Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


DI KLINIK Sp.Og RSD dr.SOEBANDI JEMBER

Disusun Oleh :
1. Afifah Nurirfiani (14.401.17.002)
2. May Dilla Firdayanti (14.401.17.059)
3. Qisy Ayu Andini (14.401.17.071)
4. Reny Anggrayani (14.401.17.072)
5. Yuli Sulistiyawati (14.401.17.099)

PRODI D III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
GLENMORE-BANYUWANGI
2019
A. Konsep teori Pre-eklamsia
1. Pengertian
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan 20 minggu
atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
(Sitomorang, dkk 2016).
Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90
mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam
(Nugroho, 2012).
Preeklamsia adalah penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin. Pre eklamsia
dapat timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal. Pre eklamsia dapat terjadi dengan
tanda-tanda hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu
pulih di periode postnatal (Robson, 2012).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu
hamil dengan usia kehamilan 20 minggu, dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, pre eklamsia
dapat timbul pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal.
2. Klasifikasi
Preeklamsia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Preeklamasia Ringan
Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema pada umur kehamilan 20 minggu pada
penyaki trofoblas. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi terlentang
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksan dengn jarak periksa 1 jam sebaiknya
6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat 1 kg atau lebih
perminggu. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urine
kateter atau midstream.
b. Preeklamsia Berat
Kehamilan yang ditandai dengan timbulnya pertensi 160/110 mmHg atau lebih disertau
proteinnuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Terdapat proteinuria 5 gr atau
lebih per liter. Oliguria, yaitu jumlah urina kurang dari 400 cc/24 jam. Adanya gangguan
serebarl, gangguan visus dan rasa nyeri epigastrium, terdapat edema paru dan sianosis. ( Amin
Huda dan Hardhi Kusuma, 2016)
3. Etiologi
Faktor risiko terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia :
a. Riwayat keluarga dengan pre-eklamsia atau eklamsia
b. Pre-eklamsia pada kehamilan sebelumnnya
c. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
d. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan tekanan darah
tinggi)
e. Kehamilan kembar
f. Obesitas. [ CITATION Ami16 \l 1057 ]
4. Patofisiologis
Pada preeklamsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan protaglandin
plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus merangsang
pelepasan bahan troblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan
tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tombokson dan aktivosi agregasi
trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koogulasi intravaskuler yang mengakibatkan perfusi
darah menurun dan konsumtif koagulapati.
Komsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan fcal hemostasis. Renin uterus yang dikeluarkan akan mengalir bersama
darah sampai organ hati dan bersama –sama angiotensin II. angiotensin II bersama trombokson
akan menyebabkan terjadinya vasosposme. Vasosposeme menyebabkan lumen anterior
menyempit. Lumen anteriol yang menyempit menyebabkan lumen lainnya dapat dilewati oleh satu
sel darah merah. Tekanan penifer akan meningkatkan agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga
menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, ongiotensin II akan
merangsang glandula saprarenal untuk mengeluarkan abdosteron. Glandula saprarenol bersama
dengan koagalasin miavaskuler akan menyebabkan gangguan perfusui darah dan gangguan multi
organ.
Gangguan multi organ terjadi pada organ-organ tubuh diantaranya otak, paru-paru, hati liver,
renal dan plasenta. Pada otak akan dapat terjadi peningkatan tekanan intranatal. Tekanan intranatal
yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebroli nyeri dan terjadinya kejang
sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan resiko cidera. Pada darah akan terjadi enditheliosis
menyebabkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemobitik. Pada
paru-paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonalis.
Perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadienya edema paru. Odema paru akan
menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas.
Pada mata, akan terjadi spasmus anteriola selanjutnya menyebabkan odema deskus optikus dan
retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa
keperawatan resiko adera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/ anoksia
sebagai penilai timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya
intra, serta memunculkan terjadinya diagnosa keperawatan resiko gawat janin. Hipertensi akan
merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf
simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstremitas.
5. Manifestasi klinik
Pada pre eklamsi berat gejalanya sudah dapat dijumpai seperti :
1) Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan peningkatan
tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang
dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain
2) Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau gangguan
lainnya
3) Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium) yang kadang disertai dengan mual
muntah
4) Gangguan pernafasan sampai cyanosis
5) Dengan pengeluaran protein urin keadaan semakin berat karena terjadi gangguan fungsiginjal.
[ CITATION Ami16 \l 1057 ]
6. Komplikasi
Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan kejang tibatiba yang
dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang sebelumnya
menunjukan gejala preeklampsia (Prawirohardjo, 2010).
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada akhir kehamilan berisiko
terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat,
terjadilah kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian
(Natiqotul, 2016).
7. Penatalaksanaan
1) Preeklamsi berat
Pada pasien preeklamsi berat segera harus diberi obat sedatif kuat untuk mencegah timbulnya
kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah
menghantikan kehamilan. Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan
larutan magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gr secara intravena loading dose
dlaam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12 gr dalam 500 cc
ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat
diberikan jika diuresis pasien baik, refelek patella positif dan frekuensi pernafasan leih dari
16x/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan diuresis. Selain magnesium sulfat pasien preklamsi dapat diberikan obat
klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuscular ataupun diazepam 20 mg secara
intramuscular.[ CITATION Ami16 \l 1057 ]
Pathway

Peningkatan sensitivitas Volume plasma yang beredar


terhadap tekanan peredaran menurun
darah

Hemokonsetrasi Hematokrit
maternal
Angiotensin II Ketidakseimbangan
meningkat
postrasiklin dan
tromboksan A2
Perfusi organ
maternal menurun
Vasospasma
Gangguan perfusi
jaringan

Spasme korteks Permeabilitas Vasokontriksi Vasospasme Sel – sel darah


pembuluh ginjal hancur
serebral kapiler
darah
meningkat
Sakit kepala Perpindahan Kapasitas O2
Hipertensi Hiperfungsi maternal
cairan dari intra
ginjal menurun
Nyeri akut vasculer ke intra
seluler Kerusakan
glomelurus
Edema umum Edema paru

Kelebihan Gangguan
Dispneu pengendalian
Proteinuri
volume cairan a
sejumlah besar
Gangguan darah yang
pertukaran gas berperfusi di ginjal
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas umum ibu

Ibu hamil dengan usia kehamilan 20 minggu, dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu

Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil, kemungkinan ibu


mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi
pada ibu dengan obesitas,mungkin pernah menderita penyakit gagal ginjal kronis.
[CITATION Mit13 \p 17 \l 1033 ]
2) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu merasa sakit kepala daerah frontal, terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastriun, gangguan
visus : penglihatan kabur, skotoma, dan diplipia, mual dan muntah, tidak ada nafsu
makan, edema pada ekstermitas[CITATION Mit13 \p 17 \l 1033 ]
3) Riwayat kesehtan keluarga

Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga [CITATION


Mit13 \p 18 \l 1033 ]
4) Riwayat perkawinan

Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
[CITATION Mit13 \p 18 \l 1033 ]
c. Pemeriksaan fisik

1)      Keadaan Umum : baik, cukup, lemah


2)      Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
3)      Pemeriksaan Fisik (Persistem):
a. Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari 14x/menit,
klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes mungkin ada, adanya
edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
b. Sistem cardiovaskuler
Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
Palpasi : Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi
tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan.
Nadi : biasanyanadi meningkat atau menurun.
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika ada
bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema periorbital yang
tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
Auskultasi : untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya fotal distress,
bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
c. System reproduksi
Payudara :
Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
Genetalia:
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah pembesaran
kelenjar bartholini / tidak.
Abdomen:
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa bagian uterus
biasanya terdapat kontraksi uterus.
d. Sistem integument perkemihan
a. Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan filtrasi
glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b. Oliguria
c. Proteinuria
e. Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
f. Sistem Pencernaan
Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas), anoreksia, mual dan
muntah.
g. Ekstermitas: edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari
h. Pemeriksaan janin: bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah. [CITATION
Mit13 \p 18 \l 1033 ]
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal) hemoglobin untuk wanita hamil
adalah 12-14 gr%.
b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
c) Trombosi menurun (nilai rujukan 150-450)
2) Urinalis

Ditemukan protein dalam urine


3) Pemeriksaan fungsi hati
a) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)
b) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
c) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
d) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N=<31 u/l)
e) Total protein serum menurun (N = 6,7-8,7 g/dl)
4) Tes kimia darah

Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl). [CITATION Mit13 \p 18 \l 1033 ]


b. Radiologi
1) Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intrauterus.


Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi

Diketahui denyut jantung bayi lemah.


c. Data sosial ekonomi

Preeklamsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan ekonomi rendah, karena mereka
kurang mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga kurang melakukan perawatan
antenatal yang teratur.
d. Data psikologis

Biasanya ibu preeklamsia ini berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa khawatir
akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat
atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan. [CITATION Mit13 \p 19 \l 1033 ]
3. Diagnosis Keperawatan

Setelah data terkumpul dan kemudian dianalisi, sehingga diagnosis yang mungkin di temukan
pada ibu preeklamsia berat adalah :
a. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik,
perubahan permeabilitas pembulu darah.
b. Penurunan curah jantung yang berhubungan hipovolemia/penurunan aliran balik vena.
c. Risiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta
d. Risiko tinggi intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan adanya masalah siklus, peningkatan
tekanan darah
e. Risiko cedera pada ibu yang berhubungan dengan edema/hipoksia jaringan, kejang tonik klonik
f. Nyeri epigastrik yang berhubungan dengan peregangan kapsula hepar

[CITATION Mit13 \l 1033 ]


4. Intervensi
a. Penurunna curah jantung yang berhungan dengan hipovolemi/ penurunan aliran balik vena.
1) Tujuan: penurunan curah jantung tidak sensitif terhadap isu keperawatan. Oleh karena itu,
perawat sebaiknya tidak bertindak secara mandiri untuk melakukannya upaya kaloboratif perlu
dan penting dilakukan.
2) Kriteria hasil :
a) Klien mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
b) Klien mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin
plasma dalam batas normal
c) Klien mempunyai warna kulit yang normal
d) Menujukan peningkatan toleransi terhadap aktifitas fisik (misalnya : tidak mengalami
dispnea, nyeri dada, atau sinkope)
e) Klien menggambarkan diet, obat, aktifitas, dan batasan yang di perlukan (misalnya : untuk
penyakit jantung)
f) Klien mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat di laporkan.
3) Intervensi NIC
a) Reduksi pendarahan : membatasi kehilangan volume darah selama episode perdarahan.
b) Perawatan jantung akut : membatasi komplikasi jantung akibat ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen miokard yang mengakibatkan kerusakan fungsi jantung
c) Promosi perfusi serebral : meningkatkan perfusi yang adekuat dan membatasi komplikasi
untuk pasien yang mengalami atau beresiko mengalami keadekuatan perfusi serebral
d) Perawatan sirkulasi : insufisiensi arteri : meningkatkan sirkulasi arteri
e) Perawatan sirkulasi : alat bantu mekanis:memberi dukungan temporer sirkulasi melalui
penggunaan alat atau pompa mekanis
f) Perawatan sirkulasi : insufisensi vena : meningkatkan sirkulasi vena
g) Perawatan embolus : perifer : membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami, atau
berisiko mengalami sumbatan sirkulasi perifer
h) Perawatan embolus : paru : membatasi komplikasi untuk pasien yang mengalami, atau resiko
mengalami sumbatan sirkulasi paru
i) regulasi hemodinamik : mengoptimalkan frekuensi jantung, preload, after load, dan
kontraktilitas
j) Pengedalian hemoragi : menurunkan atau meniadakan kehilangan darah yang cepat dalam
jumblah banyak
k) Terapi intravena (IV) : memberi dan memantau cairan dan obat intravena (IV)
l) Pemantuan neurologis : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau
mminimalkan komplikasi neurologis
m) Menejemen syok : jantung : meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan untuk pasien yang
mengalami gangguan fungsi pompa jantung
n) Menejemen syok : volume meningkatkan ke adekuatan perfungsi jaringan untuk pasien yang
mengalami gangguan volume intravaskular berat
o) Pemantuan tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular, dan suhu
tubuh untuk menentukan dan mencegah komplikasi[CITATION Jud15 \p 108 \l 1057 ]
b. Kelebihan volume, perubahan permeabilitas pembuluh darah, serta retensi sodium dan air.

Definisi : peningkatan retensi cairan isotonik


1) Tujuan
a. Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh keseimbangan cairan,
keseimbangan elektrolit dan asam-basa, dan indikator fungsi yang adekuat
b. Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada
gangguan):
1. Keseimbangan asupan dan haluaran dalam 24jam
2. Berat badan stabil
3. Berat badan urin dalam batas normal
c. Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang dibuktikan oleh indikator
berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
1. Suara napas tambahan
2. Asites, distensi vena leher, dan edema perifer
2) Kriteria evaluasi
a. Pasien akan menyatakan secara verbal pemahaman tentang pembatasan cairan dan diet
b. Pasien akan menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang diprogramkan
c. Pasien akan mempertahankan tanda vital dalam batas normal untuk pasien
d. Tidak mengalami napas pendek
e. Hematokrit dalam batas normal
3) Pengkajian
a. Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sakral, dan periorbital pada skala 1+ sampai 4+
b. Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskular yang diindikasikan dengan peningkatan tanda
gawat panas, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan drah, bunyi jantung tidak
normal, atau suara napas tidak normal
c. Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan integritas
kulit
d. Kaji efek pengobatan (misalnya, steroid, diuretik, dan litium) pada edema
e. Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstermitas
f. Manajemen cairan (NIC)
1. Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
2. Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
3. Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (misalnya, peningkatan
berat jenis urin, peningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan kadar
osmolalitas urin)
4) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema; pembatasan diet; dan
penggunaan dosis, dan efek samping obat yang diprogramkan
b. Manajemen cairan (NIC) : anjurkan pasien untuk puasa, sesuai dengan kebutuhan
5) Aktivitas kolaboratif
a. Lakukan dialisis, jika diindikasikan
b. Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan primer mengenai penggunaan stoking
antiemboli atau balutan ace
c. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein yang
adekuat dan pembatasan natrium
d. Manajemen cairan (NIC):
a. Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau
memburuk berika diuretik, jika perlu
[CITATION fuksk \p 317 \l 1057 ]
Daftar pustaka

Wilkison. (2015). buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.

Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, J. M. (2013). BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Pratami,Evi. (2016). Evidence-Based dalam Kehamilan, Persalinan, Nifas. Jakarta : EGC


Nurarif H, Dkk. (2016) Asuhan Keprawatan Praktis. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Prawirohardjo, S (2018) Pelayananan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT Bina Pustaka
B. PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 07 Januari 2020 Jam masuk : 09.00


Ruang / kelas : POLI KLINIK Sp.Og Kamar no :-
Pengkajian tgl/jam : 07 Januari 2020 Jam : 09.00
Dx Kebidanan : GIIIP2002 UK. 38-39
minggu / T/H + PEB
1. IDENTITAS
Nama pasien : NY.I Nama suami : TN.A
Umur : 39 tahun Umur : 42 tahun
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan :Wiraswasta
Status perkawinan : Sudah menikah
Alamat : Patrang - Jember

Alasan periksa/ MRS : Px disarankan bidan periksa ke RS karena tekanan darahnya tinggi
Keluhan utama : Pusing, susah tidur

2. RIWAYAT OBSTETRI
A. Riwayat Menstruasi:
Menarche : 14 tahun Siklus : Teratur
Banyaknya : 5 cc Lamanya : 7 hari
HPHT : 13 April 2019 Keluhan : Tidak ada keluhan saat menstruasi
B. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Anak ke Kehamilan Persalinan Nifas Anak
No Th Umur Penyulit Jenis Peno Penyu Lase Infek Perdara Jen BB PB
Kehamilan long Lit rasi si han is
1. 17 38 minggu Tidak ada Sponta Bidan Tidak Ada Tidak Ada P 2600 49
n ada ada gram cm
2. 9 39 minggu Tidak ada Sponta Bidan Tidak Ada Tidak Ada P 3000 50
n ada ada gram cm

3. HAMIL SEKARA
NG
C. Genogram

Keterangan
Laki-laki hidup

Perempuan hidup

Klien

Garis keturunan

Garis serumah

D. Riwayat Kehamilan sekarang:


Diagnosa : {GIII: P2: (A2P0I0A0H2)}
Imunisasi : TT 1 : Sudah TT 2 : Belum
ANC : Baru pertama kali ini kontrol ke poli kandungan
Keluhan selama hamil : Kepala pusing, susah tidur
Pengobatan selama hamil : Diberi obat dari bidan penurun tekanan darah
Pergerakan janin : Aktif , sejak usia 5 bulan
Rencana perawatan bayi : Sendiri

3. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA


- Melaksanakan KB : Ya
- Bila ya jenis kontrasepsi yang digunakan : Suntik KB 1 bulan
- Mulai kapan menggunakan kontrasepsi : Setelah ada anak ke 2
- Masalah yang terjadi : Tidak ada masalah saat menggunakan KB

4. RIWAYAT KESEHATAN
- Penyakit yang pernah dialami ibu : Hypertensi saat hamil
- Pengobatan yang didapat : Pengobatan dari bidan
- Riwayat penyakit keluarga : Keluarga px tidak memiliki riwayat penyakit seperti
hypertensi, DM, atau penyakit jantung dll
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
- Pesepsi ibu terhadap kehamilan ibu bersikap biasa saja, karena ini adalah anak yang ketiga
- Apakah kehamilan ini menimbulkan perubahan thd kehidupan sehari- hari? Tidak begitu
mengganggu, kadang pusing dan susah tidur
- Harapan yang ibu inginkan selama kehamilan anak sehat, dan lahir normal
- Ibu tinggal dengan siapa? Suami dan anak
- Siapa orang yang terpenting bagi ibu? keluarga
- Sikap anggota keluarga thd keadaan saat ini? Mendukung kelahiran
- Kesiapan mental ibu untuk menjadi ibu siap karena sudah 2 kali melahirkan

6. KEBUTUHAN DASAR
A. Pola Nutrisi
- Frekwensi makan 2x / hari
- Nafsu makan : Biasa saja
- Jenis makanan dirumah : Sayur, ikan, telur
- Makanan yang tidak disukai/ pantangan/ alergi : Tidak ada

B. Pola eliminasi
Eliminasi Uri
- Frekwensi : 6 x / hari - Warna : Kuning jernih
- Keluhan : Tidak ada keluhan saat BAK
Eliminasi alvi
- Frekwensi : 1 x / hari - Warna : Kecoklat
- Bau : Khas - Konsistensi : Lembek
- Keluhan : Tidak ada keluhan saat BAK
C. Pola Personal Hygiene
Mandi
- Frekwensi : 2 x/ hari - Sabun : Ya
Oral hygiene
- Frekwensi : 2x / hari - Waktu : Pagi dan sore
Cuci rambut
- Frekwensi : 1x /2 hari - Shampo : Ya
D. Pola Istirahat dan tidur
- Lama tidur 6 jam / hari
- Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada keluhan saat mau tidur
E. Pola aktifitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : Jualan
- Waktu bekerja : Pagi / siang / malam
- Olah raga : Tidak pernah olahraga
- Kegiatan waktu luang : Istirahat
- Keluhan dalam aktifitas : Tidak ada keluhan saat aktivitas
F. Pola kebiasaan yang mempengaruhu kesehatan
- Merokok : Px tidak merokok
- Minuman keras : Px tidak minuman keras
- Ketergantungan obat : Px tidak ketergantungan obat
7. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg Nadi : 86 x/ menit
Respirasi : 20x / menit Suhu : 36,2 ºC
Berat Badan : 58 kg Tinggi Badan : 146 cm
Mata
- Sklera : Bersih, putih
- Konjungtiva : Merah muda
- Kelainan sebutkan: Tidak ada kelainan pada mata
Mulut dan tenggerokan
- Mukosa bibir lembab, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid

Dada dan axila


- Mammae : Membesar kanan kiri
- Ariola mammae : Kehitam-hitaman
- Papila mammae : Menonjol keluar kanan kiri
- Colostrum : Belum keluar
- Kelainan sebutkan: Tidak ada kelaianan pada mammae
Pernafasan
- Jalan nafas : Paten, tidak ada sumbatan
- Suara nafas : Vesikuler
- Kelainan sebutkan: Tidak ada kelainan pada pernafasan
Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut apical : S1 S2 tunggal
- Irama : Reguler
- Kalainan sebutkan : Tidak ada kelainan pada sirkulasi jantung
Abdomen
- Membesar : Tampak membesar
- Linea / Striae : Ada strectmark dan ada linea
- Luka bekas operasi : Tidak ada bekas operasi
- Palpasi Leopold I – IV : - Leopold 1 : 2 jari dibawah prosesusxipodeus , HIS (-)
- Leopold 2 : letak punggung sebelah kiri
- Leopold 3 : kepala ada dibagian bawah
- Leopold 4 : kepala belum masuk PAP
- Denyut Jantung Janin : 142 x/menit
- Kontraksi : Tidak ada
Panggul
- Distantia Cristarum 28 cm
- Distantia Spinarum 25 cm
- Conjugata Externa 18 cm
- Lingkar panggul 88 cm
Ekstrimitas ( integumen/ muskuloskeletal)
- Turgor kulit : kembali < 3 detik
- Kontraktur pada persendian ekstrimitas : tidak ada
- Kesulitan dalam pergerakan : tidak ada
- Reflex ekstrimitas : baik
- Keadaan vulva : bersih
- Kelainan : odems pada ekstremitas bawah kanan kiri

8. DATA PENUNJANG
A. Laboratorium : Tgl 06 januari 2020 hasil laborat diperoleh dari buku KIA
( protein urine +1)
B. Radiologi/U S G : Hasil USG tidak ada
C. Data Tambahan : tidak ada data tambahan

9. TERAPI PENGOBATAN
Advice diperoleh dari dr.Endang Ma’ruf Sp.Og
1) Furosemid 1x1mg
2) Nifedipin 3x10mg
3) Dopamet 3x250mg
4) Kontrol ulang Tgl 13 januari 2020
……………., ……………………….
Mahasiswa

(………………………………)
ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : px “ sering pusing, tidak Faktor predisposisi, Resiko perfusi serebral
bisa tidur” primigravida hidraamnion, tidak efektif
DO : gemelii, mola hidatidosa,
 TD : 160/100mmhg gestase, usia ≥ 35 tahun,
 N : 86x/menit obesitas

 RR : 20x/menit
 S : 36,2 ⁰c Preeklamsi

 Kesadaran composmentis
vasospasme
 CRT ≤ 3 detik
 Kulit lembab
hipertensi

gangguan perfusi

DS : px “ sering pusing, tidak


2 Faktor predisposisi, Gangguan pola tidur
bisa tidur”
primigravida hidraamnion,
DO :
gemelii, mola hidatidosa,
 k/u tampak lesu
gestase, usia ≥ 35 tahun,
 terdapat kantung mata
obesitas
 frekwnsi tidur kurang
lebih 6-7 jam, tidak
Preeklamsi
nyenyak.

vasospasme

hipertensi

gangguan perfusi

nyeri kepala

gangguan pola tidur


3. DS : - Preeklamsi Resiko
DO : ketidakseimbangan
 Odema ektremitas ka/kr Vasospasme vaskuler elektrolit
derajat 1
 Protein urine +1 Perpindahan cairan dari ruang
 TD: 160/100mmhg intravskuler ke intrasel

 k/u cukup
Penimbunan cairan pada ruang
intersisial

Retensi air dan cairan

edema
DAFTAR PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

Prioritas
Tanggal Muncul DIAGNOSA KEPERAWATAN Tanggal Teratasi
Ke-
1 07 januari 2020 Resiko perfusi serebral b/d hipertensi
ditandai dengan :
DS : px “ sering pusing, tidak bisa tidur”
DO :
 TD : 160/100mmhg
 N : 86x/menit
 RR : 20x/menit
 S : 36,2 ⁰c
 Kesadaran composmentis
 CRT ≤ 3 detik
2  Kulit lembab

Gangguan pola tidur b/d kehamilan


07 januari 2020
diandai dengan :
DS : px “ sering pusing, tidak bisa tidur”
DO :
 k/u tampak lesu
 terdapat kantung mata
 frekwnsi tidur kurang lebih 6-7
jam, tidak nyenyak.

Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d


07 januari 2020
kelebihan volume cairan ditandai dengan :
DS : -
DO :
 Odema ektremitas ka/kr derajat 1
 Protein urine +1
 TD: 160/100mmhg
k/u cukup
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan/ Intervensi/
NO Diagnosa
Nursing Outcome Nursing Intervension Rasional Tindakan
Dx Keperawatan
Criteria (NOC) Criteria (NIC)
1 Resiko perfusi Setelah dilakukakan 1. monitor tanda-tanda1. mengetahui
serebral b/d perawatan selama vital keadaan umum
hipertensi 1x24jam diharapkan 2. monitor status pasien
1. ttv dalam batas neurologi dan2. mengetahui status
normal kesadran kesadaran asien
2. nyeri kepala 3. kaji CRT, warna dan3. untuk mengetahui
berkurang kelembpan kulit tinkat kesadran dan
3. pasien tampak 4. berikan posisi semi peningktana TIK
rileks fowler 4. memberikan posisi
4. kesadaran baik 5. kolaborasi dengan pasien senyaman
ahli gizi dengan diet mungkin
rendah garam dan5. agar mengurangi
lemak faktor resiko
6. kolaborasi dla brtambah
pemberian obat6. memebantu dalam
diuretik osmosis jika mengeluarkan caian
perlu yang terahan di
tubuh

2. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. mengidentifikasi 1. mengetahui pola


tidur b/d kehamilan perawatan selama 1x24 aktivitas pola dan tidur
jam diharapkan tidur 2. membantu suasana
1. k/u cukup 2. modifikasi agar cepat tertidur
2. kantung mata tidak lingkungan 3. agar tidur malam
ada 3. batasi waktu tidur tidak tetap terjaga
3. frekwensi tidur 7-8 siang 4. membantu
jam dengan 4. lakukan prosedur merilekskan badan
nyenyak meningkatkan dan membantu
kenyamanan (pijat, cepat tertidur
pengaturan posisi) 5. agar mengurangi
5. anjurkan menghidari efek tetap terjaga
makanan dan akibat makanan
minuman yang atau minuman yang
mengganggu tidur berefek membuat
tidak kantuk.
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan/ Intervensi/
NO Diagnosa
Nursing Outcome Nursing Intervension Rasional Tindakan
Dx Keperawatan
Criteria (NOC) Criteria (NIC)
3. Resiko Stelah dilakukan 1. montor status hidrasi ( 1. menegetahui
ketidakseimbangan perawatan selama 1x24 nadi, akral, keadaan umum
elektrolit b/d jam diharapkan : kelembapan mukosa, pasien
kelebihan volume 1. odema ektremitas turgor,tekanan darah) 2. mengetahui
cairan berkurang 2. monitor berat badan perkembangan
2. tanda-tanda vital harian berat badan
normal 3. kolaborasi pemberian 3. mengurangi cairan
3. k/u cukup obat diuretik berlebih pada
4. protein urin negatif 4. monitor darah serum tubuh
(elektrolit) 4. mengetahui status
5. ajarkan pasien dan perkembangan
keluarga untuk sebelum dan
mengelola obat(dosis, sesudah tindakan
penyimpanan, rute keperawatan
pemberian) 5. hasil kolaborasi
degan farmasi
dalam
penyembuhan
secara berkala dan
sesui resep
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/ Jam Dx Implementasi


Tanggal
Selasa, 7 09.00 I 1. Mengobservasi Tanda-anda vital
Januari R/ TD : 160/100mmHg S : 36,2
2020 N : 36x/menit RR : 20x/menit
09.15 2. Mengkaji CRT, warna dan kelembapan kulit
R/ CRT < 2 detik, kulit lembab
10.00 3. Menganjurkan untuk diet rendah garam dan lemak
R/ klien kooperatif dan mau mendengarkan

Selasa, 7 09.00 II 1. Mengidentifikasi pola tidur dan aktivitas


Januari R/ klien mengeluh tidur tidak nyenyak selama +/-
2020 6-7 jam
10.15 2. Mengedukasi pasien untuk membatasi waktu tidur siang
R/ klien kooperatif dan mengerti
10.20 3. Menganjurkan menghindari makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
R/ klien setuju dan kooperatif

Selasa, 7 10.20 III 1. Memonitor status hidrasi (Nadi, akral, mukosa, turgor,
Januari TD)
2020 R/ N : 86x/menit, akral hangat, mukosa lembab,
turgor normal <2detik, TD : 160/100 mmHg
10.25 2. Monitor berat badan harian
R/ BB : 58kg (7/1/20)
10.30 3. Monitor elektrolit
R/ protein urin +1
10.30
4. Kolaborasi dalam pemberian obat diuretik
R/ obat diresepkan dan di ambil di apotik rawat
jalan

EVALUASI
Tanggal Jam Dx Evaluasi
7 Januari 11.00 I S : Px sering pusing tidak bisa tidur
2020 O: - TD : 160/100mmHg S : 36c
N : 86x/menit RR : 20x/menit
- Kesadaran komposmentis
- CRT <2 detik
- Kulit lembab
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjut intervensi 1,2,3,5

7 Januari 11.00 II S: Px sering pusing, tidak bisa tidur


2020 O : - k/u tampak lesu
- Kantung mata +
- Frekuensi tidur 6-7, jam tidak nyenyak
- Klien paham dan kooperatif saat di edukasi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjut intervensi 1,3,4,5

7 Januari 11.00 III S :-


2020 O : - odem ekstremitas derajat 1
- Protein urine +1
- TD : 160/100 mmHg
- k/u cukup
A : masalah belum teratasi
P : lanjut intervensi 1-5

Anda mungkin juga menyukai