Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL REVIEW JOURNAL

SIKLUS BORN–HABER

DOSEN PENGAMPU: Dr. Iis Siti Jahro, M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

1. IDA RONAULI SIBURIAN (4223131025)


2. NONI PUTRI PASARIBU (4223331010)
3. RIZKY JULIANA SIREGAR (4222431021)
4. SOPAR REYNALDO PANGARIBUAN (4223131015)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


PROGRAM STUDI (S-1) PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya dan karunianya, kami
dapat menyusun makalah ini sampai selesai. Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah
ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar ilmu kimia.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si, selaku
dosen pengampu mata kuliah dasar-dasar ilmu kimia, serta semua pihak yang telah memberi
dukungan dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta menambah
wawasan dan pengetahuan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca agar
terciptanya tugas-tugas yang lebih baik kedepannya. Terimakasih.

Medan, 04 Maret 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1. 1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4
1.3 TUJUAN MAKALAH.....................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
IDENTITAS JURNAL...............................................................................................................5
2.1 IDENTITAS JURNAL.....................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................6
RINGKASAN KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL.............................................6
3.1 Ringkasan Jurnal Utama...................................................................................................6
3.2 Ringkasan Jurnal Kedua...................................................................................................7
3.3 Keunggulan Jurnal............................................................................................................8
3.4 JURNAL PEMBANDING...............................................................................................9
3.5 KELEMAHAN ISI JURNAL.........................................................................................10
3.6 JURNAL PEMBANDING.............................................................................................11
BAB IV....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
4.2 Saran...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Siklus Born–Haber digunakan terutama sebagai cara menghitung energi kisi (atau
lebih tepatnya entalpi yang tidak bisa diukur secara langsung. Entalpi kisi adalah
perubahan entalpi yang terlibat dalam pembentukan senyawa ionik dari ion berfasa gas
(proses eksoterm), atau kadang-kadang didefinisikan sebagai energi untuk memecah senyawa
ion menjadi ion berfasa gas (suatu proses endotermik). Siklus Born–Haber
menerapkan hukum Hess untuk menghitung entalpi kisi dengan membandingkan perubahan
entalpi pembentukan standar dari senyawa ionik (dari unsur) ke entalpi yang diperlukan
untuk membuat ion berfasa gas dari unsur bebasnya. Perhitungan entapi pembentukan ion
berfasa gas terlihat rumit. Untuk membuat ion gas dari unsur-unsur bebasnya, perlu untuk
membuat atomisasi unsur-unsur tersebut (mengubah masing-masing unsur menjadi atom
berfasa gas) dan kemudian atom tersebut diionisasi. Energi yang diperlukan untuk
menghilangkan satu atau lebih elektron untuk membuat kation adalah jumlah dari energi
ionisasinya; misalnya, energi yang dibutuhkan untuk membentuk Mg2+ adalah energi
ionisasi yang diperlukan untuk menghilangkan elektron pertama dari Mg, ditambah energi
ionisasi yang diperlukan untuk menghilangkan elektron kedua dari Mg+.
Afinitas elektron didefinisikan sebagai jumlah energi yang dilepaskan ketika elektron
ditambahkan ke atom atau molekul netral dalam bentuk gas untuk membentuk ion negatif.
Siklus Born–Haber hanya berlaku untuk padatan ionik penuh seperti halida alkali tertentu.
Sebagian besar senyawa ini termasuk kontribusi kovalen dan ionik untuk ikatan kimia dan
energi kisi, yang diwakili oleh siklus termodinamika Born– Haber yang diperpanjang. Siklus
Born–Haber yang diperpanjang dapat digunakan untuk memperkirakan polaritas dan muatan
atom senyawa polar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara penentuan besarnya energi kisi pada Siklus Born–Haber
2. Bagaimana menghitung afinitas electron Siklus Born–Haber
3. Apakah ada kemungkinan terbentuk tidaknya suatu senyawa ionic

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Mengetahui penentuan besarnya energi kisi Siklus Born–Haber
2. Mengetahui cara menghitung afinitas electron Siklus Born–Haber
BAB II
IDENTITAS
JURNAL

2.1 IDENTITAS JURNAL


JUDUL PENENTUAN ENERGI KISI OKSIDA-
OKSIDA PIROKLOR
PENULIS DEDE SUHENDAR, ISMUNANDAR
TAHUN TERBIT 2006
VOL(NO) 11(1)
HALAMAN 18-24
JENIS JURNAL JURNAL MATEMATIKA DAN SAINS

JUDUL PENENTUAN ENERGI KISI DAN


SIMULASI MOLEKULER OKSIDA
PEROVSKIT
PENULIS HELLNA TEHUBIJULUW,
ISMUNANDAR
TAHUN TERBIT 2008
VOL(NO) 8(3)
HALAMAN 385-391
JENIS JURNAL INDONESIAN JOURNAL OF
CHEMISTRY
BAB III
RINGKASAN KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

3.1 Ringkasan Jurnal Utama


Oksida adalah keluarga oksida ionik terner yang memiliki struktur kubus, kelompok
ruang Fd3m, a≈10Å dan parameter posisi atom O(48f) 0,3125 < x < 0,375 (Subramanian et
al., 1983). Gambar struktur tiga dimensi dari oksida piroklor seperti terlihat pada. Dengan
rentang jari-jari ion dan variasi konfigurasi elektron dari logam-logam yang dapat disubstitusi
begitu lebar, maka keluarga oksida terner ini memiliki rentang sifat listrik dan magnet yang
lebar pula. Karena menariknya fenomena senyawa ini, baik dari kajian sains maupun
aplikasinya, maka perlu diketahui apa yang menjadi kendali termodinamika
pembentukannya, yakni energi kisi. Energi kisi dari siklus Born-Haber, U(BHC), tiap oksida
piroklor akan ditentukan dengan menggunakan data entalpi atomisasi (∆Hatom), ionisasi
(∆Hion), dan afinitas (∆Haf), dari tiap unsur dan molekul yang terlibat dalam pembentukan
oksidapiroklor, serta entalpi pembentukan oksida piroklor dari oksida-oksida binernya,
(∆Hfox). Dengan melihat skema pada gambar 2, data-data ini dapat digunakan untuk
menentukan energi kisi oksida piroklor melalui persamaan.
Siklus Born-Haber dan proses-proses yang menghasilkan entalpi pembentukan
standar, ∆Hf° pada pembentukan oksida piroklor (A3+)2(B4+)2O7. Tahap-tahap I, II, III, dan
IV merupakan Siklus Born□Haber. Tahaptahap V dan VI merupakan tahap pembentukan dari
unsur-unsurnya menjadi oksida-oksida biner dan akhirnya menjadi oksida piroklor. Untuk
mengubah unsur A, B dan molekul O2 menjadi atom□atomnya diperlukan energi atomisasi,
dan perubahan entalpinya disebut entalpi atomisasi, ∆Hatom (I); atom-atom A, B dan O
kemudian diubah menjadi A3+ dan B4+ memerlukan entalpi ionisasi (jumlah entalpi ionisasi
pertama, kedua, dan ketiga untuk ion A; jumlah entalpi ionisasi pertama, kedua, ketiga dan
keempat untuk atom B), ∆Hion, dan O2- menghasilkan entalpi afinitas, ∆Haf(II); selanjutnya
ion-ion ini bergabung membentuk kisi struktur oksida piroklor yang menghasilkan entalpi
kisi, ∆HL (III); Jumlah dari perubahan-perubahan entalpi tahap I, II dan III adalah entalpi
pembentukan standar, ∆H°f (IV). Bila tidak ada data ∆H°f, data entalpi pembentukan oksida
A, ∆H°f(A2O3(s)) dan oksida B, ∆H°f(2BO2(s)) (V), serta entalpi pembentukan oksida
piroklor A2B2O7(s) dari oksida A dan B, ∆H°fox (VI) dapat digunakan. Perhitungan U(G)
dan U(YF) tidak dilakukan terhadap semua piroklor
Perhitungan U(GJ), datanya cukup tersedia karena hanya membutuhkan data
parameter sel a untuk menghitung volume satuan rumus, Vm. Untuk menghitung U(G),
diperlukan data jari-jari ion dari Goldschmidt yang sangat terbatas jumlahnya untuk kation-
kation pada oksida-oksida piroklor. Sedangkan, kendala pada perhitungan U(YF) untuk
keseluruhan oksida piroklor adalah karena data termokimia (untuk menghitung U(BHC)) dari
oksida-oksida biner pembentuknya sangat terbatas jumlahnya. Dengan mempertimbangkan
hasil perhitungan yang diperoleh pada U(G), U(GJ) dan U(YF)
serta plotting-nya terhadap U(BHC) akan ditentukan rumusan yang dianggap paling cocok
untuk oksida piroklor. Hasil dan Diskusi Kendala dalam penentuan energi kisi siklus Born
Haber dari oksida-oksida piroklor adalah jarangnya data mengenai entalpi pembentukan
standarnya, ∆Hf°. Telah dilakukan eksperimen penentuan entalpi pembentukan oksida
piroklor, ∆Hfox, dari oksida piroklor Ln2Ti2O7 dan Ln2Zr2O7(Ln = unsur-unsur
lantanoida). Dari linearitas antara ∆Hfox dengan perbandingan jari-jari Ln3+ terhadap Ti4+
dan Zr4+, dilakukan ekstrapolasi pada oksida-oksida piroklor lain untuk memperoleh
keseluruhan ∆Hfoxnya.
Selanjutnya, dihitung U(BHC) pada piroklor (A3+)2(B4+)2O7. Mengingat harga
∆Hfox sangat kecil, maka diperkirakan bahwa U(BHC) piroklor vs. ΣU(BHC) oksida-oksida
binernya akan memiliki korelasi yang sangat dekat. Plotting kedua harga ini seperti terlihat
pada (gambar 3) yang menghasilkan persamaan (2): Upiroklor = 0,9793 (U A2O3 + 2 UBO2)
+ 676,7 kJ/mol (2) Untuk menghasilkan persamaan (2), harga energi kisi oksida-oksida
piroklor, Upiroklor, telah dihitung melalui konversi entalpi kisi menjadi energi kisi. Nampak
dari hasil perhitungan dengan ketiga persamaan tersebut serta plotting-nya terhadap energi
kisi dari siklus BornHaber memiliki variasi linearitas dengan R2 secara berturut 0,9564,
0,8671 dan 0,999. selanjutnya digunakan sebagai energi kisi pembanding. Energi kisi
kemudian juga dihitung dengan persamaan Glasser. Plotting data U(BHC) terhadap U(G)
seperti diberikan dalam (gambar 4), sementara hasil perhitungan energi kisi oksida piroklor
dengan persamaan Glasser-Jenkins diberikan sebagai plotting data U(BHC) terhadap U(GJ)
(gambar 5). Nampak dari hasil perhitungan dengan ketiga persamaan tersebut serta plotting-
nya terhadap energi kisi dari siklus BornHaber

3.2 Ringkasan Jurnal Kedua


dalam hal ini golongan lantanoid ferat dan aluminat dengan siklus Born-Haber,
U(BHC); Kedua, menghitung nilai energi kisi oksida□oksida perovskit golongan lantanoid
ferat dan aluminat dengan persamaan Glasser, U(G), Glasser□Jenkins,U(GJ), dan Yoder-
Flora,U(YF), hasilnya dibandingkan (dalam % selisih) dan diplotkan terhadap U(BHC);
Ketiga, mempertimbangkan keberlakuan penggunaan ketiga persamaan tersebut; Keempat,
mencari korelasi paling dekat dan aplikatif di antara ketiga persamaan tersebut terhadap hasil
perhitungan dengan siklus Born-Haber; Kelima, simulasi molekuler dengan perangkat lunak
GULP dengan sistem operasi linux. Hasil simulasi ini kemudian dibandingkan dengan hasil
energi kisi persamaan sederhana. di mana Hatom,
Hion, dan Haff secara berturut-turut merupakan entalpi atomisasi, ionisasi, dan afinitas
tiap□tiap unsur pembentuk senyawa oksida perovskit; Hf OA dan Hf OB masing-
masing adalah entalpi pembentukan standar oksida logam A dan B; Hf ox adalah entalpi
pembentukan oksida perovskit dari oksida-oksida binernya. Perhitungan simulasi molekuler
tidak dilakukan terhadap semua perovskit golongan lantanoid aluminat mengingat
terbatasnya data posisi atom yang lengkap dari oksida perovskit tersebut.
Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak GULP 8. Prosedur
simulasi didasarkan atas minimisasi energi kisi dengan memberikan spesifikasi potensial
interaksi yang menggambarkan energi sistem sebagai fungsi koordinat atom. Interaksi
tersebut dibagi atas interaksi jangka panjang Coulombic dan jangka pendeknya berupa
tumpang tindih elektron (tolakan Pauli) dan gaya dispersi (Van der Waals). Parameter
potensial yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah nilai yang ada di literatur yang daftar
lengkapnya ada di halaman web GULP, Penetapan energi kisi standar U(BHC) oksida
perovskit pada oksida golongan lantanoid ferat dan aluminat melalui siklus Born-Haber,
diawali dengan tabulasi data perubahan entalpi pembentukan, Hfox, LnFeO3 dan LnAlO3
(Ln = unsur-unsur lantanida) dari oksida-oksida binernya yaitu Ln2O3, Fe2O3, dan Al2O3
yang merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Navrotsky dan Kanke 9
perubahan entalpi pembentukan, Hfox, dari oksida- oksidanya maka untuk
menentukan energi kisi standar perlu Dalam penentuan energi kisi standar U(BHC)
digunakan persamaan (5) selanjutnya perhitungan U(BHC) oksida perovskit (A3+)(B3+)O3
golongan lantanoid ferat dan aluminat dengan persamaan (5) dikoreksi menjadi energi
potensial berdasarkan persamaan (3). Dengan menggunakan persamaan (3), diperoleh energi
kisi berdasarkan siklus Born-Haber U(BHC) oksida perovskit pada golongan lantanoid ferat
dan aluminat Energi kisi dihitung dengan menggunakan data hasil percobaan difraksi sinar X
12,13 seperti parameter sel a, b, c, ortorombik serta posisi atom dalam sel satuan dan
potensial intermolekuler kation□anion dalam senyawa. Hasil perhitungan energi kisi oksida
perovskit lantanoid ferat dan aluminat serta perhitungan parameter hasil difraksi sinar X
dengan simulasi GULP seperti tertera dalam Tabel 3 dimana terlihat bahwa selisih nilai
parameter sel hasil studi difraksi sinar X dengan perhitungan simulasi GULP sangat kecil.
Selisih yang didapat pada penelitian ini identik dengan selisih hasil perhitungan parameter sel
pada oksida perovskit LaGaO3, LaCoO3, dan CaZrO3 dengan program simulasi molekuler
yang sama.

3.3 Keunggulan Jurnal


JURNAL UTAMA

1. Kedalaman /kelengkapan Materi


Jurnal utama berisi tentang Penentuan Energi Kisi Oksidasi-Oksidasi Piroklor.
Penjelasan materi dari jurnal ini sudah sangat jelas dan lengkap, dan mudah dipahami
oleh pembaca. Penelitian yang telah digunakan bertujuan untuk mencari rumusan
yang dapat digunakan untuk meramalkan energi kisi oksida piroklor. Sebagai standar
awalnya ditentukan energi kisi, yang data kalor pembentukannya telahdiketahui,
dengan menggunakan siklus Bom Haber, sehingga didapat U(BHC). Energi kisi, U.
oksida-oksida piroklor telah ditentukan dengan persamaan energi kisi Glasser. (G),
Glasser-Jenkins, (GJ), dan Yoder-Flora, (YF).Plotting U(BHC), terhadap U(G), U(GJ)
dan U(YF) berturut-turut memperoleh R2 =0,9564, 0,8671, dan 0,9993.
2. Keterkaitan antar konsep
Keterkaitan antar konsep sudah baik dan sistematis serta materi yang satu
dengan yang lainnya saling berhubungan dan penjelasan materi yang berurutan
membuat pembaca lebih mudah memahami materi dimulai dari penjelasan Mengenai
Oksida piroklor yang memiliki rumus umum A2B207, dan penjelasan mengenai
rumusan penting mengenai energi kisi senyawa ionik kompleks (terdiri lebih dari dua
jenis ion), yakni persamaan Glasser, Glasser-Jenkins dan Yoder-Flora Ketiga
persamaan memiliki dasar perumusan yang berbeda. Persamaan Glasser dan Glasser-
Jenkins merupakan penyederhanaan dari persamaan Kapustinskii yang diterapkan
pada senyawa ionik kompleks, sedangkan persamaan Yoder-Flora diturunkan
berdasarkan siklus Born-Haber.

3. Kemutakhiran uraian materi dan referensinya


kemutakhiran uraian pada materi sangat jelas bisa dipahami oleh pembaca dan
isi materi didalam jurnal sudah jelas kebenarannya karena materi yang ada dalam
jurnal sudah diteliti terlebih dahulu dan sudah ada dalam beberapa jurnal dan buku.
Salah satu referensinya adalah Glasser, L. 1995, Lattice Energies of Crystals with
Multiple Ions: A Generalized Kapustinskii Equation, Inorg. Chem., 34, 4935-4936.

3.4 JURNAL PEMBANDING


1. Kedalaman /kelengkapan Materi
Jurnal pembanding berisi tentang penentuan Energi Kisi dan simulasi
molekuler oksida Perovskit. Penjelasan materi dari jurnal ini sudah sangat jelas dan
lengkap, dan mudah dipahami oleh pembaca. Persamaan sederhana yang dapat
digunakan untuk menentukan energi kisi perovskit dapat diturunkan dari persamaan
U(YF), dimana kecocokkannya dengan U(BHC) sangat baik dibandingkan dengan
persamaan U(G) dan U(GJ).

2. Keterkaitan antar konsep


Keterkaitan antar konsep sudah baik dan sistematis dan materi dari awal
sampai akhir saling berhubungan. Dan penjelasan materi dalam jurnal ini juga
berurutan sehingga pembaca mudah memahami materi mulai dari penjelasan
mengenai Perovskit yang mempunyai rumus umum ABO3 dan penjelasan mengenai
penetapan energi kisi standar U(BHC) oksida perovskit pada oksida golongan
lantanoid ferat dan aluminat melalui siklus Born-Haber, diawali dengan tabulasi data
perubahan entalpi pembentukan, Hfox, LnFeO3 dan LnAlO3 (Ln = unsur-unsur
lantanida) dari oksida-oksida binernya yaitu Ln2O3, Fe2O3, dan Al2O3 yang
merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Navrotsky dan Kanke.

3. Kemutakhiran uraian materi dan referensinya


kemutakhiran uraian pada materi sangat jelas bisa dipahami oleh pembaca dan
isi materi didalam jurnal sudah jelas kebenarannya karena materi yang ada dalam
jurnal sudah diteliti terlebih dahulu dan sudah ada dalam beberapa jurnal dan buku.
Salah satu referensinya adalah Weller, M. T., 1994, Inorganic Material Chemistry,
Oxford Science Publication, Oxford.

3.5 KELEMAHAN ISI JURNAL


JURNAL UTAMA

1. Kedalaman /kelengkapan Materi


Journal ini Berisi tentang Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor.
Penjelasan materi pada juornal ini sangat baik dan mudah dipahami oleh pembaca
hanya saja tidak memiliki ISSN.

2. Keterkaitan antar konsep


Keterkaitan antar konsepnya sangat padu serta materi yang satu dengan yang
lainnya saling berhubungan dan penjelasan materi yang berurutan membuat pembaca
lebih mudah memahami materi. Akan tetapi penjelasan pada Gambar 7 yaitu Ilustrasi
tolakan O-O antar oktahedra BO6 yang menyumbang pada faktor tolakan R yang
menjelaskan bertambahnya gaya tolakan antar atom diberi tanda pada gambar kurang
Jelas sehingga beberapa pembaca mungkin akan kewalahan untuk mengartikan
penjelasan dari ilustrasi Gambar 7 tersebut

3. Kemutakhiran uraian materi dan referensinya


Kemutakhiran uraian pada materi sangat jelas bisa dipahami oleh pembaca dan
kebenarannya bisa dipastikan karena materi yang ada dalam jurnal sudah diteliti
terlebih dahulu dan sudah ada dalam beberapa buku dan jurnal. Tapi referensi yang
digunakan masih bisa dikatakan sedkit dan kurang banyak. Hal ini dilihat dari kutipan
Daftar pustaka yang hanya terdiri dari beberapa buku dan jurnal saja
3.6 JURNAL PEMBANDING
1. Kedalaman /kelengkapan Materi
Journal ini berisi tentang Penentuan Energi Kisi dan Simulasi Molekuler
Oksida Perovskit Penjelasan materi pada journal ini sangat lengkap, baik dan mudah
dipahami oleh pembaca Kelemahan jurnal pembanding ini sama dengan jurnal utama
yaitu sama sama tidak memiliki ISSN.

2. Keterkaitan antar konsep


Keterkaitan antar konsepnya sangat padu serta materi yang satu dengan yang
lainnya saling berhubungan dan penjelasan materi yang berurutan membuat pembaca
lebih mudah memahami materi yang telah dijelaskan pada jurnal. Akan tetapi
penjelasan pada Gambar 6 yaitu Ilustrasi gaya tolakan antara o-o pada oktahedral
BO6 yang menambah faktor tolakan R kurang jelas sehingga beberapa pembaca
mungkin akan kewalahan untuk mengartikan penjelasan dari ilustrasi Gambar 6
tersebut serta penyusunan dan tata letak yang menurut saya kurang rapi setelah tabel
perhitungan energi kisi ada grafik hasil korelasi antara beberapa persamaan.

3. Kemutakhiran uraian materi dan referensinya


Sama seperti jurnal utama ,kelemahan pada jurnal kedua juga tidak banyak
karena Kemutakhiran uraian pada materi sangat jelas dan kebenarannya bisa
dipastikan karena materi yang ada dalam jurnal sudah diteliti terlebih dahulu dan
sudah ada dalam beberapa buku dan jurnal. Tapi referensi yang digunakan masih bisa
dikatakan sedkit dan kurang banyak. Hal ini dilihat dari kutipan Daftar pustaka yang
hanya terdiri dari beberapa buku dan jurnal.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat sedikit kesalahan padaPenentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor, tetapi
kesalahan tersebut di benarkan dengan rumusan energi kisi yang merupakan persamaan
kombinasi dari rumusan Yoder dan Flora.
Siklus Born–Haber digunakan terutama sebagai cara menghitung energi kisi (atau lebih
tepatnya entalpi yang tidak bisa diukur secara langsung. Entalpi kisi adalah perubahan
entalpi yang terlibat dalam pembentukan senyawa ionik dari ion berfasa gas (proses
eksoterm), atau kadang-kadang didefinisikan sebagai energi untuk memecah senyawa ion
menjadi ion berfasa gas (suatu proses endotermik). Siklus Born–Haber menerapkan
hukum Hess untuk menghitung entalpi kisi dengan membandingkan perubahan entalpi
pembentukan standar dari senyawa ionik (dari unsur) ke entalpi yang diperlukan untuk
membuat ion berfasa gas dari unsur bebasnya. Perhitungan entapi pembentukan ion
berfasa gas terlihat rumit. Untuk membuat ion gas dari unsur-unsur bebasnya, perlu untuk
membuat atomisasi unsur-unsur tersebut (mengubah masing-masing unsur menjadi atom
berfasa gas) dan kemudian atom tersebut diionisasi. Jika unsur tersebut biasanya
merupakan molekul maka pertama-tama kita harus mempertimbangkan energi disosiasi
ikatan (lihat pula energi ikatan).

4.2 Saran

513
6Kesimpulan
Menurut kelompok 3 kami menyarankan kepada teman-teman untuk membaca Kedua
jurnal ini pada dasarnya sangat baik digunakan sebagai panduan memahami energi kisi.
Tetapi seiring dengan perkembangan zaman yang selalu berubah maka alangkah baiknya jika
kedua buku ini diperbaharui seperti buku pembanding agar memberikan rangkuman dan uji
kompetensi untuk menguji pengetahuan pembaca terhadap materi yang ada di buku pembanding.
DAFTAR PUSTAKA

Suhendar, D., & Ismunandar, I. (2009). Penentuan Energi Kisi Oksida-Oksida Piroklor. Jurnal
Matematika & Sains, 11(1), 18-24.
Tehubijuluw, H., & Ismunandar. (2008). Penentuan Energi Kisi dan Simulasi Molekuler
Oksida Perovskit. Indo. J. Chem. 8 (3), 385 - 391

Anda mungkin juga menyukai