PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau
permanent. Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif
dan fungsi fisik. (Http://www.biausa.org).
Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di
rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera
kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10%
sisanya adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi
pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas
merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya
karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga
dan rekreasi. (Turner DA. Neurological evaluation of a patient with head trauma.
Dalam :Neurosurgery 2nd edition).
Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu rumah
sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, untuk penderita rawat inap, terdapat
60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka
kematian tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk
CKR tidak ada yang meninggal. (Turner DA. Neurological evaluation of a patient
with head trauma. Dalam :Neurosurgery 2nd edition).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, studi kasus ini dilakukan untuk
mengetahui penanganan penderita yang mengalami trauma kepala yang menerima
perawatan di Ruang ICU.
C. Tujuan
1
1. Tujuan Umum
Mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien trauma capitis di ruang perawtan ICU dengan
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
- Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien Trauma Capitis di Ruang
-
Perawatn ICU
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Trauma
B. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Kalvaria khususnya di region temporal adalah tipis, namun disini
dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat
melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan
deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu: fosa anterior
tempat lobus frontalis, fosa media tempat temporal dan fosa posterior ruang
bagi bagian bawah batang otak dan serebelum (IKABI, 2004).
C. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu:
1. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
endosteal dan lapisan meningeal. Dura mater merupakan selaput yang
keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan
dalam dari cranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di
bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdural) yang
terletak antara dura mater dan arachnoid, dimana sering dijumpai
perdarahan subdural. Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang
berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior di garis
tengah atau disebut bridging veins, dapat mengalami robekan dan
menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan
darah vena ke sinus transverses dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinussinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan
dalam dari cranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala
dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan
perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri
meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).
2. Selaput Arakhnoid
3
E. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius
menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya
darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan tekanan
intracranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS
sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari. (IKABI, 2004).
F. Tentorium
Tentorium serebri membagi rongga tengkorak menjadi ruang
supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan
ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior). (IKABI, 2004).
G. Perdarahan Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.
Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan
membentuk circulus Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot
di dalam dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena
tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.
(Sugiharto L, Hartanto H, Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T,
dkk, penerjemah)
2. FISIOLOGI KEPALA
Tekanan intracranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intracranial,
cairan serebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal, TIK orang
dewasa dalam posisi terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari
5
5. Fraktur Tengkorak
Pukulan pada tengkorak menyebabkan fraktur jika toleransi elastic dari
tulang terlampaui. Fraktur kepala dapat melukai jaringan pembuluh darah
dan saraf-saraf dari otak, merobek durameter yang mengakibatkan
perembesan cairan serebrospinal, dimana dapat membuka suatu jalan
untuk terjadinya infeksi intrakranial. Adapun macam-macam dari fraktur
tengkorak adalah :
a. Fraktur Linear :
Retak biasa pada hubungan tulang dan tidak merubah hubungan dari
kedua fragmen.
b. Comminuted Fraktur :
Patah tulang tengkorak dengan multipel fragmen dengan fraktur yang
multi linear.
c. Depressed Fraktur :
Fragmen tulang melekuk kedalam.
d. Coumpound Fraktur :
Fraktur tengkorak yang meliputi laserasi dari kulit kepala, membran
mukosa, sinus paranasal,
atau
otorrhea.
6. Cedera Serebral
Cidera serebral meliputi:
1. Komosio Serebri (geger otak) :
Gangguan fungsi neurologik ringan tanpa adanya kerusakan struktur
otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa
disertai amnesia, muntal, muntah, nyeri kepala. Biasanya dapat
kembali dalam bentuk normal.
2. Kontusio Serebri (memar) :
Benturan menyebabkan perubahan dari struktur dari permukaan otak
yang mengakibatkan pendarahan dan kematian jaringan dengan atau
tanpa edema. Hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit. Perubahan
warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun
waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang
terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka dari
warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik. Pada mayat waktu antara
terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga
karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara
kematian dan pemeriksaan luka
permukaan
dalam
durameter
dan
segera
setelah
pendengaran,
cedera
vertigo,
(Fakultas
dan
Kedokteran
a) Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokonstriksi paru atau
hipertensi paru menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
b) Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida mempengaruhi aliran darah.
Bila PO2 rendah, aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi.
Penurunan
PCO2,
akan
terjadi
alkalosis
yang
menyebabkan
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera dan mungkin
dipersulit oleh cedera tambahan pada organ-organ vital
a. Aktivitas/Istirahat
14
Gejala
Tanda
cara
berjalan
tak
tegap.
Masalah
dalam
Tanda
c. Integritas Ego
Gejala
Tanda
d. Eliminasi
Gejala
e. Makanan/Cairan
Gejala
Tanda
f. Neurosensori
15
Gejala
Tanda
pengaruh
emosi/tingkah
laku
dan
memori),
seperti
pengecapan,
penciuman
dan
Tanda
h. Pernapasan
Tanda
Perubahan
pola
napas
(apnea
yang
diselingi
oleh
Gejala
Tanda
: Fraktur/dislokasi.
j. Gangguan penglihatan
Kulit laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti raccoon eye tanda Batle di
sekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma), adanya aliran cairan
(drainase) dari telinga/hidung (CSS).
k. Gangguan kognitif.
Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami
paralysis. Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
l. Interaksi Sosial
Tanda
m. Pemeriksaan Diagnostik
1. Scan CT tanpa/dengan kontras : Mengidentifikasi adanya SOL,
hemoragic, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Catatan pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena iskemia/infark
mungkin tidak terdeteksi dalam 24 72 jam pasca trauma.
2. MRI : Sama dengan scan CT tanpa/dengan menggunakan kontras.
3. Angiografi cerebral : Menunjukan kelainan sirkulasi cerebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.
4. EEG : Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis.
5. Sinar X : Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur),
pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan, edema) dan
adanya fragmen tulang.
6. BAER (Brain Auditori Evoked Respons) : Menentukan fungsi korteks dan
batang otak.
7. PET (Positron Emission Tomografi) : Menunjukan perubahan aktivitas
metabolisme dalam otak.
8. Pungsi Lumbal, CSS : Dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan
subarachnoid.
9. GDA (Gas Darah Arteri) : Mengetahuai adanya masalah ventilasi atau
oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK..
17
10. Kimia/Eolektrolit
Darah
Mengetahui
ketidakseimbangan
yang
10. Jelaskan pada keluarga tentang tujuan tindakan serta penggunaan alat
bantu.
R/: Mengurangi cemas pd keluarga dan penerimaan diri dari tindakan yg
dilakukan.
11. Berikan cairan melalui IV dngn alat kontrol (infus pump)
R/: Mencegah overlood pd pem cairan, pembatasan cairan diperlukan
untuk menurunkan edema cerebrl menimalkan frekuensi aliran veskuler
dan TD serta peningkatan TIK.
12. Berikan oksigen tambahan sesuai indikator
R/: Menurunkan hipoksia dimana dapat meninggikan vasodilatasi dan vol
darah cerebral yang men tik
13. Memberikan obat sesuai indikasi
- Diuretik contoh manitol dan furosemid
- Anti konvulisan contoh phenytoin
- Analgetik contoh ranitidin dan metamizol
- Piracetam (sedative)
- Antipiretik (mis. paracetamol)
R/: Diuretik digunakan pd fase akut untuk menrunkan air dari sel otak
menurunkan edema otak dan tik
- Untuk mencegah terjadinya kejang
- Untuk menghilangkan nyeri dan dapat berakibat negatif pd PTIK.
- Digunakan untuk mengendalikan kegelisahan
- Menurunkna demam yang mempunyai pengaruh peningkatan
metabolisme serebral/peningkatan kebutuhan O2
3. Perubahan persepsi sensorik b.d penurunan tingkat kesadaran, kerusakan
lobus parientalis, kerusakan nervus olfaktorius.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selaman 3x 24 Jam maka persepsi
sensorik membaik dengan
Kriteria Hasil:
Kesadaran pasien kembali normal Tidak terjadi peningkatan TIK
Intervensi :
1. Observasi keadaan umum serta Vital Sign
R/: Mengetahui keadaan umum pasien.
2. Orientasikan pasien terhadap orang, tempat dan waktu.
R/: Melatih kemampuan pasien dalam mengenal waktu, tempat dan
lingkungan pasien.
3. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indra, misalnya: parfum R/:
Melatih kepekaan nervus olfaktorius.
4. Kolaborasi medik untuk membatasi penggunaan sedativa
R/: Sedativa mempengaruhi tingkat kesadaran pasien.
4. Nyeri b.d trauma sakit kepala.
Tujuan :
21
meliputi
lokasi,
seperti
22
24
keperawatan
Perhatikan lingkungan
R/: Cegah terjadinya trauma
Longgarkan pakaian yang sempit terutama bagian leher.
R/: Memperlancar jalan napas.
Tidak boleh diikat selama kejang.
R/: Mengurangi ketegangan
Beri posisi yang tepat (kepala dimiringkan)
R/: Membantu pembukaan jalan napas.
Gunakan bantal tipis di kepala
25
yang
berkembang
seperti
atelektasis,
26
BAB IV
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
PADA Ny. S DENGAN TRAUMA CAPITIS
DI RUANG ICU RSUD SAWERIGADING PALOPO
: Ny.S
: 23 tahun
: Perempuan
: Perumnas
: Trauma Capitis
: 281852
: Tn. H
: 35 Tahun
: Laki-laki
: Perumnas
: Saudara kandung
2. Keluhan Utama
Kliem mengalami penurunan kesadaran, tingkat kesadaran somnolen
GCS: E3 V2 M5 = 10
3. Alasan Dirawat di Ruang ICU
Kliem mengalami penurunan kesadaran akibat kecelakaan
4. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga klien mengatakan 4 hari yang lalu klen mengalami kecelakaan lalu
lintas. Klien sebelumnya mengendarai kendaraan sepeda motor sendiri dari
rumah saudara, dari arah berlawanan klien tabrakan dengan pengendara
sepeda motor lain, posisi jatuh keluarga tidak mengetahui, klien seketika
27
di rawat inap kan, klen hanya ini pertama kali nya di rawat inap
Riwayat operasi
Keluarga klien mengatakan klien belum pernah operasi
Riwayat Alergi
Keluarga klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan ataupun terhadap obat-obatan serta terhadap cuaca dan
lingkungan.
6. Prymary Survey
C : Circulation
- Nadi teraba, lemah, 58 x/ menit, regular
- Tidak ada perdarahan pada kepala dan yang menghambat saluran
pernapasan.
- Akral dingin dan tampak pucat
- Residu lambung (NGT)
- TD: 100/70 mmHg
A : Airway
- Look :
Tampak tidak ada obstruksi jalan napas
tidak ada secret, darah maupun benda asing
Lidah tidak jatuh kebelakang,
terpasang NGT dan O2 masker 3 liter / menit
- Listen :
Tidak terdengar suara jalan napas tambahan / abnormal
B : Breathing
28
Look :
Tampak sesak napas (Dispnea), napas cepat dan dangkal, RR : 23 x/ menit
Tampak retraksi interkosta dan napas cuping hidung
Tampak jejas pada dada tengah, pergerakan dada simetris
Listen :
Suara napas bronchial (ekspirasi > inspirasi)
Tidak terdengar suara napas abnormal seperti Whezing, Ronchi basah dan
Palpasi :
Tidak ada pembesaran kelenjar tiriod dan life, dan tidak teraba ada
Inspeksi :
Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, dan tidak ada
kelainan bentuk tulang belakang, seperti, kiposis, lordosis dan
lauk, sayur) porsi sedang dan habis serta tidak ada keluhan
Selama sakit :
Keluarga klien mengatakan selama di rawat di Rumah sakit klien
9. Tertiery Survey
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 13 Mei 2015
Jenis Pemeriksaan
Hematologi
Hematologi
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Golongan darah
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
13.5
39
16.7
203
4.53
A
g/dl
%
ribu/Ul
ribu/Ul
juta/Ul
13.5 17.5
33 45
190
1.0
41
mg/dl
mg/dl
mg/dl
HbsAg
Analisa Gas Darah
pH
BE
PCO2
PO2
HCO3
Total CO2
O2 Saturasi
4.5 11.0
150 450
450 590
60 140
139
4.0
106
0.9 1.3
< 50
Nonreactive
136 145
7.461
-2.7
28.7
65.4
22.1
17.8
93.1
mmol/L
mmHg
mmHg
%
mmol/L
%
3.3 5.1
98 106
Nonreactive
7.350 7.450
33
-2-+3
27.0 41.0
83.0 108.0
21.0 28.0
19.0 24.0
94.0 98.0
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Rongent
- Foto Thorax PA,
Kesimpulan : Cord an Pulmo tak tampak kelainan
c. Terapi
Tgl 13 Mei 2015
O2 Non Rebreathing Masker 3 lpm
IVFD : Asering 20 tts/i
Cefnaxim inj/infus
Pentinol
Paracetamol
Piracetam
Ranitidin 2x50 mg
Cidnolin
34
B. ANALISA DATA
No
1.
DATA FOKUS
DS : DO :
- Klien mengalami penurunan kesadaran
- Tingkat kesadaran somnolen
- GCS : E 3 V2 M5 = 10
- Nadi : 58 x/mnt, teraba lemah
- TD : 100/70 mmHg
- Suhu : 38 7 o C
- Tampak Hematom pada kepala
- Akral dingin, pucat
- Skala nyeri 6
Kemungkinan
Masalah
Penyebab
Trauma Kepala
Keperawatan
Perfusi jaringan
pembuluh darah
rusak/pecah
Perdarahan otak
SDH
Suplay Oksigen ke otak
berkurang
Kompensasi metabolik
anaerob
Penurunan PH
Asidosis metebolik
Toksik
Kerusakan membran sel
Perpindahan cairan dari
35
No
DATA FOKUS
Kemungkinan
Masalah
Penyebab
eksttrasel ke intrasel
Keperawatan
Edema sel
Volume otak
meningkat/kompresi
TTIK
2.
DS : DO :
- Tampak sesak napas (Dispnea)
- Napas cepat dangkal (Takipnea)
- RR : 23 x/mnt, irregular
- Terpasang O2 NRM 3 lpm
- Tampak napas dari bibir
Trauma kepala
TTIK
No
3.
DATA FOKUS
DS : DO :
- Kesadaran somnolen
- Tampak Dispnea dan Takipnea
- Auskultasi Bronkial (Ekspirasi > Inspirasi)
- Sianosis pada ekstremitas (pucat)
- Akral dingin
- Diaforesis
- Hasil pemeriksaan AGD
pH : 7.461 (N : 7.350 7.450)
BE : -2.7 mmol/L (N : - 2 - + 3)
PCO2 : 28.7 mmHg (N : 27.0 41.0)
PO2 : 65.4 mmHg (N : 83.0 108.0)
HCO3 : 22.1% (N : 21.0 28.0)
Total CO2 : 17.8 mmol/L (N : 19.0 24.0)
O2 Saturasi : 93.1 % (N : 94.0 98.0)
Kemungkinan
Masalah
Penyebab
Keperawatan
TIK meningkat
Gangguan pertukaran
gas
Suplai oksigen
Iskemia
Gangguan pertukaran gas
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan adanya trauma
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sedera jaringan otak
3. Pola napas tidak efektif berhubungan TTIK meningkat
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Dx
1.
TUJUAN
Setelah
dilakukan
INTERVENSI
tindakan 1. Kaji
tingkat
kesadaran
RASIONAL
GCS,
No
TUJUAN
Dx
INTERVENSI
RASIONAL
tingkat
adekuat dengan KH :
dan kognitif
Tidak ada nyeri kepala dan
pusing
Tidak
peningkatan TIK
Tidak ada sianosis
Akral hangat
Tidak pucat
kesadaran
perkembangan
diatur
dan
kerusakan
oleh
(okulomotorius)
saraf
dan
potensi
SSP. Pupil
kranial
berguna
III
uutk
ada
tanda-tanda
2. Pantau tanda Vital TD, N, RR dan
Suhu Serta Saturasi O2
ineguler
menandakan
adanya
ketajaman
pengelihatan,
lanjut.
3. Membantu menentukan lokasi cidera otak
yang terlihat pe
keerusakan reflek
bola mata.
No
Dx
TUJUAN
INTERVENSI
4. Pantau
intake
dan
RASIONAL
haluaran
pantau suhu
Demam
mengindikasikan
vena
menghambat
aliran
jugularis
darah
dan
vena.
Selanjutnya peningkatan TIK. Posisi 1530 meningkatkan aliran balik vena dari
kepala, sehingga mengurangi kongesti
6. Batasi pemberian cairan berlebih
cerebra,
menimalkan
fluktasi
cairan
diperlukan
untuk
peningkatan TIK.
8. Menurunkan hipoksia
dimana
dapat
39
No
TUJUAN
Dx
INTERVENSI
RASIONAL
indikator
furosemid
Anti
konvulisan
phenytoin
Analgetik contoh ranitidin
dan metamizol
Piracetam (sedative)
Antipiretik
contoh
kegelisahan
Menurunkna demam yang mempunyai
(mis.
paracetamol)
pengaruh
2.
Setelah
dilakukan
tindakan 1. Kaji
kesadaran (composmentis)
Hasil AGD dalam batas normal
RR normal (12 20 x/mnt)
status
frekuensi,
oksigenasi
irama,
dan
peningkatan
metabolisme
serebral/peningkatan kebutuhan O2
yaitu 1. Merupakan indikator keadekuatan fungsi
usaha
lengkap,
kultur
dan
gangguan
pertukaran
gas.
Perubahan
elektrolit
kadar elektrolit memperburuk keadaan
3. Observasi warna kulit, adanya 3. Sianosis, CRT > 3 dtk dan pucat
sianosis, dan kaji CRT serta
merupakan
indikator
dari
gangguan
membrane mukosa
No
TUJUAN
Dx
-
INTERVENSI
RASIONAL
luar
4. Kaji tanda vital, saturasi O2 dan 4. Peningkatan TIK menyebabkan perubahan
tingkat kesadara secara continue
atau
O2
Peningkatan
melemah,
Penurunan
menunjukan
hipoksia,
suhu
dan
perubahan
dan
catat
adanya
kepatenan
posisi
membantu
yang
nyaman
memaksimalkan
untuk
potensial
cairan
total
tubuh
yang
7. Kolaborasi :
- Berikan
oksigen
yang
7.
-
Berikan
antipiretik
bila
No
TUJUAN
Dx
INTERVENSI
RASIONAL
demam
3.
Setelah
dilakukan
tindakan 1. Kaji
frekuensi
napas,
hipoksia
Mempertahankan
normotermia
untuk
adekuat dengan KH :
kesimetrisannya
llokasi/luasnya
keterlibatan
otak.
dan
observasi
hasil
pemeriksaan
rongent
(foto
abnormal,
seperto
bradipnea,
tambahan
jalan
abnormal
seperti
napas
yang
membahayakan
trauma kepala
5. Peningkatan TIK menyebabkan perubahan
42
No
Dx
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
pada tanda vital, perubahan TD, Nadi
melambat
saturasi
atau
O2
Peningkatan
melemah,
Penurunan
menunjukan
hipoksia,
suhu
dan
perubahan
posisi
Posisi
nyaman
7. Kolaborasi :
- Berikan terapi oksigen sesuai
indikasi
-
nyaman
meningkatkan
yang
E. IMPLEMENTASI
HARI 1
43
1.
No
HARI/TG
Dx
L/JAM
Rabu
13/05/15
TINDAKAN
TT
D
S:
O: Kesadaran somnolent
14.00
GCS : E3 V2 M6
Pupil : Isokor, Simetris Ka/Ki Ukuran 3 mm
Jam 14.00
S:
O: TD = 100/70 mmHg N= 58x/Mnt
RR= 23x/Mnt Suhu= 38,70C
reflex Babinski
S:
O:
S:
o
O:
Jam 14.45
infus pump
44
No
HARI/TG
Dx
L/JAM
TINDAKAN
TT
D
semi fowler
7. Membersihkan badan klien dengan menyabuin
Jam 15.00
S:
O:
Asering 40 ml/jam
pengunjung
diberikan
O:
No
HARI/TG
Dx
L/JAM
TINDAKAN
TT
D
O:
2.
jam 16.45
Ranitidin 50 mg masuk
Paracetamol 60 mg masuk
RR = 60x /menit
Irama = irregular
Klien tampak susah bernafas dan tampak
S:
O:
hidung
Tidak ada sputum
Suara napas = Bronkial
Perkusi = Sonor
S:
O:
17.00
Aktal dingin
3. Mengkaji tanda vital dan saturasi dan tingkat
kesadaran
S:
46
No
HARI/TG
Dx
L/JAM
TINDAKAN
TT
D
O:
17.30
4. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan
memberikan posisi semi fowler dan
mempertahankan terapi iv dengan menggunakan
S:
O:
infus pump
S:
air 2 cc
18.15
3.
19.00
S:
No
HARI/TG
Dx
L/JAM
TINDAKAN
TT
D
RR = 48x/menit
Irama irregular
Pergerakan dada tampak sangat kuat ,
simetris
S:
O:
-
S:
O: Tampak Dispnea, Takipnea, dan
Jam 19.30
Hiperventilasi
4. Mengauskultasi paru
S:
5. Memantau kegelisahan klien sebagai efek dari
Jam 19.45
obat sedative
No
HARI/TG
Dx
L/JAM
TINDAKAN
TT
D
S:
7. Mempertahankan dan mengecek O2 masker 3 lpm
O:
Jam 20.15
S:
O: O2 Masker 3 lpm
Jam 21.00
HARI KE 2
NO
HARI/TGL/JA
DX
1.
M
Kamis
14/05/15
TINDAKAN
1. Mengkaji GCS, reaksi pupil
terhadap cahaya, ukuran pupil
TT
D
S:
O: Kesadaran somnolent
jam 07.00
GCS : E3 V2 M6
Pupil : Isokor, Simetris Ka/Ki Ukuran 3 mm
2. Memantau tanda tanda vital
Jam 07.00
S:
O: TD = 120/60 mmHg N= 58x/Mnt
3. Mengkaji reflek batuk, menelan,
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
TT
D
S:
Babinski
O:
S:
O:
Jam 07.15
5. Mengatur posisi kepala elevasi
bed
fowler
Mengatur
posisi
yang
50
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
nyaman
untuk
memberikan
lien
klien,
TT
D
serta
waktu
menjelaskan
kepada
keluarga
S:
O: O2 Masker terpasang dengan 3 lpm
S:
O: pentinol masuk 100mg tanpa ada alergi
Jam 08.30
S:
O:
Jam 09.00
Ranitidin 50 mg masuk
Paracetamol 60 mg masuk
51
NO
HARI/TGL/JA
DX
2.
Kamis
TINDAKAN
jam 10.00
14/05/15
Jam 10.30
TT
RR = 22x /menit
Irama = irregular
Klien tampak susah bernafas dan tampak
retraksi intercostal dan napas cuping hidung
S:
O:
-
S:
O:
mengkaji CRT
dingin
4. Mengkaji tanda vital dan saturasi
dan tingkat kesadaran
S:
O:
-
Jam 11.00
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
Kesadaran Somnolent
S:
O:
TT
infus pump
tampak nyaman
oksigen
yang
dilembabkan
S:
O:
-
sesuai advice
Jam 11.30
7. Memberikan
antipiretik
S:
O: paracetamol masuk via NGT
Jam 12.00
53
NO
HARI/TGL/JA
DX
3.
Kamis
TINDAKAN
S:
14/05//2015
O:
jam 12.30
kesimetrisannya
2. Mengkaji dengan adanya krepitasi
dengan meraba dada bekas luka /
Jam 13.00
Jam 13.15
S:
O:
jejas serta
3. Mengobservasi adanya bradipnea,
TT
S:
O: Tampak Dispnea, Takipnea, dan Hiperventilasi
S:
O: Auskultasi Bronkial dan tidak terdengar bunyi napas
abnormal
O:
6. Mempertahankan dan mengecek O2
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
masker 6 lpm
Jam 14.00
TT
D
S:
O: O2 Masker 6 lpm
HARI KE 3
NO
DX
1.
HARI/TGL/JA
TINDAKAN
M
Jumat
15/05/2015
TT
D
S:
O: Kesadaran somnolent
jam 14.01
GCS : E3 V2 M5
Pupil : Isokor, Simetris Ka/Ki Ukuran 3 mm
2. Memantau tanda tanda vital
Jam 14.25
S:
3. Mengkaji reflek batuk, menelan,
Babinski
S:
O:
-
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
O:
bed
6. Membatasi cairan berlebih dengan
Jam 15.00
S:
TT
S:
O: Posisi bed dianaikkan 30o dan posisi klien semi
fowler
S:
Jam 15.30
O:
7. Membersihkan badan klien dengan
Mengatur
untuk
memberikan
lien
posisi
yang
klien,
serta
waktu
untuk
kepada
keluarga
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
TT
D
Jam 15.50
S:
O: O2 Masker terpasang dengan 3 lpm
S:
O: pentinol masuk 100mg tanpa ada alergi
Jam 16.00
S:
O:
Jam 16.10
2.
Jumat
Ranitidin 50 mg masuk
Paracetamol 60 mg masuk
RR = 22x /menit
15/05/2015
jam 16.20
57
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
peranjakan
Mengauskultasi/
dada
klien
mengkaji
paru
-paru
2. Mengobservasi warna kulit sianosis
Jam 16.30
Irama = irregular
Klien tampak susah bernafas dan tampak
TT
D
S:
O:
mengjaki CRT
dingin
3. Mengkaji tanda vital dan saturasi
dan tingkat kesadaran
S:
O:
Jam 16.45
infus pump
S:
O:
tampak nyaman
58
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
5. Menjelaskan pada keluarga tentang
pemberian, oksigen yang
S:
O:
sesuai advice
Jam 17.00
TT
S:
6. Memberikan antipiretik
3.
Jumat
jam 17.45
S:
O:
RR = 22x/menit
Irama irregular
Pergerakan dada tampak sangat kuat , simetris
kesimetrisannya
2. Mengkaji dengan adanya krepitasi
Jam 17.50
S:
O:
59
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
TT
D
S:
O: Tampak Dispnea, Takipnea, dan Hiperventilasi
4. Mengauskultasi paru
S:
O: Auskultasi Bronkial dan tidak terdengar bunyi
Jam 18.10
napas abnormal
S:
O:
Jam 18.20
masker 3 lpm
S:
O: O2 Masker 6 lpm
Jam 14.00
60
NO
HARI/TGL/JA
DX
TINDAKAN
TT
D
F. EVALUASI
HARI 1
N
O
DX
1.
HARI/TGL/JA
PERKEMBANGAN PASIEN
M
Rabu, 15/05/15
TTD
S:O:
-
N
O
DX
HARI/TGL/JA
PERKEMBANGAN PASIEN
M
4.
5.
6.
7.
TTD
2.
Rabu, 15/15/2015
S:O:
-
N
O
HARI/TGL/JA
DX
3.
PERKEMBANGAN PASIEN
M
Rabu, 15/05.2015
TTD
S:O:
-
Kesadaran somnolen, Tampak Dispnea dan Takipnea, Auskultasi Bronkial (Ekspirasi >
Inspirasi), Tampak napas cuping hidung dan bibir, Sianosis pada ekstremitas (pucat)
Akral dingin, Diaforesis
Kaji frekuensi napas, irama, kedalaman, dan usaha bernapas klien serta pergerakan dada
atau kesimetrisannya
2. Kaji adanya krepitasi di tulang dada dan observasi hasil pemeriksaan rongent (foto thorax)
3. Observasi adanya pola napas abnormal, seperto bradipnea, takipnea, dan hiperventilasi
4. Auskultasi suara napas. perhatikan adanya bunyi napas tambahan abnormal seperti krekels,
mengi atau ronki
5. Pantau adanya kegelisahan dan napas tersengal-sengal serta efek dari penggunaan obatobatan depresan seperti sedative
6. Pantau tanda vital dan saturasi O2
7. Berikan posisi semi fowler/fowler dan posisi yang nyaman
8. Edukasi pada keluarga tentang tujuan dari penggunaan alat bantu dan tindakan
keperawatan yang dilakukan
9. Kolaborasi :
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
- Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi
HARI KE 2
63
N
O
DX
1.
HARI/TGL/JA
PERKEMBANGAN PASIEN
M
Selasa,22,Oktober
S:-
2013
O:
-
TTD
kamis,17/05/2015
S:O:
-
Tampak masih sesak napas (Dispnea), Napas cepat dangkal (Takipnea) masih ada, RR : 23
64
N
O
HARI/TGL/JA
PERKEMBANGAN PASIEN
DX
kebiruan
Masih tampak pergerakan dada simetris tapi kurang maksimal
TTD
Kaji status oksigenasi yaitu frekuensi, irama, dan usaha bernapas serta produksi sputum
Pantau hasil pemeriksaan GDA, darah lengkap, kultur dan elektrolit
Observasi warna kulit, adanya sianosis, dan kaji CRT serta membrane mukosa
Kaji tanda vital, saturasi O2 dan tingkat kesadara secara continue
Auskultasi bunyi suara napas abnormal dan catat adanya sianosis, dispnea serta mengi
Pertahankan kepatenan jalan napas dan terapi IV. Berikan posisi yang nyaman untuk
Kamis,
S:-
16/05/2015
O:
-
Kesadaran somnolen
Tampak Dispnea dan Takipnea, Auskultasi Bronkial (Ekspirasi > Inspirasi), Tampak napas
N
O
HARI/TGL/JA
DX
PERKEMBANGAN PASIEN
TTD
Kaji frekuensi napas, irama, kedalaman, dan usaha bernapas klien serta pergerakan dada
atau kesimetrisannya
2. Kaji adanya krepitasi di tulang dada dan observasi hasil pemeriksaan rongent (foto thorax)
3. Observasi adanya pola napas abnormal, seperto bradipnea, takipnea, dan hiperventilasi
4. Auskultasi suara napas. perhatikan adanya bunyi napas tambahan abnormal seperti krekels,
mengi atau ronki
5. Pantau adanya kegelisahan dan napas tersengal-sengal serta efek dari penggunaan obat6.
7.
8.
9.
-
HARI KE 3
66
N
O
HARI/TGL/JA
DX
1.
PERKEMBANGAN PASIEN
M
Jumat,
S:-
17/05/2015
O:
-
Klien masih mengalami penurunan kesadaran, Tingkat kesadaran masih somnolen, GCS : E
V2 M5 = 10
Nadi : 58 x/mnt, teraba lemah, regular, TD : 110/70 mmHg, RR : 23 x/mnt , Suhu : 38 7 o C
Masih tampak Hematom pada kepala oksipital sinistra
Perfusi perifer : CRT > 3dtk masih, Akral dingin, pucat masih ada
TTD
Jumat,
S:-
17/05/2015
O:
-
Tampak masih sesak napas (Dispnea), Napas cepat dangkal (Takipnea) masih ada, RR : 23
x/mnt, irregular, Masih Terpasang O2 NRM 6 lpm, Masih tampak retraksi intercosta dan napas
N
O
HARI/TGL/JA
PERKEMBANGAN PASIEN
DX
TTD
Kaji status oksigenasi yaitu frekuensi, irama, dan usaha bernapas serta produksi sputum
Observasi warna kulit, adanya sianosis, dan kaji CRT serta membrane mukosa
Kaji tanda vital, saturasi O2 dan tingkat kesadara secara continue
Pertahankan kepatenan jalan napas dan terapi IV. Berikan posisi yang nyaman untuk
Jumat,
S:-
17/05/2015
O:
-
Kesadaran somnolen, Tampak Dispnea dan Takipnea, Auskultasi Bronkial (Ekspirasi >
Kaji frekuensi napas, irama, kedalaman, dan usaha bernapas klien serta pergerakan dada
atau kesimetrisannya
2. Kaji adanya krepitasi di tulang dada dan observasi hasil pemeriksaan rongent (foto thorax)
3. Auskultasi suara napas. perhatikan adanya bunyi napas tambahan abnormal seperti krekels,
mengi atau ronki
4. Pantau tanda vital dan saturasi O2
5. Catat perubahan pada hasil pemeriksaan AGD
68
N
O
DX
HARI/TGL/JA
M
PERKEMBANGAN PASIEN
TTD
6. Kolaborasi :
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi dan Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab terdahulu,maka penulis mengambil kesimpulan,bahwa:
1. Pada pengkajian kondisi yang ditemukan pada pasien adalah mengalami penurunan
kesadaran, kesadaran secara kualitatif somnolen, keadaan secara kuantitatif dengan
GCS: E3V2M5
tampak
hematome
dan
lecet
pada
dahi.Terdapat
luka
jahit
pada
kepala
temporalis.Terpasang cairan infus Asering 24 tetes/menit pada tangan kanan. Tandatanda vital :Tekanan darah:140/100 mmHg posisi berbaring, Nadi:92 x/menit, irama
teratur dan kuat, Suhu: 37.50c, Pernapasan:20x/menit, irama teratur, Akral:teraba dingin
dan terpasang O2, Hasil pemeriksaan AGD pH : 7.461 (N : 7.350 7.450), BE : -2.7
mmol/L (N : - 2 - + 3), PCO2 : 28.7 mmHg (N : 27.0 41.0), PO2 : 65.4 mmHg (N : 83.0
108.0), HCO3 : 22.1% (N : 21.0 28.0), Total CO2 : 17.8 mmol/L (N : 19.0 24.0), O2
Saturasi : 93.1 % (N : 94.0 98.0). Dengan skala nyeri 6 dan NGT.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus nyata berdasarkan kondisi dan respon
pasien sehingga ada diagnosa keperawatan yang sesuai dengan tinjauan teori dan ada
yang tidak sesuai dengan tinjauan teoritis. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien sebagai berikut: (1). Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan adanya trauma, (2). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
jaringan otak, (3). Pola napas tidak efektif berhubungan TTIK meningkat
3. Rencana tindakan pada ketiga diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus nyata
semuanya dilakukan pada pasien
70
4. Evaluasi dari ketig diagnosa keperawatan yang diprioritaskan belum teratasi sebagian
pada hari sabtu.
5. Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan mengdokumentasikan semua kegiatan dan
hasilnya mulai dari pengkajian sampai dengan kedalam catatan perawat yang ada dalam
status pasien sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat dikemudian hari.
B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan penulis antara lain:
1. Bagi perawat
Agar dalam memberikan tindakan keperawatan kepada pasien,juga harus dilakukan
tindakan-tindakan mandiri perawat.
2. Bagi Rumah Sakit
Agar dalam pemberian pelayanan disiapkan fasilitas-fasilitas yang memadai untuk
menunjang pemeriksaan,kususnya pada pasien sedera kepala,seperti CT-Scan.
3. Bagi penulis
Agar terus mengembangkan pengetahuan yang telah didapat tentang cedera kepala
sedang serta membagikannya kepada orang lain sehingga tindakan pencegahan dan
penanganan dapat dilakukan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Turner DA. Neurological evaluation of a patient with head trauma. Dalam : Neurosurgery
2nd edition. New York: McGraw Hill, 1996.
American College of Surgeon Committee on trauma. Cedera kepala. Dalam: Advanced
Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia, penerjemah.Edisi 7.
Komisi trauma IKABI, 2004; 168-193.
Smith ML, Grady MS. Neurosurgery. Dalam: Schwarrtz Principles of Surgery. 8 th ed.
McGraw-Hill, 2005; 1615-20.
Gennarelli TA, Meaney DF. Mechanism of Primary Head Injury. Dalam: Neurosurgery 2nd
edition. New York : McGraw Hill, 1996.
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Cedera Kepala. Jakarta : Deltacitra
Grafindo, 2005.
72