Anda di halaman 1dari 81

SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN


TERHADAP PEMBERIAN ASI ESKLUSIF PADA IBU
PARITAS YANG MEMILIKI ANAK USIA 6 – 12 BULAN

Oleh
ZAKIAH SUHAIMAH
16292011010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAATIR HUSADA


TANGERANG PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN (S1)
TAHUN 2020

i
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN
TERHADAP PEMBERIAN ASI ESKLUSIF PADA IBU
PARITAS YANG MEMILIKI ANAK USIA 6 – 12 BULAN

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu
Keperawatan (S-1)

Oleh
ZAKIAH SUHAIMAH
16292011010

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FAATHIR HUSADA


TANGERANG PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN (S-1)
TAHUN 2020

i
PERSETUJUAN
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF PADA IBU PARITAS YANG MEMILIKI ANAK USIA 6 – 12
BULAN

Oleh :

ZAKIAH SUHAIMAH
16292011010

Untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjan Ilmu


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faatir Husada Tangerang

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ns. Abdul Karim, S. Kep., M. Kep Fitri Hani. S. Kep., Ners

Mengetahui
Ketua Prodi Ilmu Keperawatan (S1)

Ns. Mizwar Taufiq P, S. Kep., M. Kep

ii
PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan

Dewan Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir Husada

pada tanggal 26 Oktober 2020

Oleh :

Zakiah Suhaimah
16292011010

Mengesahkan

Program Studi S-1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir Husada

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Abdul Karim, S. Kep., M. Kep Fitri Hani. S. Kep., Ners

Penguji I Penguji II

Ns. Mizwar Taufiq P, S. Kep., M. Kep R. Gumilar Rukhman. S. Kep., M. Kes

Mengetahui

Ketua Prodi Ilmu Keperawatan (S1)

Ns. Mizwar Taufiq P,S.Kep,M.Kep

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Zakiah Suhaimah

Tempat, tanggal lahir : Serang, 10 Januari 1998

Alamat : Perum taman raya blok c3 no 7 kec jombang

kebupaten cilegon

No. HP : 087869418117

E-mail : zakiahsuhaimah961@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. TK Nusantara Cilegon (2003-2004)

2. SDN 1 Kramatwatu Serang (2004-2010)

3. SMP Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung Tangerang (2011-2013)

4. SMA Pondok Pesantren Al Mubarok (2014 – 2016)

5. STiKes Faathir Husada Tangerang (2016 – 2020)

iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya orang lain yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu tempat Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dalam

skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Tangerang, September 2020

Zakiah Suhaimah
NIM. 16292011010

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir Husada


Tangerang, saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Zakiah Suhaimah

NIM : 16292011010

Program Studi : Ilmu Keperawatan (S1)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya menyetujui untuk memberikan


kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir Husada Tangerang Hak Bebas
Royalti Nonekslusif (Non-Exsclusif Royalty-Free Right) atas karya tulis ilmiah
saya yang berjudul :

“Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada


Ibu Paritas Yang Memiliki Anak Usia 6 – 12 Bulan”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas Royalty non
ekslusif ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faathir Husada Tangerang berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan
dasar (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak
cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di:
Tangerang, 27 Oktober 2020
Yang Menyatakan :

Zakiah Suhaimah
NIM. 16292011010

vi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FAATHIR HUSADA


SKRIPSI 2020

ZAKIAH SUHAIMAH
(16292011010)
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF PADA IBU PARITAS YANG MEMILIKI ANAK USIA 6 – 12
BULAN

xvi + 63 halaman + 12 tabel + 1 Gambar + 2 lampiran

ABSTRAK

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah.
ASI esklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan
makanan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta
tanpa tambahan makanan padat , seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi,
dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat. Tujuan penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Dan Paritas Terhadap
Pemberian Asi Esklusif Pada Ibu Yang Memiliki Anak Usia 6 – 12 Bulan. Jenis
penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori yang relefan dengan kasus
atau permasalahan yang ditemukan. Referensi teori yang diperoleh dengan jalan
penelitian studi literatur dijadikan sebagai pondasi dasar dan alat utama bagi
praktek penelitian ditengah lapangan. Cara pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan dengan Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan
rumus slovin. Hasil penelitian di di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang
didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik dan memberikan ASI
eksklusif sebanyak 20 orang (39%) sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan
baik dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 31 orang (61%). Dan pada ibu
yang memiliki pengetahuan kurang dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 18
orang (55%) sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang dan tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 15 orang (45%). Dengan p-value (0.185)
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan
responden dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian di di Puskesmas
Pilang Kabupaten Sidoarjo didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik
dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 14 orang (48%) sedangkan ibu yang
memiliki pengetahuan baik dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 15 orang
(52%). Dan ibu yang memiliki pengetahuan kurang dan memberikan ASI eksklusif
sebanyak 1 orang (6%) sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang dan
tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 16 orang (94%). Dengan p-value (0.003)
artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.

Kata Kunci : ASI Esklusif, pengetahuan, Ibu paritas, bayi usia 6 - 12 bulan
Referensi : 14 (2015-2017)

vii
STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCE (S-1)

FAATHIR HUSADA HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE


THESIS 2020

ZAKIAH SUHAIMAH
(16292011010)

ANALYSIS THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE, ATTITUDES, AND


BEHAVIOR OF REPRODUCTIVE HEALTH WITH THE INCIDENCE OF
VAGINAL DISCHARGE (FLOUR ALBUS)

xvi + 63 pages + 12 tables + 1 picture + 2 attachments

ABSTRACT

Breast milk is the first, main, and best food for babies, it is scientific. Exclusive
breastfeeding is that babies are only breastfed for 6 months without additional
liquid food, such as formula milk, oranges, honey, tea water, and water, and without
additional solid foods, such as bananas, milk porridge, biscuits, rice porridge, and
rice. team, except vitamins, minerals, and drugs. The purpose of this study was
conducted to see the analysis of the relationship between knowledge and parity of
giving exclusive breastfeeding to mothers who have children aged 6-12 months.
This type of literature studies by looking for theoretical references related to the
cases or problems found. The theoretical references obtained by means of
literature study research serve as the basic foundation and main tool for research
practice in the middle of the field. The method of sampling in this study was carried
out by determining the number of researchers using the Slovin formula. The results
of the research at the Shoulder Health Center of Malalayang District found that
mothers who had good knowledge and gave exclusive breastfeeding were 20
people (39%) while mothers who had good knowledge and did not exclusively
breastfeed were 31 people (61%). And mothers who have less knowledge and
exclusive breastfeeding are 18 people (55%) while mothers who have less
knowledge and do not exclusively breastfeed are 15 people (45%). With a p-value
(0.185), it can be rejected that there is no relationship between respondent's
knowledge and offering exclusive breastfeeding. The results of the research at
Pilang Puskesmas Sidoarjo Regency found that mothers who had good knowledge
and gave exclusive breastfeeding were 14 people (48%) while mothers who had
good knowledge and did not provide exclusive breastfeeding were 15 people
(52%). And mothers who have less knowledge and exclusive breastfeeding are 1
person (6%), while mothers who have less knowledge and do not exclusively
breastfeed are 16 people (94%). With p-value (0.003), it means that there is a
relationship between knowledge and offering exclusive breastfeeding.

Keywords : exclusive breastfeeding, knowledge, mother parity, infants aged 6-12


months

Reference: 14 (2015-2017)

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Hubungan

Antara Pengetahuan Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Paritas Yang

Memiliki Anak Usia 6 – 12 Bulan ”.

Dalam menyusun Skripsi ini, saya telah dibimbing dengan baik oleh para dosen

pembimbing dan mandapat banyak dukungan dari barbagai pihak, oleh karena itu

sebagai bentuk rasa syukur, saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Eny Anjarsari, S. E, Selaku Ketua Yayasan Faathir Husada Tangerang

2. Rahmat Gumilar, S. Kp., M. Kes, selaku Ketua STIKes Faathir Husada

Tangerang

3. Ns. Mizwar Taufiq P, S. Kep., M. Kep Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Faatir Husada Tangerang

4. Ns. Abdul Karim, S. Kep., M. Kep, selaku pembimbing I, yang dengan tekun

memberikan bimbingan ilmiah melalui berbagai pengarahan, sharing, dan

usul/saran yang cemeralang

5. Resli Siregar S. Kep., Ners., M. Kes

6. , selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan sabar

memberikan pengarahan, sharing dan usul yang baik.

7. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberikan do’a dan dukungan baik moril

maupun material serta mendidik dengan kesabaran dan kasih sayang.

8. Temen-teman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.. Terima kasih atas do’a

dan dukungannya.

ix
Penulis menyadari Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masukan sangat

diharapkan untuk perbaikan Skripsi selanjutnya. Semoga bantuan yang telah

diberikan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Penulis berharap

semoga laporan ini dapat memberikan wawasan bagi pembaca.

Serang, Oktober 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN ......................................................................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... iv

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME ................................... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

ABSTRACT................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan masalah...................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

1. Tujuan umum ....................................................................... 4

2. Tujuan Khusus ..................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

1. Bagi Institusi Pendidikan ..................................................... 5

2. Bagi Puskesmas .................................................................. 5

3. Bagi Peneliti ......................................................................... 5

4. Bagi Masyarakat .................................................................. 5

xi
E. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7

A. Konsep ASI Ekslusif ................................................................... 7

1. Definisi Pemberian ASI Eksklusif ........................................ 7

2. Kandungan ASI ................................................................... 8

3. Macam – macam ASI .......................................................... 11

4. Manfaat ASI Eksklusif ......................................................... 13

B. Faktor – Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Menyusui .. 19

1. Posisi Menyusui................................................................... 19

2. Cara menyimpan Asi Dirumah ............................................ 25

3. Kerugian pemberian susu botol .......................................... 26

C. Konsep Pengetahuan ................................................................. 26

1. Definisi Pengetahuan .......................................................... 26

2. Tingkat Pengetahuan .......................................................... 27

3. Cara Memperoleh Pengetahuan ......................................... 30

4. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan .............. 31

D. Konsep Paritas ........................................................................... 35

1. Pengertian ........................................................................... 35

2. Klasifikasi Jumlah Paritas.................................................... 36

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Paritas....................... 37

E. Kerangka Konsep ....................................................................... 39

F. Hipotesis ..................................................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 41

A. Desain Penelitian ........................................................................ 41

B. Populasi dan Sampel.................................................................. 41

1. Populasi ............................................................................... 41

2. Sampel .................................................................................. 41

xii
C. Variabel Penelitian...................................................................... 43

D. Desain Operasional .................................................................... 44

E. Instrumen Penelitian ................................................................... 44

F. Validitas dan reliabilitas insrumen .............................................. 45

1. Validitas ................................................................................ 45

2. Perhitungan reliabilitas ......................................................... 45

G. Teknik Pengumpulan data.......................................................... 46

H. Analisa data ................................................................................ 47

I. Etika Penelitian ........................................................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 50

A. Hasil Penelitian ............................................................................. 50

1. Analisis Univariat..................................................................... 50

2. Analisis Bivariat ....................................................................... 51

B. Pembahasan ................................................................................. 52

1. Analisis Univariat..................................................................... 52

2. Analisis Bivariat ....................................................................... 56

C. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 62

A. Kesimpulan...................................................................................... 62

B. Saran .............................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel Dependen dan Independen ....................................... 44

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................... 49

Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak 6-12 Bulan Di

Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang .............................. 50

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak 6-12 Bulan Di

Puskesmas Pilang Kabupaten Sidoarjo .................................. 50

Tabel 4.3 Distribusi Ibu Paritas Di Puskesmas Bahu Kecamatan

Malalayang ............................................................................... 50

Tabel 4.4 Distribusi Ibu Paritas Bulan Di Puskesmas Pilang Kabupaten

Sidoarjo .................................................................................... 51

Tabel 4.5 Distribusi Pemberian ASI Di Puskesmas Bahu Kecamatan

Malalayang ............................................................................... 51

Tabel 4.6 Distribusi Pemberian ASI Di Puskesmas Pilang Kabupaten

Sidoarjo .................................................................................... 51

Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian

ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang ... 52

xiv
Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian

ASI Eksklusif Di Puskesmas Pilang Kabupaten Sidoarjo........ 52

Tabel 4.9 Distribusi Hubungan Paritas Terhadap Pemberian ASI Di

Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang .............................. 52

Tabel 4.10 Distribusi Hubungan Paritas Terhadap Pemberian ASI Di

Puskesmas Pilang Kabupaten Sidoarjo .................................. 52

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbedaan Foremilk & Hindmilk ............................................. 13

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 : Balasan surat izin penelitian

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian ASI esklusif di negara berkembang berhasil menyelamatkan

sekitar 1,5 juta bayi per tahun. Selain itu juga pemberian ASI sangat penting

bagi tumbuh kembang bayi secara optimal baik fisik maupun mental, oleh

karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian serius oleh para ibu agar

kebutuhan nutrisi bayi dapat terpenuhi terutama diawal masa kehidupannya.

(Widaryanti, 2016)

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, bersifat

ilmiah. ASI esklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa

tambahan makanan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan

air putih, serta tanpa tambahan makanan padat , seperti pisang, bubur susu,

biscuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat (Masruroh,

2018).

Air Susu Ibu (ASI) esklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama

enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau

minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). ASI mengandung kolostrum

yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh

dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI esklusif

dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan

dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari

1
2

kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit

dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna

susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga mengandung

zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu enzim di

usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan

tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi (Resdiknas, 2015.)

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, UNICEF dan

WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air susu ibu (ASI)

selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi

berumur dua tahun (WHO, 2018). Agar ibu dapat mempertahankan ASI

esklusif selama 6 bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi

menyusui dalam satu jam pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI

tanpa tambahan makanan atau minuman, termasuk air, menyusui sesuai

permintaan atau sesering yang diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol

atau dot (WHO, 2018).

Sustainable Development Goals dalam The 2030 Agenda For Sustainable

Development menargetkan pada tahun 2030 dapat mengurangi angka

kematian neonatal paling sedikit 12 per 1.000 kelahiran hidup dan kematian

pada anak di bawah usia 5 tahun paling sedikit 25 per 1.000 kelahiran hidup.

Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pemberian ASI esklusif

dilaksanakan dengan baik (United Nations). (WHO, 2018).

Saat ini pencapaian pemberian ASI esklusif di Indonesia Mengacu pada target

renstra pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka secara nasional cakupan

pemberian ASI esklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan sebesar 55,7%
3

telah mencapai target. Menurut provinsi, kisaran cakupan ASI esklusif pada

bayi umur 0-6 bulan antara 26,3% (Sulawesi Utara) sampai 86,9% (Nusa

Tenggara Barat). Dari 33 provinsi yang melapor, sebanyak 29 di antaranya

(88%) berhasil mencapai target renstra 2015 (Kemenkes, 2015)

Data Dinkes per Januari 2017 gizi buruk berdasarkan berat badan per usia

sebesar 0,58 persen atau sebanyak 5.713 anak, gizi buruk per tinggi badan

0,12 persen atau 1.181 anak, sedangkan gizi kurang sebesar 4,52 persen

atau 44.950 anak. Data ini di bawah rata-rata nasional, yaitu sekitar 14,4

persen gizi buruk dan sekitar 3,4 persen gizi kurang. Penyebab lainnya yang

menimbulkan kurang asupan gizi yang baik, adalah stunting (balita pendek).

Banyak faktor yang menyebabkan tingginya stunting di antaranya

pengetahuan tentang asupan gizi pada anak dan budaya masyarakat yang

tidak mau memberikan ASI esklusif yang menyebabkan obesitas (Dinkes

Prov. Banten, 2017.)

Berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Tangerang tahun 2017, Hasil

cakupan ASI Ekskusif tahun 2014 sebesar 27 %, tahun 2015 sebesar 40 %,

tahun 2016 sebesar 50 % dan tahun 2017sebesar 58,72%. Cakupan ini masih

jauh dibawah target pencapaian pemberian ASI esklusif di Indonesia yaitu

80% (Dinkes, Kab. Tangerang, 2017)

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih

lanjut mengenai “Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Dan Paritas

Terhadap Pemberian Asi Esklusif Pada Ibu Yang Memiliki Anak Usia 6 – 12

Bulan ”.
4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan masih rendahnya cakupan

pemberian ASI ekskluisf di Indonesia, hal ini dikarenakan masih didapatkan

data bahwa masih banyaknya ibu yang memberikan bayinya makanan

tambahan selain ASI seperti : pisang, madu sejak bayi usia 2 bulan dan 100%

ibu-ibu memadukan pemberian ASI dengan susu formula sejak bayi berusia 1

bulan dengan alasan agar bayi kenyang dan tidak rewel, kondisi demikian

dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah kurangnya

pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI Esklusif pada bayi baru lahir

sampai usia 6 bulan, jika tidak dilakukan penanggulangan akan meningkatkan

tingginya angka gizi buruk dan gizi kurang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Analisis Hubungan Antara Pengetahuan Dan Paritas

Terhadap Pemberian Asi Esklusif Pada Ibu Yang Memiliki Anak Usia 6 –

12 Bulan .

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Pemberian Asi

Esklusif Pada Ibu Yang Memiliki Anak Usia 6 – 12 Bulan .

b. Mengetahui gambaran paritas ibu tentang Pemberian Asi Esklusif

Pada Ibu Yang Memiliki Anak Usia 6 – 12 Bulan

c. Mengetahui Analisis Hubungan pengetahuan ibu dengan Pemberian

Asi Esklusif Pada Ibu Yang Memiliki Anak Usia 6 – 12 Bulan

d. Mengetahui Analisis Hubungan paritas ibu dengan Pemberian Asi

Esklusif Pada Ibu Yang Memiliki Anak Usia 6 – 12 Bulan


5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah studi kepustakaan dan

diharapkan menjadi suatu masukan yang berarti dan bermanfaat bagi

mahasiswa Faathir Husada.

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Puskesmas

khususnya Bidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam membuat

kebijakan selanjutnya untuk meningkatkan persentase Ibu menyusui

secara esklusif.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menerapkan

ilmu yang diperoleh selama dibangku kuliah dan menambah wawasan

ilmu pengetahuan serta pengalaman agar dapat mengaplikasikan semua

ilmu yang telah didapat selama ini.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan agar masyarakat dapat mengerti dan memahami tentang

pemberian ASI Esklusif pada bayi usia 6 – 12 Bulan, sehingga dapat

memberikan makanan terbaik bagi bayinya.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Analisis Hubungan Antara

Pengetahuan Dan Paritas Terhadap Pemberian Asi Esklusif Pada Ibu Yang

Memiliki Anak Usia 6 – 12 Bulan . Responden dalam penelitian ini adalah ibu

menyusui, penelitian ini dilakukan pada bulan April 2020, penelitian ini

dilakukan karena ibu menyusui dengan ASI Esklusif masih cukup rendah,
6

penelitian ini dilakukan dengan Metode studi tinjauan literatur (literature

review). Sumber untuk melakukan tinjauan literatur ini meliputi studi

pencarian sistematis database terkomputerisasi (Pubmed, Encyclopedia,

Google scholar dan Portal Garuda) dalam bentuk jurnal penelitian yang

berjumlah 10 jurnal.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep ASI Ekslusif

1. Definisi Pemberian ASI Esklusif

Air Susu Ibu (ASI) merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena didalamnya

mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin,

dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Ada banyak

manfaat yang terkandung dalam ASI. Oleh karena itu, tidak ada alasan

apapun bagi ibu untuk tidak menyusui. Pemberian ASI merupakan hak

anak sehingga jika ibu menolak melakukannya maka ia telah

menelantarkan anaknya sendiri (Yuliarti, 2015). ASI sangat dibutuhkan

untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan

bayi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI esklusif akan

memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya

secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih tahan terhadap

infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang sakit (Sulistyoningsih,

2015.)

ASI esklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan

cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta

tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit,

bubur nasi, dan nasi tim. Selain itu, pemberian ASI esklusif juga

berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga

berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. ASI

mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh

7
8

kembangnya, serta antibodi yang bisa membantu bayi membangun

sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya (Prasetyono,

2017.)

ASI adalah sumber nutrisi terpenting yang dibutuhkan oleh setiap bayi.

Idealnya, ASI diberikan secara esklusif selama 6 bulan pertama

kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan pendamping usia 2 tahun

(IDAI, 2015.)

ASI Esklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan (Nisman, 2016.)


6
2. Kandungan ASI

Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein,

7% laktosa serta 0,2% zat lainnya yang berupa DHA, DAA, dan zat gizi

lainnya (Prasetyono, 2017.)

a. Protein

Menurut Roesli (2016) protein adalah bahan baku untuk tumbuh.

Kualitas protein sangat penting selama pertama kehidupan bayi,

karena pada saat ini pertumbuhan bayi paling cepat. ASI

mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan bayi

manusia. ASI mengandung dua protein utama yaitu whey dan kesein.

Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Kasein

adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sukar dicerna

oleh usus bayi. Protein dalam ASI yang utama adalah whey,

sedangkan pada susu sapi adalah casein. Rasio Whey dan Casein

pada ASI adalah 60 : 40, sedangkan pada susu sapi adalah 20 : 80.

Hal ini tentu akan menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah
9

dicerna dibandingkan casein. Protein istimewa lainnya hanya

terdapat di ASI adalah taurin (Taurine). Taurin adalah protein yang

diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan syaraf juga penting

untuk pertumbuhan retina. Lactoferin adalah salah satu lagi protein

ASI yang unik, lactoferin berfungsi untuk mengangkut zat besi dari

ASI ke darah dan akan membiarkan bakteri usus yang baik yang

menghasilkan vitamin untuk tumbuh sedangkan bakteri yang jahat

akan menyebabkan penyakit akan dihancurkan. Lysosim adalah

suatu kelompok antibiotik alami di dalam ASI, suatu protein spesial

yang akan menghancurkan bakteri berbahaya.

b. Karbohidrat

Menurut (Roesli, 2016) karbohidrat utama ASI adalah laktasi (gula).

ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding susu mamalia

lainnya atau sekitar 20-30% lebih banyak dari susu sapi.

Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak. Laktosa meningkatkan

penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang.

Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik

yaitu Lactobacillus bifidus. Laktosa oleh fermentasi akan diubah

menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana

asam di dalam usus bayi, suasana asam tersebut akan menghambat

pertumbuhan bakteri yang berbahaya.

c. Lemak

Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah

kadarnya. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis, dapat

menyesuaikan diri dengan kalori yang dibutuhkan untuk


10

pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Lemak ASI akan mudah dicerna

dan diserap oleh bayi karena ASI mengandung lipase yang akan

mencerna lemak sehingga hanya sedikit lemak yang tidak diserap

(Roesli, 2016.)

d. Vitamin dan Mineral

Menurut (Roesli, 2016) ASI mengandung vitamin dan mineral yang

lengkap. Meski kadar mineral ASI relatif rendah, tetapi cukup untuk

bayi sampai umur 6 bulan. Hampir semua vitamin dan mineral dalam

ASI akan diserap tubuh bayi.

1) Vitamin K

Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi

sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K, ASI hanya

seperempatnya kadar dalam susu formula. Bayi yang hanya

mendapat ASI beresiko untuk terjadi perdarahan, walaupun

angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu bayi baru

lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk

tulisan.

2) Vitamin D

Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin

D. hal ini tidak perlu dikahawatirkan karena dengan menjemur

bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin

D yang berasal dari sinar matahari, sehingga pemberian ASI

esklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar

matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang

karena kekurangan vitamin D.


11

3) Vitamin A

Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga

berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan

tubuh dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah

tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan bakunya yaitu

beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa

bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan

daya tahan tubuh yang baik.

4) Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B.

asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang

dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam

ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi

kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada

ibu dengan kurang gizi. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada

tahap awal perkembangan sistem syaraf maka pada ibu yang

menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan untuk

vitamin B12 cukup didapat dari makanan sehari-hari, kecuali

ibu menyusui yang vegetarian.

3. Macam – macam ASI

a. Kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang diproduksi di hari-hari pertama

biasanya selama 4 hari. Bayi perlu sering menyusu langsung

untuk merangsang ASI. Komposisi kolostrum mirip nutrisi yang

diterima bayi dalam rahim. Kolostrum lebih banyak mengandung


12

protein, terutama immunoglobulin, protein dalam jumlah dominan

juga mencegah gula darah rendah.

b. ASI Transisi

Setelah beberapa hari menghasilkan kolostrum, selanjutnya

dihasilkan ASI transisi. ASI transisi mulai diproduksi hari ke 4-10

setelah kelahiran. Terjadi perubahan komposisi dari kolostrum ke

ASI transisi. Kadar protein dan immunoglobulin berkurang, kadar

lemak dan karbohidrat meningkat dibanding kolostrum.

c. ASI Mature

ASI mature diproduksi setelah hari ke 10 sampai akhir masa

laktasi atau penyapihan nanti, berwarna putih kekuningan, tidak

menggumpal bila dipanaskan, dengan volume 300-850 ml per 24

jam. ASI mature terus berubah disesuaikan perkembangan bayi.

Pada malam hari, ASI ini lebih banyak mengandung lemak yang

akan membantu meningkatkan berat badan dan perkembangan

otak yang maksimal.

d. Foremilk – Hindmilk

pada satu kali sesi menyusui, ternyata ada 2 macam ASI yang

diproduksi, yaitu foremilk terlebih dahulu, kemudian hindmilk.

Foremilk berwarna lebih bening, kandungan utamanya protein,

laktosa, vitamin, mineral dan sedikit lemak. Foremilk memiliki

kadar air cukup tinggi sehingga lebih encer dibanding hindmilk dan

diproduksi dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan

cairan. Hindmilk berwarna lebih putih karena kandungan lemak 4-

5 kali lebih banyak pada foremilk. Inilah yang membuat bayi


13

kenyang. Bayi mendapat sebagian energi dari lemak sehingga

penting memastikan bayi mendapatkan hindmilk dengan tidak

menghentikan menyusu terlalu cepat.

Gambar 2.1 Perbedaan Foremilk & Hindmilk

Sumber : aimiasi

4. Manfaat ASI Esklusif

a. Manfaat Bagi Bayi

1) ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi

yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling

sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya, dengan

tatalaksana menyusui yang benar. ASI sebagai makanan

tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tubuh bayi normal

sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan bayi harus mulai diberi

makanan padat tetapi ASI dapat tetap diteruskan sampai usia 2

tahun atau lebih (Roesli, 2016.)


14

2) Meningkatkan daya tahan tubuh bayi

ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan

(protektif) seperti makrofag, laktoferin, immunoglobulin,

lactobacillus bifidus, dll yang akan melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Kolostrum

mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu

matang (mature). Pada suatu penelitian di Brazil Selatan, bayi

yang mendapatkan ASI esklusif akan lebih sehat dan lebih jarang

sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI

esklusif (Roesli, 2016.)

3) ASI mudah dicerna dan diserap oleh pencernaan bayi yang

belum sempurna (Nisman, 2016.)

4) Meningkatkan Kecerdasan

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan terlihat anak

yang mendapatkan ASI jauh lebih matang, lebih aktif, dan

memperlihatkan progresifitas yang lebih baik pada skala

perkembangan dibanding mereka yang tidak mendapat ASI.

Memperlihatkan bayi yang mendapat ASI kurang dari 3 bulan

memiliki IQ yang lebih rendah dibanding bayi yang mendapat ASI

6 bulan atau lebih. Pemberian ASI yang lebih lama memberi

keuntungan pada perkembangan kognitif anak (Angelsen, 2001).

Penelitian lain yang dilakukan secara prospektif terhadap bayi

prematur yang mendapat ASI memperlihatkan hasil tes IQ (usia

7-8 tahun) dengan point 8,3 lebih tinggi dibanding bayi prematur

yang mendapat susu formula (IDAI, 2016.)


15

ASI mengandung nutrient-nutrient khusus yang diperlukan otak

bayi agar tumbuh optimal antara lain :

a) Taurin

Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak yang

terdapat dalam ASI dan terdapat dalam susu sapi. Taurin

berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting

untuk proses maturasi sel otak .

b) Laktosa

Laktosa adalah hidrat arang utama dari ASI yang hanya

sedikit sekali terdapat pada susu sapi.

c) Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, Omega-3, Omega-

6)merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya

terdapat sedikit sekali dalam susu sapi.

Hasil penelitian Dr. Riva (1997) ditemukan bahwa bayi yang

diberi ASI esklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai

tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibandingkan anak yang

ketika bayi tidak diberi ASI esklusif (Roesli, 2016.)

5) Meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering dalam dekapan ibu karena menyusu akan

merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan

tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung

ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan

terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang

percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Roesli, 2016.)


16

b. Manfaat bagi ibu

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Apabila bayi segera disusui setelah dilahirkan maka

kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post

partum) akan berkurang karena pada ibu menyusui akan terjadi

peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk

kontriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan

lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian

ibu yang melahirkan (Roesli, 2016.)

2) Menjarangkan kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan

cukup berhasil. Hal ini karena kadar hormon yang

mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk

ovulasi. Selama ibu memberi ASI esklusif dan belum haid, 98%

tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan

96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan (Roesli,

2016.)

3) Mengecilkan Rahim

Kadar oksitosin ibu yang meningkat akan sangat membantu

rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini

akan lebih cepat dibandingkan pada ibu yang tidak menyusui

(Roesli, 2016).
17

4) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Pada ibu yang memberikan ASI esklusif, umumnya

kemungkinan menderita kanker payudara dan indung telur

berkurang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui

akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara.

Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui

sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian

kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa

penelitian juga menemukan bahwa dengan menyusui resiko

terkena kanker indung telur berkurang sampai 20-25% (Roesli,

2016.)

c. Manfaat bagi keluarga

1) Tidak merepotkan

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus

menyiapkan/memasak air, tanpa juga juga harus mencuci botol

dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian

susu botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari.

Bila bayi minum ASI ibu, ayah dan keluarga lain tidak perlu repot

mempersiapkan susu bayi (Roesli, 2016).

2) Mengurangi anggaran belanja rumah tangga

Harga susu formula (pengganti ASI) sangat mahal. Dengan

memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk membeli

susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan

pembuatan minum susu formula.


18

d. Manfaat bagi Negara

1) ASI menurunkan angka kematian dan kesakitan anak dan bayi

Dengan adanya faktor protektif dalam ASI, bayi terlindungi dari

kesakitan dan lebih jauh lagi terlindung dari kematian.

2) ASI mengurangi subsidi biaya pengobatan untuk anak

Telah terbukti bayi yang tidak mendapat ASI lebih sering sakit

daripada bayi yang diberi ASI.

3) ASI mengurangi devisa untuk pembelian susu formula

Penghematan devisa untuk pembelian susu formula dan

perlengkapan menyusui. Hitung berapa kaleng susu yang harus

dibeli apabila seorang bayi tidak diberi ASI. Angka itu kemudian

dikalikan harga susu perkaleng, lalu dikalikan lagi dengan jumlah

bayi yang ada di Indonesia. Angka itulah yang dapat dihemat

apabila semua bayi diberi ASI.

4) ASI meningkatkan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI, tumbuh kembang secara optimal.

Dengan demikian kualitas generasi penerus akan terjamin.

5. Penggolongan ASI

Penggolongan ASI menurut Roesli (2016), dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat infeksi

dan berprotein tinggi. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

Kolostrum mengandung sel hidup yang menyerupai “sel darah putih”

yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum lebih banyak

mengandung protein dibanding dengan ASI matang, serta


19

mengandung zat anti-infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI

matang. Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dibanding dengan

ASI matang. Total energy lebih rendah dibanding susu matang.

Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat

yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan

saluran pencernaan makanan bagi bayi yang akan datang.

b. ASI Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai

sebelum menjadi ASI yang matang. Pada masa ini, kadar protein ASI

makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin

meninggi dan volume akan semakin meningkat.

c. ASI Matang (Mature)

ASI matang merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14

dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat

dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya

yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Menyusui

1. Posisi Menyusui

Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasanya dilakukan

adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi khusus yang

berkaitan dengan situasi tertentu seperti menyusui bayi kembar

dilakukan dengan cara seperti memegang bola (football position),

dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan. Pada ASI yang

memancar penuh, bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu


20

sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan

tersedak (Soetjiningsih, 2015.)

a. Cara Menyusui Yang Baik dan Benar

1) Posisi badan ibu dan badan bayi

Posisi badan ibu dan badan bayi ketika menyusui

a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar

kepala.

c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah

payudara ibu.

e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

f) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu

garis dengan leher dan lengan bayi.

g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara

menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

2) Posisi mulut bayi dan putting susu ibu

Posisi mulut bayi dan putting susu ibu sebagai berikut :

a) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain

menopang dibawah (bentuk huruf C) atau dengan menjepit

payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk

gunting), dibelakang areola.

b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)

dengan cara :

1) Menyentuh pipi dengan puting susu.


21

2) Menyentuh sisi mulut puting susu.

c) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya

lebar dan lidah kebawah.

d) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara

menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang

kepala.

e) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-

hadapan dengan hidung bayi.

f) Kemudian masukan puting susu ibu menelusuri langit-langit

mulut bayi.

g) Usahakan sebagian areola masuk kemulut bayi, sehingga

puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang

keras dan langit-langit yang lunak.

h) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan

gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus

lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara.

i) Setelah bayi menyusui atau menghisap payudara dengan

baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

j) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara

dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan

bayi bernafas.

k) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk

mengelus-elus bayi.
22

b. Tanda-tanda posisi menyusui yang benar

Menurut Soetjiningsih (2015) teknik menyusui yang tidak benar

dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar

optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau

bayi enggan menyusu.

Tanda-tanda posisi menyusui yang benar :

1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.

2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

3) Dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada didasar

payudara.

4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan

bayi.

5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka.

6) Sebagian besar areola tidak tampak.

7) Bayi menghisap dengan dalam dan perlahan.

8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.

9) Terkadang terdengar suara bayi menelan.

10) Putting susu tidak terasa sakit dan lecet.

Tanda-tanda posisi menyusui yang tidak benar (IDAI, 2016) :

1) Leher bayi terputar dan cenderung kedepan.

2) Badan bayi menjauh dari badan ibu.

3) Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu.

4) Hanya kepala dan leher yang tersanggah.

5) Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi.

6) C-hold tetap dipertahankan.


23

c. Lama dan frekuensi menyusui

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata

bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi

dapat mengukur sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu

berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat

(kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada hari-hari pertama

atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram), proses

menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang

wajar. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai selesai

baru kemudian bila bayi masih mengiginkan dapat diberikan pada

payudara yang satu lagi sehingga kedua payudara mendapat

stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI.

Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi,

sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu

sangat sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan

berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering dan selama bayi

mengiginkannya bahkan pada malam hari. Menyusu pada malam

hari akan membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon

prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi yang puas

menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu

tidak perlu menghentikannya.

d. Pengeluaran ASI

Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum

menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk


24

menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran

ASI dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1) Pengeluaran ASI dengan tangan, caranya :

a) Tangan dicuci sampai bersih.

b) Siapkan cangkir atau gelas bertutup yang sudah dicuci

dengan air mendidih.

c) Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan

di masasse dengan kedua telapak tangan dari pangkal

kearah kalang payudara, ulangi pemijatan ini pada sekitar

payudara secara merata.

d) Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan

jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara

ditekan kearah payudara.

e) Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari

telunjuk, jangan menekan atau memijat putting, karena

dapat menyebabkan rasa nyeri.

f) Ulangi tekan-peras-lepas tekan-peras-lepas, pada mulanya

ASI tak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.

g) Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada

semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua

segmen payudara.

2) Pengeluaran ASI dengan pompa, caranya :

Bila payudara bengkak atau terbendung dan puting susu terasa

nyeri, maka akan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa
25

payudara. Cara pengeluaran ASI dengan pompa (Soetjiningsih,

2015) :

a) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara.

b) Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan

puting susu tepat ditengah, dan tabung benar-benar

melekat pada kulit.

c) Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar

dan terkumpul pada lekukan penampung pada sisi tabung.

d) Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus

dicuci bersih dengan menggunakan air mendidih. Bola karet

sukar dibersihkan, oleh karenanya bila memungkinkan lebih

baik pengeluaran ASI dengan menggunakan tangan.

2. Cara menyimpan ASI di rumah

Cara menyimpan ASI :

a. ASI yang disimpan diudara luar/kamar akan tahan 6-8 jam pada suhu

26°C atau lebih rendah.

b. ASI akan disimpan di dalam termos berisi es batu tahan dalam 24

jam.

c. ASI yang disimpan dilemari es ditempat buah dibagian yang paling

dalam dimana tempat yang terdingin tahan 2-3 kali 24 jam (4°C atau

lebih rendah).

d. ASI yang disimpan di freezer yakni di lemari es dengan satu pintu,

tahan 2 minggu.

e. ASI yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah sendiri,

tahan 3 bulan.
26

f. ASI yang disimpan di deep freezer (-18°C atau lebih rendah) akan

tahan selama 6-12 bulan.

Sebelum diminumkan dengan sendok atau gelas plastik, ASI dapat

dihangatkan di dalam mangkok berisi air hangat. Jangan dihangatkan

diatas api karena beberapa zat kekebalan dan enzim dapat

berkurang.

3. Kerugian pemberian susu botol

Kerugian pemberian susu botol :

a. Botol susu dan dot lebih sulit dibersihkan dan mudah tercemar oleh

bakteri ataupun kuman penyakit.

b. Susu botol tidak mengandung zat kekebalan, karena itu bayi/anak

sering menderita sakit, terutama diare.

c. Susu botol harganya mahal, karena harus diproses dulu dari sapi.

d. Memerlukan peralatan yang tidak sedikit dan penyediaannya

sangat merepotkan.

C. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya dengan

sendirinya pada waktu pengindraan sehingga pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran, dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2015.)


27

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat

mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain

pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang

lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2017.)

Menurut Notoatmodjo (2015), pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya.)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).Pengetahuan

seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap

seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui,

maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.

Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2015), salah satu bentuk objek kesehatan dapat

dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan

bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang

melalui pengenalan sumber informasi, ide yang diperoleh sebelumnya

baik secara formal maupun informal.

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Rogers, Pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif

6 tingkatan ( Notoatmodjo, 2015.)

a. Tahu (know) Tahu di artikan sebagai mengikat suatu materi yang

talah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan


28

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang

sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan

yang telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami ( comprehention) Memahami di artikan sebagai buatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang

diketahui dan dapat di menginterprestasikan secara benar. Orang

yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (application) Aplikasi adalah kemampuan menggunakan

materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi

dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi

masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (syntesis) Menunjukkan pada suatu komponen untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan

menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.


29

f. Evaluasi (evaluation) Berkaitan dengan kemampuan

melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu criteria yang di

tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri

seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), terhadap stimulus.

b. (Notoatmojdo, 2015). dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi objek.

c. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian

dan tertarik pada stimulus.

d. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

e. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

f. Adaption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, keasadaran dan sikapnya


30

3. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo,2015 pengetahuan sepanjang sejarah dapat

dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan

untuk memperoleh kebenaran,yaitu:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.

1) Cara coba salah (trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum peradaban. Cara coba salah ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka

dicoba.Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas.

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan

masyarakat baik formal atau informal , ahli agama, pemegang

pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun

penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperolah dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.


31

4) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau

disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian

dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu

cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal

dengan penelitian ilmiah.

4. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup.Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo

(2015) ,pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk

juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

(Nursalam,2015) pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2015), pekerjaan

adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk


32

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan ,tetapi lebih banyak merupakan

cara mencari nafkah yang membosankan ,berulang dan banyak

tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan

yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2015), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun.Sedangkan menurut Huclok (1998)

semakin cukup umur,tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

4) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,

2015, p. 142).

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang

yaitu:

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi

kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu


33

dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila

menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut

aspek emosional.Aspek emosional inilah yang biasanya

berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan

aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang

mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap

sesuatu.

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah

logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah

dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekidjo

Notoatmojo,2015):

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab


34

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas

pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu

menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang

mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk

menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan

tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap

yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi

akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua

atau orang tuanya sendiri.

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat

negatif (Heri Purwanto, 2016 ):

a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.

b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu

stimulus atau obyek, baik yang bersifat intern maupun


35

ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas

menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus

tertentu (Sunaryo, 2014).

Tingkatan respon adalah menerima (receiving), merespon

(responding), enghargai (valuing), dan bertanggung jawab

(responsible) (Sunaryo, 2014).

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (3

lingkungan) merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

c. Sosial Budaya

Sistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi

D. Konsep Paritas

1. Pengertian

Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati,

tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian,

kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman,

2015).

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang

perempuan (BKKBN, 2016).


36

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup di luar rahim (28 minggu) (JHPIEGO,2018).

Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas

yang sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan

jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab

menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh, seorang perempuan

dengan status paritas G3P1Ab1, berarti perempuan tersebut telah

pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan

satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga

kalinya (Stedman, 2015).

2. Klasifikasi Jumlah Paritas

Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan dapat

dibedakan menjadi:

a. Nullipara

Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak

sama sekali

b. Primipara

Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang

anak, yang cukup besar untuk hidup didunia luar (Verney, 2006)

Primipara adalah perempuan yang telah pernah melahirkan

sebanyak satu kali

c. Multipara

Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak

lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2015)


37

Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan dua hingga

empat kali

d. Grandemultipara

Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5

orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam

kehamilan dan persalinan

Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan lebih

dari lima kali

Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan bayi 6

kali atau lebih, hidup atau mati (Rustam, 2015).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi paritas

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita

tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin

mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga

kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai

pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak

yang ideal adalah 2 orang.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

dilaksanakan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi

masing-masing. Beberapa segi positif menurut (Jacinta F.

Rini,2016) adalah mendukung ekonomi rumah tangga. Pekerjaan

jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi


38

kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik

untuk keluarga dalam hal gizi, pendidikan, tempat tinggal, sandang,

liburan dan hiburan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang

diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang

yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu

dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.

c. Keadaan ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk

mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam

memenuhi kebutuhan hidup.

d. Latar Belakang Budaya

Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat

universal, semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan

bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat,

penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah

menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-

individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.

Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang

dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan

sikap individual.

Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara lain

adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka

semakin banyak rejeki.


39

e. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi

tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat

langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham

E. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Ibu Paritas
- Sikap

- Pekerjaan

- Budaya

- Pengetahuan - Status ekonomi

- Tingkat Pendidikan - Prilaku

- Umur

- Pemberian Asi Esklusif

Bagan 1.1 Kerangka Konsep


40

F. Hipotesis

Ha 1 : Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian asi


ekskulisf
Ha 2 : Ada hubungan antara paritas dengan pemberian ASI esklusif
41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari

referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang

ditemukan. Referensi teori yang diperoleh dengan jalan penelitian studi

literatur dijadikan sebagai pondasi dasar dan alat utama bagi praktek

penelitian ditengah lapangan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya. Kriteria responden pada

penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak usia 6 – 12 bulan

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya dalam

keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari

dari sampel itu, haruslah memenuhi beberapa syarat agar penelitian

berjalan, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi,

41
42

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2016).

Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus slovin :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒)2

n : Ukuran Populasi

N : Ukuran Sampel/Jumlah Responden

d : Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel

yang bisa ditorerir (e = 0,1)

Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut :

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah sedikit

Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari Teknik Slovin adalah

antara 10-20% dari populasi penelitian

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat ditentukan besar sampel

sebagai berikut :

Jadi :
120
𝑛=
1 + 120(0,1). (0,1)

120
𝑛=
2.2

𝑛 =54

Jadi, Jumlah besar sampel (n) adalah 54 Ibu


43

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu yang menyusui

b. Memiliki bayi usia 6 – 12 bulan

c. Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Pasien

a. Ibu yang tidak menyusui

b. Ibu yang tidak Memiliki bayi usia 6 – 12 bulan

c. Ibu yang tidak Bersedia menjadi responden

C. Variabel Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

PENGETAHUAN PEMBERIAN ASI


IBU PARITAS ESKLUSIF

Bagan 3.1 Varabel penelitian


44

D. Definisi Operasional

Table 3.1
Variabel Dependent dan Independent

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur


Variabel Independen
1 Pengetahuan Hasil tahu seseorang Kuesioner 0. Kurang Baik
mengenai objek (Notoatmodjo, 1. Baik
2013), dalam hal ini mengenai
pengetahuan responden
tentang ASI esklusif
2 Paritas Jumlah anak yang telah Kuesioner 0. Primigravida
dilahirkan oleh ibu yang lahir 1. Multigravida
hidup atau mati
Variabel Dependen
3 ASI Esklusif Pemberian ASI oleh Kuesioner 0. Tidak ASI
responden tanpa makanan esklusif=Jika
atau minuman lain dari usia 0- bayi telah
6 bulan pertama kehidupan diberi makanan
bayi (prasetyono, 2016) tambahan
sebelum usia 6
bulan
1. ASI esklusif = jika
bayi diberi ASI
saja, tanpa
makanan
tambahan selama
6 bulan, kecuali
obat dan vitamin

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket

atau kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. (Sugiyono, 2014)

menyatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati”. Dengan demikian, penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk

mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam

maupun sosial.
45

Agar mendapatkan sebuah hasil penelitian yang memuaskan, peneliti

menyusun rancangan kisi-kisi instrumen penelitian. Arikunto (2016, hlm 162)

menyatakan bahwa “Kisi-kisi bertujuan untuk menunjukkan keterkaitan

antara variabel yang diteliti dengan sumber data atau teori yang diambil”.

Dalam penelitian ini, dari setiap variabel yang ada akan diberikan

penejelasan, selanjutnya menentukan indikator yang akan diukur, hingga

menjadi item pertanyaan.

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya satu

instrument kuesioner atau berguna untuk mengetahui apakah ada

pernyataan-pernyataan pada instrument kuesioner yang harus

dihilangkan karena dianggap tidak relevan.

Analisis dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor

dengan skor total, bila korelasi tersebut bernilai positif dan bersarnya ≥

0,5 faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat atau bisa dikatakan

instrument tersebut valid dan jika ≤ 0,5 maka instrument tersebut bisa

dikatakan tidak valid sehingga harus dihilangkan.

2. Perhitungan Reliabilitas

Perhitungan Reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrument

dalam kuesioner ini dapat digunakan lebih dari satu kali atau tidak, atau

sebagai ukuran yang menunjukan bahwa alat ukur digunakan dalam

penelitian keperilakuan mempunyai keadaan sebagai alat ukur,

diantaranya diukur melalui konsentrasi hasil pengukuran dari waktu ke


46

waktu. Untuk melihat reliabilitas suatu instrument, maka pertama-tama

harus mempunyai alat yang standar

G. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data primer

dengan melakukan kuesioner dan data sekunder yaitu data yang diperoleh

dari jurnal, buku dokumentasi, dan internet.

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk mencari dokumen atau data-

data yang dianggap penting melalui artikel koran/majalah, jurnal,

pustaka, brosur, buku dokumentasi serta melalui media elektronik yaitu

internet, yang ada kaitannya dengan diterapkannya penelitian ini.

2. Studi Literatur

Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-data

atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat

dalam suatu penelitian. Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber,

jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka.

3. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan

pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan

menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut
47

H. Analisa Data

Analisa data dibagi tiga macam yaitu analisis univariat, analisis bivariat dan

analisis multivariat (Notoatmodjo, 2015). Dalam penelitian ini hanya

dilakukan dua analisis data yaitu analisis univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menggunakan

distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2015).

Analisis univariat dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik dari

masing-masing variabel bebas.

P =∑ F X 100%

Keterangan : P = Persentase

F = Frekuensi tiap kategori

N = Jumlah sampel

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2005). Adapun dalam

analisa ini digunakan tabulasi silang atau uji statistik chi square (X2)

sehingga diketahui ada atau tidaknya hubungan yang bermakna secara

statistik dihasilkan Odds Ratio yang digunakan untuk melihat hubungan

variabel independen dengan variabel dependen. Odd Ratio disajikan

dengan interval estimasi pada tingkat kepercayaan 95% yang

diinterpretasikan Co Efisien hubungan antara dua variabel. Apabila nilai


48

P ≤ α maka hasil perhitungan statistik bermakna atau Ho ditolak, dan

apabila P > α maka perhitungan statistik tidak bermakna atau Ho gagal

ditolak.

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia. Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi

informed consent, anonymity, confidentiality, dan justice (Hidayat, 2017).

1. Informed Consent

Informed Consent adalah lembar persetujuan yang diberikan kepada

subjek penelitian. Peneliti menjelaskan manfaat, tujuan, prosedur, dan

dampak dari penelitian yang akan dilakukan. Setelah dijelaskan, lembar

informed consent diberikan ke subjek penelitian, jika setuju maka

informed concent harus ditandatangani oleh subjek penelitian (Hidayat,

2017).

2. Anonimity

Anonimity adalah tindakan menjaga kerahasiaan subjek penelitian

dengan tidak mencantumkan nama pada informed consent dan

kuesioner, cukup dengan inisial dan memberi nomor atau kode pada

masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality

Confidentiality adalah menjaga semua kerahasiaan semua informasi

yang didapat dari subjek penelitian. Beberapa kelompok data yang

diperlukan akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Data yang dilaporkan


49

berupa data yang menunjang hasil penelitian. Selain itu, semua data

dan informasi yang telah terkumpul dijamin kerahasiaanya oleh peneliti

4. Justice

Justice adalah keadilan, peneliti akan memperlakukan semua

responden dengan baik dan adil, semua responden akan mendapatkan

perlakuan yang sama dari penelitian yang dilakukan peneliti (Hidayat,

2017).
50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Analisis univariat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, meliputi variabel

pemberian ASI eksklusif, paritas, dan pengetahuan ibu. Hasil analisis

univariat akan disajikan dalam beberapa tabel berikut :

1. Analisis Univariat

a. Pengetahuan

Tabel 4.1 Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak 6-12

Bulan Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang

Pengetahuan N %
Baik 51 61
Kurang 33 39
Total 84 100

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak 6-12

Bulan Di Puskesmas Pilang Kabupaten Sidoarjo

Pengetahuan N %
Baik 29 63
Kurang 17 37
Total 46 100

b. Paritas

Tabel 4.3 Distribusi Ibu Paritas Di Puskesmas Bahu Kecamatan

Malalayang

Paritas N %
Primipara 36 42.9
Multipara 48 57.1
Total 84 100

50
51

Tabel 4.4 Distribusi Ibu Paritas Bulan Di Puskesmas Pilang

Kabupaten Sidoarjo

Paritas N %
Primipara 10 22
Multipara 36 78
Total 46 100

c. Pemberian ASI

Tabel 4.5 Distribusi Pemberian ASI Di Puskesmas Bahu

Kecamatan Malalayang

Pemberian ASI N %
Eksklusif 38 45.3
Tidak Eksklusif 46 54.7
Total 84 100

Tabel 4.6 Distribusi Pemberian ASI Di Puskesmas Pilang

Kabupaten Sidoarjo

Pemberian ASI N %
Eksklusif 15 32.6
Tidak Eksklusif 31 67.4
Total 46 100

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif

Tabel 4.7 Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap

Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Bahu Kecamatan

Malalayang

Pemberian ASI
Pengetahuan Tidak N %
Eksklusif % %
Eksklusif
Baik 20 39 31 61 51 100
Kurang 18 55 15 45 33 100
52

Tabel 4.8 Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap

Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Pilang Kabupaten

Sidoarjo

Pemberian ASI
Pengetahuan Tidak N %
Eksklusif % %
Eksklusif
Baik 14 48 15 52 29 100
Kurang 1 6 16 94 17 100

b. Hubungan paritas dengan pemberian ASI

Tabel 4.9 Distribusi Hubungan Paritas Terhadap Pemberian ASI

Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang

Pemberian ASI
Paritas Tidak N %
Eksklusif % %
Eksklusif
Primipara 21 58 15 42 36 100
Multipara 17 35 31 65 48 100

Tabel 4.10 Distribusi Hubungan Paritas Terhadap Pemberian ASI

Di Puskesmas Pilang Kabupaten Sidoarjo

Pemberian ASI
Paritas Tidak N %
Eksklusif % %
Eksklusif
Primipara 0 0 10 100 10 100
Multipara 15 42 21 58 36 100

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Pengetahuan

Pada tabel 4.1 dari 84 responden didapatkan bahwa yang memiliki

pengetahuan baik yaitu 51 orang (61%) dan yang memiliki

pengetahuan kurang yaitu 33 orang (39%). Hal ini menunjukkan


53

pengetahuan pada ibu tentang ASI eksklusif di Puskesmas Bahu

Kecamatan Palalayang cukup baik.

Sedangkan pada tabel 4.2 dari 46 responden yang memiliki

pengetahuan baik yaitu 29 orang (63%) dan yang memiliki

pengetahuan kurang yaitu 17 orang (37%). Hal ini menunjukkan

bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di Puskesmas Pilang

Kabupaten Sidoarjo cukup baik.

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pasca indra manusia, yakni: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (over brhavior) (Notoatmodjo,

2015).

Untuk meningkatkan pengetahuan responden dapat dilakukan

penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya bidan

untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pemeriksaan

tenaga kesehatan serta menyadarkan masyarakat tentang

pentingnya ASI Ekslusif.

b. Paritas

Pada tabel 4.3 dari 84 responden ibu paritas yang memiliki anak 1

(Primipara) yaitu 36 orang (42.9%) dan ibu paritas yang memiliki

anak lebih dari 1 (Multipara) sebanyak 48 orang (57.1%). Hal ini


54

menunjukkan ibu paritas di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang

terbanyak ibu paritas yang memiliki anak lebih dari 1 (Multipara).

Sedangkan pada tabel 4.4 dari 46 responden ibu paritas yang

memiliki 1 anak (Primipara) yaitu 10 orang (22%) dan ibu paritas

yang memiliki anak lebih dari 1 (Multipara) yaitu sebanyak 36 orang

(78%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu paritas di Puskesmas Pilang

Kabupaten Sidoarjo terbanyak memiliki anak lebih dari 1 (Multipara).

Paritas adalah keadaan kelahiran, keadaan wanita yang pernah

melahirkan bayi hidup (kamus kedokteran, 2013). Paritas adalah

banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Paritas adalah jumlah

kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang

dikeluarkan (Bobak, 2014). Menurut Neil, WR yang dikutip oleh

Ramadani (2012), jumlah persalinan yang pernah dialami

memberikan pengalaman pada ibu dalam memberikan ASI kepada

bayi. Pada ibu dengan paritas 1-2 anak sering menemui masalah

dalam memberikan ASI kepada bayinya. Masalah yang paling sering

muncul adalah putting susu yang lecet akibat kurangnya pengalaman

yang dimiliki atau belum siap menyusui secara fisiologis.

c. Pemberian ASI

Pada tabel 4.5 dari 84 responden yang memberikan ASI eksklusif

sebanyak 38 orang (45.3%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif

sebanyak 46 orang (54.7%). Hal ini menunjukkan bahwa responden


55

di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang terbanyak tidak

memberikan ASI eksklusif.

Sedangkan pada tabel 4.6 dari 46 responden yang memberikan ASI

eksklusif sebanyak 15 orang (32.6%) dan yang tidak memberikan ASI

eksklusif sebanyak 31 orang (67.4%). Hal ini menunjukkan bahwa

responden di Puskesmas Pilang Kabupaten Sidoarjo terbanyak tidak

memberikan ASI eksklusif pada anaknya.

Menurut Prasetyono (2009) pemberian ASI eksklusif adalah bayi

hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahan cairan

lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta

tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biscuit,

bubur nasi dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat.

Sedangkan menurut WHO (2011) ASI merupakan hak asasi seorang

bayi dan memberikan ASI kepada bayi adalah hak seorang ibu, hal

ini diatur dalam UU perlindungan anak bab 1 pasal 1 no. 12 dan bab

2 pasal 2. Pemberian ASI eksklusif menurut WHO yaitu memberikan

ASI saja tanpa tambahan makanan apapun kepada bayi sejak lahir

sampai bayi berusia 6 bulan kecuali syirop yang berisi vitamin dan

mineral. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif

pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi

sampai bayi berusia 2 tahun.

Sebagian besar ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan

alasan yang dikemukakan oleh mereka antara lain adalah putting

susu lecet, ASI tidak keluar atau keluarnya sedikit dan tidak
56

mendapat dukungan dari suami, sehingga mereka cenderung untuk

menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif

Pada hasil penelitian di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang

didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik dan

memberikan ASI eksklusif sebanyak 20 orang (39%) sedangkan ibu

yang memiliki pengetahuan baik dan tidak memberikan ASI eksklusif

sebanyak 31 orang (61%). Dan pada ibu yang memiliki pengetahuan

kurang dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 18 orang (55%)

sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang dan tidak

memberikan ASI eksklusif sebanyak 15 orang (45%). Dengan p-value

(0.185) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara pengetahuan responden dengan pemberian ASI eksklusif.

Sedangkan hasil penelitian di Puskesmas Pilang Kabupaten Sidoarjo

tabel 4.8 didapatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik dan

memberikan ASI eksklusif sebanyak 14 orang (48%) sedangkan ibu

yang memiliki pengetahuan baik dan tidak memberikan ASI eksklusif

sebanyak 15 orang (52%). Dan ibu yang memiliki pengetahuan

kurang dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 1 orang (6%)

sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang dan tidak

memberikan ASI eksklusif sebanyak 16 orang (94%). Dengan p-value

(0.003) artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan

pemberian ASI eksklusif.


57

Hal ini karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behaviour).Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua

aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak

aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan

sikap makin positif terhadap objek tertentu.

Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat

dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri

Pendapat dari Suradi, Kristina(2012) menyatakan bahwa walaupun

seorang ibu yang memiliki pendidikan formal yang tidak terlalu tinggi

belum tentu tidak mampu memberikan ASI secara eksklusif

dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikan formalnya,

tetapi perlu menjadi pertimbangan bahwa faktor tingkat pendidikan

turut menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami

pengetahuan yang ibu peroleh.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Cahyani (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh

terhadap pengetahuan ibu menyusui sehingga semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki

dalam pemberian ASI Eksklusif. Sebaliknya, pendidikan yang rendah/

kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang

dalam pemberian ASI Eksklusif.


58

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyani

(2014) yang menyatakan bahwa pada usia 20-35 tahun responden

cenderung lebih aktif dalam mencari informasi mengenai ASI

Eksklusif. Hasil penelitian yang ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan

responden sebagian besar memiliki pendidikan pada kategori

menengah. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang maka akan semakin mudah dalam menerima

informasi dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki sehingga

mempengaruhi perilaku seseorang.

Dalam penelitian ini responden memiliki tingkat pengetahuan baik

tetapi tidak semuanya memberikan ASI eksklusif. Hal ini disebabkan

oleh perubahan pola fikir dan gaya hidup tidak tepat pada ibu-ibu

yang memiliki bayi memberikan PASI pada usia < 6 bulan kemudian

juga disebabkan oleh promosi susu formula yang sangat gencar

dilakukan oleh produsen. Kondisi ini memerlukan perhatian dan kerja

keras petugas kesehatan dalam merubah paradigma dan

meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya bagi ibu-ibu melalui

pendekatan pelayanan promosi kesehatan tentang penting ASI

Eksklusif bagi bayi.

b. Hubungan ibu paritas dengan pemberian ASI eksklusif

Pada hasil penelitian di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang

tabel 4.7 didapat bahwa ibu paritas yang memiliki 1 anak (Primipara)

dan memberikan Asi eksklusif sebanyak 21 orang (58%) sedangkan

ibu yang memiliki 1 anak (Primipara) dan tidak memberikan ASI

eksklusif sebanyak 15 orang (42%). Dan ibu yang memiliki anak lebih
59

dari 1 (Multipara) dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 17 orang

(35%) sedangkan ibu yang memiliki anak lebih dari 1 (Multipara) dan

tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 31 orang (65%). Dengan p-

value (0.04) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara ibu paritas dengan pemberian ASI eksklusif.

Sedangkan hasil penelitian di Puskesmas Pilang Kabupaten Sidoarjo

tabel 4.8 didapat bahwa ibu paritas yang memiliki 1 anak (Primipara)

dan memberikan ASI eksklusif tidak ada (0%) sedangkan ibu paritas

yang memiliki 1 anak (Primipara) dan tidak memberikan ASI eksklusif

sebanyak 10 orang (100%). Dan ibu paritas yang memiliki anak lebih

dari 1 (Multipara) dan memberikan Asi eksklusif sebanyak 15 orang

(42%) sedangkan ibu paritas yang memiliki anak lebih dari 1

(Multipara) dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 21 orang

(58%). Dengan p-value (0.124) yang berarti ada hubungan antara

paritas dengan pemberian ASI eksklusif.

Paritas adalah keadaan kelahiran, keadaan wanita yang pernah

melahirkan bayi hidup (kamus kedokteran, 2013). Paritas adalah

banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Paritas adalah jumlah

kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang

dikeluarkan (Bobak, 2014).

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup di luar rahim (28 minggu) (JHPIEGO,2018).


60

Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas

yang sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan

jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab

menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh, seorang perempuan

dengan status paritas G3P1Ab1, berarti perempuan tersebut telah

pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan

satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga

kalinya (Stedman, 2015).

C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini,

ada beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor

yang agar dapat untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan

datang dalam lebih menyempurnakan penelitiannya karna penelitian ini

sendiri tentu memiliki kekurangan yang perlu terus diperbaiki dalam

penelitian-penelitian kedepannya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian

tersebut, antara lain :

1. Jumlah responden yang terlalu sedikit dimana hanya terdapat 84 pada

penelitian pertama dan 46 orang pada penelitian kedua, tentunya masih

kurang untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

2. Objek penelitian hanya di fokuskan pada dua variabel yang mana hanya

dua dari banyak variabel-variabel lain yang masih belum di teliti.

3. Dalam proses pengambian data dalam peneliitan tersebut, informasi

yang diberikan responden melalui kuesioner terkadang tidak


61

menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya, hal ini terjadi

karena kadang perbedaan pemikiran, anggapan dan pemahaman yang

berbeda tiap responden, juga faktor lain seperti faktor kejujuran dalam

pengisian pendapat responden dalam kuesionernya.


62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam penelitian ini responden memiliki tingkat pengetahuan baik tetapi

tidak semuanya memberikan ASI eksklusif. Hal ini disebabkan oleh

perubahan pola fikir dan gaya hidup tidak tepat pada ibu-ibu yang

memiliki bayi memberikan PASI pada usia < 6 bulan kemudian juga

disebabkan oleh promosi susu formula yang sangat gencar dilakukan

oleh produsen.

2. Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi produktivitas

ASI, karena sangat berhubungan dengan status kesehatan ibu dan

kelelahan serta asupan gizi. Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan

pencarian informasi dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini dihubungkan

dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain, bahwa

pengalaman ibu berpengaruh dalam mengurus anak serta berpengaruh

pula terhadap pengetahuan tentang ASI eksklusif

62
63

B. Saran

1. Bagi Institusi

Diharapkan bagi kampus agar dapat memfasilitasi dan menjebatani

tentang penyuluhan ASI Esklusif di Lingkungan sekitar, sehingga

masyarakat dapat mengerti dan memahami tentang pentingnya ASI

Eskulsif.

2. Bagi Lahan Penelitian

Bagi Rumah Sakit dan petugas kesehatan disarankan untuk senantiasa

memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu menyusui

maupun ibu hamil mengenai pentingnya ASI Esklusif. Pemberian

informasi dapat diberikan melalui penyuluhan kepada ibu-ibu selama

hamil, nifas dan saat menyusui. Selain itu, penyuluhan dapat dilakukan

pula melalui media, seperti berupa leaflet, brosur, buku petunjuk.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini menjadi rujukan awal untuk dapat memberikan

gambaran tentang pengetahuan terhadap pemberian ASI Esklusif,

selanjutnya diharapkan agar dapat menggali lebih dalam lagi tentang

variabel lain yang berhubungan dengan ASI Esklusif


DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Prov. Banten 2017. Profil Kesehatan Provinsi Banten.


https://dinkes.bantenprov.go.id/profil- kesehatan-provinsi. Diakses
tanggal 20 Mei 2018
IDAI, 2015. Bedah ASI, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI. 2012. Buku Ajar Respirologi anak, edisi
pertama. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Depkes
RI, 2003
Kemenkes, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Nisman, Wenny Artanty. 2011. Lima Menit Kenali Payudara, C.V Andi. Yogyakarta.
Notoatmodjo. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : EGC
__________, 2015. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
__________, 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Prasetyo, Bambang. 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
Prasetyono, D.S. 2017. ASI Eksklusif Pengenalan ,Praktik dan Kemanfaatan
kemanfaatannya. Diva Press. Yogyakarta
Riskesdas, 2015. Riset kesehatan dasar 2007-2015-2013. Kemenkes RI, Badan
penelitian dan pengembangan kesehatan
Roesli, U. 2016. Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
Pustaka Bunda
Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Penerbit Buku
Kedokteran.
Unicef, 2011. Asi adalah penyelamat hidup paling murah dan efektif didunia
https://www.unicef.org/indonesia/id/media_21270.html diakses tanggal
20 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai