SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Akhir
Pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut
Disusun Oleh :
RISMA APRILIA
KHGC15080
2020
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Skripsi ini telah disidangkan dihadapan
Tim Penguji Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Karsa Husada Garut
Mengetahui,
Ketua
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Penelaah I Penelaah II
ii
PERNYATAAN
Materai Rp.6000
(Risma Aprilia)
NIM . KHGC15080
iii
ABSTRAK
Risma Aprilia
Usia toddler (1-3 tahun) merupakan masa keemas an yang menentukan perkembangan maupun
status gizi pada anak di kemudian hari. Perilaku ibu dalam pemberian makan adalah factor
penting bagi status gizi anak terutama anak usia toddler. Tujuan dari literature ini adalah untuk
mengidentifikasi hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi anak pada usia toddler.
Metode penelitian ini manggunakan literatur review. Pencarian artikel menggunakan database
Google Scholar dan Garuda dengan kata kunci Perilaku ibi, anak usia toddler, Status gizi
dengan kriteria inklusi dan eksklusi kemudian di review. Hasil review pada 4 artikel, 3 artikel
membuktikan bahwa ada hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi anak usia toddler. 1
artikel lain membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi anak
toddler. Kesimpulan berdasarkan 4 artikel yang direview membuktikan bahwa Berdasarkan
empat artikel penelitian yang direview menunjukan bahwa terdapat Hubungan antara perilaku
ibu dengan status gizi anak toddler. Perilaku ibu sangat berperan penting dalam hal status gizi
toddler. Hal ini disebabkan karena anak usia toddler masih bergantung dengan orangtua.
Diharapkan informasi tentang Status Gizi ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya dan dapat diaplikasikan pada keluarga keluarga yang mempunyai anak usia toddler.
iv
ABSTRACT
LITERATURE REVIEW: RELATIONSHIP ON MOTHER'S BEHAVIOR IN
Risma Aprilia
Program S1 Keperawatan
v
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi
Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarganya, para sahabatnya dan sampai kepada
kita selaku umat di akhir zaman amin.
Adapun judul yang diangkat dalam pembuatan penelitian ini adalah “Literature
Review Hubungan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak
Usia Toddler”.
Pembuatan proposal ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program sarjana keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa
Husada Garut.
Skripsi Literature Review ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
vi
6. Bapak Dede Suharta, S.Kep.,M.Pd, selaku pembimbing
pendamping yang telah memberikan arahan dan saran kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
7. Seluruh staf dosen yang telah membimbing penulis selama
mengikuti perkuliahan di STIKes Karsa Husada Garut.
8. Penghargaan terbesar untuk Orang Tua tercinta terima kasih untuk
dukungan moril maupun materil, semangat, Serta Doa yang sangat
luar biasa untuk menyelesaikan proposal ini.
9. Teruntuk suami tercinta Tandi Ridwansyah terima kasih untuk
Dukungan Moril dan Materil nya terima kasih karena selalu
memberikan yang terbaik serta semangat dan Doa yang luar biasa
Ananda tercinta Qireysa Zahira Al Zahsy yang selalu menjadi
penyemangat dalam menyelesaikan proposal ini.
10. Teruntuk keluarga Besar tercinta yang selalu mendo’akan,
memberikan semangat dan dukungan yang sangat luar biasa untuk
menyelesaikan proposal ini.
11. Teruntuk sahabat-sahabat “Reuwog Squad” selalu memberikan
semangat serta bantuannya dalam mengerjakan proposal ini.
12. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2015 Program studi S1
Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut.
13. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2016 program studi S1
Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
viii
2.1.2 Makanan Bergizi Bagi Anak Usia Toddler ................................. 14
2.1.2.1 Pengatur Makanan Balita ................................................... 17
2.1.2.2 Angka Kecukupan Gizi Balita ........................................... 26
2.1.2.3 Pengaruh Makanan Bagi Kesehatan Balita ........................ 27
2.1.3 Status Gizi ................................................................................... 28
2.1.3.1 Penilaian Status Gizi .......................................................... 29
2.1.3.2 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Antropometri .............. 30
2.1.3.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi ................ 35
2.1.3.4 Masalah – Masalah Gizi Anak Usia Toddler dan Balita .... 38
2.1.4 Hubungan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makan Dengan Status Gizi
Anak Usia Toddler ........................................................ 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 42
3.2 Strategi pencarian ........................................................................... 42
3.3 Kriteria Inklusi Dan Kriteria Eklusi ............................................... 42
3.4 Jadwal penelitian ............................................................................ 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitia ................................................................................ 44
4.2 Pembahasan .................................................................................. 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 49
5.2 Saran ............................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABLE
2.1 Vitamin – vitamin yang diperlukan oleh balita serta fungsinya ................ 16
2.2 Cakupan zat gizi yang dianjurkan di indonesia sesuai umur .................... 26
x
BAB I
PENDAHULUAN
essensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan (Maslow 1970
dalam kozier, 2014). Pangan sebagai sumber gizi dan landasan utama manusia untuk
menghadapi masalah kekurangan gizi yang cukup besar. Berdasarkan data WHO 2010,
1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak tepat dan 90%
diantaranya terjadi di negara berkembang. Kurang gizi pada toddler terjadi karena pada
usia tersebut kebutuhan gizi lebih besar dan toddler merupakan tahapan usia yang
rawan gizi.
Usia di bawah lima tahun terutama pada usia 1-3 tahun merupakan masa
pertumbuhan yang cepat (growth spurt), baik fisik maupun otak. Sehingga memerlukan
kebutuhan gizi yang paling banyak dibandingkan pada masa-masa berikutnya dan pada
masa ini anak sering mengalami kesulitan makan, apabila kebutuhan nutrisi tidak
ditangani dengan baik maka akan mudah mengalami gizi kurang. Kurang terpenuhinya
gizi pada anak dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan baik
1
2
fisik maupun psikomotor dan mental, serta dapat menyebabkan kekurangan sel otak
Penelitian yang dilakukan oleh Rinda 2009 menunjukkan hanya sekitar 62,5%
ibu yang dapat mempraktikkan perilaku pemberian makan seimbang pada anak, 75%
yang mempunyai sikap positif dalam pemberian makanan bergizi seimbang dan 54,2%
ibu yang hanya mengerti pemberian makanan bergizi seimbang namun tidak dapat
mempraktikkan dengan baik. Orang tua sebagai faktor yang sangat berpengaruh
terhadap pemenuhan status gizi anak, karena peran orang tua dalam memilihkan
makanan dan mencontohkan perilaku makan masih sangat besar (Virani, 2011 dalam
mencapai 19.799.874 jiwa. Menurut data nasional depkes RI tahun 2016 persentase
balita kurang gizi 28,5%, dengan rincian 19,7% gizi kurang dan 8,8% gizi buruk, yang
berarti terdapat 6 ribu lebih balita yang menderita gizi buruk dan kurang gizi hamper
Status gizi balita sangat bergantung pada apa yang dikonsumsi dan bagaimana
penggunaan zat-zat gizi dari makanan yang di perolehnya (Almetsier, 2011). Semakin
bertambahnya usia anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah, oleh karena
proses tumbuh kembang yang cepat. Ibu rumah tangga yang kreatif walaupun berasal
dari keluarga miskin, pada dasarnya harus dapat menghindari anak dari kondisi
malnutrisi, salah satunya dengan memberikan asi dalam waktu yang lebih lama
Haddad, 2009).
3
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi, secara umum dipengaruhi oleh
status kesehatan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, politik, dan juga sosial budaya
serta secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi makanan (Suhardjo, 2012). Seorang
ibu seharusnya lebih mengerti tentang bagaimana penyajian makanan yang baik yang
2014).
keinginan anak dibandingkan kebutuhan gizi anak karena anak mempunyai picky eater
(memilih – milih makanan) adalah salah satu penyebab kenapa perilaku ibu yang
hubungan perilaku ibu dalam pemberian makan dengan status gizi pada anak usia
toddler”
1.3.Tujuan Penelitian
ibu dalam pemberian makan dengan peningkatan status gizi pada anak
usia toddler.
1. Bagi Penulis
2. Bagi Akademis
2.1.1. Perilaku
yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012).Teori ini disebut teori S-OR
Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tertutup (covert behavior)
dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon seseorang
yang belum dapat untuk diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku
terbuka merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan nyata sehingga dapat
1. Faktor Intrinsik
a. Umur
8
9
maka diharapkan dengan pengalaman yang dimiliki perilaku orang tersebut juga
positif.
b. Integensi
Seseorang yeng memiliki integensi tinggi akan lebih cepat menerima informasi.
c. Tingkat Emosional
2. Faktor Ekstrinsik
a. Lingkungan
pengetahuan tinggi maka akan secara langsung atau tidak langsung pengetahuan
yang dimiliki akan bertambah, dan perilakunya akan lebih baik. Orang yang
b. Pendidikan
yang otomatis positif karena sebelum melakukan sesuatu orang tersebut pasti akan
berpikir secara matang dan dapat tahu apa akibat yang akan ditimbulkan.
c. Sosial Ekonomi
d. Kebudayaan
tertentu. Sehingga orang tinggal di wilayah itu perilakunya sedikit demi sedikit akan
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang
1. Awareness
Orang (subyek) menyadari dalam dalam arti dapat mengetahui stimulus (obyek)
terlebih dahulu.
2. Interest
Orang ini sudah mulai tertarik kepada stimulus yang diberikan. Sikap subyek
3. Evaluation
tersebut bagi dirinya sendiri. Berarti sikap responden sudah mulai lebih baik.
4. Trial
Orang (subyek) mulai mencoba perilaku baru sesuai dengan apa yang
dikehendaki stimulus.
11
5. Adoption
melalui tahap seperti diatas, yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap
Berdasarkan dari Teori Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga yaitu cognitive
sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat (Fitriani, 2011). Tercakup dalam 6
tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
2. Memahami (comprehension)
12
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (appication)
4. Analisis (analysis)
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Alport (1954) yang dikutip notoatmodjo (2012)
sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
Menurut Notoatmodjo (2012), praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi
beberapa tingkatan :
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
3. Adopsi (adoption)
Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang telah
dilakukan tidak sekedar ritunitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan
modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Cara menilai prakik dapat
diartikan melalui observasi, check list dan kuesioner. Check list berisi daftar
list, penilaian praktik juga dapat dilakukan dengan kuesioner (Arikunto, 2010).
Tubuh kita terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan oleh karena itu kita
diperlukan tubuh, (Nuraimah, 2011). Gizi (Nutrisi) yang baik merupakan tujuan yang
penting bagi kebanyakan orang, Giji semakin dipandang sebagai factor penentu yang
penting dalam upaya mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. Anak usia
dibawah lima tahun merupakan masa terbentuknya dasar dasar kepribadian manusia,
bertingkah laku sosial dan lainnya (Depkes RI, 1993, dalam Santoso & Ranti, 2014).
Oleh karena itu pada usia toddler harusnya memperoleh zat gizi yang mencukupi
simbolik kehidupan dan kasih sayang, seperti ibu yang memberikan makanan pada
anaknya (Khomsan, 2013). Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi
makanan setiap hari berperan untuk kehidupan anak, kecukupan zat giji ini
berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak terutama pada anak usia toddler
sehat untuk anak yang merupakan suatu hal yang sangat penting (Santoso & Ranti,
2009).
15
maka makanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan
harus mengandung zat-zat gizi tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, makanan
a. Protein
Protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuhan (protein nabati) dan
makanan dari hewan ( protein hewani). Fungsi protein dalam tubuh sebagai
pembangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan
hormone, membentuk zat inti energi, (1gr protein kira-kira akan menghasilkan 4,1
kalori). Kebutuhan protein balita bayi bervariasi dari 1,6-2,2 gr protein per KG BB.
Total asupan protein sebaiknya tidak melebihi 20% dari kebutuhan energi.
b. Lemak
Berasal dari minyak goreng, daging, margarine, dan sebagainya. Fungsi pokok
lemak bagi tubuh ialah menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gr
lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori), sebagai pelarut vitamin A,D,E,K dan
c. Karbohidrat
Berfungsi sebagai salah satu pembentuk energi yang paling murah. Pada
d. Vitamin
16
vitamin berlainan satu sama lain tetapi secara umum fungsinya adalah mengatur
metabolism tubuh,
Table 2.1
Vitamin Fungsi
mata
Vitamin B
-Vitamin B2 tubuh.
dalam sel
e. Mineral
Berfungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolism atau sebagai
bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Bayi membutuhkan kurang lebih 150
ml/kh BB air maupun cairan lainnya hal ini untuk mencegah bayi yang mudah
Semakin bertambahnya usia bayi/anak, kebutuhan akan zat gizi akan semakin
bertambah pula. Pemberian makan pada balita termasuk toddler harus dilakukan secara
bertahap sesuai dengan usia anak, dimulai dari air susu ibu hingga makanan padat
seperti makanan orang dewasa (Azwar, 2010). Pengatur makanan balita berdasarkan
ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi, karena mengandung
cukup energi dan zat gizi esensial yang cukup (Pudjianti, 2010). Asi sebaiknya
diberi segera setelah lahir (Kolostrum) karena mengandung banyak protein tinggi
18
dan zat anti bodi. Asi diberikan tanpa jadwal karena bayi akan menentukan sendiri
ASI adalah emulsi lemak yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu
sebagai makanan utama bagi bayi dan balita. Asi mengandung berbagai komposisi
zat gizi, yaitu protein, karbohidrat ( glukosa, galaktosa, dan glukosamin), lemak,
mineral, vitamin, dan air. Asi diberikan segera setelah bayi lahir. Bayi baru lahir
sampai usia 4 bulan hanya diberi asi tanpa makanan tambahan (Aswar, 2009).
Sebaiknya bayi disusui tanpa jadwal, karena kebutuhan makanan ditentukan oleh
bayi sendiri.
Pada usia 4 bulan ASI masih dibutuhkan, akan tetapi pada usia 5 bulan produksi
dari bentuk makanan yang lain yaitu makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Pengenalan dan pemberian MP-ASI ini dilakukan secara bertahap, baik bentuk,
yang diberikan pada usia ini adalah makanan yang berbentuk lumat halus, yaitu
makanan yang dihancurkan dibuat dari tepung. Contohnya adalah bubur susu,
Pada usia ini makanan yang dibentuk berupa makanan yang lumat, yaitu
makanan yang disaring tampak kurang merata. Contohnya adalah nasi tim saring
yang ditambahkan dengan sedikit santan atau margarine. Makanan lumat ini
19
biasanya diberikan 2 kali sehari. Jika bayi 6 bulan diberi 6 sendok sekali beri, jika 7
Makanan yang diberikan pada bayi usia 9-12 bulan adalah makanan yang
berbentuk lunak. Contohnya adalah bubur nasi yang ditambah lauk pauk, bubur
ayam, bubur kacang hijau, diberikan 3 kali sehari. Pada usia ini terjadi penambahan
berat badan 3 kali berat badan waktu lahir. Makanan lunak ini sudah merupakan
makanan utama bagi bayi usia 9 bulan, karena berat badan anak sudah menjadi 3
kali lebih berat dari berat badan lahir. Sementara itu ASI sudah tidak dapat lagi
Pemberian zat gizi yang tepat pada usia ini akan membantu pertumbuhan fisik
dan juga mentalnya. Berikut zat-zat gizi penting yang harus diberikan pada usia 1-3
tahun :
1) Karbohidrat
total kalori yang dibutuhkan sehari. Di atas usia 2 tahun, dianjurkan sekitar
tepungan, biscuit, sereal) dan gula dari susu yang dikonsumsi, sedangkan 10
20
% dari gula sederhana (gula pasir, madu). Setelah usia 2 tahun, juga
makanan pokok yang merupakan sumber utama karbohidrat, dan batasi dari
2) Protein
Pada usia 1-3 tahun, protein sangat dibutuhkan untuk petumbuhan dan
kekuatan tubuhnya, dalam jumlah sekitar 1,5/kg berat badan (BB). Jumlah
ini lebih sedikit daripada kebutuhan protein pada masa bayi yaitu sekitar 2,0-
2,5 g/kg BB. Protein hewani (daging, ikan, telur, susu) dan nabati (kacang-
kepada anak yang disajikan dalam menu makanan keluarga. Nilai gizi
protein hewani mempunyai nilai gizi protein yang lebih tinggi dibandingkan
dengan protein nabati. Pada anak usia 1-3 tahun ini, kebutuhan protein dapat
dipenuhi dengan paling tidak minum susu dua kali 150 ml dan dua porsi
lemaknya.
Sejak dini, asupan lemak bagi anak sebaiknya sekitar 20-25% dari
berlemak tinggi kepada anak karena bias menimbulkan rasa ketagihan untuk
21
dan hal ini akan menjadi kebiasaan yang akan terbawa di masa dewasa
dan retina mata pada anak. Pertumbuhan sel-sel otak berlangsung sangat
cepat pada usia 0-1 tahun, terutama 6 bulan pertama usia kehidupan dan
hingga usia 2-3 tahun, dimana pada masa ini berat dan besar sel-sel otak yang
akan bertambah. Oleh karena itu, kekurangan gizi yang terjadi pada masa
4) Vitamin
banyak terdapat pada jagung, sayuran hijau, ayam, dan daging merah.
dan fosfat, dan membantu penyimpanan kalsium di tulang dan gigi. Sumber
22
vitamin D didapat dari susu, minyak hati ikan cod dan sebagian besar dari
sinar matahari. Vitamin C sangat dibutuhkan oleh anak usia ini karena
5) Mineral
Mineral yang penting untuk anak usia 1-3 tahun adalah zat besi, kalsium
dan seng. Kekurangan zat besi di usia ini banyak dijumpai karena berbagai
factor antara lain kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi,
metabolism zat besi. Kebutuhan zat besi di usia ini cukup tinggi untuk
jaringan dan mencukupi cadangan zat besi dan penyerapan zat besi dari
merah seperti daging sapi, kambing yaitu sekitar 15 % dan penyerapan akan
lebih rendah pada makanan yang tidak mengandung daging tersebut. Sumber
zat besi lain (non-haem iron) yaitu sayur-sayuran hijau seperti daun
Pada usia ini pertumbuhan gigi susu membutuhkan asupan kalsium yang
susu, keju, yoghurt, dan brokoli. Seng merupakan mineral yang penting bagi
ketika sudah makan berbagai jenis makanan. Sumber makanan yang banyak
6) Serat
dihaluskan lagi. Kebutuhan serat bagi anak usia diatas 2 tahun dianjurkan
dalam jumlah yang dapat dihitung dengan formula : umur (dalam gram) + 5
g/hari.
mengandung serat paling tidak pada 3 kali makan utama atau 2 porsi makan
utama dan 1 selingan. Konsumsi serat anak pada usia 1-2 tahun tidak boleh
terlalu banyak karena anak akan cepat merasa kenyang. Disamping itu
zat-zat gizi yang lain seperti zat besi , kalsium, dan seng.
Gizi balita usia 3-5 tahun pada tahap usia ini anak mulai belajar berbagai
keterampilan sosial. Aktivitas fisik dan gerak tubuhnya pun beragam, seperti
seperti mengenal huruf, angka dan warna sudah mulai dilakukan pada usia ini.
untuk menunjang aktivitas anak. Untuk anak usia 3-5 tahun, zat-zat gizi yang
1) Protein
rusak dan komponen penting untuk daya tahan tubuh. Protein dapat
diperoleh dari bahan hewani (daging, ayam, telur) dan nabati (tempe, tahu,
bakteri bias terjadi sehingga protein sangat penting untuk menjaga daya
tahan tubuh.
2) Vitamin
tahan tubuh. Bekerja sama dengan vitamin A dan E, ketiga vitamin ini dapat
melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan virus. Sumber makanan yang
tidak dapat menyimpan vitamin C, oleh karena itu sangat penting untuk
2 bentuk, yaitu yang berasal dari hewan disebut retinol dan dari tumbuhan
relative lebih mudah diserap oleh tubuh, maka bagi anak yang kurang suka
usia ini anak mulai menggunakan kemampuan berfikir untuk belajar. Zat
Seng yang banyak ditemukan pada daging sapi, tiram, ayam, telur dan
juga selenium yang terdapat pada karang dan makanan laut merupakan dua
daya tahan tubuh terhadap penyakit. Zat besi penting dalam pembentukan
sel darah merah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi dalam darah ke
seluruh bagian tubuh. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia. Zat
besi terdapat pada daging merah, hati dan telur, juga pada buah pisang,
Jumlah makanan yang diberikan pada balita apalagi toddler harus berangsur
bertambah sesuai dengan bertambahnya kebutuhan balita akan berbagai zat gizi.
Berikut ini merupakan angka kecukupan zat gizi rata-rata yang dianjurkan untuk
Tabel 2.2
Berat Tinggi
Golongan Energi Protein VitA Besi Lodium
Badan Badan
Usia (KKal) (g) (RE) (mg (mg)
(kg) (cm)
Sumber LIPI, Risalah Widyakarya Pangan dan Gizi VI, 1998. hal 877
(Almatsier, 2011)
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi
yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Begitu juga sebaliknya bila makanan tidak
27
dipilih dengan baiktubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial gizi
b. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh dari protein, mineral dan air.
1) Pertumbuhan
2) Produksi tenaga
3) Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan dan stress menurunkan system imunitas dan
mental dan kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimum pada usia
permanen. Makanan yang baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi bagi tubuh.
28
5) Memberi energi
Zat-zat dapat memberikan energi bagi tubuh. Zat gizi tersebut adalah
karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat gizi ini menghasilkan energi
Protein, mineral dan air adalah zat pembangun yang diperlukan untuk
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Dalam fungsinya ini ke empat zat gizi tersebut dinamakan zat pengatur
(Almatsier, 2012).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa,
2012). Menurut Sediaoetama (2010), status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan
hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan
utilisasinya. Menurut Arisman (2010), status gizi dapat ditentukan dengan cara
menurut Almatsier (2011), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat gizi dan
digunakan secara efesien maka akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum
pada tingkat setinggi mungkin. Menurut Notoatmodjo (2012), kelompok umur yang
rentan terhadap penyakit penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak
balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi
Menurut (Supariasa, 2012), pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
(Supariasa, 2012).
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran
tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di
bawah kulit. Keunggulan antropometri antara lain alat yang digunakan mudah
didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang ulang dengan mudah
dan objektif, biaya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan secara ilmiah
a. Parameter Antropometri
31
1. Umur
Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak
2. Berat Badan
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Pada masa bayi-balita, berat
badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi Berat badan merupakan pilihan utama karena parameter yang paling baik,
sekarang. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan
3. Tinggi badan
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat
tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat
b. Indeks Antropometri
Adapun indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan
karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur
indeks BB/U antara lain lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh
masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat
interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun acites,
memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia 5
badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak
dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2002). Kelebihan indeks TB/U
adalah baik untuk menilai status gizi masa lampau dan ukuran panjang dapat
dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa. Kekurangan indeks TB/U adalah
tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif
lebih sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam
badan (gemuk, normal, dan kurus). Kelemahan Indeks BB/TB adalah tidak
badan, atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya. Dalam praktek sering
pada kelompok balita. Dengan metode ini membutuhkan dua macam alat
Tabel 2.3
Gemuk >2 SD
Organization – National Center for Statistics) dengan indeks berat badan menurut
usia (Supariasa, dkk, 2010). Berat badan adalah suatu parameter yang memberikan
ada beberapa macam, yaitu baku Boston dan Harverd, baku tunner, dan baku NCHS.
Akan tetapi yang direkomendasikan oleh WHO adalah baku NCHS (National
populasi yang sebenarnya. Pada baku NCHS juga dibedakan untuk anak laki-laki
dan perempuan.
Factor yang dapat mempengaruhi status gizi menurut Soekirman (2001) dalam
a. Pengetahuan
gizi serta mengatur makanan kejadian gizi kurang akan dapat dihindari.
Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai
pangan adalah umum disetiap negara. Hal ini didukung juga dengan penelitian
36
yang dilakukan sandjaja (2010) yang melaporkan bahwa sebagian besar anak
dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi
yang tinggi sehingga mampu tumbuh dan kembang, salah satu factor yang
b. Sosial Ekonomi
sebagian besar adalah golongan rendah dan menengah sehingga akan berdampak
Keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang
c. Sosial Budaya
fisik akan zat-zat yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari
pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh
Orang- orang Indonesia masih banyak yang beranggapan ada beberapa makanan
yang harus dihindari atau menjadi pantangan terutama pada kondisi tertentu,
misalnya pada ibu hamil. Di Kalimantan masih banyak orang beranggapan bahwa
ibu hamil harus menghindari makan 27 jenis ikan, padahal ikan adalah sumber
utama protein yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan janin dan akan
berdampak pada kesehatan dan status nutrisi anak kelak setelah lahir.
37
d. Status Kesehatan
suatu penyakit tertentu maka berpengaruh terhadap selera makannya dan pola
dll) yang harus mengikuti program diet dari dokter dan hal ini akan berdampak
2011).
pemberian makanan sangat berpengaruh pada status gizi balita. Pola makan yang
seimbang akan menyajikan semua makanan yang berasal dari setiap kelompok
makanan dengan jumlahnya sehingga zat gizi dikonsumsi seimbang satu sama
lain. Meskipun makanan yang diberikan orang tua kepada anak -anaknya
makanan yang bergizi, tetapi kalua diberikan tanpa makan yang teratur maka
anak – anak tetap saja akan mengalami gizi buruk (Budianingrum, 2015).
Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan
masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang
diperoleh dari makanan (Soekirman, 2010). Diindonesia saat ini balita termasuk
toddler menunjukan prevalensi paling tinggi untuk penyakit kurang energi protein
(KEP), defisiensi vitamin A dan anemia defisiensi zat besi (Santosa & Ranti 2009).
Kurang ebergi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak
Akibat timbul keadaan KEP derajat yang sangat rendah, tidak banyak ditemukan
kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang, sedang kelainan biokimia
maupun gejala klinis tidak ditemukan. Pada keadaan yang besar ditemukan 2 tipe, yaitu
kwashiorkor dan marasmus (Arisman 2014; Supariasa dkk, 2011). Untuk mengetahui
ada tidaknya dan tingkat keparahan KEP perlu dilakukan pengukuran keadaan status
gizi anak dan ini disesuaikan dengan klasifikasi KEP yang telah ditetapkan oleh
berbagai sarjana di berbagai tempat atau Negara (Soekirman, 2010; Pudjiati, 2010;
Arisman, 2014).
Anemia defisiensi zat besi berakibat buruk terhadap anak. Selain menyebabkan
senyawa transmitter yang diperlukan untuk mengantar rangsangan pesan dari satu sel
neuron ke neuron yang lainnya. Gangguan ini dapat berpengaruh pada kinerja otak dan
vitamin A menyebabkan gangguan penglihatan yang dikenal sebagai buta senja atau
xeroptalmia yang berarti mata kering yang berlanjut pada kebutaan (Soekirman 2010).
Kebutuhan akibat defisiensi biasanya terjadi pada anak yang berusia antara 1-3
tahun segera setelah anak diberi makanan yang rendah Vitamin A dan lemak, semakin
muda usia saat terjangkit, semakin parah penyakitnya dan angka kematian yang
Selain memperhatikan pemenuhan kebutuhan zat gizi dan jenis bahan makanan
yang dianjurkan untuk balita, berikut juga perlu di perhatikan cara penyajian saat
memasak. Pada dasarnya ada berbagai macam cara mengolah makan balita, namun
cara-cara yang tidak tepat terkadang akan mengurangi manfaat dari jenis menu
2.1.4. Hubungan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makan Dengan Status Gizi
Gizi adalah sejumlah dari semua interaksi antara suatu organisme dan makanan
yang dikonsumsinya. Dengan kata lain gizi adalah apa yang seorang makan dan
yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan untuk fungsi-fungsi tubuh. Manusia
membutuhkan zat-zat gizi esensial dalam makanan untuk tubuh dan mempertahankan
semua jaringan tubuh dan semua proses-proses fungsi tubuh yang normal (Kozier,
2014). Sedangkan menurut Supariasa (2011) menyatakan bahwa gizi adalah proses
40
penting dalam masalah kekurangan gizi, akan tetapi penyebab yang tidak kalah
menerapkan kemampuan informasi pangan yang diproduksi dan tersedia (Harper, 1986
dalam Supariasa). William merupakan orang yang pertama kali mengidentifikasi dan
menjelaskan kwashiorkor melaporkan bahwa di Afrika barat gizi kurang tidak terjadi
Gizi anak. Di Brazil, sikap tidak peduli dan sedikitnya orang yang terlatih dalam soal
gizi telah dinyatakan sebagai factor utama yang menyebabkan kurangnya protein
(Berg, 2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rona Firmana (2015) juga disebutkan
bahwa sebagian anak dalam keluarga tertentu dengan sosial ekonomi rendah
mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga mampu tumbuh tumbuh dan kembang,
dan salah satu factor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan
kesehatan. Hal ini senada dengan yang dianggap oleh Berg (2016), bahwa sekalipun
dala beli merupakan halangan yang utama, tetapi sebagian kekurangan gizi akan bias
diatasi kalua orang tua tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang
dimiliki.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Literature review adalah serangkaian teori, teori dan penelitian terdahulu atau sudah
dalam menyusun suatu kerangka pemikiran dari suatu masalah yang sedang di teliti (
Rahardja,2018 ).
Penelusuran didapat melalui media social (internet), kata kunci yang digunakan
dalam penelusuran literature review “Status Gizi anak toddler” dan “ hubungan
Perilaku ibu dengan status Gizi anak Toddler ” penelusuran literature menggunakan
Penelitian ini dimuali pada bulan juli 2020 sampai dengan bulan Oktober 2020,
tugas akhir.
43
BAB IV
4.1 HASIL
Artikel yang diperoleh yaitu 35 dari google scholar dan portal garuda yang
bawah ini :
Table 4.1
Hasil Penelitian
Balita Di
desa
cibeusi
kecamatan
jatinangor
kabupaten
sumedang
4.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian jurnal yang saya telaah, sebagian besar memiliki hubungan
antara perilaku ibu dalam pemberian makan dengan status gizi anak usia toddler, dan
sebagian besar pula ada hubungan nya dengan pengetahuan orang tua, pola asuh orang
tua, sikap orang tua, tindakan orang tua terhadap balita dan pendidikan orang tua.
Pendidikan ibu yang rendah sering menyebabkan persepsi yang salah tentang makanan
45
2006).
mempunyai pengetahuan gizi sedang dan ada yang masih berpengetahuan kurang
namun sudah ada yang berpengetahuan baik. Dari 10 pertanyaan yang diajukan
sebagian besar responden menjawab salah yaitu pada poin pengertian balita sehat,
pengertian kurang gizi, dan jenis makanan yang bergizi. Hal ini bisa dipengaruhi karena
pendidikan ibu sejalan dengan pengetahuan gizi yang dimiliki ibu, pada masyarakat
dengan tingkat pendidikan rendah sering dijumpai keadaan gizi kurang, dan sebaliknya
pada masyarakat dengan pendidikan baik menunjukkan status gizi yang baik pula.
Pendidikan ibu yang rendah sering menyebabkan persepsi yang salah tentang makanan
pengalaman pertama mengasuh anak sehingga belum begitu paham tentang pemberian
Sikap yang dimiliki ibu sebagian besar sudah bersikap positif dan sisanya masih
dan pemahaman ibu tentang pemberian nutrisi untuk anak toddler yang masih kurang.
Faktor lain yang mempengaruhi sikap adalah usia, dimana usia 18-25 tahun termasuk
kategori dewasa awal yang masih sedikit pengalaman dalam pengasuhan anak.
46
Responden no 5, 8, 10, 15, 16, dan 17 dengan latar belakang pendidikan SD memiliki
sikap negatif, dan responden no 7 dan 9 dengan latar belakang SMA memiliki sikap
positif. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan yang tinggi akan menghasilkan
pengetahuan yang baik dan dari pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap yang
baik, sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menghasilkan pengetahuan yang
kurang dan akan mempengaruhi terbentuknya sikap yang negatif. Sikap ibu mengenai
pemberian makanan pada anak merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk
berperilaku memberikan makanan yang tepat untuk anak. Makanan yang tepat untuk
anak diberikan agar anak dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Sikap ibu yang didapat
dari interaksi sosial seperti lingkungan, dapat dengan mudah mempengaruhi perilaku
ibu dalam memberikan makanan di rumah. Status ekonomi pada keluarga akan
berpengaruh terhadap sikap ibu dalam pemberian makanan yang tepat pada keluarga
khususnya anak. Hal ini sesuai dengan karakteristik umum responden yang sebagian
bisa membeli jenis makanan yang bervariasi setiap harinya. Berdasarkan wawancara,
sikap ibu dalam pemberian makanan masih banyak dipengaruhi oleh keinginan anak
mereka. Jika anak tidak mau makan makanan keluarga dan lebih memilih makanan
camilan, maka ibu menganggap hal tersebut merupakan hal biasa. Hal ini juga
didukung dengan sikap ibu dalam memilih makanan camilan untuk anak, pembelian
camilan seperti makanan ringan, cilok atau kerupuk dianggap dapat menggantikan
Hubungan Perilaku ibu dengan masalah status gizi kurang anak usia toddler
juga ada kaitannya dengan kepercayaan ibu. Seperti ibu trelalu percaya dengan mitos
misalnya anak tidak di kasih telur karena dapat menyebabkan bisul. Terbentuknya
suatu tindakan ibu dalam pemberian nutrisi dipengaruhi juga oleh pendidikan,
pengetahuan dan sikap dari seseorang serta budaya di daerahnya. Berdasarkan hasil
usia toddler (75%) dengan status gizi kurang dan sisanya 5 anak usia toddler (25%)
dengan status gizi buruk. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia toddler
memiliki status gizi kurang. Kondisi ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu
(organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
2013 perilaku ditentukan oleh 3 faktor, yaitu : 1) faktor predisposisi merupakan faktor
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, orang tua. Jadi perilaku ibu
dalam pemberian nutrisi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu.
48
Perilaku ibu tersebut akan mempengaruhi status gizi anaknya. Perilaku yang kurang
dalam pemberian nutrisi kepada anaknya akan menyebabkan status gizi kurang pada
anak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hong Zhou et.al (2012) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara perilaku ibu dalam pemberian makan dengan angka
kejadian gizi kurang dan gizi buruk di tujuh kota di China, penelitian ini menyebutkan
semakin baik perilaku ibu berhubungan dengan semakin rendahnya angka kejadian gizi
kurang dan buruk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu dalam pemberian
nutrisi memiliki hubungan yang positif dengan status gizi kurang anak usia toddler
yang artinya semakin baik perilaku ibu dalam pemberian nutrisi maka semakin rendah
Jika anak tidak mau makan makanan keluarga dan lebih memilih makanan
camilan, maka ibu menganggap hal tersebut merupakan hal biasa. Hal ini juga
didukung dengan sikap ibu dalam memilih makanan camilan untuk anak, pembelian
camilan seperti makanan ringan, cilok atau kerupuk dianggap dapat menggantikan
posisi makanan utama karena anak akan merasa kenyang. Hal ini didukung dengan
penelitian Cholic (2009) bahwa sikap ibu dalam memilih makanan anak banyak
dipengaruhi oleh anaknya. Sehingga sikap ibu berhubungan dengan perilaku yang salah
dalam pemberian makan pada anaknya. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik toddler
yaitu nafsu makan anak seringkali berubah, biasanya anak menyukai jenis makanan
ini bisa mengakibatkan gizi kurang atau gizi lebih (Cakrawati, 2014). Munculnya
masalah gizi ada anak balita dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara
langsung dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu anak tidak cukup mendapatkan asupan
gizi seimbang yang tidak memadai pada usia balita dan anak menderita penyakit
infeksi. Kemiskinan juga merupakan salah satu penyebab munculnya masalah gizi
buruk terkait ketersediaan dan konsumsi pangan keluarga (Depkes RI, 2010 dan
Putri,dkk, 2015).
50
BAB V
5.1 Kesimpulan
Hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi anak toddler. Perilaku ibu sangat
berperan penting dalam hal status gizi toddler. Hal ini disebabkan karena anak usia
toddler masih bergantung dengan orangtua. Diharapkan informasi tentang Status Gizi
ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat diaplikasikan pada
5.2 Saran
mahsiswa yang akan melakukan penelitian tentang Hubungan perilaku ibu dalam
pemberian makan dengan status gizi anak usia toddler. Serta hasil penelitian dapat
digunakan sebagi masukan bagi tenaga kesehatan terutama bagi perawat, dalam
menangani berbagai masalah gizi pada anak usia toddler. juga dapat digunakan sebagai
acuan dalam meningkatkan keterampilan atau kinerja pewarat, tenaga medis lainnya
juga bisa memberikas asuhan pada ibu atau orang tua yang memiliki anak toddler. Hasil
dari literature review ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan
51
mengenai factor factor yang berhubungan dengan status gizi anak toddler dan factor
factor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi pada toddler. Serta sebagai dasar
Arisman. (2014). Buku ajar Ilmu Gizi ; gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC
Baliwati, Y, dkk. (2014), Pengantar pangan dan gizi. Jakarta : Penebar Swadaya
Indra,B (2014). Hubungan Perilaku Ibu Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Dan
Tingkat Konsumsi Energi Dengan Status Gizi Balita Di Desa Cibeusi
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Fakultas ilmu keperawatan
jatinangor.
Istianty Ari dan Ruslianty. (2014). Gizi terapan. Jakarta.PT. Remaja Rosdakarya.
Maesarah (2018). Hubungan Perilaku Orang Tua Dengan Status Gizi Balita Di Desa
Bulalo Kabupaten Gorontalo Utara. Gorontalo: GJPH. 1 (1). 2018
Moehji, S. (2008). Pemeliharaan Gizi bayi dan balita. Jakarta: Bharata karya Aksara.
55
56
Pudjianti, S. (2010). Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Khomsan, A (2013). Peran pangan dan gizi untuk kualitas hidup. Jakarta :PT.Grasindo
Santoso,S & Ranti,AC (2009) Kesehatan dan gizi. Jakarta: Rineka cipta siregar
Soekirman. (2010) Ilmu gizi dan aplikasinya: untuk keluarga dan masyarakat . Jakarta:
Direktorat jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suciati,N. (2014). Hubungan perilaku ibu dengan status gizi kurang anak usia
toddler.Jurnal pediomaternal:3 (1)