Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISIS ISU KONTEMPORER

PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS TAHUN 2021

Angkatan : LXXX (80) Kelompok 3


Nama Kelompok : Tri Sutrisno, S.Pd Luciana Fitrianti, S.Pd Lesta , S.Pd.I
Regina Imeda, S.Pd Ns. Tri Anggraini, S.Kep
Nama Coach : Dr. Emmy Desseri, M.Si

1. Gambaran
Isu kontemporer adalah isu yang aktual yang sedang hangat dibicarakan dan sesuatu hal yang
modern, yang eksis dan terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang yang berkaitan dengan saat
ini. Berkembangnya isu-isu kontemporer dikarenakan banyaknya masalah-masalah baru yang muncul
akibat berkembangnya teknologi yang tak disertai dengan kesiapan orang yang mengalaminya.
Sehingga mau tidak mau orang-orang jaman sekarang terbawa arus karena kurangnya kesiapan dalam
menerima teknologi yang baru.
Kemampuan memahami isu-isu kontemporer tidak terlepas dari kemampuan mengidentidikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan dan perubahan lingkungan strategis dengan
menyadari pentingnya modal insani, seperti berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini dapat
mempengaruhi kemampuan PNS dalam menghadapi isu-isu kontemporer yang terjadi di lingkungan
tempat bekerja maupun isu-isu kontemporer secara global
Setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) sebaiknya memahami pentingnya modal insani untuk
dapat membantu menghadapi dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan isu-isu kontemporer
yang sedang dan akan dihadapi ASN ketika dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing,
sehingga setiap mampu menjadi ASN yang professional, bertanggung jawab, menunjukkan sikap
mental positif, mengutamakan keprimaan, menunjukkan kompetensi, dan memegang teguh kode etik
yang merupakan etika moral seorang ASN.

2. Identifikasi Isu
a. Masyarakat termakan hoax sehingga menjadi anti vaksin
Beredar sebuah pesan berantai WhatsApp yang berisi
informasi yang menyebutkan bahwa China mengakui vaksin
Sinovac buatannya tidak manjur. Dikutip dari
detiknews.com, juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian
Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menanggapi isu
terkait kemanjuran vaksin Covid-19 China rendah. Nadia menegaskan vaksin Sinovac masih efektif
untuk mencegah penularan. Ia menjelaskan dalam uji klinis tahap 3 yang dilakukan di Bandung,
Jawa Barat, keberhasilan vaksin Corona Sinovac sebesar 65,3%. Vaksin Sinovac juga sudah
mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

b. Dampak sekolah tatap muka terhadap perilaku anak


Dikutip dari detiknews.com, Tawuran antara pelajar
SMA dan SMK di Kepahiang, Bengkulu, menewaskan satu
orang pelajar. Polisi kemudian menangkap lima orang diduga
terlibat tawuran maut itu. Kasat Reskrim Polres Kepahiang
AKP Welliwanto Malau mengatakan ada lima pelajar yang
diduga melakukan pengeroyokan terhadap korban berinisial
DT (16) hingga tewas. Welli mengatakan polisi awalnya
mengamankan dua orang terduga pelaku. Setelah diinterogasi,
keduanya mengatakan perbuatan itu dilakukan bersama tiga orang lainnya.

c. Perilaku bully tidak mengenal batasan usia


Dugaan pelecehan seksual sesama jenis
dan perundungan terjadi di kantor Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Jakarta,
terhadap korban berinisial MS. MS
membenarkan itu saat dihubungi
CNNIndonesia.com. Dia enggan membeberkan
detail identitasnya. MS mengaku kejadian itu
membayangi dirinya selama bertahun-tahun
sejak bekerja di KPI.
Menurutnya, sejak awal terdapat rekan
kerja senior yang mengintimidasi dan memaksa dirinya untuk membeli makan selama bekerja. MS
merasa diperlakukan secara rendah dan ditindas oleh rekan-rekan kerjanya seperti budak. Ia
bercerita, pada 2015 para pelaku perundungan itu mulai melakukan pelecehan seksual. Mereka
memegangi kepala, tangan, kaki hingga menelanjangi korban. Bahkan, para pelaku mencoret-coret
kelaminnya menggunakan spidol. Perbuatan itu membuat dirinya merasa trauma dan rendah diri. Ia
tak bisa melawan aksi perundungan yang dilakukan secara ramai-ramai itu.
3. Menapis Isu Prioritas
Penentuan prioritas masalah dengan Metode USG
Urgency : Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti
Seriousness : Seberapa serius suatu isu harus dibahas dan dikaitkan dengan akibat yang akan
ditimbulkan
Growth : Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera

No. Masalah U S G Total Peringkat


Masyarakat termakan hoax mengenai sehingga menjadi anti
1. 3 4 4 11 I
vaksin
2. Dampak sekolah tatap muka terhadap perilaku anak 3 3 3 9 II
3. Perilaku bully tidak mengenal batasan usia 3 2 2 7 III

Bobot Penetapan Kriteria Kualitas Isu USG


Bobot Keterangan
5 Sangat perlu
4 Perlu
3 Sedang
2 Kurang perlu
1 Tidak perlu

Hasil dari identifikasi dan penilaian isu melalui teknik Tapisan USG didapatkan bahwa isu
masyarakat termakan hoax mengenai vaksin COVID-19 sehingga menjadi anti vaksin menjadi
prioritas utama.

3. Analisis Isu Prioritas


Fishbone
Sebab Akibat

Psikologis Pendidikan

Masyarakat termakan
hoax mengenai vaksin
COVID-19 sehingga
menjadi anti vaksin

Lingkungan Eksternal
a. Penyebab terjadinya isu
1) Faktor psikolgis
Faktor psikologis ini sangat mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang. Masyarakat yang
terlalu cemas dan khawatir ketika mendengar tentang virus COVID-19 akan menyebabkannya
lebih mudah menerima dan mempercayai segala informasi mengenai COVID-19 tanpa
menyaringnya terlebih dahulu
2) Faktor pendidikan
Pendidikan yang belum merata menjadikan masyarakat sulit untuk terbuka menerima hal-hal
baru. Mereka akan cenderung memegang teguh prinsip dan keyakinannya tanpa mau
mendengarkan orang lain, atau dengan kata lain close minded.
3) Faktor lingkungan
Ketakutan individu terhadap efek vaksin akan mempengaruhi individu yang lain, sehingga ini
akan menjadi efek domino di masyarakat untuk saling menakut-takuti satu sama lain.
4) Faktor eksternal
Kurangnya sosialisasi dari pemerintah dan dinas kesehatan terhadap jenis-jenis vaksin dan
informasi mengenai KIPI membuat masyarakat enggan datang ke fasilitas kesehatan untuk
menerima vaksin.

b. Dampak jika isu tidak terselesaikan


1) Mempersulit penangan wabah COVID-19
2) Munculnya mutasi-mutasi baru virus COVID-19
3) Pandemi COVID-19 tidak akan pernah berakhir

4. Rekomendasi Penyelesaian
Hasil Yang
No. Alternatif Penyelesaian Tahapan Setiap Alternatif Para Pihak
Diharapkan
1. Koordinasi lintas sektor Membuat media informasi  Masyarakat lebih  Kominfo
antara Kominfo, Kemenkes berupa iklan layanan masyarakat berhati-hati dalam  Kemenkes
dan institusi/lembaga terkait tentang mewaspadai bahaya menerima informasi  Masyarakat
lainnya untuk terus hoax serta bahaya penularan mengenai COVID-19  Pemerintah
mengkampanyekan COVID-19 oleh unit-unit  Peningkatan daerah
kewaspadaan terhadap berita pemerintah daerah dan tokoh pengetahuan  Intitusi/
hoax tentang COVID-19 masyarakat tentang lembaga
COVID-19 lainnya
2. Membentuk satgas COVID- Jaringan komunikasi antara Masyarakat dengan  Pemerintah
19 yang ditujukan khusus aparat pemerintah pusat, mudah pusat
untuk memberikan informasi provinsi, kota hingga mengkonfirmasi  Pemerintah
tentang COVID-19 yang pemerintah desa, kabupaten, kebenaran dari berita Daerah
mudah dijangkau oleh kecamatan bersama masyarakat yang didapat sebelum hingga
masyarakat dari tingkat mempercayainya tingkat
pemerintah pusat, daerah, desa
kabupaten/kota, kecamatan, (RT/RW)
hingga RT dan RW  Masyarakat
3. Sebagai ASN yang peduli  Tidak menyebarkan berita  Berita hoax tidak  ASN
pada lingkungan sekitar, kita hoax tentang COVID-19 yang tersebar ke seluruh  Masyarakat
dapat turut memutus rantai tidak jelas sumbernya lapisan masyarakat
penyebaran hoax di  Bijak bersosial media dengan  Menjadi suri
masyarakat, menyebarkan tidak mudah tersulut oleh tauladan bagi
berita yang akurat dan berita-berita yang tidak jelas masyaraka
bermanfaat, serta membantu kebenarannya
pemerintah menuntaskan  Patuhi protokol Kesehatan,
pandemi beri contoh yang baik kepada
masyarakat dengan selalu
terapkan 3M

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil idenfitifikasi melalui metode USG, didapatkan isu prioritas, yakni masyarakat
termakan hoax sehingga menjadi anti vaksin. Berdasarkan teknik analisis isu fishbone, diketahui
bahwa penyebabnya dikarenakan 4 (empat) faktor, yaitu faktor psikologis, pendidikan, lingkungan dan
eksternal. Adapun alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan untuk mengatasi isu tersebut adalah
koordinasi lintas sektor antara Kominfo, Kemenkes dan institusi/lembaga terkait lainnya untuk terus
mengkampanyekan kewaspadaan terhadap berita hoax tentang COVID-19, membentuk satgas
COVID-19 yang ditujukan khusus untuk memberikan informasi tentang COVID-19 yang mudah
dijangkau oleh masyarakat dari tingkat pemerintah pusat, daerah, kabupaten/kota, kecamatan, hingga
RT dan RW, serta peduli pada lingkungan sekitar dengan turut memutus rantai penyebaran hoax di
masyarakat, menyebarkan berita yang akurat dan bermanfaat, serta membantu pemerintah
menuntaskan pandemi sebagai seorang ASN.

Anda mungkin juga menyukai