Anda di halaman 1dari 17

TUGAS ANALISIS KASUS

Angkatan : LXXX (80) Kelompok 3A


Nama Kelompok : Luciana Fitrianti, S.Pd
Nopa Hariyanti, S. Pd
Ns. Tri Anggraini, S.Kep
Lesta , S.Pd.I
Nama Coach : Marwoto, S. Pd., M. M

A. KASUS 1
1. Uraian Kasus
Di dunia ini terorisme bukan lah hal
baru, namun selalu menjadi aktual. Dimulai
dengan terjadinya ledakan bom di gedung
World Trade Center, New york 11
September 2001 dan sebuah pesawat
menubruk pusat keamanan AS Pentagon
beberapa menit kemudian, aksi terorisme
yang tak pelak menebar ketakutan di
kalangan berbagai pihak, baik dari pihak AS,
maupun masyarakat internasional. Bom Bali
tahun 2002 dengan jutaan korban tidak bersalah baik asing juga masayarakat domestik,
hingga ledakan bom bunuh diri di jalan Tamrin, Jakarta Indonesia tahun 2017. Serentetan
ini menjadikan tindak aksi terorisme sebagai extraordinary crime yang begitu meresahkan.
Banyak pihak berspekulasi dan menimbulkan kecurigaan antar masing–masing dan
berpotensi memecah belah sebuah negara dan mengancam kesejahteraan serta keamanan
yang memaksa pemerintah untuk turun tangan dalam mengatasinya.
Radikalisme dan terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era
global saat ini. Dalam merespon perkembangan terorisme di Dunia. Seperti halnya di
Indonesia, paham Radikalisme dapat mengancam keutuhan kedaulatan negara Indonesia
dalam berbangsa dan bernegara. Paparan Radikalisme tidak hanya menyasar kalangan
mahasiswa dilingkungan kampus, namun juga komunitas ASN. Komunitas ASN menjadi
ujung tombak pelayanan publik banyak yang mengalami proses radikalisasi dalam
pemikiran dan tindakan.
Seperti halnya yang terjadi baru-baru ini, Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (kemenpan RB) Thahjo Kumolo dilaporkan
menindaklanjuti sekitar 30-40 ASN setiap bulan lantaran terbukti terpapar paham
terorisme. Sanksi tersebut sesuai dengan tingkat perbuatan yakni sanksi ringan hingga
berat berupa dari teguran, penurunan pangkat hingga pemecatan ASN.
Terpaparnya ASN dalam paham radikalisme jelas merupakan pengkhianatan sumpah
pemuda dan janji ASN. Semua ASN di indonesia tergabung dalam Korps Pegawai
Republik Indonesia (KORPRI) yang salah satu pasalnya berbunyi “kami anggota Korps
Pegawai Republik Indonesia bersumpah setia dan taat kepada pemerintah dan negara
kesatuan Republik Indonesia yang berdsarkan UUD 1945 dan Pancasila”.

2. Kaitan Kasus dengan ANEKA

No. Nilai Dasar Indikator Kaitan dengan Kasus


Tidak memberi contoh yang baik dan
Kepemimpinan tidak memiliki komitmen kerja yang
tinggi dalam melakukan pekerjaan.
Tidak melaksanakan tugas sesuai fungsi
Integritas
ASN
1. Akuntabilitas Tidak menjamin lingkungan yang
Kosistensi akuntabel baik lingkungan kerja maupun
masyarakat luas.
Perilaku yang tidak sesuai dengan UU
Kepercayaan
ASN
Tanggung jawab Penyalahgunaan wewenang jabatan
Ketuhanan yang maha Menyimpang dan Intoleran terhadap
esa agama
Menjalankan sikap dan perilaku tidak
Kemanusiaan
sesuai dengan nilai moral
2. Nasionalisme
Mengancam keutuhan dan kedaulatan
Persatuan Indonesia
bangsa Indonesia
Memaksakan kehendak organisasi
Musyawarah
dengan paksaan
Memegang teguh nilai Mementingkan kepentingan pribadi,
Pancasila tidak setia pada Ideologi Pancasila
3. Etika publik Setia dan
mempertahankan UUD Sebagai ancaman kedaulatan NKRI
NKRI 1945
Melakukan perubahan yang tidak sesuai
4. Komitmen mutu Inovatif
Ideologi pancasila
Melakukan kegiatan yang melanggar
5. Anti Korupsi Kedisiplinan
aturan perundang-undangan.

3. Identikasi Penyebab
a. Faktor internal
1) Kurangnya loyalitas ASN menjalankan prinsip ideologi Pancasila dalam pekerjaan di
lembaga birokrasi pemerintahan maupun relasi sosial kemasyarakatan.
2) ASN yang bergabung dalam organisasi Radikalisme adalah individu yang merasa
dirinya termarginalisasi karena hidup dalam kondisi yang sulit, tidak stabil secara
ekonomi, hak-haknya terpinggirkan, dan suaranya tidak didengarkan oleh
pemerintah sehingga merasa menjadi kaum minoritas.
3) Pemikiran paradoks atau “ambigu” membenci pemerintahan yang sedang berkuasa.
b. Faktor External
1) Pemikiran ASN yang didoktrin yang meyakini bahwa kekerasan atau terorisme itu
termotivasi “jihad”.
2) Pembinaan kepegawaian terkait nasionalisme kecintaan pancasila, UUD 1945, NKRI
dan pemahaman anti radikal belum optimal.
3) Berbagai ASN yang memiliki penghasilan besar terkait jabatan dan profesi diincar
penyumbang dana kegiatan.
c. Faktor hukum
Masih lemahnya kesadaran ASN terhadap menjalankan fungsi dan tugas ASN
yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN.

4. Solusi Penerapan ANEKA

Nilai-nilai Dasar Aksi Penerapan Nilai Hasil yang diharapkan


Membangun keasadaran fungsi dan
Lingkungan kerja yang
tugas ASN dikantor
Akuntabilitas bersinergi tanpa adanya
Serta ikut aktif mensosialisasikan
tindakan radikalisme
bahaya radikalisme.
Melaksanakan apel pagi, dengan Terciptanya perilaku
rangkaian pengibaran bendera, Nasionalisme bagi ASN dan
Nasionalisme menyanyikan Indonesia raya, mampu menerapkan
pembacaan teks pancasila, Ikrar Korpri, pancasila dalam kehidupan
pengarahan pembina dan doa. sehari-hari.
Memberikan dukungan terhadap aksi
Menciptakan perdamaian
perdamaian, baik oleh Negara
Etika publik dilingkungan kerja bagi ASN
(pemerintah), organisasi/ ormas maupun
dan masyarakat.
perseorangan.
Meningkatkan pengetahuan tidak hanya Mengembangkan
Komitmen mutu pengetahuan umum saja tetapi juga ilmu profesionalitas ASN dalam
agama. mengatasi radikalisme
Berani melaporkan dan memberi
Memutus mata rantai
Anti korupsi informasi ASN yang terlibat
radikalisme
Radikalisme

B. KASUS 2
1. Uraian Kasus
Perilaku korupsi pejabat birokrasi
pemerintahan pusat dan daerah ini tentunya
berdampak terhadap proses pembangunan
dan pelayanan terhadap masyarakat, dimana
PNS sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat yang seharusnya menjadi ujung
tombak dalam rangka mewujudkan
pemerintahan yang bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme, tetapi malah menjadi
pelaku tindak pidana korupsi seperti yang
banyak terjadi pada saat ini. PNS seharusnya memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik,
profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, serta
bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mematuhi kewajiban dan larangan PNS, serta
janji/sumpah PNS pada saat diangkat menjadi CPNS maupun menduduki jabatan Negara.
Banyaknya PNS yang tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi tersebut
menjadikan pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah untuk mencegah dan
memberantas korupsi di segala bidang, sehingga terwujud pemerintahan yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (clean government).
PNS yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi harus mendapat sanksi yang
tegas oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK). Apabila perkaranya telah memiliki
kekuatan hukum tetap (incracht), PNS tersebut harus diberhentikan tidak dengan hormat
sebagai PNS. Hal ini tertuang dalam Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-undang Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, serta Pasal 250 huruf b dan Pasal 252
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil,
antara lain dinyatakan bahwa PNS diberhentikan tidak dengan hormat apabila dipidana
dengan pidana penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan Jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum.

2. Kaitan Kasus dengan ANEKA

No. Nilai Dasar Indikator Kaitan dengan Kasus


Tidak dapat memberikan contoh dan
Kepemimpinan teladan yang baik dalam ruang lingkup
1. Akuntabilitas lingkungan kerja dan bermasyarakat.
Tidak bertanggung jawab atas amanah
Tanggung jawab
yang telah di berikan oleh masyarakat
Melakukan tindakan yang bertentangan
Cinta tanah air
dengan hukum
2. Nasionalisme Melakukan tindakan yang di larang oleh
Religius agama dengan mengambil uang yang
bukan haknya
Memelihara dan
Melanggar standar etika yaitu menjadi
menjunjung tinggi
ASN yang terjerat tindak pidana korupsi
standar etika luhur
3. Etika publik Tidak menjalankan tugas secara
Menjalankan tugas
profesinal karena berpihak kepada
secara profesional dan
oknum yang memiliki uang untuk
tidak berpihak
mendapatkan jabatan tersebut
Tidak efektif dalam memberikan jabatan
Efektif kepada orang yang pantas mendapatkan
jabatan tersebut
4. Komitmen mutu
Salah satu efek ketika jual beli jabatan
Mutu adalah tidak tepatnya formasi yang
menempati jabatan tersebut
Tidak peduli terhadap oknum yang
mempunyai kualitas untuk menempati
Peduli
jabatab tersebut di karenakan
5. Anti Korupsi kepentingan pribadi
Tidak patuh terhadap perintah dan aturan
Disiplin
yang telah di siapkan pemerintah
Tidak mencerminkan hidup sederhana
sehingga melakukan tindak korupsi
Sederhana
untuk memenuhi gaya hidup yang
bermewah-mewahan
Tidak jujur dalam menjalankan amanah
Jujur yang di berikan oleh masyarakat dan
menyebabkan

3. Identifikasi Penyebab
a. Faktor penyebab korupsi secara umum
Korupsi adalah perbuatan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri
sendiri/orang lain, baik perorangan maupun korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara/perekonomian Negara
1) Faktor Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat
ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan,
bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup seperti
penyuapan dan politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi.
2) Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Ini bisa meliputi aturan yang
diskriminatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga
multi tafsir, hingga sanksi yang terlalu ringan
3) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Selain
rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi lain yang menjadi penyebab
terjadinya korupsi, diantaranya adalah kekuasaan pemerintah yang dibarengi dengan
faktor kesempatan bagi pegawai pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan
kroninya.
Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan
bahwa kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Namun, kenyataannya korupsi
juga dilakukan oleh orang yang sudah kaya. Ini membuat korupsi sebenarnya bukan
disebabkan oleh kemiskinan, tapi justru sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh
korupsi.
4) Faktor organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban
korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi
karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi.
b. Faktor penyebab korupsi internal
1) Gaya hidup yang konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseong
konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan
untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan
korupsi.
2) Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan
bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi
traits pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan
memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
c. Faktor penyebab korupsi eksternal
1) Aspek ekonomi
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi
terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk
mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
2) Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan
harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan
berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu
lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang
dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
3) Aspek Organisasi
Aspek organisasi yang menjadi faktor penyebab korupsi di antaranya adalah:
 Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Kurang meadainya sistem akuntabilitas yang benar
 Kelemahan sistem pengendalian manajemen
 Lemahnya pengawasan.
.
4. Solusi Penerapan ANEKA

Nilai-nilai Dasar Aksi Penerapan Nilai Hasil yang diharapkan


1. Pendidikan dan penerapan budaya
anti korupsi
2. Bersama-sama dan segera
Terciptanya generasi penerus
Akuntabilitas melakukan langkah yang di
yang bersih dan anti korupsi
perlukan untuk
mengimplementasikan pendidikan
karakter dan budaya anti korupsi
Tidak bersikap egois yang
Mengadakan kegiatan baksti sosial
Nasionalisme hanya mementingkan
setiap satu bulan sekali ke panti-panti
kepentingan pribadai
Menciptakan ASN yang
senantiasa menjunjung
Menjunjung tinggi nilai- nilai moral
tinggi nilai moral dan
Etika publik dan menanamkan sikap profesionalisme
profesional dengan tidak
sebagai ASN
melakukan tindak pidana
korupsi
1. Pembentukan lembaga/organisasi Agar ASN dapat memilih
yang menangani masalah korupsi dan melakukan kegiatan
Komitmen mutu 2. Memperkuat sanksi yang lemah positif yang di minati agar
dengan memberi efek jera bagi terhindar dari hal-hal negatif
ASN yang melakukan korupsi seperti tindakan korupsi
Untuk mengembangkan
1. Berani melaporkan ASN yang nilai-nilai Profesionalisme
melakukan tindak KKN dan berani untuk
Anti korupsi 2. Senantiasa melaksanakan peran melaporkan hal-hal yang
ASN sebagai teladan yang baik melanggar nilai-nilai ASN
bagi masyarakat salah satunya tindak pidana
KKN

C. KASUS 3
1. Uraian Kasus
Baru-baru ini publik dikejutkan dengan kabar 97 ribu PNS fiktif yang masih
menerima gaji aktif. Terungkapnya data PNS fiktif sebanyak 97 ribu orang adalah musibah
dalam penataan kepegawaian di tanah air. Dilansir dari Nasional.okezone.com Peneliti
Indonesia Corruption Watch (ICW) Almas
Sjafrina mengatakan jika benar 97 ribu
pegawai negeri fiktif itu menerima gaji dan
pensiun, maka negara sangat dirugikan.
Selain tidak pernah adanya pemutakhiran
data pegawai negeri secara reguler, diduga
ada keterlibatan pihak yang berwenang.
Angka 97 ribu PNS fiktif merupakan angka
fantastis, tentu saja anggaran untuk menggaji
juga tidaklah kecil. Cukup mengherankan,
bagaimana bisa negara teledor sampai-
sampai penggajian pegawai fiktif masih berlangsung. Di saat yang sama banyak rakyat
yang berharap menjadi PNS dan mengharapkan gaji tetap seperti PNS. Apabila mengulik
masalah ini lebih dalam, dapat disimpulkan beberapa hal:
 Hal ini telah mengkonfirmasi kesemrawutan sistem demokrasi di Indonesia. Sistem
yang berpijak kepada azaz manfaat dan meniadakan peran agama, terbukti semrawut
tata kelolanya. Membiarkan anggaran negara keluar dengan alasan yang tidak jelas.
 Gaji tetap PNS fiktif telah membenarkan sistem demokrasi kapitalisme sekuler
memiliki ekonomi yang tidak sehat alias sakit parah. Karena sistem ekonomi dan
keuangannya berpotensi dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
Selain itu, ini bentuk keteledoran yang nyata yang dilakukan oleh pemerintah.
 Patut diduga, gaji tetap yang diberikan kepada 97 ribu PNS fiktif bentuk penyelewengan
anggaran yang harus diusut tuntas oleh negara. Jangan sampai ada oknum-oknum yang
tak bertanggung jawab memanfaatkan hal tersebut
 Mengkonfirmasi kinerja pemerintah yang kurang amanah. Selama ini PNS digaji oleh
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang diperoleh utamanya dari
pungutan pajak rakyat atau pun yang lainnya. Seharusnya pemerintah menjaga benar
amanah ini, jangan sampai ada anggaran yang tidak tepat sasaran. Lebih-lebih ada PNS
fiktif yang menerima gaji tetap. Hal ini sangat merugikan negara, terutama rakyat.
Andai saja anggaran yang digunakan untuk menggaji pegawai fiktif dikelola dengan
baik untuk kesejahteraan rakyat, tentu saja dapat dialokasikan pada yang lebih
membutuhkan seperti untuk menggaji guru honorer. Kebebasan telah mengikis keimanan
seseorang yang mengakibatkan benar-salah atau halal-haram diabaikan dalam kehidupan.
Sehingga ketika menjalankan amanah tidak didasarkan atas dasar iman dan ketakwaan.
2. Kaitan Kasus dengan ANEKA

No. Nilai Dasar Indikator Kaitan dengan Kasus


Pemerintah tidak dapat dijadikan
Kepemimpinan teladan dalam mengatur keuangan
negara sehingga merugikan negara
Tidak bertanggung jawab terhadap
Tanggung Jawab
1. Akuntabilitas pengaturan keuangan negara
Tidak terbuka mengumumkan hasil
penelusuran kasus 97 pegawai negeri
Transparansi
fiktif karena tidak mengikuti pendaftaran
ulang PNS atau PUPNS
Kebebasan mengikis keimanan seseorang
mengakibatkan benar-salah halal-haram
Ketuhanan diabaikan dalam kehidupan sehingga
muncul 97ribu PNS fiktif mendapat gaji
tetap
Melukai nurani rakyat karena disaat yang
bersamaan banyak rakyat yang hidupnya
Kemanusiaan
masih susah dan terkena deburan badai
PHK

2. Nasionalisme Pemerintah belum menyatukan data


Persatuan secara nasional sejak 2003
mengakibatkan data amburadul
Diduga ada oknum yang tak
Gotong royong bertanggungjawab memanfaatkan hal
tersebut
Membiarkan anggaran negara keluar
dengan alasan yang tidak jelas
Keadilan mencerminkan ketidakadilan terhadap
rakyat dan buruknya penegakan hukum
di Indonesia
Memelihara dan Melanggar standar etika yaitu menjadi
menjunjung tinggi ASN yang abai terhadap kejujuran data
standar etika luhur dan status
Tidak mematuhi aturan pemerintah
3. Etika publik Integritas untuk melaporkan status nonaktifnya
sebagai ASN
Tidak menjalankan kedisiplinan karena
Disiplin
sudah inaktif dari PNS
Kelebihan PNS fiktif menyebabkan
4. Komitmen mutu Efektif
anggaran negara yang tidak efektif
Kelebihan PNS fiktif menyatakan bahwa
Berorientasi pada mutu mutu pemerintahan dan birokrasi masih
kurang
Tidak mengingatkan pemerintah akan
Peduli status inaktifnya berupa laporan ulang
PNS atau PUPNS
5. Anti Korupsi Tidak patuh terhadap perintah dan aturan
Disiplin
pemerintah yang berlaku
Tidak jujur kepada pemerintah tentang
Jujur
status inaktifnya

3. Identifikasi Penyebab
a. Faktor eksternal
1) Pengaruh lingkungan sosial dan pergaulan:
BKN telah menemukan adanya data PNS dengan status terblokir. Hal ini
terjadi karena PNS tersebut tidak ikut dalam pendataan ulang PNS yang dilakukan
secara nasional pada tahun 2002 hingga 2003 silam. Adanya sejumlah PNS yang
tidak ikut dalam program Pendataan Ulang PNS (PUPNS) ini disebabkan sejumlah
faktor. Ada PNS yang tidak mendapatkan informasi mengenai program PUPNS.
Ada juga PNS yang sedang sakit, berada di daerah terpencil, sedang ikut tugas
belajar, atau sedang cuti di luar tanggungan negara, sehingga tidak mengetahui
adanya program PUPNS. Pengaruh yang kuat dari lingkungan sosial dan pergaulan
yang kurang terjalin sejak tahun 2003 karena faktor belum hadirnya media sosial
menyebabkan sebagian pegawai negeri yang sudah tidak aktif lagi acuh bahkan tidak
peduli terhadap PUPNS
2) Faktor kesempatan
Tidak pernah adanya pemutakhiran data PNS secara reguler sehingga
menyebabkan hadirnya mafia atau pihak pihak lain untuk memanipulasi data
b. Faktor Internal
1) Penjaringan data yang tidak tersistem
Sejak Indonesia merdeka pemerintah baru dua kali melakukan Pemutakhiran
data PNS. Pemutakhiran pertama kali dilakukan tahun 2002 tetapi dengan sistem
manual, dan yang kedua kali di tahun 2014 lalu. Pemutakhiran data secara manual
inilah yang menyebabkan data rawan dimanipulasi.
2) Tidak adanya pengawasan BKN dan Menpan RB untuk mengecek data PNS secara
merinci
Pemerintah ternyata selama ini tidak mengetahui ada PNS fiktif yg rutin
menerima gaji dan pensiun. Hal ini disebabkan karena lemahnya pengawasan BKN
dan Menpan RB terhadap data–data PNS

4. Solusi Penerapan ANEKA

Nilai-nilai Dasar Aksi Penerapan Nilai Hasil yang diharapkan


Membangun kesadaran kepada ASN agar
ASN yang akuntabilitas
jujur dan bertanggungjawab dalam
Akuntabilitas sehingga tidak merugikan
melaporkan data-datanya melalui
negara
pemutakhiran data mandiri
Terciptanya ASN yang
Mengadakan pembinaan ASN agar
Nasionalisme berintegritas tinggi dan
tumbuh kembali nilai-nilai Pancasila
amanah
Menciptakan ASN yang
senantiasa menjunjung
Menjunjung tinggi nilai nilai moral dan
tinggi nilai moral dan
Etika publik menanamkan sikap profesionalisme serta
profesional dengan bekerja
kedisiplinan sebagai ASN
secara disiplin dan jujur
melaporkan data-datanya

1. Pembentukan satgas/duta pelayanan


Pemutakhiran data mandiri di
lingkungan instansi
2. Mengadakan pelatihan dan
pendampingan kepada pegawai untuk
Terjaring data-data yang
Komitmen mutu melakukan pemutakhiran data mandiri
akurat dan tersistem
3. Memperkuat sanksi yang lemah
dengan memberi efek jera bagi ASN
yang tidak melakukan Pemutakhiran
data mandiri atau PUPNS yang akan
pensiun

1. Berani melaporkan ASN yang tidak


melakukan Pemutakhiran data mandiri
Mengembangkan nilai-
serta PUPNS
Anti korupsi nilai kejujuran dan
2. Senantiasa melaksanakan peran ASN
profesionalisme
sebagai teladan yang baik bagi
masyarakat
D. KASUS 4
1. Uraian Kasus
Pelecehan seksual bukan suatu hal yang
baru bagi telinga masyarakat Indonesia.
Pelecehan seksual adalah salah satu kejahatan
besar yang mempengaruhi dan berdampak
pada kerusakan tatanan sosial bangsa
Indonesia. Akhir-akhir ini banyak terjadi
kasus tentang pelecehan seksual terhadap anak
dimana pelakunya adalah orang dewasa dan
kebanyakan adalah yang telah dikenal korban https://www.google.com/amp/s/www.kompas.tv/amp/article/
210375/videos/oknum-asn-ditangkap-polisi-diduga-
Hal ini tentu saja merupakan suatu hal yang lakukan-pelecehan-seksual-kepada-anak-laki-laki

cukup serius dan harus sesegera mungkin ditanggulangi.


Seperti yang terjadi di Kubuk Basung, Sumatera Barat, seorang aparatur sipil negara
(ASN) dengan inisial FR (56) ditangkap Kepolisian Resor (Polres) Agam, Sumatera Barat,
karena diduga melakukan pelecehan seksual kepada anak di bawah umur berinisial LK. Ia
ditangkap dengan barang bukti berupa dua unit telpon genggam, baju satu helai, celana
satu helai, mobil pikap merek Toyota dengan nomor polisi BM 9086 AH. Kapolres
Agam AKBP Dwi Nur Setiawan mengatakan tersangka sudah ditahan dan masih dalam
penyelidikan guna mencari tahu kemungkinan terdapat korban lain.
Kasus ini terungkap saat orang tua koban melihat isi percakapan anaknya dengan
tersangka melalui aplikasi WhatsApp. Orang tua korban melihat gambar tidak sepantasnya
di dalam chat tersebut. Setelah didesak orang tuanya, korban mengakui pernah dilecehkan
oleh tersangka. Ia mengatakan pelecehan seksual itu dilakukan tersangka di mobil pikap di
Jalan Lintas Bawan-Palembayan. Setelah itu dilanjutkan di dalam hutan kawasan berburu
babi di daerah Koto Alam, Kecamatan Palembayan.
Setelah selesai kegiatan berburu, pelaku dan korban pulang ke Bawan. Dalam
perjalanan pulang, ASN kembali melakukan perbuatan tercela tersebut. Sesampainya di
simpang rumah korban, pelaku mengancam korban untuk merahasiakan aksi pelecehan
tersebut, dan pelaku memberikan korban uang Rp100 ribu. Saat dilakukan koordinasi
dengan Badan Kepegawaian Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Agam
terkait dinas tempat tersangka bekerja, diketahui bahwa tersangka sering melihat situs
sesama jenis.
Tersangka dan korban sudah saling kenal, karena mereka pernah bertetangga saat
korban tinggal bersama neneknya di daerah Sago, Nagari Manggopoh, Kecamatan
Lubukbasung. Kemudian korban pindah ke Bawan, Kecamatan Ampeknagari, mengikuti
ibunya. Antara tersangka dan korban bertemu lagi di lokasi perburuan, karena korban
sama-sama hobi berburu. Tersangka sudah beristri dan belum memiliki anak. Atas
perbuatannya, tersangka diancam dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Adanya kasus pelecehan seksual ini diakibatkan karena krisis moral dan rasa
kemanusiaan sehingga menjadi cukup berbahaya dan perlu dilakukan tindakan preventif
maupun represif. Hal tersebut dikarenakan sangat bertentangan dengan nila-nilai Pancasila
sebagai pandangan hidup dan Hak Asasi Manusia (HAM) seseorang.

2. Kaitan Kasus dengan ANEKA

No. Nilai Dasar Indikator Kaitan dengan Kasus


Tanggung Tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai
jawab ASN di lingkungan kerja
Tidak memegang teguh nilai-nilai dalam Pancasila dan
Integritas
UUD 1945
1. Akuntabilitas
Tidak dapat dipercaya karena melakukan sesuatu yang
Kepercayaan
merugikan orang lain
Tidak dapat dijadikan teladan dalam memberikan
Kepemimpinan contoh dalam lingkup keluarga, lingkungan kerja,
maupun lingkungan bermasyarakat
Melakukan tindakan yang sudah jelas dilarang oleh
Ketuhanan
2. Nasionalisme agama
Kemanusiaan Bersikap semena-mena dan merampas HAM orang lain
Menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi
Disiplin
3. Etika Publik agar memuaskan hasrat seksualnya
Integritas Melanggar kode etik sebagai ASN
Salah satu efek dari kecanduan pornografi adalah
Efisiensi menurunnya fungsi otak dan hilangnya fokus dalam
berkerja
Komitmen
4. Tidak dapat menjadi agen pembaharuan dan hanya
Mutu Inovatif
membuat malu instansi
Berorientasi Berkurangnya fokus dalam berkerja membuat pekerjaan
pada mutu yang dihasilkan tidak akan maksimal
5. Anti Korupsi Jujur Memaksa orang lain untuk menutupi kesalahannya
Disiplin Tidak patuh dengan peraturan dan hukum yang berlaku

3. Identifikasi Penyebab
a. Faktor Eksternal
1) Pengaruh lingkungan
Penggunaan internet yang tidak bijak dapat mendorong seseorang melakukan
sesuatu yang bersifat negatif. Hal ini juga dapat didukung bila FR bertemu dengan
teman-teman di dunia maya dan mereka saling berbagi link situs tidak senonoh satu
sama lain.
2) Faktor kesempatan
FR dan korban sudah saling mengenal, namun sempat terpisah karena korban
pindah mengikuti ibunya. Kemudian mereka bertemu lagi di lokasi perburuan karena
sama-sama memiliki hobi berburu, sehingga membuat FR dapat melancarkan aksi
bejatnya kepada korban.
b. Faktor Internal
1) Kecanduan pornografi
Seseorang yang kecanduan pornografi akan mencontoh perilaku yang
dilihatnya dalam tayangan atau gambar pornografi sehingga membuat fungsi otak
menurun karena jalur komunikasi di dalam otak menurun, seperti emosi, pemusatan
perhatian, pergerakan, kecerdasan dan pengambilan keputusan. Pada kasus diatas, FR
yang telah paruh baya sering membuka situs sesama jenis sehingga tidak dapat
mempertahankan integritasnya sebagai orang dewasa dan ASN.
2) Moral yang kurang kuat
Seseorang dengan moral yang kurang kuat akan cenderung lebih mudah
tergoda untuk melakukan perilaku menyimpang seperti pelecehan seksual, seperti
yang dilakukan FR. Bahkan tersangka memberikan uang kepada korban sebagai uang
tutup mulut.
c. Faktor Hukum
Hukum yang tidak membuat efek jera pada tersangka pelaku pelecehan seksual
membuat pelaku-pelaku pelecehan seksual, terutama pelaku sodomi terus mengulangi
perbuatannya seperti yang tertuang pada pasal 292 KUHP yang mengatakan bahwa
orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dari
jenis kelamin yang sama, sedang diketahui atau patut harus disangkanya hal belum
dewasa itu, dihukum penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun. Sudah sepatutnya hukum
menindak tegas pelaku pelecehan seksual anak dibawah umur karena anak-anak adalah
harapan untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik.

4. Solusi Penerapan ANEKA

No. Nilai Dasar Aksi Penerapan Nilai Hasil yang Diharapkan


1. Memberikan kembali bimbingan dan
pembinaan jiwa korps dan kode etik ASN Menumbuhkan kembali
2. Melakukan edukasi mengenai kebijakan nilai-nilai Pancasila
mengenai pelecehan seksual dan untuk dalam diri ASN serta
1. Akuntabilitas
meningkatkan kesadaran akan pelecehan menambah pengetahuan
seksual serta konsekuensi-konsekuensi ASN mengenai kebijakan
yang merugikan bagi para ASN, instansi pelecehan seksual
dan masyarakat

1. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan


Yang Maha Esa agar terhindar dari niat
Terciptanya lingkungan
melakukan sesuatu yang merugikan orang
kerja yang sehat, positif
2. Nasionalisme lain
dan bebas dari pelecehan
2. Bijak dalam memilih lingkungan sosial,
seksual
termasuk bijak dalam menggunakan
internet
Menciptakan ASN yang
senantiasa menjunjung
Menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan tinggi nilai moral dan
3. Etika Publik menanamkan sikap profesionalisme sebagai profesional dengan
ASN menghargai dan
menghormati perbedaan
gender dari berbagai usia
1. Mengadakan bimbingan konseling untuk
ASN agar dapat memanajemen stres Terciptanya kesehatan
dengan baik mental yang positif bagi
2. Mengadakan pelatihan dan pendampingan ASN sehingga ASN
Komitmen
4. kepada ASN terhadap kegiatan yang dapat menjadi lebih
Mutu
diminati produktif dan terhindar
3. Memperkuat sanksi yang memberi efek dari hal-hal yang bersifat
jera bagi ASN yang melakukan pelecehan negatif
seksual
1. Berani melaporkan ASN yang
Mengembangkan nilai-
memperlihatkan tanda-tanda perilaku
nilai profesionalisme dan
penyimpangan atau melakukan pelecehan
sikap berani pada ASN
5. Anti Korupsi seksual
untuk melaporkan hal-hal
2. Senantiasa melaksanakan peran ASN
yang melanggar nilai-
sebagai teladan yang baik untuk
nilai ASN
masyarakat
E. Daftar Pustaka
Hana, Okataviano DB. 2021. Puluhan oknum ASN Disanksi Karena Terpapar Radikalisme.
[Internet] tersedia di https://kabar24.bisnis.com/read/20210421/15/1384013/puluhan-asn-
disanksi-karena-terpapar-radikalisme-begini-respons-dpr.
Mulyana, Cahya. 2021. KPK Tahan 17 ASN Tersangka Kasus Jual Beli Jabatan Di
Probolinggo. [Internet] tersedia di https://mediaindonesia.com/politik-dan-
hukum/430394/kpk-tahan-17-asn-tersangka-kasus-jual-beli-jabatan-di-probolinggo.
VOA, Agregasi. 2021. Kasus 97 Ribu ASN Fiktif, ICW: Rasanya Tak Mungkin Hanya
Kesalahan Data. [Internet] tersedia di
https://nasional.okezone.com/read/2021/05/29/337/2417284/ kasus-97-ribu-asn-fiktif-
icw-rasanya-tak-mungkin-hanya-kesalahan-data.
Rohman, Baitur. 2021. Oknum ASN Ditangkap Polisi, Diduga Lakukan Pelecehan Seksual
Kepada Anak Laki-laki. [Internet] tersedia di https://www.google.com/amp/s/
www.kompas.tv/amp/article/210375/videos/oknum-asn-ditangkap-polisi-diduga-lakukan-
pelecehan-seksual-kepada-anak-laki-laki.

F. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai