Anda di halaman 1dari 10

42

BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran kapasitas kerja pegawai di PT. X Tahun 2018

Diperoleh hasil penelitian dari 86 responden diperoleh sebanyak 39 (45.3%)


responden mempunyai kapasitas kerja yang tidak baik, sebanyak 47 (54.7%)
responden mempunyai kapasitas kerja baik

Kemampuan atau kapasitas kerja menunjukkan potensi orang untuk


melaksanakan tugas atau pekerjaan. kemampuan seseorang merupakan
perwujudan dari pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki. Oleh sebab itu,
Karyawan yang memiliki kemampuan tinggi dapat menunjang tercapainya
visi dan misi organisasi untuk segera maju dan berkembang pesat, guna
mengantisipasi kompetisi global. Kemampuan yang dimiliki seseorang akan
membuatnya berbeda dengan yang mempunyai kemampuan rata-rata atau
biasa saja.

Prawirosentono dalam Pasolong (2007) lebih cenderung menggunakan kata


performance dalammenyebut kata kinerja. Menurutnya performance atau
kinerja adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggungjawab masing-masing dalam
rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

B. Gambaran usia pegawai di PT. X Tahun 2018

Diperoleh hasil penelitian dari 86 responden diperoleh sebanyak 7 (8.1%)


responden mempunyai usia tidak produktif, dan sebanyak 79 (91.9%)
responden berusia produktif.

Umur adalah masa hidup responden yang dihitung, sejak ia lahir sampai
dengan hari ulang tahun terakhir. (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2006)
.Perhitungan tahun kelahiran seseorang yang didasarkan pada tanggal/ tahun

STIKes Faletehan
43

kelahiran, menurut Edelman & Mandle (2002) dalam perry & potter (2010)
terdiri dari umur dewasa awal (20-30 tahun) dan dewasa tengah (31 -65
tahun)

Semakin cukup umur tingkat pematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir, belajar, bekerja sehingga pengetahuanpun akan
bertambah. Maka semakin mudah seseorang yang sudah usia lanjut mudah
terkena stress di tempat kerja.

C. Gambaran pendidikan pegawai di PT. X Tahun 2018

Diperoleh hasil penelitian dari 86 responden diperoleh sebanyak 31 (36%)


responden mempunyai pendidikan rendah, dan sebanyak 55 (64%) responden
mempunyai pendidikan yang tinggi

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap


perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno
dalam Nursalam, 2011). Notoatmojo, 2011 mengartikan pendidikan sebagai
pimpinan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak
dalam pertumbuhan (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
bagi masyarakat. Makin tinggi pendidikan seseorang makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat pengetahuan dan


perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Kuncoroningrat dalam Nursalam, 2011). Pendidikan dalam arti formal
adalah suatu proses penyampain bahan atau materi pendidikan oleh pendidik
kepada sasaran pendidik (peserta didik) guna mencapai perubahan perilaku.
Dan begitu juga tentang penggunaan alat pelindung diri dimana semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pekembangan pengetahuan tentang
pentingnya penggunaan alat pelindung diri semakin baik.

STIKes Faletehan
44

D. Gambaran pengalaman kerja pegawai di PT. X Tahun 2018

Diperoleh hasil penelitian dari 86 responden diperoleh sebanyak 29 (33.7%)


responden mempunyai masa kerja < 10 Tahun, dan sebanyak 57 (66.3%)
responden mempunyai masa kerja ≥ 10 – 20 Tahun

Pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan


seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari
tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Pengalaman kerja
seseorang sangat ditentukan oleh rentan waktu lamanya seseorang menjalani
pekerjaan tertentu. Lamanya pekerja tersebut dapat dilihat dari banyaknya
tahun, yaitu sejak pertama kali diangkat menjadi karyawan atau staf pada
suatu lapangan kerja tertentu.

Pengalaman seseorang tentang kecelakaan kerja saat melakukan pekerjaan


tanpa alat penggunaan alat pelindung diri akan berperan penting untuk
pembalajaran seseorang tentang penggunaan alat pelindung diri

E. Gambaran status gizi pegawai di PT. X Tahun 2018

Diperoleh hasil penelitian dari 86 responden diperoleh sebanyak 51 (59.3%)


responden mempunyai status gizi tidak baik, dan sebanyak 35 (40.7%)
responden mempunyai status gizi baik

Pengertian gizi adalah bagaimana seoarang individu, mampu untuk


mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuhnya, agar individu
tersebut tetap berada dalam keadaan sehat dan baik secara fisik atau mental.
Serta mampu menjalankan sistem metabolisme dan reproduksi, baik fungsi
atau prosesnya secara alamiah dengan keasan tubuh yang sehat.

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya) (Suyanto, 2009). Status gizi

STIKes Faletehan
45

dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi
dari keseimbangan energy yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh.

F. Hubungan Antara Usia Dengan Kapasitas Kerja Pegawai di PT. X Tahun


2018

Diperoleh hasil dari 7 responden yang mempunyai usia tidak produktif,


terdapat 4 (57.1%) responden yang mempunyai kapasitas kerja tidak baik,
dan sebanyak 3 (42.9%) responden yang mempunyai kapasitas kerja baik,
sedangkan dari 79 responden yang mempunyai usia produktif, terdapat 35
(44.3%) responden yang mempunyai kapastias kerja tidak baik, dan sebanyak
44 (55.7%) responden yang mempunyai kapasitas kerja baik.

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, diperoleh nilai p
= 0,395 dimana (P > 0,05). artinya secara statistik pada α 5% tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia dengan kapasitas kerja di PT. X Tahun.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiyanti, 2013
didapatkan hasil ada hubungan antara kapasitas kerja (usia p = 0.008, masa
kerja p = 0.022, kondisi kesehatan p = 0.000) dengan produktivitas kerja di
bagian racik PT. X Semarang.

Usia beresiko terhadap penurunan kapasitas kerja dikarenakan jika usia sudah
lebih dari 40 tahun kapasitas kerja seseorang mulai berkurang, pekerja
cenderung mengalami kelelahan saat bekerja, hal ini menurut peneliti dapat
dikarenakan pada usia yang meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi
dari fungsi organ sehingga kemampuan organ akan menurun, dan penyakit
mulai berdatangan, menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah
mengalami kelelahan, selain itu diketahui bahwa keluhan otot skeletal mulai
dirasakan pada usia 40 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat
sejalan dengan bertambahnya usia.

Menurut BPS (2016) dan Undang - undang Tenaga Kerja, penduduk yang
secara resmi dapat bekerja yaitu penduduk yang sudah masuk dalam usia
kerja, berumur 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Haisl penelitian Indrawan,

STIKes Faletehan
46

2016 menunjukan hasil sebagian besar (86%) subjek pria maupun wanita
berada pada rentang usia 30-49 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi
umur subjek didominasi oleh kelompok umur 30-49 tahun. Hasil analisis
statistik pada perbedaan usia di kelompok subjek wanita dan pria memiliki
hasil p= 0.001 (p<0.05), sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan yang
nyata dari usia kelompok pekerja wanita dan pria. Rata-rata usia dari masing-
masing jenis kelamin yaitu rata-rata usia wanita 39.122 ± 6.610 tahun dan
pria 33.533 ± 5.655 tahun. Usia termuda dari masing-masing kelompok pria
dan wanita yaitu 26 tahun dan 23 tahun, sedangkan usia tertua masing-masing
kelompok pria dan wanita yaitu 49 tahun dan 58 tahun.

Kemampuan atau kapasitas kerja menunjukkan potensi orang untuk


melaksanakan tugas atau pekerjaan. kemampuan seseorang merupakan
perwujudan dari pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki. Oleh sebab itu,
Karyawan yang memiliki kemampuan tinggi dapat menunjang tercapainya
visi dan misi organisasi untuk segera maju dan berkembang pesat, guna
mengantisipasi kompetisi global. Kemampuan yang dimiliki seseorang akan
membuatnya berbeda dengan yang mempunyai kemampuan rata-rata atau
biasa saja.

Prawirosentono dalam Pasolong (2007) lebih cenderung menggunakan kata


performance dalam menyebut kata kinerja. Menurutnya performance atau
kinerja adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggungjawab masing-masing dalam
rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

G. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Kapasitas Kerja Pegawai di PT. X


Tahun 2018

Hasil dari 31 responden yang mempunyai pendidikan rendah terdapat 18


(58.1%) responden yang mempunyai kapasitas kerja tidak baik, dan sebanyak
13 (41.9%) responden yang mempunyai kapasitas kerja baik, sedangkan dari
55 responden yang mempunyai pendidikan tinggi, terdapat 21 (38.2%)

STIKes Faletehan
47

responden yang mempunyai kapastias kerja tidak baik, dan sebanyak 34


(61.8%) responden yang mempunyai kapasitas kerja baik.

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, diperoleh nilai p
= 0,060 dimana (P < 0,05). artinya secara statistik pada α 5% ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan kapasitas kerja di PT. X Tahun
2018

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap


perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno
dalam Nursalam, 2011). Notoatmojo, 2011 mengartikan pendidikan sebagai
pimpinan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak
dalam pertumbuhan (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan
bagi masyarakat. Makin tinggi pendidikan seseorang makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat pengetahuan dan


perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Kuncoroningrat dalam Nursalam, 2011). Pendidikan dalam arti formal
adalah suatu proses penyampain bahan atau materi pendidikan oleh pendidik
kepada sasaran pendidik (peserta didik) guna mencapai perubahan perilaku.
Dan begitu juga tentang penggunaan alat pelindung diri dimana semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pekembangan pengetahuan tentang
pentingnya penggunaan alat pelindung diri semakin baik.

H. Hubungan Antara Pengalaman kerja Dengan Kapasitas Kerja Pegawai


di PT. X Tahun 2018

Hasil dari 29 responden yang mempunyai pengalaman kerja < 10 Tahun


terdapat 9 (31%) responden yang mempunyai kapasitas kerja tidak baik, dan
sebanyak 20 (69%%) responden yang mempunyai kapasitas kerja baik,
sedangkan dari 57 responden yang mempunyai pengalaman kerja ≥ 10 Tahun,
terdapat 30 (52.6%) responden yang mempunyai kapastias kerja tidak baik,
dan sebanyak 27 (47.4%) responden yang mempunyai kapasitas kerja baik.

STIKes Faletehan
48

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, diperoleh nilai p
= 0,046 dimana (P < 0,05). artinya secara statistik pada α 5% ada hubungan
yang signifikan antara pengalaman kerja dengan kapasitas kerja di PT. X
Tahun 2018.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Eben Pandaptan (2013) yang berjudul
Hubungan antara pendidikan, upah, masa kerja dan usia terhadap
produktifitas kerja di PT Gandum Malang Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa masa kerja bepengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja. Artinya
semakin lama masa kerja karyawan, maka produktivitas akan semakin tinggi,
sedangkan masa kerja pendek maka produktivitas kerja juga rendah. Masa
kerja yang sudah lama memiliki pengalaman kerja yang banyak, artinya
karyawan yang memiliki masa kerja cukup lama akan memiliki pengalaman
kerja yang banyak sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
Sementara penelitian Rendi ahmad (2014) yang berjudul “ Analisis factor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada home indutri
sepatu kota Surabaya”dengan hasil tidak ada hubungan antara masa kerja
dengan produktivitas kerja tenaga kerja pada home industry sepatu yaitu nilai
p sebesar 0,371 yang berarti probabilitas lebih besar dari 0,05 (0,371 > 0,05).
Bahwa Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan produktivitas kerja .

Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991)


menyatakan bahwa, .Masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman
individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2018), pengalaman kerja


didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh
seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kreitner dan Kinicki (2004) menyatakan bahwa, masa kerja yang lama akan
cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa betah dalam suatu
organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan
lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa

STIKes Faletehan
49

nyaman dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya


kebijakan dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup di hari tua.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Bahagiarni, 2011 didapatkan hasil


masa kerja kurang dari atau sama dengan 4 tahun sebanyak 24 orang (53.3%)
sedangkan lebih dari 4 tahun sebanyak 21 orang (46.7%). Kategori tertinggi
terdapat pada masa kerja kurang dari atau sama dengan 4 tahun.

Dalam penelitian hasil penelitian yang diperoleh rata – rata pekerja dengan
masa kerja 8 tahun, dan nilai minimum dengan masa kerja 1 tahun, sedangkan
nilai maksimum dengan masa kerja 14 tahun. Masih banyaknya responden
dengan masa kerja kurang dari 10 tahun dengan perilaku yang tidak baik hal
ini mungkin karena faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya pendidikan,
pelatihan pengetahuan responden, ataupun sikap. Rata-rata pekerja
pengelasan bekerja kurang dari 10 tahun.

I. Hubungan Antara status gizi Dengan Kapasitas Kerja Pegawai di PT. X


Tahun 2018

Hasil dari 51 responden yang mempunyai status gizi tidak baik terdapat 29
(56.9%) responden yang mempunyai kapasitas kerja tidak baik, dan sebanyak
22 (43.1%) responden yang mempunyai kapasitas kerja baik, sedangkan dari
35 responden yang mempunyai status gizi baik, terdapat 10 (28.6%)
responden yang mempunyai kapastias kerja tidak baik, dan sebanyak 25
(71.4%) responden yang mempunyai kapasitas kerja baik.

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, diperoleh nilai p
= 0,008 dimana (P < 0,05). artinya secara statistik pada α 5% ada hubungan
yang signifikan antara status gizi dengan kapasitas kerja di PT. X Tahun 2018.

Setyaningsih (2008) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara


tingkat kecukupan zat gizi dengan kapasitas kerja. Tidak terpenuhinya
kecukupan zat gizi dapat menyebabkan penurunan kapasitas dan
produktivitas kerja. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian ini. Selain itu
Amijojo (1979) dalam Nurhayati (2010) mengatakan bila tingkat kesehatan

STIKes Faletehan
50

menurun dan tingkat konsumsi tidak tercukupi maka keadaan status gizi
tenaga kerja akan menurun. Keadaan status gizi yang menurun akan
mengakibatkan daya kerja fisik terbatas yang akan menyebabkan kesehatan
jasmani menurun. Keadaan jasmani yang menurun menyebabkan kemampuan
kerja yang terbatas dan kemudian mengakibatkan daya kerja menurun dan
jam kerja berkurang.

Terdapat korelasi yang signifikan antara kapasitas kerja dengan tingkat


kecukupan zat besi. Hasil r yang negatif menunjukkan adanya korelasi negatif
antara kapasitas kerja dengan tingkat kecukupan zat besi. Bila dilakukan
pembagian kategori terhadap kapasitas kerja subjek, maka dapat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu di bawah rata-rata (147-160 jam), rata-rata (160-
173 jam), dan di atas rata-rata (173-186 jam). Subjek yang memiliki kapasitas
kerja yang kurang dari rata-rata cenderung memiliki frekuensi mengonsumsi
pangan sumber zat besi lebih tinggi dibandingkan pada subjek yang memiliki
kapasitas kerja yang masuk dalam rentang rata-rata dan lebih, sehingga
tingkat kecukupan zat besi dan kapasitas kerja memiliki hubungan yang
terbalik.

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya) (Suyanto, 2009). Status gizi
dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi
dari keseimbangan energy yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh
(Marmi, 2013).

Dari hasil observasi di PT. X terdapat dua kantin, pertama ada kantin sehat
dan kedua kantin umum, sedangkan pekerja lebih banyak menggunakan
kantin umum dibanding dengan kantin sehat, dimana pada kantin umum
terbanyak makanan makanan yang kurang sehat, seprti gorengan, makanan
bersantan dan lain sebagainya, hal ini menjadi pemicu IMT lebih pada
pekerja di PT. X. Kemudian hasil wawancara dengan petugas klinik di PT. X
didapatkan data bahwa sebagian besar pekerja mempunyai IMT lebih, dengan

STIKes Faletehan
51

usia diatas 40 tahun, hal ini menjadi salah satu faktor penurunan kapaistas
kerja di PT. X

STIKes Faletehan

Anda mungkin juga menyukai