TESIS
OLEH:
KHAIRIL MUNANDAR HASIBUAN
NIM : 147041166
TESIS
OLEH:
KHAIRIL MUNANDAR HASIBUAN
NIM : 147041166
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.
Penulis,
i
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. dr. Erjan Fikri, Sp.B, Sp. BA(K) dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK-K
NIP. 1963 01 27198911 1001 NIP. 1956 11 01198302 1 002
Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)
NIP. 19760417 20051 2 002 NIP. 19660524 199203 1 002
ii
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada :
Tanggal :
Penguji :
Penguji I Penguji II
Penguji III
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Bedah
iii
Universitas Sumatera Utara
SURAT KETERANGAN
Telah diperiksa:
Judul : Hubungan Antara Red Distribution Width (RDW) Dan
Pediatric Appendisitis Score (PAS) Dalam Menentukan
Tingkat Keparahan Penderita Appendisitis Akut Pada Anak Di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Nama : dr. Khairil Munandar Hasibuan
Nim : 147041166
Departemen : Ilmu Bedah
Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
iv
Universitas Sumatera Utara
SURAT KETERANGAN
Telah diperiksa:
Judul : Hubungan Antara Red Distribution Width (RDW) Dan
Pediatric Appendisitis Score (PAS) Dalam Menentukan
Tingkat Keparahan Penderita Appendisitis Akut Pada Anak Di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Nama : dr. Khairil Munandar Hasibuan
Nim : 147041166
Departemen : Ilmu Bedah
Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Seksi Ilmiah
Program Studi Pendidikan Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
v
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, Saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : November 2019
Yang Menyatakan,
vi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu tanda peradangan adalah red distribution width
(RDW) dan neutrophils lymphocyte ratio (NLR). Sebaran red distribution width
(RDW) adalah ukuran dari ukuran eritrosit yang beredar. Penelitian ini bertujuan
untuk menilai hubungan RDW dengan skor apendisitis pediatrik (PAS) untuk
menentukan derajat keparahan apendisitis akut pada anak-anak.
Metode dan Material: Penelitian non eksperimental dengan metode deskriptif
retrospektif dilakukan di Bagian Bedah Bagian Bedah Anak RSUD H. Adam
Malik Medan dengan data diambil berdasarkan rekam medis pasien rawat inap
dan rawat jalan ≤ 18 tahun dengan diagnosis apendisitis akut di RSUD H. Adam
Malik periode Januari 2015 sampai Desember 2017. Data dikumpulkan, diolah,
dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil: Dari data diperoleh hasil bahwa dari 40 pasien yang menjadi sampel
penelitian terdiri dari 28 laki-laki (70%) dan 12 perempuan (30%). Usia rata-rata
semua sampel dalam penelitian ini adalah 11 tahun, dengan usia termuda 0 tahun
hingga paling dewasa adalah 18 tahun. Untuk nilai median sebaran sel darah
merah (RDW) adalah 12,95 dengan nilai minimum 11,50 dan nilai maksimum
18,30. Sedangkan nilai median Pediatric Appendicitis Score (PAS) adalah 4,50
dengan rentang nilai 1 sampai 9.
Kesimpulan: Kami menemukan bahwa hubungan antara distribusi sel darah
merah (RDW) dan skor apendisitis anak (PAS) signifikan secara statistik, yang
dianalisis menggunakan analisis data korelasi Spearman dengan hasil korelasi (r)
= 0,508 dan nilai p 0,001.
vii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Introduction: One of the sign of inflammation are the red distribution width
(RDW) and neutrophils lymphocyte ratio (NLR). The width of the distribution of
red blood cells (RDW) is a measure of the size of circulating erythrocytes. We aim
to assess the association of RDW with pediatric appendicitis score (PAS) to
determine the severity degree of acute appendicitis in children.
Material Methods: A non-experimental study using a retrospective descriptive
method was conducted at the Department of Surgery in the Pediatric Surgery
Division of the H. Adam Malik Hospital in Medan with data taken based on the
medical records of inpatients and outpatients ≤ 18 years old with a diagnosis of
acute appendicitis at the H. Adam Malik General Hospital from January 2015 to
December 2017. Data to be collected, processed, and analyzed descriptively.
Result: From the data, showed that of the 40 patients who became the study
sample consisted of 28 men (70%) and 12 women (30%). The median age of all
samples in this study was 11 years, with the youngest being 0 years to the most
mature is 18 years. For the median value of the distribution of red blood cells
(RDW) is 12.95 with a minimum value of 11.50 and a maximum value of 18.30.
Whereas the median value of Pediatric Appendicitis Score (PAS) is 4.50 with a
range of values from 1 to 9.
Conclusion: We found that the relationship between red blood cell distribution
(RDW) and pediatric appendicitis score (PAS) were statistically significant, which
were analyzed using Spearman correlation data analysis with correlation results
(r) = 0.508 and p value of 0.001.
viii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
ix
Universitas Sumatera Utara
membantu, membimbing, memberi dorongan dan membentuk penulis
menjadi dokter Spesialis Bedah yang berbudi luhur serta siap mengabdi pada
nusa dan bangsa.
5. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Erjan Fikri, M.Ked(Surg),SpB.,Sp.BA(K)
dan dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK-K selaku pembimbing tesis, yang telah
memberikan bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama melaksanakan
penelitian, juga telah banyak meluangkan waktu dan dengan kesabaran
membimbing penulis sampai selesainya karya tulis ini. Terima kasih yang tak
terhingga penulis ucapkan.
6. Terimakasih kepada dr. Gerhard S. T. Panjaitan, Sp.B(K) Onk sebagai
Guru sekaligus motivator saya selama menjalani pendidikan.
7. Guru Besar: Prof. dr. Bachtiar Surya, Sp.B-KBD yang telah memberikan
bimbingan dan teladan selama penulis menjalani pendidikan.
8. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Bedah FK USU, para guru penulis
serta para guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
dengan kesabaran dan perhatiannya senantiasa membimbing penulis selama
mengikuti pendidikan. Penulis haturkan rasa hormat dan terima kasih yang
tak terhingga.
9. Abang, kakak, dan adik-adik peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
Ilmu Bedah FK-USU yang telah banyak membantu penulis selama menjalani
pendidikan.
10. Seluruh perawat/ paramedis di berbagai tempat di mana penulis pernah
bertugas selama pendidikan, terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang
baik selama ini.
11. Motivator terbesar dalam hidup Penulis yang selalu memberikan cinta, kasih
sayang, dukungan dan doa yang tak putus-putusnya Ayahanda Pahlawan
Hasibuan (Alm) dan Ibunda Aini (almh) serta saudara kandungku yang
telah memberikan semangat dan doanya.
x
Universitas Sumatera Utara
12. Kepada Istri tercinta dr. Tetty Wahyuni Panjaitan, M.Ked (Clin.Path),
Sp.PK dan anakku Nadhira Rahma Hasibuan, serta Ibu Mertua Dra. Hj.
Zuraida Purba yang telah memberikan dorongan setulus hati dalam
menyelesaikan Program Studi Magister ini semoga ilmu yang didapatkan
bermanfaat bagi keluarga.
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
SURAT KETERANGAN............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TESIS ...... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
xii
Universitas Sumatera Utara
3.3.2. Sampel Penelitian..................................................... 16
3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ................................................. 16
3.5. Besar Sampel Penelitian ...................................................... 17
3.6. Kerangka Konsep ................................................................. 17
3.7. Analisa Data ......................................................................... 17
3.8. Definisi Operasional ............................................................ 18
3.9. Cara Kerja ............................................................................ 19
LAMPIRAN .................................................................................................... 28
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 4.1. Karakteristik Demografis Penelitian ........................................... 20
Tabel 4.2. Hubungan antara Distribusi Sel Darah Merah (RDW) terhadap
Pediatric Appendicitis Score (PAS) ........................................... 20
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ..................................................................... 17
Gambar 3.2. Cara Kerja ................................................................................. 19
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 Susunan Peneliti ....................................................................... 28
Lampiran 2 Riwayat Hidup Peneliti............................................................. 29
Lampiran 3 Rencana Anggaran Penelitian................................................... 30
Lampiran 4 Rancangan Jadwal Penelitian ................................................... 31
Lampiran 5 Ethical Clearance ..................................................................... 32
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
yang salah satu komponen pemeriksaan darah rutin. Berbagai penelitian telah
menunjukkan peningkatan jumlah neutrofil (neutrofilik) dan penurunan.
(Stevenson, Edward, 2003).
Apendisitis merupakan penyebab umum nyeri akut abdomen yang
membutuhkan pembedahan darurat, dan mencakup pada setiap kelompok umur.
Apendisitis akut masih menjadi masalah utama pada sistem gastrointestinal anak,
diagnosis dan untuk memutuskan dilakukan pembedahan sering kali menyulitkan.
Hal ini dikarenakan gejala klinisnya yang hampir sama dengan penyakit lain dan
pada anak seringkali tidak ditemukan gejala yang khas nyeri kanan bawah (titik
McBurney), seperti pada apendisitis dewasa. Sehingga terjadi keterlambatan
penegakkan diagnosis dan terlambatnya pasien datang ke unit gawat darurat.
Dilaporkan lebih dari 50% ditemukan apendisitis perforasi pada kunjungan
pertama. Oleh karena itu, apendisitis akut masih menjadi morbiditas pada
anak.2,3,4 Angka morbiditas apendisitis akut pada anak adalah 2,1%, sedangkan
pada usia dewasa 9,1%-23%. 3,5,6 Dimana morbiditas untuk terjadinya infeksi
luka operasi terjadi pada 1-5% kasus (Stevenson, Edward, 2003).
Secara klinis diagnosis apendisitis secara umum dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu apendisitis sederhana (simpel) termasuk di dalamnya termasuk
„non-inflamasi‟ (normal appendix), „inflamasi akut‟, ’phlegmonous’, „akut‟,
„supuratif‟, „inflamasi sedang dengan atau tanpa peritonitis‟. Kondisi ini juga
mencakup apendisitis minimal, apendisitis awal, dan apendisitis tanpa komplikasi.
Sedangkan apendisitis komplikata mencakup “apendisitis gangren‟, apendisitis
perforasi ‟tumpukan pus lokal saat operasi‟, “peritonitis umum‟, dan “abses intra
abdominal” (Marissa,2012).
Pada tahun 1992, Centers for Disease Control (CDC-Pusat Kontrol
Penyakit) Amerika Serikat merevisi definisi „infeksi luka‟ menjadi definisi baru
yaitu „infeksi luka operasi‟ (ILO) untuk mencegah kesalahpahaman antara infeksi
pada insisi operasi dengan infeksi pada luka akibat trauma. Infeksi luka operasi
(ILO) merupakan infeksi terkait pusat perawatan dimana infeksi luka terjadi
karena prosedur operasi, khususnya operasi apendektomi pada penelitian ini, dan
dapat menambah beban ekonomi yang berat terhadap pasien, meskipun
2.1. Anatomi
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm
(kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di caecum. Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks
berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya.
Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden appendicitis pada usia itu.
Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan
apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks
penggantungnya4 (Omari, A, et al 2014).
Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang
caecum, di belakang colon ascendens, atau di tepi lateral colon ascendens. Gejala
klinis appendicitis ditentukan oleh letak apendiks (Omari, A, et al 2014).
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti
a.mesenterica superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal
dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri visceral pada appendicitis bermula di
sekitar umbilicus (RSU Anutapura, 2015). Pendarahan apendiks berasal dari
a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat,
misalnya karena thrombosis pada infeksi apendiks akan mengalami gangrene
(RSU Anutapura, 2015).
2.2. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lender 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Hambatan aliran
lender di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis appendicitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid
tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA.
Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena
4
Universitas Sumatera Utara
5
jumlah jaringan limfatik disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di
saluran cerna dan di seluruh tubuh (RSU Anutapura, 2015).
2.3. Insidensi
Terdapat sekitar 250.000 kasus appendicitis yang terjadi di Amerika
Serikat setiap tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.
Appendicitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan
perbandingan 3:2. Bangsa Caucasia lebih sering terkena dibandingkan dengan
kelompok ras lainnya. Appendicitis akut lebih sering terjadi selama musim panas.
Insidensi Appendicitis acuta di negara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang, tetapi beberapa tahun terakhir angka kejadiannya menurun secara
bermakna (Marissa,2012).
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat
dalam menu sehari-hari. Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya
pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada
kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidensi pada laki-laki dan
perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidensi lelaki
lebih tinggi (Richard, N, 2014).
2.4. Etiologi
Appendicitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix
sehingga terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.
Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang
paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan
appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi: Hiperplasia folikel
lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya Benda asing (pin, biji-bijian) Kadang
parasite (Pisano, M, 2013).
Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis adalah ulserasi
mukosa appendix oleh parasit E. histolytica. Berbagai spesies bakteri yang dapat
diisolasi pada pasien appendicitis yaitu 7 (Suhashani, K, 2010): Bakteri aerob
fakultatif Bakteri anaerob Escherichia coli Viridans streptococci Pseudomonas
2.5. Patogenesis
Appendicitis terjadi dari proses inflamasi ringan hingga perforasi, khas
dalam 24-36 jam setelah munculnya gejala, kemudian diikuti dengan
pembentukkan abscess setelah 2-3 hari Appendicitis dapat terjadi karena berbagai
macam penyebab, antara lain obstruksi oleh fecalith, gallstone, tumor, atau
bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan tetapi paling sering disebabkan
obstruksi oleh fecalith dan kemudian diikuti oleh proses peradangan. Hasil
observasi epidemiologi juga menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah
penyebab terbesar, yaitu sekitar 20% pada ank dengan appendicitis akut dan 30-
40% pada anak dengan perforasi appendiks. Hiperplasia folikel limfoid appendiks
juga dapat menyababkan obstruksi lumen (R.Sjamsuhidajat, 2010).
Insidensi terjadinya appendicitis berhubungan dengan jumlah jaringan
limfoid yang hyperplasia. Penyebab dari reaksi jaringan limfatik baik lokal atau
general misalnya akibat infeksi Yersinia, Salmonella, dan Shigella; atau akibat
invasi parasit seperti Entamoeba, Strongyloides, Enterobius vermicularis,
Schistosoma, atau Ascaris. Appendicitis juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus
enteric atau sistemik, seperti measles, chicken pox, dan cytomegalovirus. Pasien
dengan cyctic fibrosis memiliki peningkatan insidensi appendicitis akibat
perubahan pada kelenjar yang mensekresi mucus. Carcinoid tumor juga dapat
mengakibatkan obstruksi appendiks, khususnya jika tumor berlokasi di 1/3
proksimal. Selama lebih dari 200 tahun, benda asaning seperti pin, biji sayuran,
dan batu cherry dilibatkan dalam terjadinya appendicitis. Trauma, stress
psikologis, dan herediter juga mempengaruhi terjadinya appendicitis (RSU
Anutapura, 2015).
Awalnya, pasien akan merasa gejala gastrointestinal ringan seperti
berkurangnya nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB yang minimal, dan
kesalahan pencernaan. Anoreksia berperan penting pada diagnosis appendicitis,
khususnya pada anak-anak (RSU Anutapura, 2015).
tungkai kanan ditekuk. Defence musculare: bersifat lokal, lokasi bervariasi sesuai
letak Appendix. Nyeri pada daerah cavum Douglas bila ada abscess di rongga
abdomen atau Appendix letak pelvis. Nyeri pada pemeriksaan rectal tooucher.
Dunphy sign: nyeri ketika batuk10. Skor Alvarado Semua penderita dengan
suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu: skor 6 (R.Sjamsuhidajat, 2010).
Selanjutnya dilakukan Appendectomy, setelah operasi dilakukan
pemeriksaan PA terhadap jaringan Appendix dan hasilnya diklasifikasikan
menjadi 2 kelompok yaitu: radang akut dan bukan radang akut. Tabel Alvarado
scale untuk membantu menegakkan diagnosis Manifestasi Skor Gejala Adanya
migrasi nyeri 1 Anoreksia 1 Mual/muntah 1 Tanda Nyeri RLQ 2 Nyeri lepas 1
Febris 1 Laboratorium Leukositosis 2 Shift to the left 1 Total poin 10 Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil 5-6 : bukan diagnosis Appendicitis 7-8 :
kemungkinan besar Appendicitis 9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis Bila
skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan
bedah sebaiknya dilakukan11 (Shiddiq, M, 2013).
suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periappendiks. False positif dapat
muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix sebagai hasil dari salphingitis atau
inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat muncul karena letak
appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang terisi banyak udara yang
menghalangi appendix1. CT-Scan CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak
jelas.sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-pasien yang
obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan
dapat digunakan sebagai pilihan test diagnostik1. Diagnosis appendicitis dengan
CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada diameternya.
Dinding pada appendix yang terinfeksi akan mengecil sehingga memberi
gambaran (R.Sjamsuhidajat, 2010).
2.10. Penatalaksanaan
Untuk pasien yang dicurigai Appendicitis: Puasakan dan Berikan analgetik
dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala n Penelitian
menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat
pemeriksaan fisik. n Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita usia
reproduksi. n Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang
membutuhkan Laparotomy Perawatan appendicitis tanpa operasi n Penelitian
menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk Appendicitis
acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk pekerja
di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan
operasi Rujuk ke dokter spesialis bedah (Suhashani, K.2010).
Antibiotika preoperative n Pemberian antibiotika preoperative efektif
untuk menurunkan terjadinya infeksi post opersi. n Diberikan antibiotika
16
Universitas Sumatera Utara
17
n = Besar sampel
Sen = Harapan sensitivitas = 85%
d = Ketepatan penelitian = ditentukan oleh peneliti 15%
P = prevalensi apendisitis pada anak = 4,5% (Jangra et al, 2013)
Appendisitis Akut
pada anak
eksklusi
Analisis
Usia ≤ 18 tahun
Hubungan
Analisis
Pada tabel 4.2. menunjukkan hubungan antara distribusi sel darah merah
(RDW) terhadap pediatric appendicitis score (PAS) yang dianalisis dengan
menggunakan analisis data korelasi Spearman dengan hasil korelasi (r) = 0,508.
Hasil ini bermakna secara statistik dengan nilai p 0,001.
20
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
21
Universitas Sumatera Utara
22
memiliki nilai RDW yang lebih tinggi daripada yang tidak mengalami
appendicitis. (Bozlu et al 2014, Haghi et al 2019). Penelitian yang dilakukan
Tanrikulu tahun 2014 menyatakan bahwa RDW dapat digunakan sebagai skala
diagnostic pada pasien appendicitis (Tanrikulu et al 2014). Ertekin dkk pada tahun
2017 melakukan penelitian serupa dan mendapatkan hasil bahwa RDW ditemukan
secara signifikan pada pasien dengan diagnosis appendicitis dibandingkan pada
pasien tanpa diagnosis ini. (Ertekin et al 2017). Namun dari penelitian yang
dilakukan oleh Narci dkk tahun 2013 didapatkan kesimpulan bahwa nilai RDW
menjadi rendah pada pasien yang mengalami appendicitis akut. (Narci et al 2013).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Toktas tahun 2017 juga mengatakan bahwa
nilai RDW menurun pada pasien dengan appendicitis akut, namun memerlukan
penelitian selanjutnya untuk mengkonfirmasi hal ini (Toktas et al 2017).
Hasil penelitian yang kami lakukan juga menunjukkan bahwa skor
Pediatric Appendicitis Score (PAS) adalah 4,50 (1-9). Penelitian yang dilakukan
oleh Sayed tahun 2017 menyatakan bahwa PAS dapat digunakan sebagai indicator
dalam mengeksklusi pasien dengan kondisi appendicitis. (Sayed et al 2017). Bila
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Goulder tahun 2008
menyatakan bahwa PAS belum dapat digunakan sebagai rekomendasi indicator
yang mengarah pada appendicitis. (Goulder et al 2008).
Kami mecoba melihat adakah hubungan antara RDW dan PAS pada
pasien dengan masalah apendisitis. Dengan menggunakan korelasi Spearman,
didapatkan hasil sesuai dengan tabel 4.2 dimana koefisien korelasi (r) adalah
0,508, yang artinya memiliki hubungan korelasi sedang, pada nilai p-value
didapatkan hasil p<0,05 yang artinya signifikan secara statistic. Sehingga dapat
dikatakan bahwa antara RDW dan PAS memiliki korelasi hubungan yang
signifikan.
6.1. Kesimpulan
1. Kesimpulan yang dapat kami ambil dari penelitian ini adalah bahwa
RDW maupun PAS dapat digunakan sebagai indikator pada pasien
dengan apendisitis
2. Nilai RDW dan PAS memiliki korelasi positif dan bermakna secara
statistik.
6.2. Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu menggunakan desain
penelitian prospektif dengan randomisasi sehingga mampu membuktikan
perbedaan beberapa hasil penelitian terdahulu.
2. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan kontrol sebagai
perbandingan.
24
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Aydogan, A., Akkucuk, S., Arica, S., Motor, S. (2013). The Analysis of Mean
Platelet Volume and Platelet Distribution Width Levels in Appendicitis.
Indian Journal Of Surgery DOI 10.1007/s12262-013- 0891-7 pp 4-6.
Dinc, B., Oskay, A., Dinc, S., Bas,B., Tekin, S. (2015). New parameter in
Diagnosis of Acute Appendicitis: Platelet Distribution Width. World
Journal of Gastroenterology DOI: 10.3748/wjg.v21.i6.1821. pp 1-7.
25
Universitas Sumatera Utara
26
Omari, A., Khammash, M., Qasaimeh, G., Shammari, A.,Yaseen, M., Hammori,
S. (2014). Acute Appendicitis In The Elderly: Risk Factors for Perforation.
World Journal of Emergency Surgery. DOI:10.1186/1749-7922-9-6. pp 1-
6.
Pisano, M., Coccolini, F., Bertoli, P., Giulii, M., Capponi., Poletti, E., Naspro, R.,
Ansaloni, L. (2013). Conservative Treatment for Uncomplicated Acute
Appendicitis in Adults. Emergency Medicine and Health Care. 1:2. DOI
:.org/10.7243/2052-6229-1-2. pp 1- 4.
RSU Anutapura. (2012). Profil Rumah Sakit Umum Anutapura Tahun 2014. RSU
Anutapura : Palu
Sayed AO, Zeidan NS, Fahmy DM, Ibrahim HA. Diagnostic reliability of
pediatric appendicitis score, ultrasound and low-dose computed
tomography scan in children with suspected acute appendicitis. Dovepress.
2017
Shiddiq, M., Virgiandhy, N., Handini, M. (2013). Suhu Tubuh Dan Nilai
Granulosit Praoperasi Pasien Apendisitis Akut Berkomplikasi Di Rsud
Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2012. Universitas Tanjungpura :
Pontianak.
Toktas O and Aslan M. Mean platelet volume, red cell distribution width,
neutrophil to lymphocyte ratio and platelet to lymphocyte ratio in the
diagnosis of acute appendicitis. East J Med. 2017
Lampiran 1
SUSUNAN PENELITI
Peneliti
Nama lengkap : dr. Khairil Munandar Hasibuan
NIM : 147041166
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Pembimbing I
Nama lengkap : dr. Erjan Fikri Sp.B (K)BA
NIP : 1963 01 27198911 1001
Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Divisi Bedah Anak RSUP HAM
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Bidang Keahlian : Bedah Anak
Pembimbing II
Nama lengkap : dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK-K
NIP : 1956 11 01198302 1 002
Jabatan Fungsional : Staf Pengajar Divisi Patologi Klinik RSUP HAM
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Bidang Keahlian : Patologi Klinik
Lampiran 2
RIWAYAT HIDUP PENELITI
PENDIDIKAN
1. SD Negeri 060928 Medan tahun 1988 - 1994
2. SMP Negeri 1 Medan tahun 1994 - 1997
3. SMA Negeri 13 Medan tahun 1997-2000
4. S-1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Medan tahun 2000-2004
5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
Medan tahun 2004 - 2006
Lampiran 3
No Uraian Jumlah
1
Honorarium Rp 1.800.000,-
2
Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 800.000,-
3
Pengambilan data Rp ~
4
Penggandaan Proposal dan Laporan Penelitian Rp 1.500.000,-
Total Rp 4.100.000,-
Lampiran 4
Agustus s.d.
Juni November
Oktober
2018 2018
2018
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
PENYUSUNAN
LAPORAN
PENGGANDAAN
LAPORAN
Lampiran 5
ETHICAL CLEARANCE