Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PRAKTIKUM BIOLOGI
“UJI URIN”

OLEH:

1. AGUS TRIYANTO
2. PURI KARTIKO
3. WORO DYAH KRISDIANA
4. YANTI NOVITA

SMA NEGERI 1 PESANGGARAN


Jln.Pesanggaran NO.50 Pesanggaran – Banyuwangi Telp. (0333) 710091

Email : sanggarsma@yahoo.com Website: smanegeri 1 pesanggaran.sch.id

UJI URIN Page 1


BAB I
Judul Praktikum : Uji Urin
Tempat : Laboratorium Biologi SMAN 1 Pesanggaran
Waktu : 24 Februari 2015
Pembimbing : Nur Solekah Spd.

I. Tinjauan Pustaka
Sistem ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat
yang sudah tidak diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk
larutan. Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin normal berwarna
jernih transparan warna kuning muda. Urin beraasal dari zat warna empedu. Urine
berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2.
kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam
sulfat, klorida. Volume urine normal, kisaran 900-1200ml
       Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat
sisa hasil metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran
zat makanan, misalnya: karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan
zat warna empedu.Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi
tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat menimbulkan
penyakit.
A. Struktur Ginjal
            

UJI URIN Page 2


Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) yang
mengandung jutaan alat penyaring (nefron). Setiap nefron terdiri atas badan
malpighi (renal cospuscle), tubulus kontortus proksimal, bagian tebal dan
bagian tipis lengkung henle, tubulus kontortus distal.Badan malpighi terdiri
atas berkas kapiler yang disebut glumerulus yang dikelilingi kapsul Bowman.
Lembaran dalam yang menutupi kapiler glomerulus dinamakan lapisan
viseral, lembaran luar membentuk batas luar tebal malpighi disebut lapissan
parietal kapsula Bowmann yang dilapisi sel epitel pipih. Antara dua lapisan
terdapat ruang kapsula yang menerima filtrat. Setiap badan malpighi
mempunyai kutub vaskuler tempat arteri aferen masuk dan arteri eferen keluar
meninggalkan glomerulus, dan kutub urinarius, tempat tubulus proksimalis
dimulai. Lapisan parietal yang berdinding selapis sel epitel pipih begitu
sampai di kutub urinaria epitel berubah menjadi epitel kubus. Lapisan viseral
mengalami modivikasi selama perkembangan embrional. Sel-sel lapisan
internal dinamakan podosid, mempunyai badan sel dimana muncul beberapa
tonjolan primer. Setiap tonjolan primer mempunyai banyak tonjolan sekunder
yang menutupi kapiler glomerulus. Tonjolan sekunder ini saling bertautan,
membatasi ruang yang membentuk celah filtrasi.
            Antara sel-sel endotel kapiler dan podosid yang berlubang-lubang
merupakan lapisan basalis. Membran ini merupakan struktur struktur kontinyu
yang memisahkan darah kapiler dari ruang kapsular. Di samping se endotel
dan podosid, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial. Sel mesangial ini
bersifat kontraktil dan memainkan peranan dalam regulasi filtrasi glumerulus,
juga mensekresi berbagai senyawa, mengambil kompleks imun dan terlibat
dalam produksi penyakit glomerulus, juga bekerja sebagai makrofag dan
berperan membersihkan lamina basalis dari zat-zat tertentu yang tertimbun
dalam matrik selama filtrasi.
            Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya + 15mm, dengan
diameter 55µm. Dindingnya dibentuk oleh selapis sel tunggal kuboid yang
saling menjalin satu dengan yang lain dan disatukan oleh tautan kedap apikal.
Pada apeks sel yang menghadap ke lumen tubulus terdapat banyak mikrovili
yang panjangnya 1µm , bentukan ini dinamakan brush border (batas sikat)
yang berfungsi membantu absorpsi zat-zat (peptida, glukosa) yang keluar dari

UJI URIN Page 3


darah selama filtrasi.
            Tubulus proksimal berakhir dengan segmen tipis pars desenden
lengkung henle yang mempunyai epitel sel pipih yang tipis. Segmen tipis ini
berakhir dalam segmen tebal pars asenden yang sel-selnya berbentuk kuboid
yang banyak mengandung mitokondria. Pars asenden tebal lengkung henle
mencapai glomerulus dan tubulus berdekatan dengan arteriol aferen dan
eferen, dimana dinding arteriol aferen mengandung sel jukstaglomerulus
(penskresi renin). Pada titik ini epitel tubulus dimodifikasi membentuk makula
densa. Sel jukstaglomerulus, makula densa dan sel lapis bergrandula bersama-
sama dikenal sebagai aparatus jukstaglomerulus.
            Tubulus kontortus distal, epitel kuboidnya lebih rendah daripada
tubulus proksimal, mempunyai mikrovili sedikit. Tubulus distal bersatu
membentuk tubulus koligen yang berjalan melewati korteks dan medula
renalis yang akan bermuara di pelvis renalis pada apeks piramid medula.

B. Proses pembentukan urin

1. Filtrasi (penyaringan)
            Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar
kapsul Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar
dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen
tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-
sel khusus (prodosit).
            Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik
(tekanan darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika
darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga
mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati

UJI URIN Page 4


pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar,
dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
2. Reabsorpsi (penyerapan)
            Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung
henle, dan sebagian tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel
epitel di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung
kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam
amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
            Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan
asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal.
Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus distal.
Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding
plasma darah) masuk ke tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi
reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan
ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle.
Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan
cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung
henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi
dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi Na+
dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi,
di tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+,  urea, kreatinin, dan obat-obatan
yang ada pada urin.
            Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki kandungan air,
garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada
urin.
3. Augmentasi (pengumpulan)
            Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+,
Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus
pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju
vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penimpanan
sementara urin.

UJI URIN Page 5


C. Sifat-sifat urin
Urine memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/hari, ini tergantung pada
masukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk
akhir nitrogen dan kopi, teh, alkohol menpunyai efek diuresis.
2. Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030.
3. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila
masukan protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan
dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan
demam. Urin menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amonia dan
kehilangan CO2 di udara. Urin menjadi alkali pada alkaliosis seperti setelah
banyak muntah.
4. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya
urokrom, sedikit urolobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin
berwarna kuning tua atau kecoklatan, pada penyakit hati pigmen empedu
mewarnai urin menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah (hemoglobin)
memberi warna seperti asap sampai merah pada urin. Urin sangat asam
mengendapakan garam-garam asam urat dengan warna dadu.
5. Urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang dimakan.

D. Hal- hal yang mempengaruhi produksi urin


1. Zat- zat Diuretik

Zat-zat diuretik seperti kopi,teh, dan alkohol akan menghambat


reabsorbsi ion Na +¿¿. Sebagai akibatnya, konsentrasi ADH berkurang sehingga
reabsorbsi air terhambat dan volume urin meningkat. Itulah sebabnya jika kita
mengkonsumsi banyak teh atau kopi, maka kita akan sering buang air kecil.
Pengeluaran urin secara berlebihan disebut diuresis.

Hormon ADH sedikit Hormon ADH banyak

Reabsorbsi sedikit Reabsorbsi banyak

Urin Banyak Urin sedikit

UJI URIN Page 6


2. Suhu

Jika suhu internal dan eksternal naik diatas normal, maka kecepatan
respirasi meningkat dan pembuluh kutaneus melebar seingga cairan tubuh
berdifusi dan kapiler kepermukaan kulit. Saat volume air turun, hormon ADH
disekresikan sehingga reabsorbsi air meningkat. Selain itu, peningkatan suhu
merangsang pembuluh abdominal mengerut sehingga aliran darah
diglomerulus dan filtrasi turun. Kedua hal tersebut mengurangi volume urin.

3. Konsentrasi Darah

Konsentrasi air dan larutan dalam darah berpengaruh terhadap


produksi urin. Jika kamu tidak minum air seharian maka konsentrasi air di
dalam darah menjadi rendah. Hal ini merangsang hipofisis mengeluarkan
ADH. Hormon ini meningkatkan reabsorbsi air di dalam ginjal sehingga
volume air turun.

4 . Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume
urin. Contohnya, jika kamu stres atau gugup, maka kamu akan sering buang
air kecil. Hal ini disebabkan, karena hormon adrednalin meningkatkan
kinerja ginjal, sehingga urin yang dihasilkan meningkat pula.

5 . Hormon ADH

Pengaruh hormon ADH(anti diuretik) pada pembentukan urin adalah


jika kadar hormon ADH meningkat maka tubuh akan mempertahankan
kadar air dalam darah dengan cara mengeluarkan air dari nefron melalui
tubulus kontortus proksimal. Disana air akan diserap kembali oleh tubuh
dan keluar dari nefron sehingga urin berkurang. Jadi, hormon ADH
mempengaruhi kinerja penyerapan air di tubulus kontortus proksimal.

E. Unsur-unsur dalam urin


1. Unsur-unsur normal dalam urin.
a. Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada
mamalia.
b. Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urin segar. Pada
penderita diabetes millitus, kandungan amonia dalam urinnya sangat tinggi.
c. Kreatinin dan kreatin (kreatinin : produk pemecahan kreatin), normalnya
20-26 mg/kg pada laki-laki, dan 14-22 mg/kg pada perempuan.
d. Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh.
Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi mengendap membentuk

UJI URIN Page 7


garam-garam yang larut dengan alkali. Pengeluaran asam urat meningkat
pada penderita leukimia, penyakit hati berat.
e. Asam amino: hanya sedikit dalam urin. Pada penderita penyakit hati yang
lanjut karena keracunan, maka jumlah asam amino yang diekskresikan
meningkat.
f. Klorida (terutama NaCl), pengeluarannya tergantung dari masukan.
g. Sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur pada makanan.
h. Fosfat di urin adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat, berasal
dari makanan yang mengandung protein berikatan denagn fosfat.
i. Oksalat dalam urin rendah. Pada penderita hiperoksaluria jumlah oksalat
relatif tinggi.
j. Mineral: Na, Ca, K, Mg ada sedikit dalam urin.
k. Vitamin, hormon dan enzim dalam urin sedikit.
2. Unsur abnormal dalam urin
            Protein: Proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan
globulin dalam urin dengan konsentrasi abnormal. Proteinuria fisiologis
terdapat + 0.5% protein, ini dapat terjadi setelah latihan berat, setelah
makan banyak protein, atau sebagai akibat dari gangguan sementara pada
sirkulasi ginjal bila seseorang berdiri tegak. Kasus kehamilan disertai
Proteinuria sebesar 30-35%. Proteinuria patologis, disebabkan karena
adanya kelainan dari organ ginjal karena sakit. Misalnya nefrosklerosis
suatu bentuk vaskuler penyakit ginjal, dihubungkan dengan hipertensi
arterial. Proteinuria pada penyakit ini meningkat dengan makin beratnya
kerusakan ginjal. Proteinuria dapat juga terjadi karena keracunan tubulus
ginjal oleh logam-logam berat (raksa(Hg), arsen(As), bimut(Bi)).
            Glukosa: glukosuria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress
emosi (pertandingan atletik yang menegangkan), 15% kasus glikosuria
tidak karena diabetes. Galaktosuria dan laktosuria dapat terjadi pada ibu
selama kehamilan, laktasi maupun menyapih. Pentosuria terjadi sementara
sesudah makan makanan yang mengandung gula pentosa. Benda-benda
keton dapat terjadi pada saat kelaparan, diabetes, kehamilan, anestesia eter.
Terdapat bilirubin, dan adanya kandungan darah karena kerusakan pada
ginjal.

F. Gangguan Pada Ginjal


Beberapa kelainan dan gangguan fungsi ginjal adalah sebagai berikut.
1. Nefritis
            Nefritis : kerusakan pada glumerulus akibat alergi racun kuman,
biasanya disebabkan oleh bakteri Steptococcus. Nefritis mengakibatkan
seseorang menderita Uremia dan oedema. Uremia: masuknya kembali asam

UJI URIN Page 8


urin dan urea ke pembuluh darah. Oedema adalah penimbunan air di kaki
karena reabsorpsi air terganggu.

2. Batu ginjal
            Batu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam
rongga ginjal, saluran ginjal, atau kantong kemih. Batu ginjal berbentuk
kristal yang tidak larut. Kandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat,
asam urat, dan kristal kalsium fosfat. Endapan garam ini terbentuk jika
seseorang terlalu banyak mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit
mengonsumsi air.
3. Albuminuria
            Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urin. Adanya
albumin dalam urin merupakan indikasi adanya kerusakan pada membran
kapsul endotelium. Selain itu dapat juga disebabkan oleh iritasi sel-sel
ginjal karena masuknya substansi seperti racun bakteri, eter, atau logam
berat.
4. Glikosuria
            Glikosuria adalah ditemukannya glukosa pada urin. Adanya glukosa
dalam urin menunjukkan adanya kerusakan pada tabung ginjal.
5. Hematuria
            Hematuria adalah ditemukannya sel darah merah dalam urin.
Hematuria disebabkan peradangan pada organ urinaria atau iritasi akibat
gesekan pada batu ginjal.
6. Ketosis
            Ketosis adalah ditemukannya senyawa keton di dalam darah. Hal ini
dapat terjadi pada orang yang melakukan diet karbohidrat.
7. Diabetes Militus
            Diabetes militus adalah penyakit yang disebabkan pankreas tidak
menghasilkan atau hanya menghasilkan sedikit insulin. Insulis : hormon
yang mampu mengubah glukosa menjadi glikogen sehingga mengurangi
kadar gula dalam darah. Selain itu, Insulis juga membantu jaringan tubuh
menyerap glukosa sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi.
Diabetes militus juga dapat terjadi jika sel-sel di hati, otot, dan lemak

UJI URIN Page 9


memiliki respons rendah terhadap insulin. Kadar glukosa di urin penderita
diabetes militus sangat tinggi. Ini menyebabkan sering buang air kecil,
cepat haus dan lapar, serta menimbulkan masalah pada metabolisme lemak
dan protein.
8. Diabetes Insipidus
            Diabetes Insipidus adalah penyakit yang menyebabkan penderita
mengeluarkan urin terlalu banyak. Penyebabnya adalah kekurangan hormon
ADH (dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang). Jika kekurangan
ADH, jumlah urin dapat naik 20-30 kali lipat dari keadaan normal.

UJI URIN Page 10


BAB II

PRAKTIKUM

TUJUAN :

1. Mengetahui Ph urine
2. Mengetahui adanya kalor dalam urine
3. Mengetahui adanya kelainan ginjal dari hasil pengamatan

ALAT DAN BAHAN :

1. 3 tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pembakar spiritus
4. Korek api
5. Gelas ukur
6. Kertas indikator
7. Penjepit
8. Larutan benedict (fehling A dan B)
9. CUSO4
10. Larutan NaOH 10%
11. AgNO3
12. Beaker glass

CARA KERJA :

A. Mengukur Ph urine
1. Sediakan urine dealam beaker glass
2. Sediakan kurang lebih 2 mL dalam tabung reaksi
3. Masukkan kertas indikator dalam urine
4. Amati perubahan warnanya,, cocokkan dalam standart Ph
5. Berapakah pH? Cacat dalam tabel
B. Uji kolor dalam urine
1. Masukkan urine dalam tabung reaksi kira-kira setinggi 1cm
2. Tambahkan AgNO3 5 tetes, kocok dan diamkan kurang lebih 10 menit
3. Amati perubahan yang terjadi,, catat dalam tabel
C. Uji adanya glukosa
1. Masukkan urine dalam tabung reaksi kira-kira 1cm

UJI URIN Page 11


2. Tambahkan larutan benedict 5 tetes
3. Amati perubahan yang terjadi, catat dalam tabel
D. Uji adanya protein
1. Masukkan urine dalam tabung reaksi kira-kira setinggi 1cm
2. Tambahkan NaOH 10% dan CUSO4 1% maisng-masing 5 tetes (larutan biuret)
3. Biarkan selama 5 menit
4. Amati perubahan yang terjadi, catat dalam tabel

TABEL PENGAMATAN

NAMA pH Ditambah Ditambah Ditambah


SISWA larutan larutan larutan biuret
AgNO3 benedict

Agus Trianto 6,5 Berwarna Berwarna Berwarna


Putih Keruh Kuning Biru

BAHAN DISKUSI

1. Berkisar pada angka berapakah Ph urine yang anda amati ?


2. Adakah urine yang anda amati mengandung klor? Jelaskan jawaban anda !
3. Adakah urine yang anda amati mengandung protein ? jelaskan jawaban anda !
4. Apa yang terjadi bila urine kita mengandung glukosa?
5. Kesimpulan apa yang bisa anda buat setelah melakukan kegiatan diatas?

CATATAN DISKUSI

1. Glukosa + fehling A + fehling B dipanaskan menjadi warna hijau sampai merah bata
2. Protein + NaOH + CUSO4 menjadi ungu

Jawab:

1. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila masukan
protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan. Dan yang kami
amati dari urin Agus Triyanto angka pH urinnya dalah 6,5.
2. Urin yang diteliti terbukti mengandung klor karena saat ditambahkan larutan AgNO3 ,
ternyata berubah menjadi warna putih keruh yang menandakan bahwa urin dari Agus
Triyanto mengandung klor.
3. Tidak, karena saat urin diuji dengan ditambahkan larutan biuret ternyata warnanya
tetap biru. Sedangkan urin yang mengandung protein setelah dicampur biuret
seharusnya berubah warna menjadi ungu.

UJI URIN Page 12


4. Bila urin kita setelah dicampur dengan larutan benedict ( Fehling A dan Fehling B)
berubah menjadi warna biru lalu dipanaskan akan berubah menjadi warna hijau
sampai oranye berarti urin tersebut mengandung glukosa atau gula.
5. Kesimpulan , bahwa urin dari Agus Triyanto mempunyai pH normal yaitu 6,5
mengandung glukosa dengan warna kuning setelah ditetesi benedict ,serta tidak
terbukti mengandung protein karena setelah ditetesi larutan biuret warna tetap biru
tidak berubah. Jika urin terbukti mengandung protein maka akan berbahaya karena itu
tanda kelainan pada fungsi ginjal.

SARAN :

1. Berdoalah sebelum melakukan percobaan.


2. Persiapkan alat dan bahan sebelum uji urin dilakukan.
3. Baca dan pahamilah prosedur untuk uji urin, tanyakan pada guru pembimbing mengenai
hal yang kurang jelas.
4. Patuhilah perintah dari guru pembimbing.
5. Lakukan uji urin dengan benar dan sesuai prosedur.
6. Jangan bergurau saat melakukan uji urin.
7. Setelah uji urin selesai bersihkan dan rapikan kembali laboratorium seperti semula untuk
menjaga kebersihan laboratorium.

UJI URIN Page 13


BAB III

LAMPIRAN

UJI URIN Page 14

Anda mungkin juga menyukai