DESI FATMASARI
14.01.006
Nim : 14.01.006
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pemikiran
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian
atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berupa gelar
kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan sama sekali.
Makassar, 2018
Yang membuat pernyataan,
(materai 6.000)
DESI FATMASARI
Nim, 14.01.006
iv
ABSTRACT
v
ABSTRAK
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang di sebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan berat badan dan tinggi badan orang tua dengan kejadian stunting pada
balita di wilayah kerja puskesmas barombong.
Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan
pendekatan “cross sectional study”yaitu melakukan pengukuran atau pengamatan
pada saat yang bersamaan (sekali waktu. Pengambilan sampel menggunakan Total
Sampling, sebanyak 49 responden dan instrumen penelitiannya menggunakan
obsevasi data.
Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji Chi-Square menunjukan
bahwa nilai Continuity Correction dari hubungan berat badan bapak dengan
kejadian Stunting pada balita yaitu P = 0,579 dimana P <a 0,05dengan demikian
tidak ada hubungan. Sama dengan hasil berat badan ibu dengan kejadian Stunting
pada balita yaitu nilai P = 0,355 artinya tidak ada hubungan. Adapun hasil dari
hubungan tinggi badan bapak dengan kejadian Stunting pada balita menunjukan
nilai P = 0,837 dimana P <a 0,05 artinya tidak ada hubungan. Berbeda dengan
hubungan tinggi badan ibu pada kejadian Stunting pada balita nilai P = 0,026
dimana P <a 0,05 artinya ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian
Stunting pada balita usia 2-5 tahun di wilayah kerja puskesmas barombong.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tidan ada hubungan berat badan orang
tua dan tinggi badan bapak dengan kejadian Stunting pada balita. Namun ada
hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian Stunting pada balita usia 2-5
tahun di wilayah kerja puskesmas barombong. Disarankan untuk masyarkat
wilayah kerja puskesmas barombong untuk memberikan asupan gizi pada bayi
dan bagi peneliti selanjutnya, menambah referensi penelitian selnjutnya agar
meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kejadian Stunting pada balita usia
2-5 tahun.
vi
KATA PENGANTAR
vii
7. Dosen di prodi S1 Keperawatan yang dengan sabar memberikan
pengarahan yang tiada henti-hentinya dan dorongan sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal ini.
8. Civitas akademik STIKES Panakkukang Makassar.
9. Teman seperjuangan saya Rikawati yusuf, Nurfadillah dan kakak saya
Kasman Halim yang selalu membantu saya dan tidak henti-hentinya
memberikan motivasi dan dorongan untuk menyelesaikan tugas ini.
10. Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan angkatan 2014 yang tidak bisa
di sebutkan satu persatu, kebersamaan dengan kalian semua adalah
kenangan
11. Semua pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuannya.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam
melakukan penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca akan sangat membantu, semoga proposal ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait terutama penulis.
Makassar, 2018
Desi Fatmasari
viii
DAFTAR ISI
ix
C. Variabel Penelitian ...................................................................................52
B. Pembahasan ........................................................................................... 69
A. Kesimpulan ............................................................................................ 75
B. Saran ...................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 5.5 Hubungan berat badan bapak dengan kejadian stunting pada balita usia
2-5 tahun
Tabel 5.6 Hubungan berat badan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5
tahun
Tabel 5.7 Hubungan tinggi badan bapak dengan kejadian stunting pada balita usia
2-5 tahun
Tabel 5.8 Hubungan tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 2-
5 tahun
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi
pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan
penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat
masa mendatang. Hal ini dikarenakan anak stunting juga cenderung lebih
1
karena orang dengan tubuh pendek berat badan idealnya juga rendah.
Massa Tubuh (IMT) orang tersebut naik melebihi batas normal. Keadaan
wasting. Terdapat sekitar 195 juta anak yang hidup dinegara miskin dan
Hapsari.W 2018)
Menurut UNICEF, tahun 2011 ada 165 juta (26%) balita dengan
2
angka balita stunting tertinggi yaitu ada 7,5 juta balita (UNICEF, 2013).
2014).
dari tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%). Kemenkes RI tahun
jawa tengah sebesar 33,9% dengan kategori pendek sebesar 17,0% dan
Salah satu penyebab stunting adalah BB dan TB orang tua hal ini
faktor terjadinya anak pendek pada umumnya karena faktor genetik. Anak
yang berperawakan pendek umumnya lahir dari ibu yang rata-rata tinggi
ibu kelompok yang normal (152,4 cm). sebaliknya kelompok ibu yang
3
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Nur Afia Amin, Madarina Julia April 2014, dengan judul
dengan kejadian stunting pada balita usia 6-23 bulan”. Desain penelitian
2014 di Kecamatan Sedayu. Besar sampel yang diambil sebesar 252 balita
mengetahui identitas balita, identitas responden, status gizi balita, dan data
balita dan microtoise untuk mengukur tinggi badan orang tua. Analisis
Hubungan Berat Badan Dan Tinggi Badan Orang Tua Dengan Status Gizi
4
Balita Di Kabupaten Aceh Besar”. Penelitian ini menggunakan data
tinggi badan orang tua dengan status gizi balita berdasarkan indicator
BB/TB dan TB/U (p> 0,05) dengan status gizi balita (BB/U), tetapi berat
merupakan akibat berat badan dan tinggi badan orang tua yang berperan
dalam besarnya pravalensi gizi terutama berat dan tinggi badan kepala
Barombong dan data yang diperoleh dari 1 tahun terakhir adanya balita
dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di wilayah kerja
puskesmas barombong”
B. Rumusan Masalah
5
Badan Dan Tinggi Badan Orang Tua Dengan Kejadia Stunting Pada Balita
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Puskesmas Barombong.
2. Tujuan khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Ilmiah
2. Manfaat Institusi
6
3. Manfaat Praktis
tentang hubungan berat badan dan tinggi badan orang tua dengan
kejadian stunting
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi balita
Balita merupakan anak yang berusia diatas satu tahun atau biasa
bulan. Price dan Gwin (2014) mengatakan bahwa seorang anak dari
usia 1 sampai 3 tahun disebut batita atau toddler dan anak usia 3
sampai 5 tahun disebut dengan usia pra sekolah atau preschool child.
Haryansyah. R. A, 2017).
8
2. Karakteristik balita
yaitu:
yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola makan yang diberikan
mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan
9
terjadi, mengenal arti kata “tidak”, peningkatan pada amarahnya,
Haryansyah. R. A, 2017).
dengan jemarinya.
jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata
10
2. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
dan sebagainya.
11
yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai
12
diarahkan melalui metode pendekatan berlandaskan kasih
13
B. Tinjauan Umum Status Gizi Balita
Status gizi adalah Status gizi status kesehatan yang dihasilkan oleh
Dalam menentukan status gizi balita harus ada ukuran baku yang
Supariasa 2012).
14
b. Gizi baik (well nourished)
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
(Kurng Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang
15
3. Gizi seimbang pada balita
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal
kualitas sumber daya manusia (SDM) hanya akan optimal, jika gizi
tercapainya keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta seimbang ini
a. Variasi makanan;
16
Prinsip Gizi Seimbang adalah kebutuhan jumlah gizi
2016).
a. Keadaan Infeksi
17
yaitu penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan,
Supariasa, 2012).
18
dan mudah terserang infeksi (Ernawati, 2009 dalam Supariasa,
2012).
c. Pengaruh budaya
yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan
2012).
d. Penyediaan Pangan
19
didapat dari puskesmas setempat (Almatsier, 2008). Penyebab
masalah gizi yang pokok di tempat paling sedikit dua pertiga dunia
20
f. Higine dan sanitasi lingkungan
g. Tingkat pendapatan
Rp.1.375.000,-
21
tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Semakin tinggi
PT) dan pendidikan rendah (tamat SD – tamat SMP). Hal ini sesuai
22
kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam
2012).
a. Pengukuran anthropometri
23
disimbulkan dengan BB/TB. Indikator BB/U menunjukkan secara
sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah,
antropometri
gizi baik, BB/U lebih rendah berarti status gizi kurang atau
24
dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk
antropometri
antropometri
25
berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi
badannya.
26
(TB/U) Anak
Umur 0-60 Bulan
Berat Badan Sangat kurus < - 3 SD
menurut Panjang Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Badan (BB/PB ) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
atau Gemuk >2 SD
Berat Badan
menurut Tinggi
Badan (BB/TB)
Anak Umur 0-60
Bulan
Indeks Massa Sangat kurus < -3 SD
Tubuh menurut Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Umur (IMT/U) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak Umur 0-60 Gemuk >2 SD
Bulan
Indeks Massa Sangat kurus < -3 SD
Tubuh menurut Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Umur (IMT/U) Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Anak Umur 5-18 Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Tahun Obesitas >2 SD
1. Definisi stunting
(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa
27
awal setelah anak lahir, tetapi baru Nampak setelah anak berusia 2
di sebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu yang
W. 2018 ).
status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas
kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Rachim, A.
N. F. 2017).
status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas
28
riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama sehingga kejadian
2011).
balita yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting
0-11 bulan dan anak balita 12-59 bulan akibat dari kekurangan gizi
anak. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri anak itu sendiri
maupun dari luar diri anak tersebut. Faktor penyebab stunting ini dapat
29
disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Penyebab
ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya (Bappenas R.I, 2013).
seperti gizi kurang dan buruk, pendek, kurus dan sangat kurus
30
dan tumbuh kejar. Balita yang mengalami kekurangan gizi
31
Asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan akan
b. Penyakit infeksi
asupan gizi. Anak balita dengan kurang gizi akan lebih mudah
32
lingkungan hidup dan perilaku sehat (Bappenas R.I, 2013). Ada
salah satu faktor risiko kejadian stunting pada anak usia dibawah
R.I, 2013).
c. Ketersediaan pangan
ketersediaan ini tidak hanya terkait masalah daya beli namun juga
yang biasa dimakan mencakup jenis dan jumlah dan frekuensi dan
33
Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada
cm dan 7,3 cm lebih pendek dari pada standar rujukan WHO 2005
34
Adapun penyebab stunting menurut Rita Rahmayulis dkk
3. Pencegahan stunting
35
hamil, ibu menyusui 0-6 bulan, ibu menyusui 7-23 bulan, anak usia 0-
6 bulan, dan anak usia 7-23 bulan. Permasalah gizi ini bisa diatasi
dkk 2018).
1. Berat Badan
apapun. Berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan
36
b. Faktor- Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan
yaitu:1)
a) Faktor dalam:
2) Keluarga/genetik/keturunan,
3) Umur
4) Jenis kelamin.
b) Faktor luar:
3) Kekurangan hormon
4) Penyakit Infeksi,
pekerjaan orangtua.
6) Lingkungan pengasuhan.
7) Stimulasi / rangsangan.
37
perhitungan kalkulasi berdasarkan tinggi dan berat badan Anda
yang sekarang ideal atau masuk dalam kategori kurus atau gemuk.
dikarenakan berat badan berasal dari massa otot. Jadi bisa saja BMI
Keterangan :
3) Dan jika angka BMI berada di bawah 18, akan berisiko tinggi
terhadap osteoporosis.
38
5) Terutama bagi Anda dengan angka BMI di atas 40, berhati-
Cara menghitung :
Berat tubuh ideal = Berat badan (kg) : (Tinggi badan x Tinggi badan)
(m)
Contoh :
Keterangan :
badan
berbahaya.
39
Contoh jika Anda laki-laki dengan tinggi badan 172 maka
2. Tinggi Badan
zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang
mm.
40
Anak dengan keterbatasan fisik seperti kontraktur dan tidak
lengan (arm span), panjang lengan atas (upper arm length), dan
badan.
41
4. Tinggi badan ideal berdasarkan usia 9-10 tahun 141-153 cm
cm
cm
cm
Berat Badan
Tinggi Badan (CM)
Wanita Pria
· Pengukur digital
· Pita meteran
42
Cara Mengukur tinggi badan :
pada alas
1) Asupan nutrisi
hari dari pola makan sehat dengan menu bervariasi agar dapat
43
2) Aktifitas fisik
maksimal.
3) Metabolisme
Begitu pula dengan tinggi badan anak yang masih dalam masa
4) Obat –obatan
seusianya.
44
5) Penyakit
6) Kecukupan istirahat
saat tidur. Tidur malam yang baik adalah tidur lelap (deep
kejadian stunting
45
memiliki tinggi badan yang pendek karena gen pembawa kromosom
ukuran panjang dari ujung kepala hingga ujung kaki yang dituliskan
M. D. P, 2018).
Anak yang dilahirkan dari kedua atau salah satu orang tua yang
dengan anak yang dilahirkan dari orang tua dengan tinggi badan
normal (Lestari et al, 2014). Orang tua yang pendek karena gen dalam
46
kromosom yang membawa sifat pendek kemungkinan besar akan
47
BAB III
A. Kerangka Konsep
Berat badan dan tinggi badan orang tua merupakan variabel bebas
(independen) ini , yang dapat dilihat dari gambar kerangka konsep berikut
ini :
Kejadian Stunting
Tinggi Badan Orang Pada Balita
Tua
Keterangan :
: variabel independen
dengan dependen
: variabel dependen
48
B. Hipotesis penelitian
Ha: Ada hubungan berat badan dan tinggi badan orang tua dengan
49
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
2. Sampel
orang.
Besar sampel yang diambil dalam penelitian hubungan berat badan dan
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑 )2
50
56
𝑛=
1 + 56(0,05)2
56
𝑛=
1 + 56(0,0025)
56
𝑛=
1 + 1,14
56
𝑛=
1,14
𝑛 = 49,122
𝑛 = 49 orang
Keterangan:
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d = Tingkat Signifikan
3. Sampling
4. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
51
sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman
Nursalam, 2016).
barombong
b) Balita stunting
b. Kriteria eksklusi
Nursalam, 2016).
C. Variable penelitian
52
Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus
(Nursalam, 2016).
D. Defenisi operasional
penelitian operasional
53
badan dimaksud badan ideal jika
telah ditentukan
adalah Normal:
54
tua yang yang dimiliki
menggunakan
meteran
dengan
menggunakan
skala cm
sehingga
lebih pendek
dari pada
tinggi yang
seharusnya
55
E. Lokasi dan Waktu penelitian
barombong Makassar.
Alasan memilih tempat ini karena dimana wilayah kerja puskesmas ini
memiliki banyak balita yang mengalami stunring sehingga saya akan lebih
F. Instrument Penelitian
1. lembar observasi data Berat badan dan tinggi badan orang tua
2016).
observasi data dengan menggunakan alat ukur berat badan dan tinggi
56
H. Teknik Analisa Data
bertujuan untuk mengetahui hubungan berat badan dan tinggi badan orang
barombong.
statistik Chi-Square.
1. Pengolahan data
a. Penyuntingan
b. Pengkodean
diterima.
57
c. Tabulasi
wujud tabel.
2. Penganalisisan data
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
58
kesimpulan apakah menerima atau menolak hipotesis yang
sudah dirumuskan.
I. Etika Penelitian
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembaran
pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
59
BAB V
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan berat
badan dan tinggi badan orang tua dengan kejadian stunting balita usia 2-5
dalam penelitian ini sebanyak 49 responden yaitu orang tua balita yang
analisis yang telah direncanakan yaitu pertama dengan analisis univariat yang
1. Analisis Univariat
tentang distribusi tunggal dari data umum seperti jenis kelamin, umur,
badan dan tinggi badan orang tua serta variabel dependen yaitu kejadian
60
a. Karakteristik umum responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarka Karakteristik umum
Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong
2018
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur Balia (Tahun)
≥3 ( 3 Tahun keatas) 25 51.0
Tahun) 49 100.0
Total
Umur Bapak (Tahun)
Dewasa madya 17 34.7
Dewasa dini 32 65.3
Total 49 100.0
Umur Ibu (Tahun)
Dewasa dini 33 67.3
Total 49 100.0
balita usia ≥3 tahun lebih banyak daripada balita usia < 3 tahun.
(2011) usia dewasa dini 18-40 tahun, dan dewasa madya 40-60
61
kategori usia dewasa dini lebih banyak daripada kategori usia
dewasa madya.
madya.
b. Variabel independen
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Berat Badan Orang Tua
Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong
2018
Berat Badan Orang Tua Frekuensi Persentase (%)
Berat Badan Bapak
Tidak Ideal 20 40.8
Ideal 29 59.2
Total 49 100.0
Berat badan Ibu
Tidak Ideal 13 26.5
Ideal 36 73.5
Total 49 100.0
Sumber : Data Primer 2018
responden (59.2%).
62
ideal berjumlah 13 responden (26.5%), sedangkan Berat Badan
dengan berat badan yang tidak ideal pada orang tua balita.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tinggi Badan Orang Tua
Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong
2018
Tinggi Badan Orang Tua Frekuensi Persentase (%)
Tinggi Badan Bapak
Pendek 1 2.0
Normal 48 98.0
Total 49 100.0
Tinggi badan Ibu
Pendek 44 89.8
Normal 5 10.2
Total 49 100.0
Sumber : Data Primer 2018
responden (2.0%).
63
sebanyak 44 responden (89,8%) dan tinggi badan ibu normal
c. Variabel Dependen
1) Kejadian Stunting
Tabel 5.4
Distribusi Frekunsi Responden Berdasarkan
kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas
Barombong
2018
8 responden (16.3%).
64
2. Analisa Bivariat
Berat Badan dan Tinggi Badan Orang Tua dengan Kejadian Stunting
Tabel 5.5
Hubungan Berat Badan Bapak Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 2-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong
2018
Tinggi badan balita Total
Berat Badan Sangat
Pendek
Bapak pendek
N % n % n % P
Ideal 24 82.8 5 17.2 29 100.0
Tidak Ideal 17 85.0 3 15.0 20 100.0 0.579
Total 41 83.7 8 16.3 49 100.0
Sumber : Data Primer
p <α 0.05.
65
b. Berat Badan Ibu dengan kejadian Stunting pada Balita
Tabel 5.6
Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 2-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong
2018
p <α 0.05.
66
c. Tinggi Badan Bapak dengan kejadian Stunting pada Balita
Tabel 5.7
Hubungan Tinggi Badan Bapak Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 2-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong
2018
67
d. Tinggi Badan Ibu dengan kejadian Stunting pada Balita
Tabel 5.8
Hubungan Tinggi Badan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 2-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong
2018
68
B. Pembahasan
Balita merupakan anak yang berusia diatas satu tahun atau biasa juga
disebut dengan bayi di bawah lima tahun (Muaris, 2009). Peraturan Menteri
anak berusia 12 bulan sampai dengan 59 bulan. Price dan Gwin (2014)
mengatakan bahwa seorang anak dari usia 1 sampai 3 tahun disebut batita
atau toddler dan anak usia 3 sampai 5 tahun disebut dengan usia pra sekolah
atau preschool child. Usia balita merupakan sebuah periode penting dalam
Haryansyah. R. A, 2017).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita dari kekurangan
gizi kronis hingga anak terlalu pendek untuk usianya. (kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi
kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
dan pendek sebanyak 24 responden (82.8%), kategori ideal dan sangat pendek
diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan bapak dengan
69
kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Barombong.
kejadian stunting. faktor penyebab stunting ialah tinggi badan ibu, asupan gizi
balita, dan asi ekslusif. berat badan orang tua tidak berhubungan dengan
stunting karena berat badan tidak memiliki nilai paten atau dapat berubah
Hasil penelitian dari hubungan berat badan Ibu dengan kejadian stunting
pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong ini
ideal dan pendek sebanyak 10 responden (76.9%), tidak ideal dan sangat
menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p = 0,355 (p< α = 0,05), hal ini
dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan antara berat badan Ibu
dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Barombong.
berat badan ibu juga tidak berhubungan dengan kejadian stunting karena
sejalan dengan penjelasan di atas tentang hubungan berat badan ayah dengan
kejadian stunting yang menjelaskan bahwa berat badan orang tua tidak
70
berhubungan karena tidak memiliki nilai paten atau dapat berubah ubah
stunting pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong
menggunakan uji chi-square didapatkan nilai p = 0,837 (p< α = 0,05), hal ini
dapat diinterpretasikan bahwa tidak ada hubungan antara tinggi badan bapak
dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Barombong.
berhubungan dengan kejadian stunting. hal ini diduga karena ayah yang
pendek akibat karena patologis atau kekurangan zat gizi bukan karena
yang pendek karena gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek
apabila sifat pendek ayah disebabkan masalah gizi maupun ptologis, maka
sifat pendek tersebut tidak akan diturunkan kepada anaknya dan selanjutnya
balita dapat tumbuh dengan tinggi badan normal selama tidak terpapar faktor
71
mempengaruhi tinggi badan ayah saat ini merupakan pengaruh genetic atau
penelitian kusuma dan nuryanto (2013) bahwa tinggi badan ayah tidak
anak dapat tumbuh dengan tinggi badan normal selama anak tersebut tidak
berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa ayah yang pendek tidak cenderung
memiliki anak yang pendek lain halnya dengan tinggi badan ibu yang pendek
cenderung memiliki anak yang pendek karena ibu yang pendek memiliki
Rahim yang kecil sehingga bayi dalam kandungan tidak bisa berkembang
sempurna. tinggi badan merupakan salah satu bentuk dari ekspresi genetik
dan merupakan faktor yang di turunkan pada anak serta berkaitan dengan
kejadian stunting. anak dengan orang tua yang pendek, baik salah satu atau
kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
72
0,05), hal ini dapat diinterpretasikan bahwa ada hubungan antara tinggi badan
ibu dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Barombong.
kejadian stunting. stunting meruepakan masalah kurang gizi pada balita yang
mengalami kekerdilan yang sifatnya akut. hasil penelitian diatas sejalan yang
dengan penelitia et al. bahwa tinggi ibu merupakan faktor yang paling
penting mempengaruhi pertumbuhan pada anak umumnya hal ini terjadi pada
stunting atau balita pendek. penelitian juga dilakukan di Aceh besar yang
menyatakan tinggi badan ibu dibawah standar menjadi faktor resiko balita
kependekan pada usia 0-23 bulan sebesar 1,8 kali dibandingkan kondisi ibu
yang normal.
stunting pada anak karena berat badan tidak memiliki nilai paten atau dapat
badan ibu yang berhubungan dengan kejadian stunting disebabkan ibu yang
73
C. Keterbatasan penelitian
terdiri dari beberapa pertanyaan yang hanya bisa menilai sebagian kecil dari
dan tinggi badan orang tua dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5
bergizi untuk anak untuk menunjang pertumbuhan dan nutrisinya agar sifat
stunting pada orang tua tidak menurun kepada anak dari berbagai macam
74
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
responden Berat Badan yang tidak ideal (40.8%), dan Berat Badan yang
4. Tidak ada hubungan berat badan orang tua dengan kejadian stunting
5. Tidak ada hubungan tinggi badan bapak dengan kejadian stunting pada
6. Ada hubungan tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada balita
75
B. Saran
berikut:
1. perlunya pendidikan kesehatan untuk orang tua agar orang tua bisa
bagi ibu untuk memberikan asupan gizi bagi bayi agar dapat terhindar dari
stunting.
meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita
76
DAFTAR PUSTAKA
Amin. A. A., dan Julia. M., (2014). Faktor Sosiodemografi Dan Tinggi Badan
Orang Tua serta Hubungannya Dengan Stunting Pada Balita Usia 6-23
Bulan. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. Diakses pada 03
September 2014.
Ampera. W. Dkk, (2017). Hubungan Berat Dan Tinggi Badan Orang Tua Dengan
Status Gizi Balita Di Kabupaten Aceh Besar. Journal of the Indonesia
nutrition association. Di akses 02 Mei 2017
Febriana. R., (2015). Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berat Badan. Di
unduh dari eprint.ums.ac.id 31 Mei 2018
Jafar, (2010). Bab II Tinjauan Pustaka Status Gizi Balita. Di unduh dari
https://repository.ac.id tanggal 02 juni 2018.
77
Kartikawati. (2011). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadiian Stunted Growth Pada
Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten
Jember. Skripsi.Jember :Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
Merdeka, (2017). Cara Menghitung Berat Badan Ideal Untuk Pria Dan Wanita. Di
unduh dari https://www.Merdeka.com/sehat/cara-menghitung-berat-
badan-ideal-untuk-pria-dan- wanita-kln.html 31 mei 2018
Mumpuni. E. A., (2012). Gambaran Berat Badan Anak Usia Toddler Ditinjau Dari
Pendidikan Dan Pekerjaan Jurnal Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2012. Di unduh
darihttps://eprints.ums.ac.id> Nasakah_Publikasi 31 Mei
2018.
78
Purwandini K. (2013). Pengaruh Pemberian Mikronutrient Sprinkle Terhadap
Perkembangan Motorik Anak Stunting Usia 13-36 Bulan. Journal
Of Nutrition College; Volume 2 Nomor 1 Halaman 147-163
Ramayulis. R., dkk, (2018). Stop Stunting Dengan Konseling Gizi. Penebar Plus:
Jakarta Timur
79
Supriasa dkk, (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
80
L
A
M
P
I
R
A
N
81
82
83
84
85
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Agama : Islam
No. Hp : 082191610815
B. PENDIDIKAN
86