Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. V.A DENGAN KEHAMILAN POST OP SC PREEKLAMSIA


DI RUANG ANGGREK RSUD MGR. GABRIEL MANEK, SVD ATAMBUA

OLEH :

JAIMITO SOARES BARRETO

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2023
BAB II

A. Pengertian Preeklamsia

Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan

usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah ≥

140/90 MmHg disertai dengan edema dan proteinuria (Faiqoh, 2014). Preeklamsia adalah

penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena

kehamilan, penyebabnya belum diketahui (Kris Linggardini, dkk. 2016).

Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan

tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine serta edema. Diagnosis

preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan

kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20

minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan

proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria)

(POGI, 2016). Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia,

beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multsistem lain

yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut

tidak mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria

diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal

(POGI, 2016).

B. Etiologi

Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui

secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan
pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi

selama masih di dalam kandungan. Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi

pada Primigravida, Kehamilan Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda.

Berdasarkan teori teori tersebut preeklampsia sering juga disebut“ Deseases Of Theory” .

Beberapa landasan teori yang dapat dikemukakan diantaranya adalah (Nuraini, 2011) :

1) Teori Genetik

Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang dapat diturunkan

atau bersifat heriditer, faktor genetik menunjukkan kecenderungan meningkatnya

frekuensi preeklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia, serta

peran Renin-Angiotensin- Aldosteron-System (RAAS) dimana enzim renin

merupakan enzim yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk meningkatkan

tekanan darah bekerja sama dengan hormon aldosteron dan angiotensin lalu

membentuk sistem.

2) Teori Immunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul pada

kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama

pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.

3) Teori Prostasiklin & Tromboksan

Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi

penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, aktifitas

penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.

Trombin akan mengkonsumsi antitrombin mentebabkan pelepasan tromboksan dan

serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.


Menurut Marianti (2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta Riwayat

Preeklampsia, beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan resiko preeklamsia

antara lain adalah :

1. Malnutrisi Berat.

2. Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan Penyakit

Ginjal.

3. Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.

4. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

5. Obesitas.

6. Riwayat keluarga dengan preeklampsia.

C. Patofisiologi

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi air

dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada

beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel

darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan

darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan perifer agar oksigen

jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan

oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui

sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh

spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.

Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat

menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya

vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi
kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai perdarahan mikro tempat endotel. Pada

preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber

terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya

mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan

yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan

lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati

termasuk sel- sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan

antara lain ; adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel

terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan serotonin sebagai akibat

rusaknya trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan

prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen dan

perioksidase lemak (Nuraini, 2011).


D.
E. Pathway
Preeklmasia berat

Perburukan patolisis organ dan sistem Spasme hebat

Retensi garam dan air Biopsi ginjal

Peningkata Iumen arteriola menyempit


n reabsopsi
Na
Kelebihan volume cairan Spasme pembuluh darah

Edema Hipertensi

Cemas
Peningktan vaskuler otak Ketidak seimbangan o2

Nyeri Intoleransi
aktivitas

Tekanan inkranial
Peningkatan tekanan
vaskuler retina

Resiko injuri

F. Manifestasi Klinis

Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat,

peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih atau sering ditemukan

nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain

hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah :

a) Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik

pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.

b) Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.

c) Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.

d) Edema Paru.

e) Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.

f) Oligohidramnion

Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara

kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein urin

masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia

(preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi mengkategorikan lagi

preeklampsia ringan, dikarenakan setiap preeklampsia merupakan kondisi yang

berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara

signifikan dalam waktu singkat (POGI, 2016).


G. Klasifikasi

Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam

kehamilan dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

 Preeklampsia Ringan

Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau lebih

dengan posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun

telentang. Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka

serta diikuti kenaikan berat badan > 1 Kg/per minggu.

 Preeklampsia Berat

Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih.

Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah urine kuran dari 500

cc per 2 jam) serta adanya edema pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan

serebral, gangguan visus dan rasa nyeri pada epigastrium.

H. Komplikasi

Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin,

namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah

sebagai berikut (Marianti, 2017) :

1. Bagi Ibu

a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count),

adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver, dan

rendahnya jumlah trombosit.

b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai dengan

kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan fungsi

jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat

preeklamsia.

d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ

seperti, paru, ginjal, dan hati.

e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa perdarahan

karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan darah, atau

sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut

terlalu aktif.

f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran dapat

mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan

membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.

g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah otak

akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang

mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena

adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan

pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang

menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.

2. Bagi Janin

a. Prematuritas.

b. Kematian Janin.

c. Terhambatnya pertumbuhan janin.

d. Asfiksia Neonatorum.
I. Pemeriksan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah

sebagai berikut (Abiee, 2012) :

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk

wanita hamil adalah 12-14 gr %)

 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).

 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).

b. Urinalisis

 Ditemukan protein dalam urine.

c. Pemeriksaan Fungsi hati

 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).

 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.

 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

 Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-45 u/ml).

 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31 u/l).

 Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)

d. Tes kimia darah

 Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)


2. Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus

lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.

3. Penatalaksanaan

Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai

berikut :

1. Tirah Baring miring ke satu posisi.

2. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.

3. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.

4. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian cairan

infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.

5. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.

6. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).

Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan

induksi partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu.

4. Pencegahan Preeeklamsia

Tujuan utama penanganan yaitu untuk mencegah terjadinya preeklamsia dan

eklamsia, hendaknya janin lahir hidup serta trauma pada janin seminimal mungkin.

(Sofian, 2016)
A. Pengkajian Asuhan Keperawatan Preeklamsia

1. Identitas

Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama,

Bangsa,Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,

Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.

2. Pengkajian Primer

a. Airway

Kaji :

- Bersihan jalan nafas

- Adanya/ tidaknya jalan nafas

- Distres pernafasan

- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring

b. Breathing

Kaji :

- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada

- Suara nafas melalui hidung atau mulut

- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

c. Circulation

Kaji :

- Denyut nadi karotis

- Tekanan darah

- Warna kulit, kelembapan kulit

- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal


d. Disability

Kaji :

- Tingkat kesadaran

- Gerakan ekstremitas

- GCS ( Glasgow Coma Scale )

- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya

e. Exposure

Kaji :

- Tanda-tanda trauma yang ada (Muslicha : 45-46 )

3. Pemeriksaan Sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik

dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik.

4. Anamnesis

1. Aktivitas/istirahat

Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton Tanda frekuensi

jantung meningkat, perubahan irama jantung, Takipnea

2. Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit

serebrovaskuler Tanda: Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan

warna kulit, suhu dingin

3. Integritas Ego

Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, Factor stress

multipel Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,


tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan

pola bicara

4. Eliminasi

Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

5. Makanan/Cairan

Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,

lemak dan kolesterol Tanda: BB normal atau obesitas, adanya edema

6. Neurosensori Gejala: keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,

berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis Tanda: perubahan orientasi,

penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic

7. Nyeri atau ketidak nyamanan

Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,

nyeri abdomen

8. Pernapasan

Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea

nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok Tanda:

distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,

sianosis

9. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi, cara jalan Tanda: episode parestesia unilateral

transien, hipotensi postura


10. Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala: factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM,

penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

C. INTERVENSI KEPRAWATAN

N Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


o
1 SDKI SLKI SIKI

Nyeri Akut (D Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


(L.08066)
0077) Definisi : (I.08238) Observasi
 Keluhan nyeri (5)
pengalaman sensorik  Identifikasi lokasi,
 Meringis (5)
atau emosional yang karakteristik, durasi,
 Sikap protektif (5)
berkaitan dengan frekoinsi, kualitas,
 Gelisah (5)
kerusakan jaringan intensitas nyeri
 Kesulitan tidur (5)
aktual atau  Identifikasi skala nyeri
 Menarik diri (5)
fungsional,  Identifikasi skala nyeri
 Berfokus pada
dengan onset  Identifikasi respons
diri sendiri (5)
mendadak atau nyeri non verbal
 Diaforesis (5)
lambat dan  Identivikasi faktor
 Perasaan
berintensitas ringan yang memperberat
depresi
hingga berat yang dan memperingan
(tertekan) (5)
berlangsung nyeri
 Perasaan takut
kurang dari 3 bulan  Identifikasi pengetahuan
mengalami cedera dan
Penyebab :

 Agen
pencedera

fisiologis

(mis,

inflamasi, berulang (5) keyakinan tentang nyeri

iskemia,  Anoreksia (5)  Identifikasi pengaruh

neoplasma)  Perineum terasa budaya terhadap

 Agen pencedera tertekan (5) respon nyeri

kimiawi (mis,  Uterus teraba  Identifikasi pengaruh

terbakar, membulat (5) nyeri pada kualitas

 bahan kimia iritan)  Ketegangan otot (5) hidup

 Agen pencedera  Pupul dilatasi (5)  Monitor keberhasilan

fisik (mis, abses,  Muntah (5) terapi komplementer

amputasi, yang sudah diberikan


 Mual (5)
terbakara,  Monitor efek
 Frekoinsi nadi (5)
terpotong, samping
 Pola napas (5)
mengangkat berat, penggunaan
 Tekanan darah (5)
prosedur operasi, analgetik
 Proses berpikir (5)
trauma latih fisik Tarapeutik
 Fokus (5)
berlebihan)  Berikan teknik
 Fungsi berkemih (5)
Gejala dan tanda nonfarmakoligis untuk
 Perilaku (5)
mayor subjektif mengurangi rasa nyeri
 Nafsu makan (5)
 Mengeluh nyeri (mis, TENS, hipnosis,
 Pola tidur (5)
Objektif akupresur, terapi musik,

 Tampak meringis biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik
 Bersikap protektif
imajinasi, terbimbing
(mis, waspada
posisi kompres hangat/dingin,

menghindari terapi bermain)

nyeri)  Kontrol lingkunagan yang

 Gelisah memperberat rasa nyeri

 Frekoinsi (mis,

nadi

meningkat
 Sulit tidur suhu ruangan,

Gejala dan tanda pencahayaan, kebisingan)

minor subjektif  Fasilitasi dan istirahat

-  Pertimbangkan jenis dan

Objektif sumber nyeri pada

 Tekanan pemilihan strategi

darah meredakan nyeri

meningkat Edukasi

 Pola napas berubah  Jelaskan penyebab,

 Nafsu makan berubah periode, dan pemicu

 Proses nyeri

berpikir  Jelaskan strategi

terganggu meredakan nyeri

 Menarik diri  Anjurkan memonitor

 Berfokus pada nyeri secara mandiri

diri sendiri  Anjurkan

 Diaforesis menggunakan

Kondisi klinis terkait analgetik secara tepat

 Kondisi pembedahan  Ajarkan teknik


 Cedera traumatis nonfarmakologis

 Infeksi untuk mengurangi

 Sindrom koroner akut rasa nyeri

 Glaukoma Kolaborasi

 Kolaborasi

pemberian

analgetik, jika perlu


D. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan dengan mengacu kepada rencana tindakan atau interfensi yang

telah ditetapkan atau dibuat.

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, tidak teratasi,

atau teratasi sebagaian dengan mengacu kepada kriteria evaluasi.


FORMAT PENGKAJIAN PADA IBU NIFAS

A. PENGKAJIAN
Tanggal MRS : Kamis 20 Desember 2023
Tanggal pengkajian : 09 Desember 2022 Jam : 10:10
Ruang/kelas : Anggrek/ 8B 2 Diagnosa : G4P3A0

Jam partus : 21:20


No RM : 01xxxx
1. Identitas
Biodata Ibu Biodata Suami
Nama : Ny.V.A Nama : Tn.A.N
Umur : 34 Tahun Umur : 37 Tahun
Jenis : Perempuan Jenis kelamin : Laki-Laki
kelamin
Agama : Katolik Agama : Katolik
Suku/ : Malaka/Timor Suku/bangsa :
bangsa Malaka/Timor
Status perkawinan : Menikah Status : Menikah
perkawinan
Pendidikan : SMP Pendidikan : S1
Alamat : Lurobo Alamat : Lurobo
2. Keluhan Utama : pasien mengatakan nyeri pada bagian operasi dengan skala nyeri 5
Riwayat Penyakit saat ini : pada saat melakukan pengkajian pada hari jumat tanggal
20 Desember 2023 pasien adalah post sc, pasien mengatakan masih nyeri, rasa sakit
lebih parah disaat bergerak, pasien mengatakan rasa sakit seperti teriris-iris, rasa sakit
dibagian area operasi dibagian bawah perut, pasien mengatakan skala nyeri 5, pasien
mengatakan rasa sakit masih menetap. Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
kedua kakinya bengkak.Pasien juga terlihat seperti menahan rasa sakit,.TD: 150/100,N
: 98x/menit, RR 20x/mnt, S: 36,5oC Spo2 98%.
3. Riwayat kesehatan terdahulu : pasien mengatakan tidak ada riwayat kesehatan
terdahulu
4. Riwayat menstruasi
Menarche usia : 15 tahun , Siklus 28 hari, Jumlah : , Bau/tidak bau, lama: 7 hari
HPHT : 06-04-2023
Perkiraan Persalinan : 13-01-2024
5. Riwayat obstetric yang lalu :
Ham Perkawin Riwya Abort Pre P. ♂ ♀ Hidu meningg riwayat
il us p
an t mat biasa al perium
Keha ur /P sebanya yll
mil an sponta k
Lalu n
1 2011 V V
V
2 2013 V V V
3 2021 v V

6. Riwayat Penyakit Keluarga : pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga
7. Riwayat Kontrasepsi : pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
8. Riwayat Kehamilan Sekarang : pasien mengatakan ini kehamilan anak ke 4
9. Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal persalinan :20 /12/2023 Jam: 20:20 WIB
Jenis persalinan :Sc
Letak : melintang
Cukup bulan/tidak : cukup
bulan Jenis Kelamin : Perempuan
Apgar score : 8/10
Berat Badan : 3750 gr
Panjang Badan : 49 cm
Hasil pemeriksaan urinalisasi :
Warna Kunin Kuning
g
Kejernihan Jernih Jernih
Ph 6,0 4.5;8.0
Berat jenis 1.020 1.000-1.030
Protein (+) Positif
,
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari- hari
Kebutuhan Dirumah Dirumah sakit
Nutrisi Ibu mengatakan selama hamil Ibu mengatakan saat ini ibu
ibu makan 3x/hari dengan makan 3x/hari dengan menu
menu nasi, sayur, telur, ikan bubur, sayur dan telur.
kadang daging. Minum air putih
Minum air putih 3-5 gelas
Terkadang minum susu
Eliminasi Ibu mengatakan selama hamil Ibu mengatakan saat ini
ibu BAB 3x/hari, konsistensi frekuensi BAB ibu 1x sehari
lunak, bau khas, warna kuning dan BAK 1x sehari
kecoklatan
BAK 4x/hari, warna
kuning
Jernih
Aktifitas/ ibu mengatakan selama hamil, Ibu mengatakan saat ini
istirahat
aktifitas ibu melakukan aktivitas ibu hanya tidur atau
pekerjaan IRT sepert mencuci, baring diatas tempat tidur, ke
memasak, tetapi ibu toilet, menyusui bayi. Ibu
membatasi aktivitas agar tidak mengatakan tidur malam 4-5
sampai kelelahan. Ibu jam/hari dan terbangun saat
berolahraga setiap pagi yaitu bayi menangis.
jalan pagi. Ibu mengatakan
istirahat: tidur siang tidak
pernah karena ibu tetap aktif
bekerja. Tidur malam 7-8
jam/hari tetapi sering terbangun
Personal Ibu mengatakan selama ibu mengatakan saat ini
hamil ibu
Hygiene
ibu mandi dan sikat gigi mandi 1x sehari dan
2x/hari, mengganti
cuci rambut 2-3x/ minggu, pakaian setelah mandi.
ganti
baju setiap kali mandi.
Kebiasaan - -
yang
mempengaruhi
Kesehatan
Fase Ibu mengatakan sangat senang Ibu mengatakan sangat
Penerimaan senang
dengan kelahiran bayinya
dengan kehadiran anak
yang berjenis kelamin
perempuan dan kembar.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : Baik
Tanda-tanda vital : TD 150/100 mmHg, nadi 98x/mnt RR 20x/mnt, Suhu 36,5oC Spo2
98%
2) Kepala : kulit kepala tampak bersih, warna rambut hitam beruban, rambut panjang,
distribusi rambut merata, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekanan
3) Mata : konjung tiva tampak pucat, scela putih tidak ikterik, tidak ada tanda-tanda
infeksi, lapan tanda baik, pergerakan bola mata baik dapat digerakan keatas, bawah,
samping kanan dan kiri.
4) Wajah : bentuk wajah bulat dan tidak pucat
5) Hidung : tampak simestrik, tidak ada polip, ibu bernapas spontan, tidak ada sumbatan
dijalan nafas
6) Mulut dan bibir : mulut dan ibu tampak bersih
7) Gigi dan gusi : tidak terdapat karang gigi, tidak ada pembengkakan, dan tidak ada
pendarahan gigi
8) Dada dan axilla : bentuk dada simetris kanan dan kiri, pergerakan dada simetris,
payudara membesar simetris kanan dan kiri, payudara mengencang, puting susu
menonjol, ASI sudah keluar
9) Paru-paru : pengembang paru simetris saat inspirasi dan ekspirasi, pola napas teratur
20x/menit
10) Jantung : suara jantung S1 S2 S3 (Vesikuler), Nadi 98x/menit , TD :150/100 mmHg
11) Perut : tidak terdapat strech marks, TFU 3 jari diatas pusat luka operasi tampak
mengering, luka tertutup, kering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
12) Vulva & Perineum : ibu mengatakan ada becak cairan yang keluar berwarna merah
seperti darah haid, tidak berbau busuk
13) Anus : Ibu mengatakan tidak sakit pada bagian anus dan tidak merasa nyeri disaat
BAB
14) Genitalia : ibu mengatakan tidak ada gangguan BAK, tidak merasa gatal pada alat
kelamin
15) Ekstremitas :
 Atas : bentuk kedua tangan ibu sama panjang kuku tangan bersih
 Bawah : bentuk kedua kaki ibu sama panjang, pergerak kaki bebas,
1.11 Pengetahuan dan Sikap Terhadap
1) Perawatan bayi : ibu mengatakan siap untuk melakukan perawatan pada bayi
2) Laktasi : ibu mengatakan keinginan untuk meningkatkan teknik menyusui bayi dan
memberikan bayinya ASI eksklusif selama 6 bulan.
3) Kontrasepsi : ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
4) Senam nifas : ibu mengatakan hanya olahraga jalan dipagi hari.
Analisa Data

N Data Subjektif Data Objektif Etiologi Problem


o
1 Pasien mengeluh masih Pasien terlihat seperti menahan rasa Agen Nyeri
nyeri, sakit,TD:150/100,N:98x/menit,RR: Pencedera Akut
20 x/menit,S:36,5 oC SP02:98%. fisik
P= rasa sakit lebih parah disaat
bergerak,

Q= pasien mengatakan rasa sakit


seperti teriris-iris,

R= rasa sakit dibagian area operasi


dibagian bawah perut,

S= pasien mengatakan skala


nyeri 5,

T= pasien mengatakan rasa sakit


masih menetap.
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisik yang ditandai dengan pasien nyeri, rasa sakit lebih parah
disaat bergerak, pasien mengatakan rasa sakit seperti teriris-iris, rasa sakit dibagian area operasi dibagian bawah
perut, pasien mengatakan skala nyeri 5, pasien mengatakan rasa sakit masih menetap. Pasien terlihat seperti
menahan rasa sakit. TD:150/100,N:98x/menit,RR:20 x/menit,S:36,5 oC SP02:98%.

Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tuju Intervensi Keperawatan


o an
Goal Objective Kriteria Hasil/Evaluasi

1 Nyeri akut berhubungan Nyeri Agen cedera Selama 3x24 jam pasien Standar Intervensi
dengan agens akut fisik, akan akan menunjukan Keperawatan
pencedera fisik yang pasien teratasi Standar Luaran Indonesia
ditandai dengan pasien akan selama Keperawatan Indonesia
nyeri, rasa sakit lebih teratasi dalam nyeri akut, luaran Lebel 1=
selama perawatan Manajemen Nyeri
parah disaat bergerak, utama, tingkat nyeri
pasien mengatakan dalam dengan kriteria hasil : Observasi
rasa sakit seperti teriris- perawatan
iris, rasa sakit dibagian 1. Keluhan nyeri (4) 1. Identifikasi
area operasi dibagian 2. Gelisa (5) lokasi
bawah perut, pasien karakteristik,
mengatakan skala nyeri 3. Meringis (4) durasi, frekuensi,
5, pasien mengatakan kualitas,
rasa sakit masih Indikator = intensitas nyeri
menetap. Pasien terlihat
1= meningkat 2. Identifikasi
seperti menahan rasa
faktor
sakit. 2= cukup meningkat
pemberat dan
TD:150/100,N:98x/men
3= sedang peringan nyeri
it,RR:20 x/menit,S:36,5
o
C SP02:98% 3. Identifikasi
4= cukup menurun
respon non
5= menurun verbal

Tarapeutik

4. Berikan teknik non


farmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri
1. Frekoinsi nadi (5) (mis: terapi
relaksasi dan
2. Tekanan darah (4) terapi musik

Indikator Edukasi
1= memburuk
5. Anjurkan
2= cukup memburuk memonitor nyeri
secara mandiri
3= sedang
Kolaborasi
4= cukup membaik
6. kolaborasi
5= membaik
pemberian
analgetik

Implementasi Keperawatan

N Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Nama/


o Keperawata Tdd
n
1 Nyeri akut 1. Melakukan pengkajian PQRST 21/12/2023 10:25-10:35
berhubungan dengan
agens pencedera fisik 2. Mengamati wajah pasien S:
yang ditandai dengan atau ekspresi wajah pasien Pasien mengatakan sakit akan
pasien nyeri, rasa lebih parah disaat bergerak,
sakit lebih parah 3. Mengecek kembali nadi rasa sakitnya seperti teriris-
disaat bergerak, dan tekanan darah
pasien mengatakan iris, rasa sakitnya dibagian
rasa sakit seperti 4. Pasien mengajarkan teknik area operasi dan skala nyeri 5,
teriris-iris, rasa sakit non farmakologi yaitu teknik rasa sakit menetap. Teknik
dibagian area operasi relaksasi sudah diajarkan
relaksasi dengan cara
dibagian bawah pasien merasah sedikit legah
perut, pasien mengatur posisi yang nyaman
mengatakan skala setelah itu mulai lakukan O : Pasien terlihat seperti
nyeri 5, pasien teknik dengan menarik napas menahan sakit ,TD : 134/78 N:
mengatakan rasa melalui hidung tahan 5-8 detik
sakit masih menetap. 98x/menit
lalu hembuskan melalui
Pasien terlihat seperti
mulut, lakukan 2-3 kali A : Masalah teratasi
menahan rasa sakit.
TD:150/100,N:98x/
5. Melatih kembali relaksasi sebagian Keluhan
menit,RR:20
x/menit,S:36,SP02:9 napas dalam
8% nyeri (3)
6. Ingatkan pasien jika merasa
sakit muncul kembali Frekuensi nadi (3)
lakukan teknik relaksasi yang
Tekanan darah (3)
sudah diajarkan
P : Intervensi
dilanjutkan (1,4,5,6)
Evaluasi keperawatan dan Catatan Perkembangan

N Hari Diagnosa Keperawatan SOAPIE


o Tanggal
1 22/12/2023 Nyeri akut berhubungan S : pasien mengatakan nyeri berkurang saat
13:25-13:30 dengan agens pencedera bergerak. Pasien mengatakan lama sakit
fisik yang ditandai dengan hanya saat bergerak, pasien mengatakan
pasien nyeri, rasa sakit rasa sakit seperti teriris-iris sudah
lebih parah disaat berkurang, rasa sakit kali ini hanya dibagian
bergerak, pasien area operasi dan skala nyeri 5
mengatakan rasa sakit
seperti teriris-iris, rasa O : pasien tampak tenang, tekanan darah
sakit dibagian area operasi 130/80 mmHg, nadi 95x/menit, RR:20
dibagian bawah perut, x/menit,S:36,SP02:97%
pasien mengatakan skala A : Masalah teratasi sebagian
nyeri 5, pasien
mengatakan rasa sakit Keluhan nyeri (3)
masih menetap. Pasien
terlihat seperti menahan Frekuensi nadi (3)
rasa sakit. Tekanan darah (3)
TD:150/100,N:98x/menit,
RR:20 x/menit,S:36,5 oC P : Intervensi ( 1,4,5,6) dilanjutkan
SP02:98%
I : Melakukan pengkajian PQRST

Mengamati wajah pasien atau


ekspresi wajah pasien

Mengecek kembali nadi dan tekanan


darah

Melatih kembali relaksasi napas


dalam

Ingatkan pasien jika merasa sakit


muncul kembali lakukan teknik
relaksasi yang sudah diajarkan.
Melakukan injeksi obat peredah
nyeri.

E:

S : pasien mengatakan nyeri berkurang


saat bergerak namun rasa sakit yang
dirasakan seperti teriris-iris rasa sakit
hanya diarea operasi dengan skala nyeri 4,
pasien mengatakan saat merasa nyeri
pasien melakukan teknik relaksasi napas
dalam
O : pasien tampak tenang saat dilakukan
injeksi obat cetorolax dan terus melakukan
tindakan relaksasi napas dalam, tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 95x/menit,
RR:20 x/menit,S:36,6 oC SP02:95%

A: masalah teratasi sebagian

Keluhan nyeri (4)

Frekuensi nadi (4)

Tekanan darah (4)

P : Intervensi dilanjutkan (1,5,6)

23/12/2022 S : pasien mengatakan saat ini perasaanya


11:50-12:20 sangat legah dan nyeri dibagian area operasi
sudah berkurang dengan skala nyeri 3

O : pasien tampak tenang dan bahagia,


infus dilepas dan tidak ada pembengkakan
di tangan tekanan darah 128/76 mmHg,
nadi 90x/menit, RR:22 x/menit,S:36,5 oC
SP02:95%

A : masalah nyeri akut teratasi

P : intervensi dihentikan (pasien pulang)

Anda mungkin juga menyukai