Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ELIMINASI ALVI DAN URINE

DISUSUN OLEH :

NAILA NAJMAHA (010118A092)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI DEFAKSI
A.1 KONSEP ELIMINASI ALVI
a. Mulut
Mulut (oris) merupakan organ yang pertama dari saluran
pencernaan yang meluas dari bibis sampai istmus fausium yaitu
perbatasan antara mulut dengan faring, terdiri dari:
1. Vestibulum oris
Bagian antara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian
dalam. Bagian atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh
lipatan membrane mukosa bibir,pipi dan gusi. Pipi
membentuk lateral vestibulum, disusun oleh M. buksinator
di lapisi oleh membrane mukosa. Sebelah luar M.
buksinator ditutupi oleh faksia bukofaringealis, berhadapan
dengan gigi molar kedua. Bagian atas terdapat papilla kecil
tempat bermuaranya duktus glandula parotis.
2. Kavitas oris propia
Bagian diantara arkus alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki
atap yang dibentuk oleh palatum durum (palatum keras)
bagian depan, palatum mole (palatum lunak) bagian
belakang.
Dasar bagian mulut sebagian besar dibentuk oleh anterior
lidah dan lipatan balik membrane mukosa. Sisi lidah pada
gusi atas mandibular. Garis tengah lipatan membran
mukosa terdapat frenulum lingua yang menghubungkan
permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan
kanan frenulum lingua tedapat papilla kecil bagian
puncaknya bermuara glandula submandibularis.
FISIOLOGI: Mulut merupakan proses pertama dalam
sistem pencernaan, makanan kana di potong, diris dan di
robek oleh bantuan gigi. Makanan yang masuk ke mulut
dipotong menjadi lebih kecil agar mudah di telan untuk
mempermudah makanan agar terkena enzim. Kemudian
makanan akan dimasukkan ke faring denagn bantuan lidah.
b. Faring
Rongga belakang tenggorokan yang berfungsi dalam proses
pencernaan dan fernafasan.
FISIOLOGI: fungsi sebagai penghubung mulut dan esofagus
c. Esofasgus
Esofagus merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan
faring. Panjangnya kira-kira 25cm. posisi vertical dimulai dari
bagian tengah leher bawah faring sampai ujung bawah rongga
dada di belakang trakhea. Pada bagian dalam di belakang
jantung menembus diagfragma sampai rongga dada. Fundus
lambung melewati persimpangan sebelah kiri diagfagma.
Sekresi esofagus bersifat mukoid, berfungsi untuk memberikan
pelumas untuk pergerakan makanan melalui esofagus.
Lapisan dinding esofagus dari dAlam ke luar:
1. Lapisan selaput lender (mukosa)
2. Lapisan submukosa
3. Lapisan otot melingkar (M. sirkuler)
4. Lapisan otot memanjang (M. longitudinal)

FISIOLOGI: pada saat menelan makanan akan dipicu oleh


gelombang peristaktik yang akan mendorong bulus menelurusi
esofagus dan masuk ke lambung.

d. Lambung
lambung merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya
antara esofagus dan usus halus, seblah kiri abdomen, di bawah
diagfragma bagian depan pancreas dan limpa. Lambung
merupakan saluran yang terdapat mengembang karena adanya
gerakan peristaltic terutama di daerah epigaster. Variasi dari
bentuk lambung sesui dengan jumlah maknan yang masuk,
adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain, dan postur
tubuh.
Bagian-bagian dari lambung:
1. Fundus vertikuli: bagian yang menonjol keatas, terletak
sebelah kiri osteum kardiak, biasanya berisi gas. Pada batas
dengan esofagus terdapat katup sfingter kardiak.
2. Korpus ventrikuli: merupakan segitiga osteum kardia yaitu
suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor,
merupakan bagian utama dari lambung.
3. Antrum pylorus: bagian lambung berbentuk tabung,
mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus,
merupakan muara bagian distal, berlanjut ke duodenum.
4. Kurvatura minor: sebelah kanan lambung gterbentang dari
osteum kardia sampai ke pylorus. Kurvatura minor
dihubungkan ke hepar oelh omentum minor, lipatan ganda
dari peritonium.
5. Kurvatura mayor
Terbentang pada sisi kiri ostium kardia melalui fundus
vertikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus inferior, lebih
panjang dari kurvatura minor, dihubungkan dnegan colon
transversum oleh omentum mayor lipatan ganda dari
peritoneum.
6. Ostium kardia: merupakan tempat esofagus bagian
abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat
orifisium pilorus, tidak mempunyai sfingter khusus hanya
berbentuk cincin membuka dan menutup. Dengan kontraksi
dan relaksasi,ostenum dapat tertutup oleh lipatan membrane
mukosa dan serat otot pada dasar esofagus.
Fungsi lambung:
1. Fungsi menampung makanan yang masuk melalui
esofagus, menghancurkan maknana dan menghaluskan
makanan dengan gerakan peristaltic lambung dan getah
lambung.
a. Mekanis: menyimpan, mencampur dnegan secret
lambung, dan mengeluarkan kimus ke usus.
Pendorongan makanna terjadi secara gerakan
peristaltic setiap 20 detik.
b. Kimiawi: bolus dalam lambung akan di campur
dengan asam lambung dan enzim-enzim bergantung
jernis makanan enzim yang dihasilkan antara lain:
 Pepsin: memecah putih telur menjadi asam
amino (albumin dan pepton) agar dapat
diabsorbsi di intestinum minor.
 Asam garam (HCl): mengasamkan makanan
sebagai antiseptic dan desinfektan yang
masuk ke dalam makanan. Selain itu
mengubah pepsinodegen menjadi pepsin dan
suasana asam.
 Renin: sebagai ragi yang membekukan susu,
membentuk kasein dan kasinogen dari
protein.
 Lapisan lambung: memecah lemak menjadi
asam lemak untuk merangsang sekresi getah
lambung.
2. Fungsi bakterisid: oleh asam lambung
3. Membantu proses pembentukan eritrosit: lambung
menghasilkan zat faktor intrinsic bersama dengan faktor
ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yang disebut
anti anemik yang berguna untuk pertukaran erosit yang
di simpan dalam hati.
FISIOLOGI: sebelum makana masuk ke dalam usus
halus makanan. Kemudian akan dicampur kembali dan
berubah menjadi sangat kental dan disebut sebagai
kimus. Kimus kemudia akann di kirim ke usus besar
dan di tamping sesuai kapasitasnya dan prosesnya
hanya membutuhkan waktu dalam hitungan menit.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum.
Panjangnya kira-kira 6 meter merupakan saluran pencernaan
yang paling panjang dari tempat pencernaan dan absorpsi
pencernaan.
Bentuk dan suusnannya melingkar berupa lipatan –lipatan
melingkar. Makanan dalam intestinum minor dapat masuk
karena adanya gerakan dan memberikan permukaan yang lebih
halus. Benyak jonjot-jonjot tempat absorpsi dan memperluas
permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya membentuk katup
Lapisan usus halus dari dalam keluar:
1. Tunika mukosa
2. Tunika propia
3. Tunika sunmukosa
4. Tunika muskularis
5. Tunika serosa

Bagian-bagian dari usus halus:

1. Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuda, pada


kengkunagnnya ini terdapat pankreas. Bagian kanan dari
duodenum terdapat bagian tempat bermuaranya saluran
empedu dan slauran pankreas yang dimanakan papilla
vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa
yang banyak mengandung kelenjar Brunner yang
memproduksi getah intestinum.
2. Jejenum : panjangnya 2-3 meter berkelok-kelok terdapat
sebelah kiri atas dari intestinum minor dengan perantaraan
lipatan peritoneum, berbentuk kipas. Akar masenterium
memungkinkan keluar masuk arteri dan vena masenterika
superior. Pembuluh masenterium penampang jejenum lebih
lebar, dindingnya lebih tebal lebih banyakmengandung
pembuluh darah.
3. Ileum : ujung batas antara jejnum dan ileum tidak jelas.
Panjangnya kira kira 4-5 meter. Ileum merupakan usus
halus yang terletak di kanan bawahh berhubungan dengan
sekum. Tempat perantaraan dengan sekum terdapat lubang
yang disebut orifisium ilo=eosekalis. Ileum di perkuat oleh
sfingter dan di lengkapi oleh sebuah katup valvula sekalis
yang berfungsi untuk mencegahcairan dalam colon
asendens mauk kemabli kedalam ileum

Fungsi usus halus:

1. Menyekresi cairan usus: untuk mengolahan zat makanan di


usus halus.
2. Menerima cairan empedu dan pancreas melalui duktus
kholedukus dan duktus pankreatikus.
3. Mencerna makanan: getah usus dan pancreas mengandung
enzim mengubah protein menjadi asam amino, karbohidrat
menjadi glukosa, lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
4. Mengabsorpsi air garam dan vitamin: protein dalam bentuk
asam amino, karbohidrat dalam bentuk monoksida.
f. Usus besar
Usus beasar (intestinum mayor) merupakan saluran pencernaan
berupa usus berpenampang luas dan berdiameter panjang kira-
kira 1,5 – 1,7 meter dan penampang 5-5cm. lanjutan dari usus
halus yang seperti huruf U terbalik meneglilingi usus halus
terbentang dari valvula ilioseklais sampai ke anus.
Lapisan usus besar dari dalam keluar:
1. Lapisan selaput lendir (mukosa): Nampak tidak ada vili,
kirpta-kripta dalam lebih kurang 0,5 mm terletak
iberdekatan dengan satu sama lain. Epitel kripta hamper
seluruh permukaannya mengasilkan mukus, pelumas epitel
yang tinggal lainnya mempunyai tepi bersilia dari mikrovili
mengasorbsi air.
2. Lapisan oto melingkar (M. sirkuler): terbelah dalam bentuk
lingkaaran.
3. Lapisan otot memanjang (M. longitudinal): berkumpul
menjadi 3 pitan panjang dengan lebar 1cm disebut
teniakoli, terdiri dari tenia libera (anterior), tenia omentalis
(posterior, lateral) dan tenia mesiakolika (posterior dan
medial).
4. Lapisan jaringan ikat (serosa): jaringan ikat yang kuat
sebelah luar.

Bagian dari usus:

1. Sekum: kantong lebar terletak pada fosa iliak dekstra.


2. Kolon asebdens: memanjang dari sekum fosa ilika kanan
sampai ke sebelah kanan abdomen, panjangnya 13cm,
terletak di bawah abdomen sebelah kanan bawah hati,
membelok ke kiri.
3. Kolon trnasversum: panjangnya kira-kira 38cm, membujur
dari kolon asendens sampai ke kolon desendens.
4. Kolon desendens: pajang kurang lebih 25cm, terletak di
bawah andomen bagian kiri dari atas ke bawah, dari depan
fleksura lienalis sampai di depan ilium kiri, bersambung
dengan sigmoid dan di belakang poritonium.
5. Kolon sigmoid: lanjutan dari kolon desendens. Panjangnya
40cm. terletak miring dalam pulvis sebelah kiri, berbentuk
huruf S. ujung bawahnya berhubungan dengan rektum,
berakhir setinggi vertebrae sakralis 3-4. Kolon sigmoid ini
di tunjang oleh mesnterium yang disebut mesokolon
sigmoideum.

Fungsi usus besar:

1. Menyerap air dan elektrolit, untukmkemudian sisa masa


membentuk masa yang lembek disebut feses.
2. Menyimpanan bahan fese. Sampai defekasi, feses ini terdiri
dari sisa makanan, serat serat selulosa, sel-sel epitel bakteri,
bahan sisa sekresi, magnesium fosfat dan Fe.
3. Tempat tinggal bakteri koli. Sebagian dari kolon
berhubungan dengan fungsi pencernaan dan sebagian lagi
berhubungan dengan penyimpanan. Untuk kedua fungsi ini
tidak digunakan gerakan ynag cukup kuat cukup dengan
gerakan yang lemah.
g. Rectum dan anus
Rektum merupakan lanjutan dari sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dan naus sepanjang 12cm,
dimulai dari pertengahan sakrum dan berakhir pasa kanalis
anus. Retum terletak dalam rongga pelvis, didepan os sakrum
dan os kaksigis. Rektum terdiri atas dua bagian:
1. Rekrtum propia
2. Pars analis

Bagian dari saluran pencernaan dnegan dunia luar terletak di


dasar pelvis dan dindingnya diperkuat sfingter ani yang terdiri
dari:
1. Sfingter ani interus, sebelah dalam bekerja tidak
menurut kehendak
2. Sfingter levator ani: bagian tengah bekerja tidak
menurut kehendak.
3. Sfingter ani eksternus: sebelah luar bekerja menurut
kehendak.

A.2 KONSEP ELIMINASI URINE

1. Ginjal

Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahanka homeostatis


cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi untuk mmepertahankan
homeostatic dengan mengatur volume cairan, keseimbangan osmotik,
asam basa, ekresi dan metabolisme, sistem pengaturan hormonal dan
metabolisme.

a. Struktur ginjal
Ginjal ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat. Apabila kapsul dibuka
terlihat permukaan dari ginjal licin dengan warna merah tua.
1. Bagian dalam (internal) medulla. Subtansia meduralis terdiri dari
pyramid renis jumlahnya antara 8-16 buah yang mmepunyai basis
sepanjang ginjal, sedangkan aspeksnya menghadap ke sinus
renalis.
2. Bagian luar ( eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berwarna
cokelat merah, konsintensi lunak dan bergranula. Sebstanisa ini
tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis pyramid
dinamkan kulumna renalis.
b. Pembungkus ginjal
Ginjal di bungkus oelh suatu masa jaringan lemak yang disebut
kapsula adipose. Bagian yang tertebal berada di tepi bagian ginjal yang
memanjang melalui hilus renalis. Ginjal dan kapsula adipose tertutup
oleh suatu lamina khusu dari fasia subserosa yang disebut fasia renalis
yang terdapat diantara lapisan dalam dari fasia profunda dan sratum
fasia subserosa internus. Fasia subserosa terpecah menjadi dua bagian
yaitu lamella anterior (fasia prerenalis) dan lamella posterior 9fasia
retrorenalis).
c. Struktur mikroskopis ginjal
Satuan fungsional gunjal adalah nefron. Nefron merupakan masa
tubulus mikrokopis ginjal yang merupakan satuan fungsional ginjal.
1. Glomerulus: merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang
terletak di dalam kapsula browman.
2. Tubulus proksimal konvulta, tubulus ginjal yang langsung
berhubungan dengan kapsula browman denagna panjang 15 mm
dan didiameter 55 mm.
3. Ansa henle, bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis
selanjutnya ke segmen tebal, panjangnya 12 mm, total panjang
Ansa henle adalah 2-14 mm.
4. Tubulus distal, bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan jauh
letaknya dari kapsula browman, panjangnya 55 mm. tubulus dista
dari masing masing nefron bermuara ke duktus koligens yang
panjangnya 20 mm. masing-masing duktus koligens berjalan
melalui korteks dan medulla ginjal, bersatu membentuk duktus
yang berjalan lurus dan bermuara ke dalam duktus begini
seterusnya menuju kaliks minor ke klaiks mayor. Akhirnya
mengkosongkan isinya ke dalam pelvis renalis pada aspeks
masing-masing pyramid medulla ginjal.
5. Duktus koligen melua, bukan merupakan saluran metabolik tidak
efektif, tetapi pengaturan secara halus ekskresi natrium urine
terjadi di sini dengan aldosterone yang paling berperan terhadap
natrium.
d. Aparatus juksta glomelurus
Anteriol aferen dan ujung akhir hansa hanle asendens tebal, nefron
yang sama bersentuhan untuk jarak yang pendek. Pada titik
persentuhan sel tubulus asendens menjadi tinggi dinamakan macula
densa, dinding arteriola yang bersentuhan dengan ansa henle menjadi
tebal karena sel-selnya mengandung butir-butir sekresi renin yang
besar yang disebut sel juksta glomerulus. Makula densa dan sel juksta
glomerulus erat seklai kaintannya dengan pengaturan volume cairan
ekstrasel dan tekanan darah.
e. Elektromiskospis glomerulus
Glomerulus berdiameter 200 µm, dibentuk oleh invaginasi suatu
anyaman kapiler yang mendapati kapsula Browman, mempunyai dua
lapisan seluler yang memisahkan darah dari dalam kapiler
glomerulusdan filfrat dalam kapsula broeman yaitu lapisan endotel
kapiler dan lapisan epitel khusus yang terletak di atas kapiler
glomelurus.
Kedua lapisan ini di batasi oleh lamina basalis, disamping itu terdapat
sel-sel stelata yang disebut sel masangial.
f. Pendarahan ginjal
Ginjal mendapat darah dari arteri renalis merupakan cabang dari aorta
abdominalis, sebelum masuk ke dalam masa ginjal. Arteri renalis
mempunyai cabang yang besar yaitu arteri renalis anterior dan ventral.
g. Persyarafan ginjal
Saraf ginjla lebih kurang dari 15 ganglion. Ganglion ini membentuk
pleksus renalis yang berasal dari cabnag terbawah dan di luar ganglion
pleksus seliaka, pleksus auskustikus, dan bagian bawah splenikus.
Plesus renalis bergabung dengan pleksus spermatikus dengan cara
memberikan bebrapa serabut yang dapat menibulkan nyeri pada testis
pada kelainan ginjal.
B. DEFINISI
A. DEFINISI ELIMINASI ALVI

B. DEFINISI ELIMINASI URINE


C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA ELIMINASI ALVI
a. Usia
Tahap perkembangan mempengaruhi eliminasi.
- Bayi
Bayi memliki kapasitas lmabung yang kecil dan mengeluarkan enzim
makanan lebih sedikit.
- Batita

Sedikit kontrol defeksi setelah mulai dimiliki pada usia 18-24 bulan.

- Anak usia sekolah dan remaja

Pada saat ini memiliki defeksi beragam dalam beberapa hal frekuensi,
kuantitas, dan konsistensi, beberapa anak sekolah dapat menunda
defakti karena aktivitas misalnya bermain.

- Lansia
Perubahan pada fungsi digestif dan absorpsi nutrisi lansia lebih di
sebabkan oleh sistem kardiovaskular dan neurologi lansia , dari pada
sistem pencernaan itu sendiri
b. Diet
Asupan makanan harian ynag teratur dapat membantu
mempertahankan pola peristaltic pada kolon. Serat, mekanan yang
tidak dicerna kemudian membentuk bungkal sebagian besar pada feses.
c. Asupan cairan
Cairan yang tidak adekurat atau gangguan yang dapat menyebabkan
kehilangan cairan (seperti muntah) mempengaruhi karakteristik feses.
Normalnya orang dewasa harus minum 1500-2000 ml atau setara
dengan 8 gelas dan cairan tersebut tidak mengandung kafein.
d. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat meningkatkan gerakan paristaltik, sedangkan
imobilitas dapat merunkan gerakan peristaltic. Dukungan ambulasi,
segera saat penyakit mulai sembuh atay sesegera mungkin setelah
pembedahan, untuk mempertahankan gerakan peristaktik dan eliminasi
normal.
e. Faktor psikologis
Selama stres emosional, proses digestif terjadi dengan cepat dan
gerakan peristaltic adalah diare dan distensi abdomen oleh adanya gas.
f. Kebiasaan diri
Individu perlu mengenal waktu yang paling tepat bagi dirinya untuk
melakukan eliminasi jika dirinya tidak terbiasa menggunakan toilet
umum.
g. Posisi selama buang iar besar
Duduk adalah posisi normal selama buang air besar.
Atau jika ada masalah yang tidak memungkinkan misal fraktur pasien
bisa mengunakan pispot.
h. Nyeri
Sejumlah keadaan dapat menyebabkan hemoroid, pembedahan rektum,
fistula rektum, dan pembedahan abdomen.
i. Kehamilan
Pada saat hamil, ukuran janin bertambah dan menimbulkan tekanan
pada rektum. Obstruksi yang sementara ini di sebabkan karena jalin
memperlambat jalan keluar feses.
j. Medikasi
Bebrapa obat-obatan memiliki reaksi tertentu pada usus, misalnya obet
untuk memperlancar defekasi atau mengontrol diare.
k. Pemeriksan diagnostik
Meliputi pengkajian visual struktur sistem pencernaan yang dilakukan
dari bebrapa persiapan untuk memastikanbahwa perut kosong. Dan
klien tidak di izinkan untuk makan dan minum.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE
1. Kondisi penyakit
Proses penyakit yang memepengaruhi eliminasi urine akan
mempengaruhi fungsi ginjal, aksi eliminasi urine, atau keduanya.
Kondisi yang mempengaruhi volume dan kualitas urine
dikategorikan sebagai prerenal, renal, atau pasca renal.
Gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh berkurangnya aliran
darah menuju dan melalui ginjal, penyakit di jaringan ginjal, atau
obstruksi di saluran kemih bawah.
2. Faktor sosiokultural
Berkemih memiliki tingkat privasi yang berbeda pada berbagai
norma budaya. Warga Amerika Utara menganggap ini sebagai hal
yang pribadi, sedangkan penduduk Eropa menerima fasilitas toilet
bersama. Harapan sosial mempengaruhi waktu berkemih.
3. Faktor psikologis
Stress dan kegelisahan akan menimbulkan rasa ingin berkemih
secepatnya dan peningkatan frekuensi berkemih. Kegelisahan
membuat seseorang tidak mampu berkemih secara komplit.
Akibatnya, dorongan berkemih dengan segera kembali muncul.
Ketegangan emosional menyebabkan kesulitan dalam relaksasi otot
abdominal dan perineum. Berkemih di toilet umum terkadang
menimbulkan ketidakmampuan berkemih. Privasi dan waktu yang
cukup untuk berkemih merupakan hal yang penting bagi sebagian
besar orang.
4. Keseimbangan cairan
Ginjal mempertahankan keseimbangan antara retensi dan eksresi
cairan. Jika cairan dan konsentrasi elektrolit dan solute berada
dalam keseimbangan, maka peningkatan asupan cairan akan
meningkatkan produksi urine, jumlahnya akan bervariasi sesuai
dengan asupan makanan dan cairan. Volume urine yang di bentuk
pada malam hari adalah setengah dari volume selama siang hari
karena berkurangnya asupan dan metabolisme. Nokturia
merupakan tanda gangguan ginjal.
5. Pertumbuhan dan perekembangan
Jumlah urine yang di ekstresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan
berat bdan seseorang. Normalnya bayi dan anak-anak
mengekresikan 400-500 ml unrine perhari. Sedangkan orang
dewasa mengkeresikan urinnya 1500-1600 ml perhari. Dengan kata
lain, bayi yang beratnya 10% orang dewasa mampu mengekresikan
urine 33% lebih banyak dari orang dewasa. Seiring penuaan, lansia
juga mengalami perubahan pada fungsi ginjal dan kandung
kemihnya sehingga mengakibatkan perubahan pada pola eliminasi
urine. Sedangkan ibu hamil dapat mengalami peningkatan
keinginan miksi akibat adanya penekanan pada kandung kemih.
6. Kebiasaan atau gaya hidup
Misal dengan orang yang mempunyai gaya hidup terbiasa buang
air kecil di sungai maka ia akan mersa kesusahan atau tidak
nyaman bila harus buang air di toilet atau menggunakan pispot saat
sakit.
7. Aktivitas dan tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung
kemih, abdomen, dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada
kemampuan tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan
berkurang. Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan mtabolisme
dan produksi urine secara maksimal.
8. Kondisi patologis
Kondisi demam pada tubuh juga mempengaruhi jumlah yang di
keluarkan pada urine karena suhu uap tubuh di keluarkan melalui
cairan pada keringat. Kondisi inflamsi dan iritasi organ berkemih
dapat menyebabkan retensi urine.
9. Medikasi
Penggunaan obat-obat tertentu (diuretic) dapat meningkatkan
keluaran urine, sedangkan penggunaan antikolinergik dapat
menyebabkan retensi urine.
10. Prosedur pembedahan
Tindakan pembedahan menyebabkan stresn yang akan memicu
sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisis anterior akan
melepaskan hormone ADH sehinggs meningkatkan reabsorbsi air
dan menurunkan keluaran urine.
11. Pemeriksaan diagnostic
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan, seperti pielogram
intravena dan urogram, tidak membolehkan pasien mengonsumsi
cairan peroral sehingga akan mempengaruhi keluaran urine.

D. MASALAH YANG MUNCUL (KRITERIA)


A. MASALAH YANG MUNCUL PADA ELIMINASI FEKTAL
a. Impaksi fekal
Terjadi karena konstipasi yang tidak di atasi. Impaksi merupakan
kumpulan feses yang mengeras, berada pada rektum dan tidak
dapat dikeluarkan.
b. Konstipasi
Merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi merupakan kegiatan
yang membahayakan kesehatan karena keadaan mengedan selama
pembuangan air besar menyebabkan masalah pada klien yang
selsai pembedahan abdomen, kondisi ginekoli, atau operasi rektum
c. Diare
Merupakan peningkatan jumlah feses, dan pengeluaran feses yang
tidak berbentuk atau cair. Diare sering di hubungkan dengan
gangguan yang mempengaruhi pencernaan, absorpsi, dan sekresi
pada saluran pencernaan.
d. Inkontinensia fekal
Merupakan keadaan ketidakmampuan mengontrol pengeluaran
feses dan gas dari anus. Inkontinensia dapat memperburuk citra diri
seseorang.
e. Hemoroid
Hemoroid merupakan keadaan vena yang berada pada lapisan
rektum berdilatasi dan menggelembung.
f. Pengalihan usus
Terapi untuk gangguan menyebabkan perlunya dibuat jalur
pengeluaran secara permanen atau temporer pada dinding
abdomen. Pembedahan untuk pembuatan jalan keluar feses dapat
dilakukanpada ileum atau kolon dengan ujung usus dibawa ke
dinding abdomen dan membentuk stoma.
B. MASALAH YANG MUNCUL PADA ELIMINASI URINE
A. Perubahan eliminasi urine
1. Inkontenensia urine
Merupakan kondisi dimana dorongan berkemih tidak mempu di
kontrol oleh sfingter eksternal. Sifatnya bisa menyeluruh atau
sebagaian.
a. Inkontinensia stress
Terjadi saat tekanan intraabodmen meningkat dan
menyebabkan kompresi kandung kemih. Kondisi ini
biasanya terjadi ketika seseorang batuk dan tertawa.
Penyebabnya adalah meningkatan tekanan intraabdomen,
perubahan degenerative terkait usia.
b. Inkontinenisa urgesi
Terjadi saat klien mengalamai pengeluaran urine involunter
karena desakan yang tiba-tiba untuk berkemih.
Penyebabnya yaitu adanya infeksi saluran kemih yang ada
di bawah,spasme kandung kemih, overdistensi kandung
kemih, penurunan kapasitas kandung kemih, peningkatan
konsumsi alkohol atau kafein serta peningkatakn konsentrai
urine (Taylor, 1989).
2. Retensi urine
Kondisi dimana tertahannya urine di kandung kemih akibat
terganggunya pada saat ada pengosongan pada kandung kemih
sehingga kandung kemih menjadi regang. Disebabkan oleh
obstruksi,pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan
tekanan uretra akibat otot detrusor yang lemah.
3. Enuresis atau mengompol
Merupakan peristiwa berkemih yang tidk di sadari pada anak
yang usianya melampaui batas usia normal kontrol kandung
kemig seharusnya tercapai. Enuresis biasanya terjadi pada
anak-anak pada malam hari. Faktor penyebabnay adalah
kapasitas kandung kemih yang kurang dari normal, infeksi
saluran kemih, mengonsumsi makana yang mengandung garam
dan mineral, takut keluar malam, dan gangguan pola miksi.
4. Sering berkemih (frekuensi)
Meningkatnnya frekuensi berkemih tanpa disertai peningkatan
cairan. Kondisi ini biasanaya terjaid pada wanita hamil, kondisi
sters, dan infeksi saluran kemih.
5. Urgensi
Merupakan perasaan yang sangat kuat untuk berkemih. Ini
biasa terjadi pada anak-anak karena kemampuan kontrol
sfingter mereka yang lemah. Gangguan ini biasanya muncul
pada kondisi stress psikologis dan iritasi uretra.
6. Disuria
Disuria merupakan rasa nyeri dan keslitan saat berkemih. Ini
biasanya terjadi pda kaus infeksi uretra, isk, trauma kandung
kemih.
B. Perubahan produksi urine
a. Poliurina
Merupakan keadaan dimana produksi urine yang meebihi batas
normal tanpa disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini
dapat terjadi pada penderita diabetes, ketidak seimbangan
hormonal, dan nefritis kronik. Poliurina dapat menyebabkan
kehilangan cairan yang berlebihan yang mengarah pada
dehidrasi.
3. Oliguria dan anuria
Oliguria adalah produksi urine yang rendah, yakni 100-500 ml / 24
jam. Kondisi ini disebabkan oleh cairanyang sedikit atau
pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang ini
menggindikasikan gangguan pada aliran darah yang menuju ginjal.
Sedangkan anuria adalah produksi urine kurang dari 100 ml / 24
jam.
E. PENALATAKSANAAN MEDIS
A. PENATALAKSANAAN MEDIS PADA ELIMINASI ALVI
1. Riawayat keperawatan
a. Tentukan pola eliminasi normal pasien: sertakan frekuensi dan
waktunya selama sehari.
b. Deskripsi klien terhadap karakteristik fekal yang biasanya:
tentukan bentuk feses keras, lunak atau cair, warna dan
mengandung darah atau tidak.
c. Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk mendukung pola
eliminasi normal: contoh mengkonsumsi minuman hangat,
tidak memakan makanan tertentu dll.
d. Pengkajian penggunaan alat bantu artifisal di rumah: apakah
kklien menggunakan enema dll. Kemudian kaji
penggunaannya.
e. Keberadaan dan status penglihatan usus: jika klien mengalami
ostomi. Kaji dengan drainase feses, karakter feses, penampilan
dan keadaan stoma, alat untuk mengumpulkan feses serta
metoda untuk mempertahankan fungsi ostomi.
f. Perubahan nafsu makan: mungkin klien mengalami perubahan
berat badan karena diet.
g. Riwayat diet: tentukan asupan klien untuk diet
h. Deskripsi asupan cairan perhari: meliputi jernis dan jumlah
cairan.
i. Riwayat pembedahan dan penyakit yag mempengaruh sistem
pencernaan: informasi menjelaskan tanda dan potensi untuk
mempertahankan dan mengembalikan pola eliminasi fekal yang
normal.
j. Riwayat medikasi: kaji apakah klien menggunakan medikasi?
k. Keadaan emosional: keadaan dapat menggangu faktor BAB
l. Riwayat latihan: meminta klien untuk mendeskripsikann jernis
dan jumlah latihan perhari secara spesifik.
m. Riwayat nyeri atau ketidaknyamanan: biasanya nyeri abdomen
atau anal
n. Riwayat sosial: mungkin klien berbagi penataan pada tempat
tinggal.
o. Mobilitas dan ketangkasan: kaji apakah klien membutuhkan
alat bantu dorong atau di bantu oleh orang lain.
2. Pengkajian fisik
a. Mulut
b. Abdomen
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Spesimen feses
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Harapam klien
B. PEMATALAKSANAAN MEDIS ELIMINASI URINE
1. Riwayat keperawatan
Tanyakan kepada klien secara cermat dan menyeluruh tentang
hal-hal berikut:
a. Pola berkemih
Pertanyaan mengenai pola berkemih biasanya bersifat
individual. Ini bergantung pada individu, apakah pola
berkemihnya apakah dapat dikategorikan normal atau ada
perubahan atau masalah dalam pola berkemihnya. Selain itu
tanyakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola
berkemihnya.
b. Ferkuensi berkemih
1. 5kali/hari, tergantung pada kebiasaan seseorang.
2. 70% miksi pada siang hari, kemudian sisanya dilakukan
pada malam hari, menjelang dan sesudah bangun tidur.
3. Berkemih dilakukan saat bangun tidur dan sebelum
tidur.
c. Volume berkemih
Kaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya
ketidak seimbangan cairan dengan membandingkannya
dengan volume berkemih normal.
Usia Produksi urine rata-rata
Lahir-2hari 15-60 ml
3-10 hari 100-300 ml
10 hari-2 bulan 250-450 ml
2bulan- 1 tahun 400-500 ml
1-3 tahun 500-600 ml
3-5 tahun 600-700 ml
5-8 tahun 700-1000 ml
8-14 tahun 800-1400 ml
14 tahun-dewasa 1500 ml
Dewasa 1500 ml atau kurang.
d. Asupan dan haluaran cairan
1. Cacat haluaran urine selama 24 jam.
2. Kaji kebiasaan minum klien setiap hari (jernis dan
jumlah cairan yang di minum).
3. Catat asupan cairan per oral, lewat makanan, lewat
cairan infus, atau NGT (jika ada).
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen
Kaji dnegan cermat adanya pembesaran, destensi kandung
kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan pada kandung
kemih.
b. Genitalia
Kaji kebersihan genetalia, amati adanya bengkak, rabas,
skrotum, atau nyeri tekan. Sedangkan pada wanita, kaji
adanya lesi, nodul, dan adanya radang pada labia minora
maupun mayora.
c. Urine
Kaji karakteristik urine klien, bandingkan dengan
karakteristik urine normal.
Warna Kekuningan atau bening
Bau Sedikit aromatic dan berbau
khas
Ph 1,4-7,5
BD 1,010-1,025
Konsistensi Cair atau sangat encer
Jumlah 1200-1500 ml/24 jam.

d. Tes diasnostik
1. Pemeriksaan urine
Hal yang perlu dikaji meliputi warna, kejernihan, dan
bau urine. Untuk melihat adanya kejanggalan, bisa
dilakukan tes protein, gula, dll.
2. Tes darah
Pemeriksaan meliputi BUN, bersihan kreatinum,
nitrogen non protein (NPN), sistoskopi, intravenous
pyelogram (IVP).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG ELIMINASI ALVI
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urine dan feses
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG ELIMINASI URINE

Pemeriksaan diagnostic dapat dilakukan dengan beberapa cara,yaitu:

1. Pemeriksaan sinar X dengan medium kontras


a) Pemeriksaan sinar X dengan medium kontras barium untuk
memeriksa struktur dan motilitas sistem pencernaan bagian
atas yang meliputi faring,esofagus,dan lambung.
b) Klien tidak boleh memasukkan makanan peroral setelah
melewati jam tengah malam pada malam sebelum meakukan
pemeriksaan.
c) Klien perlu mlelepas semua perhiasan atau barang berbahan
metal lainya.
d) Setelah pemeriksaan ,klien perlu meningkatkan asupan cairan
umtuk memfasilitasi jalannya barium.
2. Endoscopi
a) Pemeriksaan endoskopi pada system pencernaan baian atas
akan memberikan pengkajian visual yang ;lebih langsung
melalui selang optic yang berlampu.
b) Persiapannya sama seperti pemeriksaan sistem pencernaan
bagian atas.
c) Obat sedative dosis ringan perlu diberikan.
3. Ultrasonografi
a) Teknik yang menggunakan gelombang bunyi berfekuensi
tinggi ini memberikan bunyi gema dari organ tubuh sehingga
ditampilkan dalam bentuk gambar.
b) Persiapan bergantung pada organ yang akan diperiksa dan
meliputi NPO atau tanpa persiapan apapun.
4. Kolonoskopi
a) Pemeriksaan endoskopi pada seluruh kolon disertai
penggunaan kolonoskopi yang dimasukkan ke dalam rektum.
b) Persiapan yang dilakukan sama seperti barium,cairan yang
bersih diberikan sehari sebelum dan sesudah bebrapa bentuk
pembersih fases diberikan.
c) Obat sedative perlu diberikan.
5. Sigmoidoskopi
a) Pemeriksaan pada bagian interior kolon sigmoid menggunakan
selang tipis yang fleksibel atau kaku.
b) Persiapan yang dilakukan sama seperti barium atau
kolonoskopi.
c) Obat sedative perlu diberikan.
6. CT-Scan
a) Pemeriksaan sinar X pada tubuh dan berbagai sudut yang
menggunakan sebuah lata pindai yang dianalisis oleh
computer.
b) Persiapan yang dilakukan yaitu NPO.
c) Klien harus sering berbaring,jika terjadi klaustrofobia,obat
sedative dosis ringan perlu diberikan.
7. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
a) Pemeriksaan non invasive yang menggunakan gelombang
magnet atau radio untuk menampilkan gambar bagian dalam
tubuh.
b) Persiapan yang dilakukan adalah NPO sebelum melakukan
pemeriksaan.
c) Bahan metalik maupun tidak metaik tidak dapat digunakan
dalam ruangan.
8. Enterolisis
a) Memasukan kontras ke dalam jejenum yang memungkinkan
pemeriksaan seluruh usus halus.
b) Persiapan yang di lakukan adalah diberikan diet air putih
selama 24 jam dan kolon dibersihkan menggunakan Go Litely
atau enema hingga kolon bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto & Wartonah .2010.Kebutuhan dasar manusia dan proses


keperawatan edisi 4.Jakarta : salemba medika.

Kozier,Erb,Berman,Snyder.2011.Buku Ajar Fundamental Keperwatan


Edisi 7 Volume 2.Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Gibson,J.2002.Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi


2.Jakarta:Penerbit Kedokteran EGC.

Mubarok,Chayatin,2008 .Buku ajar kebutuhan dasar manusia.Jakarta


:penerbit buku kedokteran EGC.

Alimul,Aziz,2012.Pengantar kebutuhan dasar Mnusia.Aplikasi konsep dan


proses keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Potter dan Perry.2006 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4


Volume 2. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syaifuddin .2012. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai