Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Gastritis adalah istilah yang mencakup serangkaian kondisi yang hadir
dengan inflamasi mukosa lambung. Kondisi ini diklasifikasikan
berdasarkan waktu perjalanan (baik akut maupun kronis), pemeriksaan
histologi (biopsi), dan mekanisme patogenik yang diajukan. Insiden
gastritis lebih tinggi pada dekade kelima dan keenam kehidupan sebagai
akibat dari penipisan alami mukosa lambung karena usia; pria lebih sering
terkena daripada wanita. Klien yang merupakan peminum berat dan
perokok juga lebih mungkin terhadap terjadinya gastritis.
( Joyce M. Black dan Jane Hokanson Hawks, 2014)
2. Anatomi Fisiologi

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima


makanan dari luar dan mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh dengan
jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran)

1
dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai ke
anus.

Struktur perencanaan terdiri dari :


a) Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan.
Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula yaitu
ruang diantara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam,
yaitu rongga mulut yang dibatasi disisi-sisinya oleh tulang maksilaris
dan semua gigi, dan disebelah belakang bersambung dengan awal
faring. Atap mulut dibentuk oleh palatum, lidah terletak di lantainya
dan terikat pada tulang hioid. Di garis tengah sebuah lipatan
membrane mukosa (frenulum linguas) menyambung lidah dengan
lantai mulut. Di kedua sisi terletak papilla sublingualis, yang membuat
lubang kelenjar ludah submandibularis. Sedikit eksternal dari papilla
ini terletak lipatan sublingualis, tempat lubang-lubang halus kelenjar
ludah sublingualis bermuara. Selaput lendir mulut ditutupi epitelium
yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang
mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah
dan juga membuat banyak ujung akhir sensoris.
b) Faring
Faring atau tekak terletak dibelakang hidung, mulut dan laring
(tenggorokan). Faring berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan
membrane berotot (muskulo membranosa) dengan bagian terletak di
ketinggian vertebra bersambung dengan osofagus.
Tempat faring menjadi tiga bagian :

2
1) Nasofaring, dibelakang hidung. Di dinding pada daerah ini terdapat
lubang saluran eustakhius. Kelenjar-kelenjar adenoid terdapat pada
nasofaring.
2) Faring oralis, terletak di belakang mulut. Kedua tonsil ada di
dinding lateral daerah faring ini
3) Faring laringeal ialah bagian terendah yang terletak dibelakang
laring
Struktur faring : dinding faring terdiri atas tiga lapisan yaitu
lapisan mukosa, lapisan fibrosa, dan lapisan berotot. Lapisan
mukosa yang terletak paling dalam, bersambung dengan lapisan
dalam hidung, mulut dan saluran eustakhius. Lapisan dalam pada
bagian atas faring ialah epitelium saluran pernapasan dan
bersambung dengan epitelium hidung. Bagian bawah faring yang
bersambung dengan mulut dilapisi epitelium berlapis.
Lapisan febriosanya terletak antara lapisan mukosa dan lapisan
berotot. Otot utama pada faring ialah otot konstriktor, yang
berkontraksi sewaktu makanan masuk ke faring dan mendorongnya
ke dalam usofagus.
c) Aesofagus
Aesofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25
cm, diatas dimulai dari faring, sampai pintu masuk kardiak lambung
dibawah. Terletak dibelakang trakea dan di depan tulang punggung.
Setelah melalui toraks, menembus diafragma, masuk kedalam
abdomen, dan menyambung dengan lambung.
Aesofagus berdinding empat lapis. Di sebelah luar terdiri dari atas
lapisan jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri
atas dua lapisan serabut otot, yang satu berjalan longitudinal dan yang
lain sirkular, sebuah lapisan submukosa, dan di paling dalam terdapat
selaput lendir (mukosa).

3
d) Lambung
Lambung adalah bagian pencernaan. Terletak terutama didaerah
eogastritik, dan bagian disebelah kiri adalah daerah hipokondriak dan
umbilical. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus, batang
utama, dan bagian bawah yang horizontal, yaitu antrum oilorik.
Lambung berhubungan dengan usofagus melalui orifisium atau kardia,
dan dengan duodenum melalui orisium oilorik. Lambung terletak
dibawah diafragma, didepan pancreas, dan limpa menempel pada
sebelah kiri fundus.
Struktur lambung terbagi atas empat lapisan:
1) Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa
2) Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapisan :
a) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan
otot aesofagus
b) Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di filorus serta
membentuk otot sfingter, dan berada dibawah lapisan pertama.
c) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan
berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok kebawah
melalui kurvatura minor (lengkung kecil)
3) Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areoral berisi
pembuluh darah dan saluran limfe.
4) Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri
atas banyak kerutan atau rugae, yang hilang bila organ itu
mengembang karena berisi makanan. Membrane mukosa dilapisi
epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe. Semua sel-sel
itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi
saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini
berjalan dari kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan
berlubang-lubang salurannya dilapisi epitelium. Epitelium dari

4
bagian kelenjar yang mengeluarkan sekret berbuah-buah dan
berbeda-beda di daerah lambung.
Lambung berfungsi menerima makanan dari aesofagus melalui
orifisium kardiak dan bekerja sebagai penimbun semetara,
sedangkan kontarksi otot mencampur makanan dengan getah
lambung. Gelombang perstaltic dimulai tinggi di fundus-fundus,
berjalan berulang-ulang, setiap menit 3 kali dan menyerap perlahan-
lahan ke pilorus.
Perjalanan makanan masuk ke lambung praktis berjalan lancar
pada waktu orang sedang makan. Mula-mula makanan harus dibuat
cair, kemudian jumlah kecil, kira-kira 70 cc, berjalan melalui
lubang pilorik masuk ke duodenum. Isi lambung sangat asam dan
ketika jumlah kecil itu masuk ke duodenum, sfingter pilorik
menutup sampai isi asam itu sebagian telah dinetralkan oleh kerja
geth duodenum, pancreas, dan empedu yang alkalis. Bila otot
sfingter mengendor lagi, duodenum menerima kiriman lain dari isi
lambung.
e) Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar 2 setengah meter
panjang dalam keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan, 6 meter
adalah penemuan setelah mati bila otot kehilangan tonusnya. Usus
halus memanjang dari lambung, sampai katup ileokolika, tempat
bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak didaerah umbilikus
dan dikelilingi usus besar.
Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang 25 cm
panjangnya, berbentuk seperti kuda, dan kepalanya mengelilingi
kepala pancreas. Saluran empedu dan saluran pancreas masuk kedalam
duodenum pada satu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika
atau ampula vateri, 10 cm dari pilorus.

5
Yeyenum menempati dua perlima sebelah atas usus halus yang
selebihnya dal ileum menepati tiga perlima akhir. Struktur dinding
usus halus terbagi atas keempat lapisan yang sama dengan lambung.
Dinding lapisan luar adalah membran serosa, yaitu peritoneum yang
membalut usus dengan erat. Dinding lapisan berotot terdiri atas dua
lapisan serabut saja, lapisan luar terdiri atas serabut longitudinal, dan
dibawah ini adalah lapisan tebal terdiri atas serabut sirkular. Pembuluh
limfe, dan pleksus saraf.

Fungsi usus halus :


1) Menerima zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler pembuluh darah dan saluran limfe.
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino
3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
f) Usus Besar
Usus besar atau kolon kira-kira satu setengah meter panjangnya
adalah sambungan dari usus halus dan mulai dari katup ileokolik atau
ileosekal, yaitu tempat sisa makanan lewat. Reflek gastrokolik terjadi
ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltic didalam
usus besar. Reflek menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar.
Fungsi usus besar : absorpsi air, garam dan glukosa, tempat tinggal
bakteri E. Coly, tempat feses. Usus besar terdiri dari :
1) Seikum
Didalam seikum terdapat appendiks vermiformis berbentuk seperti
cacing disebut umbai cacing panjang 6 cm.
2) Kolon Asenden
Panjang ± 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan
membujur keatas dari ileum ke bawah hati membengkok ke kiri
disebut fleksura hepatica dilanjutkan sebagai kolon transversum.
3) Kolon Tranversum

6
Panjang ± 38 cm membujur dari aasenden ke desenden dibawah
abdomen sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan kiri terdapat
fleksus lienalis.
4) Kolon desenden
Panjang ± 25 cm terletak dibawah abdomen kiri membujur dari atas
kebawah dari fleksura lienalis sampai kedepan ileum kiri
bersambung dengan sigmoid.

5) Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desenden terletak miring dalam
rongga pelvis kiri bentuk seperti huruf “S” ujung bawah
berhubungan dengan rektum.
6) Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinal
mayor dengan usus terletak dalam rongga pelvis dalam os sakrum
dan os kogsigis.
7) Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar. Terletak didasar pelvis dindingnya
diperkuat sfingter.
1) Sfingter ani internus, bekerja tidak menurut kehendak
2) Sfingter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak
3) Sfingter ani eksternal bekerja menurut kehendak.

3. Etiologi
Penyebab dari gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut :
a) Gastritis Akut

7
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok,
alkohol, bakteri (Helicobacter Pylori), virus (Sitomegalovirus), jamur
(Candidiasis, histoplasmosis dan phycomycosis), sterss akut atau
alergi intoksitasi dari bahan makanan ( asam, pedas, bumbu
berlebihan) dan minuman.
b) Penyebab dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik,
yaitu infeksi dan non infeksi. ( Karmila 2017 dikutip dalam Muttaqin,
2001)

4. Patofisiologi
Penyebab yang paling umum gastritis akut adalah infeksi. Patogen
termasuk Helicobacter pylori, Escherichia coli, Proteus, Haemophilus,
Sterptococus, dan Stafilokokus. Infeksi bakteri lambung jarang terjadi
tetapi dapat mengancam kehidupan. Lapisan mukosa lambung normalnya
melindunginya dari asam lambung, semetara asam lambung melindungi
lambung dari infeksi. Jika asam lambung tersebut ditembus dengan
inflamasi dan nekrosis, maka terjadilah infeksi, sehingga terdapat luka
pada mukosa. Ketika asam Hidroklorida (asam lambung) mengenai
mukosa lambung, maka terjadilah luka pada pembuluh kecil yang diikuti
dengan edema, perdarahan, dan mungkin juga terbentuk ulkus. Kerusakan
yang berhubungan dengan gasstritis akut biasanya terbatas jika diobati
dengan tepat.
Perubahan patofisiologis awal yang berhubungan dengan gastritis
kronis adalah sama dengan gastritis akut. Mulanya lapisan lambung
menebal dan eritematosa dan kemudia menjadi tipis dan atrofi. Deteriorasi
dan atrofi yang berlanjut mengakibatkan hilangnya fungsi kelenjar
lambung yang berisi sel parietal. Ketika sekresi asam menurun, sumber
faktor intrinsik hilang. Kehilangan ini mengakibatkan ketidakmampuan
untuk menyerap vitamin B 12 dan perkembangan anemia pernisiosa.

8
Atrofi lambung dengan metaplasia telah diamati pada gastritis kronis
dengan infeksi H. Pylori. Perubahan ini mungkin mengakibatkan
peningkatan resiko adenokarsinoma lambung. (Joyce M. Black dan Jane
Hokanson Hawks, 2014)
5. Patoflodiagram

Alkohol, makanan, dan Gangguan rasa aman


zat-zat tertentu nyaman : nyeri

Peningkatan Ansietas

Asam lambung Klien bertanya


meningkat penyebab nyeri

Peradangan Mukosa Kurang


Mual dan muntah
lambung Pengetahuan

Anoreksia Menembus dinding


Erosi Mukosa membran

Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh. Perforasi Lesi gaster Melebar

Peritonitis Menembus dinding


kapiler

Resiko kekurangan Perdarahan


cairan tubuh

Resiko tinggi syok


hipovolemik, resiko tinggi
penurunan perfusi jaringan

Syok hemoragik

9
Kematian
(Sumber : Karmila 2017. Dikutip dalam Smeltzer, S.C & Bare, B.G 2000)

6. Tanda dan Gejala


Manifestasi sangat beragam; mencakup sakit atau nyeri yang
mengerogoti atau rasa terbakar, mual, muntah, hilang nafsu makan,
serdawa, dan penurunan berat badan. Manifestasi ini mungkin samar atau
tidak ada (karena masalahnya tidak menyebabkan peningkatan asam
hidrokloris). Pada pengkajian mungkin didapati adanya anoreksia,
perasaan kenyang, dispepsia, serdawa, nyeri epigastrium samar, muntah,
serta tidak tahan dengan makanan pedas dan berlemak.

7. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pasien terdiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas
penyebabnya.
1. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) : tes diagnostik kunci untuk
perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan/derajat
ulkus jaringan/cedera.
2. Minum barium dengan foto rontgen : dilakukan untuk membedakan
diagnose penyebab/sisi lesi.
3. Analisa gaster : dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,
mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam nocturnal penyebab ulkus
duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus gaster,
dipersekresi berat dan asiditas menunujukkan sindrom Zollinger-
Elison.

10
4. Amylase seru : meningkatkan dengan ulkus duodenal, kadar rendah
diduga gastritis
8. Penatalaksanaan
Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan :
1. Gastritis Akut
a. Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
b. Bila pasien mampu makan melalui mutu diet mengandung gizi
dianjurkan.
c. Bila gejala menetap, cairan
d. perlu diberikan secara parental.
e. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemorargi
saluran gastrointestinal.
f. Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
g. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat
gangrene atau perforasi.
h. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pylorus.
2. Gastritis Kronis
a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makanan lunak
diberikan sedikit tapi sering.
b. Mengurangi sterss
c. Helicobacter Pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin ¼,
amoksissi lin) dan gram bismuth (Pepto-Bismol)
9. Komplikasi
Manifestasi klinis dengan gastritis kronis dapat meliputi komplikasi
seperti perdarahan, anemia perinisiosa, dan kanker lambung. Perdarahan
dapat menjadi komplikasi gastritis khususnya ketika mukosa lambung
menjadi gundul atau terkikis. Perdarahan adalah umum pada klien yang
mengkonsumsi alkohol, aspirin, atau NSAID. Klien harus melakukan
pemeriksaan endoskopi untuk menentukan sumber perdarahan.
Komplikasi lain yang mungkin dari gastritis atrofi adalah hilangnya

11
kemampuan lambung untuk mengeluarkan faktor intrinsik, mengakibatkan
malabsorpsi vitamnin B 12 yang dipastikan dengan tes Schiling. Kanker
lambung mungkin dicurigai pada klien yang gastritisnya tidak sembuh
dengan terapi.
10. Pencegahan
Pendekatan yang paling sederhana adalah menghindari penyebab
seperti :
a) Aspirin dan alkohol adalah dua zat yang paling banyak menyebabkan
gastritis
b) Hindari NSAID seperti Ibuprofen (Motrin, Advil), naproxen
(Naprosyn), atau asam mefenamat
c) Hindari merokok
d) Kurangi konsumsi kafein

12
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan konsep dasar asuhan
keperawatan dengan gastritis dimana asuha keperawatan ini menguraikan
kedekatan proses perawat yang terdiri dari lima tahap yaitu : pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. ( Karmila 2017
dikutip dalam Nursalam 2001)
1. Pengkajian
Langkah pertama dari proses keperawatan yaitu pengkajian, dimulai
perawat menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk mengumpulkan
data tentang klien. Pengkajian dan pendokumentasian yang lengkap tentang
kebutuhan klien dapat meningkatkan efektivitas asuhan keperawatan yang
diberikan.

Untuk kasus gastritis pengkajian meliputi :

a) Identitas Klien ( Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, Suku Bangsa,


Pendidikan ,Pekerjaan, Status, Alamat)
Riwayat Kesehatan :
1) Keluhan utama
Pada umumnya klien gastritis datang dengan keluhan, nyeri ulu
hati, mual muntah, anoreksia, perut kembung, pusing.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan-keluhan yang dihadapi klien saat dilakukan pengkajian.
3) Riwayat penyakit masa lalu
Hal yang mungkin menyebabkan komplikasi yang lebih berat pada
gastritis yang dialami seperti, hipertensi, riwayat penggunaan obat-
obatan dan alkohol.
b) Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/Istirahat

13
Gejala : Kelemahan atau kelelahan
Tanda : Takikardi, Takipnea, Hiperventilasi (Respon terhadap
aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala : Kelemahan kulit atau membran mukosa berkeringat
(Menunujukan status nyeri akut, respon psikologik)
3) Eliminasi
Gejala : Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
masalah berhubungan dengan GI misalnya gastritis.
4) Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah, masalah menelan, nyeri di ulu
hati, tidak toleransi dengan makanan contohnya makana pedas.
Tanda : Muntah
5) Neurosensori
Gejala : Rasa berdenyut, pusing, sakit kepala karen sinar,
kelemahan.
Status mental : Tingkat kesadaran terganggu
6) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tajam, dangkal rasa terbakar perih, nyeri hebat tiba-
tiba rasa ketidaknyamana, distres, rasa sama-samar setelah makan
banyak dan hilang setelah makan, nyeri egigastrium kiri sampai
ketengah menyebar ke punggung satu sampai dua jam setelah
makan dan hilang dengan minum antasid, faktor pencetus, minuman
alkohol, rokok, penggunaan obat-obatan tertentu.
Tanda : ekspresi wajah meringis, berhati-hati pada daerah yang
sakit, berkeringat, pucat, lemah.
7) Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat
Tanda : Peningkatan suhu eritema palmar, menunjukan hipertensi
portal.

14
8) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Adanya penggunaan obat resep/ dijual bebas yang
mengandung asam, alkohol, steroid.
c) Pola Fungsi Kesehatan
Pola fungsi kesehatan dapat dikaji melalui pola Gordon dimana
pendekatan perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan cara
mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian
fisik pada masalah khusus seperti dibawah ini :
1) Pola Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan
Kaji persepsi klien dan keluarga terhadap kesehatan dan upaya
untuk mempertahakan kesehatan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Kaji pola nutrisi klien, pola makanan klien mengalami gangguan
nafsu makan, mual muntah dan kembung.
3) Pola Eliminasi
Kaji pola eliminasi, BAB, warna feses, frekuensinya dan
konsentrasinya. Kaji pola eliminasi BAK, warna urine, frekuensi,
sifat urine, uji adanya kesulitan BAB atau BAK.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Kaji pola istirahat berapa jam dalam satu malam dan adanya
istirahat pada siang hari.
5) Pola Kebersihan Diri
Kaji berapa kali klien mandi dalam sehari, kaji kemampuan
personal hygiene apakah dibantu atau mandiri.
6) Pola Aktifitas dan Latihan
Kaji aktivitas klien apakah dibantu atau mandiri.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Kaji adanya rendah diri atau malu.

15
8) Pola Keyakinan
Tanyakan kepercayaan yang klien anut, harapan dan keyakinan
terhadap agama yang dianut.
2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Alkohol, makanan dan zat-zat Gangguan aman nyaman
tertentu
- Pasien nyeri
mengatakan Peningkatan asam lambung
nyeri kuat di
ulu hati
Merangsang mukosa
Do : lambung
- Pasien
Merangsang serabut saraf
- tampak
bebas (reseptor)
kesakitan
- Skala nyeri 6
Reseptor nyeri (histamin,
- TD 130/90
bradikanin, serotin dan
mmHg, DN
prostaglandin)
72x/m, N
22x/m
- BB/TB : 50 Diteruskan ke medula
kg/ 140 cm spinalis, thalamus dan kortex
serebri

Nyeri dipersepsikan

3 Ds Alkohol, makanan dan zat-zat Cemas


tertentu
- Pasien
mengatakan Peningkatan asam lambung
khawatir
Merangsang mukosa

16
dengan lambung
keadaannya
Do Merangsang serabut saraf
- Pasien bebas (reseptor)
tampak
cemas Reseptor nyeri (histamin,
- Pasien bradikanin, serotin dan
prostaglandin)
tampak
gelisah
- Pasien Diteruskan ke medula
spinalis, thalamus dan kortex
bertanya
serebri
berulang kali
dengan Nyeri dipersepsikan

pertanyaan
Ansieta
yang sama
- TD 130/90
mmHg, DN
72x/m, N
22x/m
- BB/TB: 50
kg/ 140 cm

3 Ds Latar belakang pendidikan Kurang pengetahuan


- Pasien tentang penyakit
mengatakan
Kurang terpapar informasi
tidak tahu
apa yang
menye-
babkan Kurang pengetahuan
pasein mual
dan muntah.
- Pasien

17
mengatakan
tidak tahu
apa yang
menye-
babkan sakit
di ulu hati
Do
- Pasien
tampak
binggung
- Pasien
sering
menanyakan
tentang
penyakitnya
- TD 130/90
mmHg, DN
72x/m, N
22x/m
- BB/TB: 50
kg/ 140 cm

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap komunitas kesehatan /
proses kehidupan yang aktual / potensial.

18
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual pontensial
dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman mampu dan
mempunyai kewenangan memberikan tindakan keperawatan. (Karmila
2017 dikutip dalam Nursalam, 2001).

a. Hirarki Maslow
Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi dalam lima
tahap: fisiologi, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan
aktualitas diri. Dia mengatakan bahwa klien memerlukan suatu
tahapan kebutuhan. Jika klien menghendaki suatu tindakan
yang memuaskan. Dengan kata lain kebutuhan fisiologis
biasanya sebagai prioritas utama bagi klien dari pada kebutuhan
lain (Karmila 2017 dikutip dalam Nursalam, 2001, hal 52).
Dimana Maslow menggambarkan dengan skema piramida
yang menunjukkan bagaimana seseorang bergerak dari
pemenuhan kebutuhan dasar dari tingkat kebutuhan yang lebih
tinggi dengan tujuan akhir adalah fungsi dan kesehatan
manusia yang terintergrasi.

19
AKTUALISASI

Keterangan:
a). Kebutuhan fisiologis O2, Co2, Elektrolik, makanan, sex .
b). Kebutuhan keselamatan dan keamanan, terhindar dari penyakit,
pencuri dan perlindungan hokum.
c). Mencintai dan dicintai : kasih sayang, mencintai, dicintai,
diterima kelompok.
d). Harga diri: dihargai dan menghargai (Respek dan toleransi).
e). Aktualisasi diri: ingin diakui, berhasil dan menonjol
(Karmila 2017 dikutip dalam Smeltzer and Bare, 2002, hal 14)

Adapun langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan adalah


sebagai berikut :
a) Klafikasi dan analisa data
Data tersebut bisa diperoleh dari keadaan klien yang tidak sesuai
dengan standar kriteria yang sudah ada. Untuk itu perawat harus jeli
dalam memahami tentang standar keperawatan sebagai
perbandingan, apakah keadaan kesehatan klien sesuai atau tidak

20
dengan keadaan yang ada (Karmila 2017 dikutip dalam
Nursalam,2001).

b) Interpertasi/identifikasi kelebihan dan masalah klien


1) Menentukan kelebihan klien
Jika klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat
kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam
hal tertentu dan kelebihan tersebut bisa digunakan untuk
meningkatkan atau membantu mencegah masalah klien yang
dihadapi.
2) Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut
mengalami keterbatasan salam aspek kesehatannya dan
memerlukan pertolongan.
3) Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Pada tahap ini penting untuk menentukan masalah potensial
klien. Misalnya, adanya tanda-tanda infeksi pada lik, tetapi tes
laboratorium menunjukan tidak ada kelainan, sesuai dengan
teori maka akan timbul infeksi. Perawat kemudian
menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu
melawan infeksi.
4) Menentukan keputusan
a) Tidak ada masalah (no problem) tetapi perlu peningkatan
status dan fungsi (kesejahteraan)
b) Masalah yang kemungkinan (possible problem)
c) Masalah aktual atau resiko atau sindrom
d) Masalah kolaboratif
c) Validasi data

21
Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secara akurat
yang dilakukan bersama klien/keluarga atau masyarakat.
Validasi tersebut dilaksanankan dengan mengajukan pertanyaaan
dan pernyataan yang ralatife kepada klien/keluarga tentang
kejelasan interpertasi data.
d) Menentukan diagnosa keperawatan
Setelah perawat mengelempokan menidentifikasi dan memvalidasi
data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah
merumuskan suatu diagnosa keperawatan.
Diagnosa dapat bersifat actual, resiko, sindrom kemungkinan dan
wellness (Sejahtera). (Karmila 2017 dikutip dalam Nursalam,
2001). Setelah diagnosa keperawatan diputuskan, maka perlu
dilakukan penulisan diagnosa keperawatan sesuai standar yang ada.
Diagnosa keperawatan dapat dituliskan dua daftar pernyataan
(problem: masalah, etiologi : penyebab) atau tiga daftar pernyataan
(problema : masalah, etiologi : penyebab, symptom : data).
1) Masalah (Problem)
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang
menggambarkan perubahan status kesehatan klien. Perubahan
tersebut menyebabkan timbulnya masalah.
2) Penyebab (etiologi)
Pernyataan etiologi mencerminkan penyebab dari masalah
kesehatan klien yang memberi arah bagi terapi keperawatan.
Etiologi tersebut dapat terkait dengan aspek patofisiologis,
psikososial, tingkah laku, perubahan situasional, gaya hidup, usia
perkembangan, juga faktor budaya dan lingkungan. Frase
“berhubungan dengan” (related) berfungsi untuk
menghubungkan masalah keperawatan dengan pernyataan.
3) Data ( sign and symptom )

22
Data diperoleh selama tahap pengkajian sebagai bukti adanya
masalah kesehatan klien. Data merupakan informasi yang
diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
Penggunaan frase “ditandai oleh” menghubungkan etiologi
dengan data. (Karmila 2017 dikutip dalam Asmadi, 2008)
Menurut Doenges (2000), diangnosa keperawatan yang muncul
pada pasien gastritis adalah sebagai berikut :
a) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan
peradangan mukosa lambung.
b) Ansietas berhubungan dengan proses pengobatan.
c) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurang informasi.

4. Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari
proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal
yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan
dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan
melakukan tindakan keperawatan. Karenanya dalam menyusun
perencanaan tindakan keperawatan untuk klien, keluarga dan orang
terdekat perlu dilibatkan secara maksimal. (Karmila 2017 dikutip
dalam Asmadi, 2008)
a) Membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan ( tahap kedua ),
perawat dapat memulai membuat urutan prioritas diangnosis,
penentuan diagnosis ini dilakukan karena tidak semua
diagnosis keperawatan dapat diselesaikan pada waktu
bersamaan. Untuk memudahkan penetuan prioritas, kita dapat
membuat sakal tinggi sampai prioritas terendah. Ini dilakukan

23
dengan mengurut diagnosis yang tidak terlalu mengancam
kehidupan. Cara lain adalah dengan mengurutkan diagnosis
keperawatan menurut hirarki kebutuhan dasar Maslow.
(Karmila 2017 dikutip dalam Asmadi, 2008)
b) Merumuskan Tujuan
Setelah menyusun diagnosis keperawatan berdasarkan
prioritas, perawat perlu merumuskan tujuan untuk masing-
masing diagnosis. Tujuan ditetapkan dalam bentuk tujuan
jangka panjang da tujuan jangka pendek. Tujuan jangka
panjang yang dimaksud untuk mengatasi masalah secara
umum, sedangkan tujuan jangka pendek untuk mengatasi
etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang.
Rumusan tujuan ini perawat harus SMART, yaitu specific :
rumusan tujuan harus jelas, measurable : dapat diukur,
achievable : dapat dicapai dan ditetapkan bersama klien,
realistic : dapat tercapai dan nyata, dan timing : harus ada
target waktu. (Karmila 2017 dikutip dalam Asmadi, 2008)
c) Merumuskan Kriteria Hasil
Setelah merumuskan tujuan, langah selanjutnya adalah
merumuskan kriteria hasil/evaluasi. Dalam peyusunan kriteria
hasil/evaluasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Diantaranya kriteria hasil/evaluasi terkait dengan tujuan,
bersifat khusus dan konkret. Selain itu, hasilnya harus dapat
dilihat, didengar, dan diukur orang lain. (Karmila 2017 dikutip
dalam Asmadi, 2008)
d) Merumuskan Intervensi
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat harus
memperhatikan beberapa kriteria yang terkait dengan rumusan
intervensi keperawatan. Kriteria tersebut antara lain :
1) Memakai kata kerja yang tepat

24
2) Bersifat spesifik (apa yang dilakukan? Siapa yang
melakukannya? Dimana hal tersebut dilakukan? Bagaimana
cara melakukannya? Dan seberapa sering hal tersebut
dilakukan?)
3) Dapat dimodifikasi
Intervensi keperawatan terdiri atas intervensi keperawatan
yang independen dan intervensi keperawatan kolaboratif.
Intervensi keperawatan independen adalah intervensi
keperawatan yang dilakukan perawat terhadap klien secara
mandiri tanpa peran aktif dari tenaga kesehatan lain.
Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat
terhadap klien dalam bentuk kerja sama dengan tenaga
kesehatan lain. (Karmila 2017 dikutip dalam Asmadi, 2008).
Berdasarkan diagnosa yang sering muncul pada klien
dengan gastritis maka rencana keperawatan yang dapat
dilakukan adalah :

TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL
1 Ganguan rasa nyeri - Setelah 1. makan tepat 1. dengan makan
berhubungan dilakukan waktu dan tepat waktu
dengan peradangan perawatan diselingi tidak akan
mukosa lambung kunjungan 3 dengan menyebabkan
hari diharapkan makanan rasa nyeri
masalah rasa tambahan 2. makan
aman/nyeri 2. tidak makan makanan yang
dapat teratasi makanan mengandung
yang soda, pedas,
mengandun asam dapat

25
g soda, memicu kadar
pedas asam peningkatan
asam lambung
2 Ansietas Setelah dilakukan 1. Berikan 1. dengan
berhubungan perawatan lingkungan keadaan yang
dengan proses kunjungan 3 hari tenang, nyaman dan
pengobatan diharapkan nyaman, tenang bias
masalah ganguan kurangi meningkataka
ansietas dapat akti-vitas/ke n kualitas tidur
teratasi ributan pasien
lingkungan 2. ketika pasien
rumah sudah tau
2. Berikan tentang
pemahaman penyakitnya
tentang akan
penyebab mengurangi
penyakit perasaan
nya cemas
3 kurangnya Setelah dilakukan 1. Kaji kesiapan 1. Agar Pasien dapat
pengetahuan b/d perawatan dalam belajar. menagkap
kurang informasi kunjungan 3 2. Berikan informasi yang
hari diharapkan informasi disampaikan
masalah kurang kepada Pasien dengan jelas dan
pengetahuandap tentang penyakit tepat
at teratasi hipertensi yang 2. Agar Pasien dapat
dialaminya. memehami tentang
, penyakit gastritis
yang dialaminya.

26
5. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan
oleh perawat bersama pasien. Hal-hal yang harus kita perhatikan
ketika melakukan implementasi adalahaintervensi yang dilakukan
sesuai dengan rencana. Setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan thenik, intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi berupaya
untuk pencatatan dan pelaporan (Karmila 2017 dikutip dalam
Nursalam, 2000)
6. Evaluasi Keperawatan
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan
dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai (Karmila 2017 dikutip dalam
Nursalam, 2001)
Evaluasi terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a) Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses, evaluasi jangka
pendek atau evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
secepatnya setelah tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan
tercapai.
b) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif biasa disebut evaluasi hasil, evaluasi akhir dan
evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan di akhir tindakan
keperawatan paripurna dilakukan dan menjadi suatu metode dalam
memonitor kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk
evaluasi ini lazimnya menggunakan format “SOAP” ( Karmila
2017 dikutip dalam Nursalam, 2001)

27
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik dalam
rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan
keperawatan melalui hasil perbandingan, dan standar yang telah
ditentukan sebelumnya.
Ada empat kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap
evaluasi yaitu masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi
sebagian, masalah tidak dapat teratasi, dan timbulnya masalah baru
1. Perencanaan Pulang
Memberikan penyuluhan tentang hipertensi pada pasien dengan cara :
a. Memberikan pengertian hipertensi
b. Menyarankan pasien untuk menjaga pola istirahat
c. Mengurangi makanan yang banyak mengandung natrium
d. Menyarankan untuk membatasi konsumsi alkohol
e. Menghindari stres
f. Melakukan terapi masase (pijat)
g. Mengingatkan untuk rutin minum obat
h. Menyarankan untuk terus periksa tekanan darah dirumah sakit atau
dipuskesmas terdekat
2. Dokumentasi Keperawatan
Pengertian dokumentasi keperawatan menurut Carpenito (1999),
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang rumit dan sangat beragam serta
memerlukan waktu dan yang cukup banyak dalam proses pembuatannya.
Perkiraan waktu pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan dapat mencapai
35-40 menit, hal ini dikarenakan seringnya perawat melakukan pencatatan yang
berulang-ulang atau duplikatif. Walaupun demikian, terkadang dokumentasi
keperawatan yang dihasilkan masih sering kurang berkualitas. Dokumentasi
keperawatan merupakan bagian dari proses asuhan keperawatan yang dilakukan
secara sistematis dengan cara mencatat tahap-tahap proses perawatan yang
diberikan kepada pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan penting
yang dibuat oleh perawat baik dalam bentuk elektronik maupun manual berupa

28
rangkaian kegiatan yang dikerjakan oleh perawat meliputi lima tahap yaitu
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama : Ny.A
b. Tempat /tgl lahir : pehengan, 12 juli 1941
c. Jenis Kelamin : perempuan
d. Status Perkawinan : kawin/janda
e. Agama : Protestan
f. Suku : Dayak
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : tidak bekerja
b. Pekerjaan sebelumnya : petani
c. Sumber pendapatan : dari anak-anaknya
d. Kecukupan pendapatan : Cukup
3. Lingkungan tempat tinggal
Rumah terlihat rapi dan bersih, penerangan cukup, sinar matahari masuk
kedalam rumah, sirkulasi udara cukup, tidak mempunyai wc/kamar mandi,
pembuangan air kotor dibelakang rumah, sumber air sumur, sampah dibakar,
tidak ada sumber pencemaran lingkungan.
4. Riwayat Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : sakit ulu hati,
2) Gejala yang dirasakan : mual mumtah
3) Faktor pencetus : gastritis
4) Timbulnya keluhan : Mendadak
5) Upaya mengatasi : Minum obat
6) Pergi ke Puskesmas
7) Mengkomsumsi obat-obatan dibeli ditoko promagh
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : gastritis
2) Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : tidak ada

29
3) Riwayat kecelakaan : tidak pernah
4) Riwayat pernah dirawat di RS : Belum pernah
5) Riwayat pemakaian obat :
5. Pola Fungsional
1) Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan makan makanan yang pedas,
asam, minum alcohol, merokok
2) Nutrisi metabolik
makan 2 kali sekali kadang tidak tentu, suka terlambat waktu makan
3) Eliminasi
BAK : 5 kali saat siang hari, 2-3 kali pada malam hari, frekuensi BAK sedikit
BAB : 1 kali sehari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan dengan BAB
4) Aktifitas Pola Latihan
Mandi 2-3 kali sehari, aktivitas sehari-hari berdiam dirumah,kadang-
kadang pergi kehutan mencari sayur, tidak ada masalah dengan aktivitas.
5) Pola istirahat tidur
Lama tidur malam 8 jam, tidak pernah tidur siang.
6) Pola Kognitif Persepsi
Masalah dengan penglihatan mata kiri dan kanan penglihatannya sudah
berkurang, telinga sebelah kiri pendengaran sudah berkurang.
7) Persepsi diri-Pola konsep diri
Pasien sadar bahwa dirinya sudah memasuki umur yang tua
8) Pola Peran-Hubungan
Berperan sebagai seorang Ibu dan Nenek
9) Sexualitas
Riwayat reproduksi sudah melahirkan sebanyak 5 kali, dan sudah
mengalami menopause 10 tahun lalu
10) Koping-Pola Toleransi Stress
Penyebab stress pada lansia adalah pekerjaan yang banyak, penanganan
terhadap masalah adalah beristirahat dan berbagi cerita dengan keluarga.
masalah
11) Nilai-Pola Keyakinan
Pasien menganut agama Protestan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Composmentis
b. TTV : TD 130/90 mmHg, DN 72x/m, N 22x/m
c. BB/TB : 50 kg/ 140 cm

30
d. Kepala : Simetris, bersih, tidak ada benjolan
e. Rambut : Rambut mulai memutih
f. Mata : Mata simetris, pandangan kabur
g. Telinga : Telinga bersih, pendengaran sudah mulai
berkurang ditelinga bagian kiri
h. Mulut, gigi dan bibir : Bersih, gigi mulai ada yang rontok, bibir
lembab
i. Dada : Dada simetris
j. Abdomen : Abdomen datar, tidak kembung, tidak ada luka
k. Kulit : Bersih dan tidak ada luka
l. Ekstremitas Atas : 5/5
m. Ekstremitas bawah : 5/5

7. Pengkajian Khusus (Format Terlampir)


a. Fungsi kognitif SPMSQ : terlampir
b. Status fungsional (Katz Indeks ) : terlampir
c. MMSE : terlampir
d. APGAR keluarga : terlampir
e. Skala Depresi : terlampir
f. Screening Fall : terlampir
g. Skala Norton: terlampir

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Alkohol, makanan dan zat-zat Gangguan aman nyaman
tertentu
- Pasien nyeri
mengatakan Peningkatan asam lambung
nyeri kuat di
ulu hati
Merangsang mukosa
Do : lambung
- Pasien
Merangsang serabut saraf
- tampak
bebas (reseptor)
kesakitan

31
- Skala nyeri 6 Reseptor nyeri (histamin,
bradikanin, serotin dan
- TD 130/90
prostaglandin)
mmHg, DN
72x/m, N
22x/m Diteruskan ke medula
- BB/TB : 50 spinalis, thalamus dan kortex
kg/ 140 cm serebri

Nyeri dipersepsikan

3 Ds Alkohol, makanan dan zat-zat Cemas


tertentu
- Pasien
mengatakan Peningkatan asam lambung
khawatir
Merangsang mukosa
dengan
lambung
keadaannya
Do
Merangsang serabut saraf
- Pasien
bebas (reseptor)
tampak
cemas
Reseptor nyeri (histamin,
- Pasien
bradikanin, serotin dan
tampak prostaglandin)
gelisah
- Pasien
Diteruskan ke medula
bertanya spinalis, thalamus dan kortex
berulang kali serebri

dengan
Nyeri dipersepsikan
pertanyaan
Ansieta

32
yang sama
- TD 130/90
mmHg, DN
72x/m, N
22x/m
- BB/TB: 50
kg/ 140 cm

3 Ds Latar belakang pendidikan Kurang pengetahuan


- Pasien tentang penyakit
mengatakan
Kurang terpapar informasi
tidak tahu
apa yang
menye-
babkan Kurang pengetahuan
pasein mual
dan muntah.
- Pasien
mengatakan
tidak tahu
apa yang
menye-
babkan sakit
di ulu hati
Do
- Pasien
tampak
binggung
- Pasien
sering
menanyakan
tentang

33
penyakitnya
- TD 130/90
mmHg, DN
72x/m, N
22x/m
- BB/TB: 50
kg/ 140 cm

C. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peradangan mukosa
lambung.
b) Ansietas berhubungan dengan proses pengobatan.
c) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.

D. Intervensi Keperawatan

TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL
1 Ganguan rasa nyeri - Setelah 3. makan tepat 3. dengan makan
berhubungan dilakukan waktu dan tepat waktu
dengan peradangan perawatan diselingi tidak akan
mukosa lambung kunjungan 3 dengan menyebabkan
hari diharapkan makanan rasa nyeri
masalah rasa tambahan 4. makan
aman/nyeri 4. tidak makan makanan yang
dapat teratasi makanan mengandung

34
yang soda, pedas,
mengandun asam dapat
g soda, memicu kadar
pedas asam peningkatan
asam lambung
2 Ansietas Setelah dilakukan 3. Berikan 3. dengan
berhubungan perawatan lingkungan keadaan yang
dengan proses kunjungan 3 hari tenang, nyaman dan
pengobatan diharapkan nyaman, tenang bias
masalah ganguan kurangi meningkataka
ansietas dapat akti-vitas/ke n kualitas tidur
teratasi ributan pasien
lingkungan 4. ketika pasien
rumah sudah tau
4. Berikan tentang
pemahaman penyakitnya
tentang akan
penyebab mengurangi
penyakit perasaan
nya cemas

35
3 kurangnya Setelah dilakukan 1. Kaji kesiapan 1. Agar Pasien dapat
pengetahuan b/d perawatan dalam belajar. menagkap
kurang informasi kunjungan 3 2. Berikan informasi yang
hari diharapkan informasi disampaikan
masalah kurang kepada Pasien dengan jelas dan
pengetahuandap tentang penyakit tepat
at teratasi hipertensi yang 2. Agar Pasien dapat
dialaminya. memehami tentang
, penyakit gastritis
yang dialaminya.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tabel 3.5 Contoh Catatan Perkembangan Keperawatan

Tanggal No Implementasi Evaluasi Paraf


Dx

36
23desember2020 1 1. Mengkaji rasa nyeri yang S : Pasien mengatakan nyeri Karnita
dirasakan pasien berkurang
R : Ny.A mau dikaji, skala O :
nyeri 4 - Pasien tidak meringis
TD 110/90 mmHg kesakitan
DN 72x/m - Wajah pasien rileks
N 22x/m - TD 110/90 mmHg
2. Mengajarkan teknik - DN 66 x/m
distraksi dan relaksasi - N 22x/m
R: Pasien kooperatif, A: Masalah gangguan rasa aman
pasien mau diajarkan nyeri teratasi
teknik distraksi dan P: Intervensi dihentikan
relaksasi

27Desember2020 2 1. Menanjurkan pasien untuk S : Pasien mengatakan sudah tidak Karnita


mengurangi cemas lagi
mengkonsumsi makanan O :
dan minuman yang - Pasien terlihat bersemangat
mengandung kafein, soda - Pasien tampak tenang
pedas asam A : Masalah gangguan ansietas
R: Pasien kooperatif, teratasi
pasien sudah mengurangi P : Intervensi dihentikan
konsumsi makanan dan
minuman yang
mengandung kafein, soda,
pedas, asam
2. Menganjurkan pasien
untuk makan teratur dan
ditambah makan selingan
R: Pasien kooperatif,
pasien maumakan secara
teratur
3. Menanjurkan pasien untuk

37
pergi ke fasilitas
pelayanan kesehatan jika
obat yang diminum sudah
habis
R: Pasien kooperatif, pasien
mau datang dan berobat
ketika obat yang diminum
sudah habis

31Desember2020 3 1. Memberi penyuluhan S : Keluarga mengatakan sudah Karnita


kepada keluarga tentang sedikit mengerti tentang hipertensi
penyakit gastritis O:
R: Keluarga - Keluarga terlihat
mendengarkan dengan mendengarkan dengan baik
baik penjelasan yang - Keluarga memberikan
diberikan pertanyaan yang sesuai
2. Memberi kesempatan dengan materi yang
kepada keluarga untuk diberikan
bertanya tentang penyakit - Keluarga tidak terlihat
gastritis bingung lagi
R: Keluarga A : Masalah kurang pengetahuan
mendengarkan dengan teratasi
baik dan bertanya tentang P : Intervesi dihentikan
penyakit gastritis

38

Anda mungkin juga menyukai