BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem ekskresi adalah system yang berperan dalam proses pembuangan zat yang sudah tidak
diperlukan atau zat yang membahayakan tubuh, dalam bentuk larutan. Urin atau air seni adalah
cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dalam tubuh melalui proses
urinasi. Urin normal berwarna jernih transparan warna kuning muda. Urin beraasal dari zat warna
empedu. Urine berbau khas jika diberikan agak lama, berbau ammonia pada kisar 6.8-7.2.
kandungan air, urea, asam urat, ammonia, keratin, asam oksalat, asam fosfat, asam sulfat, klorida.
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil
metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya:
karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna empedu.Zat sisa metabolisme
tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat
menimbulkan penyakit.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa urin yang akan diuji, dari urin tersebut dibuktikan bahwa urin mengandung
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Struktur Ginjal
Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) yang mengandung jutaan alat
penyaring (nefron). Setiap nefron terdiri atas badan malpighi (renal cospuscle), tubulus kontortus
proksimal, bagian tebal dan bagian tipis lengkung henle, tubulus kontortus distal.
Badan malpighi terdiri atas berkas kapiler yang disebut glumerulus yang dikelilingi kapsul Bowman.
Lembaran dalam yang menutupi kapiler glomerulus dinamakan lapisan viseral, lembaran luar
membentuk batas luar tebal malpighi disebut lapissan parietal kapsula Bowmann yang dilapisi sel
epitel pipih. Antara dua lapisan terdapat ruang kapsula yang menerima filtrat. Setiap badan malpighi
mempunyai kutub vaskuler tempat arteri aferen masuk dan arteri eferen keluar meninggalkan
glomerulus, dan kutub urinarius, tempat tubulus proksimalis dimulai. Lapisan parietal yang
berdinding selapis sel epitel pipih begitu sampai di kutub urinaria epitel berubah menjadi epitel
kubus. Lapisan viseral mengalami modivikasi selama perkembangan embrional. Sel-sel lapisan
internal dinamakan podosid, mempunyai badan sel dimana muncul beberapa tonjolan primer. Setiap
tonjolan primer mempunyai banyak tonjolan sekunder yang menutupi kapiler glomerulus. Tonjolan
sekunder ini saling bertautan, membatasi ruang yang membentuk celah filtrasi.
Antara sel-sel endotel kapiler dan podosid yang berlubang-lubang merupakan lapisan basalis.
Membran ini merupakan struktur struktur kontinyu yang memisahkan darah kapiler dari ruang
kapsular. Di samping se endotel dan podosid, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial. Sel
mesangial ini bersifat kontraktil dan memainkan peranan dalam regulasi filtrasi glumerulus, juga
mensekresi berbagai senyawa, mengambil kompleks imun dan terlibat dalam produksi penyakit
glomerulus, juga bekerja sebagai makrofag dan berperan membersihkan lamina basalis dari zat-zat
Dindingnya dibentuk oleh selapis sel tunggal kuboid yang saling menjalin satu dengan yang lain dan
disatukan oleh tautan kedap apikal. Pada apeks sel yang menghadap ke lumen tubulus terdapat
banyak mikrovili yang panjangnya 1µm , bentukan ini dinamakan brush border (batas sikat) yang
berfungsi membantu absorpsi zat-zat (peptida, glukosa) yang keluar dari darah selama filtrasi.
Tubulus proksimal berakhir dengan segmen tipis pars desenden lengkung henle yang
mempunyai epitel sel pipih yang tipis. Segmen tipis ini berakhir dalam segmen tebal pars asenden
yang sel-selnya berbentuk kuboid yang banyak mengandung mitokondria. Pars asenden tebal
lengkung henle mencapai glomerulus dan tubulus berdekatan dengan arteriol aferen dan eferen,
dimana dinding arteriol aferen mengandung sel jukstaglomerulus (penskresi renin). Pada titik ini
epitel tubulus dimodifikasi membentuk makula densa. Sel jukstaglomerulus, makula densa dan sel
Tubulus kontortus distal, epitel kuboidnya lebih rendah daripada tubulus proksimal,
mempunyai mikrovili sedikit. Tubulus distal bersatu membentuk tubulus koligen yang berjalan
melewati korteks dan medula renalis yang akan bermuara di pelvis renalis pada apeks piramid
medula.
1. Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun
dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang
berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan
tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan
darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut
melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati
2. Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian
tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya
zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air,
glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino
direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di
Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk ke
tubulus kontortus proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga
terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle.
Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan di
sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di
sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi Na+
dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi
sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin.
Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki kandungan air, garam, urea dan
pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
3. Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin
sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter
menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penimpanan sementara urin.
C. Sifat-sifat urin
Urine memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/hari, ini tergantung pada masukan air, suhu
luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen dan kopi, teh, alkohol
3. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila masukan protein tinggi,
urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman
meningkat pada asidosis dan demam. Urin menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amonia
dan kehilangan CO2 di udara. Urin menjadi alkali pada alkaliosis seperti setelah banyak muntah.
4. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom, sedikit urolobin
dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau kecoklatan, pada penyakit
hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah (hemoglobin)
memberi warna seperti asap sampai merah pada urin. Urin sangat asam mengendapakan garam-
a. Urea (25-30 gram) merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada mamalia.
b. Amonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urin segar. Pada penderita diabetes millitus,
c. Kreatinin dan kreatin (kreatinin : produk pemecahan kreatin), normalnya 20-26 mg/kg pada laki-
d. Asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat sangat sukar larut
dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut dengan alkali. Pengeluaran asam
e. Asam amino: hanya sedikit dalam urin. Pada penderita penyakit hati yang lanjut karena
h. Fosfat di urin adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat, berasal dari makanan yang
i. Oksalat dalam urin rendah. Pada penderita hiperoksaluria jumlah oksalat relatif tinggi.
Protein: Proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan globulin dalam urin dengan
konsentrasi abnormal. Proteinuria fisiologis terdapat + 0.5% protein, ini dapat terjadi setelah latihan
berat, setelah makan banyak protein, atau sebagai akibat dari gangguan sementara pada sirkulasi
ginjal bila seseorang berdiri tegak. Kasus kehamilan disertai Proteinuria sebesar 30-35%. Proteinuria
patologis, disebabkan karena adanya kelainan dari organ ginjal karena sakit. Misalnya nefrosklerosis
suatu bentuk vaskuler penyakit ginjal, dihubungkan dengan hipertensi arterial. Proteinuria pada
penyakit ini meningkat dengan makin beratnya kerusakan ginjal. Proteinuria dapat juga terjadi
karena keracunan tubulus ginjal oleh logam-logam berat (raksa(Hg), arsen(As), bimut(Bi)).
Glukosa: glukosuria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress emosi (pertandingan atletik
yang menegangkan), 15% kasus glikosuria tidak karena diabetes. Galaktosuria dan laktosuria dapat
terjadi pada ibu selama kehamilan, laktasi maupun menyapih. Pentosuria terjadi sementara sesudah
makan makanan yang mengandung gula pentosa. Benda-benda keton dapat terjadi pada saat
kelaparan, diabetes, kehamilan, anestesia eter. Terdapat bilirubin, dan adanya kandungan darah
1. Nefritis
Nefritis : kerusakan pada glumerulus akibat alergi racun kuman, biasanya disebabkan oleh
bakteri Steptococcus. Nefritis mengakibatkan seseorang menderita Uremia dan oedema. Uremia:
masuknya kembali asam urin dan urea ke pembuluh darah. Oedema adalah penimbunan air di kaki
2. Batu ginjal
Batu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal, saluran
ginjal, atau kantong kemih. Batu ginjal berbentuk kristal yang tidak larut. Kandungan batu ginjal
adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium fosfat. Endapan garam ini terbentuk jika
seseorang terlalu banyak mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit mengonsumsi air.
3. Albuminuria
Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urin. Adanya albumin dalam urin merupakan
indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul endotelium. Selain itu dapat juga disebabkan oleh
iritasi sel-sel ginjal karena masuknya substansi seperti racun bakteri, eter, atau logam berat.
4. Glikosuria
Glikosuria adalah ditemukannya glukosa pada urin. Adanya glukosa dalam urin menunjukkan
5. Hematuria
Hematuria adalah ditemukannya sel darah merah dalam urin. Hematuria disebabkan
peradangan pada organ urinaria atau iritasi akibat gesekan pada batu ginjal.
6. Ketosis
Ketosis adalah ditemukannya senyawa keton di dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada orang
7. Diabetes Militus
Diabetes militus adalah penyakit yang disebabkan pankreas tidak menghasilkan atau hanya
menghasilkan sedikit insulin. Insulis : hormon yang mampu mengubah glukosa menjadi glikogen
sehingga mengurangi kadar gula dalam darah. Selain itu, Insulis juga membantu jaringan tubuh
menyerap glukosa sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Diabetes militus juga dapat
terjadi jika sel-sel di hati, otot, dan lemak memiliki respons rendah terhadap insulin. Kadar glukosa di
urin penderita diabetes militus sangat tinggi. Ini menyebabkan sering buang air kecil, cepat haus dan
8. Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus adalah penyakit yang menyebabkan penderita mengeluarkan urin terlalu
banyak. Penyebabnya adalah kekurangan hormon ADH (dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian
belakang). Jika kekurangan ADH, jumlah urin dapat naik 20-30 kali lipat dari keadaan normal.
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tabung reaksi
3. Penjepit
4. Pembakar spritus
5. Korek
6. Urin
7. Larutan biuret
8. Larutan benedict
Larutan AgNO3
9.
B. Cara Kerja
· Kegiatan 1,
4. Mengetahui baunya
· Kegiatan 2,
· Kegiatan 3,
Uji protein
Uji glukosa
C. Tabel Penelitian
Tabel 1.tabel pengamatan
1 Uji Amonia
2 Uji Klorida
3 Uji Protein
4 Uji Glukosa
BAB IV
Tabel 2. hasil pengamatan
Tidak ada
Tidak terjadi
1 Uji Amonia Kuning kuning endapan,
endapan
berbau Pesing
B. Pembahasan
Ada 4 jenis kandungan yang telah di uji, yaitu uji amonia, uji klorida, uji protein dan uji
glukosa,
Yang pertama menguji bau amoniak dari hasil penguraian urea dalam urin. Yaitu dengan
memanaskan terlebih dahulu sampai mendidih kemudian diketahui bagaimana baunya, ternyata
setelah dilakukan uji, urin tersebut tidak berbau pesing, hal ini dikarenakan billirubin dan billiverdin
tidak bekerja terlalu keras,. Dan kita sering meminum air utih yang banyak
Yang kedua yaitu menguji kandungan protein dalam urin, dengan menggunakan larutan biuret
5 tetes dan membiarkan selama 5 menit, semula warna pada urin yaitu kuning setelah di beri biuret
dan di biarkan selama 5 menit ternyata perubahan warna yang terjadi yaitu tetap kuning dan tidak
terjadi endapan , berarti dapat diketahui bahwa urun tersebut tidak mengandung protein.
Kemudia yang ketiga yaitu menguji kandungan glukosa dalam urin, dengan menambahkan 5
tetes larutan benedict dan memanaskan hingga mendidih, warna mula mula pada urin yaitu kuning
dan setelah di panaskan warna urin berubah menjadi kuning kehijauan, dan tidak terjadi endapan
dalam urun tersebut, dari hal itu dapat diketahui bahwa urin tersebut tidak mengandung glukosa
Dan uji yang terakhir yaitu menguji kandunga klorida dalam urin, dilakukan dengan
menambahkan 5 tetes larutan AgNO 3 , kemudian melihat hasilnya, dan hasil yang diperoleh yaitu
bahwa warna urin berubah dari kuning menjadi putih, disebabkan karena urin tersebut mengandung
C. Pertanyaan
Jawaban
1. Kandungan urin yang terdapat di manusia adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+,
Filtrasi (penyaringan)
terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan onkotik
(tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori
endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi,
Reabsorpsi (penyerapan)
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino
direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin
sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter
menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penimpanan sementara urin.
3. Dari hasil pemeriksaan urin, diketahui bahwa tidak ada endapan pada uji glukosa, dan uji protein ,
BAB V
A. Kesimpulan :
- Jadi di dalam urin mengandung klorida dan amonia namun tidak mengandung protein dan glukosa,
B. Saran :
- Perlu dilakukan lebih banyak percobaan lagi, agar bisa mengamati lebih teliti tentang kandungan di
dalam urin.
DAFTAR PUSTKA :
Syamsuri Istamar, dkk. 2007. Biologi SMA Kelas XI. Malang : Erlangga
Tim LBB SSCintersolusi. 2012. TEXT BOOK SSCIntersolusi : SSCI
https://www.google.com/laporan-biologi-uji-urin/LAPORAN-UJI-URINE dimas_kicir.htm
Blog.htm
LAMPIRAN
http://cuk-ing.blogspot.com/ di 14:40
Share
3 comments:
1.
2.
3.
nice post gan, btw blognya keren! da blog ane mah kaya sisaan daging yg neyalp di
gigi..
Reply
‹
›
Home
http://cuk-ing.blogspot.com/
Powered by Blogger.
BAB I PENDAHULUAN
Tujuan :
Adapun tujuan dalam Praktikum Uji Kandungan Urine adalah sebagai berikut:
Mengetahui kandungan protein, glukosa, klorida, dan pH, dalam urin.
A. Latar Belakang
Urine merupakan salah satu zat eksresan yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian dikeluarkan oleh tubuh melalui proses urinasi. Urin sangat penting
dalam proses mempertahakan homeostasis tubuh, karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui urine. Untuk mengetahui
normal atau tidaknya urine seseorang tergantung pada kandungan didalam
urine itu sendiri. Urine sejatinya dapat dijadikan suatu indikator kondisi tubuh
seseorang.
Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat
cair atau zat gas. Zat-zat sisa berupa urine dikeluarkan oleh ginjal, keringat
dikeluarkan oleh kulit, empedu dikeluarkan oleh hati dan CO2 dikeluarkan
oleh paru-paru. Zat-zat ini harus dikeluarkan dari tubuh karena jika tidak
dikeluarkan akan mengganggu bahkan meracuni tubuh. Selain ekskresi ada
juga defekasi dan sekresi. Defekasi adalah pengeluaran zat sisa hasil
pencernaan berupa feses (tinja) melalui anus. Sedangkan sekresi adalah
pengeluaran oleh sel dan kelenjar yang berupa getah dan masih digunakan
oleh tubuh untuk proses lainnya seperti enzim dan hormon (Pratiwi et al,
2009).
Sistema urinari terdiri atas : Ginjal yang mengeluarkan sekret urine. Ureter
yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing. Kandung Kencing
yang bekerja sebagai penampung. Uretra yang mengeluarkan urine dari
kandung kencing (Pearce, 2002).
B. Urine
Urin atau air seni adalah produk sisa metabolisme hasil filtrasi plasma darah
di glomelurus ginjal. Setelah proses filtrasi, cairan akan melewati tubulus
untuk dilakukan penyerapan kembali ion-ion yang masih terlarut sehingga
pada proses miksi yang diekskresikan adalah berupa urin sesungguhnya.
Ekskresi urin diperlukan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dari 180
liter darah yang masuk ke ginjal, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urin
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
Urin terdiri dari 95% air dan 5% zat padat terutama ureum dan natrium klorida
dengan pH sedikit asam ± 6,0 dan memiliki berat jenis spesifik 1,010 – 1,030
(Wilson, 2003). Komposisi zat didalam urine bervariasi tergantung jenis
makanan serta air yang diminumnya. Urine normal terdiri dari air, urea, asam
urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-
garam terutama garam dapur dan zat- zat yang berlebihan dalam darah
misalnya vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan pembentuk urine
trsebut berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misalnya glukosa diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa
(Halander, 2000).
Hari :
Tempat :
tabung reaksi
rak tabung reaksi
pipet tetes
gelas beker
pembakar bunsen
kasa asbes
kaki tiga
kertas indikator pH universal
Bahan
a. Uji pH urine
B. Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai uji kandungan urin, yang merupakan cairan sisa
yang diekskresikan oleh ginjal dan kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Urin yang dikeluarkan tubuh terdiri dari berbagai unsu
seperti : air, protein, amoniak, glukosa, sedimen, dan sebagainya. Unsur-
unsur yang dikeluarkan dari urine tersebut sangat bervariasi perbandingannya
pada orang yang berbeda.
Pada praktikum yang berjudul uji kandungan urine ini kami melakukan empat
percobaan yakni uji pH urine, uji kandungan klorida pada urine, uji kandungan
protein pada urine, dan uji kandungan glukosa pada urine.
a. Uji pH urine
Urin yang diuji untuk mengetahui ada tidaknya protein, setelah melalui tahap
pemberian 5 tetes biuret ternyata warna yang didapat pada sampel X dan Y
adalah kuning. Jika urin = 5 tetes biuret berubah menjadi ungu maka dapat
dipastikan urin mengandung protein. Karena urin yang diuji tidak berwarna
ungu maka urin tidak mengandung protein. Tetapi jika urin mengandung
protein, ini ada ketidakberesan pada ginjal orang yang urinnya diuji.
Seharusnya, ginjal yang normal tidak akan meloloskan protein bersama urin.
Protein (asam amino) pada ginjal yang normal, akan diserap pada proses
filtrasi sebab protein (asam amino) termasuk zat yang berguna bagi tubuh.
Selain itu jika ada protein (asam amino) yang masih berada pada urin primer,
pada tahap re-absorpsi tepatnya di bagian Tubulus Kontortus Proksimal,
semua protein (asam amino) sudah harus diserap oleh tubuh. Artinya, urin
yang dikeluarkan sudah tidak lagi mengandung protein. Jadi, jika hasil
praktikum menunjukkan adanya kandungan protein dalam urin, maka ginjal
orang yang urinnya diuji mengalami masalah terutama pada Tubulus
Kontortus Proksimal. Jenis penyakit orang yang dalam kandungan urinenya
terpat protein adalah albuminuria.
JejakSMA
Menyediakan jejak data dan tugas sma khususnya tugas sman 1 singaparna yang merupakan sekolah
model dan sekolah berbasis karakter
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan dalam proses pembuangan zat-zat yang sudah
tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang membahayakan bagi tubuh dalam bentuk larutan.
Ekskresi terutama berkaitan dengan pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen.
Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi membuang zat sisa hasil metabolisme.
Zat sisa hasil metabolisme merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya karbondioksida
(CO2), air (H2O), amoniak (NH3), urea dan zat warna empedu.
Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi tubuh dan harus dikeluarkan karena
bersifat racun dan dapat menimbulkan penyakit. Organ atau alat-alat ekskresi pada manusia terdiri
dari paru-paru, hati, kulit, dan ginjal.
Di dunia kedokteran ginjal biasa disebut ‘ren’ (renal/kidney). Bentuknya seperti kacang merah,
berjumlah sepasang dan terletak di daerah pinggang. Ukurannya kira-kira 11 x 6 x 3 cm. Beratnya
antara 120-170 gram. Struktur ginjal terdiri dari kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula) dan
rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat jutaan nefron yang berfungsi sebagai
penyaring darah. Setiap nefron tersusun dari badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang
bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula Bowman) yang didalamnya
terdapat Glomerulus. Fungsi ginjal diantaranya sebagai berikut.
c. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah
(SDM) di sumsum tulang.
Enkret dari ginjal berupa urine. Urine atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh
ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kantung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Dari urine kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. Meskipun tidak selalu bisa
dijadikan pedoman namun setidaknya bisa dijadikan untuk berjaga-jaga. Urine merupakan cairan
yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh karena itu kelainan darah dapat
menunjukkan kelainan di dalam urine.
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut,
dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial.
Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal
glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi
racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urine. Urine seorang penderita diabetes
akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan
kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga
urinenya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari
urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urine itu merupakan zat yang steril.
Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan
urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat
atau cokelat. Terapi urine amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.
Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 1-2 liter setiap
hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya air
yang diminum dan keadaan suhu. Apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat
sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit. Pada saat banyak minum air, kelebihan air
akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine.
Warna urine setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine
normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.
Urine dapat diuji kandungan amoniak, protein, glukosa, dan dapat pula diketahui kadar pH nya.
Untuk menguji urine diperlukan reagen sebagai berikut.
a. Biuret
Uji biuret merupakan sebuah uji kimia untuk protein dan polipeptida. Hal ini didasarkan pada
pereaksi biuret, larutan biru yang mengubah violet pada kontak dengan protein, atau zat-zat dengan
ikatan peptide.
b. Benedict
Reagen Benedict adalah bahan kimia pereaksi bernama setelah seorang kimiawan Amerika, Stanley
Rossiter Benediktus. Benedict’s reagen digunakan sebagai ujian bagi kehadiran mengurangi gula. Hal
Ini termasuk semua monosakarida dan disakarida , laktosa dan maltosa . Bahkan lebih umum, kita
coba Benediktus akan mendeteksi kehadiran aldehid (kecuali yang aromatik), dan alpha-hydroxy-
keton , termasuk yang terjadi di ketoses tertentu.
Cara kerja Benedict yaitu ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, di
mana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga (salah satu kandungan di reagen
benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadilah perubahan
warna. Selama proses ini CU2+ tereduksi menjadi CU+. Ketika Cu mengalami reduksi, glukosa
memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu mereduksi Cu pada
benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi.
B. Tujuan Praktikum
1. Memenuhi nilai keterampilan mata pelajaran Biologi kelas XI semester genap SMA Negeri 1
Singaparna Tahun Ajaran 2016/2017
4. Untuk mengetahui dan membandingkan kandungan glukosa dalam urine normal dengan
kandungan glukosa dalam urine kasus
5. Untuk mengetahui dan membandingkan kandungan protein dalam urine normal dengan
kandungan protein dalam urine kasus
BAB II
Prosedur Praktikum
Alat yang dibutuhkan untuk pengujian urine diantaranya gelas arloji yang digunakan untuk
menampung urine yang akan diuji kadar pH nya, kertas indikator pH universal yang digunakan untuk
mengukur kadar pH dalam urine, tabung reaksi sebanyak 6 buah yang berfungsi untuk menampung
larutan dalam jumlah yang sedikit, corong yang berfungsi sebagai alat bantu untuk memindahkan
atau memasukkan larutan ke dalam tabung reaksi, pipet tetes yang digunakan untuk mengambil
cairan dalam skala tetesan kecil, botol semprot yang digunakan untuk menyimpan reagen, penjepit
tabung reaksi yang digunakan untuk menjepit tabung reaksi selama melakukan proses pemanasan,
rak tabung reaksi yang digunakan untuk menyimpan tabung reaksi, pembakar spirtus yang
digunakan untuk memanaskan larutan, korek api yang digunakan untuk menyalakan pembakar
spirtus.
Bahan-bahan yang digunakan untuk menguji urine, antara lain urine penderita diabetes dan urine
orang normal. Larutan yang digunakan untuk menguji urine diantaranya larutan benedict yang
digunakan untuk menguji kandungan glukosa dan larutan biuret yang digunakan untuk menguji
kandungan protein.
B. Prosedur Kerja
1. Uji Kadar pH
Pertama, urine yang akan diuji kadar pH dimasukkan ke dalam gelas arloji. Kemudian, masukkan
kertas indikator pH universal ke dalam urine. Lalu, simpan kertas indikator pH universal di tempat
kering dan tunggu sampai kering. Setelah itu, lihat perubahan warnanya dan cocokkan warnanya
dengan standar pH. Apabila kadar pH urine kurang dari 7, maka urine tersebut bersifat asam. Apabila
kadar pH urine sama dengan 7, maka urine tersebut bersifat netral. Dan apabila kadar pH urine lebih
dari 7 maka urine tersebut bersifat basa.
2. Uji Amoniak
Pertama, urine yang akan diuji kandungan amoniak dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1
mL. Kemudian, beri label pada tabung reaksi sesuai dengan urine yang diuji. Setelah itu, jepit tabung
reaksi dengan penjepit tabung reaksi. Selanjutnya, panaskan tabung reaksi yang berisikan urine
tersebut dengan menggunakan pembakar spirtus. Lalu cium bau dari urine tersebut. Apabila berbau
pesing maka orang tersebut urinenya normal. Namun jika berbau sangat pesing berarti pengeluaran
zat sisa berupa amoniak dalam tubuhnya sangat banyak.
4. Uji Glukosa
Pertama, urine yang akan diuji kandungan glukosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2
mL. Kemudian, beri label pada tabung reaksi sesuai dengan urine yang diuji. Lalu, masukkan 5 tetes
larutan benedict yang sudah ada dalam botol semprot ke dalam tabung reaksi tersebut. Setelah itu,
jepit tabung reaksi dengan menggunakan penjepit tabung reaksi. Selanjutnya, panaskan tabung
reaksi yang berisikan urine tersebut dengan menggunakan pembakar spirtus. Lihat perubahan warna
yang terjadi. Apabila hasil reaksi menghasilkan warna hijau, hitam, orange, ataupun merah bata,
maka urine tersebut positif mengandung glukosa.
5. Uji Protein
Pertama, urine yang akan diuji kandungan protein dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2
mL. Kemudian, beri label pada tabung reaksi sesuai dengan urine yang diuji. Lalu, masukkan 5 tetes
larutan biuret yang sudah ada dalam botol semprot ke dalam tabung reaksi tersebut. Lihat
perubahan warna yang terjadi. Apabila hasil reaksi menghasilkan warna ungu, maka urine tersebut
positif mengandung protein.
B. Tabel Data
No
Hasil Sampel
Keterangan
Faisal Fahmi
Penderita Diabetes
Faisal Fahmi
Penderita Diabetes
Ph
Amoniak
Glukosa
Protein
Mengandung protein
Urea
Mengandung urea
Mengandung urea
D. Analisis Data
1. Berdasarkan tabel data, pH urine penderita diabetes yaitu 5 sedangkan pH urine Faisal Fahmi
yaitu 6. pH urine penderita diabetes bersifat terlalu asam, karena pH-nya kurang dari batas
keasaman Urine normal yaitu 6.. Sedangkan pH urine Faisal Fahmi bersifat asam normal, karena pH-
nya sama dengan pH urine seharusnya yitu 6. Urine dapat bersifat asam, netral, atau basa dengan
pH antara 4,7-8,0. Tetapi urine yang dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Urine yang
diambil pada waktu-waktu tertentu mempunyai pH yang berbeda-beda. Beberapa waktu setelah
makan, urine akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkalin ide. Bila dibiarkan waktu lama,
urine dapat mengalami ammoniacal fermentation atau acid fermentation. Hal ini disebabkan oleh
bakteri dan pH urine menjadi basa.
a. Air, kandungan air dalam darah dikeluarkan dari tubuh jika konsentrasinya terlalu tinggi.
b. Urea (25-30 gram) yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein pada mamalia.
c. Amoniak, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urine segar. Pada penderita diabetes
melitus, kandungan amoniak dalam urinenya sangat tinggi.
d. Kreatinin (produk pemecahan kreatin) dan keratin, normalnya yaitu 20-26 mg/kg pada laki-laki,
dan 14-22 mg/kg pada perempuan.
e. Asam urat
Asam urat merupakan hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat sangat sukar
larut dalam air, tetapi mengendap membentuk garam-garam yang larut dengan alkali. Pengeluaran
asam urat meningkat pada penderita leukimia, penyakit hati berat.
f. Asam amino, di dalam urine yang normal mengandung sedikit asam amino. Pada penderita
penyakit hati yang lanjut karena keracunan, maka jumlah asam amino yang diekskresikan pun
meningkat.
i. Fosfat, di dalam urine fosfat merupakan gabungan dari natrium dan kalium fosfat, berasal dari
makanan yang mengandung protein berikatan dengan fosfat.
j. Oksalat dalam urine rendah. Pada penderita hiperoksaluria jumlah oksalat relatif tinggi.
m. Empedu. Berasal dari hasil perombakan sel darah merah di hati dan memberi warna kekuningan
pada urine.
n. Garam. Garam dikeluarkan untuk menjaga konsentrasi garam di darah supaya tidak berlebih.
o. Obat-obatan. Obat-obatan dibuang supaya tidak menjadi racun dalam tubuh. Itulah sebab
mengapa sehabis minum obat urine kita menjadi berbau seperti obat.
q. Gula. Gula ditemukan pada urine penderita diabetes dan tidak akan ditemukan pada urine
orang yang sehat.
Urine terbentuk melalui tiga tahap, yaitu tahap filtrasi, reabsorpsi, dan yang terakhir tahap
augmentasi.
a. Filtrasi (Penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun dari
satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang
berhubungan dengan lumen tubula kontorti proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun dari
sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan
onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah
menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati
pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng
filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut filtrate glomerulus atau urine primer.
Komposisi urine primer terdiri dari air, glukosa, asam amino, garam mineral, urea, dan asam urat.
b. Reabsorpsi (Penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubula kontorti proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubula kontorti
distal. Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubula ginjal. Banyaknya zat yang
direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa,
asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3, HbO42, dan sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi
secara transpor aktif di tubula kontorti proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubula
kontorti distal.
Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonik dibanding plasma darah) masuk ke
tubula kontorti proksimal. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga
terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle.
Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonik dibandingkan cairan pada jaringan di
sekitar tubula kontorti proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di
sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubula kontorti distal. Pada tubula ini terjadi reabsopsi Na+ dan
air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Di samping reabsorpsi, di tubula ini juga terjadi
sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urine.
Hasil reabsorpsi ini berupa urine sekunder yang memiliki kandungan air, garam, urea dan pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Urine sekunder dari tubula distal akan menuju tubula kolekta. Pada tubula kolekta ini masih terjadi
penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubula kolekta,
urine dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesica urinaria (kantong kemih)
yang merupakan tempat penampungan urine.
5. Berdasarkan tabel data, dapat diketahui bahwa sampel urine Faisal Fahmi mengandung
sedikit glukosa. Hal itu dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL urine Faisal Fahmi
dengan 5 tetes larutan benedict yang kemudian dipanaskan, dan menghasilkan warna biru
kehijauan dan terdapat endapan berwarna kuning. Sedangkan sampel urine penderita
diabetes positif mengandung glukosa yang berada dalam kadar tinggi. Hal itu dibuktikan
dengan hasil percobaan antara 2 mL urine penderita diabetes dengan 5 tetes larutan
benedict yang kemudian dipanaskan, menghasilkan merah bata dan terdapat endapan
berwarna orange.
Dengan adanya kandungan glukosa dalam urine, hal itu dapat mengindikasikan bahwa kemungkinan
adanya kesalahan pada glomerulus ginjal, yaitu glomerulus tidak dapat menyaring glukosa sehingga
glukosa terus berjalan ke tubula-tubula sampai akhirnya glukosa diekskresikan bersam urine. Kondisi
seperti itu dapat terjadi pada orang yang menderita penyakit diabetes melitus, tirotoksikosis,
sindroma cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intracranial atau karena ambang
rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glikosuria, kehamilan dan sindroma fanconi.
Namun reduksi positif mengandung glukosa tidak selalu berarti menderita penyakit diabetes melitus.
Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urine karena
adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa, seperti fruktosa, galaktosa, laktosa, pentose,
formalin, glukuronat, dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C. Untuk itu, perlu
adanya uji lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung pada sampel urine. Hal ini
dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes.
Berdasarkan tabel data, sampel urine Faisal Fahmi mengandung protein. Hal itu dibuktikan dengan
hasil percobaan antara 2 mL urine Faisal Fahmi dengan 5 tetes larutan biuret, menghasilkan warna
ungu samar. Sedangkan sampel urine penderita diabetes tidak mengandung protein. Hal itu
dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL urine penderita diabetes dengan 5 tetes larutan
biuret, menghasilkan warna kuning keruh.
Dengan adanya kandungan protein dalam urine, hal itu dapat mengindikasikan keadaan proteinuria.
Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam kencing, atau infeksi kuman.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria diantaranya penyakit ginjal
(glomerulonephritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis, lipoid), demam, hipertensi,
multiple myeloma, keracunan kehamilan, infeksi saluran kemih. Proteinuria juga dapat ditemukan
pada orang sehat. Misalnya pada keadaan di mana orang tersebut demam tinggi, gagal jantung,
latihan fisik yang berat, dan stress karena emosi.
6. Rangkuman
Urine atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine terbentuk melalui 3
tahap, yaitu tahap filtrasi, tahap reabsorpsi, dan tahap augmentasi. Urine yang dieksresikan oleh
tubuh mengandung air,asam urat,urea,garam mineral,dan amoniak. Pada sebagian orang urine yang
dieksresikan ada zat yang tidak seharusnya ada didalam urine seperti glukosa dan protein.
Glukosa dalam urine seseorang dapat diketahui dari uji urine dengan menggunakan larutan
benedict. Orang yang didalam urinenya positif mengandung glukosa dapat terindikasi memiliki
penyakit diabetes melitus, tirotoksikosis, sindroma cushing, phaeochromocytoma, peningkatan
tekanan intracranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal
glikosuria, kehamilan dan sindroma fanconi.
Seperti halnya dengan glukosa, uji urine juga dapat mendeteksi kandungan protein dalam urine
seseorang dengan menggunakan larutan biuret. Kandungan protein dalam urine dapat
mengindikasikan keadaan proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya
darah dalam kencing, atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria
diantaranya penyakit ginjal (glomerulonephritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis,
lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan, infeksi saluran kemih.
Proteinuria juga dapat ditemukan pada orang sehat. Misalnya pada keadaan di mana orang tersebut
demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang berat, dan stress karena emosi.
BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa urine dapat dijadikan sebagai indikator untuk
mengukur kadar pH, mendeteksi kandungan amoniak, glukosa, dan protein.
Urine dengan sampel urine Faisal Fahmi, memiliki kadar pH yaitu 6, yang berarti bahwa urine Faisal
Fahmi bersifat asam normal. Pada saat urine ini dipanaskan dengan pembakar spirtus, tercium bau
pesing yang menandakan bahwa urine tersebut mengandung amoniak. Sampel urine ini juga ,
mengandung sedikit glukosa yang dibuktikan dengan hasil percobaaan antara 2 mL urine ini dengan
5 tetes larutan benedict menghasilkan warna hijau dan terdapat endapan berwarna kuning busuk
warna Hijau tersebut berarti kandungan glukosa berada pada kadar 0.5 % – 1 % . Serta, sampel urine
ini juga mengandung protein. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil percobaan antara 2 mL urine ini
dengan 5 tetes larutan biuret menghasilkan warna coklat samar dan terdapat endapan berwarna
biru.
Sementara itu urine dengan sampel urine kasus penderita diabetes, memiliki kadar pH yaitu 5, yang
berarti bahwa urine penderita diabetes bersifat terlalu asam. Pada saat urine ini dipanaskan dengan
pembakar spirtus, tercium bau yang sangat pesing yang menandakan bahwa urine tersebut
mengandung amoniak dalam kadar yang tinggi. Sampel urine ini, mengandung glukosa yang cukup
tinggi. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil percobaaan antara 2 mL urine ini dengan 5 tetes larutan
benedict yang menghasilkan warna kuning keruh dan terdapat endapan berwarna merah bata dan
terdapat endapan yang berarti mengandung glukosa dengan kadar 3.5 % atau lebih.. Serta, sampel
urine ini tidak mengandung protein, karena berdasarkan hasil percobaan antara 2 mL urine ini
dengan 5 tetes larutan biuret menghasilkan warna kuning keruh dan terdapat endapan berwarna
kuning pucat.
DAFTAR PUSTAKA
· http://bloggerboegist.blogspot.co.id/2011/12/sifa-sifat-urin.html
· http://jayantiputrieka.blogspot.co.id/2015/02/laporan-hasil-praktek-uji-kandungan.html?=1
· http://blog.unnes.ac.id/pipitdiahnoviana/2015/11/18/laporan-praktikum-uji-kandungan-urin/
· http://farahdewi1114.blogspot.com/2016/05/laporan-praktikum-uji-kandungan-urin_23.html
LAMPIRAN
( Gelas Arlogi )
( Penjepit )
( Pemanas Spirtus )
( Corong Gelas )
( Tabung Reaksi )
( Pipet Tetes )
( Indikator Universal )
( Benedict )
( Biuret )
b. Proses Pengerjaan
(Pengecekkan pH urine)
c. Hasil
Urine Faisal F
( Hasil Urine yang telah ditetesi larutan Benedict yang kemudian dipanaskan)
Urine Faisal F
( Ketika Proses Penelitian Dan Pembandingan Urine Faisal (Siswa) dengan Urine Kasus Diabetes)
d. Anggota Kelompok
(Faisal)
(Intan)
(Raihan)
(Wina)
(Femi)
(Rikza)
(Alwan)
(Rikza)
(Intan)
(Femi)
(Faisal)
(Wina)
(Raihan)
(Alwan)
(Alwan)
(Wina)
(Raihan)
(Faisal)
(Femi)
(Intan)
(Rikza)
Komentar
BACA SELENGKAPNYA
BACA SELENGKAPNYA
jejakSMA
Foto saya
FAJR
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan