PRAKTIKUM BIOLOGI
“UJI URIN”
OLEH:
1. AGUS TRIYANTO
2. PURI KARTIKO
3. WORO DYAH KRISDIANA
4. YANTI NOVITA
I. Tinjauan Pustaka
Sistem ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat
yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk
larutan. Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin normal berwarna
jernih transparan warna kuning muda. Urin beraasal dari zat warna empedu. Urine
berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2.
kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam
sulfat, klorida. Volume urine normal, kisaran 900-1200ml
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat
sisa hasil metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran
zat makanan, misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan
zat warna empedu.Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi
tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan
penyakit.
A. Struktur Ginjal
1. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar
kapsul Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar
dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen
tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-
sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik
(tekanan darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika
darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga
mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati
Jika suhu internal dan eksternal naik diatas normal, maka kecepatan
respirasi meningkat dan pembuluh kutaneus melebar seingga cairan tubuh
berdifusi dan kapiler kepermukaan kulit. Saat volume air turun, hormon ADH
disekresikan sehingga reabsorbsi air meningkat. Selain itu, peningkatan suhu
merangsang pembuluh abdominal mengerut sehingga aliran darah
diglomerulus dan filtrasi turun. Kedua hal tersebut mengurangi volume urin.
3. Konsentrasi Darah
4 . Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume
urin. Contohnya, jika kamu stres atau gugup, maka kamu akan sering buang
air kecil. Hal ini disebabkan, karena hormon adrednalin meningkatkan
kinerja ginjal, sehingga urin yang dihasilkan meningkat pula.
5 . Hormon ADH
2. Batu ginjal
Batu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam
rongga ginjal, saluran ginjal, atau kantong kemih. Batu ginjal berbentuk
kristal yang tidak larut. Kandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat,
asam urat, dan kristal kalsium fosfat. Endapan garam ini terbentuk jika
seseorang terlalu banyak mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit
mengonsumsi air.
3. Albuminuria
Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urin. Adanya
albumin dalam urin merupakan indikasi adanya kerusakan pada membran
kapsul endotelium. Selain itu dapat juga disebabkan oleh iritasi sel-sel
ginjal karena masuknya substansi seperti racun bakteri, eter, atau logam
berat.
4. Glikosuria
Glikosuria adalah ditemukannya glukosa pada urin. Adanya glukosa
dalam urin menunjukkan adanya kerusakan pada tabung ginjal.
5. Hematuria
Hematuria adalah ditemukannya sel darah merah dalam urin.
Hematuria disebabkan peradangan pada organ urinaria atau iritasi akibat
gesekan pada batu ginjal.
6. Ketosis
Ketosis adalah ditemukannya senyawa keton di dalam darah. Hal ini
dapat terjadi pada orang yang melakukan diet karbohidrat.
7. Diabetes Militus
Diabetes militus adalah penyakit yang disebabkan pankreas tidak
menghasilkan atau hanya menghasilkan sedikit insulin. Insulis : hormon
yang mampu mengubah glukosa menjadi glikogen sehingga mengurangi
kadar gula dalam darah. Selain itu, Insulis juga membantu jaringan tubuh
menyerap glukosa sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi.
Diabetes militus juga dapat terjadi jika sel-sel di hati, otot, dan lemak
PRAKTIKUM
TUJUAN :
1. Mengetahui Ph urine
2. Mengetahui adanya kalor dalam urine
3. Mengetahui adanya kelainan ginjal dari hasil pengamatan
1. 3 tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pembakar spiritus
4. Korek api
5. Gelas ukur
6. Kertas indikator
7. Penjepit
8. Larutan benedict (fehling A dan B)
9. CUSO4
10. Larutan NaOH 10%
11. AgNO3
12. Beaker glass
CARA KERJA :
A. Mengukur Ph urine
1. Sediakan urine dealam beaker glass
2. Sediakan kurang lebih 2 mL dalam tabung reaksi
3. Masukkan kertas indikator dalam urine
4. Amati perubahan warnanya,, cocokkan dalam standart Ph
5. Berapakah pH? Cacat dalam tabel
B. Uji kolor dalam urine
1. Masukkan urine dalam tabung reaksi kira-kira setinggi 1cm
2. Tambahkan AgNO3 5 tetes, kocok dan diamkan kurang lebih 10 menit
3. Amati perubahan yang terjadi,, catat dalam tabel
C. Uji adanya glukosa
1. Masukkan urine dalam tabung reaksi kira-kira 1cm
TABEL PENGAMATAN
BAHAN DISKUSI
CATATAN DISKUSI
1. Glukosa + fehling A + fehling B dipanaskan menjadi warna hijau sampai merah bata
2. Protein + NaOH + CUSO4 menjadi ungu
Jawab:
1. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila masukan
protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan. Dan yang kami
amati dari urin Agus Triyanto angka pH urinnya dalah 6,5.
2. Urin yang diteliti terbukti mengandung klor karena saat ditambahkan larutan AgNO3 ,
ternyata berubah menjadi warna putih keruh yang menandakan bahwa urin dari Agus
Triyanto mengandung klor.
3. Tidak, karena saat urin diuji dengan ditambahkan larutan biuret ternyata warnanya
tetap biru. Sedangkan urin yang mengandung protein setelah dicampur biuret
seharusnya berubah warna menjadi ungu.
SARAN :
LAMPIRAN