Anda di halaman 1dari 83

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DIARE PADA PASIEN

PEDIATRIK DI 5 PUSKESMAS KABUPATEN PADANG


LAWAS PERIODE JANUARI-JULI 2017

SKRIPSI

OLEH :
ROSINA HASIBUAN
NIM 131501076

PROGRAM SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DIARE PADA PASIEN
PEDIATRIK DI 5 PUSKESMAS KABUPATEN PADANG
LAWAS PERIODE JANUARI-JULI 2017

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH :
ROSINA HASIBUAN
NIM 131501076

PROGRAM SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi ini, serta shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad SAW

sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara, dengan judul “Evaluasi Penggunaan Obat Diare pada Pasien

Pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas Periode Januari-Juli 2017”.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.,

selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah

menyediakan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si.,

M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga

dalam membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan tanggung

jawab, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya

skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepadaIbu Khairunnisa,

S.Si, M.Pharm., Ph.D., Apt.,selaku ketua penguji dan Bapak Dadang Irfan Husori,

S.Si., M.Sc., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran dan

arahan untuk menyempurnakan skripsi ini. Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt.,

selaku dosen pembimbing akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas

Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan

hingga selesai.

Universitas Sumatera Utara


Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih dan penghargaan yang

tak terhingga kepada keluarga tercinta Ayahanda Alm. Marahaman Hasibuan dan

Ibunda Hj. Rongga Bayang Harahap, Abang saya Amris Hasibuan, Darwis

Hasibuan, Jaya Hasibuan, dan Joling Hasibuan. Kakak saya tercinta Hotnida

Hasibuan dan Rona Hasibuan, serta keluarga yang telah memberikan cinta dan

kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, baik materi maupun motivasi

serta doa yang tulus. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang Zam-

Zam Srg, Anita, Wilda, Putir, Aminah, Wani serta teman-teman yang tidak dapat

disebutkan satu persatu mahasiswa/i Farmasi Angkatan 2013 yang selalu

mendoakan dan memberi semangat yang tiada henti selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, 21 Maret 2018


Penulis,

Rosina Hasibuan
NIM 131501076

i
Universitas Sumatera
v
Universitas Sumatera
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DIARE PADA PASIEN PEDIATRIK
DI 5 PUSKESMAS KABUPATEN PADANG LAWAS PERIODE
JANUARI-JULI 2017

ABSTRAK
Diare merupakan kondisi ketidakseimbangan absorpsi, sekresi air dan
elektrolit, sehingga terjadi gangguan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali
sehari dengan tinja berbentuk cair atau setengah padat, dengan atau tanpa disertai
lendir atau darah. Penyakit diare masih merupakanmasalah global dengan derajat
kesakitan dan kematian tinggi di berbagai Negara terutama di Negara
berkembang, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan
dan kematian anak di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan
rasionalitas penggunaan obat diare pada pasien pediatrik di 5 Puskesmas
Kabupaten Padang Lawas.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif, data
diperoleh dari rekam medis pasien pediatrik penderita diare yang menggunakan
obat diare di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas selama bulan Januari-Juli
2017. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase, nilai rata-rata dan
tabel.
Hasil penelitian dari 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas menunjukkan
bahwa dari 235 pasien yang paling banyak menderita diare adalah laki-laki
(63,83%) dan pada usia pasien bayi< 2 tahun (48,51%) dengan rata-rata perpasien
1,28 item obat. Jenis obat diare paling banyak digunakan adalah zink (62,67%)
dengan bentuk sediaan sirup (54,67%). Rasionalitas pengguanaan obat diare
berdasarkan pedoman Kemenkes RI 2011 meliputi kriteria tepat indikasi (100%),
tepat obat (100%), tepat pasien(99,15%), dan tepat dosis (96,17%).
Penggunaan obat diare pada pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten
Padang Lawas sebagian besar sudah rasional.

Kata kunci:Diare, pasien pediatrik, evaluasi penggunaan obat diare.

v
Universitas Sumatera
EVALUATION USE OF DIARRHEAL DRUG IN PEDIATRIC PATIENTS
AT 5 PUBLIC HEALTH CENTERS KABUPATEN PADANG LAWAS
PERIOD JANUARY-JULI 2017

ABSTRACT

Diarrhea is a condition of imbalance absorption, secretion of water and


electrolytes, resulting in disturbance of bowel movements for more than 3 times a
day with liquid or semi-solid stools, with or without mucus or blood. Diarrhea is
still a global problem with a high degree of morbidity and mortality in many
countries, and as one of the major causes of morbidity and mortality of children in
the world. This study aimed to determine rationality the analysis use of diarrhea
drug in pediatric patients at 5 public health centers Kabupaten Padang Lawas.
This study was conducted by a descriptive retrospective method, the data
obtained from medical records of pediatric patients with diarrhea who used
diarrheal medicine at 5 public health centers Kabupaten Padang Lawas during the
month of January to July 2017. The data obtained were presented in percentage,
average value and tables form.
The results research from 5 public health center Kabupate Padang Lawas
showed that of 235 patients who suffered most diarrhea was male (63.83%) and at
the age of infant patient< 2 years (48.51%) with an average patient of 1.28 drug
users. The most common diarrhea drug is zink (62.67%) and the most widely used
dosage from was syrup (54.67%) . The rationality of diarrhea drug use based on
Ministry of Health RI 2011 guedelines accuracy of indication (100%), accuracy of
drug (100%), accuracy of patients (99.15%) and accuracy of the doses (96.17%).
The use of diarrhea drug in pediatric in 5 public health center Kabupaten
Padang Lawas most of them are rational.

Keywords:Diarrhea,pediatric patients, evaluation of diarrhea drug use.

v
Universitas Sumatera
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT JUDUL .......................... vi

ABSTRAK .............................................................................................. vii

ABSTRACT............................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 LatarBelakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3 Hipotesis ...................................................................................... 3

1.4 TujuanPenelitian.......................................................................... 4

1.5 ManfaatPenelitian........................................................................ 4

1.6 KerangkaPenelitian ..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 6

2.1 Diare .......................................................................................... 6

2.1.1 Defenisi diare ................................................................... 6

v
Universitas Sumatera
2.1.2 Gejala dan tanda diare...................................................... 6

2.1.3 Faktor resiko diare ........................................................... 7

2.1.4 Klasifikasi diare ............................................................... 9

2.1.5 Etiologi diare.................................................................... 10

2.1.6 Patofisiologi diare ............................................................ 11

2.1.7 Pencegahan diare ............................................................. 12

2.1.8 Manifestasi klinis diare .................................................... 12

2.1.9 Dehidrasi .......................................................................... 13

2.2 Penggolongan Obat Antidiare ................................................... 14

2.2.1 Loperamid ........................................................................ 15

2.2.2 Attapulgit ......................................................................... 16

2.2.3 Zink .................................................................................. 16

2.2.4 Oralit ................................................................................ 17

2.2.5 Probiotik........................................................................... 17

2.3 Penatalaksanaan Diare ............................................................. 18

2.3.1 Pengobatan diare tanpa dehidrasi..................................... 20

2.3.2 Pengobatan diare dehidrasi ringan ................................... 21

2.3.3 Pengobatan diare dehidrasi berat ..................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 24

3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 24

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 24

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 24

3.3.1 Populasi .............................................................................. 24

3.3.2 Sampel ................................................................................ 25

i
Universitas Sumatera
3.4 Defenisi Operasional ................................................................... 26

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 27

3.5.1 Sumber Data ....................................................................... 27

3.5.2 Tehnik Pengumpulan Data ................................................. 27

3.6 Analisis Data ............................................................................... 27

3.7 Bagan Alur Penelitian ................................................................. 28

3.8 Langkah Penelitian...................................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 30

4.1 Karakteristik Pasien .................................................................... 30

4.1.1 Karateristik pasien diare berdasarkan jenis kelamin .......... 30

4.1.2 Karateristik pasien diare berdasarkan usia ......................... 31

4.1.3 Jenis pembiayaan pasien .................................................... 32

4.2 Karakteristik Terapi .................................................................... 33

4.2.1 Penggunaan obat diare ....................................................... 33

4.2.2 Penggunaan obat diare berdasarkan kombinasi ................. 34

4.2.3 Penggunaan obat diare berdasarkan bentuk sediaan .......... 35

4.3 Evaluasi Penggunaan Obat Diare................................................ 36

4.3.1 Tepat indikasi ..................................................................... 37

4.3.2 Tepat obat........................................................................... 38

4.3.3 Tepat pasien ....................................................................... 40

4.3.4 Tepat dosis ......................................................................... 41

4.3.5 Kerasionalan penggunaan obat diare ................................. 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 44

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 44

x
Universitas Sumatera
5.2 Saran............................................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 45

LAMPIRAN............................................................................................ 48

x
Universitas Sumatera
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Derajat Dehidrasi ......................................................... 14

2.2 Jumlah Cairan Untuk Pasien Tanpa Dehidrasi............................... 20

2.3 Jumlah Cairan Untuk Pasien Ringan Sampai Sedang ................... 22

2.4 Jumlah Cairan Untuk Pasien Dehidrasi Berat ................................ 22

4.1 Penggunaan Obat Diare BerdasarkanJenisKelamin ....................... 30

4.2 Penggunaan Obat Diare BerdasarkanUsia ..................................... 32

4.3 Jenis Pembiayaan Pasien ................................................................ 33

4.4 Distribusi Penggunaan Obat Diare ................................................. 33

4.5 Distribusi Penggunaan Obat Diare Berdasarkan Kombinasi ......... 35

4.6 Penggunaan Obat Diare Berdasarkan Bentuk Sediaan................... 36

4.7 Penggunaan Obat Diare Berdasarkan Tepat Indikasi..................... 37

4.8 Penggunaan Obat Diare Berdasarkan Tepat Obat .......................... 39

4.9 Penggunaan Obat Diare Berdasarkan Tepat Pasien ....................... 40

4.10 Penggunaan Obat Diare Berdasarkan Tepat Dosis ........................ 41

4.11 Evaluasi Ketepatan Obat Diare ...................................................... 42

4.12 Kerasionalan Obat Diare ................................................................ 43

x
Universitas Sumatera
DAFTAR GAMBAR

GambarHalaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian ......................................................... 5

3.1 Bagan Alur Penelitian ................................................................ 28

x
Universitas Sumatera
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penggunaan Obat Diare Puskesmas Sibuhuan 48

2. Data Penggunaan Obat Diare Puskesmas Tanjung Botung 55

3. Data Penggunaan Obat Diare Puskesmas Paringgonan 57

4. Data Penggunaan Obat Diare Puskesmas Ujung Batu 59

5. Data Penggunaan Obat Diare Puskesmas Latong 61

6. Surat Permohonan Izin Penelitian 66

7. Surat Balasan Izin Penelitian 67

8. Surat Izin Selesai Penelitian 68

x
Universitas Sumatera
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Sampai saat ini penyakit diare atau sering juga disebut Gastroenteritis,

masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat Indonesia.

Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/Balai Pengobatan, penyakit

diare hampir selalu termasuk ke dalam 3 kelompok penyebab utama bagi

masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas. Angka kesakitan adalah sekitar 200-

400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiaap tahunnya. Dengan demikian di

Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap

tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah 5 tahun

(± 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu

kejadiaan diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan mengalami dehidrasi dan

kalau tidak segera ditolong 50-60 % di antaranya dapat meninggal. Hal ini yang

menyebabkan sejumlah 350.000-500.000 anak dibawah lima tahun meninggal

setiap tahunnya (Suharyono, 2008).

Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau

dalamkonsistensi cair dengan frekwensi yang meningkat, umumnya frekwensi > 3

kali/ hari, ataudengan perkiraan volume tinja > 200 gr/hari (Soebagyo, 2008).

Durasi diare sangat menentukan diagnosis, diare akut jika durasinya kurang dari 2

minggu, diare persistent jikadurasinya antara 2-4 minggu, dan diare kronis jika

durasi lebih dari 4 minggu. Dalam Riskesdas 2007 prevalensi diare lebih banyak

di perdesaan dibandingkan perkotaan, yaitus ebesar 10% di perdesaan dan 7,4 %

1
Universitas Sumatera
di perkotaan. Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan rendah dan

bekerja sebagai petani/nelayan dan buruh (Agtini, 2011).

Pada tahun 2014, dari 33 kabupaten/kota yang ada, penemuan dan

penanganan diare tertinggi di 3 (tiga) Kabupaten yang melebihi perkiraan kasus

yaitu Padang Lawas (476%), Sibolga (170%) dan Labuhan Batu Utara (163%).

Penemuan dan penanganan kasus diare terendah di Kabupaten Nias Barat dan

Kota Padang Sidempuan (nol kasus dan Kabupaten Nias Utara sebesar 6%

(Dinkes, 2014).

Lima langkah tuntaskan diare menurut Depkes RI (2011) : 1. Berikan Oralit,

2. Berikan Zink selama 10 hari berturut turut, 3. Teruskan ASI-makan, 4. Berikan

Antibiotik Secara Selektif, 5.Berikan nasihat pada ibu/keluarga. Pemberian zink

sangat dianjurkan dalam penanganan diare, zink merupakan salah satu zat gizi

mikro yangpenting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zink yang ada dalam

tubuh akan menurun dalamjumlah besar ketika anak mengalami diare.

Untukmenggantikan zink yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zink

yang akan membantupenyembuhan diare serta menjaga agar anak tetapsehat.

Pemberian zink dengan dosis kurang dapat menyebabkan terapi tidak

optimal, sedangkan pada dosis lebih dapat menyebabkan muntah, demam, anemia

dan gangguan reproduksi (Agustian et al, 2009).

Upaya pencegahan diare lainnya yaitu memberikan ASI, memperbaiki

makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih, mencuci tangan, membuang

tinja bayi dengan benar, mencuci botol susu dengan benar dan memberikan

imunisasi campak karena pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya

diare yang lebih berat (Depkes, 2010).

2
Universitas Sumatera
Tata laksana diare dari tahun ke tahun diketahuibahwa pengetahuan petugas

puskesmas dalam tata laksana diare masih rendah. Oralit danzink belum

seluruhnya diberikan pada penderita diare (Agtini, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan

evaluasi penggunaan obat diare pada pasien pediatrik di 5 puskesmas Kabupaten

Padang Lawas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah

penelitian adalah:

a. Apaka jenis obat diare yang paling sering diresepkan pada pasien

pediatrik di 5 puskesmas Kabupaten Padang Lawas periode Januari-Juli

2017?

b. Apakah penggunaan obat diare pada pasien pediatrik di 5 puskesmas

Kabupaten Padang Lawas periode Januari-Juli 2017sudah rasional

berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan obat, dan

ketepatan dosis?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

a. Jenis obat diare yang paling sering diresepkan pada pasien pediatrik di 5

Puskesmas Kabupaten Padang Lawasperiode Januari-Juli 2017 adalah

zink.

3
Universitas Sumatera
b. Penggunaan obat diare pada pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten

Padang Lawas periode Januari-Juli 2017 sudah tepat indikasi, tepat

pasien, tepat obat dan tepat dosis.

1.4 TujuanPenelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, maka tujuan penelitian ini untuk:

a. Mengetahui gambaran jenis obat diare yang paling sering diresepkan

pada pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas periode

Januari-Juli 2017.

b. Mengevaluasi rasionalitas penggunaan obat diare pada pasien pediatrik

di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas periode Januari-Juli 2017

berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan obat, dan

ketepatan dosis.

1.5 ManfaatPenelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Untuk peneliti, dapat menambah pengetahuan peneliti tentang rasionalitas

penggunaan obat diare.

b. Untuk masyarakat, dapat memperoleh gambaran rasionalitas penggunaan

obat diare pada pasien pediatrik.

c. Untuk Puskesmas, diharapkan dari hasil penelitian dapat digunakan untuk

bahan evaluasi mengenai pelaksanaan penggunaan obat diare pada

pengobatan diare pediatrik dalam praktik di 5 puskesmas tersebut.

4
Universitas Sumatera
1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang kerasionalan berdasarkan ketepatan

penggunaan obat diare yang diterima pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten

Padang Lawas periode Januari-Juli 2017. Dalam penelitian ini obat diare yang

tercatat dalam rekam medik pasien pediatrik merupakan parameter dan

rasionalitas berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan obat dan

ketepatan dosis sebagai variabel pengamatan. Hubungan kedua variabel tersebut

digambarkan dalam kerangka pikir penelitian seperti di tunjukkan pada Gambar

1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat


KarakteristikPasien: Pola Penggunaan Obat Diare
Jenis Kelamin
Umur
Jenis Pembiayaan Karateristikterapi:
Jenis Obat
Bentuk Sediaan Rasionalitas Penggunaan Obat Diare
Penggunaan Obat

Kriteria Kerasionalan :

Tepat Indikasi
Tepat Pasien
Tepat Obat
Tepat Dosis

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

5
Universitas Sumatera
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare

Diare berasal dari bahasa Yunani dan Latin, dia artinya melewati dan

rheein yang berarti mengalir. Diare adalah keadaan ketika frekuensi buang air

besar lebih dari tiga kali sehari pada anak dengan konsistensi tinja encer, dapat

berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir (Suraatmaja,

2005).

2.1.1. Defenisi Diare

Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau

dalam konsistensi cair dengan frekwensi yang meningkat, umumnya frekwensi >

3 kali/hari, atau dengan perkiraan volume tinja >200 gr/hari (Soebagyo, 2008).

Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal

(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Nelson dkk, 2000).

Depkes RI (2011) mendefenisikan diare sebaga suatu kondisi dimana seseorang

buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja

dan frekuensinya lebih sering ( biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

2.1.2 Gejala dan Tanda Diare

Beberapa gejala dan tanda diare antara lain:

1. Gejala umum

a. Buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan sering.

b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.

6
Universitas Sumatera
c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis.

2.Gejala spesifik

a. Vibrio cholera: yaitu diare hebat dan berbau amis.

b. Disentriform: tinja berlendir dan berdarah (Widoyono, 2011).

2.1.3 Faktor Resiko Diare

a. Faktor Gizi

Berat dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi panderita dan

diare yang diderita oleh anak dengan kekurangan gizi lebih berat jika

dibandingkan dengan anak yang status gizinya baik karena anak dengan status

gizi kurang keluaran cairan dan tinja lebih banyak sehingga anak akan menderita

dehidrasi berat. Menurut Suharyono (1986), bayi dan balita yang kekurangan gizi,

sebagian besarnya meninggal karena diare. Hal ini dapat disebabkan karena

dehidrasi dan malnutrisi.

b. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh langsung terhadap

faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan anak yang mudah menderita diare

berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah

yang buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih yang memenuhi persyaratan

kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang

tidak menguntungkan. Karena itu edukasi dan perbaikan ekonomi sangat berperan

dalam pencegahan dan penanggulangan diare (Suharyono, 2008).

7
Universitas Sumatera
c. Faktor Pendidikan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Erial, B. et al, (1994), ditemukan

bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP ke atas mempunyai

kemungkinan 1,6 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita

dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah

(Simatupang, 2004).

d. Faktor Pekerjaan

Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta rata-rata

mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja

sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat

pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya

diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar

dengan penyakit diare (Simatupang, 2004).

e. Faktor Umur Balita

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Hasil analisa

lanjut SDKI (1995) didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan mempunyai resiko

terjadi diare 2,23 kali dibandingkan anak umur 25-59 bulan (Simatupang, 2004).

f. Faktor ASI

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu bayi baru lahir sampai usia 6

bulan, tanpa diberikan makanan tambahan lainnya. Brotowasisto (1997),

menyebutkan bahwa insiden diare meningkat pada saat anak untuk pertama kali

mengenal makanan tambahan dan makin lama makin meningkat. Pemberian ASI

penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali dari pada bayi dengan ASI

disertai susu botol. Bayi dengan susu botol sahaja akan mempunyai resiko diare

8
Universitas Sumatera
lebih besar dan bahkan 30 kali lebih banyak daripada bayi dengan ASI penuh

(Agtini, 2011).

g. Faktor Jamban

Resiko kejadian diare lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai

fasilitas jamban keluarga dan penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan

resiko kemungkinan terjadinya diare. Berkaitan dengan personal hygiene dari

masyarakat yang ditunjang dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan

pencemaran lingkungan sekitarnya dan terutama di daerah-daerah dimana air

merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat (Simatupang,

2004).

2.1.4 Klasifikasi Diare

Menurut Depkes RI (2000), diare dibagi menjadi empat jenis yaitu:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi

merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah

anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya

komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-

menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme.

d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan

diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam,

gangguan gizi atau penyakit lainnya.

9
Universitas Sumatera
Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1. Lama waktu diare

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan

menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005)

diare akut didefinisikan sebagai bentuk tinja yang cair dan lembek dengan

jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari, dan

akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

b. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

2. Ada tidaknya infeksi

a. Diare spesifik, yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,

atau parasit.

b. Diare non spesifik, yaitu diare yang disebabkan oleh makanan, minuman,

stres dan lainnya.

2.1.5 Etiologi Diare

Rotavirus merupakan penyebab utama diare dengan dehidrasi berat pada

anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia. Rotavirus adalah virus RNA (Ribonucleic

Acid) yang tergolong dalam famili Reoviridae. Penularan rotavirus terjadi melalui

faecal-oral. Rotavirus akan menginfeksi dan merusak sel-sel yang membatasi

usus halus dan menyebabkan diare cair akut dengan masa inkubasi 24-72 jam.

Gejala yang timbul bervariasi dari ringan sampai berat, didahului oleh muntah-

muntah yang diikuti 4-8 hari diare hebat yang dapat menyebabkan dehidrasi berat

dan berujung pada kematian (Kemenkes RI, 2011).

Sebagian besar pasien yang dirawat inap di rumah sakit akibat infeksi

rotavirus. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri patogen

1
Universitas Sumatera
yang juga paling sering menyebabkan diare. Mikroorganisme Giardia lambliadan

Cryptosporodium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare

infeksi akut. Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk

virus. Virus ini lebih banyak pada kasus orang dewasa dibandingkan anak- anak

(Suharyono, 2008).

2.1.6 Patofisiologi Diare

Menurut Sudoyo (2010) diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih

patofisiologi sebagai berikut :

a. Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik.

b. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik.

c. Malabsorbsi asam empedu.

d. Defek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.

e. Motilitas dan waktu transport usus abnormal.

f. Gangguan permeabilitas usus.

g. Inflamasi dinding usus disebut diare inflamatorik.

h. Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.

Diare Osmotik, diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik

intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang

hiperosmotik.

Diare sekretorik, diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air

dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Penyebab diare sekretorik karena

efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholerae, atau Escherichia coli.

1
Universitas Sumatera
2.1.7 Pencegahan Diare

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain:

a. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun.

b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.

c. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang

cukup.

d. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air

besar.

e. Buang air besar di jamban.

f. Membuang tinja bayi dengan benar.

g. Memberikan imunisasi campak (Depkes RI., 2011).

2.1.8 Manifestasi Klinis Diare

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan:

a. Dehidrasi (kekurangan cairan).

Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi

ringan, sedang, atau berat.

b. Gangguan sirkulasi.

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat.

Jika kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat dan pasien dapat mengalami

syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume darah

(hipovolemia).

1
Universitas Sumatera
c. Gangguan asam-basa (asidosis).

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam

tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernapas cepat untuk membantu

meningkatkan pH arteri.

d. Hipoglikemia(kadar gula darah rendah).

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi

(kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti

belum diketahui, kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik

dan air masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga terjadi edema otak yang

mengakibatkan koma.

e. Gangguan gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang

berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan,

serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)

(Widoyono, 2011).

2.1.9 Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu kondisi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh.

Pada diare sering kali disertai muntah-muntah, tubuh kehilangan banyak air dan

garam-garamnya, terutama natrium dan kalium. Hal ini mengakibatkan tubuh

kekeringan (dehidrasi), kekurangan kalium (hipoglikemia) dan adakalanya

acidosis (darah menjadi asam). Dan tidak jarang berakhir dengan shock kematian

(Tjay dan Rahardja, 2007).

1
Universitas Sumatera
Derajat dehidrasi akibat diare dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa

bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih mau

makan dan minum seperti biasa.

b. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata

sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubit.

c. Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan

kulit turgor kembali lambat, napas cepat, anak terlihat lemah (Widoyono,

2011).

Tabel 2.1 Klasifikasi drajat rehidrasi menurut Departemen Kesehatan RI 2011

Gejala/derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare dehidrasi


dehidrasi dehidrasi Ringan/Sedang Berat
Bila terdapat dua Bila terdapat dua Bila terdapat dua
tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu,
lunglai/tidak
sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung

Keinginan untuk Normal, tidak Ingin minum terus, Malas minum


ada rasa haus ada rasa haus
minum

Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat


lambat

2.2 Penggolongan Obat Antidiare

Kelompok obat yang digunakan pada diare adalah sebagai berikut (Tjai,

2002).

a. Kemoterapeutika untuk terapi kausal, yairu memberantas bakteri penyebab

diare seperti antibiotik, sulfonamida, kuinolon, dan furazolidon.

1
Universitas Sumatera
b. Obtipansia untuk terapi sintomatis yang dapat menghentikan diare dengan

beberapa cara, yaitu :

1. Antimotilitas, zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak

waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Candu dan

alkaloidnya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan loperamid) dan

antikolinergika (atropin ekstrak Belladonna).

2. Adstrigensia, yang menciutkan selaput lendir usus misalnya asam samak

(tanin dan tanalbumin), garam-garam bismuth dan aluminium.

3. Adsorbensia, menyerap zat-zat beracun (toksik) yang dihasilkan oleh

bakteri, misalnya karbon aktif, silikondioksida koloida, dan kaolin.

c. Spasmolitika, yaitu obat-obat yang dapat menurangi kejang-kejang otot yang

sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare. Misalnya papaverin dan

oksilasifenonium (Tjay, 2002).

2.2.1 Loperamid

Loperamid adalah opoid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus,

karena tidak menembus ke dalam otak. Oleh karena itu, loperamid hanya

mempunyai sedikit efek sentral dan tidak mungkin menyebabkan ketergantungan

(Neal, 2005).

Loperamid (imodium) memiliki kesamaan mengenai rumus kimianya

dengan opiad petidin dan berkhasiat obtipasi kuat dengan mengurangi peristaltik.

Berbeda dengan petidin, loperamid tidak bekeja terhadap SSP (Sistem Saraf

Pusat), sehingga tidak mengakibatkan ketergantungan. Zat ini mampu

memulihkan sel-sel yang berbeda dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi

normal kembali (Tjay, 2002).

1
Universitas Sumatera
Seperti difenoksilat, mekanisme kerja loperamid adalah dengan

menghambat motilitas saluran pencernaan dan mempengaruhi otot sirkular dan

longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek

konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Obat

ini sama efeknya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare kronik (Tjay, 2002).

2.2.2 Attapulgit

Attapulgit merupakan suatu zat dengan kapasitas absorpsi yang telah

diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya.

Attapulgit menyerap gas-gas beracun, zat yang merangsang, endotoxin, bakteri

dan toksin dalam jumlah besar sekaligus mengurangi pengeluaran air, attapulgit

mengurangi pergerakan usus, dan meredakan kram perut yang berkaitan dengan

diare. Selain itu Attapulgit melapisi selaput lendir di ussu yang meradang dan

menyerap bagian-bagian berair sehingga menormalkan pembentukan tinja (Tjay,

2002).

2.2.3 Zink

Zink yaitu mikronutrien yang dapat mempercepat regenerasi sel-sel yang

rusak sehingga dapat mempercepat penyakit diare.

Mekanisme kerja zink pada diare akut yaitu zink mempunyai efek terhadap

eritrosit dan sel-sel imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada diare. Zink

terutama bekerja pada kecepatan turnover yang tinggi seperti saluran cerna dan

sistem imun dimana zink dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein (M hatta,

2011).

1
Universitas Sumatera
2.2.4 Oralit

Kalium klorida 0,3 g (1,5g), natrium klorida 0,7 g(3,5g), natrium bikarbonat 0,5g

(2,5g), glukosa anhidrat 4g(20g). Tiap kantong serbuk 200 ml (1000 ml).

Indikasi : mencegah dan mengobati dehidrasi pada waktu muntaber, diare dan

kolera

Kontra indikasi : Obstruksi atau perforasi usus

Perhatian : pakailah seperlunya sampai dehidrasi teratasi

Dosis : sesuai keadaan untuk anak dibawah 1 tahun 2 jam pertama 2 gelas larutan

selanjutnya setengah gelas setiap buang air besar. Anak 1-5 tahun 2 jam pertama 4

gelas larutan selanjutnya 1 gelas setiap buang air besar. Anak diatas 5 tahun dan

dewasa: 2 jam pertama 6 gelas selanjutnya 2 gelas setiap buang air besar ( ISO,

2008).

2.2.5 Probiotik

Pangan probiotik merupakan makanan atau minuman yang mengandung

sejumlah bakteri hidup yang menguntungkan kesehatan. Pangan probiotik antara

lain produk susu fermentasi oleh bakteri asam laktat (Lactobacilli dan

bifidobacterium). Contoh pangan probiotik yaitu yogurt, yakult, kafir dan dadih (

Endrikawidyastuti, 2011).

Mekanisme probitotik hingga dapat meningkatkan kesehatan

a. Produksi senyawa mikroba

(khususnya pathogen) seperti asam laktat, asam asetat, karbondioksida, H202,

bakteriosin, reuterin dan senyawa penghambat bakteri pathogen lainnya.

b. Unggul dalam kompetisi penyerapan nutrient dan sisi penempelan pada sel

epitel usus.

1
Universitas Sumatera
c. Menstimulasi sistem imunitas dan mampu mengubah aktivitas metabolisme

dalam saluran pencernaan, maka bakteri asam laktat sering digunakan sebagai

probiotik komersial (Endrikawidyastuti, 2011).

2.3 Penatalaksanaan Diare

Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana

Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Apoteker

Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai

diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi

dalam penatalaksanaan diare, memperbaiki ondisi usus dan menghentikan diare

juga menjai cara untuk menobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan

menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita

anak balita baik yang dirawat dirumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,

yaitu (Juffrie dkk, 2015).

1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru

Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.

Oralit baru adalah oralit dengan osmolaritas rendah. Keamanan oralit ini sama

dengan oralit yang selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik

daripada oralit formula lama. Oralit baru ini juga dapat mengurangi pengeluaran

tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30% (Juffrie dkk,

2015).

2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zink mengurangi lama dan beratnya diare, dan dapar mengembalikan nafsu

makan anak. Zink termasuk mironutrien yang mutlak dibutuhkan untuk

1
Universitas Sumatera
memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari

segi fisiologis, zink berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel (Juffrie dkk,

2015).

Penggunann zink dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya

terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap

proses perbaikan epitel saluran cerna selama selama diare. Pemberian zink dapat

menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan

resiko dehidrasi pada anak.

Dosis zink untuk anak-anak:

Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (½ tablet) per hari

Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg( 1 tablet) per hari

Zink diberikan 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.

3. ASI dan makanan tetap diteruskan

Asi dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama

pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti

nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya

perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan (Juffrie dkk, 2015).

4. Antibiotik selektif

Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau

kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang

lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium

difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu,

pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman

1
Universitas Sumatera
terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu (Juffrie

dkk, 2015).

5. Nasehat kepada orang tua

Berikan nasehat kepada ibu, untuk segera kembali jika demam, tinja

berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering,

atau belum membaik dalam 3 hari (Juffrie dkk, 2015).

2.3.1 Pengobatan Diare Tanpa Dehidrasi

Berdasarkan WHO (2005), terapi tanpa dehidrasi yaitu dengan

memberikan terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi. Ada

beberapa peraturan yaitu:

a. Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya

Cairan digunakan untuk mencegah dehidrasi. Cairan yang diberikan

adalah cairan yang mengandung garam (oralit), dapat juga diberikan air bersih

yang matang.

Tabel 2.2 Jumlah cairan yang harus diberi sesuai umur pada pengobatan diare
tanpa dehidrasi menurut WHO 2005.
Umur (tahun) Jumlah cairan yang harus diberikan
<2 50-100 ml cairan
2-10 100-200 ml
>10 >200 atau sebanyak yang mereka mau

b. Memberikan zink (10-20 mg) pada anak, setiap hari selama 10-14 hari.

Zink dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya

tersedia dan terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare,

durasi dan tingkat keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang.

Dengan pemberian zinc selama 10 sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare

2
Universitas Sumatera
dapat diganti sepenuhnya dan mencegah risiko terulangnya kembali diare pada

anak dalam 2 sampai 3 bulan kedepan.

c. Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurang gizi.

Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama

dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat. Bayi di segala usia yang masi

disusui harus tetap diberi kesempatan untuk menerima ASI sesering dan selama

yang mereka inginkan. Bayi yang tidak disusui lagi harus diberikan susu biasa

beserta makanan (atau susu formula) sekurang-kurangnya setiap tiga jam. Bayi

dibawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan

ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya kebutuhan

minum ASI, maka makanan penyerta harus diturunkan. Berikan anak makanan

setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari).

d. Membawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau

masalah lainnya.

Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak mengalami

buang air besar cair sering terjadi, muntah berulang ulang, sangat haus, makan

atau minum sedikit, demam, demam berdarah, anak tidak membaik dalam tiga

hari.

2.3.2 Pengobatan Diare Dehidrasi Ringan Sampai Sedang

Berdasarkan WHO 2005 terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan

dehidrasi ringan-sedang. Jika berat badan anak diketahui, maka yangharus

digunakan untuk menentukan jumlah larutan yang tepat, Oralit yang diberikan =

berat bdan (kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka

penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak, seperti tabel berikut:

2
Universitas Sumatera
Tabel 2.3 Jumlah cairan yang harus diberikan dalam 4 jam pertama pada
pengobatan diare dehidrasi ringan sampai sedang.
Jumlah cairan yang harus diberikan dalam 4 jam pertama
Usia < dari 4 4-11 12-13 2- 4 5-14 >15
bulan bulan bulan tahun tahun tahun
Berat < dari 5 5-7,9 kg 8-10,9
11-15,9 16-29,9 30 kg
badan kg kg kg kg
Jumlah 200-400400-600 600-800 800- 1200- 2200-
(ml) 1200 2200 4000
Anak yang masih memiliki tanda-tanda menunjukkan dehidrasi ringan-

sedang diteruskan dengan terapi rehidrasi oral dengan mengulangi rencana terapi

B, pada saat yang sama, mulai pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti

yang dijelaskan dalam rencana terapi A, dan terus evaluasi kembali anak. Jika

tanda-tanda dehidrasi telah hilang (turgor kulit normal, tidak haus, anak berkemih,

dan anak menjadi tenang dan tidur) maka disimpulkan rehidrasi telah tercapai.

Pemberian zink pada rencana terapi B dapat diberikan sesuai dengan rencana

terapi A. Kecuali ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam pertama

rehidrasi, namun anak-anak yang terus dalam rencana terapi B lebih dari empat

jam harus diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan dalam

rencana terapi A (WHO, 2005).

2.3.3 Pengobatan Dehidrasi Berat

Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi

intravena cepat, mengikuti rencana C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah

sakit.

Tabel 2.4 Jumlah cairan secara intravena untuk pasien dengan dehidrasi berat.
Umur Pemberian pertama 30 Pemberian selanjutnya 70
mL/kg selama: mL/kg selama:
<12 bulan 1 jam 5 jam
>12 bulan 30 menit 2 ½ jam

2
Universitas Sumatera
Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun sedikit, harus diberikan

oralit per oral sampai infus berjalan, setelah anak dapat minum tanpa kesulitan,

semua anak harus menerima oralit (5 ml/kg/jam) dalam waktu 3-4 jam (untuk

bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang lebih tua) (WHO., 2005).

Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut arteri radialis

teraba kuat. Setelah itu, pasien harus dievaluasi ulang setiap 1 jam untuk

memastikan bahwa hidrasi meningkat. Jika tidak, maka infus harus diberikan

lebih cepat. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), evaluasi penderita

menggunakan Tabel 2.1 kemudian pilihlah rencana terapi sesuai (A, B, C) untuk

melanjutkan terapi (WHO, 2005).

2
Universitas Sumatera
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan

secara objektif, pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu suatu

penelitian yang mengkaji informasi atau mengambil data yang telah lalu

(Budiarto, E., 2002).

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari- Juli 2017. Lokasi penelitian

ini dilakukan di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas. 5 Puskesmas tersebut

dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa penduduk yang lebih banyak di sekitar

puskesmas tersebut dan belum pernah dilakukan penelitian tentang evaluasi

penggunaan obat diare pada pasien pediatrik penderita diare di 5 Puskesmas

tersebut dan dengan pertimbangan bahwa kasus diare termasuk dalam 10 penyakit

terbesar di Puskesmas.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki

karakteristik sama . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data pengobatan

atau data rekam medis pasien pediatrik yang didiagnosis penyakit diare dan

2
Universitas Sumatera
menjalani pengobatan di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas pada periode

waktu Januari s/d Juni 2017.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Sampel yang dipilih pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak

memenuhi kriteria eksklusi.

a. Kriteria inklusi adalah:

Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum yang dapat diikutsertakan ke

dalam penelitian. Adapun yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah seluruh rekam medik pasien pediatrik penderita diare dengan atau tanpa

penyakit penyerta yang mengandung obat diare yang diberikan kepada pasien

pediatrik penderita diare yang berusia 0-18 tahun di 5 Puskesmas Kabupaten

Padang Lawas Periode Januari s/d Juli 2017.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak

dapat diikutsertakan. Adapun yang menjadi kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah:

1. Data rekam medis pasien pediatrik yang tidak mengandung obat diare di 5

Puskesmas Kabupaten Padang Lawas.

2. Data rekam medis pasien diare di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas

yang tidak terbaca dan tidak lengkap (tidak memuat informasi dasar yang

dibutuhkan dalam penelitian).

2
Universitas Sumatera
3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi

(buang air besar) lebih dari biasanya (≥3 kali/ hari) disertai perubahan tinja

(menjadi cair), dengan/ tanpa darah dan dengan/ tanpa lendir : (Agtini, 2011).

b. Pasien pediatrik adalah pasien yang berusia 0 – 18 tahun : (WHO, 2007).

c. Obat Diare adalah obat-obat yang digunakan untuk menanggulangi atau

mengobati penyakit diare yang disebabkan virus.

d. Rasionalitas penggunaan obat diare berdasarkan tepat indikasi, tepat pasien,

tepat obat, dan tepat dosis pada pasien pediatrik penderita diare.

e. Tepat indikasi adalah obat diare yang diberikan sesuai dengan hasil diagnosis

pasien (WHO, 2005).

f. Tepat pasien adalah obat diare yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien

(Anonim 2016 dan Elin 2008).

g. Tepat obat adalah obat diare yang diberikan sesuai dengan indikasi medis

pasien (Depkes RI 2011 dan WHO 2005)

h. Tepat dosis adalah obat diare yang diberikan sesuai dengan takaran kepada

pasien yang dapat memberikan efek farmakologis yang diinginkan (Depkes RI

20011 dan Anonim 2016).

2
Universitas Sumatera
3.5 Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kertas pengumpulan data.

3.5.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data-data dari rekam medik pasien

diare pada pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas pada Januari s/d

Juli 2017.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan rekam medik pasien

pediatrik penderita diare di 5 puskesmas Kabupaten Padang Lawas tahun 2017.

Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

a. Mengelompokkan data rekam medik berdasarkan kriteria inklusi.

b. Mengelompokkan identitas, pengobatan obat diare yang diberikan, data

klinis dari pasien.

c. Mengidentifikasi rasionalitas penggunaan obat diare pada pasien pediatrik

penderita diare berdasarkan studi literatur Kemenkes RI, 2011.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan menggunakan

program Microsoft Excel, kemudian disajikan dalam persentase, nilai rata-rata dan

tabel.

2
Universitas Sumatera
3.7 Bagan Alur Penelitian

Adapun gambaran mengenai pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada

gambar berikut :

Rekam Medik Pasien

Pengelompokan data berdasarkan kriteria inklusi

Identifikasi Rasionalitas, meliputi :


a. Penentuan tepat indikasi
b. Penentuan tepat pasien
c. Penentuan tepat obat
Analisis Data
d. Penentuan tepatKesimpulan
Penarikan dosis

Gambar 3.1 Gambar Pelaksanaan penelitian


Penyajian Hasil

3.8 Langkah Penelitian

Langkah cara pengambilan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data

rekam medis pasien adalah:

a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk mendapatkan

permohonan mengeluarkan Surat Pengantar Izin Penelitian kepada Dinas

Kesehatan Kota Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas.

b. Mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

untuk melakukan penelitian di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas.

2
Universitas Sumatera
c. Menghubungi kepala Puskesmas yang bersangkutan untuk mendapatkan izin

melakukan penelitian dan pengambilan data, dengan membawa surat yang

dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas.

d. Mengumpulkan semua data rekam medis yang memenuhi kriterian inklusi dari

bulan Januari s/d Juli 2017 di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas.

e. Mendata hasil berdasarkan usia, jenis kelamin, bentuk sediaan obat, dan obat

diare.

f. Menganalisis data dan informasi yang diperoleh sehingga didapatkan

kesimpulan dari penelitian

2
Universitas Sumatera
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap evaluasi penggunaan obat diare pada

pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas periode Januari s/d Juli

2017 diperoleh pasien pediatrik yang menderita diare adalah 320 pasien. Dari 320

pasien tersebut terdapat 235 pasien yang memenuhi kriteria inklusi.

4.1 Karakteristik Pasien

Penelitian ini telah dilakukan di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas

yang dilaksanakan mulai tanggal 1 Agustus s/d 30 Agustus 2017. Dimana dari

objek penelitian tersebut diperoleh karakteristik/ demografi umum pasien

pediatrik penderita diare yang meliputi penggunaan obat diare berdasarkan jenis

kelamin, usia, terapi penggunaan obat diare, dosis, dan bentuk sediaan.

4.1.1 Persentase Pasien Pediatrik Penderita Diare Berdasarkan Jenis

Kelamin

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap evaluasi penggunaan obat

diare pada pasien pediatrik penderita diare di 5 Puskesmas Kabupaten Padang

Lawas diperoleh gambaran distribusi penggunaan obat diareuntuk pasien pediatrik

penderita diare berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi penggunaan obat diare berdasarkan jenis kelamin di 5


Puskesmas Kabupaten Padang Lawas.

No Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (%)


1 Laki – laki 150 63,83%
2 Perempuan 85 36,17%
Total 235 100%

3
Universitas Sumatera
Berdasarkan hasil penelitian dari 5 PuskesmasKabupaten Padang Lawas

dapat dilihat bahwa jumlah pasien dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak

menderita diare dibanding jenis kelamin perempuan.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan Handayani (2015) yang menunjukkan

banyaknya pasien anak laki-laki penderita diare yang dirawat di RSUD Kota

Langsa Tahun 2014 dibandingkan dengan anak perempuan.

Kemenkes (2011) menyatakan prevalensi diare sedikit lebih tinggi pada

anak laki-laki (14,8%) dibandingkan dengan anak perempuan (12,5%) dan lebih

tinggi pada balita di perdesaan (14,9%) dibandingkan dengan perkotaan (12,0%).

Secara khusus belum ada penelitian atau teori yang menunjukkan adanya

hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit diare. Diare terjadi pada anak

sebagian besar disebabkan oleh makanan yang terinfeksi kuman atau bakteri.

Makanan yang terinfeksi ini bisa saja disebabkan karena lingkungan yang kotor

atau dipegang oleh tangan yang kotor. Keadaan ini yang biasanya terjadi pada

anak laki-laki (Tan dan Rahardja, 2002).

4.1.2 Persentase Pasien Pediatrik Penderita Diare Berdasarkan Usia

Penelitian ini membagi pasien menjadi 3 kelompok usia. Pembagian ini

didasarkan pembagian umur pediatrik secara Internasional menurut World Health

Organizations dikelompokkan menjadi bayi baru lahir umur 0-28 hari (term

newborn infant), bayi dan anak kecil yang baru berjalan umur >28 hari sampai 23

bulan (infant and toddlers), anak-anak 2-11 tahun (children), dan remaja umur 12-

18 tahun (adolescent) (WHO, 2007).

3
Universitas Sumatera
Tabel 4.2 Distribusi penggunaan obat diare berdasarkan usia pasien di 5
Puskesmas Kabupaten Padang Lawas.
No Pengelompokan Umur Jumlah Pasien Persentase
1 Bayi (< 2 tahun) 114 48,51%
2 Anak (2–11 tahun) 104 44,26%
3 Remaja (12-18 tahun) 17 7,23%
Total 235 100%

Berdasarkan hasil penelitian dari 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas

diperoleh distribusi usia pasien yang paling banyak menderita diare adalah pada

bayi yaitu usia < 2 tahun dengan jumlah penderita 114 penderita, diikuti pasien

anak dengan usia 2-11 tahun jumlah penderita 104 penderita, kemudian remaja

dengan usia 12-18 tahun sebanyak 17 penderita.

Hasil penelitian ini sudah sesuai berdasarkan survei dan penelitian riset

kesehatan dasar, pasien diare tersebar disemua kelompok umur dengan prevalensi

tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-5 tahun). Hal ini mungkin disebabkan oleh

anak pada kelompok umur tersebut mulai aktif bermain dan berisiko terkena

berbagai infeksi, termasuk diare (Kemenkes RI, 2011).

Bayi dan anak-anak mudah sakit jika dibandingkan orang dewasa, anak-

anak lebih rentan terhadap penyakit karena sistem imunnya belum terbentuk

dengan sempurna. Banyak faktor yang menyebabkan anak rentan sakit, namun

penyebab terbesar adalah adanya infeksi (Triasmara, 2013).

4.1.3 Jenis Pembiayaan Pasien


Data hasil penelitian yang dilakukan terhadap evaluasi penggunaan obat

diare pada pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas periode

Januari-Juli 2017 berdasarkan jenis pembiayaan pasien dapat dilihat pada Tabel

4.3.

3
Universitas Sumatera
Tabel 4.3 Distribusi jenis pembiayaan obat diare pada pasien pediatrik di 5
Puskesmas Kabupaten Padang Lawas.

No Jenis Biaya Jumlah Persentase


1 BPJS 123 52,34%
2 UMUM 89 37,87%
3 JAMKES 23 9,79%
Total 235 100%
Keterangan : - BPJS ( Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

- JAMKES (Jaminan Kesehatan)

Berdasarkan hasil penelitian Evaluasi Penggunaan Obat Diare pada Pasien

Pediatrik periode 2017 pada 5 Puskesmas tersebut jenis pembiayaan pasien yang

paling banyak adalah BPJS dengan jumlah 123 pasien, diikuti dengan jenis

pembiayaan pasien UMUM dengan jumlah 89 pasien dan JAMKES 23 pasien.

4.2 Karakteristik Terapi

4.2.1 Persentase Penggunaan Obat Diare Pada Pasien Penderita Diare

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap evaluasi penggunaan obat

diare pada pasien pediatrik penderita diare di 5 Puskesmas Kabupaten Padang

Lawas diperoleh gambaran distribusi penggunaan obat diare untuk pasien

pediatrik berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi penggunaan obat diare pada pasien pediatrik penderita
diare di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas.
Jumlah Berdasarkan Umur
Persentase
No Nama Obat <2 2-11 12-18 Total
tahun tahun tahun
1 Zink 106 79 3 188 62,67%
2 Oralit 40 25 3 68 22,67%
3 Attapulgit 3 17 12 32 10,66%
4 Kaolin, pektin 5 5 10 3,33%
5 Loperamid 2 2 0,67%
300 100%

3
Universitas Sumatera
Berdasarkan hasil penelitian dari 5 puskesmas pada Tabel 4.4. obat diare

yang sering diresepkan dan digunakan adalahzink sebanyak 188 dengan

persentase 62,67%, diikuti dengan oralit sebanyak 68 obat 22,67%. Dan yang

paling sedikit diresepkan dan digunakan dalah loperamid sebanyak 2 obat.

Hal ini sesuai dengan WHO dan UNICEF yang sejak tahun 2004

menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian

oralit dan zink selama 10-14 hari. Hal ini di dasarkan pada penelitian selama 20

tahun (1980-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian

oralit disertai zink lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat

diare pada anak-anak sampai 40% (Depkes RI, 2011).

Cairan rehidrasi oral tersebut terbukti dapat mengatasi dehidrasi ringan

hingga sedang pada bayi dan anak-anak secara aman, efektif, relatif lebih murah,

dan mudah digunakan. Oleh karena itu, American Academy of Pediatric (APP)

dan WHO merekomendasikan cairan tersebut sebagai tindakan pertama untuk

mengatasi dehidrasi ringan (Ladinsky, et al, 2000).

Pemberian zink direkomendasikan untuk pengobatan diare selama 10-14

hari karena terbukti bahwa pemberian zink selama dan saat setelah diare dapat

menurunkan keparahan dan durasi diare, serta menurunkan kemungkinan

munculnya kembali diare pada 2-3 bulan setelahnya (Indriani & Asri, 2007).

4.2.2Distribusi Penggunaan Obat Diare Berdasarkan Kombinasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap evaluasi penggunaan obat

diare pada pasien pediatrik penderita diare di 5 Puskesmas Kabupaten Padang

Lawas diperoleh gambaran distribusi penggunaan obat diare untuk pasien

pediatrik berdasarkan kombinasi obat dapat dilihat pada Tabel 4.5.

3
Universitas Sumatera
Tabel 4.5 Distribusi penggunaan obat diare bedasarkan kombinasi pada
pasien pediatrik penderita diare di 5 Puskesmas Kabupaten Padang
Lawas.

Komposisi Nama Obat Jumlah Total Persentase


Penderita (%)
Zink 141 60
Oralit 19 8,1
Tunggal Attapulgit 23 190 9,8
Kaolin, pektin 5 2,13
Loperamid 2 0,85
Zink + Oralit 32 13,61
Attapulgit+ 2 0,85
Oralit
Kombinasi 2 Attapulgit + 3 1,27
40
Obat Diare Zink
Zink+ 3 1,27
Kaolin,pektin
Attapulgit + 3 1.27
Kombinasi 3 Oralit +Zink
5
Obat Diare Kaolin,Pektin + 2 0,85
Zink +Oralit
Total 235 100

Hal ini sesuai dengan rekomendasi WHO dan UNICEF mengenai

penatalaksanaan diare pada anak, yaitu dengan menambahkan suplemen zink pada

terapi rehidrasi oral. Pemberian zink direkomendasikan untuk pengobatan diare

selama 10-14 hari karena terbukti bahwa pemberian zink selama dan sesaat

setelah diare dapat menurunkan tingkat keparahan dan durasi diare, serta

menurunkan kemungkinan munculnya kembali diare pada 2-3 bulan setelahnya

(Ulfa, 2012).

4.2.3 Persentase Penggunaan Obat Diare Pada Pasien Berdasarkan Bentuk

Sediaan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap evaluasi penggunaan obat

diare pada pasien pediatrik penderita diare di 5 Puskesmas Kabupaten Padang

Lawas diperoleh gambaran distribusi penggunaan obat diare untuk pasien

3
Universitas Sumatera
pediatrik berdasarkan bentuk sediaan obat diare adalah mayoritas obat yang

digunakan dalam bentuk sirup, serbuk dan tablet. Untuk lebih lengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi penggunaan obat diare pada pasien pediatrik


berdasarkan bentuk sediaan di 5 Puskesmas Kabupaten Padang
Lawas.

Jumlah berdasarkan Umur


Bentuk
No <2 2-11 12-18 Total Persentase
Sediaan tahun tahun tahun
1 Sirup 94 70 164 54,67%
2 Serbuk 49 29 4 82 27,33%
3 Tablet 11 28 15 54 18%
Total 300 100%

Berdasarkan hasil penelitian dari 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas

pada Tabel 3.4. bentuk sediaan yang paling banyak digunakan adalah obat diare

dalam bentuksirup sebanyak 164 dengan persen 54,67%, dan diikuti dalam bentuk

serbuk 82 dengan pesen 27,33%.

Hal ini sesuai dalam penggunaan obat berdasarkan umur, dimana

kebanyakan anak-anak lebih menyukai obat dalam bentuk sediaan sirup yang

lebih mudah ditelan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya secara oral dan

dosisnya mudah diatur (Jas, 2007).

4.3 Evaluasi Penggunaan Obat Diare

Penggunaan obat diare yang rasional pada penelitian ini adalah didasarkan

pada 4 kategori, yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan berikut ini adalah data evaluasi

penggunaan obat diare pada pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten Padang

Lawas Periode Januari 2017 s/d Juli 2017.

3
Universitas Sumatera
4.3.1 Tepat Indikasi

Tepat indikasi yaitu pemberian obat yang sesuai dengan indikasi penyakit

(Depkes, 2008).Penggunaan suatu obat diare dikatakan tepat indikasi apabila

penggunaan obat diare tersebut diindikasikan untuk pasien yang memiliki gejala

diare. Kasus yang dinyatakan tidak tepat indikasi adalah pasien yang diberikan

obat tidak sesuai dengan diagnosa.

Tabel 4.7 Data Evaluasi Penggunaan Obat Diare Pada Pasien Pediatrikdi 5
Puskesmas Kabupaten Padang Lawas Periode Januari 2017 s/d Juli
2017 Berdasarkan Kategori Tepat Indikasi.

Kategori Persentasi (%)


No Nama Obat Tepat TT Tepat
TT Indikasi
Indikasi Indikasi Indikasi
1 Zink 188 - 100% -
2 Oralit 68 - 100% -
3 Attapulgit 32 - 100% -
4 Kaolin, Pektin 10 - 100% -
5 Loperamid 2 - 100% -

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap evaluasi penggunaan obat

diare pada pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas Periode

Januari-Juli 2017 diperoleh bahwa penggunaan obat diare yang paling banyak

digunakan di 5 Puskesmas tersebut adalah zink dengan jumlah obat 188

obat,pemberian zink dapat mengurangi frekuensi buang air besar dan volume

tinja(World Gastroenterology Organisation, 2012), sehingga zink yang diberikan

kepada pasien pediatrik yang menderita diare dinyatakan tepat indikasi. Oralit

sebanyak 68 obat, cairan rehidrasi oral tesebut terbukti dapat mengatasi dehidrasi

ringan hingga sedang pada bayi dan anak-anak secara aman, efektif, relatif lebih

murah, dan mudah digunakan. Oleh karena itu, American Academy of Pediatric

(AAP) dan WHO merekomendasikan cairan tersebut sebagai tindakan pertama

3
Universitas Sumatera
untuk mengatasi dehidrasi ringan (Ladinsky, et al, 2000) sehingga oralit

dinyatakan tepat indikasi. Attapulgit 32 obat, kaolin pektin 10 obat dan loperamid

2 obat. Attapulgit, kaolin pektin dan loperamid juga dinyatakan tepat indikasi

karena merupakan terapi yang digunakan untuk diare (Anonim, 2016). Distribusi

penggunaan obat diare pada pasien pediatrik tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7

di atas.

Zink merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.

Dimana ekskresi enzim meningkat selama diare dan meningkatkan hipersekresi

epitel usus. Zink juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian zink selama

diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi

frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja serta menurunkan

kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Nur, 2015).

4.3.2 Tepat Obat

Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit dan

merupakan drug of choice (Depkes RI, 2008).Pemilihan obat yang tepat, yaitu

obat yang efektif, aman, dan sesuai dengan kondisi pasien. Penggunaan obat dapat

dikatakan tidak tepat atau tidak rasional jika beresiko yang mungkin terjadi lebih

besar dibanding dengan manfaat dari ketepatan penggunaan obat.

3
Universitas Sumatera
Tabel 4.8 Data Evaluasi Penggunaan Obat Diare Pada Pasien Pediatrikdi 5
Puskesmas Kabupaten Padang Lawas Periode Januari 2017 s/d Juli
2017 Berdasarkan Kategori Tepat Obat.

Jumlah
No. Nama Obat Ketepatan Persentase
Penggunaan
1 Zink Tepat 188 100%
2 Oralit Tepat 68 100%
3 Attapulgit Tepat 32 100%
4 Kaolin, pektin Tepat 10 100%
5 Loperamid Tepat 2 100%
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap evaluasi penggunaan obat

diare pada pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas Periode

Januari-Juli 2017 diperoleh bahwa pemilihan obat diareberdasarkan indikasi

sudah tepat (100%).

Hal ini berbeda sedikit dengan penelitian Sundari Septiani (2015) yang

menyebutkan dari 69 kasus terdapat 65 kasus (94,20%) yang tepat obat dengan

pemberian zink yang sesuai dengan standar World Gastroenterology

Organisation(2012), yang menjabarkan bahwa zink dapat mengurangi keparahan

diare dan mempercepat terjadinya diare. Perbedaan ini disebabkan karena

berbedanya tempat pengambilan data.

Berdasarkan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan kebijakan

terbaru mengenai penatalaksanaan diare pada anak, yaitu zink. Zink

direkomendasikan untuk pengobatan diare selama 10-14 hari karena terbukti

bahwa pemberian zink dapat menurunkan tingkat keparahan dan durasi diare,

serta menurunkan kemungkinan munculnya kembali diare pada 2-3 bulan

setelahnya (Indriani & Asri, 2007).

3
Universitas Sumatera
4.3.3 Tepat Pasien

Tepat pasien adalah terapi obat dengan mempertimbangkan keamanan dan

kecocokan bagi kondisi pasien. Pengobatan dikatakan tepat pasien apabila obat

yang diberikan sesuai dengan kondisi fisiologis dan patologis pasien atau tidak

adanya kontaraindikasi dengan kondisi pasien.

Tabel 4.9 Data Evaluasi Penggunaan Obat Diare Pada Pasien Pediatrikdi 5
Puskesmas Kabupaten Padang Lawas Periode Januari 2017 s/d Juli
2017 Berdasarkan Kategori Tepat Pasien

Kategori Persentase
No Nama Obat Tepat Tepat
TT Pasien TT Pasien
Pasien Pasien
1 Zink 188 - 100% -
2 Oralit 68 - 100% -
3 Attapulgit 32 - 100% -
4 Kaolin, pektin 10 - 100% -
5 Loperamid 2 - 100%

Berdasarkan Tabel 4.9. obat diare yang diberikan untuk pasien pediatrik di

5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas periode Januari-Juli 2017 untuk kategori

tepat pasien zink, oralit, attapilgit , dan kaolin pektin tidak ada kontraindikasi

dengan kondisi pasien dan dikategorikan sudah tepat pasien, kecuali penggunan

loperamid pada Puskesmas Sibuhuan dan Tanjung Botung belum tepat pasien.

Karna loperamid dikontraindikasikan untuk anak dibawah 12 tahun (Iso, 2016).

Berdasarkan standar WHO (2009), obat antidiare tidak boleh diberikan

pada anak kecil dengan diareakut, persisten, dan disenteri, sebab obat-obatan

tersebut tidak dapat mencegah dehidrasi ataupunmeningkatkan status gizi anak,

akan tetapi justru dapat menimbulkan keparahan diare, efek samping yang

berbahaya, bahkan terkadang dapat berakibat fatal.

4
Universitas Sumatera
4.3.4 Tepat Dosis
Tepat dosis merupakan pemilihan obat sesuai dengan takaran, frekuensi,

pemakaian dan durasi yang sesuai untuk pasien. Analisis pemberian obat

berdasarkan parameter tepat dosis dievaluasi pada pasien yang mendapatkan obat

dengan kriteria tepat obat.

Tabel 4.10 Data Evaluasi Penggunaan Obat Diare Pada Pasien Pediatrikdi 5
Puskesmas Kabupaten Padang Lawas Periode Januari 2017 s/d Juli
2017 Berdasarkan Kategori Tepat Dosis.

Persentase
No Nama Obat Keterangan Jumlah
(%)
Dosis kurang - -
1 Zink Tepat dosis 179 59,67
Dosis berlebih 9 3
Dosis kurang - -
2 Oralit Tepat dosis 68 22,67
Dosis berlebih - -
Dosis kurang - -
3 Attapulgit Tepat dosis 32 10,66
Dosis berlebih - -
Dosis kurang - -
4 Kaolin, pektin Tepat dosis 10 3,33
Dosis berlebih - -
Dosis kurang - -
5 Loperamid Tepat Dosis 2 0,67
Dosis berlebih - -
Dosis kurang - -
Total Tepat dosis 291 97
Dosis berlebih 9 3

Dari data Tabel 4.10 pada 5 Puskesmas Padang Lawas didapatkan 9 kasus

yang tidak tepat dosis pada pemberian obat diare. Ketidaktepatan berlebih

sebanyak 9 obat yaitu zink. Dosis lebih merupakan dosis atau frekuensi yang

diberikan melebihi dosis standar menurut pedoman Pediatric Dosage Handbook.

Sedangkan dosis kurang merupakan dosis atau frekuensi yang diberikan kurang

dari dosis standar menurut pedoman Pediatric Dosage Handbook. Ketepatan dosis

4
Universitas Sumatera
sangat diperlukan dalam keberhasilan terapi, jika dosis obat kurang dapat

menyebabkan terapi yang tidak optimal. Sedangkan pada dosis lebih dapat

menyebabkan toksik (Priyanto, 2009).

Pemberian zink menurut World Gastroenterology Organisationtahun

(2012), untuk anak menderita diare diberikan zink dengan dosis 20mg/hari dan

pada bayi dibawah 2 bulan diberikan zink dengan dosis 10mg/hari selama 10-14

hari. Sebanyak 6 kasus dari 5 Puskesmas Padang Lawas untuk pemberian zink

tepat dosis. Obat dinyatakan tidak tepat dosis jika besarnya takaran dosis, dan

lama pengobatan tidak sesuai. Pemberian zink dengan dosis kurang dapat

menyebabkan terapi tidak optimal, sedangkan pada dosis lebih dapat

menyebabkan muntah, demam, anemia dan gangguan reproduksi (Agustian et al,

2009). Pada pemberian zink lama pengobatan selama 10 hari berturut-turut

meskipun diare sudah berhenti.

4.3.5 Kerasionalan Penggunaan Obat Diare

Evaluasi kerasionalan dilakukan meliputi beberapa kriteria kerasionalan

yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis. Hasil dari evaluasi

tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Evaluasi ketepatan (Tepat pasien, tepat obat, tepat indikasi, dan tepat
dosis) penggunaan obat diare.

Jumlah Persentase (%)


No Kriteria Obat Diare Tepat Tidak Tepat Tepat Tidak Tepat
1 Tepat Indikasi 235 - 100% -
2 Tepat Obat 235 - 100% -
3 Tepat Pasien 233 2 99,15% 0,85%
4 Tepat Dosis 226 9 96,17% 3,83%

4
Universitas Sumatera
Tabel 4.12 Kerasionalan Penggunaan Obat Diare

No Jenis Obat Diare Jumlah Persentase


1 Tidak Rasional 11 4,68%
2 Rasional 224 95,32%

Berdasarkan tabel 4.12, dapat diketahui bahwa penggunaan obat diarepada

pasien pediatrik di 5 Puskesmas Kabupaten Padang Lawas periode Januari-Juli

2017 berdasarkan tepat pasien, tepat obat, tepat indikasi, dan tepat dosis,

pemberian obat diare rasional sebesar 95,32%. Kerasionalan penggunaan Obat

diare dapat dilihat dari parameter yang dipakai antara lain tepat indikasi, tepat

obat, tepat pasien, dan tepat dosis. Jika dalam pengobatan parameter tersebut tepat

maka dikatakan rasional (Kemenkes RI, 2011).

Penggunaan obat diare yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak

negative diantaranya terjadi efek samping maupun toksisitas, terjadinya

pemborosan biaya, dan tidak tercapainya manfaat klinik yang optimal dalam hal

pengobatan dan kontrol penyakit diare (Kemenkes RI, 2011).

4
Universitas Sumatera
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah:

a. Berdasarkan hasil penelitian dari 5 Puskesmas yang ada di Kabupaten

Padang Lawas yang lebih banyak menderita diare adalah jenis kelamin

laki-laki 150 orang (63,83%), penggunaan obat diare pada pasien pediatrik

yang paling banyak digunakan adalah zink 188 obat (100%) dari 300 obat

dengan bentuk sediaan sirup (54,67%).

b. Kerasionalan penggunaan obat diare pada pasien pediatrik berdasarkan

kriteria tepat indikasi ( 100%), tepat obat (100%), tepat pasien (99,15%),

dan tepat dosis (96,17%).

5.2 Saran

a. Untuk petugas kesehatan disarankan dapat meningkatkan kepatuhan

terhadap kesesuaian pengobatan pada standar terapi yang ada.

b. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian

terhadap pola penggunaan obat antidiare dan evaluasi penggunaan

antibiotik pada pasien pediatrik penderita diare di berbagai fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya, seperti rumah sakit, maupun puskesmas

lainnya.

4
Universitas Sumatera
DAFTAR PUSTAKA

Agtini, D. M. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan


InformasiKesehatan, Vol. 02, Triwulan II, No. 08, 2011, Bakti Husada.
KementrianKesehatan RI: Jakarta.

Agustian, L., Sembiring, T., Ariani. (2009). Peran Zinkum Terhadap


Pertumbuhan Anak. Diambil dari : http://sariperdiatri.idai.or.id/pdfile/11-
4-4.pdf.Diakses, 21 Januari 2018.

Anonim.(2014). ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 50. Jakarta:


Penerbit PT.ISFI. Hal. 426.

Budiarto, E., Anggraeni, D. (2002). Pengantar Epidemiologi. Edisi II: Jakarta:


EGC. Hal. 123.

Depkes RI. (2010). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen


PPM dan PL.

Depkes RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare). Departemen Kesehatan RI. Hal. 13.

Depkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Hal. 25.

Dinkes. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014. Dinas
Kesehatantan Provinsi Sumatera Utara. Hal. 25.

Indriani, R., dan Asri, E.K. (2007). Formulasi oralit baru dan suplementasi zink
dalam penanganan diare pada anak. Info POM, 8 (3). Hal. 4-5.

Jas, A., (2007). Perihal Resep dan Dosis Serta Latihan Menulis Resep. Ed. 1.
Medan : Universitas Sumatera Utara Press.

Juffrie, M., Soenarto, S. S.Y., Oswari, H., Arief, S., Rosalinal., Mulyani, N.S.
(2015). Buku Ajar Gastroenterologi Anak Indo-Hepatologi. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 1.

Kemenkes RI. (2011). Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita, Jakarta:


Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

4
Universitas Sumatera
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Hal. 85.

Ladinsky, M., Duggan, A., Santosham, M., Wilson, M. (2000). The World Health
Organization oral rehydration solution in USA pediatric practice: A
randomized trial to evaluate parent satisfaction. Arch Pediatr Adolesc
Med, 154(7), 700-705. Doi: 10.1001/archpedi. Hal. 154.7.700.

Neal, M. J. (2005). Medical Pharmacology at a Glance, Edisi Kelima. Jakarta:


Erlangga.

Nelson, Waldo, E., Behrmen, Kliegman, Richard, E., Robert, M., dan Arvin.
(2000). Ilmu Kesehatan Anak. Nelson edisi 15 vol 2. Jakarta : EGC.

Nur, R. (2015). Profil Penggunaan Obat Anti Diare Pada Pasien Anak Rawat
Jalan Di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari 2012 – Juni 2012.
Skripsi.Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Hal. 25-27.

Priyanto. (2009). Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Jakarta: Leskonfi.

Soebagyo, B. (2008). Diare Akut Pada Anak , Fakultas Kedokteran UNS :


Surakarta.

Simadibrata, M.K. (2006). Pendekatan Diagnostik Diare Kronik. Di dalam :


Sudoyo Aru w et al. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV.
Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Simatupang, M. (2004). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan


DenganKejadian Diare Pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003.Tesis.
Universitas Sumatera Utara.

Sudoyo, A.W, Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S.
(2010).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi V. Jakarta: Interna
Publishing. Hal. 548.

Suharyono., Boediarso, A., dan Halimun, E.M. (1988).Gastroenterologi Anak


Praktis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 51.

Suharyono. (1986). Diare Akut. Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi


Iniversitas Indonesia.

Suharyono. (2008). Diare Akut. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 1-15.

4
Universitas Sumatera
Sukandar, E.Y., Andrajati, R.A., Sigit., Adnyana, K., Setiadi, A. Al., Kusnandar.
(2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta:PT. ISFI Penerbitan. Hal. 32.

Syahraeni. (2011). Makalah Kombinasi Obat. Diambil dari:


https://id.scribd.com/doc/232847535/Attapulgite-Dan-Pectin.Diakses 3
Februari 2018.

Widoyono. (2011). Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 195-200.

Tan, H. T., Rahardja, K., (2002). Obatobat Penting.Edisis V. Jakarta:PT Elex


Media KomputindoKelompok Gramedia.

Tjay, T.H., Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan


efek-efek sampingnya. Jakarta: Gramedia. Edisi keenam. Hal. 289.

Triasmara, W. (2013). 12 Cara Agar Balita Tidak Mudah


Sakit.http://kesehatan.kompasiana.com/ibu - dan - anak/2013/09/04/12 -
cara -agar - balita - tidak - mudah - sakit - 589590. html . Diakses 7 Januari
2018.

WHO. (2005). The Treatment of Diarrhoea: A Manual for Phycisians and Other
Seniors Health Workers. Switherland:WHO. Hal. 4-15.

WHO. (2007). Promoting Safety Of Medicine For Children. Geneya: WHO Press.
Hal. 12-13.

4
Universitas Sumatera
Lampiran 1. Penggunaan Obat Diare di Puskesmas Sibuhuan

No T. Berobat Jenis Usia Obat Diare Dosis Frekuensi Durasi Diagnosa Pembayaran
Kelamin
1 6 januari 2017 LK 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
3 bulan
2* 6 januari 2017 LK 3 tahun -Loperamid 2 mg 3x1 bungkus 2 hari Diare Umum

3 9 januari 2017 LK 4 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS

4 10 januari 2017 LK 17 -Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare BPJS


tahun
5 13 januari 2017 LK 4 tahun -Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Umum

6 14 januari 2017 PR 7 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS

7* 17 januari 2017 PR 3 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20 mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum

8 25 januari 2017 LK 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20 mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
5 bulan
9* 26 januari 2017 LK 2 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS

10 30 januari 2017 LK 4 tahun -Attapulgit 630 mg 3x1 bungkus 2 hari Diare Umum

-Zinkid Syr 100 ml 20mg/ml 1x1 cth 10 hari

4
Universitas Sumatera
11 9 februari 2017 LK 11 -Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare BPJS
tahun
12 9 februari 2017 LK 1 tahun -Attapulgit 630 mg 3x1 bungkus 2 hari Diare BPJS
6 bulan -Oralit 6 bungkus 2x1 sachet 3 hari

13 13 februari 2017 PR 10 -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
bulan -Oralit 5 bungkus 1x1 sachet 5 hari

14 16 februeri 2017 LK 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 10 mg/5ml 1x2 cth 10 hari Diare Umum
-Oralit 8 bungkus 2x1 sachet 4 hari
15 18 februari 2017 LK 9 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS

16 1 maret 2017 PR 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
1 bulan
-Oralit 6 bungkus 2x1 sachet 3 hari
17 6 maret 2017 PR 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5 ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
3 bulan
18* 9 maret 2017 PR 1 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum

19 22 maret 2017 LK 17 -Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare BPJS


tahun
20 27 maret 2017 LK 8 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5 ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum

21 27 maret 2017 PR 15 -Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare BPJS


tahun
22 29 maret 2017 LK 5 bulan -Zimkid Syr 100 20mg/5ml 1x½ cth 10 hari Diare Umum
ml

4
Universitas Sumatera
23 30 maret 2017 PR 13 -Attapulgit 630 mg 3x1 bungkus 2 hari Diare BPJS
tahun -Oralit 9 bungkus 2x1 sachet 4 hari
-Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari

24 30 maret 2017 LK 5 tahun -Attapulgit 630 mg 3x1 bungkus 2 hari Diare BPJS
5 bulan
25 30 maret 2017 PR 6 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS

26* 4 april 2017 LK 4 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS

27 6 april 2017 LK 7 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum

28 8 april 2017 LK 1 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20 mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
5 bulan
29 10 april 2017 PR 6 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20 mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum

30 12 april 2017 LK 7 tahun -Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare BPJS
-Zinkid Syr 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari

31 13 april 2017 PR 12 -Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Umum


tahun
32 20 april 2017 PR 6 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
-Attapulgit 630 mg 3x½ tab 2 hari

33 22 april 2017 LK 1 tahun -Attapulgit 630 mg 3x1 bungkus 2 hari Diare Umum

5
Universitas Sumatera
34 26 april 2017 LK 1 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
-Attapulgit 630 mg 3x1 bungkus 2 hari
-Oralit 9 bungkus 1x1 sachet 9 hari

35 27 april 2017 PR 1 tahun -Zinkid Syr100 ml 10mg/5ml 2x1 cth 10 hari Diare Umum

36 4 mei 2017 LK 1 tahun -Zikid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
-Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari
-Oralit 6 bungkus 2x1 sachet 3 hari

37 5 mei 2017 PR 4 bulan -Zink 20 mg 3x1 bungkus 10 hari Diare Umum

38 15 mei 2017 LK 1 tahun Zink 20 mg 3x1 bungkus 10 hari Diare BPJS

39 16 mei 2017 LK 6 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
-Oralit 10 bungkus 2x1 sachet 5 hari
40* 16 mei 2017 PR 3 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Jamkes

41 17 mei 2017 LK 7 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Jamkes

42 17 mei 2017 PR 1 tahun Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
3 bulan
43 18 mei 2017 PR 7 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Jamkes

44 19 mei 2017 PR 6 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Jamkes

5
Universitas Sumatera
45 24 mei 2017 PR 8 tahun -Oralit 8 bungkus 2x1 sachet 4 hari Diare Umum

46 29 mei 2017 LK 1 tahun -Omegdiar 3x1 bungkus 2 hari Diare BPJS


9 bulan -Zink 20 mg 3x1 bungkus 10 hari
-Oralit 10 bungkus 2x1 cth 5 hari
47 10 juni 2017 LK 5 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
-Omegdiar 3x1 bungkus
48* 16 juni 2017 LK 6 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Jamkes

49 12 juni 2017 PR 7 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1cth 10 hari Diare BPJS
-Omegdiar 3x1 bungkus
-Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari
50 3 juli 2017 LK 7 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
-Oralit 6 bungkus
51 5 juli 2017 LK 17 - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare BPJS
tahun
52 9 juli 2017 PR 9 tahun - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes

53 10 juli 2017 LK 18 - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare BPJS


tahun
54 11 juli 2017 LK 6 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
-Omegdiar 3x1 bungkus

55 15 juli 2017 LK 6 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 3x1 cth 10 hari Diare BPJS
- Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari

5
Universitas Sumatera
56 18 juli 2017 LK 14 - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes
tahun
57 19 juli 2017 LK 11 -Omegdiar 750 mg 3x1 bungkus 2 hari Diare BPJS
bulan
58 19 juli 2017 PR 5 tahun -Omegdiar 750 mg 3x½ tab 2 hari Diare BPJS

59 19 juli 2017 LK 7 bulan -Zinkid Syr 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
-Omegdiar 3x1 bungkus
60 22 juli 2017 PR 10 - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes
tahun
61 22 juli 2017 LK 8 tahun - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes

62 23 juli 2017 LK 7 tahun - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes

63 24 juli 2017 LK 8 tahun -Omegdiar 750 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes

64 25 juli 2017 LK 11 - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes


tahun
65 26 juli 2017 LK 12 - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes
tahun
66 26 juli 2017 PR 10 -Omegdiar 750 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes
tahun
67 26 juli 2017 PR 8 tahun - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes

68 27 juli 2017 LK 15 - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes


tahun

5
Universitas Sumatera
69 27 juli 2017 LK 9 tahun -Omegdiar 750 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes

70 28 juli 2017 LK 11 - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes


tahun
71 29 juli 2017 PR 13 - Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare Jamkes
tahun
72 31 juli 2017 LK 5 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x½ cth 10 hari Diare Umum

Keterangan : (*) = Dosis obat tidak rasional

5
Universitas Sumatera
Lampiran 2. Puskesmas Tanjung Botung

No T. Berobat Jenis Usia Obat Diare Dosis Frekuensi Durasi Diagnosa Pembayaran
Kelamin
1 10 januari 2017 PR 8 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
2 20 januari 2017 PR 4 tahun5 -Zink 20 mg 3x1 tab 10 hari Diare BPJS
bulan
3 26 januari 2017 PR 3 tahun -Oralit 9 bungkus 2x1 sachet 4 hari Diare BPJS
4 12 februari 2017 LK 3 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
5 24 februari 2017 PR 1 tahun 4 -Zink 20 mg 1x½ tab 10 hari Diare BPJS
bulan
6 3 maret 2017 LK 6 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 3x1 cth 10 hari Diare BPJS
7 14 maret 2017 LK 5 tahun -Zink 20 mg 3x1 tab 10 hari Diare BPJS
8* 24 maret 2017 PR 8 tahun -Loperamid 2 mg 3x1 tab 2 hari Diare BPJS
9 28 maret 2017 LK 3 bulan -Oralit 4 bungkus 1x1 sachet 4 hari Diare BPJS
10 1 april 2017 LK 1 tahun -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare BPJS
11 12 april 2017 LK 9 bulan -Zink 20 mg 3x1 bungkus 10 hari Diare BPJS
12 12 april 2017 PR 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
13 20 april 2017 LK 11 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
14 22 april 2017 LK 8 bulan -Oralit 5 bungkus 1x1 sachet 5 hari Diare Umum
15 25 april 2017 LK 5 bulan -Oralit 4 bungkus 1x1 sachet 4 hari Diare BPJS
16 17 mei 2017 LK 1 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
17 2 juni 2017 LK 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cyh 10 hari Diare Umum
18 15 juni 2017 LK 1 tahun 2 -Oralit 5 bungkus 1x1 sachet 5 hari Diare Umum
bulan

5
Universitas Sumatera
19 21 juni 2017 LK 1 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
bulan
20 18 juli 2017 PR 3 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
21 31 juli 2017 PR 1 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum

Keterangan : (*) = Dosis obat tidak rasional

5
Universitas Sumatera
Lampiran 3. Puskesmas Paringgonan

No. T. Berobat Jenis Usia Obat diare Dosis Frekuensi Durasi Diagnosa Pembayaran
Kelamin
1 10 januari 2017 LK 2 tahun 5 -Oralit 5 bungkus 1x1 sachet 5 hari Diare Umum
bulan
2 10 januari 2017 LK 1 tahun 5 -Oralit 5 bungkus 1x1 sachet 5 hari Diare Umum
bulan
3 18 januari 2017 PR 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
4 24 januari 2017 PR 5 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare Umum
5 24 februari 2017 PR 4 tahun -Zinkid Syr100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
6 7 maret 2017 LK 8 tahun -Zink Syr100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
7 7 maret 2017 LK 1 tahun -Zink Syr100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
3bulan
8* 25 maret 2017 LK 3bulan -Zinkid Syr100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
9 25 maret 2017 PR 1 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
10 25 maret 2017 PR 1 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
11 1 april 2017 LK 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 3x1 cth 10 hari Diare Umum
12 3 april 2017 LK 10 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
13 3 april 2017 LK 1 tahun 3 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
bulan
14 10 april 2017 PR 5 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
15 10 april 2017 LK 7 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
16 18 1pril 2017 PR 15 tahun -Oralit 6 bungkus 2x1 hari 3 hari Diare Umum

-Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari

5
Universitas Sumatera
17 20 april 2017 PR 7 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1cth 10 hari Diare BPJS
18 21 april 2017 PR 6 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 2x1 cth 10 hari Diare BPJS
19 21 april 2017 LK 3 tahun Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare Umum
20 22 april 2017 LK 1 tahun -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare BPJS
11 bulan bungkus
21 2 mei 2017 LK 9 bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
22 5 mei 2017 LK 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
23 9 mei 2017 PR 11 tahun -Oralit 9 bungkus 2x1 sachet 4 hari Diare BPJS
24 9 mei 2017 PR 17 tahun -Attapulgit 630 mg 3x1 tab 2 hari Diare BPJS
25 24 mei 2017 PR 1 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
26 24 mei 2017 LK 4 tahun -Oralit 5 bungkus 1x1 sachet 5 hari Diare BPJS
27 8 juni 2017 PR 1 tahun 3 -Oralit 4 bungkus 1x1 sachet 4 hari Diare Umum
bulan
28 10 juni 2017 PR 1 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
29 13 juni 2017 LK 9 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 3x1 cth 10 hari Diare Umum
30 6 juli 2017 LK 6 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 2x1 cth 10 hari Diare BPJS
31 18 juli 2017 LK 1 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
32 24 juli 2017 LK 1 tahun 2 -Oralit 5 bungkus 1x1 sachet 5 hari Diare Umum
bulan
33 24 juli 2017 PR 2 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum

Keterangan : (*) = Dosis obat tidak rasional

5
Universitas Sumatera
Lampiran 4. Puskesmas Pasar Ujung Batu

No T.Berobat Jenis Usia Obat Diare Dosis Frekuensi Durasi Diagno Pembayaran
Kelamin sa
1 5 januari 2017 LK 12 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
2 12 januari 2017 LK 14 tahun -Oralit 9 bungkus 2x1 sachet 5 hari Diare BPJS
3 2 februari 2017 PR 2 tahun -Oralit 2 bungkus 1x1 sachet 2 hari Diare Umum
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 3x1 bungkus 10 hari
4 3 april 2017 PR 4 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
5 10 februari 2017 LK 1 tahun 2 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
bulan
6* 2 maret 2017 LK 1 bulan 6 -Zink Syr100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
hari
7 20 maret 2017 LK 9 bulan -Oralit 3 bungkus 1x1 sachet 3 hari Diare Umum
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
8 27 maret 017 PR 7 tahun -Oralit 9 bungkus 2x1 sachet 5 hari Diare Umum
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
9 17 april 2017 PR 3 tahun -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare BPJS
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
10 18 april 2017 LK 4 tahun -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare BPJS
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
11 22 april 2017 PR 1 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
12 23 april 2017 LK 13 tahun -Oralit 10 bungkus 2x1 hari 5 hari Diare BPJS
13 26 mei 2017 LK 1 bulan 4 -Oralit 4 bungkus 1x1 sachet 4 hari Diare BPJS
hari -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
14 3 juni 2017 LK 3 tahun -Oralit 5 bungkus 1x1 sachet 5 hari Diare Umum

5
Universitas Sumatera
15 7 juni 2017 LK 7 bulan -Zink Syr100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
16 13 juni 2017 LK 5 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
17 24 juni 2017 LK 2 tahun -Oralit 3 bungkus 1x1 sachet 3 hari Diare BPJS
-Zink 20mg 1x½ tab 5 hari
18 3 juli 2017 LK 2 tahun -Oralit 3 bungkus 1x1 sachet 3 hari Diare BPJS
-Zink 20mg 1x½ tab 5 hari
19 4 juli 2017 LK 2 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 2x1 cth 10 hari Diare BPJS
20 6 juli 2017 PR 7 bulan -Oralit 3 bungkus 1x1 sachet 3 hari Diare BPJS
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
21 10 juli 2017 LK 9 bulan -Oralit 3 bungkus 1x1 sachet 3 hari Diare BPJS
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
22 14 juli 2017 LK 1 bulan 2 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
hari
23 15 juli 2017 LK 2 tahun -Zink Syr 100 ml 10mg/5ml 2x1 cth 10 hari Diare Umum
24 18 juli 2017 PR 9 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
25 19 juli 2017 PR 17 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 6 hari Diare BPJS
26 20 juli 2017 LK 4 tahun -Zink 20mg 1x1tab 5 hari Diare Umum
27 21 juli 2017 PR 10 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
28 26 juli 2017 LK 1 bulan 4 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
hari
29 29 juli 2017 LK 1 tahun -Oralit 3 bungkus 1x1 sachet 3 hari Diare BPJS
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari

Keterangan : (*) = Dosis obat tidak rasional

6
Universitas Sumatera
Lampiran 5. Penggunaan Obat Diare di Puskesmas Latong

No T. Berobat Jenis Usia Obat Diare Dosis Frekuensi Durasi Diagnosa Pembayaran
Kelamin
1 5 januari 2017 LK 7 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
2 9 januari 2017 PR 2 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
3 10 januari 2017 PR 1 tahun 2 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
bulan -Oralit 5 bungkus 1x1 sachet 5 hari
4 10 januari 2017 PR 1 tahun 4 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 3x1 cth 10 hari Diare BPJS
bulan -Oralit 3 bungkus 1x1 sachet 3 hari
5 11 januari 2017 PR 1 tahun 4 -Zink Syr100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
bulan
6 13 januari 2017 PR 6 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
7 24 januari 2017 PR 6 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
8 31 januari 2017 LK 3 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
9 31 januari 2017 LK 4 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
10 31 januari 2017 LK 3 tahun 6 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
bulan
11 2 februari 2017 LK 1 tahun -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare BPJS
-Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
12 11 februari 2017 PR 3 bulan -Zink Syr 100 ml 10mg/5ml 1x½ cth 10 hari Diare Umum
13 13 februari 2017 PR 3 bulan -Zink Syr 100 ml 10mg/5ml 1x½ cth 10 hari Diare Umum
-Oralit 4 bungkus 1x1 sachet 4 hari
14 14 februari 2017 LK 10 tahun -Oralit 10 bungkus 2x1 sachet 5 hari Diare BPJS
15 14 februari 2017 LK 10 bulan -Oralit 9 bugkus 2x1 sachet 5 hari Diare BPJS
16 17 februari 2017 PR 10 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum

6
Universitas Sumatera
17 17 februari 2017 PR 10 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
18 23 februari 2017 LK 6 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
19 23 februari 2017 LK 2 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare Umum
20 23 februari 2017 LK 3 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
21 23 februari 2017 LK 9 bulan 6 -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
hari
22 25 februari 2017 LK 2 tahun 5 -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare Umum
bulan
23 25 februari 2017 PR 4 bulan -Zink Syr 100 ml 10mg/5ml 1x½ cth 10 hari Diare BPJS
24 25 februari 2017 LK 3 tahun 5 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
bulan
25 25 februari 2017 PR 10 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
26 28 februari 2017 PR 5 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
27 25 februari 2017 LK 2 tahun 3 -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare Umum
bulan
28 6 maret 2017 LK 3 tahun 5 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
bulan
29 6 maret 2017 LK 3 tahun -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
30 6 maret 2017 LK 5 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
31 7 maret 2017 PR 7 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 2x1 cth 10 hari Diare Umum
32 7 maret 2017 PR 9 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 2x1 cth 10 hari Diare BPJS
33 7 maret 2017 LK 1 bulan 8 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 2x1 cth 10 hari Diare Umum
hari
34 7 maret 2017 LK 2 bulan 5 -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare BPJS
hari -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
35 7 maret 2017 LK 1 tahu 6 -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare Umum
bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari

6
Universitas Sumatera
36 9 maret 2017 LK 2 tahun 5 -Oralit 6 bungkus 2x1 sachet 3 hari Diare BPJS
bulan
37 9 maret 2017 LK 1 tahun 6 -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare Umum
bulan -Zinkid Syr 100 ml 20mg/5ml 3x1 cth 10 hari
38 11 maret 2017 LK 9 bulan -Zink Syr100 ml 20mg/5ml 2x1 cth 10 hari Diare BPJS
39* 21 maret 2017 LK 2 bulan -Zink Syr100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
40 22 maret 2017 LK 2 tahun -Zink 20mg 2x1 tab 10 hari Diare Umum
41 24 maret 2017 LK 11 bulan -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare BPJS
bungkus
42 25 maret 2017 LK 1 tahun -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare Umum
bungkus
43 25 maret 2017 PR 1 bulan 8 -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare BPJS
hari bungkus
44 3 april 2017 LK 5 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
45 5 april 2017 LK 4 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
46 6 april 2017 PR 3 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
47 6 april 2017 LK 1 tahun 6 -Zink 20mg 2x1 10 hari Diare Umum
bulan bungkus
48 8 april 2017 LK 1 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
49 13 april 2017 LK 4 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
50 17 april 2017 LK 3 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
51 20 april 2017 PR 1 tahun -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare BPJS
bungkus
52 29 april 2017 LK 3 tahun -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare Umum
bungkus
53 3 mei 2017 LK 4 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare Umum
-Oralit 4 bungkus 1x1 sachet 4 hari
54 6 mei 2017 LK 8 bulan -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare Umum

6
Universitas Sumatera
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth
55 6 mei 2017 LK 5 bulan -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare BPJS
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari
56 6 mei 2017 LK 5 tahun 4 -Oralit 9 bungkus 2x1 sachet 5 hari Diare BPJS
bulan -Zink 20mg/5ml 1x1 tab 10 hari
57 8 mei 2017 LK 1 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
58 15 mei 2017 LK 1 tahun 8 -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
bulan -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari
59 19 mei 2017 LK 9 bulan -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare Umum
bungkus
60 19 mei 2017 PR 2 tahun 5 -Zink 20mg 1xx1 tab 10 hari Diare Umum
bulan
61 22 mei 2017 LK 1 tahun -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare BPJS
bungkus
62 22 mei 2017 PR 5 bulan -Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari Diare Umum
-Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 tab 10 hari
63 24 mei 2017 PR 2 tahun -Attapulgit 630 mg 3x1 2 hari Diare Umum
bungkus
64 29 mei 2017 LK 11 bulan -Zink Syr100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
65 29 mei 2017 LK 8 bulan -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
66 29 mei 2017 LK 9 bulan -Zink 20mg 2x¾ tab 10 hari Diare Umum
-Oralit 4 bungkus 1x1 sachet 4 hari

67 14 juni 2017 LK 3 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
68 14 juni 2017 LK 14 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare Umum
69 20 juni 2017 LK 2 tahun -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
70 22 juni 2017 LK 3 tahun -Oralit 8 bungkus 2x1 sachet 4 hari Diare Umum
-Zink 20 mg 1x1 tab 10 hari

6
Universitas Sumatera
71 4 juli 2017 PR 9 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
72 4 juli 2017 PR 1 tahun 4 -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS
bulan
73 4 juli 2017 LK 3 tahun 6 -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
bulan
74 4 juli 2017 LK 1 tahun 3 -Zink 20mg 1x1 10 hari Diare BPJS
bulan bungkus
75 6 juli 2017 LK 2 tahun -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare BPJS
bungkus
76 15 juli 2017 PR 2 tahun 7 -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
bulan
77 19 juli 2017 LK 7 bulan -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare BPJS
78 28 juli 2017 PR 6 bulan -Zink 20mg 1x1 tab 10 hari Diare Umum
79 29 juli 2017 LK 2 tahun -Zink 20mg 3x1 10 hari Diare BPJS
bungkus
-Oralit 6 bungkus 1x1 sachet 6 hari

80 29 juli 2017 PR 4 tahun -Zink Syr 100 ml 20mg/5ml 1x1 cth 10 hari Diare BPJS

Keterangan : (*) = Dosis obat tidak rasional

6
Universitas Sumatera
Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian

6
Universitas Sumatera
Lampiran 7. Surat Balasan Dinas Kesehatan

6
Universitas Sumatera
Lampiran 8. Surat Izin Selesai Penelitian

6
Universitas Sumatera

Anda mungkin juga menyukai