Anda di halaman 1dari 11

PENGAMATAN ORGAN DIGESTI HEWAN

DAN LAJU DIGESTI PADA IKAN

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok

:
:
:
:

Rizki prasetyo nugroho


B0A013026
1
4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Digesti merupakan proses pemecahan zat makanan yang kompleks menjadi
sederhana. Proses digesti memerlukan waktu yang lama dalam memecah makanan. Pakan
yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses digesti di dalam sistem pencernaan
sebelum pakan nutrisi itu diabsorpsi yang akan digunakan untuk sistem biologis pada tubuh
ikan. Proses digesti pada ikan akan dibantu oleh enzim-enzim pencernaaan yang dihasilkan
oleh tubuh. Hasil proses digesti dapat berupa asam amino, asam lemak, dan monosakarida
yang akan diabsorpsi oleh sel epitel intestine kemudian disebarluaskan keseluruh tubuh
oleh sistem sirkulasi (Kay, 1998).
Proses pencernaan ikan sama dengan vetebrata yang lain, namun ikan memiliki
beberapa variasi, terutama dalam hubungannya dengan cara memakan. Proses pencernaan
dan absorpsi berlangsung didalam saluran pencernaan. Proses ini berfungsi menyediakan
suplai kebutuhan tubuh akan air, mineral, vitamin dan zat gizi. Proses digesti dibagi menjadi
dua yaitu digesti secara mekanik dan kimiawi. Digesti secara mekanik atau menguyah
dimulai dari rongga yaitu dengan berperannya gigi dalm proses pemotongan dan
penggerusan makanan, lalu dilanjutkan ke lambung dan usus yaitu dengan adanya gerakangerakan kontraksi otot. Digesti secara kimiawi diperankan oleh enzim yang membantu
mencerna makanan menjadi molekul-molekul terkecil sehingga bisa diserap oleh usus
untuk diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh untuk menghasilkan suatu
energi (Fujaya, 2004).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat organ digesti katak daan ikan serta
mengmati laju digesti atau pengosongan lambung pada ikan. Pencapaian pembelajaran
yang ingin dicapai adalah setelah praktikum mahasiswa dapat mengetahui sistem digesti
hewan dan metode pengamatan laju digesti ikan

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah akuarium kaca berukurab 30 X 50 X 30
sebanyak 4 buah, alat bedah, timbangan analitik, thermometer, dan hilter.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan lele (clarias batracus), katak
(Fejervarya cancrivora) dan pakan ikan berbentuk pelet.
2.2. Cara kerja
a. Pengamatan organ digesti katak/ikan
1. Diambil katak/ikan (jantan/betina)
2. Dibius hewan dalam botol pembius yang sudah diberi kapas yang telah
dibasahi ether atau kloroform
3. Direntangkan hewan yang sudah terbius atau mati diatas bak bedah
4. Dijepit bagian perut hewan tersebut dengan pinset, kemudian dibuat
guntingan kecil dibagian kulit tersebut tanpa merusak otot perutnya.
5. Dipegang bagian atas dan bawah sayatan kulit dengan erat, kemudian ditarik
kearah yang berlawanan hingga bagian abdomen terbuka.
6. Digunting bagian dinding abdomen ke arah atas dan samping tubuh dengan
menggunakan pinset dan gunting bedah.
7. Diperhatikan sistem digestinya seperti hati,empedu,lambung,intestine besar
dan kecil serta anusnya
8. Digambar organ digestinya sesuai dengan posisinya di dalam tubuh.

b. Pengamatan laju digesti ikan


1. Disiapkan tiga buah akuarium dan isi akuarium dengan air setinggi 25 cm,
kemudian diberi aerasi pada akuarium yang akan dipakai.
2. Ditebarkan ikan dengan ukuran yang seragam pada akuarium yang telah
disediakan dengan kepadatan 4-5 ekor per akuarium

3. Diberi pellet pada ikan sebanyak 2,5% dari berat total tubuh dan dibiarkan ikan
mengonsumsi pakan untuk waktu 15-20 menit.
4. Diambil semua ikan pada salah satu akuarium dan lakukan pembedahan untuk
mengambil lambung ikan, setelah lambung ikan diambil, lakukan penimbangan
untuk mengetahui bobot lambung.
5. 30 menit setelah pemberian pakan, diambil 30 menit setelah pemberian
pakan, diambil lagi semua ikan pada salah satu akuarium yang lain dan
dilakukan pembedahan pada bagian ventral untuk mengambil lambung ikan
serta menimbang lambung ikan untuk mengetahui bobotnya
6. Dilakukan langkah 5 dan 6 untuk pengambilan 60 menit pada akuarium yang
lain.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan laju Digesti pada Ikan Lele (Clarias batrachus)
Kelomok

0
X

30
%BLx

60
%BLy

%BLz

0,2092

100%

0,1815

86,76%

0,1361

65,05%

0.1502

100%

0,1718

114,28%

0,1461

97,27%

0,1764

100%

0,1627

92,23%

0,1097

62,18%

0,1308

100%

0,1246

95,25%

0,1143

87,38%

Keterangan :
x = Bobot Lambung setelah 0 menit
y = Bobot Lambung setelah 30 menit
z = Bobot Lambung setelah 60 menit

Perhitungan kelompok 4

Bx
x100%
Bx

BLz

0,1308
x100%
0,1308
100%

BLx

BLy

By
x100%
Bx

0,1246
x100 %
0,1308
95,259 %

Bz
x100%
Bx

0,1143
x100 %
0,1308
87 ,38 %

Grafik 1. Hubungan Bobot Lambung dengan Waktu Pengamatan

presentase Bobot Lambung (%)

120
100
80
Kelompok 1

60

Kelompok 2
Kelompok 3

40

Kelompok 4
20
0
Menit 0

Menit 30

Waktu

Menit 60

3.2. Pembahasan
Digesti adalah proses pemecahan makanan dari senyawa yang kompleks menjadi
sederhana. Molekul pakan diabsorbsi dan selanjutnya digunakan dalam tubuh hewan.
Pemecahan molekul ini dilakukan di sepanjang saluran digesti hewan (Yuwono, 2001).
Molekul-molekul besar karbohidrat, lemak, dan protein dari bagian-bagian sel dan
jaringan yang dikonsumsi harus dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil seperti gula dan
asam amino, agar dapat diangkut melalui membran sel. Digesti menyangkut penambahan
air pada molekul yang akan dipecah, suatu reaksi yang disebut hidrolisis. Meskipun
hidrolisis merupakan suatu reaksi eksotermik, tetapi jumlah energi yang dilepaskan hanya
sedikit, dan agar reaksi itu dapat berlangsung dengan cepat maka harus dikatalisis oleh
enzim. Zat makanan kecil yang sudah dicerna akan diserap oleh sel-sel saluran pencernaan
secara difusi atau transport aktif, yang disebut dengan absorpsi (Kay, 1998).
Praktikum kali ini membahas mengenai laju digesti ikan. Proses digesti ikan dimulai dari
lambung (pada ikan yang mempunyai lambung) dan dilanjutkan di intestine yang akan
berakhir di lubang pembuangan bahan sisa. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data
perbandingan berat bobot lambung ikan lele setelah diberi pakan dengan selisih waktu
tertentu. Hasilnya yaitu bobot lambung ikan 0 menit, 30 menit dan 60 menit setelah diberi
makan adalah 0,1308 gr, 0,1264 gr dan 0,1143 gr. Berdasarkan hasil yang didapat pada saat
0-60 menit bobot lambung berkurang, hal ini sesuai dengan pendapat Yuwono (2001)
bahwa semakin lama waktu pengukuran setelah diberi pakan maka semakin kecil bobot
lambung ikan. Hal ini karena molekul besar telah banyak yang didigesti menjadi molekul
yang lebih kecil dan telah banyak diserap oleh usus.
Menurut Fujaya (2002), organ pencernaan pada katak terdiri dari:
1. Rongga Mulut : Katak memiliki rongga mulut yang ditopang oleh rahang atas maupun
rahang bawah. Gigi katak berbentuk V dan tidak berkembang dengan sempurna. Lidah
katak sangat panjang, dan lidah inilah yang berfungsi menangkap mangsa. Keunikan
pada lidah katak adalah pangkal lidah yang berada di depan, bentuk lidah yang
menggulung, serta tekstur lidah yang kenyal dan sangat lengket.
2. Kerongkongan

(Esofagus)

Kerongkongan

katak

tidak

berkembang

seperti

kerongkongan pada manusia yang cukup panjang dan mampu melakukan gerak
peristaltik. Kerongkongan pada katak hanya berupa saluran kecil yang sangat pendek.
Hal ini akibat katak tidak memiliki leher seperti halnya mamalia maupun aves.
3. Lambung (Ventrikulus) : Bentuk lambung pada sistem pencernaan katak mirip dengan
ventrikulus pada ikan. Lambung katak bersifat sangat asam. Tujuannya adalah untuk

membunuh mangsa dan kuman-kuman penyakit, mengingat mangsa katak adalah


serangga yang mungkin masih hidup ketika ditelan. Di dekat lambung, menempel
pankreas yang berwarna kuning dan berfungsi menghasilkan enzim untuk mencerna
makanan. Selain itu, di dekat ventrikulus, terdapat hepar (hati) yang menghasilkan
cairan empedu untuk menetralisasi racun dan zat-zat toksik yang masuk ke dalam
saluran pencernaan katak.
4. Usus (Intestinum) : Usus katak identik dengan usus ikan. Meskipun lebih panjang,
bagian-bagian usus seperti duodenum (usus 12 jari), jejunum (usus kosong) maupun
ileum (usus cerna), belum memiliki batas-batas yang jelas. Meskipun demikian, di dalam
usus, terjadi penyerapan sari-sari makanan oleh bantuan enzim yang dihasilkan
pankreas.
5. Usus Besar atau Usus Tebal : Di dalam usus besar katak, hanya terjadi penyerapan air
dan pembusukan sisa makanan.
6. Kloaka : Sisa makanan yang tidak dipakai akan dibuang melalui saluran kloaka katak.
Perlu diketahui, identik dengan ikan maupun reptilian, katak belum memiliki saluran
reproduksi, pembuangan urine dan pembuangan zat sisa makanan yang terpisah.
Semuanya bermuara di saluran kloaka.
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga
mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada
dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus melalui
faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek,
terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari
kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya
membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan
buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan. Dari lambung, makanan masuk ke
usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada
anus (Yuwono, 2001)
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar
yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan
dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta
bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan
dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu
berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya
bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan

disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik
sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim enzim
pencernaan dan hormon insulin (Yuwono, 2001)
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju digesti adalah temperatur air, suhu lingkungan,
musim, waktu siang dan malam, intensitas cahaya, ritme internal dan kualitas pakan yang
dikonsumsi (Halver et al.,1989). Menurut Mujiman (1984) laju digesti juga dipengaruhi oleh
zat kimia yang terdapat dalam perairan yaitu kandungan O2, CO2, H2S, pH dan alkalinitas.
Ikan semakin banyak beraktivitas maka semakin banyak membutuhkan energi sehingga
proses metabiolismenya tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik
dan lebih banyak jumlahnya.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa :


1. Laju digesti adalah waktu yang diperlukan oleh ikan untuk mencerna makanan dan
mengosongkan lambungnya.
2. Faktor

yang

mempengaruhi laju

digesti pada ikan adalah temperatur air, suhu

lingkungan, musim, waktu siang dan malam, intensitas cahasa, ritme internal dan
kualitas pakan yang dikonsumsi.
3. Ikan lele (Clarias batrachus) yang diberi pakan pelet secukupnya dan setelah dibiarkan
15 menit (0 menit) diperoleh berat lambung 0,1308 gr, 30 menit diperoleh bobot 0,1264
gr dan 60 menit diperoleh bobot lambung sebesar 0,1143 gr.
4. Semakin lama waktu pengukuran setelah diberi pakan maka semakin

kecil bobot

lambung ikan. Hal ini karena pakan sudah mengalami digesti dan diabsorpsi di usus/
intestine ikan.

DAFTAR REFERENSI

Alarcon, F. J and F. J. Moyano. 2006. Studies on digestive enzymeisn fish: Characterization


and practical applications. CIHEAM - Options Mediterraneennes.
Bendiksen, Fleczar and K. J. Arbetion. 2003. Digestibility, Growth and Nutrient Utilisation of
Atlantic Salmon Parr (Salmo salar L.) in Relation to Temperature, Feed Fat Content
and Oil Source. Aquaculture, 224:283-299.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, Makasar.
Halver, J. A.1989. Fish Nutrition. Academy Press, New York.
Kay, I. 1998. Introduction to Animal Physiology. Bioscientific Publisher. Springer Verley, New
York.
Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Zonneveld, N. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai