Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK BENCHMARKING

Angkatan : LXXX (80) Kelompok 3A


Nama Kelompok : 1. Nopa Haritanti, S.Pd
2. Ns. Tri Anggraini, S.Kep
3. Lesta, S.pd
4. Luciana Fitrianti, S.Pd
Nama Coacah : Marwoto, S.pd. M.M

A. Pengertian Benchmarking
Pada dasarnya, benchmarking adalah kata serapan dari bahasa Inggris. Dilansir dari
kamus Cambridge, benchmarking memiliki arti sebagai suatu patokan atau alat ukur.
Berdasarkan akar katanya tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa benchmarking adalah
suatu patokan atau tolak ukur yang digunakan untuk menilai atau membandingkan hal
tertentu. Sementara itu, pengertian umum benchmarking adalah suatu standar atau tolak
ukur yang dimanfaatkan untuk membandingkan antara satu hal dengan hal lainnya yang
sejenis. Sederhananya, dengan menggunakan tolak ukur tersebut, maka berbagai hal akan
bisa diukur dengan standar baku yang umum. Dalam pengertian lain benchmarking adalah
suatu proses mengidentifikasikan “praktek terbaik” terhadap dua produk dan proses
produksinya hingga produk tersebut dikirimkan. Benchmarking memberikan wawasan
yang diperlukan untuk membantu manajemen dalam memahami proses dan produknya
baik dengan cara membandingkannya dengan Industri yang serupa maupun dengan
Industri yang berbeda.
Dapat pula diuraikan definisi dan pengertian benchmarking dari beberapa sumber
buku:
a. Menurut Watson (1996), benchmarking adalah pencarian dan aplikasi praktik-praktik
yang benar-benar lebih baik secara terus-menerus, yang mengarah pada kinerja
kompetitif yang superior.
b. Menurut Ramli (2013), benchmarking adalah suatu proses belajar yang berlangsung
secara sistematis dan terus-menerus dimana setiap bagian dari suatu perusahaan
dibandingkan dengan perusahaan yang terbaik atau pesaing yang paling unggul
c. Menurut Albar dkk (2014), benchmarking adalah evaluasi kinerja relatif dari
perusahaan (atau entitas produksi lainnya) yang mengubah input (sumber daya) jenis
yang sama menjadi jenis output yang sama.
d. Menurut Tjiptono dan Anastasia (2003), benchmarking adalah proses pembandingan
dan pengukuran operasi atau proses internal organisasi terhadap mereka yang terbaik
dalam kelasnya, baik dari dalam maupun dari luar industri.
e. Menurut Rivai dan Murni (2012), benchmarking adalah mencari latihan-latihan yang
terbaik secara terus menerus yang mengantar kita menuju pada penampilan yang paling
baik.

B. Lokus Benchmarking
Lokus benchmarking atau tempat yang akan dijadikan tolok ukur dalam menilai
indeks nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasional, Etika Publik, Komitmen Mutu,
Anti Korupsi) yaitu Provinsi Bengkulu, yang merupakan tanah kelahiran Fatmawati
sekaligus tempat pengasingan Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno.
Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang menarik untuk digelitik. Baik dari pariwisata
dan budaya yang masih bertahan dikehidupan masyarakat pada masa kini.
Selain itu, banyak Prestasi yang diraih contohnya prestasi Provinsi Bengkulu meraih
penghargaan Pembangunan Daerah tahun 2020 dari Bappenas RI kategori Perencanaan
dan Pencapaian Terbaik. Kota Bengkulu juga raih penghargaan sebagai kota Peduli Hak
Asasi Manusia (HAM) tahun 2020. Prestasi membanggakan juga di torehkan kota
Bengkulu melalui program-program inovasi yakni penghargaan Innovative Goverment
Award (IGA) tahun 2020 sebagai “Kota Sangat Inovatif”. Untuk diketahui IGA adalah
kegiatan penilaian dan pengharagaan pemerintah pusat pada pemerintah daerah atas
keberhasilannya dalam melakukan inovasi daerah dibidang peningkatan layanan
publik,tata kelola pemerintahan, dan pembangunan di daerah, dan ,masih banyak prestasi
lain yang dicapai. Dengan banyaknya prestasi tersebut, tentunya mencerminkan Integritas
Tinggi dari pejabat ASN yang berada di lingkungan Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam
melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi Publik.

C. Role Model
1. Rekam Jejak
Beliau merupakan istri dari presiden pertama Republik Indonesia Ir.
Soekarno.Keduanya dipertemukan untuk pertama kalinya ketika Ir. Soekarno
dipindahkan dari tempat perasingannya di daerah Flores, NTT ke Kota Bengkulu.Untuk
diketahui, Fatmawati lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923. Beliau terlahir menjadi gadis
Bengkulu nan cantik di tengah keluarganya. Gadis Bengkulu yang sangat menyukai dan
memiliki minat terhadap organisasi.Beliau sangat aktif berorganisasi sejak duduk di
bangku sekolah dasar.Organisasi itu disebut dengan organisasi Naysatul
Asyiyah.Banyak yang belum mengetahui bahwa Ir. Soekarno sebelum memutuskan
untuk menikahi Fatmawati, yang merupakan seorang pengajar di sekolah
muhammadiyah yang mana tempat Fatmawati mengenyam pendidikannya.
Ketertarikan akan kecantikan alamiah dan kepintaran yang dimiliki sosok Fatmawati
membuat Ir. Soekarno memutuskan untuk menikahinya pada tanggal 1 Juni 1943.
Pernikahan tersebut dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu Guntur Soekarno
Putra, Megawati Soekarno Putri, Rachmawati Soekarno Putri, Sukmawati Soekarno
Putri, dan Guruh Soekarno Putra. Terlahir dari seorang ibu yang sangat sempurna
dengan kepintaran yang dimiliki, anak bungsu Fatmawati yaitu Guruh Soekarno Putra
menyebut Fatmawati mempunyai keyakinan melampaui batas daya fikir orang lain.
Selain membanggakan di mata keluarga, gadis yang lahir dari pasangan Hassan
Din dan Siti Chadijah ini, merupakan sosok inspiratif juga di mata tokoh Nasional
Indonesia.Fatmawati menjadi tokoh yang sangat menjadi panutan bangsa khususnya
kaum perempuan.Ayah Fatmawati merupakan tokoh muhammadiyah di Bengkulu yang
juga merupakan keturunan Puti Indrapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan
Indrapura, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Seperti yang diujarkan oleh Guruh Soekarno Putra akan keyakinan Fatmawati
yang melampaui batas daya fikir orang lain, ini tergambar ketika beliau hadir dengan
Bendera Sang Saka Merah Putih yang beliau gagas dan jahit oleh tangannya sendiri.
Bendera Sang Saka itulah menjadi Bendera Pertama yang dikibarkan saat Upacara
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Gagasan
Fatmawati ini mendahului ide agung Ir. Soekarno dan tokoh kemerdekaan lainnya.
Bertahun-tahun Bendera Sang Saka yang dijahit oleh Fatmawati ini dikibarkan
dalam upacara kenegaraan. Sampai akhirnya Bendera tersebut digantikan oleh
duplikatnya mengingat ketuaan usianya. Untuk menjaga keutuhannya, Sang Dwiwarna
selanjutnya difungsikan sebagai Bendera Pusaka dan disimpan ditempat terhormat di
Monumen Nasional. Di perjuangan semasa hidupnya, Fatmawati bukan hanya menjadi
tokoh Nasional, namun bagi masyarakat Provinsi Bengkulu sendiri sangat bangga akan
sosok beliau sebagai seorang gadis Bengkulu yang bisa membuktikan di mata dunia
bahwa Bengkulu punya tokoh nasional yang dikenang sampai sekarang ini. Fatmawati
meninggal di usia 57 tahun di Malaysia 14 Mei 1980 dan dimakamkan di TPU Karet
Bivak Jakarta.
Terlahir di masa kolonial, membuat Fatmawati tumbuh menjadi remaja dengan
didikan sosialisasi tinggi dan memiliki jati diri yang matang.Pengaruh sosialiasi melalui
ajaran dan pengalaman dalam kehidupan keluarga dan lingkungan sosialnya, telah
mampu membentuk karakter Fatmawati menjadi seorang anak yang tidak sekedar patuh
pada tradisinya, tetapi lebih cenderung untuk menyikapi segala bentuk potret kehidupan
sosio-kulturalnya.
Memiliki ayah seorang pendakwah, Hasan Din juga merupakan Ketua Dewan
Pimpinan Muhammadiyah Bengkulu, yang mana pendidikan agama menjadi nomor
satu dalam keluarganya, sehingga membuat Fatmawati mengenyam pendidikan agama
secara ekstra, terutama di Sekolah Standar Muhammadiyah. Namun, Fatmawati juga
mengimbangi pendidikan formalnya di sekolah HIS (Hollandsch-Inlandsch School)
pada tahun1930 (Fatmawati,1978: 20-21). Belajar secara ketat pada masa remajanya
sangat membuat Fatmawati menikmati kehidupan dari sekolah satu ke sekolah lainnya,
itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus mampu mengikuti jejak ayahnya yang
menjadi sosok inspiratif bagi dirinya.Terlebih ketika Fatmawati mengenal sosok Ir.
Soekarno yang pada saat itu merupakan gurunya.
Ir. Soekarno pun sangat mengagumi akan pola fikir yang dimiliki gadis cantik
tersebut. Di umurnya 15 tahun, Fatmawati mampu diajak berdiskusi filsafat islam,
hukum-hukum islam, bahkan masalah gender dalam pandangan Islam
(CindyAdams,1966:185-198). Karena jiwa semangat dan ketajaman berpikirterhadap
ajaran agama Islam yang telah menempanya, serta ketajaman menyikapi fenomena
sosio-kulturalnya, beliau mampu mengoperasionalisasikan fungsi rasionalitasnya
sebagai pengendali dari unsur-unsur emosi yang selalu merangsang dalam setiap detik
kehidupan manusia.
Siapa sangka, sosok tersebut menjadi kembang di masa remajanya. Tumbuh di
tengah keluarga terpandang dan pribadi yang sangat menarik membuat semua mata
melihat sosok gadis Bengkulu bahkan menjadi buah bibir teman, masyarakat, bahkan
Ir. Soekarno sebagai guru yang juga menjadi rekan diskusi beliau.
Pada 1 Juni 1943 menjadi sejarah dalam hidup Fatmawati. Gadis nan cantik ini
resmi dipersunting oleh Ir. Soekarno di tengah perjuangan api revolusi. Tapi ada yang
menarik dibalik perjuangan Ir. Soekarno untuk mendapatkan hati Fatmawati. Tidak
mudah untuk seorang Fatmawati menerima keinginan Ir. Soekarno untuk
memperistrinya.Penolakan mendasar serta alasan rasa empatinya terhadap kaum
feminis membuat jiwanya matang untuk menolak tradisi yang bernama poligami.Bagi
beliau poligami dianggap sangat tidak menguntungkan bagi kedudukan dan peranan
wanita dalam kehidupan sosialnya. Bahkan kalau boleh dibilang, sebelum lahirnya
Undang-Undang Perkawinan maupun Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
khususnya, bagi pegawai negeri, seorang Fatmawati telah mendahului masanya dengan
tekad, sikap, dan prinsip anti poligami.
Gejolak yang muncul didirinya membuatnya berfikir kritis akan prinsip dan
keinginan hatinya yang juga jatuh hati kepada Ir. Soekarno. Namun dengan keyakinan
yang dimilikinya, akhirnya Fatmawati menerima pinangan Bung Karno.Setelah resmi
menjadi istri Ir. Soekarno, Fatmawati pun pindah ke Jakarta dengan tujuan bukan hanya
menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, tapi beliau ingin menggapai mimpi yang
sudah beliau buat, yaitu aktif bergabung dengan tokoh nasional lainnya untuk membela
Negara Republik Indonesia.
Ir. Soekarno yang akrab disapa Bung Karno ini, tak sungkan meminta pendapat
kepada istrinya dalam mengambil langkah-langkah atau keputusan mengenai
perjuangannya selaku pemimpin pejuang rakyat Indonesia.Daya pikir di luar batas yang
dimiliki Fatmawati sudah disadari dari awal oleh Bung Karno.
Banyak peran Fatmawati di dalam kegiatan kenegaraan Republik Indonesia pada
masa itu, salah satunya ketika perjuangan rakyat Indonesia telah sampai di titik
kulminasi. Dimana masa masyarakat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56, Jakarta
oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Ketika akan melangkahkan kakiku keluar dari pintu, terdengarlah teriakan
bahwa bendera belum ada. Kemudian aku berbalik mengambil bendera yang aku buat
tatkala Guntur masih dalam kandungan, satu setengah tahun yang lalu. Bendera itu
aku berikan pada salah seorang yang hadir di tempat di depan kamar tidur”. Bunyi
kutipan dalam karya tulisan Catatan Kecil Bersama Bung Karno (Fatmawati, 1978:
86).
Bicara tentang Sang Saka, banyak hal yang bisa kita gali. Salah satunya bicara
filosofi warna pada Bendera.Warna Merah yang berarti keberanian dan warna Putih
berarti kesucian. Dan disinilah sebuah fakta telah bicara, bahwa Fatmawati tidak
sekedar berperan sebagai penjahit Bendera Pusaka, sebagaimana yang hanya dipahami
oleh para generasi masa sekarang, akan tetapi jiwa dan semangat juang yang telah
diperankan beliau terasa sangat jauh dan sangat mendalam.
Dalam kenyataan selama ini, belum pernah ada klaim dari salah seorang pejuang
yang mengaku telah mempersiapkan sebuah bendera untuk Kemerdekaan Indonesia,
kecuali Fatmawati.Maka, sungguhlah amat sulit untuk mengukur secara konkrit betapa
besarnya jiwa kepahlawanan yang telah beliau sumbangkan kepada Nusa dan Bangsa
Indonesia.
Gencatan demi gencatan semakin membara yang dihadapkan Ibu Negara Pertama
Republik Indonesia ini. Perang gerilya membuat Fatmawati terpisah dari Ir. Soekarno
dalam Clash II (1948) dimana Ibu kota Yogyakarta diserang oleh tentara Belanda.
Perjuangan demi perjuangan beliau lakukan tidak hanya untuk tanah kelahirannya tapi
untuk Bangsa Indonesia ini.

2. Nilai-nilai dasar ANEKA yang dimiliki oleh Fatmawati


Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang menarik untuk digelitik. Baik
Pariwisata yang semakin berkembang dan budaya yang masih bertahan di kehidupan
masyarakatnya. Tidak hanya itu, Bengkulu juga memiliki sosok yang sangat
dibanggakan sampai saat ini. Sosok tersebut menjadi identitas Bumi Rafflesia. Dan
sosok tersebut ialah Ibu Fatmawati. Siapa yang tidak mengenal sosok inspiratif ini,
beliau pun merupakan istri dari presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno.
Keduanya dipertemukan untuk pertama kalinya ketika Ir. Soekarno dipindahkan dari
tempat perasingannya di daerah Flores, NTT ke Kota Bengkulu.
a. Akuntabilitas
Fatmawati adalah sosok gadis bengkulu yang sangat menyukai dan memiliki
minat terhadap organisasi. Beliau sangat aktif berorganisasi sejak duduk di bangku
sekolah dasar. Organisasi itu disebut dengan organisasi Naysatul Asyiyah. Seperti
yang diujarkan oleh Guruh Soekarno Putra akan keyakinan Fatmawati yang
melampaui batas daya fikir orang lain, ini tergambar ketika beliau hadir dengan
Bendera Sang Saka Merah Putih yang beliau gagas dan jahit oleh tangannya sendiri.
Bendera Sang Saka itulah menjadi Bendera Pertama yang dikibarkan saat Upacara
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Gagasan
Fatmawati ini mendahului ide agung Ir. Soekarno dan tokoh kemerdekaan lainnya.
Hal ini memberikan pandangan kepada kita bahwa Fatmawati memiliki komitmen
yang tinggi dalam bekerja dan memiliki jiwa kepemimpinan yang patut dijadikan
teladan bagi kita semua.
Selain itu Fatmawati menggagas dan menjahit sendiri Bendera Sang Saka
Merah Putih. Ia menghabiskan waktunya menjahit bendera besar itu di ruang makan
dengan kondisi fisik yang cukup rentan, berangsur-angsur dengan mesin jahit
Singer yang dijalankan dengan tangan saja dan tidak menggunakan kaki untuk
menggerakkan mesin jahit. Fatmawati baru menyelesaikan jahitan bendera Merah
Putih itu dalam waktu dua hari. Bendera Merah Putih berukuran 2 x 3 meter itu akan
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Waktu itu, sulit mendapatkan bahan kain untuk membuat bendera dengan ukuran
yang besar. Rakyat saja menggunakan pakaian yang terbuat dari bahan karung atau
goni. Situasi ini disebabkan oleh kelangkaan tekstil. Pada akhirnya, Shimizu
menginstruksikan seorang perwira Jepang mencari kain merah dan putih untuk
diberikan ke Fatmawati.
Sang perwira yang ditugaskan berhasil membawa dua kain merah putih dari
bahan katun yang halus. Menilai perjuangan Ibu negara ini menunjukkan bahwa
beliau mempunyai tanggungjawab yang besar kepada bangsa dan negara Indonesia.
Perjuangannya menjahit dua kain katun halus itu menunjukkan sumbangsih seorang
perempuan Indonesia yang ikut memperjuangkan nasib bangsanya. Fatmawati telah
mengisi kepingan besar perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bendera yang telah
dijahit dengan susah payah dan tetesan air mata itu kini menjadi Bendera Pusaka
sekaligus simbol nasionalisme yang selalu dibentangkan oleh masyarakat Indonesia
hingga saat ini dan ke depannya.
Selain itu Fatmawati juga senantiasa mengembangkan diri dengan mengikuti
organisasi sejak di bangku sekolah dasar hingga mendampingi Presiden soekarno
meraih kemerdekaan, aktif di berbagai organisasi kerakyatan dan kewanitaan. Hal
ini tentunya cukup bagi kita menjelaskan bahwa Fatmawati memiliki keseimbangan,
integritas, kejelasan dn konsistensi yang tinggi.

b. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pemahaman atau ajaran mengenai nilai-nilai kebangsaan.
Nasionalisme merupakan wujud kecintaan dan penghormatan terhadap bangsa
Indonesia. Salah satu cara untuk menumbuhkan rasa nasionalisme adalah dengan
menanamkan dan mengamalkan nila-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya dengan membaca autobiografi tokoh perjuangan Indonesia dalam
memperjuangkan dan mempertahankan keutuhan NKRI dari ancaman asing.
Pengalaman nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh para tokoh-tokoh nasional
dapat kita tiru. Salah satunya adalah Fatmawati, pencetus dan penjahit Sang Saka
Merah Putih, lambang negara bangsa Indonesia. Fatmawati dibesarkan di
lingkungan keluarga yang mengutamakan pendidikan agama. Hal ini membuatnya
tumbuh menjadi anak yang memiliki pemikiran yang tajam terhadap ajaran agama
dan membuatnya mampu menyikapi fenomena sosio-kultural yang ada
disekelilingnya dengan baik.
Rasa empatinya terhadap kaum feminis juga membuatnya menjadi anti
poligami. Awalnya, beliau menolak pinangan dari Ir, Soekarno untuk
menjadikannya istri saat ia berusia 20 tahun. Menurutnya, poligami sangat tidak
menguntungkan bagi kedudukan dan peranan wanita dalam kehidupan sosialnya.
Selain itu, kenyataan bahwa Fatmawati telah mempersiapkan sebuah bendera untuk
Kemerdekaan Indonesia juga mencerminkan bahwa jiwa dan semangat juang yang
dimiliki beliau terasa sangat jauh dan sangat mendalam. Beliau telah mengisi
kepingan besar perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Fatmawati yang telah aktif berorganisasi sejak duduk di bangku sekolah dasar
juga ikut aktif bergabung dengan tokoh nasional lainnya untuk membela Negara
Republik Indonesia. Bahkan, Ir. Soekarno pun tidak sungkan untuk meminta
pendapat dari Fatmawati mengenai langkah-langkah atau keputusan yang harus
diambilnya selaku pemimpin pejuang rakyat Indonesia dalam memperjuangkan
bangsa Indonesia. Meskipun begitu, Fatmawati tetap dapat menyeimbangkan antara
hak dengan kewajibannya sebagai seorang istri.

c. EtikaPublik
Secara etika publik, seorang Fatmawati yang tumbuh di lingkungan dengan
didikan sosialisasi yang tinggi membuatnya memiliki jati diri yang matang, namun
tetap patuh pada tradisinya. Beliau juga memiliki semangat untuk terus mampu
mengikuti jejak inspiratif baginya, yaitu sosok sang ayah yang merupakan seorang
pendakwah dan Ketua Muhammadiyah Bengkulu. Keyakinan yang dimilikinya pun
melampaui batas daya pikir orang lain. Hal ini tercermin ketika beliau dengan cepat
dan tanggap hadir dengan Bendera Sang Saka Merah Putih yang beliau gagas dan
jahit oleh tangannya sendiri.
d. Komitmen Mutu
Pada nilai dasar Komitmen Mutu,Fatmawati memiliki nilai dasar yang sangat
baik. Beliau memberikan contoh teladan semangat belajar yang tinggi. Beliau
menyukai dan memiliki minat berorganisasi sejak duduk dibangku sekolah
dasar.Fatmawati mulai ikut berperan membela tanah air sejak ia masih remaja, yaitu
ketika remaja ikut berjuang dengan berperan di dalam oraganisasi Muhammadiyah,
yaitu Nasyatul Aisyah. Yang merupakan organisasi di Bengkulu yang berada
dibawah koordinasi Muhammadiyah yang diikuti dan dikelola langsung oleh
Fatmawati. Dari Organisasi tersebut, Fatmawati memulai perjuangannya sejak ia
belum menikah dengan Presiden Soekarno.
Sebagai Ibu Negara pertama Republik Indonesia, Fatmawati merupakan
penjahit Bendera Pusaka Merah Putih, bendera yang dikibarkan pertama saat
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam
kenyataan selama ini, belum pernah ada klaim dari salah seorang pejuang yang
mengaku telah mempersiapkan sebuah bendera untuk kemerdekaan Indonesia,
kecuali Ibu Fatmawati. Maka, sungguhlah amat sulit untuk mengukur secara konkrit
betapa besarnya jiwa kepahlawanan yang telah beliau sumbangkan kepada Nusa dan
Bangsa Indonesia.
Bicara tetang sang saka, banyak hal yang bisa kita gali. Salah satunya filosofi
warna bendera. Warna merah yang berarti keberanian dan warna putih berarti
kesucian. Dan disinilah sebuah fakta telah bicara, bahwa Ibu Fatmawati tidak
sekedar berperan sebagai penjahit Bendera Pusaka, sebagaimana yang hanya
dipahami oleh para generasi masa sekarang. Dari kreativitas tersebut dapat
menunjukkan bahwa Fatmawati merupakan Ibu negara yang memiliki pemikaran
jauh diatas rata-rata umumnya orang, serta Fatmawati melaksanakan tugasnya
sebagai Ibu Negara yang akuntabel dan Inovatif.

e. Anti Korupsi
Fatmawati merupakan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam
kemerdekaan Republik Indonesia dan beliau merupakan istri dari orang nomor satu
di negeri ini pada masa itu sudah pasti nilai-nilai dasar dari anti korupsi (jujur,
disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, mandiri, adil dan berani) sudah
tertanam di diri beliau. Beliau juga memiliki peran penting dalam sejarah
kemerdakaan Republik Indonesia, dimana Bendera sang saka merah putih yang
merupakan kebanggan bangsa ini di jahit sendiri oleh beliau ini menunjukkan bahwa
Fatmawati adalah sosok yang mandiri dan memiliki jiwa yang pemberani mengingat
beliau terlahir dan tumbuh di masa kolonial ibu Fatmawati tetap bisa berpegang
teguh pada tradisinya. Selain itu, Fatmawati merupakan sosok yang disiplin dimana
beliau dapat mengimbangi pendidikan formalnya dengan kondisi yang di alami oleh
negeri kita di masa itu yang di penuhi dengan konflik.

Anda mungkin juga menyukai