Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :
Nama
:
Rizky prasetyo Nugroho
NIM
: B0A013055
Rombongan : 1
Kelompok
: 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
I.

2014
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang
mengandung cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan
media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel
padat. Proses filtrasi yang sederhana adalah proses penyaringan dengan
dengan media filter kertas. Kertas saring dipotong melingkar jika masih
bentuk lembaran empat persegi panjang ataukubus, jika telah berbentuk
lingkaran lipat dua, sebanyak tiga atau empat kali.Selanjutnya buka dan
letakkan dalam corong pisah sehingga tepat melekat dengancorong
pisah. Campuran heterogen yang akan dipisahkan dituang sedikit demi
sedikit, kira-kira banyaknya campuran tersebut adalah sepertiga dari
tinggi kertas.Lakukan berulang-ulang, sehingga kita dapat memisahkan
partikel padat dengan cairannya. Hasil filtrasi adalah zat padat yang
disebut residen dan zat cairnya disebutdengan filtrat (Lamb and price,
2008).
Laju filtrasi glomerulus (GFR =Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur
menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak
disekresi maupun direabsorps oleh tubulus. Jumlah zat yang terdapat
dalam urindiukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat
yangterdapat daalam cairan plasma. Kapiler glomerulus secara relatif
bersifatimpermeable terhadap protein plasma yang lebih besar dan cukup
permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit,
asam

amino,

glukosa

dan

sisa

nitrogen. Arteriole

aferen yang

mengarah ke kapiler glomerulus mempunyai diameter yang lebih besar


dan memberikan sedikit tahanan daripada kapiler yanglain. Secara
proporsional arteriole

aferen lebih

besar

diameternya dari

arteriole

eferen. Berliter-liter darah didorong keruang yang lebih kecil, mendorong


air dan partikel kecil terlarut dari plasma masuk kedalam kapsula
Bowman (Widmann, 1995).
Tekanandarahterhadap dinding pembuluh ini disebut tekanan hidrostat
ik (TH). Gerakan masukke

dalam

kapsula

Bowman

disebut

filtrasi

glomerulus dan materi yang masuk kedalam kapsula Bowman disebut


filtrat . Tiga faktor lain yang ikut serta dalam filtrasi, TH dantekanan
osmotik (TO) dari filtrat dalam kapsula Bowmans dan TO plasma.

Tekanan osmotik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh air (pelarut lain)
pada membran
semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membran kedalam area
yang mengandung lebih banyak molekul yang tidak dapat melewati
membran semipermeabel (Widmann, 1995).
I.2.

Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk menganalisis senyawa yang dapat
melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia

II. MATERI DAN CARA KERJA


2.1.

Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini larutan Biuret,


larutan Benedicts, larutan protein 1%, larutan glukosa 1%, akuades,
larutan amilum, larutan KI 1%, kertas filter Wathman, dan kertas filter
GF/F,
Alat yang digunakan adalah tabung Erlenmeyer, corong, pipet ukur,
gelas ukur, pipet tetes, dan penangas air. tabung reaksi.
2.2.
Cara Kerja
1. Tabung reaksi dan semua larutan disiapkan.
2. Larutan protein, glukosa, dan akuades dimasukkan ke dalam tabung
reaksi masing-masing 1 ml.
3. Setiap tabung reaksi diberi label sesuai dengan isi larutan uji.
4. Sebanyak 1 ml larutan Biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi
berisi larutan protein 1%. Perubahan yang terjadi diamati.
5. Sebanyak 1 ml larutan Benedict ditambahkan ke dalam tabung reaksi
berisi larutan glukosa 1%. Tabung reaksi tersebut di masukkan dalam
penangas air selama 5 menit, kemudian dikocok dan diamati
perubahannya.
6. Sebanyak 1 ml larutan KI ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan amilum. Perubahan yang terjadi diamati. Setelah disaring,
larutan ditetesi reagen.
7. Larutan Biuret dan Benedict yang ditambahkan ke tabung reaksi
masing-masing 1 ml.
8. Kertas filter GF/F dan corong dipersiapkan di atas labu Erlenmeyer.
Ketiga larutan uji kemudian difilter pada ketiga labu Erlenmeyer.
9. Larutan uji difilter pada empat tabung Erlenmeyer menggunakan
corong yang dilengkapi dengan kertas filter.
10.Hasil pengamatan dicatat dan dimasukin kedalam data pengamatan.

II.2.

Pembahasan

Berdasarkan percobaan analisis filtrasi ginjal kelompok kami, pada


tabung berisi protein + biuret yang belum difiltrasi intensitas warnanya
kuat, sedangkan pada tabung reaksi berisi protein + biuret yang difiltrasi
intensitas warnanya sedang. Pada tabung berisi glukosa + benedict yang
belum difiltrasi, intensitas warnanya kuat dan tabung reaksi glukosa +
benedict yang telah dilakukan filtrasi intensitas warnanya menjadi
sedang. Tabung reaksi berisi amilum + KI yang belum difiltrasi intensitas
warnanya kuat, sedangkan pada tabung reaksi berisi amilum + KI yang
difiltrasi intensitas warnanya kuat pula. Tabung reaksi berisi akuades +
biuret yang tidak difiltrasi intensitas warnanya kuat, sedangkan tabung
reaksi berisi akuades + biuretyang difiltrasi intensitas warnanya.Hal
tersebut menunjukan bahwa keempat larutan tersebut hanya sedikit saya
yang dapat melewati filter ginjal dan selebihnyaaa lolos dari penyaringan.
Apabila dibandingkan dengan pustaka,hasil praktikum tersebut tidak ada
yang sesuai dengan pustaka, karena menurut Guyton (1996) pada
umumnya molekul 2 nm atau kurang seperti halnya amilum akan
tersaring tanpa batasan. Hal tersebut terjadi karena kurang tepatnya
penempatan kertas filter pada corong.
Urin yang dikeluarkan setiap harinya mengandung berbagai unsur
seperti air, protein, amoniak, glukosa, sedimen, bakteri dan lain
sebagainya. Unsur-unsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya
pada orang yang berbeda, pada waktu yang berbeda dan juga dapat
dipengaruhi oleh makanan yang kitakon sumsi. Percobaan kali ini
menggunakan kertas GF/F untuk menggambarkan fungsi ginjal. Proses
pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan(filtrasi),
penyerapan

kembali

(reabsorbsi),

dan

penambahan

zat zat

(augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman.


Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di
tubulus distal (Puljate et al .,2011).
Proses pembentukan urin menurut Guyton (1994)
1. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar
kapsul Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding
luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan
lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman
tersusun dari sel-sel khusus (podosit).Proses filtrasi terjadi karena adanya

perbedaan tekanan hidrostatik (tekanandarah) dan tekanan onkotik


(tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus,
tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponenkomponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler,
glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng
filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman (Puljate,et al .,2011).
2. Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle,
dan sebagian tubulus kontortus distal. Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel
epitel

diseluruh

tubulus

ginjal.

Banyaknya

zat

yang

direabsorpsi

tergantung kebutuhantubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air,


glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42- , dan
sebagian urea. Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif.
Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus
proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3dan H2O terjadi ditubulus kontortus distal. Proses reabsorpsi dimulai
ketika urin primer (bersifathipotonis dibanding plasma darah) masuk ke
tubulus kontortus proksimal, kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan
67% ion Na+,selain itu juga terjadireabsorpsi air dan ion Cl - secara pasif.
Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah
berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada
jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal.Lengkung henle terjadi
sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di
tubulus kontortus distal. Bagian tubulus ini terjadi reabsopsi Na + dan air
di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi,
ditubulus ini juga terjadi sekresi H +, NH4+, urea, kreatinin, dan obatobatan yang ada pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin sekunder
yang memiliki kandungan air,garam, urea dan pigmen empedu yang
berfungsi memberi warna dan bau pada urin (Kusnandar, 2006).
3. Augmentasi (pengumpulan)
Urin

sekunder

dari

tubulus

distal

akan

turun

menuju

tubulus

pengumpul.Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion


Na+, Cl-, dan ureasehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus
pengumpul, urin dibawake pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter
menuju

vesika

urinaria

(kantongkemih)

yang

penimpanan sementara urin (Sennang et al .,2005).

merupakan

tempat

.Praktikum kali ini, kita menggunakan indikator warna diantaranya


adalah biuret, KI dan benedict. Fungsi reagen biuret adalah untuk
mengetahui ada tidaknya kandungan protein pada urin. Larutan glukosa
yang telah diberi reagen benedicts dan dipanaskan berwarna orange pekat,
sedangkan setelah difiltrasi warnanya tidak berubah seharusnya menjadi
orange (lebih pudar). Fungsi reagen benedicts adalah indikator untuk
mengetahui ada tidaknya kandungan glukosa pada urin. Urin berwarna
orange tersebut juga menunjukan bahwa sampel urin masih dalam
keadaan normal.

Sedangkan Larutan KI digunakan untuk menguji

kandungan karbohidrat(amilum).
Masa hidup orang dewasa dengan stadium akhir ginjal penyakit
berkurang,

dan

penyakit

kardiovaskular menyumbang sekitar

setengah kematian di antara orang dewasa yang menjalani dialisis


reguler. 1,2 Faktor yang berkontribusi meliputi hipertensi, intoleransi
glukosa, dislipidemia, homosistein serum yang tinggi konsentrasi, dan
kelainan pada kalsium dan metabolisme fosfor. Menurut Eknoyan(2003),
beberapa penyakit atau kelainan yang terjadi apabila proses filtrasi
terganggu.
1. Nefritis
Yaitu kerusakan pada glomerulus akibat alergi racun kuman, biasanya
disebabkan oleh bakteri Steptococcus. Nefritis mengakibatkan seseorang
menderita Uremia dan oedema. Uremia: masuknya kembali asam urin
dan urea ke pembuluh darah. Oedema adalah penimbunan air di kaki
karena reabsorpsi air terganggu.
2. Batu ginjal
Terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal,
saluranginjal, atau kantong kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang
tidak larutKandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan
kristal kalsium fosfat.Endapan garam ini terbentuk jika seseorang terlalu
banyak mengonsumsi garammineral dan terlalu sedikit mengonsumsi air.
3. Albuminuria
Penyakit

ini

adalah

dimana

urine

megandung

albumin

(protein)

yangdisebabkan oleh gagalnya glomerulus untuk melakukan penyaringan


terhadap protein. Hal ini dapat terjadi karena karena masuknya substansi
seperti racun bakteri, eter, atau logam berat. Albuminuria termasuk

dalam chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis. Untuk
mendiagnosa CKD
pada orang dewasa dan bayi yang mengidap diabetes, pengukuran
kandungan albumin di urin akan menunjukkan jumlah kandungan protein.
Jumlah

kandungan

protein

ini lebih

akurat

untuk

mengidentifikasi

kedunya terkena albuminuria ataupun molekul berat rendah proteinuria.


4. Glikosuria
Ditemukannya

glukosa

pada

urin.

Adanya

glukosa

dalam

urin

menunjukkan adanyakerusakan pada tabung ginjal.


5. Hematuria
Ditemukannya sel darah merah dalam urin. Hematuria disebabkan
peradangan padaorgan urinaria atau iritasi akibat gesekan pada batu
ginjal
6. Ketosis
Ditemukannya senyawa keton di dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada
orang yangmelakukan diet karbohidrat.
7. Diabetes Melitus
Penyakit yang disebabkan karena pankreas tidak menghasilkan atau
hanyamenghasilkan sedikit insulin. Insulis adalah hormon yang mampu
mengubah glukosamenjadi glikogen sehingga mengurangi kadar gula
dalam darah. Selain itu, Insulis jugamembantu jaringan tubuh menyerap
glukosa
militus

sehingga
juga

dapat

dapat

digunakan

terjadi

jika

sebagai

sel-sel

di

sumberenergi.Diabetes
hati,

otot,

dan

lemak

memilikirespons rendah terhadap insulin.Kadar glukosa di urin penderita


diabetes militus sangattinggi.Ini menyebabkan sering buang air kecil,
cepat haus dan lapar, serta menimbulkanmasalah pada metabolisme
lemak dan protein.
8. Diabetes Insipidus
Penyakit

yang

menyebabkan

penderita

mengeluarkan

urin

terlalu

banyak.Penyebabnya adalah kekurangan hormon ADH (dihasilkan oleh


kelenjar hipofisis bagianbelakang). Jika kekurangan ADH, jumlah urin
dapat naik 20-30 kali lipat dari keadaannormal.

III.
Berdasarkan

hasil

KESIMPULAN

pengamatan

dan

pembahasan

dapat

disimpulkan bahwa
1. Larutan protein, akuades,amilum, dan glukosa yang belum difiltrasi
intensitas warnanya lebih kuat dibanding dengan yang setelah difiltasi
dimana intensitas warnanya menjadi sedang. Ini menunjukan bahwa
keempat larutan tersebut hanya sedikit yang tersaring dan sebagian
besar lolos dari penyaringan.
2. Bahan-bahan atau senyawa yang seharusnya mampu disaring oleh
ginjal adalah protein,dan glukosa

DAFTAR REFFERENSI
Eknoyan, Garabed. 2003. Proteinuria and Other Markers of Chronic
Kidney Disease:APosition Statement of the National Kidney
Foundation (NKF) and the NationalInstitute of Diabetes and
Digestive and Kidney Diseases (NIDDK).

American Journal of

Kidney Diseases.
Guyton, A.C. 1994. Fisiologi Tubuh Manusia. Binarupa Aksara, Jakarta
Kusnandar, S. 2006. Uji Faal Ginjal, Bersihan dan Laju Filtrasi Glomerulus.
Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Lamb, E., Newman, D.J., & Price, C.P. 2008. Kidney Function Test.(in) Bur
tis,C.A.
Puljate, I, Isabele, P.et al.2011. Cytotoxicity and Oxidative Stress Induced
by DifferentMetalic Nanoparticles on Human Kidney Cells. BioMed
Central, France.
Sennang, N., Sulina, Badji, A., Hardjoeno. 2005. Laju Filtrasi Glomerulus
pada

Orang

Dewasa

Berdasarkan

Tes

Klirens

Kreatinin

Menggunakan Persamaan Cockroft-Gaultdan Modification of Diet


in Renal Disease.J.Med.Nus vol 24, No. 2.
Widmann, F.K. 1995. Tinjauan Klinik Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorim.
EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai