Bismillah SKRIPSI Fix
Bismillah SKRIPSI Fix
SKIRPSI
Oleh
i
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN BERAT BADAN
BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS TILAMUTA
KABUPATEN BOALEMO
SKIRPSI
Oleh
iii
SURAT PERNYATAAN
bahwa skripsi yang disusun dalam memenuhi salah satu persyaratan menempuh
ujian akhir di program studi ilmu keperawatan, fakultas olahraga dan kesehatan,
dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan di puskesmas tilamuta kabupaten
Adapun bagian-bagian tertentu yang saya kutip dari hasil karya orang lain
telah dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norna, kaidah, etika,
penulisan dan buku pedoman penulisan karya ilmiah ini universitas negri
gorontalo.
Apa bila kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan
hasil karya saya sendiri atau terdapat plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka
saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
(QS. Al Insyirah : 5)
“Karena itu, Ingatlah Kamu kepada-ku Niscaya Aku Ingat (pula) kepadamu,
dan Bersyukurlah kepada-ku, dan Janganlah Kamu Mengingkari (Nikmat-
ku)”
Alhamdulillah, dengan ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas berkah dan
izin rahmatnya yang melimpah yang terus diberikan sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Atas nama cinta kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda
dharma baktiku kepada kedua orang tuaku, Bapak Yunus Sau & Ibu Yandri
Husain” yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik dengan ikhlas, sabar
dan selalu mendoakanku untuk kesuksesanku. Terima kasih untuk segalanya ayah
dan ibu.
vii
ABSTRAK
Mohamad Gusti Sau. 2020. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat
Badan Bayi Usia 0-6 Bulan Dipuskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. Skripsi,
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes. dan
Pembimbing II dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes.
Kata Kunci : Frekuensi Pemberian ASI, Berat Badan, Bayi Usia 0-6
Bulan
viii
KATA PENGANTAR
berjudul “Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat Badan Bayi Usia 0-
Dalam penyusunan skripsi ini harus diakui banyak menemui kendala dan
kesulitan yang dihadapi. Alhamdulillah, berkat izin dan kuasa Allah SWT yang
disertai kemauan, ketekunan, dan usaha kerja keras serta bantuan dari semua
Rowsita Paramata, M.Kes selaku pembimbing I dan dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes
Allah SWT memberikan balasan kebaikan dunia dan akhirat, atas segala bantuan
Gorontalo (UNG). Terima kasih atas fasilitas yang telah diberikan selama
x
2. Bapak Dr. Harto S. Malik, M.Hum selaku Wakil Rektor I, Bapak Dr,
3. Dr. Herlina Jusur, Dra, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Olahraga dan
Abdulkadir, Msi, Apt selaku Wakil Dekan II, dan Edy Duhe, S.Pd. M.Pd
Negeri Gorontalo.
5. Ns. Yuniar M. Soeli, S. Kep., M.Kep., Sp. Kep. Jiwa selaku Ketua
Suryaningsi Hiola, S.Kep., M.Kep selaku penguji II. Terima kasih atas
skripsi ini.
7. dr. Sitti Rahma, M.Kes, dr. Nanang Rowsita Paramata, M.Kes dan dr. Sri
S.Kep., M.Kep sebagai dosen penguji, terima kasih atas kesediaan waktu
xi
9. Pengelola Skripsi Ns. Andi Mursyidah S.Kep, M.Kep, Ns. Ita Sulistiani
Basir S.Kep, M.Kep, yang telah membimbing, mengarahkan dan tak henti-
skripsi.
10. Ns. Yuniar M. Soeli, S. Kep., M.Kep., Sp. Kep. Jiwa yang juga selaku
diberikan.
12. Ungkapan tulus terima kasih untuk keluarga saya yang selalu memotivasi
saya terutama kedua orang tua saya bapak saya yunus sau dan ibu saya
13. Trima kasihku untuk sahabat saya yang Ali Aguspriyanto Yunus, S.Kep,
Zabir Ismail Dan Franky Bila, yang selalu mengsupor saya dan membantu
14. Seluruh teman-teman koskosan terbaik yang tak bisa saya sebutkan satu
dukungan, perhatian dan motivasi. Sekali lagi terima kasih atas segalanya
xii
16. Keluarga besar Angkatan Neuro 2015, khususnya Neuro C. Terima kasih
17. Teman-teman KKS Desa Langge 2019 Kecamatan Anggrek. Terima kasih
18. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah
atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Dalam penyusunan skripsi ini,
jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.................................................................................i
LOGO SAMPUL..........................................................................................ii
SURAT JUDUL............................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN.............................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................v
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................vii
ABSTRAK.....................................................................................................viii
KATA PENGANTAR..................................................................................x
DAFTAR ISI.................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.........................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xix
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi Masalah
4
1.3 Rumusan Masalah
6
1.4 Tujuan Penelitian
6
1.4.1 Tujuan Umum 6
1.4.2 Tujuan Khusus 7
1.5 Manfaat Penelitian
7
1.5.1 Manfaat Teoritis 7
1.5.2 Manfaat Praktis 7
xiv
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTISIS 9
2.1 Tinjauan bayi
.9
2.1.1 Definisi Bayi 9
2.1.2 Gizi Bayi 9
2.1.3 Tanda Bayi Cukup ASI 10
2.2 Tinjauan Berat Badan. 10
2.2.1 Definisi Berat Badan 10
2.2.2 Peningkatan Berat Badan 11
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Berat Badan Bayi 13
2.2.4 Pemantauan Peningkatan Berat Badan 14
xv
3.3 Variabel Penelitian 43
3.3.1 Variabel Independen 43
3.3.2 Variabel Dependen 44
3.3.3 Definis Operasional 44
3.4 Populasi Dan Sampel 46
3.4.1 Populasi 46
3.4.2 Sampel 46
3.5 Teknik Pengumpulan Data 46
3.5.1 Cara Pengolahan Data 46
3.5.2 Instrumen Penelitian 47
3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisa Data 47
3.6.1 Teknik Pengolahan Data 47
3.6.2 Teknik Analisa Data 48
3.7 Hipotesis Statistik 49
3.8 Etika Penelitian 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51
4.1 DHasil Penelitian 51
4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Tilamuta . 51
4.1.2 Karrakteristik Responden 52
4.1.3 Analisis Univariat 57
4.1.4 Hasil Analisis Bivariat 59
4.2 Pembahasan 60
4.2.1 Frekuensi Pemberian ASI di Wilayah Puskesmas Tilamuta
Kabupaten Boalemo 60
4.2.2 Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan Diwilayah Puskesmas
Tilamuta Kabupaten Boalemo 63
4.2.3 Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat Badan
Bayi Usia 0-6 Bulan Diwilayah Puskesmas Tilamuta
Kabupaten Boalemo 66
4.3 Keterbatasan Penelitian 71
BAB V PENUTUP 72
xvi
5.1 Kesimpulan 72
5.2 Saran 72
DAFTAR PUSTAKA 74
DAFTAR TABEL
Tabel 4.8 Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Terhadap Berat Badan Bayi Usia
0-6 Bulan 56
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 : Dokumentasi
Lampiran 11 : Jurnal/Artikel
xix
BAB l
PENDAHULUAN
bayi. Upaya untuk meningkatkan berat badan bayi diperlukan gizi yang maksimal
dan ASI merupakan makanan utama bagi bayi terutama pada usia 0-6 bulan.
tumbuh kembang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
gizi. unsur gizi pada bayi dapat dipenuhi dengan pemberian ASI, bahkan sampai
umur 6 bulan sesuai rekomendasi WHO tahun 2001 tentang pemberian ASI
eksklusif.
Pada bayi baru lahir, perlu diakukan pengukuran antropometri seperti berat
badan, dimana berat badan yang normal itu adalah sekitar 2.500-3.500 gram,
apabila bayi ditemukan barat badan kurang dari 2.500 gram, maka dapat dikatakan
bayi memiliki berat badan lahir rendah. Akan tetapi, apabila ditemukan bayi
dengan berat bdan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi dimasukan dalam
meningkatkan mutu kehidupan bangsa, keadaan gizi yang baik merupakan salah
satu unsur penting. Pertumbuhan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI
yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung didalam ASI
tersebut, ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan
1
usia sekitar 6 (enam) bulan tersebut dengan menyusui secara eksklusif (Hubertin,
2004).
menyusui anaknya hingga umur 2 tahun penuh [QS. Al-Baqarah: 233]. Menurut
WHO ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI juga dapat diberikan sampai
usia 2 tahun. pemberian ASI eklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman
internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi
bayi, ibu, keluarga, maupun Negara (WHO, 2011 dalam harjanto, 2016).
ASI dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan energi pada anak usia
6-12 bulan dan sepertiga dari kebutuhan energi pada anak usia 12-24 bulan.
Kristiyanasari (2009) menyatakan bahwa salah satu manfaat yang akan diperoleh
apabila memberikan ASI pada bayi adalah bayi mempunyai kenaikan berat badan
(2009).
Akan tetapi data yang di dapatkan dari angka menyusui di dunia masih
sangat buruk. Ketika mengevaluasi prektek pemberian ASI esklusif di 139 negara,
Unicef menyampaikan temuan bahwa hanya 20% dari negara-negara yang diteliti
mempraktekan pemberian ASI esklusif pada lebih dari 50% bayi yang ada.
rendah dari 50%. Indonesia dengan persentase pemberian ASI dipraktekan pada
39% dari seluruh bayi adalah salah satu dari Negara-negara yang tergolong
2
Tahun-tahun pertama kehidupan anak adalah masa paling kritis yang
mempengaruhi seluruh hidup mereka. Selama fase ini tubuh dan otak tumbuh.
sagatlah penting. Makan yang memenuhi kriteria sehat dalam kuantitas maupun
kualitas sangat penting karena setiap kekurangan dapat menghambat potensi fisik,
psikis dan intelektual mereka. Pilihan terbaik untuk bayi adalah disusui oleh ibu
mereka. Memanfaatkan cara ini secara efektif memberikan mereka cukup zat besi,
vitamin dan mikronutrien lainnya untuk tumbuh dan siap untuk menghadapi
tantangan hidup seperti infeksi dan perubahan lingkungan seperti iklim yang
bayi. Pada awalnya, bayi menyusui hanya 10 menit atau beberapa menit setiap
kalinya. Lama menyusui akan meningkat secara bertahap sampai produksi ASI
bahwa lamanya menyusui biasanya sekitar 5-10 menit tetapi sering ada yang lama
selesai dapat membuat bayi mungkin tidak mendapatkan susu akhir yang kaya
energi yang diperlukan untuk tumbuh dengan baik. Bayi dianggap cukup
mendapatkan ASI jika terdapat penambahan berat badan yang signifikan, bayi
merasa puas dan kenyang setelah menyusui, kemudian bayi bisa tidur nyenyak
selama 2-4 jam, dan bayi dapat buang air kecil atau besar dengan frekuensi
3
Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan
National Center for Health Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat
dua kali lipat dari berat lahir pada akhir usia 4-7 bulan (Wong dkk, 2008). Berat
badan lahir normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila kurang dari 2.500 gram
dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR), sedangkan bila lebih
dari 3.500 gram dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita, berat badan
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan status gizi. Status gizi erat
peningkatan berat badan bayi, semakin tinggi frekuensi menyusui maka bayi
adalah cara terbaik karena dapat mencegah masalah pada proses menyusui dan
1. Menurut WHO dari 15.264 bayi 0-11 bulan yang diperiksa, yang minum
ASI eksklusif sebanyak 9.254 bayi (60,6%), yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif sebanyak 6.010 bayi (39,3%). Di Asia 5,542 bayi (43,8%) dari
12.642 bayi 0-11 bulan yang diperiksa, yang mendapatkan ASI eksklusif
7.100 bayi (56,1%) yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 5,542
4
(2018), bayi yang mendapatkan ASI eksklusuif usia 0-5 bulan di Indonesia
hanya mencakup 37,3% dan yang diberikan ASI non eksklusif yaitu ASI
tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu 44%. Persentase
(15,32%). Ada lima provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun
Lampiran 5.28.
proporsi pola pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan dari 6
usia 0-5 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 579 bayi
(43.37%) yang tidak mendapatkan ASI sebanyak 745 bayi (55.80%) dan
ASI.
Maret 2019. dari 8 orang ibu yang diwawancarai tentang cara pemberian
5
ASI dan pengaruh ASI terhadap berat badan bayi, 3 orang responden
bahwa umumnya berat badan bayinya pada minggu pertama hingga bulan
perubahan yakni tetap sama dengan hasil pada bulan kemarin, hal ini
disebabkan karena ibu yang memberikan asupan ASI predominan dan ASI
parsial pada bayi juga kurangnya kesadaran ibu dari pentingnya keutamaan
tidak terpenuhi atau sering dibatasi, sehingga berat badan bayi hanya
berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah Puskesmas Tilamuta Kabupaten
Boalemo?
hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi usia 0-
6
1.4.2 Tujuan khusus
3. Menganalisa hubungan frekuensi pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan
Boalemo.
1. Bagi peneliti
1. Bagi Puskemas
di harapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah data
ibu hamil antra hubungan frekuensi pemberian ASI dengan berat badan
2. Bagi masyarakat
7
dari penelitian ini akan lebih di khususkan untuk ibu-ibu hamil yang
mempunya bayi usia 0-6 bulan sebagai bahan informasi, masukkan dan
wawasan tentang pentingnya pemberian ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan
serta manfaat ASI bagi ibu dan terutama pada berat badan bayi.
8
BAB II
Bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan. Bayi dapat dikelompokkan
menjadi tiga: bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga: bayi cukup bulan, bayi
prematur dan bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Bayi cukup bulan
adalah bayi yang termasuk dalam kelompok kelahiran normal, yaitu kelahiran
bayi secara alami tanpa bantuan suatu alat apapun atau tanpa operasi. Bayi
prematur adalah bayi lahir tidak cukup bulan. Adapun Bayi Berat Lahir Rendah
Kebiasaan makan dibentuk sejak bayi. Begitu juga dengan kesehatan pada
usia anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut ditentukan sejak bayi. Dua
kegunaan makanan bayi adalah mememnuhi zat gizi untuk tumbuh kembang dan
dikemudian hari. Indra pengecap berkembang sejak bayi berusia 0-12 bulan. Oleh
1033 ].
Makanan utama bayi Air Susu Ibu (ASI) sehingga perlu disiapkan sebelum
lahir. ASI hendaknya sudah dipersiapkan sejak janin masih dalam kandungan
9
dengan cara merawat payudara selama masa kehamilan, terutama pada 2-3 bulan
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan
3. Bayi akan Buang Air Kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari.
7. Pertumbuhan berat badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) bayi sesuai
rentang usianya).
bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai sensitive yang
10
terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak,
masa tubuh. Masa tubuh sangat ensitive terhadap perubahan yang mendadak,
normal, dimana keadaan baik dan seimbang antara konsumsi dan ada kebutuhan
zat gizi, maka berat badan akan bertambah secara baik. Sebaliknya, dalam
yaitu dapat berkembang secara cepat atau lebih lambat dari keadaan normal
(Narendra,dkk 2009).
gandanya sel dan bertambah banyaknya jumlah zat antarsel. Sebagai salah satu
contoh seorang anak tumbuh dari kecil menjadi besar. Ukuran kecil dan besar ini
dapat dicontohkan dengan perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat
atau dengan perubahan tinggi badan dari pendek menjadi lebih tinggi. Jadi
11
Peningkatan berat badan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran
perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya tetapi lebih dari itu
gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh (Kemenkes RI, 2013).
Jika tiap organ diukur beratnya maka kemajuan atau pola pertumbuhan
badan sangat dini dan ada pula yang mulainya sangat terlambat. Demikian pula
ada yang mempunyai pola yang sangat cepat sehingga dalam waktu yang pendek
telah mencapai bentuk organ biasa sedangkan yang lain pola peningkatan berat
badan terjadi secara perlahan sehingga mencapai bentuknya yang dewasa pada
Kenaikan berat badan normal bayi pada triwulan adalah sekitar 750-1000
gram/bulan, pada triwulan I sekitar 500-600 gram/bulan pada triwulan III sekitar
umur ( bulan ) + 9 n+ 9
=
2 2
(Umur(tahun) x 2) + 8 = 2n + 8
12
Untuk menentukan usia anak dalam bulan, bila lebih 15 hari,
dari KBM.
13
Menurut Kemenkes (2010) Pada umumnya anak memiliki pola
peningkatan berat badan yang normal dan ini merupakan hasil interaksi banyak
1. Faktor Maternal
c. Perawatan payudara
2. Faktor Bayi
memiliki pengertian yang relatif (tidak kaku). Pengertian relatif disini berarti
perkembangan status gizi memiliki sifat luwas tidak didasarkan pada kategori-
kategori yang kaku misalnya gizi lebih atau gizi kurang, gemuk atau kurus, tinggi
atau pendek. Oleh karena itu interpretasi terhadap perkembangan status gizi yang
14
didasarkan pada hasil pemantauan peningkatan berat badan hanya menyimpulkan
bahwa gizi anak tetap baik, membaik atau memburuk (Kemenkes RI, 2013).
Pada dasarnya semua informasi atau data berat badan hasil penimbangan
balita bulanan yang diisikan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk di nilai naik
atau tidaknya berat badan tersebut. Menurut Siswanto (2010) Ada 3 kegiatan
teratur.
2. Ada kegiatan pengisian data berat badan ke dalam Kartu Menuju Sehat
(KMS).
pertumbuhannya.
Menurut data dari ikatan dokter anak indonesia Bayi yang mendapat ASI
umumnya tumbuh dengan cepat pada 2-3 bulan pertama kehidupannya, tetapi
lebih lambat dibanding bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Dalam minggu
pertama kehidupan sering ditemukan penurunan berat badan sebesar 5% pada bayi
yang mendapat susu formula dan 7% pada bayi yang mendapat ASI. Apabila
terjadi masalah dalam pemberian ASI, penurunan berat badan sebesar 7% dapat
terjadi pada 72 jam pertama kehidupan. Adapun data antropometri dari WHO
tahun 2005 untuk kriteria BB bayi berdasarkan umur 0-6 bulan sebagai berikut:
15
Bayi berusia 3 bulan: 4.6 - 7.4 kg
Air Susu Ibu atau ASI merupakan makanan alami bayi yang komposisinya
berupa emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik. ASI
disekresi dari kelenjar payudara ibu dan merupakan makanan terbaik dan aman
untuk bayi yang diberikan dari umur 0-6 bulan [ CITATION Bah091 \l 1033 ].
Menurut Ningsih (2018) Air Susu Ibu atau (ASI) merupakan makanan terbaik
untuk bayi sampai usia 6 bulan karena mengandung berbagai nutrisi yang sangat
bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga maupun negara. WHO dan
ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan dalam upaya mendukung ASI
eksklusif adalah:
1. Inisiasi menyusu dini (IMD) pada satu jam pertama setelah lahir.
16
2. Menyusui eksklusif dengan tidak memberikan makanan atau minuman
3. Menyusui sesuai dengan keinginan bayi, baik pagi dan malam hari (on
demand).
1. Menyusui Eksklusif
Tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih,
adalah komposit dari pertanyaan: bayi masih disusui, sejak lahir tidak
2. Menyusui Predominan
17
bayi hanya disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau
minuman kecuali minuman berbasis air, yaitu air putih atau air teh.
3. Menyusui Parsial
Menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI, baik susu
formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi berumur enam bulan,
formula, biscuit, bubur, nasi lembek, pisang atau makanan yang lain.
Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah putih, zat kekebalan, enzim
pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan
multivitamin, air, kartinin dan mineral secara lengkap yang sangat cocok dan
mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak mengganggu fungsi ginjal
bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Komposisi ASI dipengaruhi oleh
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu [ CITATION Soe121 \l 1033 ].
ASI memiliki kandungan zat gizi yang dapat memenuhi kebutuhan bayi, berikut
1. Air
vitamin, mineral dan lain-lain. Jadi, bayi yang menerima ASI tidek
18
perlu menerima tambahan air putih atau sejenisnya. Bahkan, kolostrum
yang jumlahnya hanya beberapa tetes cukup untuk menjaga bayi tetap
2. Protein
0,9 gr/100 ml, lebih rendah kadarnya dari susu mamalia lain.
ASI mengandung kasein yang lebih rendah sehingga jauh lebih mudah
3. Karbohidrat
bayi. ASI mengandung 7 gram laktosa per 100 ml, jauh lebih tinggi
dari susu lain dan merupakan sumber energy yang utama dan paling
19
susu lainnya. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan tidak
Jenis karbohidrat lain yang ada dalam ASI adalah oligosakarida yang
ASI mengandung 3,5 gram lemak per 100 ml. lemak sangat
5. Vitamin
bayi. Kadar vitamin D dalam ASI cukup rendah sehingga bayi juga
20
6. Mineral
Kandungan mineral dalam ASI cukup rendah karena ginjal bayi masih
dibandin susu formula. Kandunga zat besi dalam ASI juga dapat
vitamin C yang tinggi. Bayi dapat menyerap hingga 60% zat besi
7. Enzim
kali lebih banyak dibandingka susu sapi. Selain lysozyme, ASI juga
memberikan susu formula. Oleh karena itu manfaat dan keungulan dari menyusui
yang dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya[ CITATION Pur15 \l 1033 ]:
1. Aspek gizi
21
infeksi terutama diare, juga mengandung protein, vitamin A yang
mekonium yaitu zat yang tidak terpakai dari usus bayi. Kandungan zat
gizi dalam ASI mudah dicerna. Didalam ASI, perbandingan Whei dan
2. Aspek imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. IgA
pada ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi
22
bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri merugikan,
dan Salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih
3. Aspek psikologik
Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Dalam menyusui,
aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh dan mendegar
denyut jantung ibu. Kedekatan secara emosional sejak dini ini akan
4. Aspek kecerdasan
bayi. Menurut Arif (2009) pada janin usia 9 bulan sampai usia 2 tahun
otak, dimana pada masa ini otak mengalami pembelahan sel dan
5. Aspek neurologis
dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
23
6. Aspek ekonomis
dan siap saji kapan saja dan dimana saja tanpa mengkhawatirkan susu
basi. Menurut Arif (2009) bayi yang diberi ASI jarang sakit sehingga
kehamilan.
[ CITATION Bad14 \l 1033 ]. Hal ini disebakan karena efektivitas dan optimasi fungsi
dengan dikonsumsi oleh bayi. Dengan demikian, deviasi fungsi payudara tidak
akan terjadi. Hisapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya hormin
24
2.3.5. Proses Produksi ASI
(2009) yaitu:
lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar
Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari, dan penghentian
pertama pemberian air susu dilakkan pada malam hari. Hal ini cukup
25
glandula pituitaria posterior sehingga sehingga mengsekresi hormon
reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara
].
dan pengeluaraan air susu dari dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu
26
2.3.6. Stadium Laktasi
Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan
1. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini
darah putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu,
untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru
27
2. ASI transisi/peralihan
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama
dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna
pada hari ke-4 sampai hari ke-10 setelah kelahiran. Bahkan pada
ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relative
konstan. Foremik merupakan air susu yang mengalir pertama kali atau
dan air. ASI transisi kemudian berubah menjadi ASI matang sekitar 10
28
Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara kolostrum, ASI
Imunoglobulin:
29
2.3.7. Mekanisme Produksi ASI
Menurut Monika (2016) salah satu hal yang cukup penting untuk
ASI sejak kehamilan. Produksi ASI terjadai dalam tiga tahap/fase, yaitu
1. Laktogenesis I
Pada fase ini, produksi ASI belum terlalu hanya karena ditekan oleh
hormon, ibu tidak perlu khawatir kolostrum tidak akan keluar (asalkan
2. Laktogenesis II
30
Menurut Kelly Bonyata (dalam Monika, 2016:hal.33) fase laktogenesis
kelahiran. Pada fase ini, kolostrum sudah mulai berubah menjadi ASI
mulai diproduksi lebih banyak yang umurnya sudah terjadi pada hari
3. Laktogenesis III
Laktogenesis III mulai terjadi antara hari ke-8 hingga hari ke-10 pasca
kelahiran. Dalam fase ini, bukan sistem kendali endokrin lagi yang
versus permintaan.
payudara. Jadi, bisa saja satu payudara tidak menghasilkan ASI sama
31
mengalami mastitis berulang atau menjalani operasi pada salah satu
payudara.
Menyusui bisa dilakukan setiap 2-5 jam dengan pemberian dari kedua
payudara secara bergiliran. Bayi yang baru lahir biasanya mengis meminta
menyusui pada saat mereka lapar, seiring bertambahnya usia, bayi kan terbiasa
dengan jadwal menyusui dan akan meminta menyusui secara teratur dengan
waktu tertentu.
3. Volume ASI
menyusui dan status gizi ibu menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6
kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan. Begitu pula dengan penelitian yang di
lakukan sinaga (2010) mengenai perrbedaan berat dan anjang badan bayi usia 0-6
berat daban bayiyang di berikan ASI esklusif (4.1 kg) lebih besar dari pada bayi
32
yang diberikan MPASI (3,4 kg) pada usia 0-6 bulan. Menurut kristiansari (2009)
bayi yang mendapatkan ASI memiliki berat badan yang lebih baik setelah lahir.
menit tetapi sering ada yang lama sampai setengah jam tergantung bayi,
pemberhentian menyusui sebelum bayi selesai dapat membuat bayi mungkin tidak
mendapatkan susu akhir yang kaya energi yang diperlukan untuk tumbuh dengan
baik. Rentang yang optimal adalah antara 8 hinga 12 kali setiap hari. Meskipun
mudah untuk membagi 24 jam menjadi 8 jam hingga 12 kali menyusui dan
menghasilkan pekiraan jadwal, cara ini bukan merupakan cara makan seagian
besar bayi. Banyak bayi dalam rentang beberapa jam menyusu beberapa kali.
Tidur untuk beberapa jam dan bangun untuk menyusu lagi. Ibu sebaiknya
dianjurkan untuk menyusui bila bayi tampak kenyang (isyarat kenyang meliputi
relakasasi seluruh tubuh, tidur saat menyusu dan melepaskan puting [ CITATION
Riz11 \l 1033 ] .
Pada awalnya, bayi menyusui hanya 10 menit atau beberapa menit setiap
kalinya. Lama menyusui akan meningkat secara bertahap sampai produksi ASI
benar – benar stabil [ CITATION Ron11 \l 1033 ]. Sebaiknya bayi disusui secara (on
menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (karena
kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu
sekitar 5-7 menit dan lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada
awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur dan akan mempunyai
33
pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan
berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja di luar rumah
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan
pada malam hari akan memacu produksi ASI [ CITATION Riz11 \l 1033 ]. Frekuensi
menyusui yang sering dan tidak dibatasi dibuktikan bermanfaat karena volume
ASI bertambah sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit [ CITATION
Wal15 \l 1033 ].
Faktor yang menyangkut kondisi bayi antara lain bibir sumbing, celah
diberi ASI atau bahan lain yang mengandung laktosa maka kadar
laktosa dalam darah dan air kemih akan meningkat secara klinis akan
timbul katarak.
34
payudara seperti putting susu terbenam, tidak ada susu dan air susu
tidak keluar.
tambahan pada bayi kurang dari enam bulan sangatlah penting. Tetapi
Pekerjaan ibu bisa dilakukan dirumah, di tempat kerja baik yang dekat
maupun yang jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering
mencoba agar waktu ibu mulai bekerja bayi sudah terbiasa. Padahal
ibu yang bekerja dapat memberikan ASI dengan cara memerah ASI.
ASI yang diperah dapat disimpan dan diberikan kepada bayi saat ibu
35
kesehatan berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak memberi
makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya,
jika dilakukan penyuluhan dan pendekatan yang baik ibu mau patuh
6. Faktor Iklan
Iklan merupakan saran yang jika baik dapat menarik penonton atau
bayinya.
7. Faktor Budaya
bentuk payudara yang membuat wanita tidak cantik dan ibu yang
8. Faktor Ekonomi
36
bulan. Biasanya semakin baik perekonomian keluarga maka daya beli
9. Faktor Teknik
yang kurang tepat atau mulut bayi hanya menghisap disebagian aerola
37
2.6. Kajian Penelitian Yang Relevan
Tabel 2.2. Kajian Penelitian yang Relevan Hubungan Frekuensi Dan Cara
Pemberian Asi Dengan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan diwilayah Puskesmas
38
mengalami kenaikan
berat badan.
Trio Hubungan Jenis penelitian ini Neonatus yang mendapat
Linda Frekuensi dan menggunakan frekuensi menyusu dalam
Familia Lama Menyusu penelitian kategori sering (84,4%),
Endra Dengan observasional yang lama menyusu dalam
Rini dan Perubahan bersifat analitik kategori cukup (78,1%)
Siti Berat Badan dengan pendekatan dan memiliki perubahan
Rahayu Neonatus Di cross sectional. berat badan dalam
Nadhiroh Wilayah Kerja Sampel dalam kategori naik (53,1%).
(2015) Puskesmas penelitian ini adalah Hasil analisis
Gandusari neonatus usia 2-4 menunjukkan terdapat
Kabupaten minggu di wilayah hubungan antara
Trenggalek kerja Puskesmas frekuensi menyusu
Gandusari dengan perubahan berat
Kabupaten badan neonatus
Trenggalek. (p=0,015) dan tidak
Penelitian dilakukan terdapat hubungan antara
pada bulan April- lama menyusu dengan
Juni 2015 dengan perubahan berat badan
jumlah sampel yang neonatus (p=0,209).
diambil sebanyak 32 Kesimpulan pada
neonatus. Uji penelitian ini yaitu
statistik perubahan berat badan
menggunakan chi- neonatus berhubungan
square dengan dengan frekuensi
tingkat kepercayaan menyusu namun tidak
95%. Neonatus berhubungan dengan
lama menyusu. Perlunya
komunikasi informasi
dan edukasi bagi ibu
menyusui mengenai
frekuensi menyusu yang
baik dalam 24 jam
sehingga dengan ASI
yang cukup maka
pertumbuhan bayi
menjadi optimal.
39
2.7. Kerangka Berpikir
Pemberian ASI :
1. Faktor kesehatan bayi Frekuensi pemberian ASI
2. Faktor Kesehatan ibu
Biasanya bayi menyusui
3. Faktor pengetahuan ibu
sekitar 5-10 menit tetapi
4. Faktor pekerjaan ibu
bagusnya tergantung bayi
5. Faktor petugas kesehatan
ingin berapa lama Rentang
6. Faktor iklan
yang optimal adalah antara 8
7. Faktor budaya
hinga 12 kali setiap hari
8. Faktor ekonomi
9. Faktor teknik
Berat badan
neonatus Kecakupan
normal
nutrisi bayi
Apabilla bayi baru yang baik
lahir sekitar 2.500–
Berat bayi lahir
3.500 gram
40
Keterangan: : Yang Diteliti
: Tidak Diteliti
Sumber : [ CITATION Koe14 \l 1033 ], [ CITATION Pur15 \l 1033 ], dan (Riksani, 2012)
: Hubungan
: Variabel Dependen
2.8. Hipotesis
ASI dengan berat badan bayi 0-6 bulan diwilayah Puskesmas Tilamuta Kabupaten
Boalemo
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Kabupaten Boalemo.
cross sectional untuk mengetahui apakah ada hubungan frekuensi pemberian asi
dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah Puskesmas Tilamuta Kabupaten
Boalemo.
oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Variabel bebas
42
biasanya dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau
ditentukan oleh variabel lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari
aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus.
Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas [ CITATION
Nur152 \l 1033 ]. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Berat Badan (BB)
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Frekuensi Dan Cara Pemberian ASI
Dengan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan diwilayah Puskesmas Tilamuta
Kabupaten Boalemo
No Variabel Definisi Alat dan Hasil Ukur Skala
43
menyusui < 8x dalam
dalam sehari sehari
3.4.1. Populasi
akan diteliti dan telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan [ CITATION Nur152 \l
1033 ]. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia
44
0-6 bulan yang telah memberian ASI di wilayah Puskesmas Tilamuta Kabupaten
3.4.2. Sampel
]. Sampel bayi usia 0-6 bulan yang menyusui secara eksklusif dan tidak secara
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung
2. Data Sekunder
Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari data dinas kesehatan
45
Gorontalo tahun 2018 dan data total pemberian ASI eksklusif 0-6
dalam penelitian ini adalah buku kia dan kuesioner. Kuesioner ini diambil dari
untuk mengukur frekuensi pemberian Asi dan timbangan bayi di gunakan untuk
mengetahui data perubahan berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah Puskesmas
berikut:
terlebih dahulu jika ternyata masih ada data atau informasi yang tidak
diperbaiki.
46
Lembaran atau kartu kode instrumen berupa kolom-kolom untuk data
secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden dan
nomor-nomor pertanyaan.
1. Analisa Univariat
penelitian.
2. Analisa Bivariat
uji chi-square
47
.
H0 : Tidak Ada hubungan frekuensi dan cara pemberian ASI dengan berat
Boalemo
H1 : Ada hubungan frekuensi dan cara pemberian ASI dengan berat badan
menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan. Maka disimpulkan etika dalam
48
memberi kode pada masing-masing lembar yang hanya diketahui oleh
peneliti.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
49
BAB IV
jalan pada tahun 2005. Dimana Puskesmas ini terletak di Ibu kota
meja V merupakan petugas kesehatan yakni terdiri dari 4-5 kader PKK, 1
bidan, 1 perawat, dan 1 ahli gizi terkadang ada juga dokter diposyandu
50
dengan Desa Pangi Kecamatan Dulupi Kabupaten Boalemo, dan wilayah
Boalemo.
Karateristik Responden
Total 37 100
Sumber: Data Primer 2019
tiga, yaitu remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35 tahun), dan
51
responden dan kategori dewasa akhir sebesar 10,8% sebanyak 4
responden.
dibawah ini:
52
1. URT 31 83,8
2. PNS 4 10,8
3. Wirasuasta 2 5,4
Total 37 100
Sumber: Data Primer 2019
adalah Ibu rumah tangga yang masuk dalam kategori tidak bekerja
Total 37 100
Sumber: Data Primer 2019
sebanyak 21 responden.
53
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin bayi
No. Usia Bayi Jumlah Persentase (%)
1. Laki-laki 17 54,9
2. Perempuan 20 54,1
Total 37 100
Sumber: Data Primer 2019
(54,1%).
berikut.
54
sedangkan frekuensi pemberian ASI yang kurang sejumlah 4 (10,8%)
responden.
Tabel 4.7 Distribusi Berdasarkan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan
No. Berat Badan Bayi Usia 0-6 Jumlah Persentase (%)
1. BB kurang dari standar 7 18,9
2. BB sesuai standar 30 81,1
Total 37 100
Sumber: Data Primer 2019
berdasarkan berat badan bayi usia 0-6 bulan bahwa berat badan bayi
sesuai standar sebanyak 30 bayi (81,1%) dan berat badan kurang dari
55
Tabel 4.8 Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Terhadap Berat
Badan Bayi Usia 0-6 Bulan
Frekuensi Berat badan bayi Total P
Pemberian value
ASI Kurang Normal N %
N % N %
pemberian ASI kurang terdapat 0 (0%) bayi dengan berat badan kurang
(21,1%) bayi yang memiliki berat badan kurang dan 26 (78,8%) yang
Value 0,570 (p value > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
56
4.2 Pembahasan
mendapatkan frekuensi pemberian ASI yang baik, hal ini di sebabkan oleh
Kecenderungan yang ada adalah bahwa ibu yang bekerja cenderung tidak
responden ibu yang bekerja diketahui tidak memberikan ASI eksklusif dan
itu sebagian besar atau 84,6% ibu yang tidak bekerja (IRT) diketahui
57
memberikan ASI eksklusif dan hanya 15,4% saja yang tidak memberikan
ASI eksklusif.
banyak ibu yang berkerja tidak dapat memberikan ASI pada bayinya 2-3
jam.
dan keluarga ibu terkait memberikan ASI pada bayi dimana selalu
memberian ASI pada saat bayi sedang menangis, karenanya pada kondisi
kurang yakni sebanyak 4 bayi (10,2%) dari 37 bayi. Hal ini di pengaruhi
oleh ibu dari bayi yang sebahagian besar berpedidikan sekolah menengah
58
bahwa korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat. Pengetahuan
ibu tentang ASI eksklusif diperoleh dari hasil pendidikan ibu yang bersifat
Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwa nilai signifikansinya 0.252 (sig >
59
akan pentingnya pemberian ASI yang baik juga secara eksklusif kepada
bayi yang berusia 0-6 bulan, sehingga ini perlu dilakukan agar tercapainya
bayi yang sehat karena terjaga kecukupan nutrisi dan perkembangan berat
4.2.2 Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Puskesmas Tilamuta
Kabupaten Boalemo
terdapat lebih banyak bayi yang memiliki berat badan normal sebanyak
(81,1%) dari 37 bayi. hal ini kemungkinan dapat pengaruhi oleh jenis
oleh Andriani dan Fahlevi, (2017) tentang perbandingan berat badan dan
panjang badan pada bayi 0-6 bulan yang diberikan asi dengan bayi 0-6
60
Akan tetapi hasil penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan
147 gram lebih ringan dibandingkan bayi laki-laki, namun tidak ada
berat lahir rendah sebanyak 7,4% dengan prevalensi pada bayi perempuan
badan akan terus terjadi pada bayi. Saat bayi menginjak usia 3 bulan,
Keterpaparan susu formula dapat pengaruhi berat badan bayi, bayi yang
bayi (18,9%). Hal ini dikarenakan usia dari ibu dimana pada karateristik
61
usia ibu bayi dimana terdapat 16 ibu yang berumur 17-25 tahun sehingga
ibu yang lebih mudah akan cenderung mengalami resiko BBLR (berat bayi
Hal ini sejalan oleh penelitian (Sukmani, 2016). Korelasi Umur Ibu
Melahirkan Dengan Panjang Lahir Dan Berat Badan Lahir Bayi Umur 0
distribusi frekuensi panjang lahir dan berat badan lahir berdasarkan umur
ibu. Jumlah total berat badan lahir dan panjang lahir berdasarkan umur ibu
memiliki jumlah yang sama. Namun jika dilihat dari pembagian umur ibu,
paling banyak adalah pada umur ibu 18.00 – 20.99 dan umur ibu 24.00 –
26.99, yang berarti bahwa umur ibu yang paling banyak melahirkan adalah
di interval umur ibu 18.00 – 20.99 dan 24.00 – 26.99. Pada umur ibu
tersebut merupakan umur yang normal untuk ibu hamil dan melahirkan.
Juga terdapat teori dari Seorang ibu sebaiknya hamil pada umur 20
– 35 tahun karena pada umur ini disebut sebagai usia reproduksi dan perlu
didukung oleh status gizi yang baik dan dilakukan pemeriksaan kehamilan
2012)
Menurut asumsi dari peneliti ini disebabkan oleh faktor bayi itu
sakit bayi akan menjadi rewel sehingga susah diberikan asupan nutrisi.
banyak kesibukan sehingga berat badan bayi tidak terpantau dengan baik.
62
4.2.3 Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat Badan Bayi Usia
frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan. Hasil
dari jumlah tersebut terdapat 28 (82,4%) bayi yang memiliki berat badan
ASI dalam kategori baik terdapat 1 (33,3%) bayi dengan berat badan
terdapat beberapa cell yang tidak memenuhi syarat oleh karena itu uji
dan diperoleh p Value 0,477 (p value > 0,05) yang berarti H0 diterima,
antara frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi. Hal ini sejalan
yang dilakukan oleh Trio Linda (2015) tentang hubungan frekuensi dan
63
Puskesmas Gandusari Kabupaten Trenggalek juga menunjukan tidak ada
square. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Merry Susanti (2012)
yang menunjukan tidak ada hubungan antara pemberian ASI dengan berat
frekuensi ASI yang kurang terdapat 4 (8,2%) bayi yang memiliki berat
badan sesuai standar normal. Hal ini berkaitan dengan pendidikan bayi.
64
pendidikan ibu dengan berat badan anak. dari hasil penelitian ini
menunjukan bahwa sebagian besar anak yang memiliki berat badan tidak
anaknya. Seorang anak dari ibu yang memiliki latar belakang pendidikan
menerima wawasan yang lebih luas ( Supariasa, 2012). Anak dengan ibu
berat badan anak balitanya (Herman, 2009). Hal ini sejalan dengan
kurang namun memiliki berat badan yang normal karena ibu rutin
menggunakan uji Chi Square diperoleh yaitu, p=0,012. Hal ini berarti nilai
p lebih kecil dari (0,05) maka dapat dinyatakan ada hubungan yang
65
puskesmas Ranotana waru. Hal ini, di dukung dengan penelitian yang
Hal ini, memicu keaktifan dari para ibu sendiri untuk aktif dalam kegiatan
2009).
memiliki bayi dalam kategori berat badan kurang dari standar sebanyak 0
(0%). Hal ini dapat berhubungan dengan jumlah anak. Berdasarkan hasil
satu anak. Responden mengaku menyusui bayi lebih dari satu di dalam
rumah sehingga ASI yang diproduksi oleh ibu harus terbagi kepada
sedikit nutrisi ASI yang mengakibatkan gangguan pada berat badan. Selain
itu jika ditinjau dari pekerjaan ibu, mayoritas ibu (83,8%) masuk dalam
keluarga, ibu yang tidak bekerja tidak memiliki penghasilan yang cukup
balita menderita kekurangan berat badan hingga merujuk pada kurang gizi,
66
zat gizi dan kebutuhan gizi dari segi kuantitatif atau kualitatif (Sjahmien,
2012).
jumlah ibu dengan frekuensi ASI yang baik sejumlah 33 ibu. Dari jumlah
tersebut, 7 (21,2%) bayi masuk dalam kategori berat badan kurang dari
disebabkan anak yang sering jatuh sakit seperti terkena diare. Meskipun
pemberian ASI terbilang baik namun jika mengalami sakit berat badan
anak akan turun tiba-tiba secara drastis dan akan sulit untuk kembali
menormalkan berat badan anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
maka ada Hubungan Antara Penyakit infeksi Dengan Status Gizi Pada
Tahun 2014.
dalam kategori berat badan normal. Hal ini disebabkan oleh faktor
67
Hal ini sejalan dengan penelitian Endarwati (2018) menggunakan uji chi
yang signifikan terhadap berat badan bayi Usia 6 bulan, hal ini
ditunjukkan dari nilai probabilitas (p value= 0,015) yang berarti pada taraf
hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan berat badan bayi Usia 6 bulan
Kurangnya faktor-faktor yang perlu dikaji terkait berat badan bayi seperti
faktor nutrsi pada bayi, penghasilan orang tua, psikologis bayi, lingkungan
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan
5.2 Saran
1. Bagi Puskesmas
pemberian ASI. Baik cara mengatasi masalah kurangnya produksi ASI dan
menyusui bisa berjalan dengan sukses. Hal ini penting dilakukan karena
69
juga motivasi kepada ibu untuk membantu ibu mencapai keberhasilan
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat terutama ibu yang memiliki anak usia 0-6
tepat
frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan.
70
Daftar Pustaka
Arif, N. (2009). Panduan Ibu Cerdas ASI dan Tumbuh Kembang Bayi.
Yogyakarta: Media pressindo.
Afifah, Aristasari, Sudarto, A (2018). 1000 hari pertama kehidupan. Gajah madah
university Press
Ayustawati. (2013). Mengenali keluhan anda info kesehatan umum untuk pasien.
jakarta: informasi medika.
Aritonag. (2012). Panduan Tentang Berat Badan. Jakarta: Pustaka Popular Obor.
Adrian, K. (2018). ini informasi berat badan ideal bayi pada tahun pertama.
Retrieved from https://www.alodokter.com/ini-informasi-berat-badan-ideal-
bayi-pada-tahun-pertama.16 desember 2019 (02:26)
Bahriyah, F., Putri, M., Jaelani, A. K., & Indragiri, A. K. (2017). Hubungan
pekerjaan ibu terhadap pemberian asi eksklusif pada bayi. Journal
Endurance, 2, 113–118.
Dinanti, W. (2016). Perbedaan Jenis Pekerjaan Ibu dengan Kuantitas Pemberian
ASI Eksklusif. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Fitri, D. I., Chundrayetti, E., & Semiarty, R. (2014). Hubungan Pemberian ASI
dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo,
3(2), 136–140. Retrieved from http://jurnal.fk.unand.ac.id
Hidayat, A. 2008. Pengatar ilmu kesehatan anak untuk kebidanan. Salemba
medika
Hayati, A. W. (2009). Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: EGC.
Irianto, K. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung:
Alfabeta.
Kemenkes RI. (2013). Pemberian Air Susu Ibu dan MP ASI. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
71
Krisnatuti, D., & Hastoro, I. (2014). Menu sehat untuk ibu hamil dan menyusui
edisi 5. Jakarta: Puspa Swara.
Kristiyanasari, W. (2011). ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
Maritalia, D. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Monika, F. (2016). Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta Selatan: Noura Books
(PT Mizan Publika).
Narendra, Moersintowarti, B., & dkk. (2009). Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja. Jakarta: Sagung Seto.
Putri, I. A. (2018). Gambaran Pola Menyusui dan Status Gizi Bayi Usia 0 – 6
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Tuntungan Kecamatan Medan
Tuntungan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Retrieved from
http://repositori.usu.ac.id
_______. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI : Situasi
dan Analisis ASI Eksklusif.
Riksani, R. (2012). Keajaiban ASI (Air Susu Ibu) Semua Kebutuhan Gizi Bayi
Ada Pada ASI. Jakarta: Dunia Sehat.
Ronald, H. (2011). Pedoman dan Perawatan Balita agar Tumbuh Sehat dan
Cerdas. Bandung: Nuansa Aulia.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Sandewi, S. (2018). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Pertumbuhan
Dan Perkembangan Pada Bayi Usia 7-12 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia. Retrieved from http://repository.poltekkes-
kdi.ac.id/130/1/SKRIPSI.pdf
Sari, D. K., Tamtomo, D. G., & Anantayu, S. (2017). Hubungan Teknik ,
Frekuensi , Durasi Menyusui dan Asupan Energi dengan Berat Badan
Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Tasikmadu Kabupaten Karanganyar.
72
Amerta Nutr., 1(1), 1–13.
Siswanto. (2010). Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak. Jakarta: Bumi
Aksara.
Soetjiningsih. (2012). ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Suryani, E., & Badi‘ah, A. (2018). Asuhan Keperawatan Anak Sehat dan
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sukmani, K, N, A., (2016). Korelasi Umur Ibu Melahirkan Dengan Panjang
Lahir Dan Berat Badan Lahir Bayi Umur 0 Hari Di Kecamatan Genteng-
Kabupaten Banyuwangi. AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2. banyuwangi.
septikasari. (2018). status gizi anak dan faktor yang mempengaruhi. yogyakarta:
UNY Press
Walyani, E., & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. . Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Wiji, R. N. (2011). ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
Assalamualaikum. Wr. Wb
73
penelitian yang berjudul “Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Terhadap Berat
Badan Bayi Usia 0-6 Bulan” untuk mengumpulkan data sebagai bahan
penyusunan tugas akhir (skripsi). Untuk itu saya mohon kepada bapak/ibu
kuisoner ini. Dalam kuisoner ini jawaban bapak/ibu akan dijaga kerahasiannya
sehingga kejujuran bapak/ibu dalam menjawab kuisoner ini akan sangat saya
hargai. Terima kasih banyak atas bantuan dan kerjasama bapak/ibu untuk peran
Gorontalo,………………2019
Peneliti
(INFORMED CONSENT)
Sesuai etika penelitian, saya mohon kepada ibu untuk menandatangani lembar
74
Umur : ………………………………………………..
Alamat : ………………………………………………..
………………………………………………..
Setelah saya membaca dan memahami penjelasan dari Mohamad Gusti Sau
tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian ini, maka saya menyatakan
dengan sungguh akan ikut berpartisipasi menjadi responden dengan sukarela tanpa
paksaan dari siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh dan
sebenar-benarnya.
Gorontalo,………………2019
Responden
(…………………………...)
KOESIONER PENELITIAN
Tanggal Wawancara :
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama ibu/Bayi :
3. Jenis kelamin :
4. Usia ibu :
6. Jumlah Anak :
75
7. Pendidikan terakhir ibu :
2. SD 5. Sarjana
3. SMP/SLTP
8. Pekerjaan :
2. Petani 5. Pedagang
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
3. Apakah anak ibu sudah diberikan makanan selain ASI (makanan pendamping
ASI)?
76
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
5. Apakah anak ibu sudah diberikan makanan orang dewasa (makanan keluarga)?
1. Ya
2. Tidak
6. Apakah ibu memberikan ASI pada bayi lebih dari 8 kali dalam sehari?
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
77
11. apakah setiapt ibu memberikan ASI pada bayi bisa lebih dari 5 menit?
1. Ya
2. Tidak
12. Apakah ibu mempunyai pekerjaan lain, selain ibu menjadi ibu rumah tangga?
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
1. Ya
2. Tidak
78
Lampitran 4
master tabel hubungan frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan di puskesmas tilamuta kabupaten boalemo
responden umur Kode spss pendidikan kode spss pekerjaan kode spss jumlah anak kode spss jenis kelamin kode spss berat badan kode spss umur bayi kode spss frekuensi kode spss ASI Eklsusif kode spss
79
Lampiran 5
1. Karateristik responden
USIA IBU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
80
JUMLAH ANAK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
56.8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
ASI EKSLUSIF
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
81
2. Analisis univariat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
3. Analisis bivariat
Cases
FREKUENSI PEMBERIAN
37 100.0% 0 .0% 37 100.0%
ASI * BERAT BADAN BAYI
KURANG Count 0 4 4
82
FREKUENSI PEMBERIAN Expected Count .8 3.2 4.0
ASI
% within FREKUENSI
.0% 100.0% 100.0%
PEMBERIAN ASI
BAIK Count 7 26 33
% within FREKUENSI
21.2% 78.8% 100.0%
PEMBERIAN ASI
Total Count 7 30 37
% within FREKUENSI
18.9% 81.1% 100.0%
PEMBERIAN ASI
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 37
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,76.
Risk Estimate
N of Valid Cases 37
83
Lmpiran 6 dokumentasi
84
Suasana posyandu Pemilaha bayi usia 0-6 bulan
Mewawancarai responden
85
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2020
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN
Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat Badan Bayi Usia 0-6
Bulan Dipuskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo
Mohamad Gusti Sau, dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes2, dr. Sri A. Ibrahim,
M.Kes3
ABSTRAK
Mohamad Gusti Sau. 2020. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Dengan Berat
Badan Bayi Usia 0-6 Bulan Dipuskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. Skripsi,
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. NanangRoswitaParamata, M.Kes.
danPembimbing IIdr. Sri A. Ibrahim, M.Kes.
Berat badan merupakan indikator pertama dalam menilai pertumbuhan
bayi. Upaya untuk meningkatkan berat badan bayi diperlukan gizi yang maksimal
dan ASI merupakan makanan utama bagi bayi terutama pada usia 0-6 bulan.
Pertumbuhan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung didalam ASI.Tujuan
penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisa adanya hubungan frekuensi
pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah
Puskesmas Tilamuta.
Desain yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
Cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 37 responden dengan tehnik
pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Hasil penelitian Dengan
menggunakan uji Fisher’s exactdiperoleh Pvalue 0.570 dan 0.415 dimana nilai
Pvalue lebih besar dari α 0.05 (p value > 0,05). sehingga tidakterdapat hubungan
frekuensi pemberian ASI dengan berat badan bayi usia 0-6 bulan diwilayah
Puskesmas Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo. Diharapkan bagi
masyarakat terutama ibu yang mempunyai bayi agar dapat memperhatikan
masalah frekuensi pemberian ASI dan gencarnya promosi susu formula untuk
dikonsltasikan pada petugas kesehatan
Kata Kunci : Frekuensi Pemberian ASI, Berat Badan, Bayi Usia 0-6
Bulan
Daftar Pustaka : 50 Referensi (2008-2019)
Sari, D. K., Tamtomo, D. G., & Wiji, R. N. (2011). ASI dan Panduan
Anantayu, S. (2017). Ibu Menyusui. Yogyakarta:
Hubungan Teknik , Nuha Medika.
Frekuensi , Durasi Menyusui
dan Asupan Energi dengan Yosephin, dkk. (2019). buku
Berat Badan Bayi Usia 1-6 pegangan petugas KUA. yogyakarta:
Bulan di Puskesmas grup penerbitan CV BUDI UTAMA
Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar. Amerta Nutr.,
1(1), 1–13.
Siswanto. (2010). Pertumbuhan dan
Perkembangan pada Anak.
Jakarta: Bumi Aksara.
Soetjiningsih. (2012). ASI Petunjuk
untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta: EGC.
Supariasa. (2012). Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC.
Suryani, E., & Badi‘ah, A. (2018).
Asuhan Keperawatan Anak
Sehat dan Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: Pustaka Lampiran 12
Baru Press. CURRICULUM VITAE
Sukmani, K, N, A., (2016). Korelasi
Umur Ibu Melahirkan Dengan A. Biodata Pribadi
Panjang Lahir Dan Berat Badan
Lahir Bayi Umur 0 Hari Di
Kecamatan Genteng-Kabupaten