Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. I G3P2002 AB000 PERSALINAN NORMAL ATERM SPONTAN HIDUP


DENGAN RIWAYAT SECSIO CAESARIA DI KAMAR BERSALIN RSUD
KANJURUHAN
Disusun guna memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan III

Di Susun Oleh:
Evi Liana Wati
P17310203072

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGAM STUDI D-III KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 4
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Tujuan........................................................................................................ 5
C. Metode Penulisan...................................................................................... 6
D. Sistematika Penulisan................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7


A. Konsep Dasar Asuhan dan Manajemen Kebidanan.................................. 7
B. Konsep Dasar Teori................................................................................... 10
C. Standart Asuhan Kebidanan dan Model Dokumentasi.............................. 22

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 29


BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 43
BAB V PENUTUP................................................................................................ 44
A. Kesimpulan................................................................................................ 44
B. Saran.......................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 45
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang. Di Indonesia angka kematian ibu (AKI) masih relatif tinggi. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar
228 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu disini adalah kematian yang terjadi
selama kehamilan, saat melahirkan, selama masa nifas atau dua bulan setelah berakhirnya
kehamilan (BPS, 2008). Sesuai dengan komitmen global setiap negara pada tahun 2000
harus menurunkan AKI sebesar 50% dari kondisi AKI pada tahun 1990, dan menurunkan
50% lagi pada tahun 2015 (Target Millenium Development Goals).
Merujuk pada komitmen tersebut maka diharapkan Indonesia mencapai penurunan
AKI menjadi sekitar 115 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes, 2007).
Penyebab langsung kematian ibu biasanya terkait erat dengan kondisi kesehatan ibu sejak
proses kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan penyebab tidak langsung lebih terkait
dengan kondisi sosial, ekonomi, geografis serta perilaku budaya masyarakat yang
terangkum dalam Empat Terlalu (terlalu muda usia, terlalu tua usia, terlalu banyak anak,
terlalu rapat kehamilan) dan Tiga Terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat
membawa ke fasilitas kesehatan, terlambat mendapat pelayanan pelayanan kesehatan).
Risiko kematian ibu maternal dapat terjadi sejak awal kehamilan hingga pasca
persalinan/nifas dengan risiko paling tinggi terjadi pada periode persalinan (Depkes,
2001).
Kejadian komplikasi persalinan menurut data SDKI 2007 adalah sebesar 47%,
sedangkan pada SDKI 2002-2003 sebesar 36%. Jenis kejadian komplikasi persalinan
adalah persalinan lama 37%, perdarahan 9%, demam 7%, kejang 2%, komplikasi lainnya
4% (BPS, 2008). Kejadian komplikasi persalinan sendiri merupakan determinan proksi
dari kesakitan dan kematian maternal. Masalah kematian maternal merupakan masalah
yang kompleks karena menyangkut banyak hal. Penyebab langsung dari kesakitan dan
kematian maternal tersebut adalah komplikasi obstetri, terutama komplikasi pada saat
persalinan. Hasil publikasi SDKI 2007 menunjukkan kejadian komplikasi persalinan
masih cukup tinggi dan meningkat dibandingkan hasil publikasi SDKI 2002-2003.
Melihat masih adanya persalinan dengan resiko tinggi di Kabupaten Malang termasuk
di Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan dan mengingat kasus resiko tinggi pada ibu
hamil dapat menimbulkan ancaman bagi keselamatan ibu dan bayi, maka peneliti tertarik
untuk melihat gambaran kejadian persalinan dengan resiko tinggi di RSUD Kanjuruhan
Kabupaten Malang. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui “Gambaran kejadian persalinan dengan resiko tinggi di
Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kabupaten Malang Tahun 2022”.

B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Umum
Melakukan asuhan kebidanan persalinan spontan secara komprehensif pada
Ny. “I” Usia 32 Tahun G7P6006 AB000 Uk 35 Minggu 3 Hari Inpartu T/H/I dengan
Riwayat Secsio caesarea di kamar bersalin RSUD Kepanjen Kabupaten Malang.
b. Khusus
a) Melakukan pengkajian secara lengkap terhadap.
b) Melakukan interpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan masalah dan
kebutuhan.
c) Melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa potensial.
d) Melakukan tindakan segera kepada.
e) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pengkajian kepada.
f) Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan.
g) Mahasiswa diharapkan melaksanakan evaluasi atas tindakan yang akan dilakukan
kepada.
h) Melakukan dokumentasi hasil asuhan kebidanan.

C. Metode Pengumpulan
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi meliputi rekam medis pasien, studi kepustakaan (library research), dan
dokumentasi dalam bentuk asuhan kebidanan komprehensif dengan manajemen 7 langkah
varney
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari BAB I sampai BAB V. Bab I
meliputi pendahuluan, pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, tujuan
umum, tujuan khusus, manfaat penulisan, dan metode penulisan. Bab II yaitu tinjauan
teori, pada bab ini akan diuraikan tentang tinjauan teori yang meliputi tentang tinjauan
umum tentang bayi baru lahir dan pendokumentasian manajemen asuhan kebidanan 7
langkah varney.
Bab III yaitu studi kasus, pada bab ini akan diuraikan tentang 7 langkah varney yang
meliputi:
1. langkah I Pengumpulan data dasar/ pengakajian,
2. langkah II identifikasi diagnosis atau masalah aktual,
3. langkah III identifikasi diagnosis atau masalah potensial,
4. langkah IV identifikasi kebutuhan segera,
5. langkah V rencana intervensi,
6. langkah VI implementasi,
7. langkah VII evaluasi hasil asuhan.
Bab IV pembahasan, pada bab ini akan diuraikan tentang masalah atau kesenjangan
antara teori dan kasus yang penulis temukan dilapangan. Bab V penutup, pada bab ini
akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti dari
pembahasan kasus. Sedangkan saran merupakan alternative pemecahan dan tanggapan
dari kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Asuhan dan Manajemen Kebidanan


2.1.1 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Dalam melakukan asuhan kebidanan, bentuk dokumentasi catatan perkembangan
dengan menggunakan subjektif, objektif, analisis dan penatalaksanaan (SOAP) yang
merupakan salah satu metode pendokumentasikan. SOAP merupakan catatan tertulis
secara singkat, jelas, lengkap dan bermanfaat bagi bidan.
1. Subjek (S) menggambarkan hasil pengumpulan data dari anamnesa meliputi waktu,
biodata, dan riwayat. Data didapat dari wawancara dengan ibu, suami dan keluarga.
2. Objek (O) menggambarkan hasil pengumpulan data yang didapat dari pengamatan,
pemeriksaan fisik, dan data penunjang. Dari hasil data ini menghasilkan gejala
klinis yang menunjang ditetapkannya diagnosis.
3. Analisis (A) menggambarkan pendokumentasian hasil analisis, diagnosis, dan
masalah kebidanan.
4. Penatalaksanaan (P) mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
diberikan, misalnya tindakan antisipasi, tindakan segera, penyuluhan, kolaborasi,
evaluasi dan rujukan (Astuti et al., 2017)
2.1.2 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori,
penemuan-penemuan, dan keterampilan dalam rangkaian yang logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi (Hilmiah, 2010)
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai dari
pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam proses asuhan
kebidanan ada 7 langkah, yaitu:
1. Langkah 1 Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap meliputi, data
subjektif (alasan datang, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat menstruasi,
riwayat kehamilan sekarang, riwayat kehamilan lalu, riwayat ginekologi, riwayat
KB, pola kebutuhan sehari-hari, psikologis, sosial, spiritual, dan budaya), data
objektif (pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan program terapi) sesuai
dengan kebutuhannya, dan meninjau catatan terbaru atau catatan selanjutnya.
2. Langkah 2. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah aktual
Mengidentifikasi data dengan cepat untuk mengidentifikasi diagnosa atau
masalah aktual dengan klien berdasarkan data dasar, menguraikan bagaimana suatu
data pada kasus diinterpretasikan menjadi suatu diagnosa atau secara teori data apa
yang mendukung untuk timbulnya diagnosa tersebut. Masalah lebih sering
berhubungan dengan bagimana klien menguraikan keadaan yang ia rasakan,
sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang difokuskan pada apa
yang di alami oleh klien.
3. Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah di identifikasi, langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil
mengamati klien, bidan di harapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
4. Langkah 4. Mengidentifikasi kebutuhann segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan aggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan
dari proses manejemen kebidanan. Jadi manejemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut
bersama bidan terus menerus misalnya pada waktu tersebut dalam persalinan.
5. Langkah 5. Intervensi/ Perencanaan
Tindakan asuhan kebidanan. Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang
menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manejemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau di antisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap
dapat di
6. Langkah 6. Implementasi/ pelaksanaan asuhan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah lima harus
dilaksanakan secara efesien. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi denga dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
manejemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Implementasi yang diberikan pada ibu adalah hasil pemeriksaan kepada ibu
dan jelaskan hal-hal yang di anggap penting, agar ibu dapat mengetahui
perkembangan kehamilannya serta merupakan tujuan utama pelayanan antenatal.
Jelaskan penyebab anemia agar ibu tahu cara mengatasi anemianya. Dan anjuran
pemberian tablet Fe untuk meningkatkan kadar Hb ibu disamping intake makanan
yang mengandung zat besi, istirahat yang cukup serta kebersihan diri yang harus
terjaga.
7. Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai denga kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam maslah dan
diagnosis. Rencana tersebut dapat di anggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaanya. Adapun kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih
efektif sedang sebagian belum efektif. Pada prinsip tahapan evaluasi adalah
pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh
tercapainya rencana yang dilakukan. Untuk menilai ke efektifan tindakan yang
diberikan, bidan dapat menyimpulkan jumlah kadar Hb dengan melakukan
pemeriksaan laboratorium kembali (Prasetya, 2017).

2.2 Konsep Dasar Teori


2.2.1 Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat
hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. Adapun menurut proses
berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut:
1. Persalinan Spontan
Apabila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. Pengertian persalinan,
melalui jalan lahir ibu tersebut (pervagina)
2. Persalinan Buatan
Apabila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi atau dilakukan
operasi sectio caesaria.
3. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian pitocin, atau prostaglandin (Diana et al., 2019).
Istilah-istilah yang berkaiatan dengan persalinan berdasarkan tuanya umur kehamilan
dan berat badan bayi:
1. Abortus
Persalinan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari
500 gram
2. Partus Immaturus
Persalinan dengan usia kehamilan 22-28 minggu atau bayi berat badan antara 500-
999gram
3. Partus Prematur
Persalinan dengan usia kehamilan 28-37minggu atau bayi dengan berat badan 1000-
2499gram
4. Partus Maturus atau Aterm
Persalinan dengan usia kehamilan 37-42minggu atau bayi dengan berat badan lahir
2500 atau lebih
5. Partus Postmaturus atau Serotinus
Persalinan setelah 42minggu (Diana et al., 2019).
2.2.2 Tahapan Persalinan
1. Kala 1
Partus mulai ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show),
karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal
dari pecahnya kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran
ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu:
1) Fase Laten: Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3
cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2) Fase Aktif, berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 subfase, yaitu:
a. Fase akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal selama 2 jam dan pembukaan berlangsung cepat
menjadi 9 cm.
c. Fase deselarasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi
10cm.
2. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat dan cepat kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk keruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot dasar panggul yang secara refletoris menimbulkan rasa mengedan
karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti buang air besar, dengan anus terbuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang. His mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti dengan seluruh
badan janin. Kala II pada primi 1 ½ jam dan pada multi ½ sampai 1 jam.
3. Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau ke dalam vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di
bawah ini:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk
segitiga atau seperti buah peer atau alvokat dan fundus berada diatas pusat.
2) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
3) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang
plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.
Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding
uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
4. Kala IV
Kala pengawasan terjadi selang 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Hal-hal
yang perlu dipantau pada kala IV persalinan adalah (Depkes, 2008):
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar
setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua
kala empat. Jika ada  temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi
dan penilaian kondisi ibu. 
2) Massase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit
selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika
ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian
kondisi ibu.
3) Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pasca persalinan.
Jika meningkat, dan tata laksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
5) Ajarkan pada ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan massase uterus jika uterus
menjadi lembek.
6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan bayi dan bantu ibu
mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering , atur posisi ibu agar
nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi
diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke
ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi Air Susu Ibu (ASI) 
2.2.3 Tujuan dan Prinsip Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya
yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi sehingga prinsip kualitas pelayanan dan
keamanan dapat terjaga secara optimal. Dengan pendekatan seperti ini setiap intervensi
yang akan dilaksanakan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan
bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi bagi kemajuan dan keberhasilan proses
persalinan.
Priktik pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan normal meliputi:
1. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis
2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir,
termasuk penggunaan partograf
3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pascapersalinan, dan
nifas
4. Menyiapkan rujukan ibu bersalin dan bayinya
5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya
6. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin
7. Mengasuh bayi baru lahir
8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya
9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Passage (Panggul Ibu)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:
1) Bagian keras: tulang tulang panggul (rangka panggul)
2) Bagian lunak: otot-otot, jaringan- jaringan dan ligament-ligament
2. Power/Kekuatan
Adalah kekuatan yang dapat mempengaruhi terjadinya persalinan .Adapun
power yang bisa mempengaruhi persalinan terdiri dari:
1) Kontraksi uterus:
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi
kontraksi otot otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
2) Tenaga mengejan:
Suatu aktifitas yang dilakukan ibu yaitu mengejan seperti waktu mengejan saat
buang air besar dengan kekuatan yang jauh leih kuat sehingga menyebabkan
menutupnya glottis sehingga mengakibatkan kontraksi otot-otot perut dan
menekan diafragmanya kebawah.
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan
paling efektif sewaktu ada his. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir,
misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus
dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah
placenta lepas dari dinding rahim.
3) Passenger/Buah kehamilan: janin, plasenta dan air ketuban
4) Penolong
Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik
mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan
mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al,2000). Disebutkan
pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan
vakum, cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin,
et al, 2000).
2.2.5 Macam-Macam Posisi Meneran
Macam-macam posisi meneran diantaranya:
1. Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam membantu
kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan perineum.
2. Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada
punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada
perineum berkurang.
3. Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan penurunan kepala
janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu bawah panggul, dan
memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko memperbesar terjadinya
laserasi (perlukaan) jalan lahir.
4. Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi penekanan pada vena
cava inverior, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia janin
karena suplai oksigen tidak terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang
mengalami kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan lahir.
5. Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat mengakibatkan:
hipotensi (beresiko terjadinya syok dan berkurangnya suplai oksigen dalam sirkulasi
uteroplacenter, sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang
bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mengalami gangguan untuk
bernafas, buang air kecil terganggu, mobilisasi ibu kurang bebas, ibu kurang
semangat, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
2.2.6 Sectio Caesaria
1. Pengertian Sectio Caesaria
Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus (Harry axorn, 2011). Persalinan Sectio Caesaria
adalah persalina untuk melahirkan janin, melalui pembedahan diperut dengan
menyayat dinding rahim (Mardiawati, 2017).
Sumber : Ayunisawitri.wordpress (2013)
2. Tipe-tipe Sectio Caesarea
Farer (2010) menyatakan bahwa tipe-tipe sectio caesarea sebagai berikut :
1) Sectio caesarea segmen bawah Insisi melintang dilakukan pada segmen bawah
uterus. Segmen bawah uterus tidak begitu banyak mengandung pembuluh darah
dibandingkan segmen atas sehingga risiko perdarahan lebih kecil.
2) Sectio caesarea klasik Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Cara ini
dikerjakan kalau segmen bawah tidak terjangkau karena adanya pelekatan atau
rintangan plasenta, kalau terdapat vena varikosa pada segmen bawah, dan
kadang-kadang juga dilakukan bagi janin yang letaknya melintang serta untuk
melakukan histerektomi caesarea.

Sumber: Jhonatan Dimes (2021)


3. Indikasi dilakukan Sectio Caesarea
Nadesul (2008) sectio caesarea dilakukan dengan indikasi sebagai berikut
panggul tergolong sempit sehingga tidak memungkinkan dilalui kepala bayi, letak
plasenta (plasenta previa), plasenta agak rendah sehingga menghalangi keluarnya
janin dari rahim, janin mengalami lilitan tali pusat, letak melintang dan janin mati
dalam rahim.
Sectio caesarea dilakukan dengan indikasi yaitu plasenta previa, letak janin
yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi, riwayat obstetri yang jelek, disproporsi
sefalopelvik, infeksi herpesvirus tipe II (genital), riwayat sectio caesarea klasik,
diabetes (kadang-kadang), presentasi bokong (kadang-kadang), penyakit atau
kelainan yang berat pada janin seperti eritoblastosis atau retardasi pertumbuhan yang
nyata (Farer, 2010).
Sectio caesarea emergensi dilakukan untuk induksi persalinan yang gagal,
kegagalan dalam kemajuan persalinan, penyakit fetal atau maternal, diabetes atau
preeklampsi yang berat, persalinan macet, prolapsus funikuli, perdarahan hebat pada
saat persalinan dan tipe tertentu malpresenatasi janin dalam persalinan (Farer, 2010).
4. Risiko operasi caesarea
Risiko operasi sectio caesarea (SC) menurut Kasdu (2010) antara lain:
1) Alergi Biasanya, risiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu.
2) Perdarahan
Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada
pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Selain itu, perdarahan juga
banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri uteria ikut
terbuka atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak
mengakibatkan syok secara mendadak. Kalau perdarahan tidak diatasi, kadang
perlu tindakan histerektomi, terutama pada kasus atonia uteri yang berlanjut.
3) Cedera pada organ lain
Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan pembedahan dapat
mengakibatkan terlukanya organ lain, seperti rektum atau kandung kemih.
Penyembuhan luka caesarea yang tidak sempurna juga dapat menyebabkan
infeksi pada organ rahim atau kandung kencing.
4) Parut dalam rahim
Seorang wanita yang telah mengalami pembedahan akan memiliki parut dalam
rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan serta persalinan berikutnya
memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan dengan bahaya ruptur uteri
meskipun juga operasi dilakukan secara sempurna risiko ini sangat kecil terjadi.

Sumber: Dr. Juhaidah (2017)


5) Demam
Kadang-kadang demam setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya.
Namun, kondisi ini bisa terjadi karena infeksi.
6) Mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI)
Efek pembiusan akan memepengaruhi produksi air susu ibu (ASI) jika dilakukan
pembiusan total (narkose), namun apabila dilakukan dengan pembiusan regional
(misalnya spinal) tidak banyak mengganggu produksi air susu ibu (ASI).
7) Nyeri
Nyeri di sekitar sayatan bedah ketika efek anestesi hilang, ibu akan mengalami
nyeri. Seberapa nyeri tergantung pada ambang batas nyeri. Nyeri alih bahu juga
dapat dirasakan setelah beberapa jam. Iritasi pada diafragma dapat menyebabkan
nyeri menusuk bahu.
2.2.7 Pengertian Oligohydramnios
Oligohidramnios adalah kondisi saat volume atau kadar air ketuban terlalu
sedkit. Kondisi ini sering kali tidak bergejala, sehingga dibutuhkan pemeriksaan
penunjang berupa USG oleh dokter untuk mengetahui jumlah cairan ketuban. Saat
menjalani pemeriksaan, ibu hamil dapat dikatakan menderita oligohidramnios bila
memiliki kondisi sebagai berikut:
1. Indeks cairan ketuban kurang dari 5 cm pada akhir trimester kedua
2. Jumlah cairan ketuban kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32–36 minggu
Sebaliknya, jika jumlah cairan ketuban di dalam tubuh ibu hamil berlebihan,
kondisi ini disebut polihidramnion. Polihidramnion juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi kehamilan. Oligohidramnios dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain:
1. Gangguan plasenta
2. Kelainan pada janin, misalnya kelainan genetik dan IUGR
3. Kebocoran atau pecahnya kantung ketuban, misalnya karena ketuban pecah dini
4. Persalinan yang lewat dari tanggal perkiraan
5. Penyakit tertentu yang diderita ibu, seperti diabetes dan hipertensi
6. Dehidrasi
Oligohidramnios dapat terjadi kapan saja, tetapi kondisi ini lebih sering terjadi
di akhir trimester ketiga kehamilan. Selain itu, ibu hamil yang mengandung bayi
kembar juga lebih berisiko mengalami oligohidramnios. Ibu hamil berisiko tinggi
mengalami keguguran jika oligohidramnios terdiagnosis sebelum kehamilan berusia
20 minggu. Namun, jika kondisi ini terdiagnosis menjelang trimester akhir kehamilan,
risiko yang lebih umum terjadi adalah kelahiran prematur.Terkadang, dokter akan
merekomendasikan ibu hamil yang mengalami oligohidramnios untuk melahirkan
dengan operasi caesar.

Sumber: A.D.A.M (2022)


2.2.8 Komplikasi Persalinan
1. Kala 1 dan 2
1) Distosia Kelainan Presentasi Dan Posisi (Mal Posisi)
Malposisi adalah kepala janin relatif terhadap pelvis degan oksiput sebagai
titik referensi, atau malposisi merupakan abnormal dari vertek kepala janin
(dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Dalam keadaan
malposisi dapat terjadi partus macet atau partus lama (Kurniarum, 2016).
Penilaian posisi normal apabila kepala dalam keadaan fleksi, bila fleksi baik
maka kedudukan oksiput lebih rendah dari pada sinsiput, keadaan ini disebut
posisi oksiput transversal atau anterior. Sedangkan keadaan dimana oksiput
berada di atas posterior dari diameter transversal pelvis adalah suatu malposisi
(Kurniarum, 2016).
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan
fleksi dalam keadaan tertentu fleksi tidak terjadi sehingga kepala defleksi. Hasil
pemeriksaan untuk mendiagnosa malposisi:
a. Pemeriksaan abdominal: bagian terendah abdomen datar, bagian kebagian
terendah abdomen datar, bagian kecil janin teraba bagian anterior dan DJJ
dibagian samping (flank)
b. Pemeriksaan vaginal: oksiput ke arah sakrum, sinsiput dianterior akan
mudah teraba bila kepala defleksi
Posisi Oksiput Posterior Persalinan yang terganggu terjadi bila kepala janin
tidak atau turun, dan pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang tidak
teratur atau ekstensi dari episiotomi (Kurniarum, 2016).
2) Distosia Karena Kelainan His
a. False labour (persalinan palsu/belum inpartu)
His belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa
adanya infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya
infeksi obati secara adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan (Kurniarum,
2016).
b. Persalinan lama
Persalinan lama paling sering terjadi pada primigravida dan dapat disebabkan
oleh:
a) Kontraksi uterus yang tidak efektif
b) Disproporsi sefalopelvik
c) Posisi oksipitoposterior
Distosia secara harfiah berarti “persalinan yang sulit dan menyebabkan
lambatnya kemajuan dan kegagalan kemajuan persalinan”. Distosia dapat
disebabkan oleh berbagai masalah yang berkaitan dengan kontraksi:
a) Tidak efektif dalam mendilatasi.
b) Tidak terkoordinasi, yaitu ketika dua segmen uterus gagal bekerja secara
harmonis.
c) Menyebabkan ekspulsi involunter yang tidak adekuat. Penyebab lain
distosia adalah abnormalitas presentasi dan posisi, tulang pelvis dan jalan
lahir termasuk abnormalitas kongential
c. Prolonged latent phase (fase laten yang memanjang)
Fase laten persalinan lama dapat didiagnosis secara tidak akurat jika
ibu mengalami persalinan palsu. Menurut Prawirohardjo, 2007 menyatakan
bahwa pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu
(Kurniarum, 2016).
d. Prolonged active phase (Fase aktif memanjang)
Fase aktif ditandai dengan peningkatan laju dilatasi serviks, yang
disertai dengan penurunan bagian presentasi janin. Kemajuan yang lambat
dapat didefinisikan sebagai durasi total persalinan atau kegagalan serviks
untuk berdilatasi dengan kecepatan perjam yang telah ditetapkan. Kecepatan
dilatasi 1 cm perjam paling banyak digunakan, tetapi pemeriksaan vagina
tidaklah tepat, dengan adanya kemungkinan variasi antar pemeriksa. Fase
aktif yang memanjang disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor yang
meliputi serviks, uterus, fetus dan pelvis ibu (Myles, 2009).
e. Inersia Uteri Hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Diisi kekuatan
his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan
kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang, misalnya akibat
hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau
primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik
(Kurniarum, 2016).
3) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Cairan yang
tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500 – 1500 ml akan tetapi kadang –
kadang dapat mencapai 5 liter. Pelebaran ventrikuler ini akibat
ketidakseimbangan antara absorbsi dan produksi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat dari penyakit atau kerusakan
otak. Adanya kelainan – kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar
serta terjadi pelebaran sutura dan ubun-ubun (Kurniarum, 2016).
4) Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak
dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung syaraf
(suatu kelainan yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan pembentuk otak dan korda spinalis) (Kurniarum, 2016).
Etiologi Anensefalus terjadi jika tabung syaraf sebelah atas gagal menutup,
tetapi penyebab yang pasti tidak dketahui. Penelitian menunjukan kemungkinan
anensefalus berhubungan dengan racun dilingkungan juga kadar asam folat yang
rendah dalam darah. Anensefalus ditemukan pada 3,6 - 4,6 dari 10.000 bayi baru
lahir (Kurniarum, 2016).
5) Janin Kembar Siam
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal
ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal berpisah secara sempurna.
Kemunculan kasus kembar siam diperkirakan adalah satu dalam 200.000
kelahiran. Yang bisa bertahan hidup antara 5% dan 25 % dan kebanyakan (75%)
berjenis kelamin perempuan (Kurniarum, 2016).
Etiologi Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain
faktor genetik obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur
matang secara sempurna juga diduga dapat memicu terjadinya bayi kembar.
Alasannya jika indung telur bisa memproduksi sel telur dan diberi obat penyubur
maka sel telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak bahkan sampai lima
dan enam (Kurniarum, 2016).
3. Kala III dan IV
1) Atonia Uteri
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum dini
(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi post
partum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir (Kurniarum, 2016).
2) Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga masih
melekat pada tempat implantasi, menyebabkan retraksi dan kontraksi otot uterus
sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan
(Kurniarum, 2016).
3) Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban adalah masuknya air ketuban beserta komponennya
kedalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen disini adalah unsur –
unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas,
rambut janin, lapisan lemak janin dan cairan kental (Kurniarum, 2016).
4) Robekan Jalan Lahir
Trauma jalan lahir perlu mendapatkan perhatian khusus, karena dapat
menyebabkan:
a. Disfungsional organ bagian luar sampai alat reproduksi vital
b. Sebagai sumber perdarahan yang berakibat fatal.
c. Sumber atau jalannya infeksi. Klasifikasi robekan jalan lahir adalah sebagai
berikut:
a) Robekan Perineum
Adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun
dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat (Kurniarum, 2016).
Etiologi
 Kepala janin terlalu cepat lahir
 Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
 Adanya jaringan parut pada perineum
 Adanya distosia bahu
Klasifikasi
 Derajat satu: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum.
 Derajat dua: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum dan otot – otot perineum.
 Derajat tiga: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum dan otot – otot perineum dan sfingter ani eksterna
 Derajat empat: robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter ani
yang meluas sampai ke mukosa.
Penatalaksanaan
 Derajat I: robekan ini kalau tidak terlalu besar, tidak perlu dijahit
 Derajat II: lakukan penjahitan
 Derajat III dan IV: lakukan rujukan
b) Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang
multipara berbeda dari yang belum melahirkan pervaginan. Robekan serviks yang
luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila
terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan
uterus sudah berkontraksi baik perlu diperkirakan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan serviks uteri (Kurniarum, 2016).
c) Inversio Uteri
Pengertian Inversion uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik
sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse
jika bagian dalam menjadi diluar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya
dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang
terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah (Kurniarum, 2016).
d) Syok Obstetrik
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan yang
tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Kurniarum, 2016).
Penyebab
 Perdarahan
 Infeksi berat
 Solusio plasenta
 Inversion uteri
 Emboli air ketuban
 Komplikasi anestesi
Gejala Klinik
 Tekanan darah menurun
 Nadi cepat dan lemah
 Keringat dingin
 Sianosis jari – jari
 Sesak nafas
 Penglihatan kabur
 Gelisah
 Oligouria

2.3 Standar Asuhan Kebidanan


Standar asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir, neonatus dan balita serta keluarga berencana.
Sesuai dengan standart pelayanan kebidanan standar VII “Asuhan Kebidanan”
mempunyai 8 defisi operasional, yaitu:
1. Standar kebidanan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
2. Standar format manajemen kebidanan terdaftar pada catatan medik.
3. Standar pengkajian asuhan kebidanan pada klien.
4. Standar dia gnosis kebidanan
5. Standar dokumen tertulis mengenai tindakan kebidanan.
6. Standar evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
7. Standar dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.
Standart asuhan menentukan apakah bidan telah melanggar kewajiban dalam
menjalankan tugasnya (Maternity et al., 2017).
2.4 Model Dokumentasi
Secara umum, dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang
dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi kebidanan
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat
dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidan dan berguna
untuk kepentingan klien, tim kesehatan, serta kalangan bidan sendiri. Dokumentasi
kebidanan sangat penting bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Hal ini karena
asuhan kebidan yang diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat
dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh klien berkaitan dengan pelayanan
yang diberikan (Wildan & Hidayah, 2018).
Model Dokumentasi SOAP
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang
akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien,
yaitu meliputi data subjektif dan data objektif.
I. Data Subyektif
1) Identitas Anak
a. Nama : Untuk mengenal bayi.
b. Jenis Kehamilan : Untuk memberikan informasi pada ibu dan keluarga
serta memfokuskan saat pemeriksaan genetalia.
c. Anak ke - : Untuk mengkaji adanya kemungkinan sibling rivalry
d. Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga
2) Identitas Orang Tua
a. Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b. Umur: Usia orangtua mempengaruhi kemampuannya dalam mengasuh dan
merawat bayinya.
c. Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh
terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat
istiadat yang dianut.
d. Agama: Untuk mengetahui keyakinan orang tua sehingga dapat menuntun
anaknya sesuai keyakinannya sejak lahir.
e. Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual orangtua yang dapat
mempengaruhi kemampuan dan kebiasaan orangtua dalam mengasuh,
merawat dan memenuhi kebutuhan bayinya.
f. Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian
status gizi (Hidayat dan Uliyah, 2008). Hal ini dapat dikaitkan dengan
pemenuhan nutrisi bagi bayinya. Orangtua dengan tingkat sosial ekonomi
yang tinggi cenderung akan memberikan susu formula pada bayinya.
g. Alamat: Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
3) Keluhan Utama : Permasalahan pada bayi yang sering muncul adalah bayi
tidak mau menyusu, rewel dan bercak putih pada bibir dan mulut ( WHO,
2013).
4) Riwayat Persalinan : Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya penyakit atau
tindaknya jejak persalinan.
5) Riwayat Kesehatan yang Lalu : Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya
operasi yang pernah diderita.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga : Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya
penyakit menular, penyakit menurun dan penyakit menahun yang sedang dan
atau pernah diderita oleh anggota keluarga yang kemungkinan dapat terjadi
pada bayi.
7) Riwayat imunisasi : Bertujuan untuk mengkaji status imunisasi guna
melakukan pencegahan terhadap beberapa penyakit tertentu.
8) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
a. Nutrisi : Bertujuan untuk mengkaji kecukupan nutrisi bayi. Rentang
frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12 kali setiap hari
(Varney, dkk, 2007).
b. Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat neonatus adalah 14-18 jam/hari
(Hidayat dan Uliyah, 2008).
c. Eliminasi : Jika bayi mendapatkan ASI, diharapkan bayi minimum 3-4 kali
buang air besar dalam sehari, feses-nya harus sekitar 1 sendok makan atau
lebih dan berwarna kuning. Sedangkan buang air kecilnya pada hari
pertama dan kedua minimal 1-2 kali serta minimal 6 kali atau lebih setiap
hari setelah hari ketiga (Varney, dkk, 2007).
d. Personal Hygiene : Bayi dimandikan setelah 6 jam setelah kelahiran dan
minimal 2 kali sehari. Jika tali pusat belum puput dan dibungkus dengan
kasa steril, minimal diganti 1 kali dalam sehari. Dan setiap buang air kecil
maupun buang air besar harus segera diganti dengan pakaian yang bersih
dan kering.
II. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum: Baik
b. Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran bayi. Composmentis
adalah status kesadaran dimana bayi mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respons yang cukup terhadap stimulus yang diberikan
(Hidayat dan Uliyah, 2008).
c. Tanda-tanda Vital : Pernapasan normal adalah antara 40-60 kali per menit,
dihitung ketika bayi dalam posisi tenang dan tidak ada tanda-tanda distress
pernapasan. Bayi baru lahir memiliki frekuensi denyut jantung 120-160
denyut per menit. Angka normal pada pengukuran suhu bayi secara aksila
adalah 36,5- 37,5° C (WHO, 2013).
d. Antropometri : Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam
beberapa hari pertama yang harus kembali normal, yaitu sama dengan atau
di atas berat badan lahir pada hari ke-10. Sebaiknya bayi dilakukan
penimbangan pada hari ke-3 atau ke-4 dan hari ke-10 untuk memastikan
berat badan lahir telah kembali (Johnson dan Taylor, 2005). Berat badan
bayi mengalami peningkatan lebih dari 15- 30 gram per hari setelah ASI
matur keluar (Varney, dkk, 2007).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit: Seluruh tubuh bayi harus tampak merah muda, mengindikasikan
perfusi perifer yang baik (Johnson dan Taylor, 2005). Menurut WHO
(2013), wajah, bibir dan selaput lendir harus berwarna merah muda tanpa
adanya kemerahan atau bisul.
b. Kepala: Bentuk kepala terkadang asimetris akibat penyesuaian jalan lahir,
umumnya hilang dalam 48 jam. Ubun-ubun besar rata atau tidak menonjol,
namun dapat sedikit menonjol saat bayi menangis (WHO, 2013).
c. Mata: Tidak ada kotoran atau secret (WHO, 2013).
d. Mulut: Tidak ada bercak putih pada bibir dan mulut serta bayi akan
menghisap kuat jari pemeriksa (WHO, 2013).
e. Dada: Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah yang dalam (WHO,
2013).
f. Perut: Perut bayi teraba datar dan teraba lemas. Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau tidak enak pada tali pusat atau kemerahan di
sekitar tali pusat (WHO, 2013).
g. Ekstremitas: Posisi tungkai dan lengan fleksi. Bayi sehat akan bergerak
aktif (WHO, 2013).
h. Genitalia: Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna putih
atau kemerahan dan bayi sudah terbukti dapat buang air kecil dan buang
air besar dengan lancar dan normal (WHO, 2013).
3. Pemeriksaan Refleks
Meliputi refleks Moro, rooting, sucking, grasping, neck righting, tonic neck,
startle, babinski, merangkak, menari / melangkah, ekstrusi, dan galant’s.
III. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa masa nifas disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan,
seperti P2A0 usia 22 tahun post partum fisiologis. Perumusan masalah disesuaikan
dengan kondisi ibu. Menurut Varney, dkk (2007), ketidaknyamanan yang
dirasakan pada ibu nifas adalah nyeri perut setelah lahir, payudara membesar,
nyeri tekan pada payudara dan puting susu, puting susu pecah-pecah, keringat
berlebih serta rasa nyeri selama beberapa hari jika ibu mengalami hemoroid.
IV. Perencanaan Rencana
Perencanaan rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.
Rencana tindakan asuhan kebidanan pada masa nifas disesuaikan dengan
kebijakan program nasional, antara lain :
1. Periksa tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lochea dan cairan pervaginam
lainnya serta payudara.
2. Berikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai kebutuhan
nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas,
seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan
payudara dan keluarga berencana.
3. Berikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
V. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan dengan rencana
asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan asuhan kebidanan
pada masa nifas, adalah:
1. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lochea dan
cairan pervaginam lainnya serta payudara.
2. Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri,
istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI eksklusif,
cara menyusui yang benar, perawatan payudara dan keluarga berencana.
3. Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
VI. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai dengan kondisi bayi kemudian dicatat, dikomunikasikan dengan ibu dan
atau keluarga serta ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi bayi. Berikut adalah hasil
evaluasinya bayi telah dibedong dengan kain bersih dan kering dan memakai topi
bayi, bayi mendapatkan ASI eksklusif, dan ibu mengerti dan dapat menjelaskan
kembali konseling mengenai permasalahan yang dialami oleh bayinya.
VII. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat, singkat
dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia dan ditulis dalam
bentuk SOAP.
1. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
2. O adalah data objektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap klien.
3. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
4. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Manajement Asuhan Kebidanan
Pengkajian
Tgl. Pengkajian : 26 Agustus 2022
Jam Pengkajian : 16. 30 WIB
Tempat Pengkajian : RSUD Kanjuruhan Kepanjen
A. Subjektif
a. Identitas
Nama : Ny. I Nama : Tn. B
Umur : 32 Umur : 61 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sambon timur RT 03/ RW 07
b. Alasan datang
Pada tanggal 26 agustus 2022 Ibu mengatakan perutnya kenceng – kenceng
dan mulas mulai jam 10. 00 WIB. Ibu dating karena rujukan dari praktek
mandiri bidan.
c. Keluhan utama
Pada tanggal 26 agustus 2022 pukul 16.20 Ibu mengatakan merasa kenceng –
kenceng dan ingin meneran.
d. Riwayat menstruasi
Menarche : 12tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lamanya : 6 – 7 hari
Banyaknya : Ganti pembalut 2 – 3 kali sehari
Keluhan : Disminorhea kadang - kadang
HPHT : 12 – 12 – 2021
HPL : 17 – 09 – 2022
e. Riwayat perkawinan
Kawin : 1 kali
Lama : 11 tahun
Umur pertama kawin : 19 tahun
f. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menahun
seperti kanker, tumor , dan ginjal. Serta tidak pernah dan tidak sedang
menderita penyakit menular seperti kuning, batuk lama dan mengluarkan
darah ataupun penyakit menular seksual seperti keputihan berbau dan
berwarna kuning atau kehijauan
g. Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit parah
hingga harus dirawat dirumah sakit, maupun penyakit menurun seperti
penyakit darah tinggi, sesak napas dan kencing manis.. Ibu juga mengatakan
tidak ada riwayat kejang, bengkak dikaki maupun wajah serta tidak sering
letih, lemah dan lesu setiap harinya.
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga ibu maupun suami tidak pernah dan tidak
sedang menderita penyakit menurun seperti penyakit darah tinggi, sesak napas
dan kencing manis. Tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit
menahun seperti kanker, tumor dan ginjal. Serta tidak pernah dan tidak
sedang menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, batuk lama dan
mengeluarkan darah serta tidak ada riwayat kehamilan kembar.
i. Riwayat Obstertik yang Lalu
Ha Anak Nifas
mil UK Persalinan Penolong J B P
Keadaan ASI
ke- K B B
RSUD 29
1 10 bulan Dokter P 48 Hidup Keluar
kanjuruhan 00
37 – 38 RSUD 32
2 Dokter L 50 Hidup Keluar
minggu kanjuruhan 00

3 Hamil ini

j. Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama dengan usia kehamilan 37 – 38
minggu.
1. Trimester I :
Mual-mual dan pusing. Tidak ada penyulit.
KIE nutrisi dan pola istirahat.
2. Trimester II Tidak ada keluhan.
KIE pola nutrisi dan istirahat.
3. Trimester III : Nyeri pinggang,
KIE pola nutrisi dan istirahat.
Penyuluhan dan obat-obatan yang sudah didapatkan: ANC Terpadu, tanda
bahaya kehamilan muda, nutrisi, personal hygiene, istirahat, kebutuhan
seksual, serta pemberian tablet Fe, vitamin B6, vitamin B complex, asam
folat, kalk.
4. Status TT : status TT sampai T4 sudah diberikan selama kehamilan.
k. Riwayat KB
Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 7 tahun.
l. Riwayat Kebiasaan sehari – hari

Pola Sebelum Hamil Selama Hamil

1. NUTRISI
1. Pola 3x sehari, 1 piring 2x sehari, 1 piring
makan/banyaknya
Minum/banyaknya 6-7 gelas/ hari 8-9 gelas/ hari
a. Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Makanan yang Nasi, tempe, sayur, Nasi, telur, ayam,
sering dikonsumsi buah, telur, ayam sayur, buah, tempe
2. ELIMINASI
Pola BAB 1x/hari 1x/hari
Pola Mandi 2x/hari menggunakan 2x/hari menggunakan
sabun, Keramas tiap sabun, keramas tiap
rambut kotor rambut kotor
menggunakan menggunakan
shampoo, sikat gigi shampoo,sikat gigi
2x/hari 2x/hari
Pola BAK 5-6x/hari dibersihkan 7-8x/hari di bersihkan
dengan air bersih dengan air bersih
Ganti Pakaian 2-3 kali 2-3 kali
Ganti Celana dalam 2x/hari 2x/hari
3. ISTIRAHAT
Lamanya Siang : 2 jam Siang : 1 jam
Malam : 8 jam Malam : 8 jam
4. AKTIVITAS
a. Aktivitas di rumah Menyapu, Menyapu,Mencuci
mengepel,mencuci, dibantu oleh suami
memasak
b. Aktivitas D luar Tidak ada Tidak ada
rumah i
c. Aktivitas yang Tidak ada Tidak ada
melelahkan
6. KEBIASAAN YANG
MEMPENGARUHI
KESEHATAN
a. Merokok Tidak Ada Tidak Ada
(aktif/pasif)
b. Minum obat- Tidak pernah Tidak pernah
obatan diluar
resep
c. Minum kopi Ya Tidak
d. Minum softdrink, Ya Tidak pernah
alkohol
5. SEKSUAL

a. Frekuensi 3 x seminggu 1 x seminggu

b. Keluhan yang Tidak ada Tidak ada


dirasakan

m. Respon Keluarga Terhadap Persalinan


Suami dan keluarga sangat menanti kelahiran bayi dengan sehat dan selamat
Suami dan orangtua ibu setia menunggu ibu hingga kelahiran bayi.
n. Psikologi dan social budaya
a) Psikologi
Ibu mengatakan takut dengan proses persalinan yang ke 3 karena
sebelumnya ibu melahirkan ke dukun dan belum pernah ke bidan.
b) Sosial
Ibu mengatakan hubungannya dengan keluarga dan suami baik, ibu selalu
mendapatkan dukungan , semangat dan doa dari keluarga serta suaminya.
c) Budaya
Ibu mengatakan tidak ada budaya/ adat yang mempengaruhi kesehatan ibu
dan janinnya. Ibu tidak meminum jamu apapun selama akan menghadapi
persalinan.
B. Objektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 95 × per menit
Pernapasan : 22 × per menit
Suhu : 36,3 ° C
Spo2 : 98 %
BB sebelum hamil : 60 kg
BB sekarang : 72 kg
TB : 159cm
LILA : 25 cm
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
1) Muka : Tidak terlihat pucat, tidak tampak edema.
2) Mata kanan : sclera putih, konjungtiva merah muda
3) Mata kiri : sclera putih, konjungtiva merah muda
4) Mulut : Bibir terlihat lembab, tidak pucat.
5) Leher : Tidak tampak bendungan vena jugularis, pembekakan kelenjar
limfe dan kelenjar tiroid.
6) Payudara kanan : Putting susu tampak menonjol
7) Payudara kiri : Puting susu tampak menonjol
8) Abdomen : Tidak terlihat bekas operasi, pembesaran abdomen sesuai
dengan usia kehamilan.
9) Ekstremita atas : Tidak tampak adanya oedem.
10) Ektremitas bawah: Tidak tampak adanya oedem, tidak nampak adanya varises
11) Genetalia : Tampak lendir keluar dari jalan lahir
12) Anus : tidak tampak hemoroid
Palpasi
1) Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan
bendungan vena jugularis
2) Payudara : Tidak teraba adanya benjolan abnormal,colostrum+
3) Abdomen :
- Leopold I : TFU 3 jari dibawah Processus Xiphoideus ,teraba
kurang bulat, lunak kurang melenting (kesan bokong)
- Leopold II kiri : Teraba keras bagian keras, datar dan memanjang seperti
papan, serta tidak teraba bagian kecil janin. terkesan punggung kanan:
Teraba bagian kecil janin terkesan ektremitas.
- Leopold III : Teraba bulat , keras , tidak bisa digoyangkan (kesan
kepala sudah masuk Pintu Atas Panggul)
- Leopold IV : Divergen ( sebagian besar sudah masuk Pintu Atas
Panggul)
4) Genetalia
a. Tidak ada oedem dan varises, tampak pengeluaran lendir dan darah
b. Pemeriksaan dalam : pembukaan lengkap, penurunan kepala 4/5, hodge
III, ketuban (+).
MC Donald : TFU 33 cm
TBJ : ( 33 – 12 ) x 155 = 3.255 gram
His : 4 ×10 menit (+) Teratur
Anus : hemoroid (+)
Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin : 12,0 mgdl
Cardiotocography ( CTG) :-
USG :-
Protein Urine : Non reaktif
Glukosa Urine : Non reaktif

3.2. Identifikasi diagnose masalah actual


Dx : G3 P2002 AB 000, UK 37 – 38 minggu, tunggal hidup intrauteri, puki, letak
kepala, inpartu kala I fase aktif.
3.3. Identifikasi masalah potensial
1. Resiko terjadinya perdarahan anterpartum.
2. Resiko terjadinya asfiksia intrauterine.
3. Resiko terjadinya nyeri.
3.4. Identifikasi kebutuhan segera
Tanggal 26 agustus 2022 jam 16. 30 WIB
1. Observasi KU, TTV, kontraksi uterus.
2. Pasang infus RL 28 tetes / menit.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk Tindakan ababila terjadi gawat darurat.
3.5. Rencana interverensi dan rasional
Interverensi tanggal 26 agustus 2022, jam 17. 30 WIB
1. Kriteria hasil
Ibu dan dalam keadaan sehat, tidak ada komplikasi dalam persalinan, persalinan
lancar tidak ada penyulit.
2. Rencana intervensi
2) Berikan informasi kepada ibu mengenai hasil pemeriksaannya.
R/ Hak ibu untuk mengetahui kondisinya sehingga ibu menjadi lebih
kooperatif dan pemberian asuhan terhadapnya
3) Anjurkan ibu untuk makan dan minum di antara His
R/ anjuran untuk makan dan minum di lakukan untuk tetap bertenaga saat
persalinan nanti
4) Anjurkan ibu untuk posisi miring ke kiri
R/ memperlancar oksigen ke bayi
5) Anjurkan ibu untuk melakukan relaksasi pernafasan
R/ meredakan nyeri dan memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen
6) Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi dan memberikan dukungan
pada ibu
R/ menambah rasa percaya diri pada ibu dalam menghadapi persalinan
7) Mengobservasi Hasil, pemeriksaan setiap 30 menit sekali Yaitu DJJ,
Kontrkasi,nadi, setiap 4 jam sekali, yaitu pembukaan serviks,penurunan
kepala. Setiap 2 jam sekali yaitu suhu tubuh, tekanan darah.
R/ Lembar observasi dapat mendeteksi apakah proses persalinan berjalan
baik atau tidak karena tiap persalinan memiliki kemungkinan terjadinya
partus lama.

3.6. Implementasi
Tanggal 26 agustus 2022 jam 17. 30 WIB
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya saat ini yaitu
keadaan umum baik, tekanan darah normal 120/80 mmhg, nadi 88x/menit,
pernafasan 20xmenit suhu 36 C, pembukaan 3cm,janin tunggal hidup intrauterine,
presentasi kepala,DJJ 138x/menit, HIS 2x tiap 10 menit selama 20 detik
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela sela kontraksi seperti the
biscuit, makan dan minym akan berguna untuk menambah tenaga pada saat
persalinan nanti
3. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri, miring kekiri bertujuan agar vena cafa
inverior tidak tertekan sehingga oksigen ke bayi lancaar
4. Menganjurkan ibu untuk relaksasi dengan cara menarik nafas Panjang dari hidung
kemudian menghembuskan perlahan-lahan dari mulut Ketika ada his. Teknik ini
dapat memperbaiki relaksasi otot-otot Abdomen dan mengurangi rasa nyeri
5. menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi ibu dan memberikan dukungan
agar ibu merasa lebih percaya diri menghadapi persalinan
6. Menyiapkan alat alat untuk menolong persalinan Partus set, APD, Resusitasi SET,
Hecting set, matergin, lidocaine,oxitosin, pakaian ganti ibu pakaian bayi
7. Mengobservasi Hasil, pemeriksaan setiap 30 menit sekali Yaitu DJJ,
Kontrkasi,nadi, setiap 4 jam sekali, yaitu pembukaan serviks,penurunan kepala.
Setiap 2 jam sekali yaitu suhu tubuh, tekanan darah.
3.7. Evaluasi
a. Beritahu pada keluarga ibu tentang hasil pemeriksaan atau kondisinya saat ini
yaitu keadaan umum baik, tekanan darah normal 120/80 mmhg, nadi
88x/menit, pernafasan 20xmenit suhu 36 C, pembukaan 3cm,janin tunggal
hidup intrauterine, presentasi kepala,DJJ 138x/menit, HIS 2x tiap 10 menit
selama 20 detik.
b. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela sela kontraksi seperti the
biscuit, makan dan minym akan berguna untuk menambah tenaga pada saat
persalinan nanti
c. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri, miring kekiri bertujuan agar vena cafa
inverior tidak tertekan sehingga oksigen ke bayi lancaar
d. Menganjurkan ibu untuk relaksasi dengan cara menarik nafas Panjang dari
hidung kemudian menghembuskan perlahan-lahan dari mulut Ketika ada his.
Teknik ini dapat memperbaiki relaksasi otot-otot Abdomen dan mengurangi
rasa nyeri
e. menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi ibu dan memberikan
dukungan agar ibu merasa lebih percaya diri menghadapi persalinan
f. Menyiapkan alat alat untuk menolong persalinan Partus set, APD, Resusitasi
SET, Hecting set, matergin, lidocaine,oxitosin, pakaian ganti ibu pakaian bayi
g. Mengobservasi Hasil, pemeriksaan setiap 30 menit sekali Yaitu DJJ,
Kontrkasi,nadi, setiap 4 jam sekali, yaitu pembukaan serviks,penurunan
kepala. Setiap 2 jam sekali yaitu suhu tubuh, tekanan darah
Catatan perkembangan kala II
Tanggal 26 agustus 2022 jam 16.30 WIB
S : ibu ingin mengejan
O : keadaan umum cukup
Td : 110/70 mmhg
N : 88 x/menit
Rr : 20 x/menit
Suhu : 36,3 C
Djj : 141 x/menit
His 10 detik 4x40 menit
Palpasi TFU 3 jari dibawah px, 33 cm, punggung kanan. Bagian terendah kepala.
VT bagian terendah kepala 3 – 4 cm, H – III caput (+).
A : G3 P2002 AB 000 UK 37 – 38 minggu Aterem dengan inpartu kala II dengan
bekas SC
P:
1) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap keadaan janin baik.
2) Menjelaskan kepada ibu untuk tetap tenang dalam menghadapi proses persalinan.
3) Meminta keluarga membantu mengatur posisi ibu
4) Memberitahu ibu untuk meneran pada saat ada dorongan untuk meneran.
5) Mengajarkan ibu cara meneran yang benar.
6) Mendekatkan alat-alat dan memakai APD.
7) Memimpin persalinan dengan APN pada pukul 16. 25 WIB bayi lahir spontan
pukul 16. 36 WIB, bayi segera menangis, warna kemerahan, tonus otot baik, jenis
kelamin laki – laki .
8) Pada pukul 16.40 WIB mengeringkan bayi, manghangatkan, bayi menangis kuat.

Catatan Perkembangan Inpartu Kala III


Tanggal 26 agustus 2022 jam 17.00 WIB
S : ibu merasa lega dan senang bayinya sudah lahir, ibu merasa mulas – mulas.
O : Tidak ada janin kedua, TFU satu jari diatas pusat, teraba keras dan globuler,
tidak ditemukannya janin kedua. Genetalia tampak semburan darah mengalir dan tali
pusat menjulur di depan vulva. Kandung kemih kosong.
A : P3003 inpartu kala III dengan Riwayat secsio caesarea

P:
1) Segera mengeringkan bayi dan menyelimuti bayi dari kepala hingga badan bayi kecuali
tali pusat.
2) Melakukan pemotongan tali pusat 3 cm dari umbilicus bayi.
3) Bila bayi tidak bernafas sepontan lakukan penanganan asfiksia pada bayi.
4) Bedong bayi hingga menutupi kepala.
5) Berikan bayi pada ib untuk disusui bila ibu berkenen.
6) Periksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.
7) lapor dokter SpOG untuk pemberian injeksi seftri 2x1, asam mefenamat 3x 1,
cifroakson 2x1
8) 2 jam pasca persalinan pindah ruangan
Catatan Perkembangan Kala III
S : Ibu senang ari-ari (plasenta) sudah lahir, ibu merasakan kesakitan ketika dilakukan
penjahitan.
O:
Keadaan umum : Ibu tampak kesakitan
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda Vital
1. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
2. Nadi : 88x/menit
3. Respirasi : 22x/menit
4. Suhu : 36,7° C
1) Ekstermitas
Atas : Pada tangan sebelah kanan terpasang Ringer Laktat 275 ml dengan 20
tpm.
2) Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat. Kontraksi uterus Baik. Kandung kemih
kosong.
3) Genetalia : vulva/vagina tidak ada kelainan, terdapat Robekan pada
mukosa vagina, kulit perineum dan otot perineum, perdarahan normal ± 150
cc
A : P3003 Inpartu kala III dengan Laserasi Perineum Derajat II
P : pukul 16. 50 WIB
1. Memberitahu ibu ada robekan dan akan dilakukan penjahitan.
2. Pada pukul 16. 52 WIB Melakukan anastesi dengan lidocain dan melakukan
penjahitan. Ibu sudah dilakukan penjahitan
3. Melakukan pemantauan TTV dan perdarahan serta kandung kemih. TTV normal,
perdarahan normal dan kandung kemih kosong.
4. Menilai kondisi Bayi. Bayi dalam keadaan baik.
5. Membersihkan ibu dan memberikan makanan dan minuman sesuai keinginan ibu.
Ibu sudah minum.
6. Merapikan, mendekontaminasi dan membersihkan alat.
7. Pendokumentasian dan melengkapi partograf

Data Bayi Baru Lahir


Hari/tanggal pengkajian : Jumat, 26 Agustus 2022.
Waktu Pengakajian : 17.00 WIB.
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Kanjuruhan Kepanjen
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. BBL : 3400 gram
4. LK : 28 cm
5. PBL : 53 cm
6. LD :32 cm
7. LILA :12 cm
A. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Caput sucadoneum (+), Cepal Hematoma (-)
2. Mata : Sklera Putih, konjungtiva merah muda
3. Hidung : polip (-), Secret (-)
4. Mulut : labioskitis (-), syanotis (-)
5. Telinga : Secret (-)
6. Dada : Retraksi dinding dada (-), Ronchi (-), Whezzing (-)
7. Abdomen : tidak ada amfalokel
8. Genetalia : testis berlubang ditengan, skrotum simetris.
9. Anus : lubang anus (+)
10. Ekstremitas : Gerak aktif
B. Pemeriksaan Neurologi
1. Reflek moro : (+)
2. Reflek Rooting : (+)
3. Reflek Sucking : (+)
4. Reflek Babysky : (+)
C. Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Injeksi vitamin K pukul 16. 50 WIB
2. Obat tetes mata Pukul 16. 50 WIB
D. Analisa
Bayi Ny. I Usia 0-1 jam dengan BBL normal
E. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
2. Melakukan perawatan tali pusat
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui semau bayi
4. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar

Catatan Perkembangan Kala IV


S : ibu mengatakan ia merasa lega dan bahagia karena bayi dan plasentanya telah lahir
O:
Keadaan umum :Baik
Kesadaran :Composmentis
TD :120/80mmHg
N :87x/menit
RR :20x/menit
Suhu :36,7C
1) Ekstermitas
Atas : Pada tangan sebelah kanan terpasang Ringer Laktat 265 ml dengan 20 tpm.
2) Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat. Kontraksi uterus Baik. Kandung kemih
kosong.
3) Genetalia : vulva/vagina tidak ada kelainan, terdapat jahitan pada mukosa vagina,
kulit perineum dan otot perineum, perdarahan normal ± 150 cc
A : P3003 Inpartu kala IV dengan Keadaan Ibu dan Bayi Baik
P:
1) Melakukan masase fundus uteri dan meastikan kontraksi ibu bagus
2) Memastikan kandung kemih kosong, memberitahukan ibu agar tidak menahan buang
air kecilnya
3) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu, kontraksi uterus, kandung kemih ibu
serta perdarahan yang keluar
4) Memeriksa keadaan bayi, memastikan bayi dapat bernapas dengan baik
5) Membersihkan ibu dengan air DTT dan menggantikan baju ibu dengan baju yang
bersih serta membantu memakaikan pembalut
6) Mendekontaminasi semua alat pada larutan klorin rendam selama 10 menit, cuci
dengan sabun dan air mengalir setelahnya dan lakukan sterilisasi alat
7) Membuang semua bahan yang terkontaminasi ke dalam sampah medis
8) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta mengeringkan dengan tissue
9) Melengkapi partograf
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan ini dibuat berdasarkan tinjauan teoritis dan asuhan yangnyata di


lapangan dengan pendekatan proses manajemen kebidanan yang dibagi dalam tujuh
langkah atau tahapan, yaitu pengkajian data subjektif dan data objektif, analisa data
dasar, antisipasi masalah potensial, kebutuhan tindakansegera atau kolaborasi,
perencanaan asuhan menyeluruh, pelaksanaan asuhan kebidanan, danevaluasi hasil
asuhankebidanan, serta pendokumentasian asuhan kebidanan.
Langkah I ( Pengumpulan data dasar )

Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien. Pada


langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Sehingga dalam pendekatan ini harus
komprehensif meliputi data subyektif.
Data Obyektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi
pasien yang sebenarnya dan valid.
Pengkajian yang dilakukan pada ibu bersalin dengan bekas SC adalah
penderita dating dengan rujukan dari PMB. Hasil pengkajian yang diperoleh dari Ny.
I yaitu ibu masuk di ruang Bersalin RSUD Kanjuruhan Kepanjen. pada tanggal 26
Agustus 2022 jam WIB dengan keluhan Ibu mengeluh perutnya kenceng-kenceng
sejak pukul 10.00 dan Ibu juga mengatakan bahwa perutnya kenceng – kenceng
mulai dari jam 10.00 WIB. Pada hasil palpasi didapatkan kepala sudah masuk PAP.
Langkah II ( identifikasi diagnose atau masalah actual )

Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan untuk menentukan


masalah atau diagnose spesifik. Diagnosa ditegakkan sesuai dengan hasil interpretasi
data dasar dan atuan diagnosa sesuai diagnosa kebidanan yaitu Ny. I G3 P2002
Ab000, usia kehamilan 37 – 38 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi
kepala, inpartu kala I fase laten,keadaan ibu dan janin baik. Pada tahap asuhan ini,
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus di lahan praktek.
Langkah III (identifikasi diagnose atau masalah potensial )

Pada ibu melahirkan dengan bekas SC bayi berisiko mengalami komplikasi serius
yang dapat menyebapkan kerusakan otak jangka panjang atau bahkan kematian. Ibu
beresiko lebih tinggi untuk mengalami robekan pada Rahim. Hal ini bisa
menimbulkan perdarahan hebat dan membuat ibu beresiko untuk menjalani
pengangkatan Rahim. Jika persalinan normal tidak berjalam lancar, maka metode
persalinan yang akan disarankan adalah operasi, seperti perdarahan hebat dan infeksi

Langkah IV ( perlunya Tindakan segera atau kolaborasi )

Identifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Data yang dikumpulkan dapat menunjukkan suatu
situasi yang memerlukan tindakan segera, sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari dokter.
Kebutuhan tindakan segera pada kasusriwayat bekas SC. yaitu: Rawat di rumah
sakit, pemberian antibiotik dan oksitosin drip, pemantauan kesejahteraan janin, tirah
baring, pemberian nutrisi yang cukup, dan kolaborasi dengan spesialis obstetri dan
ginekologi.
Tindakan segera yang dilaksanakan untuk mencegah terjdinya masalah potensial
adalah: Observasi keadaan umum ibu dan denyut jantung janin, tirah baring,
penanganan konservatif, kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
Tindakan segera sudah dilaksanakan dan tatalaksana sesuai dengan kajian
teori Dapat disimpulkan, tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan.
Langkah V ( merencanakan asuhan yang menyeluruh )

Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil
kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah di identifikasi atau diantisipasi.
Sikap konservatif yang dilakukan pada ibu dengan Riwayat SC meliputi
pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperature tiap 4 jam, pengawasan denyut
jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya
setiap 6 jam, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah infeksi, tirah
baring dengan posisi trendelemberg Rencana tindakan pada kasus Ny. I mengacu
pada kebutuhan pasien dan sesuai dengan teori yaitu memantau TTV, DJJ dan
keadaan umum ibu.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu bahwa pada langkah perencanaan bidan
melakukan perencanaan sesuai dengan teori dan keadaan pasien yaitu rencana yang
dilakukan yaitu bersifat konservatif disertai pemberian antibiotik Pada kasus Ny. I,
rencana yang dilakukan adalah tirah baring, penanganan konservatif, pemantauan
kesejahteraan janin, tidak dilakukan pemeriksaan dalam kecuali dengan indikasi dan
dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik dan
kortikosteroid. Dalam perencanaan asuhan kebidanan ini, tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan praktek.
Langkah VI ( melaksanakan perencanaan dan penatalaksanaan )

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien, efektif dan aman. Pelaksanaannya dapat
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama–sama dengan klien, atau anggota tim
kesehatan lainnya. Bila diputuskan bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam
penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut.
Implementasi asuhan kebidanan pada kasus Ny. I G3 P2002 AB000 meliputi
pemantauan tanda- tanda vital, DJJ, kontraksi, tirah baring dan penanganan
konservatif. Selain itu, dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
antibiotik. Dalam perencanaan asuhan kebidanan ini, tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek.
Langkah VII ( Evaluasi )

Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya. Proses evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai proses
penatalaksanaan efektif atau tidak serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
tersebut. Evaluasi meliputi evaluasi hasil asuhan dan evaluasi proses asuhan
kebidanan.
Hasil perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan pada Ny.I dengan
Riwayat SC adalah dilakukan pertolongan persalinan secara normal dan bayi lahir
dengan keadaan baik, bayi lahir hidup langsung menangis, gerakan aktif, jenis
kelamin laki – laki , Keadaan umum ibu baik, kontraksi uterus baik, perdarahan
pervaginam ± 100 cc, tanda-tanda
vital normal. Dalam perencanaan asuhan kebidanan ini, tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, S., Susanti, A. I., Nurparidah, R., & Mandiri, A. (2017). Asuhan Ibu dalam Masa
Kehamilan (Evie Kemala Dewi & R. Astika (eds.)). Penerbit Erlangga.
Diana, S., Mail, E., & Rufaida, Z. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir (S. Dewi (ed.); 1st ed.). CV Oase Group.
Hilmiah. (2010). Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny “ R ” Kehamilan 26-28 Minggu
Dengan Plasenta Previa Totalis Di Rsia Siti Fatimah Makassar. Karya Tulis Ilmiah.
Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebuidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. In Pusdik SDM
Kesehatan (1st ed.).
https://www.researchgate.net/publication/269107473_What_is_governance/link/
548173090cf22525dcb61443/download%0Ahttp://www.econ.upf.edu/~reynal/Civil
wars_12December2010.pdf%0Ahttps://think-asia.org/handle/11540/8282%0Ahttps://
www.jstor.org/stable/41857625
Mardiawati, D. (2017). Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Mobilisasi Dini Pada Pasien
Post Sectio Caesarea Di Ruangan Kebidanan Rsud Dr. Rasidin Padang. Menara Ilmu,
XI(76), 210–214.
Maternity, D., Putri, R. D., & Aulia, D. L. N. (2017). Asuhan Kebidanan Komunitas (P.
Christian (ed.)). Penerbit ANDI.
Prasetya, R. G. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal pada Ny.M dengan Anemia
di Puskesmas Mamajang. UIN Alauddin Makasar, 6–18.
Wildan, M., & Hidayah, A. A. A. (2018). Dokumentasi Kebidanan (1st ed.). Penerbit
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai