Anda di halaman 1dari 7

MENENTUKAN ISU RANCANGAN AKTUALISASI

PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS TAHUN 2021

Angkatan : LXXX (80) Kelompok 3


Nama : Tri Anggraini
NDH : 13
Instansi : Puskesmas Tapus, Dinas Kesehatan, Pemerintah Kabupaten Lebong
Nama Mentor : Luly Sustalena, SKM

A. DESKRIPSI ISU
Isu adalah suatu pertanyaan tentang fakta, nilai, atau kebijakan yang dapat di
perdebatkan. Isu muncul ketika ada ketidaksesuaian antara pengharapan publik dengan
praktek organisasi dan jika diabaikan dapat berdampak merugikan bagi organisasi. Dengan
kata lain, sebuah isu yang timbul ke permukaan, baik didalam maupun diluar organisasi,
yang jika dibiarkan akan menjadi efek yang secara signifikan akan memengaruhi
operasional atau kepentingan jangka panjang dari organisasi tersebut dimasa mendatang
sehingga membutuhkan penanganan segera.
Sehubungan dengan hal tersebut, rancangan aktualisasi ini diambil berdasarkan
identifikasi beberapa isu yang ditemukan di lingkungan kerja, yaitu Puskesmas Tapus.
Hasil dari diskusi terhadap pemecahan masalah berupa kegiatan rancangan aktualisasi
yang telah mendapat persetujuan dari mentor dan coach sehingga nantinya isu tersebut
diharapkan dapat digunakan untuk kemajuan pelayanan kesehatan di Puskesmas Tapus.
Dilihat dari kaitannya dengan Manajemen ASN, Whole Of Government dan
Pelayanan Publik, terdapat beberapa isu di lingkungan kerja Puskesmas Tapus, yaitu:
1. Manajemen ASN
a. Belum optimalnya kepatuhan dalam penerapan pendokumentasian tindakan
keperawatan
Salah satu tugas dan tanggung jawab seorang perawat adalah melaksanakan
asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan dan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
bersifat humanistik dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Seluruh rangkaian kegiatan pemberian asuhan
keperawatan tersebut perlu didokumentasikan karena pendokumentasian merupakan
bagian integral dari proses keperawatan.
Belum optimalnya kepatuhan dalam penerapan pendokumentasian tindakan
keperawatan di Puskesmas Tapus sebagai akibat dari rendahnya kesadaran perawat
mengenai pentingnya pendokumentasian asuhan keperawatan pada setiap klien yang
berobat di Puskesmas Tapus. Selain itu, adanya kesenjangan usia serta perbedaan
latar belakang tingkat pendidikan perawat menyebabkan perbedaan persepsi antar
perawat dalam pengisian form asuhan keperawatan sehingga perawat yang belum
paham dengan format form asuhan keperawatan memilih untuk tidak
mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilakukannya. Apabila tidak segera
ditindaklanjuti, asuhan keperawatan akan menjadi tidak terpantau dan dikhawatirkan
akan membuat kualitas pelayanan asuhan keperawatan menurun serta kurangnya
kelengkapan administrasi Puskesmas yang akan berpengaruh pada mutu pelayanan
Puskesmas. Oleh karena itu, kondisi yang diharapkan dari isu ini adalah perawat
memahami pentingnya disiplin dalam dalam penerapan pendokumentasian tindakan
keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan di Puskesmas Tapus.
b. Belum optimalnya tingkat kepatuhan tenaga kesehatan dalam mengenakan APD
Dalam melaksanakan tugas, sebagai tenaga kesehatan diwajibkan untuk
disiplin dalam menggunakan alat pelindung diri (APD), terlebih dimasa pandemi
COVID-19, termasuk menjalankan tindakan sesuai standar operasional prosedur
(SOP), seperti mencuci tangan sebelum melakukan tindakan. Petugas kesehatan
memiliki risiko kontak yang tinggi dengan agen infeksi karena berbagai jenis
kegiatan yang terlibat dengan pekerjaan mereka yang memiliki kemungkinan untuk
terkontaminasi. Di era pandemi COVID-19 ini, penggunaan APD dengan
menjalankan tindakan sesuai SOP sangatlah penting untuk menurunkan risiko
penularan penyakit pada tenaga medis karena dapat menghindarkan kontak dengan
patogen.
Dampak yang akan terjadi jika kurangnya kesadaran petugas tentang
kepatuhan memakai APD saat melakukan kontak dengan klien dan menjalankan
tindakan sesuai SOP adalah meningkatnya angka kejadian nosokomial di Puskesmas
dan resiko penularan penyakit antar sesama tenaga medis maupun dari tenaga medis
ke klien atau sebaliknya, seperti penularan virus COVID-19. Akibatnya, akan
terbentuk cluster baru penyebaran virus COVID-19 di lingkungan kerja, keluarga
petugas kesehatan maupun keluarga klien. Oleh karena itu, kondisi yang diharapkan
dari isu ini adalah tenaga kesehatan dapat disiplin dalam penggunaan APD saat
kontak dengan klien serta melakukan tindakan sesuai SOP yang berlaku sehingga
menurunkan risiko penularan penyakit, khususnya virus COVID-19 pada petugas
kesehatan.

2. Whole of Government
a. Belum optimalnya edukasi mengenai bahaya seks pranikah dan pernikahan dini
Bentuk-bentuk dari perilaku seksual remaja seperti perasaan tertarik hingga
tingkah laku berkencan, bercumbu dan berhubungan seks dipercaya dipengaruhi
oleh beberapa faktor, misalnya seperti pengaruh dari berbagai media massa,
pengaruh negatif teman sebaya, perkembangan teknologi, pergaulan bebas, adanya
keinginan remaja untuk mencoba hal baru, serta kurangnya pengetahuan orang tua
terhadap pentingnya pendidikan seks sejak dini untuk anak. Dalam hal biologis,
remaja yang melakukan perilaku seks pranikah akan beresiko tertular infeksi, kanker
serviks, aborsi, kemadulan serta kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga untuk
menutupi aib karena kehamilan diluar nikah, maka remaja akan melakukan
pernikahan dini meskipun usia mereka belum cukup untuk melangsungkan
pernikahan.
Selain itu, stigma masyarakat mengenai perempuan yang belum menikah
sampai usia 25 tahun juga sedikit banyak mempengaruhi para orang tua untuk segera
menikahkan anak-anaknya setelah tidak bersekolah lagi. Orang tua beranggapan
bahwa dengan menikahkan anaknya, maka ekonomi keluarga akan menjadi lebih
baik karena beban yang harus ditanggung telah berkurang. Jika hal ini terus
dibiarkan, maka kasus anak putus sekolah dan angka pernikahan dini akan
meningkat, tingginya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perceraian
usia muda, tingginya angka kematian ibu dan bayi karena melahirkan di usia muda,
serta meningkatnya kasus malnutrisi pada anak dan kasus ibu hamil yang
kekurangan gizi, keguguran, dan melahirkan bayi cacat. Maka dari itu, kondisi yang
diharapkan dari isu ini adalah masyarakat desa Topos termasuk para remaja dapat
mengetahui bahaya tentang perilaku seks pranikah dan pernikahan dini sehingga
dapat menurunkan angka pernikahan dini di wilayah kerja Puskesmas Tapus.
b. Belum optimalnya pemanfaatan fasyankes Puskesmas Tapus di masa pandemi
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai virus COVID-19 membuat
masyarakat menjadi cemas dan khawatir secara berlebihan. Kekhawatiran yang
berlebihan ini membuat masyarakat mudah percaya dengan berita apa pun yang
beredar mengenai virus COVID-19, termasuk hoax. Masyarakat seakan dihantui
oleh hasil screening Rapid Test Antigen atau pun Swab Antigen yang dilakukan oleh
fasyankes yang akan berubah menjadi positif sehingga mengharuskan mereka untuk
melakukan isolasi mandiri. Hal ini dapat memicu keengganan masyarakat untuk
memanfaatkan fasyankes ketika sakit, sehingga memunculkan tren self diagnosis
yang membuat masyarakat meraba-meraba dalam mengkonsumsi obat untuk
menyembuhkan gejala penyakit yang dirasakan. Jika hal ini terus dibiarkan, maka
dapat menyebabkan timbulnya penyakit sekunder lainnya dan kasus kematian yang
tidak diketahui penyebabnya, serta penyebaran virus COVID-19 yang semakin tidak
terkontrol. Maka dari itu, kondisi yang diharapkan dari isu ini adalah masyarakat
desa Topos memiliki pengetahuan mengenai virus COVID-19 agar tidak salah
kaprah lagi sehingga tidak takut untuk memanfaatkan fasyankes Puskesmas Tapus
ketika sakit.

3. Pelayanan Publik
a. Belum terlaksananya program paliatif care bagi penderita kanker
Paliatif care merupakan perawatan total yang dilakukan secara aktif terutama
pada klien yang menderita penyakit yang membatasi hidup dengan tujuan untuk
mencapai kualitas hidup sebaik mungkin pada klien dan keluarganya karena
penyakit klien sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan atau klien yang
mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup. Perawatan paliatif ini
berfokus pada kebutuhan klien bukan berfokus pada penyakit, sehingga klien dapat
menerima kematian namun juga tetap berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan dan pengetahuan para tenaga kesehatan masih sangat minim
mengenai perawatan klien di area paliatif, terutama di Puskesmas Tapus, sehingga
hal ini menjadi tantangan bagi para tenaga kesehatan terutama tenaga professional
yang bekerja di area paliatif untuk dapat memahami dengan baik cara memberikan
pelayanan yang berkualitas dengan mengacu pada filosofi dan standar pelayanan
perawatan paliatif. Apabila tidak ditindaklanjuti, maka kualitas hidup klien akan
menurun karena merasa terpuruk memikirkan penyakitnya hingga meninggal.
Sehingga kondisi yang diharapkan dari isu ini adalah terlaksananya program paliatif
care di Puskesmas Tapus untuk meningkatkan kualitas hidup klien yang menderita
kanker stadium lanjut yang tidak akan menerima tindakan kuratif lagi di rumah sakit
atau memiliki kesulitan untuk berangkat ke rumah sakit.
b. Belum optimalnya penerapan pelayanan keperawatan
Perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang prima (service excellent), dimana pelayanan
keperawatan yang diberikan harus bersifat profesional dan memiliki komitmen
dalam membangun integritas yang tinggi tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras
dan antar golongan sehingga dapat memberikan kepuasan pada klien. Belum
optimalnya penerapan pelayanan keperawatan di Puskesmas Tapus dikarenakan
kurang terpaparnya petugas keperawatan tentang edukasi atau diseminasi mengenai
pelayanan keperawatan yang prima, bermutu, efektif dan efisien sesuai dengan visi
dan misi Puskesmas Tapus. Jika tidak ditanggulangi, maka akan memunculkan
keluhan dari klien dan berimbas pada mutu pelayanan di Puskesmas Tapus.
Sehingga kondisi yang diharapkan dari isu ini adalah perawat dapat memahami
perannya dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga terciptanya pelayanan
keperawatan yang optimal.

B. ANALISIS ISU
Setelah dideskripsikan pada bagian sebelumnya, diperlukan analisis lanjutan
dari ke-6 (enam) isu tersebut guna mendapatkan kualitas isu tertinggi (core isu).
Selain itu, tidak semua isu dapat dikategorikan menjadi isu aktual sehingga diperlukan
analisis kriteria isu. Alat analisis kriteria isu yang digunakan dalam rancangan
aktualisasi ini adalah dengan menggunakan metode APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan dan Layak), yaitu sebagai berikut:
Aktual : Isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat
Problematik : Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu
dicarikan segera solusinya secara komprehensif
Kekhalayakan : Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan
inisiatif pemecahan masalahnya
Layak : Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak
Tabel 1. Analisis Isu Menggnakan APKL

No. Masalah A P K L Total Peringkat


Belum optimalnya kepatuhan dalam penerapan
1. 3 3 4 4 14 V
pendokumentasian tindakan keperawatan
Belum optimalnya tingkat kepatuhan tenaga
2. 3 4 5 5 17 II
kesehatan dalam mengenakan APD
Belum optimalnya edukasi mengenai bahaya
3. 4 3 4 4 15 IV
seks pranikah dan pernikahan dini
Belum optimalnya pemanfaatan fasyankes
4. 3 4 4 5 16 III
Puskesmas Tapus di masa pandemi
Belum terlaksananya program paliatif care
5. 3 3 4 3 13 VI
bagi penderita kanker
Belum optimalnya penerapan pelayanan
6. 5 4 4 5 18 I
keperawatan

Tabel 2. Bobot Penetapan Kriteria Kualitas Isu APKL


Bobot Keterangan
5 Sangat perlu
4 Perlu
3 Sedang
2 Kurang perlu
1 Tidak perlu

C. ARGUMENTASI TERHADAP CORE ISU YANG TERPILIH


Setelah melakukan tahap analisis menggunakan APKL, maka didapatkan core isu
“belum optimalnya pengisian form asuhan keperawatan”. Tahap selanjutnya adalah
mencari kegiatan serta pemecahan masalah yang sesuai agar dapat melakukan tahapan-
tahapan kegiatan yang berkontribusi dalam visi dan misi organisasi yang dituangkan
dalam matriks rencana aktualisasi.
Peningkatan mutu pelayanan di Puskesmas harus melibatkan semua unsur, salah
satunya adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai guna mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Tingginya tuntutan masyarakat dalam pelayanan
kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan di Puskesmas menjadi landasan bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat dalam memberikan pelayanan yang prima. Pelayanan prima
(service excellent) sering dijadikan sebagai tolak ukur bagi masyarakat untuk menilai
pelayanan keperawatan, sehingga tingkat kepuasan masyarakat tergantung pada mutu dan
kualitas pelayanan keperawatan. Perawat diharapkan dapat memenuhi kewajibannya untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang prima dalam menjalankan tugas dan fungsinya
dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan tetap berpedoman pada
nilai-nilai etika keperawatan.
Belum optimalnya penerapan pelayanan keperawatan merupakan hal yang cukup
krusial. Kecepatan pelayanan maupun respon cepat tanggap perawat dalam menangani
keluhan klien diyakini menjadi salah satu penyebab terjadinya isu ini. Selain itu, kurang
terpaparnya petugas keperawatan mengenai pelayanan keperawatan yang prima, bermutu,
efektif dan efisien, adanya kesenjangan usia, serta perbedaan latar belakang pendidikan
perawat juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan.
Maka dari itu, diperlukan upaya untuk menumbuhkan kesadaran perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan yang prima dengan disertai oleh pengetahuan
mengenai standar etika keperawatan yang harus diterapkan dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat, sehingga pelayanan yang prima akan terlihat dari tingkat kepuasan
masyarakat ketika berobat di Puskesmas. Rancangan ini juga diharapkan dapat
mendukung program dan visi misi dari Puskesmas Tapus serta dapat menjadi acuan dalam
menginternalisasi nilai-nilai dasar ASN.

D. GAGASAN PEMECAHAN ISU


1. Konsultasi dengan atasan/mentor tentang rencana kegiatan
2. Membuat media edukasi/diseminasi berupa leaflet
3. Membuat kuesioner kepuasan klien
4. Menyiapkan bahan pelaksana kegiatan diseminasi tentang penerapan pelayanan
keperawatan/SAP (Satuan Acara Penyuluhan)
5. Melaksanakan diseminasi tentang penerapan pelayanan keperawatan
6. Melakukan monitoring terkait dengan penerapan pelayanan keperawatan berupa form
checklist
7. Memberikan lembar kuesioner kepada klien
8. Mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai