Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU GINJAL
Ratri Utami, 1506690031, Profesi FIK UI 2019
A. Anatomi Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah organ yang memiliki kemampuan yang luar biasa, diantaranya
sebagai penyaring zat-zat yang telah tidak terpakai (zat buangan atau sampah)
yang merupakan sisa metabolisme tubuh. Setiap harinya ginjal akan memproses
sekitar 200 liter darah untuk menyaring atau menghasilkan sekitar 2 liter ‘sampah’
dan ekstra (kelebihan) air. Sampah dan esktra air ini akan menjadi urin, yang
mengalir ke kandung kemih melalui saluran yang dikenal sebagai ureter. Urin
akan disimpan di dalam kandung kemih ini sebelum dikeluarkan pada saat Anda
berkemih. Jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuan menyaring zat sisa ini
dapat terganggu pula dan terjadi penumpukan dalam darah sehingga dapat
menimbulkan berbagai manifestasi gangguan terhadap tubuh.  

Bagian-bagian ginjal dan fungsinya

 
Bagian ginjal yang dicetak tebal adalah bagian utama dalam ginjal.
Berikut adalah penjelasan bagian-bagian di dalam ginjal:
1. Ginjal terletak di bagian perut. Gambar ginjal di atas adalah
ginjal kiri yang telah dibelah.

1
2. Calyces adalah suatu penampung berbentuk cangkir dimana
urin terkumpul sebelum mencapai kandung kemih melalui
ureter.

3. Pelvis adalah tempat bermuaranya tubulus yaitu tempat


penampungan urin sementara yang akan dialirkan menuju
kandung kemih melalui ureter dan dikeluarkan dari tubuh
melalui uretra.

4. Medula terdiri atas beberapa badan berbentuk kerucut


(piramida). Di sini terdapat lengkung henle yang
menghubungkan tubulus kontortus proksimal dan tubulus
kontortus distal.

5. Korteks di dalamnya terdapat jutaan nefron yang terdiri dari


badan malphigi. Badan malphigi tersusun atas glomerulus
yang diselubungi kapsula Bowman dan tubulus(saluran) yang
terdiri dari tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus
distal, dan tubulus kolektivus.

6. Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder


yang menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih.

7. Vena ginjal adalah pembuluh balik yang berfungsi untuk


membawa darah keluar dari ginjal menuju vena cava inferior
kemudian kembali ke jantung.

8. Arteri ginjal adalah pembuluh nadi yang berfungsi untuk


membawa darah ke dalam ginjal untuk disaring di
glomerulus.

Di dalam korteks terdapat jutaan nefron. Nefron adalah unit


fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus
proximal, tubulus kontortus distal dan duktus koligentes. Berikut
adalah gambar bagian-bagian di dalam nefron:

2
Berikut adalah penjelasan bagian-bagian di dalam nefron:

1. Nefron: Adalah tempat penyaringan darah. Di dalam ginjal


terdapat lebih dari 1 juta buah nefron. 1 nefron terdiri dari
glomerulus, kapsula bowman, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus
kolektivus.

2. Glomerulus: Tempat penyaringan darah yang akan


menyaring air, garam, asam amino, glukosa, dan urea.
Menghasilkan urin primer.

3. Kapsula bowman: Adalah semacam kantong/kapsul yang


membungkus glomerulus. Kapsula bowman ditemukan oleh
Sir William Bowman.

4. Tubulus kontortus proksimal: Adalah tempat


penyerapan kembali/reabsorpsi urin primer yang menyerap
glukosa, garam, air, dan asam amino. Menghasilkan urin
sekunder.

5. Lengkung henle: Penghubung antara tubulus kontortus


proksimal dengan tubulus kontortus distal.

3
6. Tubulus kontortus distal: Tempat untuk melepaskan
zat-zat yang tidak berguna lagi atau berlebihan ke dalam
urin sekunder. Menghasilkan urin sesungguhnya.

7. Tubulus kolektivus: Adalah tabung sempit panjang


dalam ginjal yang menampung urin dari nefron, untuk
disalurkan ke pelvis menuju kandung kemih Proses
pembentukan urin dan faktor-faktornya
proses pembentukan urin yaitu filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus, dan sekresi
tubulus
a. Filtrasi glomerulus
Sewaktu darah mengalir melalu glomerulus, plasma bebas protein tersaring
melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul bowman.Dalam keadaan normal
20% plasma yang masuk glomerulus tersaring. Proses ini di pengaruhi oleh
faktor-faktor :
1) Tekanan darah kapiler glomerulus ( mendorong filtrasi ).
2) Tekanan osmotik koloid plasma (melawan filtrasi ).
3) Tekanan hidrostatik kapsul bowman (melawan filtrasi ).
4) Tekanan filtrasi netto adalah perbedaan antara gaya yang
mendorong filtrasi dan gaya yang melawan filtrasi ( mendorong
filtrasi ).
b. Reabsorbsi tubulus
Perpindahan selektif bahan-bahan yang terfiltrasi dari lumen tubulus ke dalam
kapiler peritubulus. Dipengaruhi oleh faktor-faktor :
Transpor epitel : untuk dapat diabsorbsi, suatu bahan harus melewati 5 sawar
terpisah :
1) Tahap 1 = Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati
membran luminal sel tubulus.
2) Tahap 2 = Harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
3) Tahap 3 = Harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke
cairan interstisium.
4) Tahap 4 = Harus berddifusi melalui cairan interstisium.
5) Tahap 5 = Harus menembus dinding kapiler untuk masuk ke plasma darah.

4
c. Sekresi tubulus
Perpindahan selektif bahan-bahan yang tidak terfiltrasi dari kapiler peritubulus
kedalam lumen tubulus. Dalam proses dipengaruhi oleh faktor –faktor :
1) Transfor transepitel yang langkahnya di balik.
2) Bahan-bahan penting yang disekresikan adalah ion hidrogen (H+), ion
kalium(K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya
adalah senyawa yang asing bagi tubuh

Fungsi Ginjal terdiri dari :


 Ginjal memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis.
 Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
 Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
 Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,kreatin
dan amoniak.
  Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
  Pengaturan konsentrasi ion-ion penting.
 Menghasilkan hormone Eritopoetin yang beredar dalam tubuh.
 Pengatur produksi Sel Darah Merah.
  Pengatur tekanan darah
B. Pengertian Batu ginjal
Batu ginjal/Urolothiasis dapat diartikan sebagai penumpukan batu di saluran
perkemihan. Batu ini terbentuk dalam saluran perkemihan ketika
meningkatnya konsentrasi urin terhadap komponen kalsium oksalat, kalsium
fosfat, dan asam urat. Pembentukan ini berhubungan dengan adanya super
saturasi dan berkaitan dengan jumlah komponen, kekuantan ionik, dan pH
Urin (Smeltzer &Bare, 2002).
C. Etiologi.
 Faktor Endogen
Faktor genetik familial pada hiper sistinuria Suatu kelainan herediter yang
resesif autosomal dari pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tibuli
proksimal., Faktor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer.
 Faktor  eksogen

5
- Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan
mengubah Ph uriun menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam
fosfat sehinggga akan mempercepat  pembentukan batu yang telah ada.
- Obstruksi – statis urine
Obstruksi dan statis urine memudahkan terjadinya infeksi yang meningkatkan
resiko terbentuknya batu saluran kemih
- Jenis kelamin
Lebih banyak ditemukan pada laki-laki
Ras : Lebih banyak ditemukan di Negara Afrika & asia, Amerika dan Eropa
Jarang  
Keturunan Anggota keluarga batu saluran kemih lebih banyak mempunyai
kesempatan menderita batu saluran kemih
Air minum orang yang banyak minum akan mengurangi terbentuknya batu,
sedangkan orang yang kurang minum kadar semua substansi meningkat, yang
mempermudah pembentukan batu
- Pekerjaan
Pekerja yang lebih banyak duduk lebih beresiko terkena batu dibanding dengan
pekerja yang banyak bergerak
- Makanan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka morbilitas
batu saluran kemih kurang, sedangkan orang yang kurang makan putih telur lebih
beresiko terkena batu saluran kemihàmasyarakat ekonomi lemah lebih banyak
terkena batu saluran kemih
- Suhu
Daerah tropis atau kamar mesin yang menyebabkan keringat berlebihan beresiko
terkena batu saluiran kemih.

D. Fatopisiologi

Peningkatan saturasi urin kekurangan inhibitor ↑ produksi


Hiperkalsiuri citrate,piroposfat matrik serum
- Absorbsi Ca mll usus↑ magnesium, glukosa /protein urin
- Gangguan reabsobsi Ca minoglikan
melalui tubulus ginjal
- ↑ resorbtif Ca tulang

6
Hiperoksaluria.
- Pemakaian vit C dosis
tinggi dan lama
- Methoxifluran (obat bius)
Hiperurikosuria
Diet tinggi purin.

Kristalisasi

Agragasi membesar

Terjebak dalam rongga

Membesar

Formasi

Teori pembentukan batu.


1. Teori inti (nucleus) kristal-kristal yang mengadakan presipitasi pembantukan batu
(nukleasi) kemudian mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain
sehingga menjadi batu yang lebih besar.
2. Teori matrik; matrik organic yang berasal dari serum/protein-protein urin yang
memungkinkan terjadinya pengendapan kristal.
3. Teori inhibitor kristalisasi; beberapa substansi dalam urin menghambat kristalisasi
bila substansi ini kurang atau tidak ada maka akan mempermudah terjadi batu
saluran kemih.
E. Jenis-jenis batu
1. Batu kalsium.

7
Paling banyak dijumpai kurang lebih 70-80%dari seluruh batu saluran
kemih. Terdiri dari batu oksalat, kalsium fosfat , dan gabungan keduanya.
Factor terjadinya batu kalsium adalah:
 Hiperkalsiuri
Kadar kalsium lebih dari 250-300mg/24jam. Menurut Pak(1976) ada tiga
penyebab:
- hiperkalsiuri absorbtif pada usus.
- Hiperkalsiuri renal terjadi karena penurunan kemampuan reabsorbsi kalsium
melalui tubulus renal
- Hiperkasemi reabsorbtif: terjadi karena terjadi peningkatan reabsorpsi
kalsium tulang banyak terjadi pada hiperparatiroidismeprimer/tumor
paratiroid.
 Hiperoksaluri.
Eksresi oksalat urin melebihi 45 gram/hari. Banayak pada pengkonsumsi
oksalat (teh, kopi instant, soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, sayuran
berwarna hijau terutama bayam).
 Hiperurikosuria.
Kadar asam urat dalam urin melebihi 850 Edi Priyo/24jam.asam urat yang
berlebihan dapat berperan sebagai inti untuk terbentuknya inti batu kalsium
oksalat.
 Hipositraturuia.
Didalam urin sitrat bereaksi dengan kalsium menjadi kalsium sitrat, sehingga
menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat/fosfat. Karena ikatan kalsium
sitrat lebih mudah terbantuk dari pada kalsium oksalat. Sehingga sitrat dapat
bertindak sebagai penghalang pembentukan batu kalsium. Hal ini sering
terjadi pada penyakit asidosis tubular ginjal, sidrom malabsorbsi, pemakaian
deuretik golongan tiazid dalam waktu lama.
 Hipomagnesuria.
Magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya kalsium, karena
didalam urin magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat. Terjadi pada penyakit
inflamasi usus yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi.

8
2. Batu Oksalat
Merupakan jenis batu kedua terbanyak. Oksalat tidak larut dalam urin.
Kelarutannya tergantung pada perubahan pH urin. Mekanisme timbulnya
oksalat belum jelas, kemungkinan berhubungan dengan diet. Penyakit ini
sering muncul terutama pada area dengan makanan pokok berupa sereal
misalnya pada daerah peternakan. Peningkatan insiden batu oksalat dapat
dihubungkan dengan:
a. Hiperabsorpsi oksalat misalnya pada penyakit yang menyebabkan inflamasi
usus dan konsumsi produk berbahan dasar kedelai dalam jumlah besar.
b. Overdosis absorpsi asam misalnya vitamin C yang memetabolisme oksalat.
c. Familial oxaluria (oksalat dalam urin)

3. Batu struvit
Batu strufit disebut dengan batu infeksi , karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya ISK. Bakteri penyebab infeksi ini adalah golongan
pemerah urea yang menghasilkan enzim urease dan merubah urin bersuasana
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini
mempermudah garam-garam magnesium ammonium posfat (MAP) dan
karbonat apatie. Karena terdiri dari 3 kation ( Ca, Mg. dan Nh4) dikenal
batu tripel posfat.
Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea adalah proteus Spp, klebsiela,
serratia, pseudomonas, dan stafilokokkus, E colli, banyak menimbulkan ISK.
4. Batu asam urat.
Merupakan 5-10% seluruh batu saluran kemih. Banyak pada pasien gout,
penyakit mioloftatiperatif, terapi antikanker, dan banyak menggunakan
urikosurik diantaranya sulfinperazon, tiazide dan salisilat. Kegemukan,
konsumsi alcohol, dan diet tinggi protein. Sumber asam urat berasal dari diet
purin dan metabolisme endogen didalam tubuh. Degradasi purin melalui
asam inosinat diubah menjadi hipoxantin dengan bantuan enzim xantin
oxidase dan diubah menjadi asam urat. Pada mamalia selain manusia
mempunyai enzim urikase yang dapat merubah asam urat menjadi allantoin
yang larut dalam air. Manusia tidak mempunyai enzim itu sehingga asam urat

9
diekskresikan melalui urin dalam bantuk asam urat bebas dan garam urat
yang lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat yang
mudah larut air sehingga tidak dapat membentuk kristalisasi dalam urine.
Asam urat relative tidak larut dalam urin, sehingga pada keadaan tertentu
mudah sekali membentuk kristal asam urat selanjutnya menjadi batu asam
urat. Factor yang membentuk batu asam urat adalah urin yang terlalu
asam(Ph <6), volume urin sedikit (<2liter/hari) atau dehidrasi dan
hiperurikosuri.

F. Tanda dan gejala


Keluhan klien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit
lainya.
1. Batu ginjal.
- Sakit pada sudut CVA, sakit berupa pegal (akibat dari distensi parenkim dan
kapsul ginjal), kolik (hiperperistaltik otot polos) pada kaliks dan pelvis ginjal.
-Gejala traktus digestivus (nausea, muntah, disertai distensi) abdoment yang
disebabkan oleh illeus paralitik.
-Hematuria.
-Infeksi.
-Nyeri tekan dan nyeri ketuk pada sudut CVA.

2. Batu ureter.
-Rasa sakit yang disebabkan oleh batu yang lewat, rasa sakit seperti pegal pada
sudut CVA (distensi paremkin dan kapsul ginjal) atau kolik yang menyebar
keperut bagian bawah sesuai dengan lokasi batu dalam ureter. Pada pria rasa
sakit sampai ketestis (batu ureter proksimal), sampai keskrotum (batu ureter
distal), pada wanita rasa sakit sampai kevulva (batu proksimal)
-Gejala traktus digestivus seperti pada batu ginjal.

10
-Pada saat akut pasien tampak gelisah, kulit berkeringat dan dingin, kadang
tanda-tanda sok ringan.
-Nyeri tekan dan nyeri ketuk pada sudut CVA, spasme otot-otot abdoment.
3. Batu buli-buli.
-Kencing lancar tiba-tiba terhenti, terasa sakit yang menjalar kepenis. bila klien
berubah posisi dapat kencing lagi, pada anak akan berguling-guling dan menarik-
narik penis.
-Bila terjadi infeksi ditemukan tanda statis, kadang terjadi hematuria.
-Nyeri tekan pada supra simpisis karena infeksi dan retensi urin.
-Pada batu yang besar dapat teraba dengan cara bimanual.
-Pada pria usia .50 tahun terdapat pembesaran prostate.
4. Batu uretra.
-Buang air kecil lancar tiba-tiba terhenti disertai rasa sakit hebat (pada glan penis,
batang penis, perineum dan skrotum) terjadi retensi urin secara total/parsial.
-Rasa sakit kearah lokasi batu tertahan.

G. Pemeriksaan diagnostic dan laboratorium.


a) Pemeriksaan diagnostic.
 Foto polos abdoment.
Bertujuan untuk melihat adanya batu radioopak disaluran kemih. Batu kalsium
oksalan dan kalsium posfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai,
sedangkan batu asam urat bersifat nonopak (radio-lusen)
Urutan radiopasitas batu saluran kemih adalah:
Jenis batu Radioopasitas
kalsium opak
MAP semi opak
urat/sistein nonopak.
 Pielografi intravena.
Bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat
mendeteksi adanya batu semi opak maupun non opak yang tidak dapat terlihat
oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum menjelaskan keadaan sistim saluran

11
kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal maka dilakukan pielografi
retrograde.

Intravenous Pyelogram (IVP)


 Ultrasonografi (USG).
Dilakukan bila klien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV yaitu bila alergi
terhadap bahan kontras, faal ginjal menurun dan pada wanita sedang hamil.
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu diginjal /buli-buli, hidroneprosis,
pieloneprosis atau pengerutan ginjal.
b) Pemeriksaan laboratorium.
 Urin.
- PH > 7,6 biasanya ditemukan kuman pemecah urea, dapat terbentuk batu
magnesium ammonium phosfat.
- PH yang rendah dapat menyebabkan pengandapan batu asam urat (organic).
- Sediment, SDM meningkat 90% ditemukan pada pasien dengan batu. Bila terjadi
infeksi makan SDP maningkat.
- Biakan urin menunjukan adanya kuman pemecah urea.
- CCT untuk melihat faal ginjal.
- Ekskresi Ca, phosfat, asam urat dalam urin 24jam untuk melihat apakah ada
hiperekskresi.
 Darah.
- Hb: terjadi anemia pada gangguan faal ginjal kronis.
- Leukositosis.
- Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

12
- Ca, Phosfat, dan asam urat.
H. Penatalaksanaan.
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada salauran kemih secepatnya harus
dikeluarkan. Obstrukasi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan
hidroureter atau hidroneprosis dan menyebabkan infeksi saluran kemih juga
harus dikeluarkan. Baik dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL,
bedah laparoskopi atau bedah terbuka.
1. Medikomentosa.
Ditujukan untuk batu yang ukuranya <5mm karena diharapkan dapat keluar
secara spontan. Terapi ini bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin
denga pemberian deiretikum dan minum banyak supaya dapat mendorong batu
keluar dari saluran kemih.
2. ESWL (Elektrocorporeal ShokWave Lititripsi).
Alat ini dikenal pertama kali oleh Caussy (1980), dapat memecahkan batu ginjal,
batu ureter proksimal, batu buli-buli tanpa tindakan invasive dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang
keluar menimbulkan nyeri dan hematuria. ESWL memiliki beberapa keuntungan,
yaitu: prosedurnya yang aman dan nyaman karena tanpa luka operasi, morbiditas
rendah, mudah digunakan, dan pasien dapat berobat jalan. Sedangkan
kekurangan ESWL adalah angka bebas batunya yang lebih rendah dibandingkan
dengan PCNL dan operasi terbuka terutama untuk batu ginjal dengan ukuran
besar (<20 mm). Angka bebas batu ESWL juga dipengaruhi oleh ukuran batu,
lokasi, komposisi batu, kondisi ginjal dan anatomis dari sistem pelviokalises
3. Endourologi.
Adalah tindakan invasive minimal untuk memecah dan mengeluarkan batu dari
saluran kemih. Alat dimasukan melalui uretra/melalui insisi kecil dikulit. Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik dengan energi hidrolik, energi
gelombang suara dan energi laser. Beberapa tindakan endiurologi:
- PCNL (Perkutaneus Nephro Litolapaxi).
Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) merupakan salah satu tindakan minimal
invasif di bidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan

13
menggunakan akses perkutan untuk mencapai sistem pelviokalises. Keuntungan
prosedur PCNL adalah angka bebas batu yang lebih besar daripada ESWL, dapat
digunakan untuk terapi batu ginjal berukuran besar (>20 mm), dapat digunakan
pada batu kaliks inferior yang sulit diterapi dengan ESWL, dan morbiditasnya
yang lebih rendah dibandingkan dengan operasi terbuka baik dalam respon
sistemik tubuh maupun preservasi terhadap fungsi ginjal pasca-operasi.
Kelemahan PCNL adalah dibutuhkan keahlian khusus dan pengalaman untuk
melakukan prosedurnya
- Litotripsi
Yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah
batu (litotripstor) kedalam buli-buli, pecahan dikeluarkan dengan evakuator ellik.
- Ureteroskopi atau ureterorenoskopi.
Yaitu memasukan alat uteroskopi guna melihat keadaan ureter/system
pielokaliks ginjal.
- Ektraksi dormia.
Mengeluarkan batu dengan cara menjaringnya melaui alat keranjang dormia.
4. Bedah laparoskopi.
Pembedahan ini untuk mengambil batu saluran kemih sering pada batu ureter.
5. Bedah terbuka.
Diantaranya adalah: pielolitotomi/neprolitotomi, untuk mengambil batu saluran
ginjal dan ureterolitotomi untuk batu diureter. Tidak jarang pasien harus
menjalani neprolitotomi karena ginjal tidak berfungsi/berisi nanah (pioneprosis),
korteknya sudah sangat tipis, mengalami pengerutan akibat batu saluran kemih
yang menimbulkan obstruksi dan infeksi menahun.  
6. Pemasangan Stent
Meskipun bukan pilihan terapi utama, pemasangan stent ureter terkadang
memegang peranan penting sebagai tindakan tambahan dalam penanganan batu
ureter. Misalnya pada penderita sepsis yang disertai tanda-tanda obstruksi,
pemakaian stent  sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).

7. Pendidikan kesehatan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya
mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-

14
rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun. Prinsip pencegahan
didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara
umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
-    Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, 2-3 liter/hari
-    Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
-   Aktivitas harian yang cukup
8. Retriksi diet
Batu Ginjal yang mengandung kalsium fosfat dan/atau oksalat :
 Makanan kaya vitamin D (Vitamin D meningkatkan reabsorbsi kalsium)
   Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi
     Daftar makanan berikut harus dihindari
Produk Semua keju(kecuali keju yang lembut dan keju
susu batangan), susu dan produk susu (lebih dari ½ cangkir
per hari), krim asam (yogurt)
Daging, Otak, jantung, ginjal, sarden, telur, ikan, binatang
ikan, buruan (ayam hutan, kelinci, rusa, butung belibis)
unggas
Sayuran Sayuran hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina,
buncis kering, kedelai, seledri
Buah Kelembak, semua jenis beri, kismis, anggur
Roti, Roti murni, sereal, keripik, roti gandum, oatmeal, beras
sereal, merah, sekam, jagung giling
pasta
Minuma Teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman
n yg dibuat dari susu/produk susu
Lain-lain Kacang, mentega, coklat, sup yang dicampur susu atau
produk susu, semua krim, makanan pencuci mulut yang
dicampur dengan susu atau produk susu (kue basah, kue
kering, pie)
Batu urat :
Makanan tinggi purine (kerang, ikan kering, asparagus, jamur, jeroan) harus
dihindari dan protein lain harus dibatasi.

15
Batu oksalat :
Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau banyak, kacang, seledri,
gula bit, buah beri hitam, kelembak, coklat, teh, kopi,dan kacang tanah.
Pengurangan BB bagi paien yang obesitas karena ia merupakan faktor resiko
tinggi terjadinya pembentukan batu. ( Brunner&Suddarth, 2003 )
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
a)      Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium
urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
b)      Rendah oksalat
c)       Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
d)      Rendah purin
e)      Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

I. Data Dasar Pengkajian Pasien


- Aktivitas/Istirahat.
Gejala : pekerjaan yang monoton, terpajan pada lingkungan yang bersuhu tinggi,
keterbatasan aktivitas/imobilisasi.
- Eliminasi.
Gejala : Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya.
Penurunan output urin, kandung kemih penuh
Rasa terbakar, dorongan berkemih.
Diare.
Tanda : Oliguria, hematuria, piuria dan perubahan pola berkemih.
- Sirkulasi.
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas)
Kulit hangat , kemerahan, pucat
- Makanan dan cairan.
Gejala : Mual/muntah, nyeri tekan abdomen,
Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau phosfat.
Ketidakcukupan asupan cairan.
Tanda : Distensi abdominal, penurunan/tidak adanya bising usus. Muntah.
- Nyeri dan kenyamanan.

16
Gejala ; Episode akut nyeri hebat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada letak
dan ukuran batu.
Nyeri tidak hilang dengan posisi dan tindakan lain.
Tanda : Melindungi atau perilaku distraksi.
Nyeri pada area ginjal saat palpasi.
- Keamanan.
Gejala ; Penggunaan alcohol, demam, menggigil.
- Pemeriksaan Diagnostik :
o Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah; secara
umum menunjukkan SDM,SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat),
serpihan, mineral, bakteri, pus; Ph mungkin asam (meningkatkan sistin dan asam
urat) alkalin meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, ammonium, atau batu
kalsium fosfat)
o Urine 24 jam : kreatinin, asam urat, kalsium,fosfat,
oksalat, atau sistim meningkat.
o Survei biokimia : peningkatan kadar magnesim,
kalsium, asam urat, fosfat, elektrolit, protein.
o BUN/kreatinin serum dan urin : abnormal (tinggi pada
serum/rendah pada urine) skunder terhadap tingginya batu obsruktif pada ginjal
menyebabkan iskema/nekrotik.
o Kadar klorida dan bikarbonat serum : Peninggian kadar
klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus
ginjal.
o Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat
menunjukkan infeksi/septicemia.
o SDM : biasanya normal.
o Hb/Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia terjadi (mendorong presipitasi pemadatan). Atau anemia (perdarahan,
disfungsi/gagal ginjal).
o Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal
ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine).

17
o Foto ronsen KUB : menunjukkan adanya batu kalkuli
dan/atau perubahan anatomic pada area ginjal dan sepanjang ureter.
o IVP : memberikan informasi cepat urolitiasis seperti
penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomic (disensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
o Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih
dan ureter dapat menunjukkan batu dan/atau efek obstruktif.

18
1. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional


. Keperawatan
1. Retensi urin b/d Setelah diberikan □ Motivasi klien berkemih setiap 2- Meminimalisasi retensi urin atau overdistensi
obstruksi intervensi selama kandung kemih.
4 hari dan bila tiba-tiba dirasakan
mekanik; 5x24 jam, klien akan :
ketidakmampuan 1. Berkemih dengan Digunakan untuk mengevaluasi derajat
mengosongkan jumlah yang cukup □ Observasi aliran, ukuran dan obstruksi dan pilihan intervensi
kandung kemih tidak teraba distensi kekuatan pengeluaran urin
dengan lengkap; Distensi kandung kemih dapat dirasakan pada
kandung kemih
inkontinensia, □ Perkusi/ palpasi area suprapubis area suprapubis
menetes; distensi 2. Menunjukan residu
kandung kemih, pasca berkemih Peningkatan aliran cairan mempertahankan
residu urin. kurang dari 50 ml; □ Anjurkan pasien memasukan perfusi ginjal dan membersihkan ginjal dan
dengan tidak cairan hingga 3000 ml sehari, kandung kemih dari pertumbuhan bakteri
adanya tetesan/ dalam toleransi jantung, bila
kelebihan aliran Hilangnya fungsi ginjal menyebabkan
diindikasikan
berkurangnya pengeluaran cairan dan
penumpukan zat-zat toksik
□ Monitor tanda-tanda vital.
Observasi hipertensi, edema
perifer, dan perubahan pola pikir.
Pertahankan intake dan output Mengurangi risiko infeksi

□ Berikan perawatan kateter dan Meningkatkan relaksasi otot, penurunan edema,


perineal dan dapat meningkatkan upaya berkemih

19
No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional
. Keperawatan

□ Berikan rendam duduk sesuai


indikasi
Mengurangi ukuran prostat
□ Kolaborasi: berikan obat sesuai
indikasi:
Agen ini memblok pengaruh sinapsis
- 5-alfa-reductase inhibitor postganglionic yang mempengaruhi otot polos
seperti finasteride (Proscar), dan kelenjar eksokrin
dutasteride (Avodart)
- Alfa-adrenergic antagonis Mengurangi spasme kandung kemih
seperti phenoxybenzamine berhubungan dengan iritasi akibat kateter
(Dibenzyline), doxazosin
(Candura), tamsulosin
(Flomax), terazosin (Hytrin) Menjaga kepatenan aliran urin
- Antispasmodic seperti
Pembesaran prostat umumnya menyebakan
oxybutynin (Ditropan) dilatasi saluran urin bawah (ureter dan ginjal),
berpostensial merusak ginjal dan
□ Irigasi kateter sesuai indikasi mengakibatkan uremia

□ Monitor hasil laboratorium: Urin yang statis potensial bagi pertumbuhan


bakteri dan meningkatkan risiko ISK
- BUN, Cr, elektrolit

20
No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional
. Keperawatan

- Urinalisis dan kultur

2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan □ Kaji nyeri, lokasi, dan intensitas Memberikan informasi untuk membantu dalam
iritasi mukosa; intevensi selama 5x24 menentukan pilihan
(skala 0-10), karakteristik, durasi
infeksi urinaria; jam, klien akan:
terapi radiasi 1. Melaporkan nyeri Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi
ditandai dengan hilang/ terkontrol □ Plester selang drainase pada paha pertemuan penis-skrotal
keluhan nyeri; 2. Tampak rileks dan kateter pada abdomen (bila
perubahan tonus traksi tidak diperlukan)
3. Mampu untuk
otot, meringis, Bedrest mungkin dibutuhkan selama fase
gelisah, respon tidur/ istirahat retensi akut
otonomi dengan tepat □ Rekomendasikan bedrest sesuai
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
indikasi perhatian, dan dapat meningkatkan kemampuan
□ Berikan tindakan kenyamanan, koping
contoh pijatan punggung;
membantu pasien melakukan
posisi yang nyaman;
mengajarkan untuk penggunaan
relaksasi/ teknik napas dalam; Meningkatkan relaksasi otot
aktivitas terapeutik

21
No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional
. Keperawatan
□ Berikan/ fasilitasi penggunaan
Drainase kandung kemih mengurangi
rendam duduk, sabun hangat
ketegangan dan iritabilitas kandung kemih
untuk perineum
Diberikan untuk mengurangi nyeri
□ Kolaborasi:
- Gunakan kateter sesuai Mengurangi adanya bakteri di saluran urin
indikasi
Menghilangkan kepekaan kandung kemih
- Pemberian obat narkotik
seperti meperidine (Demerol)
- Pemberian obat antibacterial
seperti methenamine hippurate
(Hiprex)
- Pemberian obat antispamodik
dan sedative kandung kemih,
contoh flavoksat (Urispas);
oksibutinin (Ditropan)

3. Ansietas b/d Setelah dilakukan □ Selalu ada untuk pasien. Buat Menunjukan perhatian dan keinginan untuk
perubahan status intevensi selama 5x4 membantu. Membantu dalam diskusi tentang
hubungan saling percaya dengan
kesehatan: jam, klien akan: subjek sensitif.
kemungkinan 1. Tampak rileks. pasien/ orang terdekatnya
prosedur bedah; 2. Menyatakan Membantu pasien memahami tujuan dari apa
malu/ hilang pengetahuan yang □ Berikan informasi tentang yang dilakukan, dan mengurangi masalah

22
No Diagnosa Tujuan/Sasaran Intervensi Rasional
. Keperawatan
percaya diri akurat tentang prosedur dan tes khusus dan apa karena ketidaktahuan termasuk ketakutan akan
sehubungan situasi yang akan terjadi, contoh kateter, kanker. Namun kelebihan informasi tidak
dengan 3. Menunjukan urin berdarah, iritasi yang akan membantu, justru akan menambah tingkat
pemajanan genital ansietas pasien.
rentang tepat terjadi. Ketahui seberaa banyak
sebelum, selama,
dan sesudah perasaan dan informasi yang diinginkan pasien.
tindakan; masalah penurunan rasa Menyatakan penerimaan dan menghilangkan
tentang takut □ Pertahankan perilaku nyata dalam rasa malu pasien.
kemampuan 4. Melaporkan melakukan prosedur tindakan.
seksualitas, ansietas menurun Jaga privasi klien.
ditandai dengan sampai dengan Mendefinisikan masalah, memberikan
peningkatan kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
tegangan,
tingkat yang dapat □ Motivasi pasien/ ornag terdekat memperjelas kesalahan konsep, dan solusi
ketakutan, dan ditangani untuk mengungkapkan masalah/ pemecahan masalah
kekhawatiran; perasaan
mengekspresikan Memungkinkan pasien untuk menerima
masalah tentang □ Beri penguatan informasi pasien kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada
adanya pemberi perawatan dan pemberian informasi
perubahan; yang telah diberikan sebelumnya
ketakutan akan
konsekuensi tidak
spesifik

23
DAFTAR PUSTAKA

American Urology Association Foundation. (2005). Kidney stone “Basic facts


everyone should know”. (Diakses pada tanggal 18 Januari 2014, dari
www.AUAFoundation.org).
Barbara and Nancy. (2010). Introductory medical-surgical nursing10th edition.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins.
Doenges, Moorhouse, and Murr. (2010). Nursing care plans: Guidelines for
individualizing client care across the life span edition 8. Philadelphia:
FA. Davis Company
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.
Jakarta
Sherwood, Lauralee. (2007). Human Physilogy 6th edition. Singapor : Cengage
Learning Asia Pte Ltd 5 Shenton Way.
Sloane, E. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta:EGC.
Smeltzer dan Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Volume 2. Penerjemah Agung Waluyo dkk. Jakarta:
EGC.
The National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. (2013).
Kidney stone in adult. National Institute of Health Publication, (13)
2945. 1-12. www.kidney.niddk.nih.gov

24

Anda mungkin juga menyukai