Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten

: : : : : : Estri Puji Rahmawati B1J012035 VI 2 Rio Rakhmanandika Saputra

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2014

I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat. Proses filtrasi yang sederhana adalah proses penyaringan dengan dengan media filter kertas. Kertas saring dipotong melingkar jika masih bentuk lembaran empat persegi panjang atau kubus, jika telah berbentuk lingkaran lipat dua, sebanyak tiga atau empat kali. Selanjutnya buka dan letakkan dalam corong pisah sehingga tepat melekat dengan corong pisah. Campuran heterogen yang akan dipisahkan dituang sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya campuran tersebut adalah sepertiga dari tinggi kertas. Lakukan berulang-ulang, sehingga kita dapat memisahkan partikel padat dengan cairannya. Hasil filtrasi adalah zat padat yang disebut residen dan zat cairnya disebut dengan filtrat (Lamb and price, 2008). Laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerulus Filtration Rate) dapat diukur menggunakan zat-zat yang dapat difiltrasi glomerulus, akan tetapi tidak disekresi maupun direabsorps oleh tubulus. Jumlah zat yang terdapat dalam urin diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan jumlah zat yang terdapat daalam cairan plasma. Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeable terhadap protein plasma yang lebih besar dan cukup permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa dan sisa nitrogen. Arteriole aferen yang mengarah ke kapiler glomerulus mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan daripada kapiler yang lain. Secara proporsional arteriole aferen lebih besar diameternya dari arteriole eferen. Berliter-liter darah didorong keruang yang lebih kecil, mendorong air dan partikel kecil terlarut dari plasma masuk kedalam kapsula Bowman. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuk kedalam kapsula Bowman disebut filtrasi glomerulus dan materi yang masuk kedalam kapsula Bowman disebut filtrat . Tiga faktor lain yang ikut serta dalam filtrasi, TH dan tekanan osmotik (TO) dari filtrat dalam kapsula Bowmans dan TO plasma. Tekanan osmotik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh air (pelarut lain) pada membran semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membran kedalam area yang

mengandung lebih banyak molekul yang tidak dapat melewati membran semipermeabel (Widmann, 1995).

1.2

Tujuan Tujuan praktikum kali ini adalah untuk menganalisis senyawa yang dapat melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan glukosa 10 %, larutan protein 10 %, larutan amilum 10 %, lugol, larutan biuret, larutan benedicts, akuadest dan tisu, Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, mikropipet, tabung erlenmeyer, corong gelas, kertas GF/F, rak tabung, dan penangas.

2.2 Cara Kerja 1. 1 ml larutan uji (protein, glukosa, lugol dan amilum) ditambahkan kedalam tiga tabung reaksi yang telah disiapkan. 2. Setiap tabung diberi label sesuai dengan isi larutan uji 3. 1 ml larutan biuret ditambahkan kedalam larutan berisi larutan protein, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. 4. 1 tetes lugol ditambahkan kedalam larutan berisi amilum, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. 5. 1 mL larutan benedicts ditambahkan kedalam tabung reaksi berisi glukosa. Tabung reaksi ditempatkan pada air mendidih selama 5 menit lalu dikocok, perubahannya diamati dan dicatat. 6. Dilakukan persiapan ulang dengan menyiapkan tiga tabung reaksi lalu diisi dengan larutan uji (akuadest, glukosa, dan protein) masing-masing 2 mL. 7. Kertas filter disiapkan dan ditempatkan diatas corong gelas dan tabung erlenmeyer. 8. Ketiga larutan uji diuji dan di filter pada tiga tabung erlenmeyer menggunakan corong yang telah dilengkapi dengan kertas filter. 9. Hasil dicatat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Tabel 3.1 Data percobaan uji filtrasi menggunakan kertas saring: No. Tab/larutan 1/ Protein 2/Glukosa 3/ Amilum 4/ Akuades Intensitas Warna (sebelum filtrasi-tab. reaksi) +++ +++ +++ +++ Intensitas Warna (setelah filtrasi-filtrat) ++ +++ ++ +++

Gambar 3.1 uji filtrasi menggunakan kertas saring

Gambar 1. Glukosa + Benedict

Gambar 2. Akuades + Biuret

Gambar 3. Protein + Biuret

Gambar 4. Amilum + Lugol

3.2 Pembahasan Berdasarkan percobaan analisis filtrasi ginjal kelompok kami, pada tabung berisi protein + biuret yang belum difiltrasi intensitas warnanya kuat, sedangkan pada tabung reaksi berisi protein + biuret yang difiltrasi intensitas warnanya lemah. Pada tabung berisi glukosa + benedict yang belum difiltrasi, intensitas warnanya kuat dan tabung reaksi glukosa + benedict yang telah dilakukan filtrasi intensitas warnanya tetap kuat. Tabung reaksi berisi amilum + lugol yang belum difiltrasi intensitas warnanya kuat, sedangkan pada tabung reaksi berisi amilum + lugol yang difiltrasi intensitas warnanya kuat pula. Tabung reaksi berisi akuades + biuret yang tidak difiltrasi intensitas warnanya kuat, sedangkan tabung reaksi berisi akuades + biuret yang difiltrasi intensitas warnanya tetap kuat tidak ada perubahan. Ginjal merupakan suatu organ yang sangat penting untuk mengeluarkan hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan secara luas sebagai indeks fungsi ginjal yang dapat diukur secara tidak langsung dengan perhitungan klirens ginjal. Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui glomerulus serta dibersihkan dari plasma dan diekskresikan ke dalam urin, karena itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus (Fenty, 2010). Urin yang dikeluarkan setiap harinya mengandung berbagai unsur seperti air, protein, amoniak, glukosa, sedimen, bakteri dan lain sebagainya. Unsur-unsur tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda, pada waktu yang berbeda dan juga dapat dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi. Percobaan kali ini menggunakan kertas GF/F untuk menggambarkan fungsi ginjal. Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal (Puljate et al., 2011). Berdasarkan uji yang dilakukan diperoleh hasil filtrasi yaitu, akuadest yang telah diberi reagen biuret sebelum dilakukan filtrasi berwarna biru bening, setelah dilakukan filtrasi warnanya tidak berubah. Larutan protein yang telah diberi reagen biuret sebelum dilakukan filtrasi berwarna biru bening, setelah dilakukan filtrasi warnanya menjadi lebih pudar. Fungsi reagen biuret adalah indikator untuk mengetahui ada tidaknya kandungan protein pada urin. Larutan glukosa yang telah diberi reagen benedicts dan dipanaskan berwarna orange pekat, sedangkan setelah difiltrasi warnanya tidak berubah seharusnya menjadi orange (lebih pudar). Fungsi reagen

benedicts adalah indikator untuk mengetahui ada tidaknya kandungan glukosa pada urin. Urin berwarna orange tersebut juga menunjukan bahwa sampel urin masih dalam keadaan normal. Hasil praktikum yang telah dilakukan maka hal ini sesuai yaitu pada larutan protein + biuret dan larutan amilum + lugol setelah di filtrasi intensitas warnanya lebih jernih bila dibandingkan dengan larutan yang tidak difiltrasi. Hal ini menunjukan bahwa protein dan amilum ikut tersaring. Pada larutan glukosa + benedict setelah di filtrasi intensitas warnanya tidak berkurang dengan larutan yang tidak difiltasi hal ini tidak sesuai, seharusnya glukosa itu ikut tersaring pada saat filtrasi (Tidman et al., 2008). Senyawa yang tersaring pada saat prakrikum menggunakan kertas GF/F adalah akuadest, sedangkan protein tidak bisa langsung tersaring oleh ginjal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusnandar (2006), Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea. Proses pembentukan urin menurut Guyton (1994) : 1. Filtrasi (penyaringan) Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus (podosit). Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman (Puljate et al., 2011). 2. Reabsorpsi (penyerapan) Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubulus kontortus distal. Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea. Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus distal. Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk ke tubulus kontortus proksimal,

kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Bagian tubulus ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin sekunder yang memiliki kandungan air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin (Kusnandar, 2006). 3. Augmentasi (pengumpulan) Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penimpanan sementara urin (Sennang et al., 2005). Jika kita membandingkan dengan penderita DM (diabetes mellitus) yang mengalami gangguan dalam sistem metabolismenya, maka akan diperoleh hasil warna sampel urinnya diluar indikator warna diatas ataupun jika termasuk dalam indikator warna maka dalam presentase yang lebih. Hal ini disebabkan karena penderita diabetes mellitus mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja insulin, sedangkan hormon ini sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme karbohidrat. Akibatnya, penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada metabolisme karbohidrat. Penderita kadar gula yang sangat tinggi atau DM ini maka gula tersebut akan dikeluarkan melalui urine. Gula disaring oleh glomerolus ginjal secara terus menerus, tetapi kemudian akan dikembalikan ke dalam sistem aliran darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal. Kapasitas ginjal mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju 350 mg/menit. Ketika kadar glukosa amat tinggi, filtrat glomerolus mengandung glukosa di atas batas ambang untuk direabsorpsi. Akibatnya kelebihan glukosa tersebut dikeluarkan melalui urine. Gejala ini disebut glikosuria, yang mrupakan indikasi lain dari penyakit diabetes mellitus. Glikosuria ini megakibatkan kehilangan kalori yang sangat besar (Tam, 2000).

Larutan benedict adalah larutan kimia untuk mengetahui kandungan glukosa pereduksi. Glukosa pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran glukosa pereduksi dalam suatu cairan. Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh glukosa yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan direduksi glukosa pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Dalam hal ini ketika larutan benedict ditambahkan pada glukosa maka akan terbentuk warna merah bata sehingga pada saat larutan difiltrasi untuk mengetahui apakah senyawa glukosa tersaring atau tidak (Fessenden, 1982). Protein dapat diketahui dengan metode biuret. Prinsip dari metode ini adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna biru keunguan. Dalam hal ini ketika larutan biuret ditambahkan pada glukosa maka akan terbentuk warna merah bata sehingga pada saat larutan difiltrasi untuk mengetahui apakah senyawa protein tersaring atau tidak. Penambahan larutan biuret ke dalam larutan aquades berfungsi sebagai indikator perubahan warna untuk dibandingkan dengan tabung reaksi setelah difiltrasi. Warna yang dihasilkan memperlihatkan perbedaan larutan yang difiltrasi dan yang tidak difiltrasi. Hal itu sebagai gambaran ginjal sebagai alat filtrat (Fessenden, 1982). Masa hidup orang dewasa dengan stadium akhir ginjal penyakit berkurang, dan penyakit kardiovaskular menyumbang sekitar setengah kematian di antara orang dewasa yang menjalani dialisis reguler. 1,2 Faktor yang berkontribusi meliputi hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, homosistein serum yang tinggi konsentrasi, dan kelainan pada kalsium dan metabolisme fosfor. Menurut Eknoyan (2003), beberapa penyakit atau kelainan yang terjadi apabila proses filtrasi terganggu: 1. Nefritis Yaitu kerusakan pada glomerulus akibat alergi racun kuman, biasanya disebabkan oleh bakteri Steptococcus. Nefritis mengakibatkan seseorang menderita Uremia dan oedema. Uremia: masuknya kembali asam urin dan urea ke pembuluh darah. Oedema adalah penimbunan air di kaki karena reabsorpsi air terganggu. 2. Batu ginjal Terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran ginjal, atau kantong kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang tidak larut.

Kandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium fosfat. Endapan garam ini terbentuk jika seseorang terlalu banyak mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit mengonsumsi air. 3. Albuminuria Penyakit ini adalah dimana urine megandung albumin (protein) yang disebabkan oleh gagalnya glomerulus untuk melakukan penyaringan terhadap protein. Hal ini dapat terjadi karena karena masuknya substansi seperti racun bakteri, eter, atau logam berat. Albuminuria termasuk dalam chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis. Untuk mendiagnosa CKD pada orang dewasa dan bayi yang mengidap diabetes, pengukuran kandungan albumin di urin akan menunjukkan jumlah kandungan protein. Jumlah kandungan protein ini lebih akurat untuk mengidentifikasi kedunya terkena albuminuria ataupun molekul berat rendah proteinuria.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Proses pembentukan urin terdiri dari filtrasi (penyaringan), reabsorbsi

(penyerapan), dan augmentasi (pengumpulan). 2. Senyawa yang tersaring pada saat prakrikum menggunakan kertas GF/F adalah protein dan amilum, sedangkan glukosa dan akuades tidak bisa langsung tersaring oleh ginjal, padahal seharusnya glukosa tersaring, ini bisa saja disebakan peletakan kertas fiter kurang tepat sehingga larutan tidak tersaring tepat pada kertas filter.

DAFTAR REFFERENSI

Eknoyan, Garabed. 2003. Proteinuria and Other Markers of Chronic Kidney Disease:A Position Statement of the National Kidney Foundation (NKF) and the National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). American Journal of Kidney Diseases. Fenty. 2010. Laju Filtrasi Glomerulus pada Lansia Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin dengan Formula Chockroff-Gault, Chockroff-Gault Standarisasi dan Modification of Diet in Renal Disease. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Vol. 13. No. 2. Fessenden, 1982. Kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Goodman. G.W., Goldin. J., et all. 2000. Coronary Artery Calcification In Young Adults With End-Stage Renal Disease Who Are Undergoing Dialysis. The New England Journal of Medicine. Guyton, A.C. 1994. Fisiologi Tubuh Manusia. Binarupa Aksara, Jakarta. Kusnandar, S. 2006. Uji Faal Ginjal, Bersihan dan Laju Filtrasi Glomerulus. Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Lamb, E., Newman, D.J., & Price, C.P. 2008. Kidney Function Test.(in) Bur tis,C.A., Ashwood, E.R. & Br uns, D.E. (editors). Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics. Fourth edition. Elsevier Saunders. USA. Pp.797-832. Puljate, I, Isabele, P. et al. 2011. Cytotoxicity and Oxidative Stress Induced by Different Metalic Nanoparticles on Human Kidney Cells. BioMed Central, France. Sennang, N., Sulina, Badji, A., Hardjoeno. 2005. Laju Filtrasi Glomerulus pada Orang Dewasa Berdasarkan Tes Klirens Kreatinin Menggunakan Persamaan Cockroft-Gault dan Modification of Diet in Renal Disease. J.Med.Nus vol 24, No. 2. Hlm. 80-84. Tam, T.C. 2000. Obtaining Creatinine Clearance in a Group of Out- Patient Elderly People. J.H.K.Geriatric Soc. 10. Pp.13-15. Tidman M., Sjostrom P., & Jones, I. 2008. A Comparison of GFR Estimating Formulae Based Upon s-Cystatin C and screatinine and a Combination of two. Nephrol Dial Transplant 23. Pp. 154-160. Widmann, F.K. 1995. Tinjauan Klinik Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorim. Penerjemah Siti Boedina Kresno dkk. Edisi 9. cetakan III. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai