Anda di halaman 1dari 86

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN

NUTRISI PADA PASIEN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)


DI RUANG MAWAR RSUD PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

BELLA AYU FAJAR LARASSATI


16009

AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI PADA PASIEN DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)
DI RUANG MAWAR RSUD PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

BELLA AYU FAJAR LARASSATI


16009

AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2019

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Bella Ayu Fajar Larassati
NIM : 16009
Program Studi : DIII Keperawatan
Institusi : Akper Yaspen Jakarta
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Anak dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
pada Pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF) di Ruang Mawar
RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut.

Jakarta, 16 Mei 2019

Pembuat Pernyataan

Bella Ayu Fajar Larassati

Mengetahui
Pembimbing

Ns. Tety Mulyati Arofi, S.Kep, M.Kep

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Bella Ayu Fajar Larassati NIM 16009 dengan judul
“Asuhan Keperawatan Anak dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Pasien
Dengue Hemoragic Fever di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur”
telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Jakarta, 16 Mei 2019

Yang Mengajukan

Bella Ayu Fajar Larassati

Pembimbing

Ns. Tety Mulyati Arofi, S.Kep, M.Kep

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Bella Ayu Fajar Larassati NIM 16009 dengan judul
“Asuhan Keperawatan Anak dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Pasien
Dengue Hemoragic Fever di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur”
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 17 Mei 2019.

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota

Harjati, S.ST, M.Kes Ns. Tety Mulyati Arofi, S.Kep, M.Kep

Mengetahui
Direktur

Sulastri, S,Kp, M.Kep

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat

rahmat dan Karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak dalam Pemenuhan Kebutuhan

Nutrisi pada Pasien Dengue Hemoragic Fever di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur” tepat pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk menyelesaikan program studi DIII

Keperawatan pada Akademi Keperawatan Yaspen Jakarta. Dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Sulastri, S.Kp, M.Kep selaku Direktur Program Studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Akper Yaspen Jakarta.

2. Resmiati, S.Kp, M.Kes, selaku Wakil Direktur I Program Studi DIII

Keperawatan Akper Yaspen Jakarta.

3. Dra. Yuntinawati, selaku Wakil Direktur II Program Studi DIII Keperawatan

Akper Yaspen Jakarta.

4. Ns. Tety Mulyati Arofi, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah

dan penguji anggota yang telah memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman selama bimbingan demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah

ini.

v
5. Harjati, S.ST, M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan penguji

ketua yang telah memberikan masukan-masukan, inspirasi, demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Kepada Direktur, Kepala Diklat serta Kepala Bidang RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan untuk berpraktik dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Kepada Kepala Ruangan, CI ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta yang

telah banyak membantu memperlancarnya kegiatan penelitian selama di

Rumah Sakit.

8. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Akper Yaspen Jakarta yang

telah membimbing dengan sabar dan selalu memberikan wawasan serta ilmu

yang bermanfaat.

9. Kedua orang tua, yang telah menjadi inspirasi, selalu memberikan banyak

motivasi, dukungan dan kasih sayang untuk menyelesaikan pendidikan serta

Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Seluruh keluarga, yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi untuk

menyelesaikan pendidikan dan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Rekan-rekan angkatan 23 dan sahabatku: Novy Manurung, Alma, Sintya, Ine

dan Rahma yang selalu memberikan saran, semangat yang tiada batasnya,

motivasi dan dukungan selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Pihak-pihak Rumah Sakit khususnya Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo yang

telah banyak membantu memperlancarnya kegiatan penelitian selama di

Rumah Sakit.

vi
Demikian penyusunan Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak dalam

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever di Ruang

Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.

Saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga penelitian Karya Tulis Ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi saya khususnya serta para pembaca untuk menambah

informasi.

Jakarta, 16 Mei 2019

Peneliti

vii
Program Studi Diploma III Keperawatan
Akademi Keperawatan Yaspen Jakarta

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019


Bella Ayu Fajar Larassati

Asuhan Keperawatan Anak dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada


Pasien Dengue Hemoragic Fever di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur Tahun 2019

viii halaman+68 halaman+16 tabel+ 2 skema+5 lampiran

ABSTRAK

Pada pasien DHF terjadi ada penekanan intraabdomen yang menyebabkan


gangguan nutrisi (Suriadi, 2010). Data di RSUD Pasar Rebo dengan angka
kejadian DHF 230 anak dalam tiga bulan terakhir. Tujuan dilakukan penelitian ini
untuk memperoleh gambaran asuhan keperawatan anak dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien DHF dari mulai pengkajian sampai evaluasi
keperawatan. Metode studi kasus dengan rancangan deskriptif, pengumpulan data
dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi dan pengisian format
pengkajian. Subyek penelitian yaitu dua pasien dengan DHF. Hasil yang
didapatkan setelah melakukan penelitian yaitu An. Z tidak nafsu makan, demam
naik turun, mual, terjadi penurunan berat badan, sedangkan pada An. C nafsu
makan menurun, terjadi penurunan berat badan, mual, muntah, demam. Diagnosa
keperawatan yang dirumuskan pada An. Z resiko ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, pada An.C ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Intervensi direncanakan pada An. Z dan An. C sesuai dengan
teori kebutuhan nutrisi. Implementasi dilakukan An. Z dan An. C sesuai dengan
perencanaan yang dibuat. Evaluasi An. Z adanya peningkatan nafsu makan tetapi
berat badan pasien menurun karena BAB cair lebih dari 3x, sedangkan pada An. C
yaitu tidak menimbang berat badan pada hari terakhir penelitian karena peneliti
tidak mengetahui kapan pasien pulang. Saran untuk ahli gizi dapat menyajikan
makanan yang menarik, mencantumkan nilai kalori pada makanan tersebut, untuk
perawat ruangan dapat menimbang berat badan untuk evaluasi akhir, dapat
direncanakan jadwal terapi bermain di kamar rawat pasien.

Kata Kunci:
Asuhan keperawatan anak, dengue hemoragic fever, kebutuhan nutrisi.
Daftar Pustaka: 17 (2008-2019)

viii
Diploma III Nursing
Akademi Keperawatan Yaspen Jakarta

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019


Bella Ayu Fajar Larassati

Nursing Care Fulfillment Needs Nutrition In Patients Children With Dengue


Hemoragic Fever In The Mawar Room Pasar Rebo Hospital
East Jakarta 2019

viii page+68 page+16 table+ 2 scheme+5 attachment

ABSTRACT

In patients with DHF, have intra abdominal pressure occurs which causes
nutritional disturbances (Suriadi, 2010). Data from Pasar Rebo Hospital.
Incidence of DHF was 230 children in the last three months. The pupose of this
research is for obtain an overview of nursing care in children with DHF, in
nutrition needs, start from assessment until evaluation nursing. Case study
method with descriptive design, data collection by observation, interview,
documentation, and filling the assessment format. The research subjects were two
patients with DHF. the result obtain from this research were An. Z has no
appectite, unstable temperature, nausea, and weight loss and An. C has decreased
appetite, weight loss, nausea, vomite, fever and abdominal
tenderness.interventions for patient An. Z and An. C according to the theory of
nutritional needs. Implementation carried out in accordance with the plan made.
Nursing evaluation for An. Z has an increase in appetite, but has weight loss
because An. Z has BAB more than 3 times, but for An. C isn’t weigthing on the
last day of the study, becauce researchers didn’t know when the patient came
home. Suggestion for nutritionistsis to serve interesting food, and include calorie
value inside, and for a nurse should weighting weight loss for evaluation, can be
planned therapy schedule playing in the patient’s care room.

Keywords: Nursing care of children, dengue hemoragic, fever, nutritional needs.


Referensi: 17 (2008-2019)

ix
DAFTAR ISI

COVER DALAM ............................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Studi Kasus ....................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 5
1.4 Manfaat Studi Kasus ..................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Asuhan keperawatan dalam kebutuhan nutrisi.............................................. 7
2.1.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................ 7
2.1.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 10
2.1.3 Perencanaan Keperawatan ......................................................................... 11
2.1.4 Pelaksanaan Keperawatan .......................................................................... 16
2.1.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 17
2.2 Nutrisi pada Dengue Hemoragic Fever (DHF) ............................................. 17
2.2.1 Pengertian .................................................................................................. 17
2.2.2 Gangguan Nutrisi pada DHF ..................................................................... 18
2.2.3 Pengaturan Nutrisi pada DHF .................................................................... 19
2.2.4 Edukasi Nutrisi pada DHF ......................................................................... 20
2.2.5 Cara pendekatan pada anak ........................................................................ 20
2.2.6 Konsep Tumbuh Kembang Anak ............................................................... 21
2.2.7 Hospitalisasi ............................................................................................... 29

BAB III METODE STUDI KASUS


3.1 Rancangan Studi Kasus ................................................................................. 33
3.2 Subyek Studi Kasus ...................................................................................... 33
3.3 Fokus Studi Kasus......................................................................................... 34
3.4 Definisi Operasional Fokus Studi ................................................................. 34
3.5 Instrumen Studi Kasus .................................................................................. 34
3.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 34
3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus ..................................................................... 35
3.8 Analisis dan Penyajian Data ......................................................................... 36
3.9 Etika Studi Kasus .......................................................................................... 36

x
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus .......................................................................................... 38
4.1.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................ 39
4.1.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 48
4.1.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................. 49
4.1.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................ 49
4.1.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 51
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 53
4.3 Keterbatasan ................................................................................................. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 66
5.2 Saran ............................................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 IMT normal pada anak sesuai usia ..................................................... 8

Tabel 2.2 Bahan makanan lunak untuk anak ...................................................... 19

Tabel 4.1 Hasil Anamnesa Anak dengan DHF ................................................... 39

Tabel 4.2 Resume Anak dengan DHF ................................................................ 39

Tabel 4.3 Riwayat Penyakit Anak dengan DHF ................................................. 40

Tabel 4.4 Pola kebiasaan sehari-hari Anak dengan DHF ................................... 42

Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik Anak dengan DHF ................................................ 43

Tabel 4.6 Hospitalisasi dan Tumbuh Kembang Anak dengan DHF ................... 45

Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang Anak dengan DHF ...................................... 46

Tabel 4.8 Penatalaksanaan Anak dengan DHF .................................................. 47

Tabel 4.9 Data Fokus Anak dengan DHF ........................................................... 47

Tabel 4.10 Analisa Data Anak dengan DHF....................................................... 48

Tabel 4.11 Diagnosa Keperawatan Anak dengan DHF ..................................... 48

Tabel 4.12 Perencanaan Keperawatan Anak dengan DHF ................................ 49

Tabel 4.13 Implementasi Keperawatan Anak dengan DHF .............................. 50

Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan Anak dengan DHF ...................................... 52

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 : Penjelasan untuk Mengikuti Penelitian Bagi Subyek Penelitian

(PSP)

Lampiran 3 : Informasi dan Pengesahan Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 4 : Instrumen Studi Kasus

Lampiran 5 : Bukti Proses Bimbingan

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan terhadap anak sangatlah penting untuk diperhatikan bagi semua

pihak khususnya bagi setiap orang tua. Hal tersebut dikarenakan semakin

banyaknya penyakit maupun gangguan kesehatan yang dialami oleh anak

sehingga membutuhkan penanganan secara seksama dan komprehensip.

Begitu banyak penyakit yang mengancam kelangsungan hidup anak salah

satunya adalah penyakit dengue hemoragic fever (Kepmenkes RI, 2016).

DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan

manifestasi klinis demam, nyeri otot/nyeri sendi yang disertai leukopenia,

ruam, limfadenopati, trombositopenia dan teses hemoragik. Pada DHF terjadi

perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrome renjatan

dengue adalah DHF yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo, 2009).

Menurut Word Health Organization atau WHO (2019), menyebutkan bahwa

sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami epidemi dengue parah.

Penyakit ini sekarang endemic lebih dari 100 negara di wilayah WHO di

Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik. Wilayah

Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat adalah yang paling parah terkena

dampaknya.

1
2

Wilayah-wilayah Amerika melaporkan lebih dari 2,38 juta kasus pada tahun

2016, dimana Berasil saja menyumbang sedikit kurang dari 1,5 juta kasus,

sekitar 3 kali lebih dari 375.000 kasus dugaan demam dengue pada tahun

2016, dimana Filipina melaporkan 176.411 dan Malaysia 100.083 kasus,

mewakili jumlah yang sama dengan tahun sebelumnya untuk ke dua Negara.

Solomon mengumumkan wabah dengan lebih dari 7.000 kasus. Di wilayah

Afrika, Burina Faso melaporkan wabah demam dengue dengan kemungkinan

1061 kasus. Pada tahun 2017 terjadi pengurangan yang signfikat dilaporkan

dalam jumlah kasus deman dengue di Amerika dari 2.177.171 kasus menjadi

585.263. ini mewakili pengurangan 73%. Panama, Peru, dan Arubah adalah

satu-satunya negara yang yang mecatat peningkatan kasus selama 2017.

Demikian pula penurunan 53% dalam kasus demam dengue juga tercatat

selama 2017. Diperkirakan 500.000 orang dengan dengue parah memerlukan

rawat inap setiap tahunnya, sebagian besar diantaranya adalah anak-anak.

Sekitar 2,5% dari mereka tidak dapat diselamatkan atau meninggal dunia

(WHO, 2019).

Angka tertinggi penderita DHF di provinsi DKI Jakarta ada di wilayah Jakarta

Timur sebesar 1.265 kasus. Jumlah kasus DHF di DKI Jakarta tahun 2017

sebanyak 3.333 kasus dibandingkan tahun 2016 sebanyak 22.697 kasus

menurun secara signifikan sebesar 85,31%. Hal ini terjadi dikarenakan telah

meningkatnya kualitas lingkungan dan hidup masyarakat di wilayah DKI

Jakarta, kesadaran masyarakat untuk melakukan program pembasmian sarang


3

nyamuk (3M) serta keberhasilam program DHF di wilayah DKI Jakarta.

(Dinkes Provinsi DKI, 2018)

Data di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur pada tahun 2019

jumlah seluruh pasien yang dirawat 796 dalam 3 bulan terakhir dari bulan

Januari sampai bulan Maret. Angka kejadian DHF bulan Januari dengan 62

anak dari total 284 anak yang dirawat atau sekitar 21,8%, bulan Februari 82

dari 292 (28%) dan bulan Maret 86 dari 320 (26,8%). Data tersebut

menunjukan adanya peningkatan pada bulan Februari dari 21,8% menjadi

28% dan menurun pada bulan Maret 26,8%, tetapi jika dilihat segi jumlah

terjadi peningkatan.

Penyakit DHF berdasarkan fakta-fakta dan data diatas dapat disimpulkan

bahwa pasien dengan DHF selalu meningkat. Oleh karena itu dapat

diminimalkan dengan adanya peran perawat dalam kasus DHF. Peran perawat

dalam upaya promotif sebagai pemberi penyuluhan tentang DHF. Peran

perawat dalam upaya preventif yaitu melaksanakan 3M plus bersama

masyarakat di lingkungan tempat kerja dan lingkungan rumah. Peran perawat

dalam upaya kuratif yaitu meminimalkan terjadinya komplikasi dengue syok

syndrome bahkan sampai menimbulkan kematian. Peran perawat dalam upaya

rehabilitatif yaitu memulihkan pasien pasca perawatan menjaga peningkatan

daya tahan tubuh pasien sehingga dapat melakukan aktivitas kembali.


4

Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah

kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem

komplement. Dalam aktivitas tersebut akan terjadinya trombositopenia,

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah. Dengan hilangnya

plasma pasien akan mengalami syok hipovelemik hingga akan terjadi

kekurangan volume cairan dan adanya penekanan intraabdomen yang

menimbulkan rasa nyeri, mual, serta penurunan berat badan dan terjadilah

perubahan nutrisi (Suriadi, 2010).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Dengue Hemoragic Fever (DHF)

di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan anak dalam pemenuhan kebutuhan

nutrisi pada pasien DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur?

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan anak dalam pemenuhan kebutuhan

nutrisi pada pasien DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.
5

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Memperoleh gambaran pengkajian keperawatan anak dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada pasien DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur.

1.3.2.2 Memperoleh gambaran diagnosa keperawatan anak dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada pasien DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur.

1.3.2.3 Memperoleh gambaran intervensi keperawatan anak dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada pasien DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur.

1.3.2.4 Memperoleh gambaran implementasi keperawatan anak dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada pasien DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur.

1.3.2.5 Memperoleh gambaran evaluasi keperawatan anak dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada pasien DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur.

1.4 Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi.

1.4.1 Tempat Penelitian

Membudayakan pengelolaan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang

seimbang pada pasien anak dengan DHF.


6

1.4.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambahkan keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien anak dengan DHF.

1.4.3 Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasi hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan nutrisi

pada pasien DHF.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan menguraikan konsep dan teori asuhan keperawatan dari

pengkajian sampai evaluasi berhubungan pada pasien dengan kebutuhan nutrisi.

2.1 Asuhan Keperawatan dalam Kebutuhan Nutrisi

2.1.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada pasien dengan kebutuhan nutrisi menurut Asmadi, (2009).

2.1.1.1 Aspek Biologis, antara lain meliputi :

a. Umur. Pengkajian ini terkait dengan tumbuh kembang klien. Tingkat

kebutuhan nutrisi salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia. Pada masa

pertumbuhan, kebutuhan nutrisi sangat besar dibandingkan dengan masa

lansia.

b. Jenis kelamin. Hal yang perlu dikaji antara lain : tingkat kebutuhan kalori

antara laki-laki dengan wanita berbeda, begitu pula persentase lemak dalam

tubuh, dan lain-lain.

c. Tinggi badan dan berat badan. Pengkajian ini dilakukan salah satunya adalah

untuk mengetahui perbandingan antara tinggi dan berat badan, apakah ideal

atau tidak.

d. Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini berguna untuk

mengidentifikasi masalah nutrisi klien. Ada beberapa komponen dalam

pengkajian nutrisi menurut Kozier (2011) yang sangat penting dan perlu dikaji

yaitu data antropometri, data biokimia, klinis data diet.


8

Data antropometri adalah suatu sistem mengenai susunan tubuh dan

pengukuran bagian khusus pada tubuh meliputi tinggi badan dan berat badan.

Data biokimia atau data mengenai nilai laboratorium yang meliputi

hemoglobin, hemotokrit, trombosit dan leukosit. Klinis atau pemeriksaan fisik

pada pasien bertujuan untuk mengetahui adanya masalah nutrisi meliputi kulit,

rambut, membran mukosa, tingkat aktivitas. Data diet yaitu data yang

berfokus pada gangguan dan pola makan meliputi makanan yang terakhir

dimakan dalam waktu 24 jam, frekuensi makan, riwayat diet, alergi makanan

(Kozier, 2011).

Rumus Perkiraan berat badan dalam kilogram

Usia 1-5 tahun = N (usia dalam tahun) x 2 + 8

Rumus IMT (Indeks Massa Tubuh)

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Tabel 2.1 IMT normal pada anak sesuai usia

Usia IMT
2-4 tahun 13,4 – 15,6
5 tahun 13,8 – 16,3
6 tahun 14.0 – 17.1
7 tahun 14.4 – 17.6
8 tahun 14.6 – 18.3
9 tahun 14.8 – 19.1
10 tahun 15.0 – 20.0
11 tahun 15.4 – 20.9
12 tahun 15.7 – 21.5
Sumber : (Kemenkes, 2013)
9

e. Riwayat kesehatan dan diet. Riwayat kesehatan, misalnya adakah alergi

terhadap jenis makan tertentu, gangguan pencernaan yang sering dialami.

riwayat diet terkait dengan kebiasaan asupan makanan dan cairan pasien, jenis

makanan yang dikonsumsi, nafsu makan, dan lain-lain.

f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : kelemahan, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, dan lain-

lain

2) Keadaan kulit : kasar, kering, bersisik, kehilangan lemak pada subkutan dan

lain-lain

3) Keadaan kepala : rambut hipopigmentasi, mudah dicabut, sklera ikterik,

hidung sering mimisan, gigi karies dan lain-lain

4) Keadaan dada : hipertensi, frekuensi nafas cepat dan lain-lain

5) Keadaan perut ; permukaan perut, adanya garis vena, peristaltik usus,

pembesaran hati atau limfe, dan lain-lain.

6) Keadaan ekstremitas edema, pergerakan lemah, penurunan lingkar lengan dan

masa otot menurun.

2.1.1.2 Aspek psikologis

Perlu dikaji mengenai persepsi pasien tentang diet, postur tubuhnya,

konsep diri yang terkait dengan bentuk, respons terhadap stress apakah

banyak makan atau malas makan.


10

2.1.1.3 Aspek sosiokultural

Adakah kultur, nilai-nilai yang dianut terhadap makanan, praktik budaya

yang terkait dengan makanan dan lain-lain.

2.1.1.4 Aspek spiritual

Hal yang perlu dikaji misalnya adalah keyakinan yang dianut pasien

terhadap makanan, serta bagaimana keyakinan tersebut mempengaruhi

kebutuhan nutrisinya.

2.2.1 Diagnosa Keperawatan

2.2.1.1 Diagnosa keperawatan pada pasien dengan kebutuhan nutrisi menurut

Nurarif dan Kusuma (2015) adalah sebagai berikut :

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat

b. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, obstruksi

mekanik

2.2.1.2 Diagnosa keperawatan pada pasien dengan kebutuhan nutrisi menurut

Tarwoto dan Wartonah (2010) adalah sebagai berikut :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

intake makanan, intake tidak adekuat.

b. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan

intake yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolik.


11

2.2.1.3 Diagnosa keperawatan pada pasien dengan kebutuhan nutrisi menurut

Wijayaningsih (2013) adalah :

a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, penekanan pada daerah

gaster.

2.2.2 Perencanaan Keperawatan

2.2.2.1 Perencanaan Keperawatan menurut Nurarif & Kusuma (2015) adalah

sebagai berikut :

a. Perubahan nutrisi : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Kriteria Hasil : adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat

badan sesuai dengan tinggi badan, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi,

tidak ada tanda-tanda malnutrisi, menunjukan peningkatan fungsi pengecapan

dari menelan.

Intervensi yang dilakukan yaitu :

1) Kaji adanya alergi makanan

2) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c

4) Berikan substansi gula

5) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

6) Berikan makanan yang terpilih


12

7) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian

8) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

9) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

10) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

11) Berat badan pasien dalam batas normal

12) Monitor adanya penurunan berat badan

13) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

14) Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

15) Monitor lingkungan selama makan

16) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

17) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

18) Monitor turgor kulit

19) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

20) Monitor mual dan muntah

21) Monitor kadar albumin, total protein, hemoglobin, dan hematokrit

22) Monitor pertumbuhan dan perkembangan

23) Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva

24) Monitor kalori dan intake nutrisi

25) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral

dan jika lidah berwarna magenta, scarlet

26) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien


13

b. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, obstruksi

mekanik

Kriteria hasil : dapat mempertahankan makan dalam mulut. Kemampuan

menelan adekuat, kemampuan untuk mengkosongkan rongga mulut, mampu

mengontrol mual dan muntah, tidak ada kerusakan otot tenggorong atau

wajah, menelan,mengerakkan lidah atau reflex muntah, kondisi pernafasan,

ventilasi adekuat, tidak terjadi gangguan neurologis.

Intervensi yang dilakukan yaitu :

1) Memantau tingkat kesadaran, reflex batuk, reflex muntah, dan kemampuan

menelan.

2) Monitor status paru menjaga/mempertahankan jalan nafas

3) Posisi tegak 90º atau sejauh mungkin

4) Jauhakan manset trakea meningkat

5) Jauhkan pengaturan hisap yang ttersedia

6) Menyuapkan makanan dalam jumalah kecil

7) Periksa penempatan tabung NG atau gastrostomy sebelum menyusui

8) Periksa tabung NG atau gastritomy sisa sebelum makan

9) Hindari makan, jika residu tinggi tempat “pewarna” dalam tabung pengisi

NG

10) Hindari cairan atau menggunakan zat pengental

11) Penawaran makanan atau cairan yang dapat dibentuk menjadi bolus

sebelum menelan

12) Potong makanan menjadi potongan-potongan kecil


14

13) Permintaan obat dalam bentuk obat mujarab

14) Istirahat atau menghancurkan pil sebelum pemberian

15) Jauhkan kepala tempat tidur ditinggikan 30-45 menit setelah makan

16) Kolaborasi dalam pemberian diit dengan ahli gizi.

2.2.2.2 Perencanaan Keperawatan menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) adalah

sebagai berikut :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

intake makanan, intake tidak adekuat.

Kriteria hasil : terjadi peningkatan berat badan sesuai tinggi badan,

peningkatan status nutrisi, tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi yang dilakukan yaitu :

1) Tingkatkan intake nutrisi makanan

2) Jaga kebersihan mulut pasien

3) Bantu pasien makan jika tidak mampu

4) Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat

5) Anjurkan pasien makan dengan porsi kecil, tetapi sering

6) Selingi makan dengan minum

7) Ukur intake makanan dan timbang berat badan

8) Kaji bising usus pasien

9) Monitor hasil laboratorium : albumin, elektrolit, hemoglobin, hemotokrit

10) Berikan informasi kesehatan tentang kebutuhan kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan
15

11) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumalah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien.

b. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan

intake yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolik.

Kriteria hasil : dapat mengidentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang

terkontrol, tidak terjadi penurunan atau penambahan berat badan yang

berlebih.

Intervensi yang dilakukan yaitu :

1) Lakukan pengkajian pola makan pasien

2) Diskusikan dengan pasien tentang kelebihan makan

3) Berikan motivasi pada pasien untuk menurunkan berat badan

4) Pantau intake makanan selama 24 jam

5) Anjurkan pasien dalam membuat program olahraga

6) Anjurkan pasien tidak mengkonsumsi makanan tinggi lemak

7) Berikan pengetahuan kesehatan tentang program diet yang benar, akibat

yang akan timbul dari kelebihan berat badan.

8) Kolaborasi dengan ahli gizi diet yang tepat

2.2.2.3 Perencanaan Keperawatan menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai

berikut :

a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,


16

Kriteria hasil : berat badan sesuai tinggi badan, tidak ada tanda-tanda

malnutrisi, adanya peningkatan dalam nafsu makan

Intervensi yang dilakukan yaitu :

1) Kaji kebiasaan diit pasien

2) Kaji adanya mual dan muntah

3) Beri makanan yang mudah dicerna

4) Anjurkan pasien makan selagi hangat, dengan porsi yang kecil dan sering

5) Berikan informasi manfaat nutrisi untuk proses penyembuhan

6) Pertahankan kebersihan mulut baik sebelum dan sesudah makan

7) Timbang berat badan pasien setiap 2 hari.

2.2.3 Pelaksanaan

Pasien yang sakit atau lemah seringkali memiliki nafsu makan yang buruk.

Defisiensi pada vitamin tertentu dan mineral dpat menyebabkan anoreksia.

Perawat dapat membantu pasien untuk memahami faktor-faktor yang

mengurangi nafsu makan, menggunakan pendekatan kreatif untuk

menstimulasi nafsu makan, dan mengkaji pasien untuk kebutuhan agens

farmakologis yang menstimulasi nafsu makan atau mengatur gejala yang

mengurangi nafsu makan. Stres juga mempengaruhi asupan makan,

sehingga dapat mempengaruhi sensasi rasa atau bau yang menyebabkan rasa

yang tidak menyenangkan atau menolak bau makanan dan dapat

menyebabkan gejala gastrointestinal seperti mual atau muntah (Potter &

Perry, 2009).
17

2.2.4 Evaluasi

Evaluasi nutrisi harus berlangsung terus-menerus untuk mengevaluasi hasil

intervensi perawat. Akan tetapi, terapi nutrisi tidak menghasilkan hasil yang

cepat. Penambahan atau kehilangan berat badan sebanyak-banyaknya 2,5kg

atau lebih dalam beberapa hari, bisa mengindikasi perubahan cairan, tidak

menambah atau mengurangi massa tubuh yang kurus. Tujuan pemberian

nutrisi dini harus dikonsentrasikan pada ketentuan perkiraan kebutuhan

kilokalori dan protein (Potter & Perry, 2009).

2.1 Nutrisi Pada Pasien Anak Dengan Dengue Haemmoragic Fever (DHF)

2.2.1 Pengertian

Nutrisi merupakan elemen yang penting untuk proses dan fungsi tubuh.

Enam kategori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

dan mineral. Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak. Air merupakan komponen tubuh yang vital dan bertindak

sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak menyediakan

energi, tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam-

basa (Kozier, 2011).

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau dikenal dengan Dengue

Haemmoragic Fever (DHF) merupakan suatu penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue (aborvirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk aedes aegypti (Suriadi, 2010). Penyakit ini banyak menimbulkan

kematian didaerah tropis dan subtropics serta merupakan ancaman kesehatan


18

bagi dunia karena lebih dari 100 negara terjangkit penyakit ini, sehingga

perlu dilakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi endemik (Ranji,

2011).

2.2.2 Gangguan nutrisi pada pasien anak dengan Dengue Hemmoragic Fever

(DHF)

Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah

kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem

komplement. Dalam aktivitas tersebut akan terjadinya trombositopenia,

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah. Dengan hilangnya

plasma pasien akan mengalami syok hipovolemik hingga akan terjadi

kekurangan volume cairan dan adanya penekanan intraabdomen yang

menimbulkan rasa nyeri, mual, serta penurunan berat badan dan terjadilah

perubahan nutrisi (Nurarif, 2015).

Diagnosa keperawatan pada anak dengan DHF menurut Wijayaningsih,

(2013) adalah : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Diagnosa

keperawatan DHF menurut Suriadi, (2010) adalah : Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat, sedangkan diagnosa keperawatan pada anak dengan DHF menurut

Nurarif & Kusuma, (2015) adalah : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.


19

2.2.3 Pengaturan nutrisi pada pasien anak dengan Dengue Hemmoragic Fever

(DHF)

Pengaturan nutrisi yang diberikan untuk pasien anak dengan DHF adalah

pemberian diet yang dilakukan secara bertahap kemudian ditingkatkan

sesuai dengan kemampuan penderita. Diet Tahap I diberikan setelah fase

akut teratasi dan dipastikan tidak ada pendarahan gastrointestinal. Penderita

diberikan makanan saring setiap tiga jam dan tetap diberikan makanan

parenteral untuk memenuhi kebutuhan cairan dan energi.

Diet Tahap II diberikan setelah suhu badan stabil. Makanan diberikan

dengan porsi kecil dan konsistensi lunak. Diet Tahap III diberikan setelah

suhu badan stabil dan hepato-slenomegalia telah hilang. Konsistensi

makanan yang diberikan lunak. Nutrisi sangat penting untuk anak-anak

dalam masa pertumbuhan. Nutrisi yang dibutuhkan pada anak usia 2-4 tahun

membutuhkan energi 1.500 kkal, protein 35 g, lemak 60 g, karbohidrat 220

g, serat 22 g, air 1.500 ml. Untuk anak usia 10-12 tahun membutuhkan

energi 1.850 kkal, protein 49 g, lemak 72 g, karbohidrat 254 g, serat 26 g, air

1.900 ml (Kepmenkes RI, 2013).

Tabel 2.2 Bahan makanan lunak untuk anak

Bahan Makanan Takaran Energi (kkal)


Nasi tim 1 gelas 200
Maizena 2 sdm 10
Daging (sdg) 1 ½ porong 50
Telur ½ butir 25
Tempe (sdg) 1 potong 25
Sayuran 1 mangkuk kecil 100
Pisang 2 buah 100
Susububuk 6 sdm 30
Minyak 3 sdt 15
Gula pasir 2 ½ sdm 33
Sumber : (Persagi, 2014)
20

2.2.4 Edukasi nutrisi pada pasien anak dengan DHF

Berikan edukasi kepada orang tua khususnya yang mempunyai anak dengan

DHF diit makanan lunak. Makanan yang boleh dikonsumsi oleh pasien anak

dengan DHF yaitu karbohidrat seperti beras, bubur, nasi tim, kentang rebus,

sumber protein seperti tahu dan tempe direbus, daging, ikan, ayam, sayur-

sayuran, wortel dan buah-buahan (Susanti, 2017).

2.2.5 Cara pendekatan pada anak

Ada beberapa cara pendekatan anak menurut Soenardi (2009).

a. Sensory food aversion

Cara pendekatannya adalah : dengan memakan makanan di depan anak,

sehinggan anak akan tertarik untuk mencobanya dibandingkan dengan

hanya menempatkan makanan tersebut di piring. anak dengan sensory

food aversion lebih menyukai jenis makanan yang manis, pada keadaan

ini orang tua dapat menanganinya dengan memberikan porsi kecil dari

permen tersebut saat waktu makan anak dan mengizinkan anak untuk

memakannya terlebih dahulu sebelum memakan makanannya.

b. Post traumatic feeding disorder

Cara pendekatannya : anak yang mempunyai masalah ketakutan tersedak

saat makan, pada keadaan ini orang tua dapat mengubah konsistensin

kepadatan makanan anak menjadi lunak dan diberikan setiap 3-4 jam.

Adapun caranya orang tua membiarkan anak memegang sendok dan

menganjurkan anak untuk memakannya, dan dapat dibantu dengan suara

music atau menonton televisi.


21

2.2.6 Konsep Tumbuh Kembang Anak

2.2.6.1 Definisi

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

intraseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti

sebagian atau keseluruhan. Pertumbuhan dapat di ukur secara kuantitatif,

yaitu dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan

lingkar lengan atas terhadap umur, untuk mengetahui pertumbuhan fisik

(Depkes, 2009).

Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Perkembangan adalah

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak

kasar, halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes,

2009).

2.2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Setiap individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan

manusia dapat secara cepat maupun lambat tergantung individu dan

lingkungannya. Proses cepat dan lambat tersebut dapat oleh faktor

herediter, faktor lingkungan, dan faktor hormonal.

a. Faktor Herediter

Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor

ini ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembuahan sel telur, tingkat

sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia purbetas dan berhentinya

pertumbuhan tulang. Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis

kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat dibandingkan


22

dengan anak perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak

laki-laki maupun perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat

ketika mereka mencapai masa pubertas (Supartini, 2010).

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan memiliki faktor yang memegang peran penting dalam

menentukan tercapainya dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor

lingkungan ini meliputi lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal.

Lingkungan prenatal atau lingkungan dalam kandungan juga meliputi gizi

pada saat ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin dan hormonal.

Sedangkan lingkungan postnatal atau lingkungan setelah lahir dapat

mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti budaya lingkungan, social,

ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam

keluarga dan status kesehatan (Hidayat,2009).

c. Faktor Hormonal

Hormonal somatotropin berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi

badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem

skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi metabolisme tubuh. Hormone

glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel intertisial

dari testis (untuk memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk memproduksi

estrogen), selanjutnya hormone tersebut akan menstimulasi perkembangan

seks, baik pada laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran

hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks, baik pada laki-laki

maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya (Supartini, 2010).


23

2.2.6.3 Pertumbuhan dan Perkembangan anak usia toddler dan usia sekolah

Pada bagian ini penulis akan menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan

pada anak usia toddler dan usia sekolah.

a. Periode usia toodler (1-3 tahun)

1) Pertumbuhan anak usia toddler

Pertumbuhan pada tahun ke dua pada anak akan mengalami beberapa

perlambatan pertumbuhan fisik dimana pada tahun kedua anak akan

mengalami kenaikan berat badan 1,5-2,5 kg dan panjang badan 6-10 cm.

pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan yaitu kenaikan lingkar

kepala hanya 2 cm untuk pertumbuhan gigi susu termasuk gigi graham

pertama, dan gigi taring sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah (Hidayat,

2009).

2) Perkembangan anak usia toddler

Perkembangan anak pada usia toddler menurut Hidayat, (2009) adalah :

a) Perkembangan kognitif

Tahap sensori motorik, umur 0-2 tahun dengan perkembangan kemampuan

dalam mengasimilasi dan mengkomodasi informasi dengan cara melihat,

mendengar, menyentuh dan aktifitas motorik.

Tahap pra operasional, umur 2-7 tahun dengan perkembangan kemampuan

mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran

anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik (Hidayat, 2009).


24

b) Perkembangan psikosexual

Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun dengan perkembangan, kepuasaan

pada fase ini adalah pengeluaran tinja, anak akan menunjukkan kelakuannya,

sikapnya sangan narsistik yaitu cinta terhadap diri sendiri dan egoistic, mulai

mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan

anak dapat latihan kebersihan (Hidayat, 2009).

c) Perkembangan psikososial

Tahap kemandirian, rasa malu dan rasa ragu, terjadi pada umur 1-3 tahun

dengan perkembangan mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh kembang

seperti motorik dan bahasanya (Hidayat, 2009).

d) Tahapan perkembangan motorik kasar

Tugas perkembangan : Anak dapat naik tangga sendiri, Dapat bermain dan

menendang bola kecil.

Stimulasi : Naik tangga sendiri. Dorong agar anak mau memanjat, berlari,

melompat, melatih keseimbangan badan dan bermain bola. Latih menghadapi

rintangan. Ajak anak bermain “ular tangga”, merangkak di kolong, berjinjit

mengelilingi kursi, melompat diatas bantal dan lain-lain. Usahakan agar anak

melompat jauh dengan kedua kakinya bersamaan, letakkan sebuah handuk tua

dilantai, ajari anak melompatinya. Atau buat garis di tanah dengan sebuah

tongkat atau di lantai dengan sebuah kapur tulis, sebagi batas lompatan. Dapat

bermain dan menendang bola kecil. Melempar dan menangkap. Tunjukkan

kepada anak cara melempar sebuah bola besar kea rah anda, kemudian
25

lemparkan kembali bola itu kepada anak sehingga ia dapat menangkapnya

(Kepmenkes, 2016).

e) Tahapan perkembangan motorik halus

Tugas perkembangan : Mencoret-coret pensil pada kertas

Stimulasi : Mencoret-coret pensil pada kertas. Dorong agar anak mau bermain

puzzle, balok-balok, memasukkan benda yang satu ke dalam benda lainnya

dan menggambar. Membuat gambar tempelan. Bantu anak memotong gambar-

gambar dari majalah tua dengan guntung untuk anak. Dengan lem kertas atau

karton atau membuat gambar tempelan. Bicarakan dengan anak tentang apa

yang sedang dibuatnya. Memilih dan mengelompokkan benda-nemda menurut

jenisnya., berikan kepada anak bermacam-macam benda, misalnya : uang

logam, berbagai jenis kancing, benda berbagai warna dan lain-lain. Minta

anak memilih dan mengelompokkan benda-benda itu menurut jenisnya. Mulai

dengan 2 jenis benda yang berlainan, kemudian sedikit demi sedikit

tambahkan jenisnya. Mencocokkan gambar dan benda, tunjukkan kepada anak

cara mencocokkan gambar bola dengan sebuah bola yang sesungguhnya.

Bicarakan mengenai bentuknya gunanya dan sebagainya. Konsep jumlah.

Tunjukkan kepada anak cara mengelompokkan benda dalam jumlah satu-satu,

dua, tiga dan sebagainya. Katakan kepada anak anda berapa jumlah benda

dalam satu kelompok dan bantu ia menghitungnya, ini ada 3 biji kacang, mari

kita hitung, satu, dua, tiga. Bermain/menyusun balok-balok. Beli atau buat

satu set balok mainan anak. Anak akan main dengan balok-balok itu selama
26

bertahun-tahun. Bila anak anda bertambah besar, anda dapat menambahkan

jumlahnya (Kepmenkes, RI, 2016).

f) Tahapan perkembangan bicara dan bahasa

Tugas perkembangan : Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata. Dapat

menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta. Melihat gambar dan

dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih. Membantu memungut

mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta.

Stimulasi : Bicara dengan baik, gunakan ejaan bahasa yang baik dan benar dan

tidak cadel, menggunakan 2 kata. Bacakan buku cerita anak. Buat agar anak

melihat anda membaca buku. Hal ini mengandung pesan pentingnya manfaat

membaca. Buku cerita dengan tulisan dan gambar yang besar-besar, supaya

menarik minat anak. Ketika selesai membacakan, ibu dan bapak dapat

mengajukan 5 w dan 1 h; who (siapa tokohnya) ; what (apa yang terjadi) ;

when (kapan terjadinya) ; where (dimana terjadinya) ; why (mengapa bisa

terjadi) ; how (bagaimana bisa terjadi). Tujuan melatih anak untuk

mengembangkan keterampilan berfikir kritis. Dorong agar anak mau bercerita

apa yang dilihatnya baik dari buku maupun ketika jalan-jalan. Bantu anak

dalam memilih acara tv, damping anak ketika menonton tv. Batasi waktu

menonton maksimal 1 jam sehari. Menyebutkan nama lengkap anak. Ajari

anak menyebut namanya secara lengkap. Sebut nama lengkap anak dengan

perlahan. Minta anak mengulanginya. Melihat gambar dan dapat menyebut

dengan benar nama 2 benda atau lebih.

g) Tahapan perkembangan sosialisasi dan kemandirian


27

Tugas perkembangan : Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah, Melepas

pakaiannya sendiri.

Stimulasi : Melatih buang air kecil dan buang air besar dikamr mandi/wc.

Ajari anak untuk memberitahu anda bila ingin buang air kecil/buang air besar.

Berpakaian. Ajari anak berpakaian sendiri tanpa bantuan. Beri kesempatan

anak memilih sendiri pakaian yang akan dikenakannya. Bujuk dan tenangkan

ketika anak kecewa dengan cara memeluk dan berbicara kepadanya. Sering-

sering ajak anak pergi ke luar mengunjungi tempat bermain, took, kebun

binatang dan lain-lain. Ajak anak membersihkan tubuhnya ketika kotor

kemudian mengelapnya dengan bantuan anda sesedikit mungkin. Demikian

juga dalam berpaian dan melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan.

Berdandan. Biarkan anak berdandan mengenakan pakaian dewasa yang sudah

tua. Beri anak beberapa topi anak-anak, rok, celana, kemeja, sepatu dsb.

Biarkan anak memilih sendiri mana yang akan dipakainya (Kepmenkes RI,

2016).

b. Periode usia sekolah (6-12 tahun)

1) Pertumbuhan anak usia sekolah

Pertumbuhan anak usia sekolah adalah mulai dari perubahan berat badan,

tinggi badan 115-150 cm, lingkar kepala, pertumbuhan gigi 20 buah sampai

anak dapat berkomunikasi, mengembangkan sedikit keterampilan, anak dapat

menyelesaikan tugas dengan menulis, anak dapat meningkanya rasa percaya

diri, membina hubungan dengan teman sebaya, membangun perilaku sosial

yang baik melalui permainan dan bermain, memilih teman dengan jenis
28

kelamin yang berbeda, ikut serta dalam kelompok seperti pramuka, dan mulai

menunjukkan perhatian terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan

(Setyaningrum, 2017).

2) Perkembangan anak usia sekolah

a) Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif pada anak usia ini adalah operasional konkrit dengan

ciri-ciri : spatial thinkin, yaitu kemampuan untuk mengenal tempat,

mengetahui jarak melalui peta, mengetahui sebab akibat, pengelompokkan,

misalnya mawar adalah kelompok dari bunga, membuat urutan dan

menyisipkan ditengah-tengah urutan suatu obyek/benda secara tepat, inductive

dan deductive reasoning, yaitu kemampuan untuk membuat kesimpulan

berdasarkan hal-hal yang khusus dan hal-hal yang umum, konservasi, yaitu

kemampuan untuk memahami ukuran walaupun bentuk onyek diubah,

memahami angka dan matematika, yaitu kemampuan untuk berhitung dan

mengoperasionalkan fungsi matematika (Suriadi, 2010).

b) Perkembangan psikososial

Ciri pada fase ini anak ingin dilibatkan dalam aktivitas karena ingin

menghasilkan sesuatu, jika ada tugas ingin diselesaikan. Anak juga mulai

belajar aturan dan kompetisi. Jika pada fase ini terganggu akan timbul rasa

tidak percaya diri, tidak mampu, inferior dan takut terhadap kompetisi.
29

c) Perkembangan psikointelektual

Ciri fase ini adalah anak berfikir lebih logika dan terarah, dapat

menggolongkan dan mengorganisasi fakta, anak sudah mampu berfikir dari

sudut pandangan orang lain, dapat mengatasi persoalan menurut persepsinya.

d) Tugas perkembangan

Belajar kemampuan fisik, dapat bermain dan berolahraga, pribadi mulai

berkembang, belajar bergaul dengan teman-teman seumur, mengembangkan

kemampuan membaca, menulis dan berhitung.

e) Perkembangan psikoseksual

Pada fase ini masa tenang : tidak aktif

f) Perkembangan emosional

Mencari lingkungan yang lebih luas (pergi dari rumah untuk bermain dengan

teman), saat ini sekolah sangat berperan dalam membentuk kepribadian anak,

dan di sekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarga,

karena itu peranan guru sangan besar (Dony, 2014).

2.2.7 Hospitalisasi

Suatu proses karena alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk

tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan

kembali kerumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua

juga mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua

yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas.

Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak meningkat. Dengan
30

demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi juga

pada orang tuanya (Christian, 2013).

Pada bagian ini penulis hanya akan menjelaskan hospitalisasi pada anak usia

toddler dan usia sekolah. Menurut Wong (2009) ada berbagai reaksi dalam

proses hospitalisasi pada usia toddler dan usia sekolah antara lain :

2.2.7.1 Cemas akibat perpisahan

Cemas akibat perpisahan terdiri dari tiga fase pada anak usia toddler

sampai usia sekolah yaitu : Fase protes, anak akan bereaksi secara agresif

dengan menangis dan berteriak memanggil orang tua agar orang lain tahu

bahwa ia tidak ingin ditinggalkan oleh orang tua. Fase putus asa, anak

kurang begitu aktif, tidak tertarik untuk bermain atau terhadap makanan

dan menarik diri dari orang lain. Fase menolak, dimana anak tampak mulai

mampu menyesuaikan diri terhadap kehilangan, tertarik pada lingkungan

sekitar, bermain dengan orang lain dan tampak membentuk hubungan baru

meskipun hasil tersebut bukan merupakan bentuk kesenangan tetapi hasil

dari kepasrahan anak.

2.2.7.2 Kehilangan kendali

Kurangnya kendali akan mengakibatkan persepsi ancaman dan dapat

mempengaruhi keterampilan koping anak-anak. Kehilangan kendali pada

anak usia toddler, pada fase ini anak sedang mengembangkan kemampuan

otonominya. Akibat sakit dan dirawat dirumah sakit, anak akan kehilangan

kebebasan dalam mengembangkan otominya. Keterbatasan aktifitas,

kurangnya kemampuan untuk memilih dan perubahan rutinitas, ritual akan


31

menyebabkan anak merasa tidak berdaya. Toddler bergantung pada

konsistensi dan familiaritas ritual harian guna memberikan stabilitas dan

kendali selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Area toddler dalam

hal ritual mencakul makan, tidur, mandi, toileting dan bermain. Jika

rutinitas tersebut terganggu, maka dapat terjadi kemunduran terhadap

kemampuan yang sudah dicapai atau disebut dengan regresi (Wong,

2009).

Kehilangan kendali pada anak usia sekolah. Banyak rutinitas di rumah

sakit seperti tirah baring yang dipaksakan, penggunaan pispot,

ketidakmampuan memilih menu, kurangnya privasi, kegiatan mandi

ditempat tidur, penggunaan kursi roda atau brankar dapat menyebabkan

ancaman dan kehilangan kendali pada anak sekolah. Akan tetapi jika anak-

anak tersebut diizinkan memegang kendali dengan cara melibatkannya

dalam setiap prosedur yang memungkinkan, mereka akan berespon dengan

sangat baik terhadap prosedur apa pun. Hal ini biasanya terjadi akibat

perasaan berguna dan produktif untuk anak-anak yang sedang belajar

“bertindak dewasa” (Wong, 2009).

2.2.7.3 Cedera tubuh dan nyeri

Secara umum reaksi anak usia toddler adalah dengan kemarahan yang

emosional yang kuat dan resistensi fisik terhadap pengalaman nyeri baik

yang actual maupun yang dirasakan. Perilaku yang mengindikasikan nyeri

antara lain : meringis kesakitan, mengatupkan gigi atau bibir, membuka

mata lebar-lebar, mengguncang-guncang, mengsosok-gosok dan bertindak


32

agresif seperti menggigit, mendang, memukul atau melarikan diri. Diakhir

periode ini toddler mampu mengungkapkan atau mengkomunikasikan

nyeri dengan cara menunjuk area spesifik nyeri yang mereka rasakan,

meskipun begitu anak belum mampu menggambarkan jenis dan intensitas

nyeri (Wong, 2009).

Anak usia sekolah sudah mampu mengkomunikasikan secara verbal nyeri

yang mereka alami berkaitan dengan letak, intensitas dan deskripsinya.

Secara umum, mereka telah mempelajari koping mengahadapi nyeri

seperti berpegangan erat, mengepalkan tangan atau mengatupkan gigi atau

mencoba bertindak berani dengan meringis atau berteriak. Pada anak usia

diatas 8 tahun sudah mampu menggambarkan nyeri dengan berbagai kata

seperti, menyakitkan, luka, terbakar, tersengat, sakit dan seperti pisau

tajam (Wong, 2009).


BAB III

METODE STUDI KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang metode penulisan yang akan

diterapkan peneliti dalam studi kasus yang akan dilaksanakan. Dalam bab ini yang

akan dibahas yaitu rancangan studi kasus yang akan dibahas yaitu rancangan studi

kasus, subyek studi kasus, fokus studi yang akan diteliti, definisi operasional,

instrument studi kasus, metode pengumpulan data, lokasi dan waktu studi kasus,

analisis data dan penyajian data, etika studi kasus.

3.1 Rancangan Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran

pada suatu keadaan secara obyektif. Studi kasus ini menggunakan desain studi

kasus deskritif. Studi kasus deskritif yaitu metode ilmial yang bersifat

mengumpulkan data, menganalisa data dan menarik kesimpulan dengan

pendekatan studi kasus. Dalam karya tulis ini peneliti akan membandingkan

hasil dari dua orang pasien dengan masalah dan kebutuhan yang sama.

3.2 Subyek Studi Kasus

Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 orang pasien anak dengan DHF.

Peneliti melakukan pengamatan yang mendalam pada kasus DHF untuk bisa

mendapatkan gambaran tentang apa yang membedakan antara pasien yang

satu dan pasien yang lain dengan kasus dan kebutuhan yang sama.
34

3.3 Fokus Studi Kasus

Fokus studi pada kasus ini adalah kebutuhan nutrisi pada pasien anak dengan

DHF.

3.4 Definisi Operasional Fokus Studi

3.4.1 Kebutuhan nutrisi adalah pemenuhan kebutuhan makan anak yang

disediakan dari rumah sakit atau sumber lain.

3.4.2 Penderita DHF adalah suatu pernyataan yang disampaikan tentang kondisi

anak dalam rekam medis yang ditandai dengan penurunan trombosit, demam

selama 3 hari secara terus menerus.

3.5 Instrumen Studi Kasus

Instrumen studi kasus yang digunakan adalah format pengkajian pada anak.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dan instrument pengumpulan data yang

digunakan dalam studi kasus ini adalah :

3.6.1 Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan langsung

terhadap aktivitas responden atau partisipan yang terencana, dilakukan

secara aktif dan sistematis dengan menggunakan format pengkajian.


35

3.6.2 Wawancara

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berinteraksi,

bertanya, dan mendengarkan apa yang disampaikan secara lisan oleh anak

dan orang tua. Wawancara ini berisi mengenai hasil anamnesis, seperti

identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit

dahulu, riwayat penyakit keluarga dll. Sumber data akan diperoleh dari

pasien, keluarga dan perawat lainnya.

3.6.3 Studi Dokumentasi

Peneliti akan menggunakan rekam medic sebagai data penunjang untuk

asuhan keperawatan.

3.6.4 Pengisian Format Pengkajian

Teknik pengumpulan data melalui format pengkajian anak yang berisi

pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada pasien untuk mendapatkan

jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti untuk

mendapatkan data lengkap tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi.

3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta

Timur pada An. C pada tanggal 20-21 April 2019 dan An. Z tanggal 20-22

April 2019.
36

3.8 Analisis Data dan Penyajian Data

Penyajian data yang digunakan oleh peneliti disajikan secara narasi untuk

menjadi data pendukung, kerahasiaan data dari pasien terjamin dengan

menginisialkan identitas pasien.

3.9 Etika Studi Kasus

Karya Tulis Ilmiah memiliki etika studi kasus yaitu :

3.9.1 Informed Consent

Informed consent dalam studi kasus ini adalah sebagai perjanjian antar dua

pihak, apakah pasien setuju atau tidak menjadi responden untuk penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Jika memang calon responden setuju menjadi

responden untuk penelitian, calon responden menandatangani lembar

informed consent dengan sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

3.9.2 Autonomy

Autonomy merupakan etika penelitian dimana penelitian tidak

mencantumkan nama responden pada lembar instrument studi kasus, tetapi

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3.9.3 Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dari subyek dijamin oleh peneliti,

seluruh informasi akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan hanya

kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
37

3.9.4 Beneficience

Berbuat baik merupakan etika penulisan dimana peneliti harus bersikap baik

dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada responden dan

orangtuanya.

3.9.5 Justice

Keadilan merupakan etika penulisan dimana peneliti bersikap adil dengan

kedua responden, tidak membeda-bedakan dalam melakukan asuhan

keperawatan.

3.9.6 Non Malefisience

Etika penulisan prinsip ini tidak menimbulkan bahaya/kerusakan fisik

selama peneliti memberikan asuhan keperawatan pada responden.

3.9.7 Veracity

Kebenaran merupakan etika penulispan dimana eneliti harus menyampaikan

kebenaran terkait dengan status kesehatan responden

3.9.8 Fidelity

Menepati janji atau taat merupakan etika penulisan dimana peneliti harus

menepati janji kepada reponden terkait, menginisialkan identitas sampai

status kesehatan responden dari orang lain tanpa seizing responden dan

keluarga.
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan pada tanggal 20-22 April 2019 bertempat di Ruang

Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur yang terletak di jalan TB

Simatupang No.30 Gedong-Jakarta Timur 13760. Layanan medis yang

tersedia ada rawat jalan (poli klinik penyakit dalam, gizi, bedah umum, bedah

jantung, kulit, kelamin, gigi mulu, THT, kandungan, check up), rawat inap,

IGD 24 jam, pelayanan kamar operasi, pelayanan intensif. RSUD Pasar Rebo

adalah rumah sakit rujukan tipe B maka dari itu penyakit DHF tidak jarang

ditemukan di rumah sakit tersebut.

Pada lingkungan ruang rawat inap untuk anak tepatnya berada di Ruang

Mawar sangat bersih dan efektif sehingga mengurangi resiko terjadinya

infeksi nasokomial. Ruang Mawar terbagi dalam enam ruangan yang terdiri

dari tiga ruang kelas satu, dua dan tiga, serta terdapat ruang isolasi untuk anak

yang terkena infeksi menular. Kapasitas tempat tidur di setiap ruangan terdapt

Sembilan tempat tidur dan ruang isolasi 3 tempat tidur, dengan jumlah

keseluruhan terdiri dari empat puluh delapan tempat tidur. Usia anak yang

dirawat di Ruang Mawar mulai dari usia 0 hari sampai usia 15 tahun dengan

jenis laki-laki dan perempuan.


39

Peneliti melakukan studi kasus pada dua pasien anak dengan diagnosa medis

DHF. Hasil studi kasus masing-masing pasien sebagai berikut.

4.1.1 Pengkajian Keperawatan

Tabel 4.1 Hasil Anamnesa Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Anak


dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur

Observasi An. Z An. C


Tanggal pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Pengkajian dilakukan pada tanggal
April 2019, tanggal masuk RS 19 20 April 2019, tanggal masuk RS 18
April 2019 jam 15.47 WIB, ruangan April 2019 jam 02.34 WIB, ruangan
Mawar 605.09, nomer register 2017- Mawar 605.05, nomer register
778325, dengan diagnosa medis DHF. 2019-835445, dengan diagnosa
medis DHF.

Identitas pasien Nama pasien An. Z. M senang Nama Pasien An. C. K senang
dipanggil Z, tempat tanggal lahir dipanggil A, tempat tanggal lahir
Jakarta, 05 Desember 2016 (2 tahun 4 Aceh, 07 Agustus 2008 (10 tahun 8
bulan) berjenis kelamin laki-laki, bulan) berjenis kelamin perempuan,
agama islam, suku bangsa Jakarta, agama islam, suku bangsa Aceh,
bahasa yang digunakan adalah bahasa bahasa yang digunakan adalah
Indonesia, pendidikan pasien belum bahasa Indonesia, pendidikan pasien
sekolah. SD kelas 5.

Tabel 4.2 Resume Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Anak dengan DHF di
Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur

Observasi An. Z An. C


Resume Pasien masuk ruang IGD RSUD Pasar Pasien masuk ruang IGD RSUD
Rebo pada tanggal 19 April 2019 jam Pasar Rebo pada tanggal 18 April
15.47 WIB, dengan keluhan demam 2019 jam 02.34 WIB, dengan
sudah 4 hari secara terus menerus keluhan demam sudah 5 hari, mual,
semenjak masuk rumah sakit, batuk, muntah 3x, demam naik turun
tidak mau makan dan minum, pilek, secara terus menerus, terdapat
terdapat bintik merah diabdomen. bintik-bintik merah ditangan kanan
Dari data tersebut didapat masalah pasien, nyeri perut, nafsu makan
keperawatan: Hipertemi, bersihan menurun. Dari data tersebut didapat
jalan nafas tidak efektif. Dilakukan masalah keperawatan: Hipertermi,
observasi TTV: suhu 38ºC, nadi nutrisi tidak adekuat. Dilakukan
141x/menit, RR 28x/menit, pasien observasi TTV: suhu 38,4ºC, TD:
dilakukan pemeriksaan laboratorium 90/60 mmHg, nadi 96x/menit, RR
dengan hasil Hemoglobin 12,1 gr/dl, 28x/menit, pasien hematuria, pasien
Hematokrit 34 %, Eritrosit 3,9 juta/µl, dilakukan pemeriksaan laboratorium
Leukosit 5.730/µl, Trombosit L dengan hasil Trombosit L 9.000/µl,
13.000/µl, pasien dipasang infus kaen Hemoglobin 13,0 gr/dl, Hematokrit
3B 1.000cc/24 jam di tangan kanan, 38%, Leukosit 4.600/µl, Eritrosit
pasien berikan inhalasi Bisolvon 2 tts 4,6juta/µl, pasien dipasang infus
ditambah 2 cc NaCl, pasien juga NaCl 0,9% 1.500cc/24 jam ditangan
diberikan injeksi paracetamol kiri, pasien diberikan injeksi Rantin
40

Observasi An. Z An. C


Resume 100mg/iv. Dokter menyarankan 20mg. Dokter menyarankan
keluarga agar pasien dirawat untuk keluarga agar pasien dirawat untuk
mendapatkan perawatan. Setelah mendapatkan perawatan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dilakukan tindakan keperawatan
dengan hasil pasien masih demam, dengan hasil pasien masih demam
batuk dan seperti susah mengeluarkan dengan suhu 38º, mual dan muntah,
dahak, masalah keperawatan masalah keperawatan hipertermi,
hipertermi dan bersihan jalan nafas nutrisi tidak adekuat, resiko
belum dapat teratasi, lanjutkan perdarahan belum dapat teratasi,
intervensi ke ruang rawat inap. Pasien lanjutkan intervensi ke ruang PICU.
dipindahkan ke ruangan rawat inap Pasien dipindahkan ke ruang PICU
Mawar pada jam 17.20 WIB. pada jam 03.10 WIB, pasien
dilakukan pemasangan kateter,
NGT, pasien dilakukan observasi
suhu 38,2ºC, pasien dilakukan
observasi warna urine, balance
cairan, pasien diberikan diit cair 4 x
200cc. setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan hasil: mual,
muntah masih ada, urine tampak
berwarna pekat, demam masih ada.
Masalah keperwatan: hipertermi,
nutrisi tidak adekuat, dan resiko
perdarahan belum dapat teratasi,
lanjutkan intervensi di ruang rawat
inap. Pasien di pindahkan ke ruang
Mawar pada tanggal 19 April 2019
jam 22.30 WIB.

Tabel 4.3 Riwayat Penyakit Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Anak


dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur

Observasi An. Z An. C


Riwayat penyakit Pasien masuk rumah sakit pada Pasien masuk rumah sakit pada
sekarang tanggal 19 April 2019. Dengan tanggal 18 April 2019. Dengan
keluhan demam naik turun secara keluhan demam 4 hari sebelum
terus menerus sudah 4 hari, batuk masuk rumah sakit, mual, muntah
sudah 3 minggu, terdapat bintik merah 3x, terdapat bintik merah ditangan
diabdomen pasien, tidak mau makan, kanan, pasien sebelumnya berobat
minum sedikit, mual, terjadi secara ke klinik diberikan obat
mendadak, ibu pasien mengatakan Paracetamol sirup, badan lemas,
tidak tahu jelas faktor timbulnya perut sakit, pusing, waktu terjadinya
karena anaknya sebelumnya masih secara mendadak, 5 hari, faktor
aktif bermain dengan kakaknya. timbulnya kelelahan dan nafsu
Upaya mengatasinya dengan makan menurun, Upaya
membawa An. Z ke RSUD Pasar mengatasinya membawa ke RSUD
Rebo. Pasar Rebo.

Riwayat kesehatan Selama hamil ibu An. Z Selama hamil ibu An. C
masa lalu memeriksakan kehamilannya ke bidan memeriksakan kehamilannya ke
dan Puskesmas, ibu An. Z mendapat dokter dan rumah sakit, ibu An. C
41

Observasi An. Z An. C


suntikan TT saat hamil 3 bulan dan 7 mendapat suntikan TT saat hamil 3
bulan, An. Z dilahirkan di Bidan secara bulan dan 7 bulan, An. C dilahirkan
normal, BB 3.300 gr, PB 49 cm LK 33 di rumah sakit secara section caesar,
cm, pada saat An. Z lahir keadaannya dengan ditolong oleh dokter, BB
normal, tidak ada kelainan, apgar score 3.400 gr, PB 50 cm, LK 32 cm,
9/9. pada saat An. C lahir keadaanya
normal tidak ada kelainan, apgar
score 9/9.

Riwayat Ibu An. Z mengatakan usia 2 tahun An. Ayah An. C mengatakan An. C
pertumbuhan dan Z belum dapat berjalan hanya baru tidak mengalami gangguan atau
perkembangan mengesot, duduk dan belum dapat keterlambatan dalam proses tumbuh
mengucapkan 2 kata. kembang anaknya.

Riwayat penyakit Ibu pasien mengatakan An. Z sudah 2x Ayah pasien mengatakan An. C
yang pernah dirawat di RSUD Pasar Rebo karena pernah dirawat saat usia 2 tahun
diderita kejang demam. karena demam.

Riwayat imunisasi Ibu pasien mengatakan An. Z sudah Ibu pasien mengatakan An. C sudah
mendapat imunisasi Hepatitis B I, II, mendapat imunisasi Hepatitis B,
III, BCG I, Polio I, II, III, IV, DPT I, II, BCG, DPT, I, II, III, Polio I, II, III,
III dan Campak. dan IV, Campak.

Riwayat penyakit Ayah An. Z pernah menderita TBC dan Ibu dari ayah An. C menderita
keluarga Kakak An. Z pernah menderita Asma. hipertensi.

Riwayat kesehatan Keluarga tinggal di lingkungan rumah Keluarga tinggal di lingkungan


lingkungan yang banyak debu dari jalanan, jarak rumah yang bersih terhindar dari
rumah dengan jalan raya ± 10 meter, kebisingan karena jarak rumah
pasien tinggal bersama orang tua dan dengan jalan raya lumayan jauh.
kakak-kakaknya. Pasien tinggal bersama orang tua
dan kakak-kakaknya.

Genogram: An. Z

Keterangan :

: Laki-laki : tinggal satu rumah : Meninggal

: Perempuan : ikatan keluarga : Pasien


42

Genogram: An. C

Keterangan :

: Laki-laki : tinggal satu rumah

: Perempuan : ikatan keluarga

: Meninggal : pasien

Tabel 4.4 Pola Kebiasaan Sehari-hari Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


pada Anak dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur

Observasi An. Z An. C


Pola makan dan Frekuensi makan An. Z 3x sehari, jenis Frekuensi makan An. C 1x sehari,
minum makanan lunak, makanan yang jenis makanan umumnya nasi, lauk,
disenangi tidak terlihat, tidak ada sayur. Makanan yang disenangi
alergi makanan, pasien memiliki adalah ayam goreng, pasien tidak
kebiasaan disuapi oleh ibu atau ayah memiliki alergi makanan. Waktu
saat makan, waktu makan pasien pagi, makan pasien saat berangkat sekolah
siang, sore, pasien minum 600cc/hari, saja, jumlah minum pasien
frekuensi minum tak tentu, tidak 1000cc/hari, pasien tidak memiliki
memiliki kebiasaan minum kopi. kebiasaan minum kopi.

Pola tidur Pasien tidur siang 1-2 jam, malam 7-8 Pasien tidur siang 3 jam, malam 8
jam, tidak ada kelainan waktu tidur, jam, tidak ada kelainan waktu tidur,
pasien memiliki kebiasaan digendong pasien memiliki kebiasaan sebelum
saat menjelang tidur. tidur yaitu main handphone.

Pola aktivitas An. Z senang bermain dengan An. C senang bermain basket.
kakaknya.

Pola kebersihan diri An. Z mandi 2 x sehari dimandikan An. C mandi 2x sehari,
dengan ibu atau ayahnya dengan menggunakan sabun tanpa bantuan,
menggunakan sabun. Oral hygiene oral hygiene 3x sehari dengan waktu
anak, frekuensi 2 x sehari dibantu pagi, sore dan malam dengan pasta
dengan ibu atau ayah pasien dan gigi secara mandiri tanpa bantuan.
menggunakan pasta gigi. Pasien cuci rambut 3x seminggu
dengan shampo.
43

Observasi An. Z An. C


Pola eliminasi An. Z BAB 2x sehari dengan waktu An. C BAB 2 x sehari dengan waktu
yang tidak tentu, warna coklat, bau yang tidak tentu, warna kuning
khas fases, konsistensi semi padat, cara kecoklatan, bau khas feses,
dengan memakai pempers, tidak ada konsistensi semi lunak, cara dengan
keluhan, tidak ada penggunaan laxatif pergi kekamar mandi, tidak ada
atau pencahar, tidak memiliki keluhan, tidak ada penggunaan
kebiasaan BAB, BAK 5-6 x ganti laxatif atau pencahar, tidak memiliki
pempers, warna kuning jernih, tidak kebiasaan BAB. BAK 5-6x sehari,
ada keluhan dengan BAK, tidak warna kuning jernih, tidak ada
memiliki kebiasaan mengompol karena keluhan dengan BAK, tidak
pasien memakai pempers. Pasien memiliki kebiasaan mengompol,.
memiliki kebiasaan memasukkan Pasien memiliki kebiasaan lain yaitu
tangan kedalam mulut. mengigit kuku.

Pola asuh Pola asuh demokratis, dengan Pola asuh demokratis, menghargai
menghargai keinginan anak selagi anak keinginan anak jika tidak salah,
tersebut tidak salah, ayah dan ibu tetapi jika salah ayah pasien akan
pasien akan bersikap tegas untuk bersikap tegas
anaknya.

Tabel 4.5 Pemeriksaan Fisik Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Anak


dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur

Observasi An. Z An. C


Keluhan pasien atau Data subyektif. Ibu pasien Data subyektif. Pasien mengatakan
keluarga mengatakan An. Z demam naik turun, perutnya sakit jika ditekan, lemas
jika diberikan atau minum langsung badannya, masih pusing.
memasukkan tangan ke mulut dan Data obyektif. Suhu 37,9ºC, nadi
batuk-batuk, lemas. 87x/menit, RR 23x/menit, TD 90/76
Data obyektif. Suhu 37,7ºC, nadi mmHg, kesadaran composmentis.
140x/menit, RR 30x/menit, TD 80/50
mmHg, kesadaran composmentis.

Nutrisi dan Data subyektif. Ibu pasien Data subyektif . ayah pasien
metabolism mengatakan An. Z mengalami mengatakan nafsu makan An. C
penurunan nafsu makan, susah untuk berkurang, penurunan berat badan 2
makan dan minum, mual, diit yang kg, diit yang diberikan nasi tim atau
diberikan nasi tim, makanan seharian makanan lunak, pasien hanya
pasien bubur, nasi tim, minumnya air makan 5 sendok makan, minum 600
putih. Data obyektif. Mukosa mulut cc. pasien mual, muntah 1x. Data
kering, warna pucat,tidak ada lesi, obyektif. Mukosa mulut kering,
tidak ada kelainan palatum, bibir warna pucat,tidak ada lesi, tidak ada
pucat, gusi tidak berdarah, lidah kotor. kelainan palatum, bibir pucat, gusi
Kelengkapan gigi 16 buah, tidak ada tidak berdarah, lidah kotor.
karang gigi dan karies, penurunan Kelengkapan gigi lengkap 20 gigi,
berat badan 1,3 kg, berat badan saat tidak ada karang gigi dan karies,
masuk rumah sakit 11 kg menjadi 9,7 penurunan berat badan 2 kg, berat
kg, panjang badan 80 cm, intergritas badan turun dari 22 kg menjadi 20
kulit baik, turgor kulit elastis, pasien kg, tinggi badan 124 cm, turgor
tidak terpasang sonde atau NGT, IMT kulit elastis, pasien tidak terpasang
15,5. sonde atau NGT, IMT 13,07.
44

Pemeriksaan Fisik An. Z An. C


Respirasi dan Data subyektif. Ibu pasien Data subyektif. An. C mengatakan
sirkulasi mengatakan An. Z batuk, ada sputum, tidak ada masalah pernafasan, tidak
sesak, tidak ada sakit dada dan udema sesak, sputum, batuk, nyeri dada
Data obyektif. Suara nafas ronkhi dan udema
positif, batuk, tidak ada batuk Data obyektif. Suara pernafasan
berdarah, tidak ada sputum, vesikuler, tidak ada batuk, batuk
menggunakan alat bantu nafas nasal berdarah tidak ada, tidak ada
kanul 1 liter/menit, tidak ada ikterus, sputum, tidak ada penggunaan otot
sianosis, edema, palpitasi, pengisian bantu nafas, tidak ada pernafasan
kapiler < 3 detik, temperature suhu cuping hidung, tidak ada masalah
37,7ºC. sirkulasi, tidak ada ikterus, sianosis,
edema, palpitasi, pengisian kapiler
< 3 detik, temperature suhu 37,9ºC.

Eliminasi Data subyektif. Ibu pasien Data subyektif. Pasien mengatakan


mengatakan An. Z tidak ada keluhan perutnya tidak kembung, tapi ada
pada perutnya. Bau BAB khas feces, rasa nyeri saat ditekan di bagian
warna kecoklatan, tidak ada lendir, perut. Bau BAB khas feses, diare,
diare, konsistensi semi padat, konsistensi semi padat, warna
frekuensi BAB 1-2x/hari. Jumlah kuning kecoklatan, frekuensi BAB
BAK ± 1.000 cc, frekuensi 3-4x ganti 1x/hari. Jumalah BAK 300 cc/8jam,
pempers, tidak ada keluahan atau sakit frekuensi 4-5 x/hari, tidak ada
data BAK, tidak ada nouturia, dysuria, keluhan saat BAK, tidak ada
inkontinensia, dan hematuria. nocturia, dysuria, hematuria,
Data obyektif. Abdomen lemas, tidak inkontinensia.
ada distensi, kembung, tegang, bising Data obyektif. Abdomen lemas,
usus 28x/menit, lingkar perut 15 cm, tidak ada distensi, kembung, tegang,
konsistensi BAB pasien semi padat, bising usus 12x/menit, lingkar perut
warna kecoklatan, tidak ada melena, 40 cm, konsistensi BAB pasien semi
lender, BAK pasien berwarna kuning padat, warna coklat, tidak ada
jernih, bau khas amoniak, tidak melena, lender, frekuensi BAB 1x,
terpasang kateter, pasien memakai BAK pasien berwarna kuning pekat,
pempers, frekuensi ± 1.000 cc/24 jam bau khas amoniak, pasien tidak
tidak tentu, tidak ada iritasi anus, tidak terpasang kateter, frekuensi BAK 4-
ada atresia ani dan prolapse. 5x/hari. Tidak ada iritasi anus, tidak
ada atresia ani, dan prolapse.

Aktivitas atau Data subyektif. Tingkat kekuatan dan Data subyektif. Tingkat kekuatan
latihan ketahanan pasien lemas, pasien dalam dan ketahanan pasien baik, pasien
pemenuhan kebutuhan sehari-hari mampu memenuhi kebutuhan
dibantu oleh ibu atau ayahnya, ibu sehari-hari tanpa bantuan, tidak ada
pasien mengatakan An. Z tidak ada kekakuan pada sendi pergerakan
kekakuan pada sendi, dan tidak ada dan tidak ada nyeri. pada sendi.
rasa nyeri pada sendi. Data obyektif. Keseimbangan
Data obyektif. Keseimbangan berjalan berjalan pasien baik dan normal,
An. Z belum dapat terlihat karena pasien tidak mengalami kekakuan
pasien belum dapat berjalan, pasien saat menggenggam tangan kiri
tidak mengalami kekakuan saat maupun tangan kanan positif,
menggenggam tangan kiri maupun bentuk kaki pasien, otot kaki pasien
tangan kanan positif, bentuk kaki normal, tidak ada kelemahan,
pasien normal, otot kaki pasien kejang, dan lain-lain.
normal, tidak ada kelemahan, kejang,
dan lain-lain.
45

Pemeriksaan Fisik An. Z An. C


Sensori persepsi Data subyektif. Ibu pasien mengatakan Data subyektif. Pasien mengatakan
An. Z tidak memiliki masalah dalam tidak memiliki masalah dalam
pendengaran, penglihatan, penciuman, pendengaran, penglihatan,
perabaan, dan pengecapan. Data penciuman, perabaan, dan
obyektif. Reaksi terhadap rangsangan pengecapan. Data obyektif. Reaksi
pasien positif kanan maupun kiri, terhadap rangsangan positif kanan
orientasi pasien tampak rewel akibat maupun kiri, orientasi pasien baik,
hospitalisasi, pupil pasien isokor kanan dalam tempat, waktu, pupil pasien
dan kiri, konjungtiva pasien anemis, isokor kanan dan kiri, konjungtiva
pendengaran dan penglihatan pasien pasien anemis, pendengaran dan
tidak ada masalah. penglihatan pasien tidak ada
masalah.

Konsep diri Data subyektif. Ibu pasien mengatakan Data subyektif. An. C mengatakan
penyakit tersebut mempengaruhi penyakit tersebut mempengaruhi
pasien karena An. Z menjadi rewel, pasien karena pasien mengatakan
susah tidur, selama dirawat. Data tidak dapat sekolah dan beraktifitas.
obyektif. kontak mata pasien baik, Data obyektif. kontak mata pasien
postur tubuh pasien normal, perilaku baik, postur tubuh pasien normal,
pasien tampak sedikit rewel. perilaku baik.

Tidur dan istirahat Data subyektif. Ibu pasien mengatakan Data subyektif. An. C mengatakan
An. Z tidak nyenyak saat tidur, ibu merasa nyenyak saat tidur, dan tidak
pasien mengatakan An. Z sering memiliki masalah gangguan tidur.
terbangun saat malam hari. Data Data obyektif. Tidak ada tanda-tanda
obyektif. Pasien tidak memiliki tanda- kurang tidur, atau lainnya.
tanda kekurangan tidur atau lainnya.

Seksualitas atau Data subyektif. Ibu pasien mengatakan Data subyektif. An. C mengatakan
Reproduksi anaknya tidak memiliki masalah belum menstruasi. Data obyektif.
terhadap reproduksinya, tidak sakit tidak ada benjolan pada buah dada
saat BAK. Data obyektif. an. Z tidak pasien.
ada kelainan skrotum, hysposphadia,
fimosis, atau lainnya.

Tabel 4.6 Hospitalisasi dan Tumbuh Kembang Pemenuhan Kebutuhan


Nutrisi pada Anak dengan DHF di Ruang Mawar
RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur

Observasi An. Z An. C


Hospitalisasi Dampak hospitalisasi pada anak yaitu An. Dampak hospitalisasi pada anak
Z terlihat rewel, menangis jika melihat tidak ada karena anak tampak
dokter atau perawat, reaksi pasien akan tenang dengan bermain handphone.
mengubah posisinya menjadi tengkurap Dampak hospitalisasi pada
untuk menghindari dilakukan keluarga yaitu aktivitas terhambat
pemeriksaan oleh dokter. karena harus membagi waktu
Dampak hospitalisasi pada keluarga yaitu untuk merawat anak yang sakit.
cemas terhadap perkembangan anaknya
dan harus dapat mengendalikan anak
yang menangis jika diperiksa oleh dokter.
46

Observasi An. Z An. C


Tingkat Tingkat pertumbuhan An. Z saat ini Tingkat pertumbuhan An. C saat ini
pertumbuhan dan berat badan 9,7 kg, tinggi badan 80 cm, berat badan 20 kg, tinggi badan 124
perkembangan lingkar lengan atas 16 cm, lingkar cm, lingkar kepala 48 cm, lingkar
kepala 45,5 cm. dan pertumbuhan gigi lengan atas 20 cm, dan pertumbuhan
belum lengkap 16 buah. Tingkat gigi 20 buah. Tingkat
perkembangan saat ini anak dapat perkembangan saat ini sudah
mengatakan satu dua kata yang terlewati pada usianya, An. C tidak
memiliki arti, An. Z belum dapat mengalami keterlambatan dalam
berdiri maupun berjalan An. Z baru perkembangan. Bahasa, An. C aktif
dapat duduk sendiri dan merangkak. dan memiliki keingin tahuan
terhadap sesuatu hal, sosialisasi An.
C bermain dengan teman-temannya
di sekolah maupun di lingkungan
rumahnya

Tabel 4.7 Pemeriksaan Penunjang Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada


Anak dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur

Jenis Pemeriksaan An. Z An. C Nilai Normal


Tanggal 20 April 2019
1. Hemoglobin 11,2 g/dl L 10,4 g/dl Hemoglobin
2. Hematokrit L 34% L 29% P : 11,7-15,5 g/dl
3. Eritrosit 4,4 juta/µL L 3,3 juta/µL L : 10,8-12,8 d/dl
4. Leukosit L 2.300/µL L 4.820/µL
5. Trombosit L 64.000/µL L 25.000/µL Hematokrit
Tanggal 21 April 2019 P : 32 - 47 %
1. Hemoglobin L 10,5 g/dl 11,5 g/dl L : 35-43 %
2. Hematokrit L 32% 34%
3. Eritrosit 4,1 juta/µL L 3,7 juta/µL Eritrosit
4. Leukosit L 4.000/µL L 4.990/µL P : 3,8- 5,2 juta/µL
5. Trombosit L 79.000/µL L 63.000/µL L : 3,6-5,2 juta/µL
Tanggal 22 April 2019
1. Hemoglobin 11,0 g/dl - Leukosit
2. Hematokrit 35% - P : 3.600-11.000/µL
3. Eritrosit 4,2 juta/µL - L : 5.500-15.500/µL
4. Leukosit L 5.000/µL -
5. Trombosit L 90.000/µL - Trombosit
P : 150.000-440.000/µL
Rhotgen Thorax Bronkopneumonia Tidak ada kelainan L : 217.000-497.000/µL
jantung dan paru

Tabel 4.8 Penatalaksanaan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Anak


dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur
Penatalaksanaan An. Z An. C
Therapi 1. IVFD Kaen 3B 1.000 cc/ 24 jam 1. IVFD NaCl 0,9% 1.500 cc/ 24
2. Inhalasi ventolin 2,5mg + NaCl 2cc jam
(3 x) jam 21.00, 05.00, dan 13.00 2. Injeksi Ranitidin 2 x 20mg/iv
3. As Valporat 2x 2,5ml (250mg/5ml) (jam 09.00 dan 13.00)
jam 07.00 dan 19.00
4. Zinc 1 x 20mg (jam 06.00)
Diit Nasi Tim, Nasi Tim
47

Tabel 4.9 Data Fokus Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Anak dengan
DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur

An. Z An. C
Data subyektif: Ibu pasien mengatakan anaknya Data subyektif: An. C mengatakan kepalanya
demam sudah 4 hari, anaknya susah untuk makan masih pusing, perutnya sakit, makan tidak
dan minum, anaknya batuk dan memasukkan habis, perutnya mual, muntah 1x, ayah pasien
tangan ke dalam mulut jika diberi makan, minum mengatakan anaknya jika makan langsung
ingin muntah, anaknya sering terbangun malam muntah, nafsu makan anaknya menurun,
hari, nafsu makan anaknya menurun akhir-akhir anaknya hanya makan 5 sendok makan, badan
ini, anaknya badannya demam, badannya lemas, anaknya lemas, anaknya memiliki kebiasaan
batuk sudah 3 minggu dan pilek, An. Z tidak makan hanya saat berangkat sekolah saja, badan
nyenyak saat tidur, ibu pasien mengatakan An. Z anaknya masih demam, hanya minum
sering terbangun saat malam hari dan rewel. 600cc/hari, merasa nyenyak saat tidur, dan tidak
memiliki masalah gangguan tidur.

Data obyektif: TD 80/50 mmHg, suhu 37,7ºC, Data obyektif: TD 90/76mmHg, nadi
nadi 140x/menit, RR 30x/menit, mukosa mulut 87x/menit, suhu 37,9ºC, RR 20x/menit,
An. Z tampak pucat dan kering, pasien tampak kesadaran composmentis, pengisian kapiler < 3
lemas, pasien tidak menghabiskan makanannya, detik, bising usus 12x/menit, konjungtiva
intake sulit, konjungtiva anemis, bising usus anemis, muntah 1x ±100cc, pasien tidak
28x/menit, turgor kulit elastis, berat badan An. Z menghabiskan makanannya hanya ¼ porsi yang
sebelum sakit 11 kg, saat sakit 9,7 kg, tinggi disajikan, turgor kulit elastis, mukosa mulut
badan pasien 80 cm, lingkar kepala 45,5 cm, LLA kering, warna pucat,tidak ada lesi, tidak ada
16 cm, lingkar kepala 15 cm, pasien setiap kelainan palatum, bibir pucat, gusi tidak
diberikan makanan atau minum langsung berdarah, lidah kotor, penurunan berat badan 2
memasukkan tangan ke mulut dan batuk, seperti kg, berat badan saat masuk rumah sakit 22 kg
ingin muntah, konjungtiva anemis, bising usus menjadi 20 kg, tinggi badan 124 cm, lingkar
28x/menit, kesadaran pasien composmentis, lengan atas 20 cm, lingkar kepala 48 cm, IMT
pengisian kapiler < 3 detik, pasien tidak 13,24, pasien tidak terpasang sonde atau NGT,
menghabiskan makanannya, An. Z mengalami tampak lemas, ada nyeri tekan abdomen kanan
penurunan nafsu makan, susah untuk makan dan atas, perkusi abdomen timpani, abdomen teraba
minum, mual, penurunan BB 1,3 kg, pasien tidak lemas. IMT 13,07, Hemoglobin L 10,4 g/dl.
terpasang sonde atau NGT, IMT 15,5, hasil
laboratorium Hemoglobin 11,2 g/dl.

Tabel 4.10 Analisa Data Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Anak dengan
DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur

Analisa Data An. Z An. C


Data : Data subyektif : Ibu pasien Data subyektif : Pasien mengatakan
mengatakan An. Z susah untuk makan perutnya sakit, mual, makan tidak
dan minum, batuk jika diberikan habis, ayah pasien mengatakan An.
makan atau minum, memasukkan C jika makan langsung muntah,
tangan kedalam mulut seperti ingin nafsu makan anaknya menurun,
muntah, nafsu makan menurun, anaknya makan hanya 5 sendok
badannya lemas, anaknya rewel. makan, badan anaknya lemas,
Data obyektif : Anak tampak lemas, memiliki kebiasaan hanya makan
mukosa mulut pucat, kering, saat sekolah saja, muntah 1x.
konjungtiva anemis, anak tidak Data obyektif : TD 90/76 mmHg,
menghabiskan makanannya, setiap suhu 37,9ºC, RR 20x/menit, nadi
48

diberikan makan atau minum anak 87x/menit, mukosa bibir pucat,


langsung memasukkan tangan ke kering, terjadi penurunan berat
dalam mulut, seperti ingin muntah, badan 22 kg menjadi 20 kg, tinggi
lidah kotor, terjadi penurunan berat badan 124 cm, lingkar perut 40 cm,
badan 11 kg menjadi 9,7 kg, panjang lingkar kepala 48 cm, lidah kotor,
badan 80 cm, lingkar kepala 45,5 cm, lingkar lengan atas 20 cm,
lingkar lengan atas 16 cm, lingkar konjungtiva anemis, bising usus
perut 15 cm, bising usus, tidak ada 12x/menit, muntah ±100 cc, makan
distensi abdomen, abdomen teraba hanya habis ¼ porsi yang disajikan,
lemas, perkusi abdomen timpani, TD pasien tampak lemas, tidak ada
80/50mmHg, nadi 140x/menit, RR distensi abdomen, ada nyeri tekan
30x/menit, suhu 37,7ºC, pasien tidak abdomen kanan atas, perkusi
terpasang sonde atau NGT, IMT 15,5, abdomen timpani, abdomen teraba
Hemoglobin 11,2 g/dl. lemas, pasien tidak terpasang sonde
atau NGT, IMT 13,07, Hemoglobin
L 10,4 g/dl

Masalah: Resiko ketidakseimbangan nutrisi Ketidakseimbangan nutrisi kurang


kurang dari kebutuhan tubuh dari kebutuhan tubuh

Etiologi: Intake yang tidak adekuat Intake yang tidak adekuat

4.1.2 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.11 Diagnosa Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada


Anak dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur

An. Z An. C
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat ditandai dengan yang tidak adekuat ditandai dengan
Data subyektif : Data subyektif :
Ibu pasien mengatakan An. Z susah untuk makan Pasien mengatakan perutnya sakit, mual, makan
dan minum, batuk jika diberikan makan atau tidak habis, ayah pasien mengatakan An. C jika
minum, memasukkan tangan kedalam mulut makan langsung muntah, nafsu makan anaknya
seperti ingin muntah, nafsu makan menurun, menurun, anaknya makan hanya 5 sendok
badannya lemas, anaknya rewel. makan, badan anaknya lemas, memiliki
Data obyektif : kebiasaan hanya makan saat sekolah saja,
Anak tampak lemas, mukosa mulut pucat, kering, muntah 1x.
konjungtiva anemis, anak tidak menghabiskan Data obyektif :
makanannya, setiap diberikan makan atau minum Mukosa bibir pucat, kering, terjadi penurunan
anak langsung memasukkan tangan ke dalam berat badan 22 kg menjadi 20 kg, tinggi badan
mulut, seperti ingin muntah, lidah kotor, terjadi 124 cm, lingkar perut 40 cm, lingkar kepala 48
penurunan berat badan 1,3 kg, berat badan saat cm, lidah kotor, lingkar lengan atas 20 cm,
masuk rumah sakit 11 kg menjadi 9,7 kg, panjang konjungtiva anemis, bising usus 12x/menit,
badan 80 cm, lingkar kepala 45,5 cm, lingkar muntah ±100 cc, makan hanya habis ¼ porsi
lengan ata 16 cm, lingkar perut 15 cm, bising yang disajikan, pasien tampak lemas, tidak ada
usus, tidak ada distensi abdomen, abdomen teraba distensi abdomen, ada nyeri tekan abdomen
lemas, perkusi abdomen timpani, pasien tidak kanan atas, perkusi abdomen timpani, abdomen
terpasang sonde atau NGT, IMT 15,5 kgm³, teraba lemas, pasien tidak terpasang sonde atau
Hemoglobin 11,2 g/dl. NGT, IMT 13,07 kgm³, Hemoglobin L 10,4
g/dl.
49

4.1.3 Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.12 Perencanaan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


pada Anak dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur

An. Z An. C
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x24 jam diharapkan masalah resiko 2x24 jam diharapkan masalah gangguan
ketidakseimbangan nutrisi tidak terjadi. pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil: nafsu makan meningkat, tidak Kriteria Hasil : nafsu makan meningkat, tidak
terjadi penurunan berat badan, porsi makan habis, terjadi penurunan berat badan, hemoglobin
hemoglobin dalam batas normal yaitu dan laki- dalam batas normal yaitu perempuan 11,7-15,5
laki 10,8-12,8 g/dl, IMT dalam batas normal 13,4- g/dl, IMT dalam batas normal 15,0-20,0.
15,6. Intervensi: kaji adanya alergi makanan, kaji
Intervensi: kaji adanya alergi makanan pada anak, pola makan pasien (porsi makan, frekuensi
kaji pola makan pasien (porsi makan dan makan), kaji adanya mual dan muntah, kaji
frekuensi makan), kaji adanya mual dan muntah, makanan kesukaan dan makanan yang tidak
kaji makanan kesukaan pasien melalui keluarga, disukai pasien. Anjurkan keluarga untuk
berikan motivasi atau lakukan pendekatan pada memberikan pasien makan sedikit tapi sering
anak untuk meningkatkan nafsu makan dengan dengan porsi yang kecil, timbang berat badan
bermain, anjurkan keluarga untuk memberikan pasien setiap hari, kolaborasi dengan dokter
pasien makan sedikit tapi sering dengan porsi untuk pemberian obat antiemetika yaitu injeksi
yang kecil, timbang berat badan setiap hari, Rantin 2x20mg/iv, IVFD NaCl 0,9% 1.500cc/
kolaborasi dengan dokter cairan IVFD Kaen 3B 24 jam, kolaborasi dengan ahli gizi terapi diet
1.000cc/ 24 jam, kolaborasi dengan ahli gizi NT (Nasi Tim) untuk pasien DHF usia 10-12
terapi diet NT (Nasi Tim) untuk pasien DHF usia tahun dengan energi 1.850 kkal, protein 49 g,
2-4 tahun dengan energi 1.500 kkal, protein 35 g, lemak 72 g, karbohidrat 254 g, serat 26 g, air
lemak 60 g, karbohidrat 220 g, serat 22 g, air 1.900 ml
1.500 ml.

4.1.4 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.13 Implementasi Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


pada Anak dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur

Tanggal An. Z An. C


20 April 2019 Pukul 09.30. Mengkaji adanya Pukul 09.00. Memberikan injeksi
alergi makanan pada pasien. Hasil : Rantin 20mg/ IV, IVFD NaCl 0,9%
ibu pasien mengatakan An. Z tidak 500cc/8jam. Hasil : injeksi rantin
memiliki alergi baik dari makanan, telah diberikan, pasien mengatakan
obat atau cuaca. Pukul 09.35. nyeri masih ada, masih mual, IVFD
Mengkaji pola makan pasien. Hasil : NaCl 0,9% telah masuk 20tpm.
An. Z tidak mau makan makanan Pukul 10.00. Mengkaji adanya mual
yang disediakan, saat diberikan dan muntah. Hasil : mual masih ada,
makan atau minum An. Z langsung muntah 1x saat makan saja tetapi
memasukkan tangan ke dalam tidak banyak 100cc. Pukul 10.40.
mulut dan berespon ingin muntah, Mengkaji makanan kesukaan dan
pasien tidak menghabiskan makanan yang tidak disukai pasien.
makanannya. Hasil: pasien mengatakan menyukai
Pukul 10.00. Mengajurkan keluarga ayam goreng tetapi tidak menyukai
memberikan makan sedikit demi udang. Pukul 11.00. Mengkaji pola
50

Tanggal An. Z An. C


sedikit dengan porsi yang kecil. makan pasien. Hasil : ayah pasien
Hasil: pasien tidak mau makan, mengatakan An. C hanya makan
makanan yang disajikan. Pukul saat sekolah saja sebelum dirawat.
10.10. Mengkaji makanan kesukaan Ayah pasien mengatakan anaknya
pasien melalui keluarga. Hasil : ibu hanya makan 5 sendok makan,
pasien mengatakan An. Z sebelum pasien tidak menghabiskan
sakit makan apa saja mau. Pukul makanannya hanya ¼ porsi yang
10.35. Mengkaji mual dan muntah. disajikan. Pukul 11.10.
Hasil : An. Z tampak seperti ingin Menganjurkan keluarga untuk
muntah saat diberi makan atau memberikan pasien makan sedikit
minum, intake sulit. Pukul 11.10. tapi sering. Hasil : ayah pasien
Menimbang berat badan pasien mengikuti anjuran perawat. Pukul
setiap hari. Hasil : BB saat ini 9,7 12.00. Menganjurkan keluarga
kg seblum sakit 11 kg dan untuk memberikan makanan
mengalami penurunan berat badan kesukaan pasien. Hasil : pasien
1,3kg. Pukul 11.50. Memberikan diberikan makanan ayam goreng
motivasi atau lakukan pendekatan dan habis ½ porsi tanpa nasi. Pukul
pada anak untuk meningkatkan 12.10. Menimbang berat badan
nafsu makan dengan bermain. Hasil: pasien setiap hari. Hasil: BB turun
pasien bermain dengan mobil- 2kg, sebelum sakit 22 kg, saat sakit
mobilan yang dibawakan 20 kg. pukul 12.30. Memberikan
keluarganya. Pukul 12.00. diit yang tepat sesuai program ahli
Memberikan IVFD kaen 3B gizi. Hasil : pasien telah diberikan
1.000cc/24 jam. Hasil : cairan yang diit sesuai dengan DHF yaitu nasi
telah masuk 20tpm. Pukul 12.25. tim, atau diit lunak dengan lauk,
Memberikan diit yang tepat sesuai sayur, dan buah sesuai program ahli
program ahli gizi. Hasil : pasien gizi.
telah diberikan diit yang sesui untuk
DHF yaitu nasi tim atau diit lunak,
lauk, sayur, dan buah sesuai
program ahli gizi.

21 April 2019 Pukul 09.00. Mengkaji pola makan Pukul 09.00. Memberikan injeksi
pasien. Hasil : ibu pasien Rantin 20mg/ IV, IVFD NaCl 0,9%
mengatakan anaknya sudah mau 500cc/8jam. Hasil : injeksi rantin
makan 5-6 sendok, minum 300cc, telah diberikan, pasien mengatakan
pagi ini. Pukul 10.00. Mengkaji nyeri perut sudah hilang dan mual
mual dan muntah. Hasil : pasien sudah berkurang, IVFD NaCl 0,9%
sudah tidak ada rasa ingin muntah telah masuk 20tpm. Pukul 09.30.
jika diberi makan atau minum. mengkaji adanya mual dan muntah.
Pukul 10.30. Mengajurkan keluarga Hasil : mual dan muntah sudah
memberikan makan sedikit demi hilang. Pukul 11.00. Mengkaji pola
sedikit dengan porsi yang kecil. makan pasien. Hasil : ayah pasien
Hasil: pasien hanya makan 5-6 mengatakan An. C sudah mampu
sendok makan. Pukul 11.00. menghabiskan ½ porsi makanannya,
Menimbang BB pasien setiap hari. makanan yang disajikan habis ½
Hasil : BB saat ini 9,75 kg. Pukul porsi, ayah pasien memberikan
11.30. Memberikan motivasi atau ayam goreng untuk makan anaknya
lakukan pendekatan pada anak dan habis 1 porsi tanpa nasi, Pukul
untuk meningkatkan nafsu makan 11.10. Menganjurkan keluarga
dengan bermain. Hasil: pasien untuk memberikan pasien makan
bermain dengan mobil-mobilan sedikit tapi sering. Hasil : ayah
yang dibawakan oleh keluarganya. pasien mengikuti anjuran perawat.
Pukul 12.00. Memberikan cairan Pukul 11.30. Menimbang berat
51

Tanggal An. Z An. C


IVFD Kaen 3B 1.000cc/ 24 jam. badan pasien setiap hari. Hasil : BB
Hasil : cairan yang masuk 20tpm. saat ini 20,80 kg. pukul 12.00.
Pukul 12.30. Memberikan diit yang Menganjurkan keluarga untuk
tepat sesuai progam ahli gizi. Hasil : memberikan makanan kesukaan
pasien telah diberikan diit lunak pasien. Hasil : pasien diberikan
(nasi tim), lauk, sayur, buah sesuai makanan ayam goreng dan habis 1
program ahli gizi. porsi tanpa nasi. Pukul 12.30.
Memberikan diit yang tepat sesuai
program ahli gizi. Hasil : pasien
diberikan diit nasi lunak, sayur,
lauk, dan buah sesuai program ahli
gizi untuk DHF.

22 April 2019 Pukul 09.00. Mengkaji pola makan


pasien. Hasil: ibu pasien
mengatakan anaknya makan sudah
habis ½ porsi yang disajikan rumah
sakit, minum 400 cc. Pukul 10.00.
Mengkaji mual dan muntah. Hasil :
pasien sudah tidak mual dan muntah
saat diberi makan atau minum.
Pukul 10.30. Menimbang BB pasien
setiap hari. Hasil : BB saat ini 9,4
kg, evaluasi akhir nafsu makan
meningkat, BB turun karena BAB
cair 3x. Pukul 11.00. Memberikan
motivasi atau lakukan pendekatan
pada anak untuk meningkatkan
nafsu makan dengan bermain. Hasil:
perawat membuat mainan dari
kertas lipat membentuk burung.
Pukul 12.00. Memberikan IVFD
Kaen 3B 1.000 cc/24 jam. Hasil :
cairan yang masuk sudah 20tpm.
Pukul 12.30. Memberikan diit yang
tepat sesuai program ahli gizi.
Hasil: pasien diberikan diit yang
sesuai yaitu diit lunak (nasi tim),
lauk, sayur dan buah sesuai program
ahli gizi untuk DHF.

4.1.5 Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.14 Evaluasi Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada


Anak dengan DHF di Ruang Mawar RSUD Pasar Rebo
Jakarta Timur

Tanggal An. Z An. C


20 April 2019 S : Ibu pasien mengatakan anaknya S : Pasien mengatakan nyeri perut
masih susah untuk makan, ibu masih ada, pasien mengatakan
pasien mengatakan anaknya seperti masih mual, muntah sudah tidak,
batuk-batuk jika diberikan makan ayah pasien mengatakan anaknya
atau minum seperti ingin muntah. tidak menghabiskan makanannya
52

Tanggal An. Z An. C


O :An. Z tidak mau makan makanan hanya 5 sendok makan, tetapi
yang disediakan, berat badan turun keluarga memberikan makanan
1,3 kg, berat badan saat masuk kesukaan anaknya yaitu ayam
rumah sakit 11 kg menjadi 9,7kg, goreng dan habis ½ porsi tanpa
intake sulit, Hemoglobin 11,2 gr/dl, nasi.
IMT 15,5. O : Penurunan berat badan 2 kg,
A :Masalah resiko ketidakseimbangan berat badan saat masuk rumah
nutrisi belum teratasi, tujuan belum sakit 22 kg menjadi 20 kg,
tercapai makan hanya habis ¼ porsi yang
P : Lanjutkan intervensi 3, 5, 6, 7, 8 disajikan, ditambah ayam goreng
dan 9. ½ potong, hasil laboratorium
Hemoglobin L 10,4 gr/dl,, IMT
13,07
A :Masalah gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum teratasi,
tujuan belum tercapai.
P : Lanjutkan intervensi 3, 4, 5, 6, 7,
9, dan 10.

21 April 2019 S : Ibu pasien mengatakan anaknya S : Pasien mengatakan nyeri perut
sudah mau makan 5-6 sendok sudah tidak ada, pasien
makan, minum 300 cc, ibu pasien mengatakan mual dan muntah
mengatakan anaknya suah tidur sudah hilang, ayah pasien
dan sering bangun, rewel, ibu mengatakan anaknya sudah
pasien mengatakan anaknya sudah mampu menghabiskan
tidak ada rasa ingin muntah jika makanannya ½ porsi ditambah
diberi makan. ayam goreng 1 potong tanpa
O : Makan tidak habis hanya ¼ porsi nasi.
yan disajikan dengan bantuan O :BB saat ini 20,80 kg, makan
mainan, pasien tampak masih habis ½ porsi yang disajikan,
lemas, hasil laboratorium ditambah 1 potong ayam goreng,
Hemoglobin L 10,5 gr/dl, BB saat hasil laboratorium Hemoglobin
ini 9,75 kg. L 11,5 gr/dl
A :Masalah resiko ketidakseimbangan A :Masalah gangguan perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi, tujuan belum tubuh teratasi
tercapai. P : Intervensi dihentikan
P : Lanjutkan intervensi 3, 5, 6, 7, 8
dan 9.

22 April 2019 S : Ibu pasien anaknya makan sudah


mau dan habis ½ porsi yang
disajikan dan minum 400 cc, ibu
pasien mengatakan anaknya masih
susah tidur kalau malam, ibu
pasien mengatakan anaknya bab 3
x cair tak berampas.
O : Pasien tampak lemak, makan sudah
habis ½ porsi yang disajikan
dengan sambil mainan, pempers
bab cair tak berampas, BB saat ini
9,4 kg, karena pasien BAB 3x cair
tak berampas, hasil laboratorium
53

Tanggal An. Z An. C


Hemoglobin 11,00 gr/dl,
A :Masalah resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi, tujuan belu,
tercapai
P : Lanjutkan intervensi 3, 5, 6, 7, 8,
dan 9.

4.2 Pembahasan

Peneliti akan membahas atas temuan-temuan studi kasus yang telah

dikemukakan dalam hasil studi kasus, adapun tujuan pembahasan adalah

menjawab masalah studi kasus dengan merujuk bagaimana tujuan studi kasus

dapat dicapai. Pembahasan menjelaskan dan menintegrasikan keterkaitan

temuan dalam studi kasus dengan teori yang mendasarinya dalam BAB II.

4.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian ditemukan data pada An. Z mengalami tidak nafsu makan,

setiap diberikan makan atau minum selalu memasukkan tangan ke dalam

milut seperti ingin muntah, penurunan berat badan 1,3 kg dengan berat

badan saat masuk 11 kg menjadi 9,7 kg, sedangkan data An. C ditemukan

data penurunan nafsu makan, setiap makan langsung muntah, nyeri tekan

abdomen, dan penurunan berat badan 2 kg dengan berat badan saat masuk

22 kg menjadi 20 kg. Hal ini sesuai penjelasan Nurarif, (2015) yang

menyatakan bahwa adanya penekanan intraabdomen dapat menimbulkan

rasa mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan pada

anak dengan DHF.


54

Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian Gionino (2010) gangguan

pencernaan yang dialami subyek yaitu nyeri epigastrik (55,41%), mual atau

muntah (54,06%), dan diare (13,54%). Keluhan klinis terbanyak yang

dialami ialah mual atau muntah, serta nyeri epigastrik. Gionino, (2010)

menjelaskan bahwa anak yang terinfeksi virus dengue dapat menimbulkan

respon peradangan kemudian distimulas oleh mendulla sehingga

menyebabkan mual, muntah, anoreksia, sehingga nutrisi yang masuk ke

dalam tubuh kurang dan menyebabkan asam lambung naik sehingga terjadi

gangguan nutrisi.

Pada pengkajian pada An. Z IMT ditemukan data 15,5 kgm³ masih dalam

batas normal sedangkan pada An. C ditemukan data IMT 13,07 kgm³

(rendah). Sesuai dengan Kepmenkes RI, (2013) IMT anak usia 2 tahun 13,4-

15,6 kgm³ dan usia 10 tahun 15,0-20,0 kgm³. Kondisi tersebut juga sesuai

dengan hasil penelitian Suharidewi (2017) status gizi anak dengan

menggunakan pengukuran IMT diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu

status gizi kurang, status gizi normal, dan status gizi lebih. Menurut peneliti

IMT merupakan salah satu bagian dari pengkajian pada pasien dengan

kebutuhan nutrisi.

Pada pengkajian didapatkan data pada An. Z dengan hasil laboratorium pada

tanggal 20 April 2019 hemoglobin 11,2 g/dl, hematokrit L 34%, eritrosit 4,4

juta/µL, leukosit L 2.300/µL, trombosit L 64.000/µL. Dan pada An. C


55

didapat data hasil laboratorium tanggal 20 April 2019 hemoglobin L

10,4d/dl, hematokrit L 29%, eritrosit L 3,3 juta/µL, leukosit L 4.820/µL,

trombosit L 25.000/µL. Data yang didapatkan pada An. Z ditemukan

leukosit L 2.300/µL dan trombosit L 64.000/µL menunjukan dibawah nilai

normal, sedangkan pada An. C semua hasil laboratorium (hemoglobin,

hematokrit, eritrosit, leukosit, trombosit) menunjukan dibawah nilai normal

khususnya hemoglobin sebagai salah satu indikator gangguan nutrisi

didukung dengan konjungtiva anemis.

Berdasarkan hasil laboratorium tersebut An. Z mengalami penurunan

leukosit karena pasien mengalami batuk sudah 3 minggu, didukung dengan

hasil rotgen thorax pasien hasilnya bronkopneumonia yang menyebabkan

antibodi pasien menurun dan trombosit pun menurun. Sedangkan pada An.C

mengalami penurunan pada hemoglobin, leukosit, hematokrit, eritrosit,

trombosit karena pasien telah mengalami dengue syok syndrome dan

mengalami peningkatan permeabilitas membrane kapiler sehingga pasien

mendapatkan perawatan di ruangan rawat intensif.

Sesuai dengan hasil penelitian Puspita (2016) berdasarkan hasil

laboratorium yang menunjukan penderita DHF yaitu kadar trombosit dan

leukosit pasien dibawah nilai normal, pada penderita DHF trombositopenia

dapat menyebabkan adanya penekanan intraabdomen yang menimbulkan


56

rasa mual, muntah, penurunan berat badan yang dapat menyebabkan

perubahan nutrisi.

Kozier (2011) menjelaskan komponen yang sangat penting yang harus dikaji

yaitu antropometri, data biokimia dan klinis data diet. Pemeriksaan fisik

antropometri tanggal 20 April 2019 pada An. Z didapatkan data berat badan

9,7 kg, tinggi badan 80 cm, lingkar lengan atas 16 cm, lingkar kepala 45,5

cm, data biokimia pada An. Z yaitu hasil laboratorium hemoglobin 11,2 g/dl,

klinis data diet pada An. Z yaitu ibu pasien mengatakan An. Z tidak mau

makan makanan yang disajikan, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis,

tidak mempunyai alergi makanan, menyukai makanan apa saja dan An. Z

mendapat diit nasi tim yaitu diit DHF tahap II.

Sedangkan pemeriksaan fisik antropometri tanggal 20 April 2019 pada An.

C didapatkan data berat badan 20 kg, tinggi badan 124 cm, lingkar lengan

atas 20 cm, lingkar kepala 48 cm, data biokimia pada An. C yaitu hasil

laboratorium hemoglobin L 10,4 g/dl, klinis data diet pada An. C yaitu ayah

pasien mengatakan An. C tidak menghabiskan makanannya, penurunan

nafsu makan, nyeri tekan abdomen, tidak mempunyai alergi makanan,

menyukai makanan ayam goreng dan An. C mendapat diit nasi tim yaitu diit

DHF tahap II. Hal tersebut sesuai dengan Kepmenkes RI, (2013) yang

mengatakan diet tahap II diberikan pada pasien dengan suhu tubuh stabil

makanan yang diberikan dengan porsi kecil dan konsistensi lunak.


57

Faktor pendukung saat melakukan pengkajian yaitu kooperatifnya anggota

keluarga saat dilakukan pengkajian adapun faktor penghambat saat

melakukan pengkajian pada An. Z yang hospitalisasi sehingga saat

dilakukan pengkajian anak tampak rewel dan menangis, maka ada beberapa

pemeriksaan fisik yang tidak bisa langsung dilakukan langsung pada saat itu,

sedangkan pada An. C tidak memiliki kesulitan saat dilakukan pemeriksaan

fisik. Adapun cara pendekatan untuk An. Z yaitu dengan melalui terapi

bermain (mobil-mobilan), sedangkan pada An. C tidak perlu dilakukan

karena An. C bermain dengan menggunakan handphone.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Anggraeni (2012) mengatakan bahwa diagnosa nutrisi adalah identifikasi

masalah nutrisi dari data penilaian gizi yang menggambarkan kondisi nutrisi

pasien saat ini, resiko hingga pontensi terjadinya masalah nutrisi yang dapat

ditindak lanjut agar dapat diberikan intervensi nutrisi yang tepat. Diagnosa

keperawatan yang dirumuskan oleh peneliti pada kasus An. Z yaitu resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat, sedangkan pada An. C yaitu

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Pada An. Z dirumuskan diagnosa keperawatan resiko karena hal ini sesuai

dengan pendapat Rahayu dan Harnanto (2016) bahwa resiko


58

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu

keadaan yang beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme yang ditandai dengan IMT masih dalam

batas normal tetapi adanya penurunan berat badan, perubahan nafsu makan.

Wilkinson (2017) mengatakan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat adalah

asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme yang ditandai dengan penurunan berat badan, IMT rendah,

penurunan nafsu makan, mual dan muntah. Hal tersebut sesuai dengan

diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada An. C

Diagnosa keperawatan nutrisi yang tidak dirumuskan menurut Nurarif dan

Kusuma, (2015) dan Tarwoto dan Wartonah (2010) yaitu gangguan menelan

berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, perubahan nutrisi lebih dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang berlebih terhadap

kebutuhan metabolik, berdasarkan hasil pengkajian An. Z dan An. C tidak

didapatkan data yang menunjukan dirumuskannya masalah keperawatan

tersebut.

Faktor pendukung yaitu tersedianya referensi walaupun data tersebut susah

untuk didapatkan, kooperatifnya keluarga saat dilakukan anamnesa sehingga

mempermudah peneliti untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Data

subyektif dan obyektif dikumpulkan sangat mendukung untuk diagnosa

keperawatan An. Z resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


59

tubuh dan An. C ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Saat dilakukan perumusan diagnosa keperawatan peneliti tidak menemukan

faktor penghambat sehingga mampu merumuskan diagnosa keperawatan

sesuai dengan referensi.

4.2.3 Perencanaan Keperawatan

Anggraeni (2016) mengatakan bahwa perencanaan nutrisi adalah rangkaian

kegiatan yang terencana dalam melakukan tindakan kepada pasien untuk

mengubah semua aspek yang berkaitan dengan nutrisi pada pasien agar

didapatkan hasil yang optimal.

Kriteria hasil menurut Rahayu dan Harnanto (2016), peneliti menambahkan

kriteria hasil supaya dapat diukur yaitu: nafsu makan meningkat, tidak

terjadi penurunan berat badan, hemoglobin dalam batas normal yaitu

perempuan 11,7-15,5 g/dl dan laki-laki 10,8-12,8 g/dl, IMT dalam batas

normal 13,4-15,6 kgm³.

Intervensi pada An. Z resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh menurut Rahayu dan Harnanto (2016), kaji adanya alergi

makanan pada anak, kaji pola makan pasien (porsi makan dan frekuensi

makan), kaji adanya mual dan muntah, kaji makanan kesukaan pasien

melalui keluarga, berikan motivasi atau lakukan pendekatan pada anak

untuk meningkatkan nafsu makan dengan bermain, anjurkan keluarga untuk


60

memberikan pasien makan sedikit tapi sering dengan porsi yang kecil,

timbang berat badan setiap hari, kolaborasi dengan dokter cairan IVFD

Kaen 3B 1.000cc/ 24 jam, kolaborasi dengan ahli gizi terapi diet NT (Nasi

Tim).

Tujuan keperawatan pada diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

menurut Nurarif dan Kusuma (2015) adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan nutritional status : food and fluid intake, nutrient

intake, weight control tetapi tujuan yang dirumuskan pada kasus An. C

ditambahkan kriteria waktu. Tujuan yang dirumuskan An. C adalah setelah

dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam karena tujuan keperawatan

menurut Nursalam (2015) harus memenuhi SMART khususnya time yaitu

waktu sehingga perawat memiliki kejelasan waktu.

Kriteria hasil menurut Nurarif dan Kusuma (2015) kurang dapat diukur

sehingga peneliti menambahkan kriteria hasil supaya dapat diukur yaitu:

nafsu makan meningkat, tidak terjadi penurunan berat badan, hemoglobin

dalam batas normal yaitu perempuan 11,7-15,5 g/dl dan laki-laki 10,8-12,8

g/dl, IMT dalam batas normal 15,0-20,0 kgm³.

Intervensi yang penulis rencanakan mungkin ada beberapa yang tidak sesuai

dengan intervensi menurut Nurarif dan Kusuma (2015) tetapi peneliti


61

menambahkan intervensi menurut Setyaningrum, (2017) seperti berikan

motivasi atau lakukan pendekatan pada anak untuk meningkatkan nafsu

makan dengan bermain, kaji makanan kesukaan dan makanan yang tidak

disukai pasien. Tetapi peneliti telah menentukan perencanaan yang

memungkinkan sesuai dengan teori hanya saja kalimat yang digunakan

berbeda.

Adapun ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan pada An. Z dan An. C

yaitu anjurkan pasien meningkatkan intake fe, protein, vitamin c, monitor

kadar albumin dan total protein, dikarenakan pasien hanya dilakukan

pemeriksaan darah lengkap yang terdiri dari hemoglobin, hematokrit,

leukosit, trombosit, dan eritrosit. Interaksi anak atau orangtua selama

makan, ini tidak dilakukan dikarenakan orangtua pasien selalu menemani

pasien makan dan membantunya. Anjurkan keluarga menjaga kebersihan

mulut pasien, dikarenakan pasien masih lemas sehingga orangtua tidak

melakukan kebersihan mulut di kamar mandi hanya melakukannya dengan

tisu. Menyajikan makanan yang menarik minat anak, hal tersebut tidak

dilakukan karena ahli gizi hanya menyediakan makanan yang berfokus pada

konsistensi bukan terhadap kalori dan bentuk yang menarik minat pasien.

Faktor pendukung yaitu tersediannya referensi perencanaan resiko

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut Rahayu

dan Harnanto (2016) dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


62

tubuh menurut Nurarif dan Kusuma (2015). Saat dilakukan perumusan

perencanaan keperawatan peneliti tidak menemukan faktor penghambat

sehingga mampu merumuskan perencanaan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan.

4.2.4 Implemetasi Keperawatan

Kemenkes RI, (2013) mengatakan nutrisi yang diberikan untuk pasien anak

dengan DHF adalah pemberian diet yang dilakukan secara bertahap

kemudian ditingkatkan sesuai dengan kemampuan penderita. Nutrisi yang

dibutuhkan pada anak usia 2-4 tahun membutuhkan energi 1.500 kkal,

protein 35 g, lemak 60 g, karbohidrat 220 g, serat 22 g, air 1.500 ml. Untuk

anak usia 10-12 tahun membutuhkan energi 1.850 kkal, protein 49 g, lemak

72 g, karbohidrat 254 g, serat 26 g, air 1.900 ml. Diet Tahap II diberikan

setelah suhu badan stabil. Pada An. Z dan An. C diberikan nasi tim tetapi

ahli gizi tidak memberikan keterangan nilai kalori pada makanan tersebut

sehingga peneliti tidak tahu berapa nilai kalori yang ada pada nasi tim

pasien.

Pada penatalaksnaan memberikan terapi cairan infus pada An. Z yaitu IVFD

Kaen 3B 1.000cc/24 jam yang dapat memenuhi kebutuhan akan cairan dan

elektrolit karena mengandung kalium 20 mEq/L yang cukup walaupun

pasien sudah melakukan ekskresi harian, sedangkan pada An. C diberikan

IVFD NaCl 0,9% 1.500cc/24 jam yang dapat digunakan untuk mengatasi
63

atau mengganti cairan yang hilang dalam tubuh pasien karana dehidrasi

karena An. C mengalami dengue syok syndrome dan mendapatkan

perawatan intensif.

Pada An. Z tidak diberikan antiemetika karena An. Z yang tidak mengalami

nyeri tekan abdomen, tidak ada muntah dan tidak diresepkan oleh dokter

Sedangkan pada An. C diberikan antiemetika injeksi rantin 2x20mg/iv untuk

mengurangi adanya mual, muntah serta nyeri tekan abdomen. Pemberian

obat tersebut dilakukan oleh perawat ruangan saat pemberian dluar jam

praktik peneliti.

Pelaksanaan telah dilakukan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan namun

ada beberapa pelaksanaan yang tidak dilakukan karena An. Z rewel,

menangis dan tidak mau bertemu perawat. Pada saat peneliti memberikan

makan pada An. Z dengan cara memberikan makan sambil bermain (mobil-

mobilan dan membentuk burung dari kertas lipat). Hasilnya An. Z mau

makan karena adanya mainan.

Sedangkan pada An. C meningkatan nafsu makan klien dengan

menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan klien (ayam

goreng), dikarenakan An. C tidak mau makan makanan rumah sakit yang

menurutnya rasanya kurang enak dan konsistensinya yang membuat An. C

mual dan muntah. Hasilnya adanya peningkatan nafsu makan pada An. C
64

dengan sumber makanan bukan dari rumah sakit atau dari makanan

kesukaan An. C.

Faktor pendukung saat melakukan implementasi yaitu kooperatifnya

keluarga saat dilakukan implementasi sehingga peneliti dapat terbantu dalam

melakukan tindakan keperawatan. Adapun faktor penghambat saat

dilakukan implementasi yaitu kesulitan melakukan tindakan pada An. Z

disaat tindakan pasien takut, rewel dan menangis dan mengubah posisi

tengkurap untuk menghindari interaksi dengan perawat atau dokter,

sedangkan An. C tidak ada. Solusinya dengan cara melakukan pendekatan

pada anak menggunakan alat bermain atau dengan cara mencari tahu

makanan apa yang disukai pasien.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan

Nursalam (2008) mengatakan bahwa evaluasi adalah mengkaji respon

pasien terhadap standar atau kriteria ditentukan oleh tujuan yang ingin

dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi proses keperawatan yaitu terdapat

jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien yang mengacu pada

tercapainya tujuan atau tidak, serta adanya bukti dokumentasi, paraf.

Kegiatan yang dilakukan meliputi menggunakan standar keperawatan yang

tepat, mengumpulkan dan mengorganisasi data, membandingkan data

dengan kriteria dan menyimpulkan hasil yang kemudian ditulis dalam daftar

masalah.
65

Evaluasi yang belum tercapai pada An. Z yaitu adanya peningkatan nafsu

makan tetapi berat badan pasien menurun karena BAB cair lebih dari 3x.

sedangkan pada An. C yaitu tidak ditimbang dihari terakhir saat pulang

sehingga tidak mengetahui berapa peningkatan berat badan sampai anak

pulang ke rumah karena peneliti tidak mengetahui kapan pasien pulang.

Faktor pendukung saat melakukan evaluasi tercapainya sebagian tujuan

sesuai dengan tujuan, kriteria hasil mudah diukur, sehingga memudahkan

untuk menentukan evaluasi. Faktor penghambat saat melakukan evaluasi

yaitu adanya implementasi yang tidak dilakukan sehingga tidak bisa di

evaluasi. Solusinya, subyek penelitian harus sama sesuai dengan kelompok

usianya.

4.2 Keterbatasan

Keterbatasan studi kasus penelitian adalah kelompok usia subyek penelitian

tidak sama sehingga peneliti kesulitan untuk membandingkan kedua pasien

tersebut.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan asuhan keperawatan pada An. Z dan An. C dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan diagnosa medis Dengue Hemoragic

Fever (DHF) di ruang Mawar RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur mulai pada

tanggal 20-22 April 2019 maka peneliti menguraikan beberapa kesimpulan

yang terkait dengan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

pada pasien DHF.

Pada tahap pengkajian terhadap An. Z dan An. C yang telah penulis peroleh

dari observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan status pasien maka hasil

dari pengkajian tersebut mendapatkan data bahwa pasien tidak nafsu makan,

lemas, rewel, membran mukosa bibir kering, terjadi penurunan berat badan,

adanya mual, muntah dan kenaikan berat badan dalam tiga hari. An. Z rewel,

menangis dan tidak mau ditemui perawat sedangkan An. C tidak.

Hasil analisa data dikumpulkan dari pengkajian pasien An. Z dan An. C dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan diagnosa medis DHF berbeda. Diagnosa

yang ditegakan untuk An. Z resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.


67

Pada An. C ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Adapun ada beberapa intervensi yang tidak dilakukan pada An. Z dan An. C

yaitu anjurkan pasien meningkatkan intake fe, protein, vitamin c, monitor

interaksi anak atau orangtua selama makan, anjurkan keluarga menjaga

kebersihan mulut pasien, menyajikan makanan yang menarik minat anak. Hal

tersebut dikarenakan An. Z dan An. C masih dalam fase sushu tubuh stabil

dan diit yang diberikan yaitu diit konsistensi lunak selama di rumah sakit,

anak tampak rewel dan menangis selama dirawat di rumah sakit sehingga

beberapa intervensi tersebut tidak dilakukan, makanan yang menarik minat

pasien tidak dilakukan karena ahli gizi hanya menyediakan makanan yang

berfokus pada konsistensi bukan terhadap kalori dan bentuk yang menarik

minat.

Peneliti menambahkan intervensi menurut Setyaningrum (2017) yaitu

memberikan motivasi pada anak untuk meningkatkan nafsu makan dengan

bermain, mengkaji makanan kesukaan dan makanan yang tidak disukai pasien.

Pelaksanaan yang sudah dilakukan adalah kaji adanya alergi makanan, kaji

pola makan pasien, kaji makanan yang disukai pasien, anjurkan memberikan

makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan porsi yang kecil, kaji adanya

mual dan muntah, timbang berat badan pasien setiap hari, kolabolari dengan
68

ahli gizi untuk mendapatkan diit nasi tim, tetapi tidak ada keterangan nilai

kalori sehingga peneliti tidak tahu berapa nilai kalori yang ada pada nasi tim

tersebut. Oleh karena itu disarankan untuk bagian ahli gizi supaya bisa

mencantumkan nilai kalorinya.

Evaluasi yang belum tercapai pada An. Z yaitu adanya peningkatan nafsu

makan tetapi berat badan pasien menurun karena BAB cair lebih dari 3x.

sedangkan pada An. C yaitu tidak ditimbang dihari terakhir saat pulang

sehingga tidak mengetahui berapa peningkatan berat badan sampai anak

pulang ke rumah karena peneliti tidak mengetahui kapan pasien pulang.

Sedangkan evaluasi yang sudah tercapai pada An. Z dan An. C yaitu pasien

mengalami adanya peningkatan berat badan, peningkatan nafsu makan, mual

dan muntah hilang sesuai dengan kriteria hasil.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penulis dapat memberikan saran sesuai masalah yang

timbul saat melakukan asuhan keperawatan sehingga asuhan keperawatan

yang akan diberikan pada pasien anak dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

dengan diagnosa medis DHF akan semakin baik antara lain sebagai berikut:

5.2.1 Tempat Penelitian

Harapan penulis untuk RSUD Pasar Rebo khususnya Ruang Mawar yaitu
69

5.2.1.1 Ahli Gizi

Saran untuk ahli gizi yaitu peneliti berharap ahli gizi dapat menyajikan

makanan yang menarik minat pasien dan mencantumkan nilai kalori pada

makanan tersebut.

5.2.1.2 Perawat Ruangan

Saran untuk perawat ruangan yaitu peneliti berharap perawat ruangan

dapat menimbang berat badan untuk evaluasi akhir pada anak yang

mempunyai masalah dengan nutrisi, dapat direncanakan jadwal terapi

bermain di kamar rawat anak sehingga untuk anak yang mempunyai reaksi

takut dapat bermain didalam kamar rawatnya.

5.2.2 Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Peneliti berharap untuk dapat tersedianya alat selama melakukan penelitian

pada pasien DHF dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi .

5.2.3 Peneliti Selanjutnya

Harapan peneliti untuk penelitian selanjutnya yaitu subyek penelitian yang

diambil sesuai dengan kelompok usia yang sama sehingga dapat

memudahkan peneliti dalam membandingkan kedua pasien tersebut.


Daftar Pustaka

Asmadi (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Barbara, K., Audrey, B., & Shirlee, S. (Edisi 7). (2011). Buku ajar fundamental
keperawatan : Konsep, Proses & Praktik. Jakarta : EGC.

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (2018). Profil Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta

Fida dan Maya. (2012). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : D-Medika

Hidayat, A.A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (Edisi 2). Jakarta :
Salemba Medika

Hidayat, A.A.A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta (Edisi 1) :


Salemba Medika

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Standar antrometri penilaian


status gizi anak.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016). Pedoman Pelaksanaan


Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016). Kebutuhan Dasar Manusia


II.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Tata Laksana DHF. Diambil


dari http://depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana%20DHF.pdf pada
tanggal 23 April 2019 pukul 11.00 WIB

Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Media dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : MediAction

Potter. A, Perry. A.G (2009). Buku ajar Fundamental Keperawatan : Konsep


proses, dan Praktik. Jakarta : EGC
Setyaningrum, E. (2017). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 tahun.
Sidoarjo : Indomedia Pustaka.

Suriadi, (Edisi 2). (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV. Sagung
Seto

Wijayaningsih, K.S. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans


Info Media

Wong., L., D. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

World Health Organization WHO (2019). Dengue and Severe dengue. Diambil
dari https://www.who.int/news-room/fact-sheet/detail/dengue-and-severe-
dengue pada tanggal 28 April 2019 pukul 10.15 WIB.
LAMPIRAN
KEPERAWATAN ANAK

Anda mungkin juga menyukai