasi atau nyeri saat defekasi.
e. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih
belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan
terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implasntasi embrio
dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana
terjadi atrofi karena kompresi massa tumor (Stoval, 2001). Apabila penyebab lain
infertilitas sudah disingkirkan dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut,
maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi (Strewart, 2001).

2.8. Diagnosis Mioma Uteri


16

a) Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa menonjol
keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya riwayat
pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan perdarahan
kontak.
b) Pemeriksaan Fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus.
Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu
atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini
adalah bagian dari uterus.
c) Pemeriksaan penunjang
a. Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma
menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya
hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian
menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.
b. Imaging
1) Pemeriksaan dengan USG ( Ultrasonografi ) trans-abdominal dan trans-vaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal
terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar
baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas
kontur maupun pembesran uterus.
17

2) Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma
kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.
3) MRI (Magnetic Resonance Imaging) sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,
ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak
sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal.
MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas,
termasuk mioma.
2.9. Penatalaksanaan Mioma Uteri
a. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan,
tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan
10-12 munggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil
tindakan operasi.
b. Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma
uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini.

Terapi medikamentosa masih

merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif. Preparat yang
selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin
Realising Hormon Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,
antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine.
c. Pengobatan operatif
i. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,
efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada
kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari
pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan
jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat
18

yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya


harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) adalah sebagai berikut :
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b. Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c. Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang.
ii. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk
histerektomi adalah sebagai berikut:
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan olah pasien.
Perdarahan uterus berlebihan :
a.

Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih

b.
c.
d.
e.
f.

dari 8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi
Nyeri hebat dan akut.
Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis.
Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak

disebabkan infeksi saluran kemih.


iii. Penanganan Radioterapi
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
f. Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan
iv. Miomektomi
19

Jika pasien ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dapat di pilih


miomektomi. Operasi ini mengeluarkan semua mioma yang ditemukan dan
membentuk kembali uterus. Pasien harus menerima jika timbul masalah sewaktu
melakukan miomektomi, ahli bedah dapat melanjutkan dengan histerektomi.
Setelah miomektomi, 40 persen wanita yang berkesempatan hamil akan hamil.
Mioma timbul kembali dan jumlah wanita yang sama terus mengalami menoragia
sehingga

memerlukan

penggunaan

hormone,

reseksi

histeroskopik

atau

histerektomi.
v. Laparaskopi
Satu atau beberapa mioma diangkat menggunakan tehnik laparaskopi atau
endoskopi. Laparaskopi dilakukan dengan cara insisi kecil pada dinding abdomen
dan memasukkan laparaskop ke dalamnya.
2.10. Komplikasi Mioma Uteri
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan ditemukan hanya 0,320,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang
telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika
torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
2.11. Prognosis Mioma Uteri
20

Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi


yang extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus
endometrium, maka diharusken SC (Sectio caesaria) pada

persalinan berikutnya.

Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40%
pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
2.12. Pencegahan Mioma Uteri
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum
terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita
mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai faktorfaktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa
reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon estrogen dan
progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen dan progesteron),
pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena
pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri,
tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang
dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.

21

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor jinak otot
rahim, disertai jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan
jenis tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai
ukuran besar, biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi
terutama pada usia 35 tahun.
Klasifikasi mioma uteri yaitu, mioma uteri subserosum, mioma uteri intramural
dan mioma uteri submukosa. Penatalaksanaan mioma uteri berbeda-beda pada setiap
jenis dan ukurannya. Maka dari itu diperlukan pemeriksaan yang cermat dan tepat agar
dapat dilakukan penatalaksanaan yang sesuai.
Jenis penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu berupa tindakan konservatif,
operatif, maupun menggunakan radiasi.

22

DAFTAR PUSTAKA

LieweIIyn.j 2002. Dasar-dasar Obsestri dan Ginekologi.Yayasan joko suyono. Edisi

VI.Jakarta
Manuaba, IBG 2001. Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.

Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta


Simatupang, E.J, 2006. Penerapan unsur unsur manajemen dalam praktek kebidanan.

Awan indah. Jakarta


Ling, F. W., Duff, P. Obstetri and Gynaecology Principle of Practice. McGraw-

Hill,2001 ; P : 1151-1172
DeCherney, A.H.,Nathan, L. Current Obstetry and Gynecology Diagnosis and

Therapy. McGraw-Hill, 2003; P :693-699


Anonim, 2000. Gynecology by Ten Teachers, 17 th edition, Editor Campbell SC,

Monga A, page 115-118


Joedosoepoetro MS, 1998. Tumor-tumor Jinak Pada Alat-alat Genital Dalam, Ilmu
Kandungan, editor Prawirohardjo S, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,

Jakarta, hal 281-292


Jones, D.L.,2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, alih bahasa Hadyanto, Editor

edisi bahasa Indonesia, Y.Joko Suryono, edisi 6, Hipokrates, Jakarta, hal 263-266
Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta

LAPORAN KASUS
STATUS ORANG SAKIT
23

DATA DASAR (KARAKTERISTIK PENDERITA)


I.

Identitas Pasien

II

Nama
Umur
Agama
Suku
Pekerjaan
Pendidikan
No RM
Tanggal masuk
Pukul

: Ny. Z
: 45 Tahun
: Islam
: Jawa
: IRT
: SMA
: 22 31 83
: 08-07-2015
: 10.00 WIB

Nama suami
Umur
Agama
Suku
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat

: Tn. S
: 49 Tahun
: Islam
: Jawa
: Wiraswasta
: SMA
: Lau dendang Dusun 1 Kamboja

ANAMNESA

Ny. Z, 45 tahun, P3A0, Islam, Jawa, IRT, SMA, menikah 2 kali usia . Istri dari Tn. S, 49 tahun,
Islam, Jawa, Wiraswasta, SMA, datang ke RS Haji Medan pada tanggal 08-07-2015 pukul
10.30 wib dengan :
KU
: Keluar darah dari kemaluan
Telaah
: Hal ini dialami os sejak 6 bulan yang lalu, volume 4-5 kali ganti pembalut
perhari, berupa darah segar, riwayat keluar darah dari kemaluan (-), riwayat
haid memanjang (-), riwayat keluar darah setelah campur (-), riwayat keputihan
(+) Bau (+) gatal(+), riwayat trauma (-), riwayat perut dikusuk (-), riwayat
minum jamu-jamuan (-), riwayat penurunan berat badan (+), riwayat penurunan
nafsu makan (-), riwayat teraba benjolan diperut (+), BAK (+) N, BAB (+) N.
RPT / RPO
Menarche
Menopause
Lama haid

: (DM/Obat DM)
: 11 tahun
:: 5 - 7 hari/siklus

Siklus haid
Darah haid
Dysmenorrhea

: Tidak teratur.
: 3-4 x ganti pembalut/hari
: (-)
24

Riwayat Pernikahan : Menikah 2 kali


Riwayat Kontrasepsi : (-)
Riwayat Persalinan : P3A0
1

Anak laki laki, aterm, BBL 3.200gr, PSP, di tolong oleh bidan, hidup, umur
sekarang 15 tahun.

Anak perempuan, aterm, BBL 3.300gr, PSP, di tolong oleh bidan, hidup, umur
sekarang 13 tahun.

Anak laki-laki, aterm, BBL 3.300gr, PSP, di tolong oleh bidan, hidup, umur
sekarang 13 tahun.

Riwayat Operasi : (-)


III

PEMERIKSAAN FISIK
A Status Present
Sens
TD
HR
RR
T
TB
BB

: CM
: 130/90 mmHg
: 80 x/i
: 20 x/i
: 36,80 C
: 170 cm
: 65 kg

Anemis
Ikterik
Dyspnoe
Sianosis
Oedem

: (-/-)
: (-/-)
: (-)
: (-)
: (-)

B Status Generalisata
Mata
Leher
Thorax
Abdomen

: konjungtiva anemis -/-, sclera ikterus -/: KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
: Cor : Bunyi jantung normal, reguler,suara tambahan (-)
Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
: Teraba massa, Perut atas setengah pusat dengan simfisis, Perut bawah sama
dengan simfisis pubis, konsistnsi kenyal padat, permukaan rata, batas tegas,
pinggir tumpul, immobile, nyeri(-).

Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-)


BAB

: (+) N

BAB

: (+) N
25

P/V

: (-)

C STATUS GINEKOLOGIS
Inspekulo :

Portio : Licin
Erosi : (-)
Darah : (+)
Fluor Albus : (+)
Massa : (-)

Pemeriksaan Dalam (VT)

Uterus

:
: uterus anteflexi lebih besar dari biasanya, teraba massa sebesar

kepalan tangan orang dewasa, terasa kenyal, permukaan rata, mobile.

Parametrium

: parametrium kanan dan kiri lemas.

Adnexa

: adnexa kanan dan kiri tidak teraba massa.

Cavum douglas

: tidak menonjol

Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksan fisik Os didiagnosa dengan :


1

Mioma uteri
2 Kista Ovarium
3 Hamil.

D PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin
Hitung eritrosit

Nilai
15,2
5,8

Nilai Rujukan
12 16
3,9 - 5,6

satuan
g/dl
10*6/l
26

Hitung leukosit
Hematokrit
Hitung trombosit
Index eritrosit
MCV
MCH
MCHC

9,700
44,2
247.000

4,000- 11,000
36-47
150,000-450,000

/l
%
/l

76,7
26,3
34,3

80 96
27 31
30 34

fL
pg

Kimia Klinik
Hitung jenis leukosit
Eosinofil
Basofil
N.Stab
N. Seg
Limfosit
Monosit
LED

2
0
0
59
33
6
23

Glukosa Darah Sewaktu

136 mg/dL

%
Nilai Rujukan

13
01
2 6
5375
2045
48
0-10

%
%
%
%
%
%
mm/jam
<140 mg/dl

Ultrasonografi Trans Abdominal Sonography (USG TAS)


Uterus anteflexi dengan ukuran lebih besar dari biasa
Tampak gambaran mixed echo berbentuk kumparan ukuran : 54,2 x 76,2 mm
Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal
Diagnosa : Mioma Uteri
Rencana : Laparotomi pada tanggal 09 Juli 2015 pukul 09.00 WIB
Lapor supervisor dr. Muslich Sp.OG
Persiapan :
1

Informed Consent

Surat izin operasi

Anjurkan ibu berpuasa 6 jam sebelum operasi

IVFD RL 20 tetes/menit

Injeksi cefotaxime 2 gram

Pemasangan kateter

Konsul anestesi
27

Awasi vital sign

E Laporan Operasi
Operator: Dr. Muslich P, SpOG
Tanggal: 09/07/2015
1

Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infuse terpasang baik.

Dilakukan spinal anestesi, dilakukan tindakan antiseptic dan aseptic dengan betadine
dan alkhohol 70% kemudian abdomen ditutup dengan duck steril kecuali lapangan
operasi.

Dibawah spinal anastesi dilakukan insisi pfenenstil mulai dari kutis, subkutis.

Dengan menyisipkan pinset anatomi dibawahnya, fascia digunting kekanan dan kekiri
otot dikuakkan secara tumpul.

Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat lalu digunting keatas dan kebawah dan
dipasang hack blast.

Pada eksplorasi didapatkan :

Uterus miomatous lebih besar dari biasa Ukuran 18x6x6 cm, massa tumor

diameter 9,5 cm.


Ovarium dextra menempel pada uterus besarnya : 3x2,7x0,7 cm.
Tuba sinistra dan ovarium sinistra dalam batas normal.
Tuba dextra dalam batas normal.

Ligamentum rotundum kanan di klem lalu digunting dan diikat.

Membuka plica vesicouterina, kemudian disisihkan kebawah dan lateral lalu dilindungi
hack blast.

Ligamentum infundibulum pelvicum kanan diklem lalu digunting dan diikat.

10 Arteri uterin kanan di klem di gunting lalu di ikat.


28

11 Ligamentum sacrouterin kanan di klem lalu di gunting dan di ikat.


12 Uterus di potong setinggi portio.
13 Sudut supraservical kanan di jahit.
14 Evaluasi perdarahan, Kesan : perdarahan terkontrol.
15 Peritoneum di jahit secara kontinuos dengan plain catgut no. 30.
16 Otot dijahit dengan catgut. 2.0 secara simple.
17 Fascia dijahit kontinuos dengan vicryl no .1.0.
18 Subkutis dijahit dengan catgut no. 2.0 secara simple.
19 Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no. 4.0.
20 Luka operasi dibersihkan dan ditutup supratul, kasa steril dan hipavix.
21 KU Post operatif : baik.
22 UOP post operasi ( 90 menit) 250 cc, warna kuning jernih.
POST OPERASI
Tindakan Operasi : Total abdominal Histerektomi (TAH) + SOD
Intruksi post Operasi :

Awasi vital sign dan tanda-tanda perdarahan.


Pemeriksaan lab post operatif
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Cefotaksime 1 gr/ 8 jam
Inj Gentamicyn 80 mg/12 jam
Inj ditranex 500 mg/8 jam
Inj ketorolax 30 mg/8 jam
Inj ranitidine 50 mg/12 jam
Pronalges sup/8 jam

29

Follow up tanggal 10-07-2015, pukul 06.00 WIB


S

(-)

Sens

Compos mentis

Anemis

: -

TD

110/70 mmHg

Ikterik

: -

HR

88x/i

Dyspnoe

: -

RR

24x/i

Sianosis

: -

36,8 C

Oedem

: -

SL

Abdomen

soepel, peristaltik (+) normal

L/O

Tertutup perban kesan kering

P/V

(-)

BAK

(+) via kateter, UOP : 40cc/jam warna kuning pekat

BAB

(-)
30

Flatus
A

Th

(+)

Post TAH + SOD a/I mioma uteri + H1


IVFD RL 20 gtt/i
Inj Cefotaksime 1 gr/ 8 jam
Inj Gentamicyn 80 mg/12 jam
Inj ditranex 500 mg/8 jam
Inj ketorolax 30 mg/8 jam
Inj ranitidine 50 mg/12 jam
Pronalges sup/8 jam

Follow up tanggal 11 -07-2015, jam 06.00 WIB


S

(-)

Sens

Compos mentis

Anemis

: -

TD

120/80 mmHg

Ikterik

: -

HR

80x/i

Dyspnoe

: -

RR

20x/i

Sianosis

: -

36,0 C

Oedem

: -

SL

Abdomen

soepel, peristaltik (+) normal

L/O

Tertutup verban kesan kering

P/V

(-)

BAK

(+) via kateter, UOP : 50cc/jam warna kuning jernih

BAB

(-)

Flatus

(+)

: Post TAH + SOD a/I mioma uteri + H2


31

Th/

:
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Cefotaksime 1 gr/ 8 jam
Inj Gentamicyn 80 mg/12 jam
Inj ditranex 500 mg/8 jam
Inj ketorolax 30 mg/8 jam
Inj ranitidine 50 mg/12 jam
Pronalges sup/8 jam

Follow up tanggal 12 -07-2015, jam 06.00 WIB


S

Os mencret sedikit sedikit

Sens

Compos mentis

Anemis

: -

TD

110/80 mmHg

Ikterik

: -

HR

84x/i

Dyspnoe

: -

RR

22x/i

Sianosis

: -

36,5 C

Oedem

: -

SL

Abdomen

soepel, peristaltik (+) normal

L/O

Tertutup verban kesan kering

P/V

(-)

BAK

(+) via kateter, UOP : 60cc/jam warna kuning jernih

BAB

(+)

Flatus

(+)

: Post TAH + SOD a/I mioma uteri + H3


32

Th/

:
Inj Cefotaksime 1 gr/ 8 jam
Inj Gentamerk 80 mg/12 jam
pondex 3x1
antasida 3x1
Grahabion 1x1
Pronalges sup/8 jam
Kateter urin tetap.

Follow up tanggal 13-07-2015, jam 06.00 WIB


S

(-)

Sens

Compos mentis

Anemis

: -

TD

110/70 mmHg

Ikterik

: -

HR

78x/i

Dyspnoe

: -

RR

20x/i

Sianosis

: -

36,0 C

Oedem

: -

SL

Abdomen

soepel, peristaltik (+) normal

L/O

Tertutup verban kesan kering

P/V

(-)

BAK

(+) via kateter, UOP : 50cc/jam warna kuning jernih

BAB

(+)

Flatus

(+)

: Post TAH + SOD a/I mioma uteri + H4

Th/

:
Inj Cefotaksime 1 gr/ 8 jam
Inj Gentamerk 80 mg/12 jam
33

Pondex 3x1
Antasida 3x1
Grahabion 3x1
Rencana Aff Kateter sore.

Follow up tanggal 14 -07-2015, jam 06.00 WIB


S

(-)

Sens

Compos mentis

Anemis

: -

TD

120/80 mmHg

Ikterik

: -

HR

80x/i

Dyspnoe

: -

RR

20x/i

Sianosis

: -

36,0 C

Oedem

: -

SL

Abdomen

soepel, peristaltik (+) normal

L/O

Tertutup verban kesan kering

P/V

(-)

BAK

(+)

BAB

(+)

Flatus

(+)

: Post TAH + SOD a/I mioma uteri + H5

Th/

:
GV
PBJ
Pondex 3x1
Grahabion 1x1
Antasida 1x1

34

Hasil Laboratorium Patologi Anatomi

Makroskopis.
Diterima Jaringan Uterus ukuran 18x6x6 cm, tampak massa tumor diameter 9,5 cm,
ovarium 3x2,7x0,7 cm.

Mikroskopis.
Sediaan jaringan dari serviks dalam batas normal.
Sediaan jaringan dari endometrium tampak gambaran struktur kelenjar yang tersusun back
to back.
Sediaan jaringan dari massa tumor tampak gambaran sel-sel berbentuk spindle yang

tersusun sejajar kesegala arah dan sebagian membentuk kumparan.


Sediaan dari ovarium tampak kista folikel dengan perdarahan.
Kesimpulan :
Suatu hyperplasia endometrium + mioma uteri + kista folikel berdarah.

35

Anda mungkin juga menyukai