Anda di halaman 1dari 72

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO standar persalinan Sectio Caesarea namun di Inggris

tahun 2010 sampai 2011 angka section caesarea mengalami peningkatan

sebesar 24,6 % yang pada tahun 2012 sekitar 24,5 % dan di Australia tahun

2013 peningkatan 31% yang pada tahun (Afriani, 2012) .

World Health Organization (WHO), SC adalah salah satu operasi bedah

yang paling umum dilakukan di dunia sebanyak (99%) persalinan atau

kelahiran terjadi di negara-negara berkembangsebanyak (16%) SC yang

melebihi batas yangdirekomendasikan. Indikator SC (5–15%) untuk setiap

negara (Suryati, 2012) .

Angka kelahiran Sectio Cesarea (SC) terjadi peningkatan di Indonesia

sejak dua dekade terakhir ini. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya

persalinan melalui SC, dalam 20 tahun terakhir ini terjadi kenaikan proporsi

Sectio Caesarea dari 5 % menjadi 20%. Secara umum jumlah persalinan di

rumah sakit pemerintah kenaikan ini mencapai 20 - 25 % dari total jumlah

persalinan. Di rumah sakit swasta angka ini lebih tinggi yaitu sekitar 30 -

80% dari jumlah total persalinan. Seharusnya persalinan SC merupakan

jalan keluar jika persalinan pervaginam (normal) tidak memungkinkan,

1
2

yaitu dengan indikasi medis tertentu dan kehamilan dengan komplikasi.

(Kemenkes, 20 Kemenkes, 2014) .

Angka sectio caesarea terus meningkat dari insidensi 3-4% 15 tahun yang

lampau sampai insidensi 10-15% sekarang ini . Angka terakhir mungkin

bisa diterima dan benar . Bukan saja pembedahan menjadi lebih aman bagi

ibu, tapi juga anak maupun keduanya juga menjadi lebih aman . Disamping

itu perhatian terhadap kualitas kehidupan dan pengembangan intelektual

pada bayi telah memperluas indikasi post sectio ceasaria . Sectio caesaria

adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding

abdomen dan uterus. Banyak faktor yang menyebabkan diambilnya tindakan

sectio caesaria yaitu faktor ibu, faktor janin, faktor jalan lahir, berdasarkan

partograf, partus kasep dan kegagalan ( Oxorn, 2010 ) .

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut ( Amin & hardhi,

2013 ) .

Chepalopelvic Disproportion ( CPD ) , atau disproporsi fetopelvik adalah

antara ukuran janin dan ukuran pelvis yakni ukuran pelvis tertentu tidak

cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis

sampai terjadi kelahiran per vagina. Pelvis yang adekuat untuk jalan lahir

bayi 2,27 kg mungkin cukup besar untuk bayi 3,2 kg mungkin tidak cukup

besar dengan bayi 3,6 kg. Indikasi kemungkina ( menurut verney, 2010 ) .
3

Chepalo Pelvik Disproporsi adalah keadaan yang menggambarkan

ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak

dapat keluar melalui vagina (prawirohardjo, 2010) .

Angka persalinan SC di Jawa Barat menurut RISKESDAS tahun 2013

Adalahsekitar 8,7%Berdasarkan laporan tahunan, angkapersalinan dengan

SC mengalami peningkatan. RSUD Indramayu mengalami peningkatan tiap

bulan dari bulan mei sampai agustus 2017 adalah sebagai berikut :
4

Table 1.1
Distribusi Ffekuensi Pasien Post OP Sectio Caesarea Dengan
Indikasi( CPD ) Panggul Sempit Di Ruang Gincu 3
RSUD Indramayu
Periode bulan MEI sampai dengan Agustus 2017

No Bulan Jumlah pasien Jumlah pasien SC Presentase


post opSC Indikasi Cpd %
( panggul sempit )

1. Mei 119 15 12,6 %

2. Juni 113 11 9,73 %

3. Juli 135 19 14,7 %

4. Agustus 125 17 13,6 %

Jumlah 489 62 12,67%

Sumber : Medical record RSUD Indramayu bulan Mei – Agustus 2017

Berdasarkan data yang di atas dapat diketahui jumlah pasien post op hari ke

- 2Sectio Caesareadiruang gincu 3 sejak bulan Mei sampai bulan Aguatus 2017

sebanyak 489 orang keseluruhan yang dirawatdiruang gincu 3 RSUD

Indramayu sedangkan pasien post op hari ke - 2SC dengan indikasi CPD yang

di rawat hanya sedikit 62 orang namun masalah pada pasien tersebut cukup

komplek oleh karena itu dibutuhkan perawatan secara komprehensif . Oleh

karena itu penulis tertarik untuk mengetahui gambaran secara nyata tentang

asuhan keperawatan yang diberikan pada klienpost op hari ke – 2 sectio

caesarea dengan indikasi CPD ( panggul sempit ) dan didokumentasikan dalam


5

bentuk laporan kasus . Sebagai bahan penyusun karya tulis ilmiah yang

merupakan salah satu syarat dalammenmpuh ujian akhir program D III

keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Indramayu.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah

tersebut dalam suatu karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan

pada Ny. J dengan post op hari ke – 2 Sectio Caesareadengan Indikasi ( CPD )

Panggul Sempit di Ruang Gincu 3 RSUD Indramayu’’.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien Ny. J dengan post

operasi hari ke – 2 Sectio Caesarea dengan indikasi CPD di ruang

gincu 3 RSUD Indramayu secara langsung meliputi bio, psiko, sosio,

dan spritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan .

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Ny. “J” dengan post op

hari ke – 2 Sectio Caesarea dengan Indikasi CPD Di Ruang Gincu 3

RSUD Indramayu .

b. Mampu menganalisa data klien Ny. “J” dengan post op Sectio hari

ke – 2 Caesarea dengan Indikasi CPD Di Ruang Gincu 3 RSUD

Indramayu.

c. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny. “J” dengan

post op hari ke – 2 Sectio Caesarea dengan Indikasi CPD Di Ruang

Gincu 3 RSUD Indramayu .


6

d. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada Ny. “J” dengan

post op hari ke – 2 Sectio Caesarea dengan Indikasi CPD Di Ruang

Gincu 3 RSUD Indramayu .

e. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. “J”

dengan post op hari ke – 2 Sectio Caesarea dengan Indikasi CPD

Di Ruang Gincu 3 RSUD Indramayu .

f. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada Ny. “J”

dengan post op hari ke – 2 Sectio Caesarea dengan Indikasi CPD

Di Ruang Gincu 3 RSUD Indramayu .

g. Mempu mendokuemntasikan asuhan keperawatan pada Ny. “J”

dengan post op hari ke – 2 Sectio Caesarea dengan Indikasi CPD

Di Ruang Gincu 3 RSUD Indramayu .


7

C. Metode Telaahan

Metode yang di gunakan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini

yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan

pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanan, implementasi dan evaluasi .

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusun karya

tulis ini adalah :

a. Wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan

klien dan keluarga klien untuk memperoleh informasi yang akurat .

b. Observasi yaitu dengan mengamati keadaan klien secara langsung

meliputi bio,psiko,sosial,kultural dan spritual .

c. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan melalukan

pemeriksaan fisik pada klien dengan cara inspeksi, palpasi , perkusi,

dan auskultasi .

d. studi dokumentasi yaitu dengan melakukan pengumpulan data atau

informasi melalui catatan atau asrip dari medical record yang

berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien .

e. Studi perpustakan yaitu mencari sumber melalui bahan bacaan atau

buku – buku literatur dapat di percaya untuk mendapatkan kejelasan

terori yang berhubungan dengan masalah klien. ( Nursalam, 2012 ) .


8

D. Sistematika Penulisan

Sistematika yang penulis gunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

adalah sebagai berikut :

BAB I :Pendahuluan yang berisi : latar belakang, tujuan penulisan,

manfaat penulisan,metode telaahan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar dan penyakit dan

konsep keperawatan .

BAB III :Tinjauan kasus yang terdiri dari : pembahasan laporan asuhan

keperawatan yang dilakukan kepada klien, yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, dan

pelaksanaan keperawatan juga evaluasi .

BAB IV :Pembahasan : membahas tentang kesenjangan antara teori dan

praktek yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi .

BAB V :Kesimpulan dan rekomendasi dari pelaksanaaan asuhan

keperawtan dan masalah yang ditemukan .


9

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Sectio Caesarea

1. Sectio Caesarea ( SC )

a. Pengertian

Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi pada

dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)

(Rasjidi, 2010 ) .

Sectio Caesarea adalah perlahiran melalui insisi yang dibuat pada dinding

abdomen dan uterus ( Reeder, Martin & Griffin 2011 ) .

Seksio sesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan

uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau kehamilan >28

minggu (Manuaba,2012)

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Nanda, 2013) .

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amin &Hardhi,

2013) .

10
10

b. Macam – macam SC

1) Sectio caesarea transperitonrealis Prefunda

SC transprerionrealis prefunda adalah SC dengan insisi di segmen bawah

uterus . insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau

memanjang . keunggulan pembedahan ini adalah perdarahan luka insisi

tidak terlalu banyak . bahaya peritonitis tidak besar . perut uterus

umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudan hari tidak

seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka

dapat sembuh lebih sempurna . kelemahan pembedahan ini adalah luka

dapet menyebar ke kiri, kanan, bawah dan menyebabkan arteri uterin

putus sehingga mengakibatkan perdarahan banyak .

2) Sectio caesarea klasik atau cassoma

SC klasik ini dibuat kepada uteri, pembedahan ini yang agak mudah

dilakukan, hanya dilakukan apabila ada halangan untuk melakukan SC

transperitonealis profunda . Insisi memanjang pada segmen atas uterus.

Kelebihannya dalah mengeluarkan janin lebih cepat. Tidak

mengakibatkan komplikasi pada kandung kemih, sayatan dapat

diperpanjang proksimal atau distal. Sedangkan kekurangannya adalah

infeksi dapat mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

reperetialis yang baik dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi

ruptur uteri spontan .


11

3) Sectio caesarea ektra peritonealis

SC ektra peritonelais ini dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya

injeksi pembedahan perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan

terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan.

Rongga peritoneum tidak dibuka, dan dilakukan pada pasien infeksi

uterin barat .

c. Etiologi yang berasal dari ibu yaitu pada primigravida dengan kelaina letak,

primi para tua disertai kelainan letak ada, disporporsi sefalo pelvik

(disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang

buruk, terdapat kesempitan panggul, placenta previaterutama pada

primigravida, solutsio placenta tingkat I-II, kerena janin .

( Menurut Amin & Hardi, 2013 ) .

Ibu : Absolute

a. Indikasi persalinan gagal

b. Proses persalinan maju ( distosia persalinan )

c. Disproporsi Sefalopelvik ( panggul sempit )

Utero Plasenta

a. Bedah uterus sebelum ( sesar klasik )

b. Riwayat ruptur uterus

c. Obstruksi jalan lahir ( fibroid )

d. Plasenta previa , abroption plasenta berukuran besar


12

Janin

a. Gawat janin / hasil pemeriksaan janin yang tidak menyakinkan

b. Prolapas tali pusat

c. Malpresntasi janin ( posisi melintang )

d. Patofisilogi

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalianan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan misalnya

plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo

pelvik, rupture uteri mengacam, partus lama, partus tidak maju, pre –

eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin . Kondisi tersebut

meyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea

( SC) .Dalam proses operasi dilakukan tindakan anestesi yang akan

menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan

masalah intoleransi aktivitas . Adanya kelumpuhan sementara dan

kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan

aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah

defisit perawatan diri .

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,

perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien .

Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi

pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas

jaringan, pembuluh darah, dan syaraf – syaraf di sekitar daerah insisi .


13

Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan

menimbulkan rasa nyeri ( nyeri akut ) . Setelah proses pembedahan

berakhir, daerah insisi akan di tutup dan menimbulkan luka post op, yang

bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi .

e. Manisfestasi klinis

Menurut Prawirohardjo ( 2010 )

1. Plasenta levia sentralis dan lateralis ( posterior )

2. Panggul sempit

3. Disporsi sefalopelvik :

ketidakseimbangan anatar ukuran kepala dan ukura panggul .

4. Repture uteri mengancam

5. Partus lama

6. Partus tak maju

7. Distosia serviks

8. Pre eklamsia dan hipertensi

9. Malpresentasi janin :

- Letak lintang

- Letak bokong

- Presentasi dahi dan muka

- Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil

- Gemeli
14

f. Klasifiksai Sectio Caesarea

Menurut Geri ( 2009 ), manisfestasi klinis dibagi menjadi :

a . Seksio caaserea Primer

Dari semula telah di rencanakan bahwa janin akan dilahirkan secara

seksio sesarea , tidak diharapkan lagi kelahiran biasa misalnya pada

pinggul sempit .

b . Seksio caesarea Sekunder

Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa , bila

tidak ada kemanjuan persalinan baru dilakukan seksio sesarea .

c . Seksio caesarea Ulang

Ibu pada kehamilan lalu megalami seksio sasarea dan pada kehamilan

selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang .

d. Seksio Sesarea Postmortem

Seksio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup bulan yang

meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup .

g. Indikasi Sectio Caesarea

Menurut Rasjidi, 2010 dibagi menjadi :

a. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan pinggul

- Pengertian kesempitan panggul

Kesempitan panggul dikatakan menyempit, apabila diameter antero-

posterior kurang dari 10 cm atau jika diameter transversa terbesar

kurang dari 12 cm. diameter muka belakang pintu atas panggul

biasanya diperkirakan dengan pengukuran secara manual konjungata


15

diagonalisnya yang kurang lebih 1,5 cm lebih panjang. Oleh Karena

itu kesempitan panggul juga dinyatakan bila konjungata diagonalis

kurang dari 11,5 cm. Bentuk panggul juga penting dalam

menentukan kemampuan panggul, pengukuran tersendiri diameter

muka belakang dan melintang serta perhitungan area. (Obstetric

Williams,2012).

- Pengertian kelainan panggul

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan.

Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya

kelainan pada jaringan keras / tulang panggul, atau kelainan pada

jaringan lunak panggul ( Mansjoer, 2011 ) .

b. Plasenta previa

c. Gawat janin

d. Pernah seksio sesarea sebelumnya

e. Kelainan letak janin

f. Hipertensi

g. Ruptus uteri mengacam

h. Partus lama

i. Partus tak maju ( obstructed laber )

j. Distosia serviks

k. Ketidakmampuan ibu mengenjang

l. Malpresentasi janin
16

h. Komplikasi sectio caesarea

Menurut Geri ( 2010 ), komplikasi yang terjadi pada post operasi SC adalah:

a . Infeksi puerpuralis ( nifas )

 Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja .

 Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi

sertaidehidrasi atau perut sedikit kembung .

 Berat : Dengan peritonitas , sepsis dan ileus paralitik .

b . Perdarahan di sebabkan karena

 Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

 Atonia uteri

 Perdarahan pada plasenta bed

c . Luka kandung kemih , emboli paru dan keluhan kandung kemih

bilreperitonialisasi terlalu tinggi .

d . Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

bisa terjadi ruptru uretra

e . Yang sering terjadi pada ibu dan bayi yaitu kematian perinatal .

i. Penatalaksanaan

Menurut Oxorn & William (2010)

A) Tindakan keperawatan

1) Tanda tanda vital

Tanda tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah,

nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan funfus

harus diperiksa.
17

2) Terapi cairan

Oleh karena selama 24 jam pasca operasi pasien puasa maka

pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan mengandung

elektrolit yang di perlukan, agar terjadi tidak hipertensi, dehidrasi dan

komplikasi pada organ – organ tubuh lainnya . pemberian cairan infus

diberhentikan setelah pasien flatus, lalu mulai dengan pemberian

makanan dan cairan peroral .

3) Pembalutan dan perawatan luka

Pembalutan luka berfungsi debagai penghalang dan pelindung terhadap

infeksi selama proses penyembuhan yang dikenal dengan nama repitelisa.

Pertahankan untuk mencegah infeksi selama proses repitelisasi.

4) Perawatan luka insisi

Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif

ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal

jahitan kulit dapat diangkat setelah hari keempat setelah pembedahan.

Paling lambat hari ketiga post partum, klien dapat mandi tanpa

membahayakan luka insisi.

5) Perawatan payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan

tidak menyusi, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan

payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa

nyeri .
18

6) Diet

Pemebrian cairan perinfus biasanya dihentikn setelah penderita flatus lalu

dimulailah makanan peroral . Pemberian minum dengan jumlah yang

sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 – 10 jam pasca operasi berupa air

putih .

7) Mobilisasi

Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat membantu jalannya

penyembuhan pasien . Miring kanan dan miring kiri sudah bisa dilakukan

pasien pada 4 – 5 jam setelah sadar . Pada hari ke 2 pasiendapat di

dudukan selama 5 menit dan di minta untuk bernafas dalam lalu

menghembuskannya disertai batuk – batuk kecil yang gunanya adalah

untuk melonggarkan pernapasan dan sekaligus menembuhkan

kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai kemudian dilanjut dengan

posisi terlentang dirubah menjadi setengah duduk ( semi fowler ) .

8) Katerisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada

penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan .

Kateter biasanya terpasang 24 – 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis

operasi dan keadaan penderita .

9) Komplikasi luka insisi

a) Sebagian luka sembuh dan tertutup baik, sebagian lagi dengan kuat

eksudat dalam jumlah yang sedang atau banyak melalui lubang ( fistel

dan terinfeksi.
19

b) Luka terbuka sebagian, bernanah dan terinfeksi .

c) Luka terbuka sehingga dan usus kelihatan atau keluar luka tersebut

memerlukan perawatan khusus .

10) Tindakan kolaboratif

- Antibiotik, cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbada

beda setiap institusi .

- Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan .

 Supositori : ketopropen 2x/24 jam

 Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

 Injeksi : ranitidin 90 – 75 mg yang diberikan setiap 6 jam

- Obat – obatan

Untuk mwningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat

diberikan caboransia seperti neurobian dan vit C .


20

B) Pemeriksaan penunjang

a) Laboratorium

- Hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut

harus

- segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa

atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia

- Hemoglobin ( HB ) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi

dan mengevaluasi efek kehilagan darah pada pembedahaan .

- Leukosit ( WBC ) mengidentifikasi adanya infeksi

- Tes golongan darah, lama perdarahan, waktuu pembekuaan darah

- Urinalisis / kultur urine .

- Pemeriksaan elektrolit .

b) Radiologi

Pemeriksaan USG Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.


21

2. DEFINISI CAPHALO PELVIC DISPORPOTION ( CPD )

a. Pengertian

(Chepalopelvic Disproportion), atau disproporsi fetopelvik adalah antara

ukuran janin dan ukuran pelvis yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar

untuk mengakomodasi keluarnya janin tertentu melalui pelvis sampai terjadi

kelahiran per vagina. Pelvis yang adekuat untuk jalan lahir bayi 2,27 kg

mungkin cukup besar untuk bayi 3,2 kg mungkin tidak cukup besar dengan

bayi 3,6 kg. ( menurut verney, 2010 )

CPD Pada panggul ukuran normal, apapun jenisnya, yaitu panggul

ginekoid, anthropoid, android, dan platipelloid. Kelahiran pervaginam janin

dengan berat badan normal tidak akan mengalami gangguan. Panggul sempit

absolut adalah ukuran konjungata vera kurang dari 10 cm dan diameter

transversa kurang dari 12 cm.Oleh karena panggul sempit, kemungkinan

kepala tertahan di pintu atas panggul lebih besar, maka dalam hal ini serviks

uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia

uteri serta lambatnya pembukaan serviks (Prawirohardjo, Sarwono. 2010 ).

Chepalo Pelvik Disproporsi adalah keadaan yang menggambarkan

ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat

keluar melalui vagina (prawirohardjo, 2010).


22

b. Macam – macam bentuk panggul

1. Panggul Ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau dengan

diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada diameter

anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang

cukup luas.

2. Panggul Anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang

daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.

3. Panggul Android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga

berhubungan dengan penyempitan kedepan, dengan spina iskiadika menonjol

ke dalam dan dengan arkus pubis yang menyempit.

4. Panggul Platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih

pendek daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan

arkus pubis yang luas.

Dalam Obstetri yang dimaksud panggul sempit secara fungsional yang

artinya perbandingan antara kepala dan panggul .


23

Gambar 1.1
Bentuk pintu atas panggul dari empat tipe panggul wanita
( sumber:satrawinata,2011)
24

c. Ukuran Panggul Sempit

Meskipun persoalan adalah hubungan antara panggul dengan janin

tertentu, pada beberapa kasus panggul yang sedemikian sempitnya

sehingga janin normal pun tidak akan dapat lewat. Ukuran yang sempit

dapat berada pada setiap bidang, yaitu : pintu atas panggul ( PAP ), pintu

tengah panggul ( PTP ), dan pintu bawah panggul ( PBP ) .

( Kannetha,2010 )

1. Kesempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul di anggap sempit apabila conjugate vera kurang dari

10 cm atau kalau conjugate transfersa kurang dari 12 cm Konjugata

vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ±9,5 cm dan kadang-kadang

mencapai 10 cm. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa konjugata vera

yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan kesulitan dan kesukaran

bertambah lagi jika kedua ukuran pintu atas panggul, yaitu diameter

antero posterior maupun diameter transversa sempit. ( Kannetha,2010 )

2 . Kesempitan pintu tengah panggul

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding – dinding panggul tidak

berkonvergensi, foramen iskiadikum mayor cukup luas, dan spina

iskhiadika tidak mononjol kedalam, dapat diharapkan bahwa panggul

tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin .

Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan

pelvimetri rongenologik ialah distantia interspinaraum . Apabila kurang

dari 9,5 cm kemungkinan sukar. Pada panggul tengah yang sempit,


25

sering ditemukan posisi oksipitalis posterior atau presentasi kepala

dalam posisi lintang tetap . ( Kannetha,2010 )

3. Kesempitan pintu bawah panggul

Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis

ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus

pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk

menentukan kesempitan pintu bawah panggul . ( Kanneth, 2010 )

d . Penyebab timbulnya kelainan panggul

Menurut Sulaiman ( 2011 ) Penyebab dari timbulnya kelainan panggul

sesorang adalah sebagai berikut:

1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan

1. Panggul sempit seluruh, yaitu semua ukuran kecil

2. Panggul picak, yaitu ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang

biasa .

3. Panggul sempit picak, yaitu semua ukuran kecil tapi terlebihnya

ukuran muka belakang .

4. Panggul corong, yaitu pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul

sempit .

5. Panggul belah, yaitu sinfisis terbuka .


26

2) Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi – sendi

a) panggul rakitis adalah mengecilnya diameter anteroposterior pada

pintu atas panggul. Dewasa ini panggul rakitis dengan kesempitan

yang ekstrim tidak ditemukan lagi. Akan tetapi panggul picak yang

ringan karena ganguan gizi masih terdapat.

b) Panggul osteomalasia, suatu penyakit karena gangguan gizi yang

hebat dan karena kekurangan sinar matahari, yang menyebabkan

perubahan dalam bentuk-bentuk tulang termasuk panggul sehingga

rongganya mejadi sempit, kini jarang ditemukan.

c) Radang artikulasi sakroilika


27

3. Definisi Post Operasi

Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat

pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi

selanjutnya (Uliyah, Musrifah dan Aziz Alimun Hidayat, 2010).

Tahap pasca -operasi

a. dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pasca-

operasi dan berakhir saat pasien pulang.

b. Jenis-jenis operasia.Menurut fungsinya (tujuannya) membagi menjadi :

1) Diagnostik: biopsi, laparotomi eksplorasi

2) Kuratif (ablatif): tumor, appendiktom

3) Reparatif: memperbaiki luka multiple

4) Rekonstruktif: mamoplasti, perbaikan wajah.

5) Paliatif: menghilangkan nyeri,

6) Transplantasi :

penanaman organ tubuh untuk menggantikan orga

atau struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal,

kornea).

c. Menurut Luas atau Tingkat Resiko:

1). Mayor Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan

mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup

klien.

2). Minor Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai

resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor


28

4. Definisi Postpartum / Puerperium / Masa nifas

a. Pengertian

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta

keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat

melahirkan (Suherni, 2011).

postpartum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai

minggu keenam setelah melahirkan. Masa post pertum dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat - alat kandungan kembali pada

masa sebelum hamil yang berlangsung kira - kira enam minggu. Pendapat

lain mengatakan postpartum adalah masa setelah kelahiran yang meliputi

minggu - minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali

kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012),

Definisi Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu

(Walyani & Purwoastuti, 2015)


29

b . Tahap – tahap masa nifas

Menurut ( Muchtar,2011 )

1 . Puerperium dini

Pada tahap ini, Anda telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Anda

juga dibolehkan bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermedial

Pemulihan alat-alat genetalia eksterna dan interna secara keseluruhan

berlangsung selama 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Tahap ini, ibu membutuhkan waktu selama berminggu-minggu bahkan

tahunan untuk sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mengalami komplikasi.

c. Perubahan fisiologis pada masa nifas

Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti

sedih kala sebelum hakil, sehingga pada masa nifas banyak sekali perubahan

– perubahan yang terjadi di antaranya :

1. Perubahan dalam system reproduksi .

a. Perubahan dalam uterus/ rahim ( involusi uterus )

b. Involusi tempat plasenta .

c. Perubahan pada perinium, vulva, dan vagina .

2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu

Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron menginduksi

perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga
30

merangsang kolostum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone

estrogen menurun meningkatkan terjadinya kenaikan kadar hormon

prolaktin dan produksi ASI pun dimulai .

3. Perubahan sistem pencernaan

Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal dikarenakan kekurangan

bahan makanan selama persalinan dan pengendalian pada fase defekasi .

4. Perubahan system perkemihan

Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namunibu sering mengalami

kesukaraan dalam buang air kecil, karena :

 Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh

 Uterus tersumbat karena perlukan udema pada dindingnya akibat oleh

kepala bayi

 Ibu tidak bisa BAK dengan berbaring

5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal

Adanya garis – garis abdomen yang tidak akan pernah menghilangkan

dengan sempurna . Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena

meregang setelah kehamilan . Perut menggantung sering dijumpai pada

multipara .

6. Perubahan Sistem Endokrin

Kadar hormone – hormon plasenta, hormone plasenta laktogen ( hpl) dan

Chorionia gonadotropin ( HCG ), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl

sudah tidak terdeksi lagi. Kadar estrogen dan progesteron dalam serum
31

turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas . Diantara wanita

kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui .

7. Perubahan Tanda – tanda vital

Suhu badan wanita perlu tidak lebih dari 37,2 C, setelah partus dapat naik

0,5C dari keadaan normal . Bila >38,0C mungkin ada infeksi . Nadi dapat

terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicuragi ada

perdarahan berlebih/ ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa

kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya

apabila peningkatan faktor pembukaan yang terjadi selama kehamilan

masih menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinologik .

8 Perubahan system kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke adaan tidak hamil dalam tempo 2

minggu pertama masa nifas . Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan

peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih

menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik .

9 Perubahan Sistem Hematologik

Leukocytosis Yng diangkat sel – sel darah putih berjumlah 15.000

selama persalinan, selanjutnya meningkatnya sampai 15.000 – 30.000

tanpa lama/panjang . Hb,HCT, dan eritrosit jumlahnya berubah – ubah

pada awal masa nifas .

10 Perubahan psikologi dan sosial

Banyak penulis pendapat, bahwa pada minngu pertama setelah melahirkn

banyak wanita yang mengalami atau menunjukan gejala – gejala depresi


32

ringan sampai berat . Faktor yang menyebabkan hal tersebut diantaranya

beban kerja ibu bertambah, kekuatan yang berlebihan dalam masa hamil,

riwayat perkawinan yang abnormal . Adapun ibu nifas yang mengalami

peran sebagai orang tua terjadi dalam 3 tahap :

a. Fase Taking In

Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus

perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama

proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya

membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang

tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung

menjadi pasif terhadap lingkungannya.

b. Fase Taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase

taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang

sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya

kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat

ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa

percaya diri.

c . Fase Letting Go
33

 Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh

terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.

 Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus

beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang

menyebabkan berkurangnya hai ibu dalam kebebasan dan

berhubungan social.

 Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum


34

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dan proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah – masalah, kebutuhan kesehatan, dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan . Pengumpulan

data dilakukan sejak masuk rumah sakit( initial assement ), dirawat secara

terus – menerus ( on going assesment ) serta pengkajian ulang untuk

menambah, melengkapi data . ( Nursalam, 2010 )

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, bahasa, pendidikan,

pekerjaan, tangga masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomer

medrek, diagnosa medis, dan alamat .

2) penanggung jawab

Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan

alamat .

3) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang di rasakan klien pada saat

dilakukan pengkajian . Yang sering di dapat pada klien post operasi

sectio caesarea adalah keluhan nyeri karena ada sayatan luka

operasi SC .
35

b) Riwayat kehamilan , persalinan , dan nifas sebelumnya bagi klienn

multipera .

c) Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan

penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah

mengalami operasi .

- P ( pallilative / provokatif )

Pallilative / provokatif ini adalah mengidentifikasi apa

penyebabnya, apa yang dapat meringankan, dan apa yang dapat

memperberat keadaan .

- Q ( quality / quantity )

Quality / quantity ini adalah mengidentifikasi seberapa berat

keluhan yang dirasakan, dan bagaimana seringnya keluhan terjadi .

- R ( region / radiaton )

Region / radiaton ini adalah mengidentifikasi di daerah mana

keluhan dirasakan .

- S ( severty of scala )

Severty of scala ini adalah mengidentifikasi pada skala berapa

keluhan dirasakan, dan apakah keluhan mengganggu aktifitas .

- T ( timing )

Timing ini adalah mengidentifikasikan kapan keluhan dirasakan .


36

d) Riwayat kesehatan dahulu

Meliputi penyakit yang lain yang dapat memperngaruhi penyakit

sekarang . maksudnya apakah mempunyai riwayat yang sama (

plasenta previa ) .

e) Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien

ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa .

f) Genogram

Genogram adalah salah satu alat bantu berupa peta skema dari

silsilah keluarga klien .

4) Riwayat obstetrik dan ginekologi

a) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tanyakan pada klien sudah berapa kali hamil, apakah pernah

abortus, berapakah jumlah anak yang dilahirkan, apakah ada

masalah – masalah yang di alami ibu selama hamil, pada saat

persalinan di tolong oleh siapa, ada masalah atau tidak pada masa

nifas .

b) Riwayat prenatal care

(1) Ttrimester 1

Sering dikatakan sebagai masa penentuan untuk membuktikan

bahwa wanita dalam keadaan hamil. Peningkatan hormone

ekstrogen dan progesterone akan mempengaruhi perubahan


37

fisik yang berakibat pada psikologis seperti merasakan

kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan.

(2) Trimester 2

trimester kedua pada minggu ke 14 sampai minggu ke 26

kehamilan. Pada trimester kedua kehamilan biasanya sudah

jelas, wanita dan keluarganya sudah mengatur waktunya untuk

kehamilan dan kunjungan pertama atau keduanya sudah sudah

lengkap.

(3) Trimester 3

Trimester ini adalah trimester terakhir kehamilan, periode

pertumbuhan janin dalam rentang waktu 28-42 minggu. Berapa

kali melakukan kunjungan antenatal, adakah keluhan yang

dirasakan, tanyakan tentang rencana melahirkan dimna .

c) Riwayat perkawinan

Tanyakan pada umur berapa klien menikah,sudah berapa lama

perwakinannya, berapa kali klien melakukan pwenikahan, dalam

pernikahannya mempunyai anak berapa .

d) Riwayat penggunaan kontraspsi

Tanyakan klien apakah klien menggunakan alat kontrasepsi, jenis

kontrasepsi apa yang digunakan, dan apakah ada keluhan selama

menggunakan alat kontrasepsi.


38

e) Riwayat menstruasi

Tanyakan pada usia berapa klien mengalami menstruasi pertama kali,

banyak atau tidak darah yang keluar selama mentruasi, warna darah

yang keluar bagaimana, dan apakah ada keluhan selama menstruasi .

f) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksi

Tanyakan apakah ada keluhan berhubungan dengan alat reproduksi .

5) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi dari ujung rambutt hingga ujung kaki .

a) Keadaan umum

Perlu dilakukan pemeriksaan kesadaran secara kuantitatif maupun

kualitatiff, begitu juga tanda – tanda vital . Pada pasien post sc

biasanya kesadaran CM ( composmetis)

b) Sistem reproduksi dan mamae

Bagaimana kedaan vulva, apa yang keluar dari vagina, bagaimana

luka jalan lahir, apakah ada perdarahan . ASI ( air susu ibu ) keluar

atau belum, apa ada pembekaan pada mamae, apakah ada benjolan

mamae .

c) Sistem kardiovaskuler

Tekanan darah, irama nadi, terdapat pembesaran jantung atau

tidak, apakah ada bunyi tambahan jantung .


39

d) Sistem penceraan

Apakah ada nyeri tekan pada daerah perut untuk mengetahui

apakah ada distensi abdomen, bising usus berapa kali permenit

untuk mengetahui apakah terjadi kontipasi atau tidak .

e) Sistem persarafan

Bagaimana reflek pada kedu ekstremitas seperti bisep atau trisep

pada ektremitas atas, pada ekstremitas bawah seperti reflek patella

dan babinsky .

f) Sistem pernafasan

Apakah ada sputum pada hidung, bernafas dengan cuping hidung

atau tidak, menggunakan alat bantu oksigen atau tidak, berapa

frekuensi pernafasan, bagai iramanya .

g) Sistem muskuloskeleral

Bentuk ekstremitas, pergerakan ekstremitas, terdapat edema atau

tidak, terdapat luka atau tidak, fungsi otot bagaimana .

h) Sistem integumen

Luka operasi abdomen, personal hygine .

i) Sistem perkemihan

Berapa banyak keluaran urin, warna urin apa .

j) Pola eleminasi

Pada pasien post partum seing terjadi adanya perasaan sering

susah / susah kencing selama masa nifas yang di timbulkan

karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan infeksi


40

dari uretra sehingga sering terjadi kontipasi karena penderita takut

untuk melalukan BAB .

6) Aktifitas sehari – hari

Hal – hal yang perlu dikaji dalam aktivitas sehari – hari baik di rumah

maupun dirumah sakit adalah sebagai berikut :

a) Nutrisi, terdiri dari frekuensi makan, porsi makan, jenis makan,

frekuensi minum, jenis minum .

b) Eliminasi, terdiri dari frekuensi BAB dan BAK, warna, konsistensi

faces .

c) Istirahat dan tidur, terdiri dari lamanya tidur siang dan malam,

apakah ada gangguan selama tidur .

d) Personal hygine, terdiri dari kebersihan tubuh, mandi, sikat gigi,

keramas .

7) Data sosial

Data sosial terdiri dari dari bagaimana hubungan klien dengan klien

lain, perawat, tim kesehatan, keluarga, dan lingkungan kesehatan .

8) Data psikologis

Data mengenai tingkat kecemasan dan kekhwatiran klien terhadap

penyakitnya dan tindakan apa yang akan dilakukan. Sehingga

menimbulkan perubahan pada klien, dapat menunjukan labilitas dan

emosional dari kegembiraan samapi ketakutan, marah atau menarik

diri .
41

9) Data spiritual

Data spiritual mengenai klien terhadap suatu agama, kegiatan

keagamaan yang dijalankan, juga spirit dalam menghadapi sakit .

10) Data penunjang

Jumlah darah lengkap atau terapi lainnya .

2. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan

berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

Tabel 2.1
Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : klien mengatakan Tindakan SC Nyeri
nyeri pada daerah luka 
operasi. Luka insisi
DO : klien tampak 
meringis. Terjadinya kontinuitas
Skala nyeri 8 (0-10) jaringan
TD : 130/100mmHg 
Nadi : 88x/menit Pelepasan zat bradikinin,
Respirasi : 23x/menit histamin, dan
Suhu : 36,7C prostagladin
Terdapat luka sayatan post 
op SC. Menyampaikan ke
hipotalamus

Korteks serebri

Nyeri
42

2. DS : klien mengatakan Tindakan SC Gangguan


lemas, kepala kadang-  mobilitas
kadang pusing. Luka insisi
DO : klien tampak lemas. 
ADL dibantu oleh Terjadinya kontinuitas
keluarga. jaringan
Kekuatan otot 4/4 
Pelepasan zat bradikinin,
histamin, dan
prostagladin

Menyampaikan ke
hipotalamus

Korteks serebri

Nyeri

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas
3. DS : Klien mengatakan Tindakan SC Resiko infeksi
perih pada bagian luka 
DO : terdapat luka sayatan Luka insisi
post op SC, luka tertutup 
rapat oleh balutan, PO ke- Terjadinya kontinuitas
2 jaringan

Resiko infeksi
43

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dan individu atau

kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan

memberikan intervensi secara pasti utnuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam, 2009).

a.Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma

pembedahan, distensi kandung kemih, agen cidera fisik.

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilisasi post operasi, nyeri

berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat

pembedahan.

c. Kecemasan berhubungan dengan faktor keturunan, krisis situasional, stress,

perubahan status kesehatan, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan

hospitalisasi.

d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

kegunaan pergerakan fisik gangguan rasa nyaman nyeri, intoleransi aktifitas.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh tehadap

bakteri sekunder pembedahan, trauma pembedahan.


44

Rencana Tindakan Keperawatan


Tabel 2.2

Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan Paraf

Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri b.d Tujuan : setelah di1. Lakukan1. Mengidentifikas

inkontinuitas lakukan tindakan pengkajian ikan skala nyeri

jaringan sekunder keperawatan selama karakteristik nyeri dan

akibat 3x24 jam klien (P, Q, R, S, dan ketidaknyamanan

pembedahan. mengatakan nyeri T). .

DS : klien berkurang. 2. Observasi tanda-2. Nyeri dapat

mengatakan nyeri Kriteria hasil : tanda vital. menyebabkan

pada daerah luka Klien dapat3. Berikan gelisah serta

operasi. mengungkapkan lingkungan yang tekanan darah

DO : klien tampak berkurangnya nyeri. nyaman dan dan nadi

meringis. Klien mampu tenang. meningkat.

Skala nyeri 4 (0- melakukan nafas4. Ajarkan teknik3. Dapat

10) dalam. relaksasi nafas mengurangi

TD : Klien tampak rileks. dalam. ketidaknyamanan

130/100mmHg Skala nyeri 3 (0-10)5. Kolaborasi dalam .

Nadi : 88x/menit Tanda-tanda vital pemberian 4. Untuk

Respirasi : dalam batas normal. analgetik. melepaskan

23x/menit tegangan

Suhu : 36,7C emosional dan

Terdapat luka otot.

sayatan post op 5. Mengurangi

SC. nyeri .
45

2. Gangguan Tujuan : setelah1. Kaji respon klien1. Untuk

mobilisasi dilakukan tindakan terhadap aktifitas mengetahui

berhubungan keperawatan selama2. Anjurkan klien keluhan

dengan kelemahan 3x24 jsm klien untuk beristirahat. kelemahan.

fisik dapat meningkatkan3. Bantu dalam2. Dengan istirahat

DS : klien dan melakukan pemenuhan dapat

mengatakan lemas, aktifitas sesuai aktifitas sehari- mempercepat

kepala kadang- kemampuan tanpa hari sesuai pemulihan.

kadang pusing. disertai dengan kebutuhan. 3. Dapat

DO : klien tampak nyeri. 4. Tingkatkan memeberikan

lemas Kriteria hasil : aktifitas secara rasa tenang dan

ADL dibantu oleh Klien dapat bertahap. aman pada klien.

keluarga mengidentifikasikan 4. Meningkatkan

Kekuatan otot 4/4 faktor-faktor yang proses

menururnkan penyembuhan

toleransi aktifitas dan kemampuan

dan klien dapat koping

beristirahat dengan emosional.

nyaman.

3. Resiko infeksi b.d Tujuan : setelah1. Monitor tanda-1. Suhu yang

trauma dilakukan tindakan tanda vital. meningkat

pembedahan keperawatan selama2. Kali luka pada menunjukan

DS : - 3x24jam infeksi abdomen dan terjaidnya

DO : terdapat luka tidak terjadi. balutan. infeksi.

sayatan post op Kriteria hasil : 3. Jaga kebersihan2. Mengidentifikasi

SC, luka tertutup Tidak ada tanda- sekitar luka dan apakah ada

rapat oleh balutan, tanda infeksi. lingkungan klien tanda-tanda


46

PO ke-1. Luka kering tidak serta rawat luka infeksi.

bengkak. dengan tknik3. Mencegah

Tanda-tanda vital aseptik. penyebaran

normal terutama4. Kolaborasi organisme

suhu (36-37C). dengan dokter infeksius.

dalam pemberian4. Antibiotik untuk

antibiotik. mencegah

terjadinya

infeksi.

4. Implementasi

Implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat pada

klien. Adapun kegiatan yang ada dalam implementasi data dasar, meninjau

dan merevisi rencana asuhan yang telah dibuat, dan melaksanakan

intervensi keperawatan yang telah direncanakan. Dalam tahap

implementasi penulis berusaha untuk melakukan implementasi yang sesuai

dengan diagnosa keperawatan, dan sesuai dengan perencanaan. Faktor

yang mendukung penulis dalam melakukan tindakan keperawatan adalah

klien kooperatif dan dapat bekerja sama dengan perawat .

( Deswa, 2009 )

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana

intervensi, dan implementasinya. Setelah dilakukan evaluasi terhadap Ny.

M, masalah keperawatan yang muncul dapat teratasi seperti masalah nyeri


47

berhubungan dengan kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan,

gangguan mobilitas berhubungan dengan intoleransi aktifitas, kecemasan

berhubungan dengan perubahan status kesehatan, dan resiko infeksi

berhubungan dengan trauma pembedahan ( Nursalam, 2011)

6. Catatan perkembangan

Catatan perkembangan adalah catatan yang berhubungan dengan pasien

selama perawatan . Pada umumnya catatan ini terdiri dari catatan

perkembangan ( flow sheet)

Catatan secara naratif ( notes ) .Dan catatan akan pulang ( discharge notes)

( Nursalam, 2008 )
48

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian Keperawatan

A. Identitas Klien

Nama : Ny . J

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Alamat : Desa Tukdana

Tgl . Masuk RS : 07 Agustus 2017

Tgl . Pengkajian : 08 Agustus 2017

Nama Ruangan : Gincu 3

No. Medrec : 323395

Diagnosa : Post Op SC indikasi ( CPD)

Panggul sempit

B. Nama penanggung jawab

Nama : Tn . J

Umur : 31 thun

Jenis kelamin : Suami

Hubungan dengan keluarga : Buruh tani

Alamat : Desa Tukdana

49
49

C. Nama Mahasiswa Yang Mengkaji

Nama : Retno Rima Wati

Tanggal masuk rs : 07 Agustus 2017

Tanggal pengkajian : 08 Agustus 2017


50

II. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri pada luka operasi

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien pada tanggal 07 agustus 2017 jam 02.50 klien mengeluh mules –

mules, keluarga langsung bawa ke RSUD Indramayu kemudian dokter

langsung menganjurkan segera operasi . Pada tanggal 08 agustus 2017

klien mengeluh nyeri pada luka operasi bagian bawah abdomen dengan

skala nyeri 4 ( 1-5 ) nyeri yang dirasakan seperti tertusuk – tusuk nyeri

berkurang saat beristirahat dan nyeri muncul saat klien bergerak .

3) Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami di rawat di rumah

sakit karena melahirkan anak pertamanya melalui SC dengan indikasi

CPD . Jika klien sakit biasanya hanya berobat ke dokter terdekat atau

beli obat di warung .

4) Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami riwayat kesulitan

dalam persalinan, klien mengatakan ibunya punya riwayat melahirkan

dengan cara SC.


51

5) Genogram

Gambar 3.1

: klien ( perempuan )

: laki-laki

: perempuan

X : meninggal
: tinggal serumah
: hubungan keluarga

Keterangan :
Klien tinggal bersama dengan suaminya dan klien mempunyai anak 2 yang
berjenis perempuan dengan persalinan SC .
52

III . Pemeriksaan fisik

Status obstertif : G2 P1 A0

a. Keadaan umum : klien tampak lemas, klien tampak lemah,

klien tampak pusing, klien tampak menahan

kesakitan, klien tampak meringis, kemerahan pada

luka post op SC bagian bawah abdomen .

b. Kesadaraan : compos metris

Kualitatif ( GCS ) E4 : membuka mata spotan

V5 : klien berbicara dengan baik

M6 : klien mampu mengikuti perintah

c. Tanda – tanda vital

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Temperatur : 36,1 C

Pernafasan : 20 x/ mnt

Nadi : 80 x/ mnt

d. Kepala

Inspeksi : simetris rambut berwarna hitam, tidak dapat luka,

tidak kotor tetapi lembab akibat keringat .

Palpasi : tidak ada benjolan dibagian kepala .

Keluhan : tidak ada keluhan


53

e. Mata

Inspeksi : konjungtiva berwarna merah muda

Seklera berwarna putih / ikterik

Lensa coklat kehitaman

Pupil jika diberi rangsangan +

3cm,ukuran pupil kanan dan

kiri sama (isokor) mata simetris,

alis mata berwrna hitam .

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

Keluhan : tidak ada keluhan

f. Telinga

Inspeksi : simetris posisi sejajar dari ujung mata tidak ada

cairan, tidak ada luka, pendengaran baik .

palpasi : tidak ada luka, tidak adanyeri tekan .

keluhan : tidak ada keluhan .

g. Hidung

Inspeksi : simetris, tidak ada sekret, bulu hidung tumbuh

merata, tidak ada luka .

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

Keluhan : tidak ada keluhan .

h. Mulut dan faring : simetris, bibir tidak sumbing, tidak ada sianosis

bibir, tidak ada stoma, gigi lengkap tidak ada luka .

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan .


54

Keluhan : tidak ada keluhan.

i. Leher

Inapeksi : simetris, tidak ada benjolan kelenjar tiroid, tidak

terdapat vena jugularis, pergerakan leher tidak

terganggu.

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan .

Keluhan : tidak ada keluhan .

j. Ketiak

Inspeksi : simetris, terdapat bulu ketiak

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

Keluhan : tidak ada keluhan

k. Dada ( rongga thorax, paru-paru, jantung )

Inspeksi : bentuk dada simetris, pergerakan dada sama .

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan .

Perkusi : tidak ada nyeri saat diperkusi .

Auskultasi : tidak ada suara tambahan pada pernafasan .

Keluhan : tidak ada keluhan.

l. Mamae

Inspeksi : bentuk mamae simentris, areola berwarna hitam

Palpasi : tidak ada benjolan dan pembekaan pada mamae,

puting menonjol .
55

m. Paru – paru

Inspeksi : Respirasi 20x/mnt .

Perkusi : Suara paru sonor yaitu suara perkusi jaringan paru

normal .

n. Integumen

Inspeksi : warna kulit putih, turgor kulit hangat .

Palpasi : tidak ada luka bekas jahit, turgor kulit baik,

tidak, ada benjolan .

keluhan : tidak ada keluhan .

o. Genetalia

Inspeksi : terpasangan selang kateter.

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan .

Keluhan : tidak ada keluhan

p. Abdomen

Inspeksi : terdapat luka operasi ukuran 4 cm .

Palpasi : keadaan kotor di abdomen bagian bawah terlihat

Kemerahan dan tidak ada nanah .

Perkusi : nyeri saat ditekan di bagian bawah abdomen .

Keluhan : nyeri paska operasi sc .


56

q. Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : bentuk dan ukuran simetris, tonus otot baik,

terpasang selang infus oxy 5 ml . RL .

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : persendian baik

Keluhan : tidak ada keluhan

Keterangan :

5 5

5 5

1 . Ekstremitas atas kanan dan kiri hasilnya 5 yaitu dengan penilaian pasien
masih bisa menahan dengan kekutan penuh .

2 . Ekstremitas bawah kanan dan kiri hasilnya 5 yaitu dengan penilaian

masih bisa menggerakan dengan kekuatan penuh .

1) Riwayat Obsterti dan Genokologi

Klien menarche pada usia 11 tahun dengan siklus 28 hari dan lama rata-

rata 7 hari menstruasi, tidak ada keluhan selama menstruasi .

2) Riwayat KB

Klien mengatakan pernah menggunakan jenis alat kontrasepsi yaitu suntik

per 3 bulan sekali .


57

3) Riwayat Kehamilan Saat Ini

Klien pada trimester 1 mengalami mual, muntah dan pernah melakukan

imunisasi TT pada trimester ke 2 klien mengatakan sudah 5 kali

memeriksa pada bidan pada trimester 3 klien melakukan USG 2 kali .

4) Riwayat persalinan

Riwayat persalinan dari anak pertama berjenis perempuan dilakukan

tindakan SC dengan indikasi CPD dan anak kedua berjenis permpuan

sama persalinan dilakukan tindakan SC dengan indikasi CPD . Tidak ada

pendarahan saat persalinan SC .


58

Tabel 2.3
Aktifitas sehari – hari

NO Aktifitas sehari – hari Pre Op Post Op


1 Makan
Frekuensi 3x/ hari 1x/ hari
Jumlah 3 porsi / hari Tidak tentu
Jenis Nasi,lauk,sayur Nasi,lauk, sayur
Alat bantu Tidak ada Tidak ada
Keluhan - Nyeri dibagian
abdomen
2 Minum
Frekuensi + 7 gelas / hari + 6 gelas / hari
Jumlah 2 liter 2 liter
Jenis Air putih Air putih
Alat bantu Gelas Tidak ada
Keluhan - -
3 Eliminasi
A. BAK
Frekuensi + 4x / sehari + 2x/ sehari
Jumlah Tidak terkaji + 1500 cc perjam
Warna Kuning Kuning
Bau konsistensi Bau khas Bau khas
Keluhan Tidak ada Nyeri karena
terpasang kateter
BAB
Frekuensi + 2x / sehari Belum BAB
Jumlah Tidak terkaji Tidak tentu
Warna Kuning Kuning
Bau konsistensi Bau khas Bau khas dan
Keluhan - lembek dan nyeri
59

4 Istirahat tidur
- Jam berpa klien tidur 21 . 00 dan 05 . 00 Tidak bisa tidur
dan jam berapa klien karena nyeri
bangun
- Jamlah jam tidur + 8 jam 1 jam
klien dalam 1 hari /
jam
- Hal yang Situasi yang sepi situasi yang sepi
mempermudah tidur
- Apakah klien tampak Tidak Ya
mengantuk dan
sering menguap
- Apakah yang Menonton tv Tidak ada
dilakukan bila susah
tidur Tidak ada Gangguan pola tidur
- Keluhan
5 Pola kebiasaan
a. Mandi 1x Dibantu dengan
Frekuensi 2x / sehari keluarga
Waktu Pagi dan sore Pagi dan di lap oleh
Alat / perlengkapan keluarga
Keluhan Sabun Sabun
Tidak ada Nyeri, lemas
b. Kebersihan gigi dan mulut
Frekuensi 1x dibantu dengan
Alat / perlengkapan 2x / sehari keluarga
Keluhan Sikat gigi dan pasta Tidak sikat gigi
c. Rambut gigi Lemas
Frekuensi Tidak ada keluhan
Alat / perlrngkapan 1x dibantu dengan
Keluhan 4x / seminggu keluarga
d. Kuku Shampo shampo
Frekuensi Tidak ada nyeri dan lemas
Alat / perlrngkapan
Keluhan Jika kuku panjang Tidak potong kuku
Gunting kuku Tidak ada
Tidak ada Nyeri dan lemas
60

IV. Aspek

a. Pola interaksi

- Klien sering berintrekasi dengan teman disekitar ruangannya .

b. Pola Psikologis

- Klien merasa sangat senang karena melahirkan anak keduanya .

c. Data sosial

- Klien berhubungan sangat baik dengan orang yang disekitar rumahnya

- Klien berhubungan baik dengan suaminya .

d. Data spiritual

- Klien seletah tindakan post op SC jarang melakukan ibadah karena masih

keadaan masa nifas dan klien beragama islam .


61

e. Data penunjang

Tanggal : 07 – 07 – 2017 jam 15 : 00 . pm + laboratorium

Tabel 2.4
Data penunjang

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Leukosit 15,100 3,600 – 11,000 / ul
Eritrosit 3,7 3,8 – 5,2 10^ 6 vl
Hemoglobin 9,9 11,7 – 15, 5 9/ dl
Hematokrit 30,9 35 – 47 %
Trombosit 436,00 150.000 – 400.00 Ul
Mcv 82,0 80 – 100 Fl
Mch 26,1 28 – 33 Pg
Mchc 31,9 33 – 36 9/dl
Rdw – cv 12,3 11,3 – 14,7 %
Rdw - sd 36,0 35 – 36 Fl
Masa pembukaan 6.00 6 – 15 Menit
Masa perdarahan 3.00 1–3 Menit

Therapy 08 Agustus 2018

- Cairan RL 28 tetes/menit
- Inj. Keterolak 3x1 ampul ( IV )
- Inj. Ranitidin 3x1 ampul ( IV )
- Amoxcilin 500 ml grm
62

1 . Analisa data

Tabel 3.4

Analisa data

Dx Data senjang Etiologi Masalah Ttd / nama

1. Ds : Tindakan SC Nyeri berhubungan Retno Rima W


- klien dengan terputusnya
mengatakan Insisi luka SC kontunitas jaringan
nyeri pada
daerah luka
operasi Terputusnya kontunitas
Do : jaringan
- skala nyeri 4
(1–5)
- terdapat luka Nyeri
insisi operasi 4
cm
- ttv :
TD :120/90mmhg
N : 80xmenit
R : 20xmenit
S : 36,1 C
2. Ds : Tindakan Sc Gangguan mobilitas Retno Rima W
- klien mengatan berhubungan
lemas Luka insisi dengan kelemahan
- klien fisik
mengatakan
kepalanya Terjadinya kontunitas
pusing jaringan
Do :
- klien tampak
pucat Pelepasan zat bradikinin,
- klien dibantu histamin, dan
dengan prostagladin
63

keluarga

Korteks serebri

Nyeri

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas

3. Ds : Tindakan sc Resiko infeksi Retno Rima W


berhubungan
- klien
dengan luka operasi
mengatakan luka insisi
luka post op SC
dibagian bawah
abdomen terjadinya kontinuitas
memerah jaringan
Do :
- klien tampak resiko infeksi
meringis
- bagian luka
mrah
Leukosit 15,100
- Hb 9,9

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunitas jaringan

akibat tindakan operasi .

2. Gangguan mobilitas berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi .


64

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada Ny, J dengan post op hari ke – 2

dengan indikasi CPD ( Caphalo Pelvic Disporpotion ) dari tanggal 08 agustus

2017 sampai 10 agustus 2017 diruang gincu 3 RSUD Indramayu, penulis

menemukan bebepara kesenjangan antara teori dan kenyataan yang terjadi di

lapangan, yaitu sebagai berikut :

A. Tahap pengkajian

Selama melakukan pengkajian, penulis menggunakan pendekatan

sistematis . Klien dan keluarga dapat diajak kerja sama dan terbuka dalam

mengungkapkan masalah sehingga dapat mempermudah penulis untuk

mendapatkan data – data yang penulis perlukan . Selain dari klien dan

keluarga untuk mendapatkan data klien, penulis bisa dapatkan dari catatan

perawatan klien yang sudah tersedia di ruangan yang menggunakan lest .

Dari hasil pengumpulan data yang ditemukan berapa masalah yaitu nyeri,

gangguan mobilitas, resiko infeksi .

75
65
76

B. Diagnosa keperawatan

Menurut teori ( Hamilton, 2010 ) hasil analisa data dan penyusunan

diagnosa keperawatan serta penetuan diagnosa keperawatan berdasarkan

prioritas masalah yang penulis lakukan, ditemukan 7 diagnosa

keperawatan yang muncul, yaitu :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunitas jaringan .

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi .

4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot .

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan,

proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

6. Resiko cidera b/d efek anestesi, immobilisasi, dan kelemahan fisik .

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan .

Sedangkan Diagnosa keperawatan pada ditemukan setelah penulis

melakukan pengkajian mendirikan diagnosa sesuai prioritas yang

ditemukan pada kasus, yaitu :

1. Nyeri berhubungan dengan kontinunitas jaringan sekunder akibat

tindakan operasi .

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan kelemahan fisik

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi


66
77

C. Tahap perencanaan

Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul .

Dalam melakukan perencanaan ini penulis tidak menemukan hambatan

karena adanya kerja sama antara klien, keluarga dan perawat .

D. Tahap implementasi

Tahap implementasi ini merupakan tahap dimana semua perencanaan

harus dilakukan sesuai dengan apa yang telah di tetapkan bersama .

Pada diagnosa keperawatan yang pertama yaitu, nyeri berhubungan

dengan terputusnya kontinuitas jaringan . Setelah dilakukan tindakan 3x24

jam dengan tujuan tercapai sebagian maka masalah nyeri berhubungan

dengan terputusnya kontinuitas jaringan teratasi sebagian . Pada diagnosa

ke dua yaitu, mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik . Setelah

dilakukan tindakan 3x24 jam dengan tujuan tercapai sepenuhnya masalah

gangguan mobilitas teratasi . Pada diagnosa ke tiga, resiko infeksi

berhubungan dengan luka operasi . Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam

dengan tujuan tercapai sebagian maka masalah resiko infeksi belum

teratasi sebagaian .

E. Tahap evaluasi

Semua implementasi yang telah dilaksanakan harus dievaluasi . Dari

beberapa diagnosa keperawatan yang teratasi sebagaian yaitu nyeri

berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, dan resiko infeksi

berhubungan luka operasi . Sedangkan diagnosa keperawatan yang teratasi

yaitu mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik .


67
78

F. Tahap pendokumentasi

Tahap pendokumentasi merupakan bagian dari proses asuhan keperawatan

yang dilakukan secara sistematis . Pendokumentasi ini berguna sebagai

alat komunikasi antar perawat serta sebagai alat pertanggung jawab asuhan

keperawatan, penulis melakukan pendokumentasi dari tanggal 08 Agustus

sampai 10 Agustus 2017 .


79
68

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A . SIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. J dengan post

operasi Sectio Caesarea dengan indikasi CPD ( Caphalo Pelvic Disporpotion )

mulai tanggal 08 Agustus 2017 sampai 10 Agustus 2017, maka penulis

mengambil kesimpulan :

1. Tahap pengkajian

Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian yang komperhensif,meliputi

pengolalaan data dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, sehingga

mendapatkan data yang sesuai dengan keadaan klien Ny J , dan penulis

menemukan masalah : Nyeri akut, Mobilitas fisik, Resiko infeksi .

2. Diagnosa keperawatan

Asuhan keperawatan pada Ny. J dengan post op Sectio Caesarea indikasi CPD

( Caphalo Pelvic Disporpotion ), penulis menemukan 3 diagnosa yaitu : Nyeri

berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, Gangguan mobilitas

fisik berhubungan dengan kelemahan fisik, Resiko infeksi berhubungan dengan

luka operasi .
80
69

3. Tahap perencanan

Asuhan keperawatan pada Ny, J indikasi CPD ( Caphalo Pelvik

Disporpotion) terdapat 3 masalah yaitu : nyeri akut, mobilitas fisik, resiko

infeksi . Penulis menentukan perencanaan sesuai dengan diagnosa yang

muncul pada klien yang bertujuan untuk mengurangi nyeri, resiko infeksi,

gangguan mobilitas .

4. Tahap implementasi

Merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun sehingga dalam

implementasikan ini mengacu pada perencanaan yang merupakan pendukung

berjalanya tahap pelaksanaan diantaranya kerjasama yang baik antara

perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan dalam setiap tindakan

yang sudah dilakukan penulis kepada Ny J penguran nyeri dilakukan tindakan

relaksaksi dan distraksi, mobilitas fisik dilakukan tindakan miring kanan dan

miring kiri, resiko infeksi dilakukan tindakan dengan ganti balutan .

5. Tahap evaluasi

Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk menilai suatu

keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu pada tercapainya

tujuan yang di tetapkan . Setelah asuhan keperawatan yang diberikan pada

klien Ny, J selama 4 hari, semua masalah atau diagnosa keperawatan yang

teratasi sebagian : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

akibat tindakan operasi, resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi,

diagnosa yang teratasi adalah gangguan mobilitas berhubungan dengan

kelemahan fisik .
70
79

6. Tahap pendokumentasi

Asuhan keperawatan pada Ny. J dengan post op sectio caesarea indikasi

CPD ( Caphalo Prlvic Disporpotion ) di dokumentasikan mulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implemntasi, dan evaluasi

keperawatan .
81
71

B . REKOMENDASI

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan pada klien dengan post op sectio caesarea dengan indikasi CPD

( Caphalo Pelvic Disporpotion ) .

Penulis menyerahkan :

1. Untuk klien

Bagi klien sebaiknya sering melakukan pemeriksaan kehamilan ( Ante

Natal Care ) sehingga kehamilan dengan resiko tinggi dapat di deteksi

secara dini dan ditangani dengan cepat dan tepat .

Melakukan penyuluhan dan penerangan terutama kepada ibu hamil dan

wanita dalam usia produktif yang ingin mempunyai keturunan agar dapat

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan keuntungan, kerugian,

indikasi serta komplikasi tentang persalinan secara Sectio Caesarea

sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kematian .

2. Bagi penulis

Merupakan pengalaman berharga bagi penulis dalam meningkatkan

wawacara terutama dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

dengan Post Op Sectio Caesarea dengan indikasi ( CPD ) panggul sempit

dan dapat memberi dorongan semangat sebagai dimasa yang akan

datang.
82
72

3. Bagi pembaca

Sebagai ilmu pengetahuan tentang SC ( Sectio Ceasarea ) dengan

indikasi ( CPD ) dan bagaimana kompleks permasalahan dan penangan

masalah yang cepat di butuhkan dan bagaimana melakukan asuhan

keperawatanya .

Anda mungkin juga menyukai