Anda di halaman 1dari 8

OSMOREGULASI

Oleh :
Nama
:
Galih Wijaya
NIM
: B0A013026
Rombongan : 1
Kelompok
: 2

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan

sutau

organisme

sangat

dipengaruhi

oleh

faktor

lingkungan baik faktor fisika, faktor kimia, dan faktor biologi. Salah satu
faktor yang mendukung kehidupan organisme di perairan adalah kadar
salinitas dalam perairan. Tinggi rendahnya salinitas disuatu perairan baik
itu air tawar, air payau, air laut akan mempengaruhi keberadaan
organisme yang ada di perairan tersebut, hal ini sangat terkait erat
dengan tekanan osmotik dari ikan untuk melangsungkan kehidupannya.
Ikan sebagai organisme perairan akan mengalami stres bahkan akan
mengalami kematian akibat osmoregulasi yang tidak seimbang.
Osmoregulasi

adalah

kemampuan

organisme

untuk

mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang


kadar garamnya berbeda. (Kashiko, 2000). Osmoregulasi juga suatu
upaya untuk mengontrol kesimbangan air dan ion-ion antara tubuh dan
lingkungannya. Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang
relatif konstan merupakan hal yang dibutuhkan ikab agar fisiologi dalam
tubuhnya berjalan normal. Terdapat tiga pola regilasi yaitu :
a. regulasi hipertonik atau hipersomatik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubug yang lebih tinggi dari konsentrasi media. Hal
ini terjadi misalnya pada ikan tawar (potadrom),
b. regulasi hipotonik atau hiposomatik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media. Hal
ini terjadi pada jenis ikan air laut (oseanodrom)
c. rrgulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh
sama dengan konsentrasi media, sama dengan ikna-ikan yang hidup
pada daerah eustaria (Hartono, 1993)
fluktuasi salinitas juga dapat mebawa dapak yang buruk bagi
organisme yang hidup di perairan tersebut yang senantiasa untuk
beradaptasi terhadap perubahan ion-ion yang terkandung disuatu media
tersebut sehingga dapat mengakibatkan organisme mengalami stress
dan bahkan mengalami kematian jika ikan tak mampu lagi menjaga
keseimbangan osmotiknya (sukamto, 1992).
Hewan jika dilihat dari kemampuan dalam menyesuaikan diri
dengan salinitas lingkungan eksternalnya dibagi menjadi dua yaitu
osmoregulator

dan

osmokonformer.

Hewan

yang

dikatakan

osmokonformer adalah hewan yang kadar garam lingkungan internalnya

menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan luar sekelilingnya. Contoh


dari hewan osmokonformer adalah Ikan Nila. Ikan Nila merupakan salah
satu jenis ikan perairan tawar yang termasuk hewan osmokonformer yang
mempunyai variasi dan toleransi pada kadar salinitas tinggi, sehingga
ikan ini tergolong pada kelompok euryhaline. Kategori yang kedua yaitu
hewan osmoregulator yaitu hewan yang kadar garam lingkungan
internalnya cenderung tidak berubah, walaupun kadar garam lingkungan
eksternalnya berubah. Contoh dari hewan osmoregulator adalah Ikan
Nilem (Ville et al., 1988).
Osmoregulator

merupakan

hewan

yang

harus

menyesuaikan

osmolaritas internalnya, karena cairan tubuh tidak isoosmotik dengan


lingkungan luarnya. Seekor hewan osmoregulator harus membuang
kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik. Ikan
Nilem termasuk ikan air tawar dan tergolong osmoregulator yaitu
golongan hewan yang dapat mempertahankan kadar garam dalam tubuh
dan tidak terpengaruh dengan kadar garam lingkungannya. Ikan Nilem
biasanya tahan terhadap suatu kisaran salinitas yang sempit atau yang
biasa disebut stenihalin (Johnson et al., 1984).
1.2 TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui toleransi
salinitas dan konesentrasi osmotik hewan euryhalin dan stenohalin, ikan
nila (oreochromis niloticus), ikan nilem (osteochillus hasselti), serta
kepiting bakau

II. MATERI DAN CARA KERJA


II.1.

Materi
Bahan yang digunakan adalah benih ikan nila (Oreochromis sp.)

dan ikan nilem (Osteochilus hasselti)


bakau

(Scylla

paramamosain),

dan

masing-masing 10 ekor, kepiting


air

dengan

berbagai

tingkat

konsentrasi garam.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki, cup air
mineral, mikropipet, tip mikropipet,larutan EDTA, tabung, osmometer,
spuit injeksi, stopwatch, dan akuarium
2.2 Cara Kerja
A. Pengamatan Toleransi Salinitas
1. Medium air dibuat dengan salinitas 0 ppt, 10 ppt, 20 ppt, dan 30
ppt masing-masing sebanyak 4 liter
2. Medium dibagi kedalam

16wadah percobaan, masing-masing

terdiri atas 4 wadah percobaan. Masing-masing wadah diberi label


sesuai dengan salinitasnya.
3. Masing-masing 10 ekor benih ikan nila dimasukkan kedalam 4
wadah percobaan dengan salinitas berbeda.
4. Pengamatan dilakukan dan waktu dicatat pada kematian tiap ekor
di masing-masing wadah percobaan setelah 10, 20, dan 30 menit.
5. Masing-masing 10 ekor benih ikan nila dimasukkan kedalam 4
wadah percobaan lain dengan salinitas berbeda (secara gradual
transfer dan direct transfer).
6. Pengamatan dilakukan dan waktu dicatat pada kematian tiap ekor
di masing-masing wadah percobaan setelah 24, 48, 72, dan 96
jam.
B. Pengukuran Osmolalitas hemolimfe pada kepiting
1. Sampel

darah

kepiting

diambil

menggunakan

spuit

injeksi

berukuran 1 ml yang telah dilapisi larutan EDTA.


2. Sampel darah lepiting diambil dari dari bagian ruas-ruas kaki yang
paling dekat dengan tubuh kepiting.
3. Osmolalitas hemolimfe

diukur menggunakan vapour pressure

osmometer (WESCOR, USA).

4. Rasio antara osmolalitas plasma dengan osmolalitas medium


dihitung (kapasitas osmoregulasi). Semua data yang diperoleh
dicatat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


III.1. Hasil
Tabel 3.1.1. Hasil pengamatan sintasan ikan nila (direct dan
gradual transfer)
Waktu pengamatan (menit) (direct transfer)
Salinitas
10 menit
20 menit
30 menit
40
menit
0
100%
100%
100%
100%
10
100%
100%
100%
100%
20
90%
80%
80%
80%
30
20%
10%
10%
0%
Waktu pengamatan
(jam) (Gradual Transfer)
24
48 jam
72 jam
96 jam
jam
0
90%
10
90%
20
60%
30
30%
Tabel 3.1.2. Hasil pengamatan sintasan ikan nilem (direct dan
gradual transfer)
Waktu pengamatan (menit) (direct transfer)
10 menit
20 menit
30 menit
40
menit
90%
90%
90%
90%
20%
10%
0%
0%
10%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Waktu pengamatan (jam)
Transfer)
24 jam
48 jam
72 jam
96 jam
100%
0%
0%
0%

Salinitas
0
10
20
30
(Gradual
0
10
20
30

Tabel 3.1.3. pengamatan osmolalitas plasma dan medium


kepiting bakau
Kelomp
ok

Salini
tas

Osmolalitas
Plasma
Medium
(mmol/kg)
(mmol/kg)
460
189

Kapasitas
Osmoregulasi
(mmol/kg)
2,43

2
3
4

10
20
30

469
924
562

383
600
822

1,225
1,54
0,68

Perhitungann

1. Sintasan =

akhir
x 100
awal

10
10

x 100 %

= 100 %

2. Kapasitas Osmoregulasi Kepiting = Osmolalitas plasma


Osmolalitas medium
= 469 mmol/kg
383 mmol/kg
= 1,225 (mmol/kg)

III.2.

Pembahasan

Osmoregulasi

merupakan

mempertahankan

keseimbangan

kemampuan

organisme

kadar

tubuh,

dalam

untuk

atau

juga

merupakan mekanisme pengaturan air dan ion dalam tubuh dengan


sejumlah mekanisme yang dilakukan untuk mengatasi problem osmotik
dan

mengatur

perbedaan

diantara

sel

dan

diantara

sel

dengan

lingkungan (Evans, 1998).


Mekanisme menjaga konsentrasi tubuh pada ikan dapat dilihat
melalui osmoregulasi. Osmoregulasi pada ikan air tawar dengan cara
membatasi pemasukan air (dan kehilangan ion) dengan cara membentuk
permukaan tubuh yang impermiabel terhadap air. Pada ikan air laut,
osmoregulasi di dalam tubuh ikan tersebut dengan cara memperoleh
masukan ion tertentu dari laut. apabila konsentrasi ion di laut lebih tinggi
daripada yang terdapat di dalam, Pemasukan ion tersebut akan membuat
cairan tubuh hewan menjadi hiperosmotik dibandingkan dengan air laut.
Keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya pemasukan air pada
tubuh hewan (Grossel, 2006)
Hewan jika dilihat dari kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan
salinitas lingkungan eksternalnya dibagi menjadi dua yaitu osmoregulator
dan osmokonformer. Hewan yang dikatakan osmokonformer adalah
hewan yang kadar garam lingkungan internalnya menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan luar sekelilingnya. Contoh dari hewan
osmokonformer adalah Ikan Nila (oreochromis niloticus). Kategori yang
kedua yaitu hewan osmoregulator yaitu hewan yang kadar garam
lingkungan internalnya cenderung tidak berubah, walaupun kadar garam
lingkungan eksternalnya berubah. Contoh dari hewan osmoregulator
adalah Ikan Nilem(osteochillus hasselti). Osmoregulator merupakan
hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas internalnya, karena cairan
tubuh tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor hewan
osmoregulator harus membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam
lingkungan hiperosmotik (Ville et al., 1988).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang tersebar
luas di alam dan dibudidayakan oleh masyarakat, dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat, dan toleransi salinitas lingkungannya yang
bervariasi (Pullin,1991). Ikan nila merupakan kategori euryhalin karena
dapat beradaptasi pada berbagai salinitas dari air tawar ke air laut, tetapi

juga bisa pada air dengan ion rendah bahkan air laut terkonsentrasi
(Kaneko, 2008). Menurut Hurkar dan Mathur (1976) bahwa Ikan nilem
(Osteochilus hasselti) merupakan kategori stenohalin yaitu ikan yang
tidak dapat beradaptasi pada dua lingkungan yang berbeda atau dengan
kata lain, ikan ini tidak bisa beradaptasi pada lingkungan dengan salinitas
yang tinggi

Anda mungkin juga menyukai