Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :
Nama : Fajar Alfitrian
NIM : B1A019110
Rombongan : VI
Kelompok :8
Asisten : Adhelia Intan Purnamasari

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ yang penting bagi manusia, walaupun manusia


bisa hidup hanya dengan satu ginjal, akan tetapi ginjal memiliki fungsi yang
sangat banyak. Ginjal memiliki beberapa fungsi di antaranya yaitu, pengatur
komposisi dan volume darah, Memaksimalkan mempertahankan keseimbangan
asam basa, pengaturan tekanan darah, pengeluaran komponen asing,
pengaturan jumlah konsentrasi elektrolit pada cairan ekstr a sel dan lainlain
(Fathusahib & Marselia, 2018). Ginjal berfungsi mengekskresikan sisa hasil
metabolisme dan menyaring zat sisa dari darah dan menjaga keseimbangan
cairan dan kadar garam dalam tubuh (Nursekasatmata & Harista, 2020). Ginjal
juga berfungsi untuk mengatur keseimbangan asam basa, serta mengatur
tekanan darah (Dellmann, 1992). Selain itu ginjal berfungsi untuk memekatkan
toksikan pada filtrat, membawa toksikan melalui tubulus, serta
mengekskresikan xenobiotik dan metabolitnya (Lu, 1995). Ginjal tersusun dari
beberapa juta unit fungsional (nefron) yang akan melakukan ultrafiltrasi,
reabsorpsi, dan ekskresi. Ginjal terletak di belakang rongga perut
(retroperitoneal), berada di bawah sekat rongga dada belakang (diafragma).
Ginjal sebelah kanan umumnya sedikit lebih rendah dari yang kiri. Hal ini
disebabkan adanya bagian bawah lobus kanan hati yang menjorok ke bawah.
Dalam setiap ginjal terdapat lebih kurang satu juta unit nefron yang terdiri dari
jaringan pembuluh darah yang bergelung dengan ujung awal (arteriole afferent)
dan ujung akhir (arteriole efferent) tempat lewatnya aliran darah dan zat
makanan. Gelungan ini dikenal sebagai glomerolus. Glomerolus dibungkus
oleh satu lapisan sel disebut kapsula bowman yang akan menjadi tempat filtrasi
atau penyaring bahan-bahan yang dibawa dalam peredaran darah (Syaifuddin,
2000).
Kerja ginjal dimulai saat dinding kapiler glomerulus melakukan
ultrafiltrasi untuk memisahan plasma darah dari sebagian besar air, ion-ion dan
molekul-molekul dengan berat rendah. Ultrafiltrat hasil ultrafiltrasi ini
dialirkan ke tubulus proksimalis untuk direabsorpsi melalui brush border
dengan mengambil bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti gula, asam-
asam amino, vitamin, dan sebagainya. Sisa bahan-bahan buangan yang tidak
diperlukan disalurkan ke saluran penampung (collecting tubulus) dan
diekskresikan sebagai urin yang dikeluarkan setiap harinya (Soeksmanto,
2006).
Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan suatu pemeriksaan fungsi
ginjal untuk menilai fungsi ekskresi ginjal, dengan cara menghitung banyaknya
filtrat yang dapat dihasilkan oleh glomerulus. Derajat penurunan nilai LFG
menandakan beratnya kerusakan ginjal (Surya et al., 2018). Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) digunakan secara luas sebagai indeks fungsi ginjal yang
dapat diukur secara tidak langsung dengan perhitungan klirens ginjal. Klirens
adalah volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui
glomerulus serta dibersihkan dari plasma dan diekskresikan ke dalam urin,
karena itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus (Sennang et al., 2005).
Kemampuan ginjal untuk mengatur komposisi cairan ektraseluler merupakan
fungsi per satuan waktu yang diatur oleh epitel tubulus. Zat yang tidak di
disekresikan oleh tubulus, pengaturan volumenya berhubungan dengan laju
filtrasi glomelurus (LFG). $eluruh zat yang larut dalam filtrasi glomerulus
telah diterima secara luas sebagai indeks terbaik untuk menilai fungsi ginjal
(Yaswir et al., 2012).
B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah menganalisis senyawa yang dapat


melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan biuret,
larutan benedict, larutan lugol, larutan protein 1%, larutan glukosa 1%, larutan
amilum 1%, dan akuades.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, tabung Erlenmeyer, corong gelas, mikropipet 1000 µl, kertas
filter Whatman.

B. Cara Kerja

1. Tabung reaksi dan semua larutan disiapkan.


2. Sebanyak 1 ml larutan lugol ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan amilum 1%.
3. Sebanyak 1 ml larutan biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan protein 1% dan akuades.
4. Sebanyak 1 ml larutan benedict ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan glukosan 1%.
5. Tabung reaksi tersebut dipanaskan selama 5 menit, kemudian
dihomogenkan dan diamati perubahannya.
6. Keempat tabung reaksi baru disiapkan.
7. Sebanyak 2 ml larutan uji disiapkan berupa (protein, glukosa, amilum, dan
akuades) ke dalam empat tabung reaksi yang telah disiapkan.
8. Setiap tabung reaksi diberi label sesuai dengan isi larutan uji.
9. Sebanyak 2 ml larutan lugol ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan amilum 1%.
10. Sebanyak 2 ml larutan biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan protein 1% dan akuades.
11. Sebanyak 2 ml larutan benedict ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan glukosan 1%.
12. Tabung reaksi tersebut dipanaskan selama 5 menit, kemudian
dihomogenkan dan diamati perubahannya.
13. Kertas filter Whatman disiapkan kemudian ditempatkan diatas corong
gelas dan tabung Erlenmeyer.
14. Keempat larutan uji di filter pada empat tabung Erlenmeyer menggunakan
corong yang telah dilengkapi dengan kertas filter.
15. Hasil pengamatan dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel hasil.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

III.1 Tabel Hasil Pengamatan Analisis Filtrasi Ginjal Rombongan VI


Larutan Intensitas Warna Intensitas Warna
(Sebelum Filtrasi) (Sesudah Filtrasi
Protin +++ -
Glukosa +++ -
Amilum +++ -
Aquades + -

Keterangan:
- : tidak ada perubahan
+ : perubahan warna rendah
++ : perubahan warna sedang
+++ : perubahan warna tinggi

Gambar 3.1. Larutan Gambar 3.2. Larutan Uji


Uji Protein + Biuret Glukosa + Benedict

Gambar 3.1. Larutan Gambar 3.1. Larutan


Uji Amilum + Lugol Uji Akuades + Biuret
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan, pada praktikum ini


digunakan empat larutan uji yang memiliki fungsi masing-masing. Larutan
biuret sebagai reagen uji protein, dan akan berubah warna menjadi ungu
apabila terdapat protein. Larutan benedict sebagai reagen uji adanya kandungan
glukosa, larutan benedict akan berubah warna menjadi merah bata apabila
terdapat glukosa. Larutan lugol sebagai reagen uji karbohidrat atau kandungan
amilum, interpretasi positif ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi
biru kehitaman, dan larutan akuades sebagai larutan blanko yang dianalogikan
sebagai kadar H2O dalam darah. Terlihat bahwa larutan protein setelah
ditambahkan reagen biuret sebelum filtrasi terjadi perubahan warna dengan
itensitas sedang, larutan glukosa setelah ditambahkan reagen benedict sebelum
filtrasi terjadi perubahan warna dengan itensitas tinggi, begitu juga dengan
larutan amilum yang ditambahkan larutan lugol sebelum filtrasi. Terjadi
perubahan warna dengan intensitas rendah pada larutan akuades yang
ditambahkan reagen biuret sebelum filtrasi. Tidak terjadi perubahan warna
pada larutan protein, glukosa, amilum, dan akuades sesudah perlakuan filtrasi.
Hasil praktikum yang didapatkan adalah warna larutan uji tidak berubah
menjadi lebih jernih dibandingkan larutan kontrol setelah filtrasi. Hal ini tidak
sesuai dengan pernyataan Alan et al. (2004), molekul glukosa, amilum dan
protein tersebut akan mengendap pada kertas filter. Larutan yang tersaring
menujukkan bagaimana kerja ginjal dan dapat merupakan indikator bahwa
orang tersebut sedang menderita penyakit seperti jantung, darah tinggi,
diabetes mellitus dan kanker.

Dalam ginjal terjadi serangkaian proses pembentukan urine, proses


pembentukan urine menurut Wahyono (2007), meliputi 3 tahap:

1. Filtrasi
Tahap filtrasi (penyaringan) terjadi di badan malpighi yang
didalamnya terdapat glomerulus yang dikelilingi sangat dekat oleh
kapsula bowman. Proses filtrasi dimulai ketika darah yang
mengandung air, garam, gula, urea dan zat-zat lain serta sel-sel darah
dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi
tinggi sehingga mendorong air dan komponenkomponen yang tidak
dapat larut, melewati pori-pori endotelium kapiler glomerulus,
kecuali sel-sel darah dan molekul protein. Kemudian menuju
membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam
ruangkapsula bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula
bowman disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Urine primer ini
mengandung air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion
anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan
oleh tubuh.
2. Reabsorpsi
Filtrat glomerulus atau urine primer mengalami tahap reabsorpsi yang
terjadi di dalam tubulus kontortus proksimal, dan lengkung henle.
Proses tahap ini dilakukan oleh sel-sel epitelium di seluruh tubulus
ginjal. banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh
saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah glukosa, asam
amino, ion-ion Na+ , K+ , Ca2+, Cl- , HCO3- , dan 2HbO4- , sedangkan
kadar urea menjadi lebih tinggi. Proses reabsorpsi tahapan awal yang
terjadi adalah urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus
kontortus proksimal, kemudian mulai direabsorpsi hingga mencapai
lengkung henle. Zat-zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini
adalah glukosa, ion Na+ , air, dan ion Cl- . Setiba di lengkung henle,
volume filtrat telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan
urine sekunder atau filtrat tubulus. Kandungan urine sekunder adalah
air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna
dan bau pada urine. Urine sekunder masuk ke dalam tubulus
kontortus distal dan terjadi lagi penyerapan zat-zat yang tidak
digunakan dan kelebihan air diserap sehingga terbentuk urine.
3. Augmentasi
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju
saluran pengumpul (tubulus kolektivas). Kemudian dari tubulus
kolektivas, urine dibawa ke pelvis renalis, lalu ke ureter menuju
kantung kemih (vesika urinaria). Kantung kemih merupakan tempat
penyimpanan sementara urine. Jika kantung kemihsudah penuh oleh
urine, maka urine harus dikeluarkan dari tubuh, melalui saluran
uretra.

Faktor-faktor yang mempengaruhi filtrasi antara lain ukuran molekul.


Semua molekul dengan berat kurang dari 10.000 kilodalton dengan bebas dapat
difiltrasi, molekul-molekul tersebut tidak menuju protein plasma. Molekul-
molekul dengan berat lebih dari 10.000 kilo dalton lebih banyak mengalami
pembatasan untuk melewati filtrasi glomerulus. Molekul-molekul besar tidak
dapat melewatinya sama sekali. Kebanyakan protein plasma adalah molekul
berukuran besar, maka protein plasma dinilai tidak dapat difiltrasi. Bentuk
molekuler mempengaruhi kemampuanfiltrasi dari makromolekul. Bentuk
molekuler yang panjang dan ramping akan melewati glomerulus lebih mudah
daripada molekul berbentuk bola. Kapiler glomerulus secara relatif bersifat
impermeabel terhadap protein plasma yang lebih besar dan cukup permeabel
terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glokosa
dan sisa nitrogen (Rhoades & Bell, 2009).

Menurut Wahjuni (2006), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi


proses pembentukan urine, yaitu:

a. Hormon antidiuretik (ADH) fungsinya adalah untuk menjaga tekanan


osmotik dalam tubuh, jadi apabila tubuh sedang dehidrasi maka ADH
akan disekresi lebih banyak sehingga mengakibatkan urin yang
dihasilkan sedikit dan lebih pekat. ADH dikresikan oleh hipotalamus
dan disimpan di kelenjar hipofisis posterior, yang pada akhirnya akan
dilepaskan ke dalam aliran darah saat osmolaritas plasma meningkat
(Selvarajan et al., 2020).
b. Hormon insulin fungsinya adalah untuk mengatur kadar gula dalam
darah. Penderita diabetes melitus memiliki konsentrasi hormon
insulin yang rendah sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi dan
mengakibatkan gangguan pada proses reabsorpsi di tubulus distal
sehingga urin masih mengandung glukosa.
c. Jumlah air yang diminum, semakin banyak seseorang meminum air,
maka sekresi ADH berkurang, konsentrasi air dalam darah meningkat
sedangkan konsentrasi protein dalam darah menurun sehingga
menyebabkan filtrasi jadi berkurang, keadaan ini akan membuat urin
yang dihasilkan banyak dan encer.

Macam-macam penyakit atau kelainan pada ginjal yang berhubungan


dengan proses filtrasi diantaranya, yaitu:

a. Gagal Ginjal kronik (GGK) merupakan perkembangan gagal ginjal


yang progresif dan lambat biasanya berlangsung selama beberapa
tahun, ginjal akan kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan kompisisi cairan tubuh (Ibrahim & Ismail, 2017). Gejala
umumnya ialah terhentinya proses pembentukan urin yang disebut
anuria. Gejala ini dapat membahayakan karena dapat menyebabkan
uremia yaitu terbawanya urin ke dalam aliran darah yang bisa
mengakibatkan penimbunan air pada kaki dan pembengkakan,
demikian juga dengan organ tubuh yang lain.
b. Nefritis adalah peradangan nefron karena bakteri streptococcus yang
masuk melalui saluran pernafasan. Akibatnya protein yang masuk
bersama urinprimer tidak dapat disaring sehingga akan ikut dibuang
bersama urin. Biasanya terjadi pada orang lanjut usia dengan gejala
tekanan darah tinggi, pengerasan pembuluh darah dalam ginjal, dan
rusaknya glomerulus atau tubulus.
c. Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan karena
kelenjar hipofisis gagal mensekresikan ADH sehingga ekskresi urin
meningkat. Penderita penyakit ini akan mengekskresikan urin
sebanyak 12-15 liter per hari sedangkan pada umumnya seseorang
hanya akan mengekskresikan 4-6 liter urin per hari.
d. Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh karena
turunnya produksi hormon insulin oleh pankreas sehingga
menyebabkan terdapatnya glukosa dalam urin. Kerusakan ginjal pada
penderita diabetes mellitus diawali adanya kebocoran albumin ke
dalam urin (mikroalbumin, makroalbuminuria) yang berlanjut pada
penurunan fungsi filtrasi ginjal yang semakin lama kerusakan ginjal
akan semakin berkembang. Adanya perubahan hemodinamik ginjal,
iskemia dan kelainan metabolisme glukosa yang berhubungan dengan
peningkatan stres oksidatif, proses inflamasi dan proses renin-
angiotensin-aldosterone yang terlalu aktif (RAAS) juga berkontribusi
terhadap kerusakan ginjal (Arianti et al., 2020).
e. Albuminaria adalah penyakit yang disebabkan oleh karena terjadinya
kerusakan pada alat filtrasi pada ginjal sehingga protein dapat lolos
pada proses filtrasi. Akibatnya terdapat molekul albumin dan protein
lain dalam urin (Wahjuni, 2006). Albuminuria dan Laju Filtrasi
Gromelurus (LFG) memiliki keterkaitan dengan penyakit jantung
(Martens et al., 2017).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa larutan


yang dapat melewati atau tidak tersaring oleh filter adalah larutan protein,
glukosa, amilum dan akuades yang ditandai dengan samanya intensitas warna
antara larutan sebelum dan sesudah filtrasiBerdasarkan hasil dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa larutan yang dapat melewati atau tidak tersaring oleh
filter adalah larutan protein, glukosa, amilum dan akuades yang ditandai
dengan samanya intensitas warna antara larutan sebelum dan sesudah filtrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Alan, S. G., Glenn M. D., Chertow, M. D. & Charles, E., 2004. Chronic Kidney
Disease and the Risks of Death, Cardiovascular Events, and Hospitalization.
The New England Journal of Medicine, 351(13), pp. 1296 – 1305.
Arianti, A., Rachmawati, A. & Marfianti, E., 2020. Karakteristik Faktor Risiko
Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang Menjalani Hemodialisa di RS X
Madiun. Biomedika, 12(1), pp. 36-43.
Dellmann, H. D. & Brown. E., 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I dan II. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Fathusihab. & Marselia, M., 2018. Perancangan Sistem Pakar Untuk Diagnosis
Penyakit Ginjal Dengan Metode Certainity Faktor dan Forward Chaining.
Jurnal Sistem Cerdas. Vol . 1(2).
Ibrahim, I. & Ismail, E., 2017. Hubungan Asupan Protein dengan Kadar Ureum dan
Kreatinin pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Sedang Menjalani
Hemodialisa di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Jurnal Nutrisia, 19(1), pp. 5-10.
Lu, F. C., 1995. Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Martens, R. J., Kimenai, D. M., Kooman, J. P., Stehouwer, C. D., Tan, F. E., Bekers,
O., Dagnelie, P. C., van der Kallen, C. J., Kroon, A. A., Leunissen, K. M. &
van der Sande, F. M., 2017. Estimated Glomerular Filtration Rate and
Albuminuria Are Associated with Biomarkers of Cardiac Injury in a
Population-Based Cohort Study: The Maastricht Study. Clinical Chemistry,
63(4), pp. 887-897.
Nursekasatmata, S. E. & Harista, D. R., 2020. Hubungan Lama Menjalani
Hemodialisis Dengan Frekuensi Sesak Nafas Pada Pasien Gagal Ginjal.
Nursing Sciences Journal. Vol. 4 (1).
Rhoades, R. A. & Bell, D. R., 2009. Medical Physiology: Principles for Clinical
Medicine. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Selvarajan, R. S., Rahim, R. A., Majlis, B. Y., Gopinath, S. C. & Hamzah, A. A.,
2020. Ultrasensitive and Highly Selective Graphene-Based Field-Effect
Transistor Biosensor for Anti-Diuretic Hormone Detection. Sensors, 20(9),
pp. 1-16.
Sennang, N., Sulina, B. A. & Hardjoeno., 2005. Laju Filtrasi Glomerulus pada Orang
Dewasa Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin Menggunakan Persamaan
Cockroft Gault dan Modification of Diet in Renal Disease. Journal Medical,
24(2), pp. 80-84.
Soeksmanto, A., 2006. Pengaruh Ekstrak Butanol Buah Tua Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa) terhadap Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus).
Jurnal Biodiversitas, 7(3), pp. 278-281.
Surya, A. M., Pertiwi, D. & Masrul, M., 2018. Hubungan Protein Urine dengan Laju
Filtrasi Glomerulus pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik Dewasa di RSUP
Dr. M. Djamil Padang tahun 2015-2017. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(4), pp.
469-474.
Syaifuddin. 2000. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta: Widya Medika.
Wahjuni, R. 2006. Uji Efek Samping Formula Makan Komplit Terhadap Hati dan
Ginjal Pedet Sapi Friesian Holstein. Universitas Airlangga, 22(3), pp. 174-
179.
Wahyono, J., Halugolsm A. R. & Nurgoho, A. E., 2007. Profil Farmakolugols: Etika
Sulfasetamid pada Tikus Gagal Ginjal Karena Diinduksi Uranil Nitrat.
Farmasi Indonesia, 18(3), pp. 117-123.
Yaswir, R. A, M., 2012. Pemeriksaan Laboratorium Cystatin C untuk Uji Fungsi
Ginjal, Jurnal Kesehatan Andalas, 1(1), pp. 10-15.

Anda mungkin juga menyukai