Anda di halaman 1dari 21

Penentuan konsentrasi larutan

dengan alat refractometer


A SISTE N LA BO RATO RIUM :
Kelompok VI (enam)
PUTRI TIARA SANY
CHATRINE Adelia Putri Halida 4223131060
Mayzul Fiahzia 4223131012
Saprila hayani 4221131006
Westy natasya sitorus 4223131072
Table of Contents
1. JUDUL PERCOBAAN
2. TUJUAN PERCOBAAN
3. TINJAUAN TEORITIS
4. ALAT DAN BAHAN
5. PROSEDUR KERJA
6. HASIL PERCOBAAN / REAKSI-REAKSI / PEMBAHASAN
7. KESIMPULAN
8. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS
9. DOKUMENTASI
1. Judul percobaan
Penentuan konsentrasi larutan dengan alat
rafraktometer

2. Tujuan percobaan
1.Untuk mengetahui massa gula yang digunakan
dalam membuat larutan gula 5% sebanyak 50 mL.
2. untuk mengetahui indeks bias larutan gula.
3. Tinjauan teoritis
Indeks bias suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode antara lain
dengan metode interferometri seperti interferometri Mach-Zender, interferometri FabryPerot
dan interferometri Michelson, menggunakan spektrometer dan refraktometer. Refraktometer
bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika melalui suatu larutan. Ketika cahaya
datang dari udara ke dalam larutan maka kecepatannya akan berkurang. Fenomena ini terlihat
pada batang yang terlihat bengkok ketika dicelupkan ke dalam air. Refraktometer memakai
prinsip ini untuk menentukan jumlah zat terlarut dalam larutan dengan melewatkan
cahaya ke dalamnya. (Hidayanto,2010).

Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya. Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut digunakan istilah
konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Sistem pengukuran kadar gula dalam
bidang pertanian tebu dituntut untuk memberikan sumbangan dalam hal efisiensi dan biaya murah untuk Meningkatkan produktivitas. Untuk
mendapatkan nilai ukur yang presisi dengan unjuk respon yang lebih baik pada pengukuran konsentrasi pada larutan di bidang pertanian,
diperlukan parameter fisis sesuai untuk sampel yang transparan yaitu sifat optic sehingga hasil pengukuran lebih cepat dan murah. ( Mei
dkk,2015).

Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300
sampai 1,700 dan persentase padatan 0 sampai 95 %. Ciri khas refraktometer yaitu dapat dipakai untuk mengukur secara tepat dan sederhana
karena hanya memerlukan zat yang sedikit yaitu 0,1 ml dan ketelitiannya sangat tinggi.Indeks bias merupakan salah satu dari beberapa sifat optis
yang penting dari medium. Indeks bias memainkan peran yang cukup penting di dalam beberapa bidang diantaranya dalam teknologi film tipis
dan fiber optic, dan lain-lain. Pengukuran menggunakan metode tersebut cenderung rumit dan memakan waktu yang lama sehingga dibutuhkan
suatu alat yang dapat mengukur indeks bias secara mudah dan cepat, Jika seberkas gelombang cahaya menumbuk sebuah permukaan halus yang
memisahkan dua material transparan, maka sebagian gelombang cahaya itu direfleksikan (dipantulkan) dan sebagian lagi direfraksikan
(ditransmisikan) kedalam material kedua. ( parmatisari dkk, 2013).
Refraktometer merupakan alat yang berfungsi sebagai alat pengukur kadar atau konsentrasi
bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, asam dsb. Alat ini bekerja menggunakan prinsip
refraksi cahaya. Konsentrasi larutan berpengaruh terhadap sudut refraksi. Sebagai contoh yaitu
sebuah sedotan dicelupkan ke dalam gelas berisi air dan satu lagi ke dalam gelas berisi larutan
gula. Sedotan akan terlihat bengkok pada air dan terlihat lebih bengkok pada larutan gula. Hal ini
terjadi akibat adanya refraksi cahaya. Semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut (rapat kenis
larutan), maka sudut pembengkokan semakin besar, Pengukuran tersebut berdasarkan prinsip
cahaya yang masuk kemudian melewati prisma cahaya hanya bisa melewati bidang atas antara
cairan dan prisma dengan sudut-sudut yang telaknya pada batas-batas tertentu yang ditentukan
oleh sudut batas cairan. (Murniati,2023).

Kristal sukrosa berbentuk prisma monoklin dan berwama putih jernih. Sebagian besar masyarakat Indonesia sangat familiar dengan nama lain
sukrosa yaitu gula pasir putih. Wama tersebut sangat tergantung pada kemumiannya. Bentuk kristal mumi dapat tahan lama bila disimpan dalam
gudang yang baik Gula dalam bentuk larutan yang baik ketika masih berada dalam batang tebu maupun ketika masih berada dalam larutan.
Bentuk gula selama proses dalam pabrik tak tahan lama dan akan cepat rusak karena terjadi hidrolisis/inversi/penguraian. (Hasnah,2020).

Salah satu sifat optic yang dimiliki oleh suatu bahan adalah indeks bias. Indeks bias secara matematis merupakan perbandingan kecepatan
cahaya yang merambat dalam ruang hampa dibandingkan dengan kecepatan cahaya yang merambat melalui medium tersebut. Jika ditinjau
secara fisis, indeks bias merupakan kemampuan cahaya merambat dalam suatu zat ditinjau dari molekul-molekul penyusun zat tersebut.
Pengukuran indeks bias sangat penting karena berhubungan juga dengan parameter-parameter fisis lainnya seperti temperature, konsentrasi
larutan dan lain-lain. Pengukuran indeks bias sering digunakan dalam bidang optic, kimia, industry obat-obatan Indeks bias juga memiliki
peran yang sangat vital dalam beberapa bidang seperti teknologi film tipis dan fiber optic. (Didik dkk, 2021).
4. Alat dan bahan
A. ALAT

NO. NAMA ALAT SPESIFIKASI JUMLAH


1. Refraktometer - 1 buah
2. Pipet tetes - 3 buah
3. Pipet volume 25 mL 1 buah
4. Gelas kimia 100 mL 1 buah
5. Pengaduk - 2 buah
6. Labu ukur 50 mL 1 buah
7. Neraca analitik - 1 buah
8. Kaca arlogi - 1 buah

B. BA H A N
NO. NAMA BAHAN RUMUS KIMIA [ X] WUJUD WARNA JUMLAH

1. Gula C12H22O11 - Padat Putih 2,5 gram

2. Aquades H 2O - Cair Tidak berwarna 111,7 mL


5. Prosedur kerja
LARUTAN GULA 5 % LARUTAN GULA 4 %

“ ← dilarutkan gula dengan konsentrasi 5%, berat


sebanyak 50 ml
← diteteskan larutan gula 5% diatas prisma
refractometer
← diamati sampel dan dicatat indeks biasnya
← dilarutkan gula dengan konsentrasi 4% dengan
mengencerkan sebanyak 40 ml larutan gula 5%
kedalam 10 ml aquades
← diteteskan larutan gula 4% diatas prisma
refractometer
← diamati sampel dan dicatat indeks biasnya

Hasil percobaan : Hasil percobaan :


Menghasilkan indeks bias (n) = 1,028 Menghasilkan indeks bias (n) = 1,025
Sainity (%) = 38 Sainity (%) = 34
LARUTAN GULA 3 %

← dilarutkan gula dengan konsentrasi 3% dengan mengencerkan sebanyak


37,5 ml larutan gula 4% kedalam 12,5 ml aquades
← diteteskan larutan gula 3% diatas prisma refractometer
← diamati sampel dan dicatat indeks biasnya

Hasil percobaan : LARUTAN GULA 2%


Menghasilkan indeks bias (n) = 1,018
Sainity (%) = 25 ←dilarutkan gula dengan konsentrasi 2%
dengan mengencerkan sebanyak 33,3 ml larutan
gula 3% kedalam 16,7 ml aquades
← diteteskan larutan gula 2% diatas prisma
refractometer
← diamati sampel dan dicatat indeks biasnya

Hasil percobaan :
Menghasilkan indeks bias (n) = 1,014
Sainity (%) = 15
LARUTAN GULA 1 % LARUTAN GULA 0 %

← dilarutkan gula dengan konsentrasi 1% dengan ← diteteskan larutan gula 0% diatas prisma
mengencerkan sebanyak 25 ml larutan gula 2% kedalam 25 refractometer
ml aquades ← diamati sampel dan dicatat indeks biasnya
← diteteskan larutan gula 1% diatas prisma refractometer
← diamati sampel dan dicatat indeks biasnya
Hasil percobaan :
Menghasilkan indeks bias (n) = 1,000
Sainity (%) = 0
Hasil percobaan :
Menghasilkan indeks bias (n)
= 1,007
SAMPEL TIDAK DIKETAUI
Sainity (%) = 10

← diteteskan larutan sampel diatas prisma refractometer


← diamati sampel dan dicatat indeks biasnya

Hasil percobaan :
Menghasilkan indeks bias (n) = 1,018
Sainity (%) = -
A. Tabel hasil
percobaan
NO. LARUTAN GULA INDEKS BIAS (n) SALINITY (%)

1. 5% 1,028 d 38

2. 4% 1,025 d 35

3. 3% 1,018 d 25

4. 2% 1,014 d 18

5. 1% 1,007 d 10

6. 0% 1,000 d 0

7. Sampel 1,018 d 25
B. REAKSI :

C12H22O11(s) + H2O(l)  4C2H5OH(aq) + 4CO2(aq)


C. PERHITUNGAN
1). Larutan 5% 2). Larutan 4% dari larutan 5%
m. sampel = konsentrasi  volume C1V1 = C2V2
= CV 5%  V1 = 4%  50 mL
= 5/100  50
V1 = 200/5 mL
= 2,5 gram
V1 = 40 mL
3). Larutan 3% dari larutan 4% 4). Larutan 2% dari larutan 3%
C1V1 = C2V2 C1V1 = C2V2
4%  V1 = 3%  50 mL 3%  V1 = 2%  50 mL
V1 = 150/4mL V1 = 100/3 mL
V1 = 37,5 mL V1 = 33,3 mL
5). Larutan 1% dari larutan 2%
C1V1 = C2V2
2%  V1 = 1%  50 mL
V1 = 50/2 mL
V1 = 25 mL
6). Larutan 0% dari larutan 1% y = ax ± b  y = 0,5657
C1V1 = C2V2  1,0012
1%  V1 = 0%  50 mL n = ac ±b
V1 = 0/1 mL ac = n ± b
V1 = 0 mL c = n ± b/a
y = 0,56557 X + 1,0012
n = 0,5657 C + 1,0012 C dalam % = 0,029  100
0,5657 C = n – 1,0012 = 2,9 %
0,5657 C = 1,018 – 1,0012 C sampel = 3%
0,5657 C = 0,0168
C = 0,0168 / 0,5657
C = 0,029
c. Pembahasan
Secara Teori : Kemampuan setiap media dalam mentransmisikan cahaya Sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara
lain kekeruhan, keberadaan zat pelarut, temperatur indeks bias, warna dan masih banyak lagi. Penurunan secara signifikan terjadi ketika
konsentrasi larutan gula sudah melebihi 30% sementara pada media Yang berisi resin bening cair juga mengalami penurunan yang cukup tinggi,
dalam hal ini hanya mampu men transmisikan 43,27% saja Pada panjang selang 25 cm. seiring dengan pertambahan Panjang media juga
berdampak Pada penurunan intensitas cahaya. Penurunan transmitansi Cahaya pada beberapa media pada Penelitian ini lebih dipengaruhi oleh
keberadaan partikel dalam air atau aquades. Sesuai dengan teori bahwa keberadaan Pelarut dalam fluida akan menurunkan kemampuannya dalam
mentransmisikan cahaya: kehadiran partikel yang bersifat absorber ternyata sangat mempengaruhi Kemampuannya dalam mentransmisikan sinar
(Hartono dkk, 2019).
Secara Praktikum : Dari Percobaan yang telah dilakukan sejalan dengan teori dimana semakin banyak pelarut yang digunakan (aquades) maka
indeks biasnya semakin turun. Seperti pada larutan

gula 5% indeks bias yang dihasilkan yaitu 1.028 d

Pada 4% indeks bias yang dihasilkan yaitu 1,025 d


Pada 3% indeks bias yang dihasilkan yaitu 1.018 d

Pada 22 indeks bias yang dihasilkan yaitu 1,014 d

Pada 1% indeks bias yang dihasilkan yaitu 1.007 d

Pada 0% indeks bias yang dihasilkan yaitu 1,000 d


Dapat dilihat semakin banyak atau semakin besar jumlah pelarut yang digunakan makin sedikit juga kadar zat terlarut sehingga indeks bias fluida
semakin kecil. Terlihat pada larutan gula dengan konsentrasi 5% dengan larutan gula konsentrasi 0%. Terlihat perbedaan yang sangat signifikan
dimana pada larutan 0% tidak ada fluida atau tidak terdapat gula sehingga indeks biasnya hanya indeks bias dari aquades yaitu 1,000 d.

Korelasi : Terdapat hubungan antara teori dan praktikum dimana semakin banyak pelarut yang digunakan (aquades) maka indeks biasnya
semakin turun.

Secara teori : Pengukuran yang lebih sederhana dilakukan menggunakan diat refraktometer yaitu dengan meneteskan larutan gula keatas
Prisma refraktometer. Pengururan ini memanfaatkan Prinsip Inderk bias. Semakin tinggi kadar gula pada larutan gula Maka indeks biasnya
akan Semakin tinggi sehingga refraktometer akam menunjukkan skala yang semakin besar (misto dkk., 2016).

Secara praktikum : diambil kaca arloji dan ditimbang gula menggunakan neraca analitik dan didapatkan hasil 2,5 gram dilarutkan gula
dengan konsentrasi 5% 4% 3% 2% 1% 0% dan sampel Kemudian pada konsentrasi 5% ditambahkan aquades 47,5 mL pada konsentrasi
4% ditambahkan 10 mL aquades pada konsentrasi 3% ditambahkan 12,5 mL aquades pada konsentrasi 2% ditambahkan 16,7 mL aquades
pada konsentrasi 1% ditambahkan 25 mL aquades pada konsentrasi 0% hanya cairan aquades saja, masing-masing konsentrasi diteteskan
di atas Prisma refraktometer yang sudah dikalibrasi hingga mendapatkan hasil konsentrasi 5% indeks biasnya = 1,028, konsentrasi 4%
indeks biasnya = 1,025 konsentrasi 3% indeks biasnya = 1,018 konsentrasi 2% indeks biasnya = 1,014 konsentrasi 1% = 1,007 konsentrasi
0% indeks biasnya = 1,000 dan pada sampel indeks biasnya sama dengan 1,018.

Korelasi : secara teori dan secara praktek saling berhubungan karena pada secara teori dijelaskan jika semakin tinggi kadar gulanya maka
akan semakin tinggi indeks biasnya dan bisa dilihat pada konsentrasi 5% indeks biasnya itu = 1,028 dan pada konsentrasi 0% indeks
biasnya = 1,000
Secara Teori : Percobaan yang dilakukan yaitu menentukan konsentrasi suatu larutan melalui kurva kalibrasi. Percobaan
ini didasari pada Prinsip bahwa penentuan kadar atau konsentrasi larutan gula di dasarkan Pada indeks bias larutan gula
dengan menggunakan alat refraktometer, dengan memanfaatkan reaksi cahaya Percobaan kali ini digunakan tujuh sampel
gula yang berbeda-beda Konsentrasinya yakni 0% untuk 20 mL aquades. 5% untuk 19 mL aquades dan 1 gram gula, 10%
dan 18 mL aquades dan 2 gram gula 15% dan 17 mL aquades dan 3 gram gula, 20% dan 16 mL aquades dan 4 gram gula.
25% dan 15 mL aquades dan 5 gram gula dan Sampel x yang belum diketahui Konsentrasinya Indeks bias dari ke tujuh
berturut-turut tersebut adalah 0,4 gram, 8,7 gram, 13 gram, 17,3 gram, 22,2 gram dan 22,1 gram untuk sampel (x) Hal ini
membuktikan bahwa Semakin besar konsentrasi gulanya maka semakin besar pula indeks biasnya ini dipengaruhi oleh
kekentalan zat cair dimana semakin kental zat cair, indeks biasnya semakin besar pula. Begitupun sebaliknya semakin
encer zat cair indeks biasnya semakin kecil Konsentrasi Larutan dimana semakin besar konsentras larutan maka Indeks
biasnya semakin besar sebaiknya jika semakin kecil konsentrasi larutan maka Indeks biasnya juga semakin kecil (Misto
dan Mulyono, 2017).
Secara Praktikum: Pada percobaan yang telah dipraktikumkan, kami menggunakan tujuh sampel dengan konsentrasi yang berbeda-beda
menggunakan alat refractometer. Untuk membuat larutan gula dengan konsentrasi 5% kami melarutkan gula 2,5 gram dan 47,5 mL aquades.
Untuk membuat larutan gula 4% dengan mengencerkan larutan gula 5% 40 mL dalam 10 ml aquades. Untuk membuat larulan gula 3% dengan
mengencerkan larutan gula 4% 37.5 mL kedalam 12.5 ml aquades. untuk membuat laruan gula 2% dengan mengencerkan larutan gula 3% 33.3
mL kedalam 16.7 mL aquades. Untuk membuat larulan gula 1% dengan mengencerkan larutan gula 2% 25 mL dalam 25 mL aquades. Sampel 0%
tanpa gula dan sampel x Kemudian didapat indeks biasnya berturut-turut yaitu 1.028, 1.025, 1.018, 1.014 1.007, 1.000 1.010 ini membuktikan
praktikum yang sudah dilakukan benar bahwa semakin besar konsentrasi larutan maka indeks biasnya semakin besar.

Korelasi : Hubungan teori dan praktikum sejalan dimana semakin besar konsentrasi larutan maka indeks biasnya semakin besar.
Secara teori : Percobaan kali ini yaitu tentang penentuan indeks bias secara refraktometer dengan alat yang digunakan adalah
refraktometer abbe. refraktometerr abbe merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan terlarut
dengan memanfaatkan reaksi cahaya pengukuran ini berdasarkan pada prinsip bahwa cahaya yang masuk melalui Prisma cahaya bisa
melewati bidang batas antara cairan dan prisma Dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut
batas antara cairan dangelas di dalam teori ketika aquades atau H2O diteteskan ke permukaan refraktometer dengan konsentrasi 0%, maka
menghasilkan indeks bias yaitu 0,2 dan jika larutan dari aquades dicampurkan dengan gula kemudian diteteskan di antara permukaan
refraktometer dengan konsentrasi 5% maka menghasilkan indeks bias yang tertentu juga di mana untuk pembuatan larutan tersebut dikali
dengan 20 atau = 1 gram gula. (Hidayanto, 2010).

Secara praktikum : Pada percobaan ini menggunakan larutan 5% 4% 3% 2% dan 1% dan 0% atau tanpa larutan gula dalam larutan gula
5% saat dicampurkan dengan aquades maka menghasilkan 1,028 saat larutan gula 4% diuji dengan dicampurkannya ke dalam 10 mol
aquades dan ditetesi di atas permukaan indeks bias menghasilkan 1,028 begitu pula dengan larutan gula 3%, yang menghasilkan 1,018
ketika dicampurkan dengan 12,5 ML aquades untuk larutan gula 2% maka menghasilkan indeks bias 1,014 dengan mencampurkan 16,7
ML aquades dan untuk larutan gula 1% menghasilkan indeks bias 1,007 hal ini menunjukkan bahwa semakin turun atau semakin rendah
konsentrasi larutan gula tersebut maka indeks bias yang dihasilkan tiap larutan gula semakin rendah.

Korelasi : Dapat disimpulkan bahwa secara teori dan praktikum menghasilkan indeks bias yang berbeda Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti faktor suhu saat praktikum kemudian jumlah larutan yang dicampurkan berbeda gula dan juga berat gula saat
ditimbang berbeda dengan berat gula secara teori namun hal ini membuktikan bahwa benar adanya bahwa semakin rendah konsentrasi
larutan gula maka semakin rendah pula indeks bias yang dihasilkan larutan gula.
7. kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Untuk membuat larutan gula dengan konsentrasi 5% sebanyak 50 mL yaitu :

Massa sampel = konsentrasi X volume

=cXv

=5/100 X 50

M = 2,5 gram
2. Pada larutan gula 5% indeks bias yang dihasilkan yaitu = 1,028 d
Pada larutan gula 4% indeks bias yang dihasilkan yaitu = 1,025 d
Pada larutan gula 3% indeks bias yang dihasilkan yaitu = 1,018 d
Pada larutan gula 2% indeks bias yang dihasilkan yaitu = 1,014 d
Pada larutan gula 1% indeks bias yang dihasilkan yaitu =1,007 d
Pada larutan gula 0% indeks bias yang dihasilkan yaitu = 1,000 d
Pada larutan sampel indeks bias yang dihasilkan yaitu = 1,018 d
8. Jawaban pertanyaan dan tugas

1.
LARUTAN GULA INDEKS BIAS (n)
5% 1,028 d
4% 1,025 d
3% 1,018 d
2% 1,014 d
1% 1,007 d
0% 1,000 d
Sampel 1,018 d

Indeks Bias (n) terhadap Konsentrasi (%)

2.
1,035
1,03 y = 0,5657x + 1,0012
R² = 0,9872
1,025

Indeks Bias
1,02
1,015
1,01
1,005
1
0,995
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6%
Konsentrasi
9. Dokumentasi
Lar. Gula konsentrasi 3% 33,3 mL + H2O
C12H22O11 2,5 g 16,7 mL = Lar. Gula konsentrasi 4% 50 mL

Lar. Gula konsentrasi 5% 40 mL +


H2O 10 mL = Lar. Gula
konsentrasi 4% 50 mL

Lar. Gula konsentrasi 2% 25 mL + H2O 25


mL = Lar. Gula konsentrasi 1% 50 mL
C12H22O11 2,5 g + H2O 47,5 mL
= Lar. Gula konsentrasi 5% 50 mL

Lar. Gula konsentrasi 4% 37,5 mL + H2O


12,5 mL = Lar. Gula konsentrasi 3% 50
mL Konsentrasi 0% (Aquades tanpa gula) 50 mL
DAFTAR PUSTAKA
Didik, L. A., Safarwadi, I., & Muslimah, M. (2021). Pengukuran Indeks Bias Larutan Untuk Mengetahui Kadar Gula Dalam Tebu

dengan Menggunakan Metode Difraksi Fraunhofer Celah Tunggal. KONSTAN-Jurnal Fisika Dan Pendidikan Fisika, 6(1), 35-42.

E. H. A. R. H. Sugito, (2010). “Aplikasi Portable Brix Meter untuk Pengukuran Indeks Bias,” Berk. Fis., vol. 13, no. 4, pp. 113–118.
Hartono, Abdulatif, F., dan Sugito. 2019. Analisis Pengaruh Konsentrasi Larutan Gula dan Resin terhadap Transmitansi Laser. Jurnal Teras Fisika, 2(2), 5-8.

Hasna, L. Z. (2020). Pengaruh penambahan gula pasir sukrosa pada buah aren (Arenga pinnata) terhadap kandungan gizi manisan kolang-kaling. FoodTech:

Jurnal Teknologi Pangan, 3(2), 1-11.


L. Mei, A. Putri, T. Prihandono, and B. Supriadi,(2015). “Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan,” J. Pembelajaran Fis., vol. 6, no.

2, pp. 147–153.

Murniati, M. E. (2023) Pemanfaatan Alat Bantu Refraktometer untuk Menguji Kualitas Minyak Goreng. JURNAL IKATAN ALUMNI FISIKA, 9(1), 44-47.

Misto, M., dan Mulyono, T.(2017). desain refraktometer prisma untuk pengukuran kadar gula berdasarkan perubahan sudut puncak secara terkomputerisasi.

proseding sensi, 1(1), 5-13.


MISTO, M., MULYONO, T., & ALEX, A. Sistem Pengukuran Kadar Gula dalam Cairan menggunakan Sensor Fotodiode Terkomputerisasi. Jurnal ilmu dasar,

17(1), 13-18.

Parmitasari, P., & Hidayanto, E. (2013). Analisis korelasi indeks bias dengan konsentrasi sukrosa beberapa jenis madu menggunakan portable brix

meter. Youngster Physics Journal, 2(4), 191-198.

Anda mungkin juga menyukai