DISUSUN OLEH :
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI DEFAKSI
A.1 KONSEP ELIMINASI ALVI
a. Mulut
Mulut (oris) merupakan organ yang pertama dari saluran
pencernaan yang meluas dari bibis sampai istmus fausium yaitu
perbatasan antara mulut dengan faring, terdiri dari:
1. Vestibulum oris
Bagian antara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian
dalam. Bagian atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh
lipatan membrane mukosa bibir,pipi dan gusi. Pipi
membentuk lateral vestibulum, disusun oleh M. buksinator
di lapisi oleh membrane mukosa. Sebelah luar M.
buksinator ditutupi oleh faksia bukofaringealis, berhadapan
dengan gigi molar kedua. Bagian atas terdapat papilla kecil
tempat bermuaranya duktus glandula parotis.
2. Kavitas oris propia
Bagian diantara arkus alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki
atap yang dibentuk oleh palatum durum (palatum keras)
bagian depan, palatum mole (palatum lunak) bagian
belakang.
Dasar bagian mulut sebagian besar dibentuk oleh anterior
lidah dan lipatan balik membrane mukosa. Sisi lidah pada
gusi atas mandibular. Garis tengah lipatan membran
mukosa terdapat frenulum lingua yang menghubungkan
permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan
kanan frenulum lingua tedapat papilla kecil bagian
puncaknya bermuara glandula submandibularis.
FISIOLOGI: Mulut merupakan proses pertama dalam
sistem pencernaan, makanan kana di potong, diris dan di
robek oleh bantuan gigi. Makanan yang masuk ke mulut
dipotong menjadi lebih kecil agar mudah di telan untuk
mempermudah makanan agar terkena enzim. Kemudian
makanan akan dimasukkan ke faring denagn bantuan lidah.
b. Faring
Rongga belakang tenggorokan yang berfungsi dalam proses
pencernaan dan fernafasan.
FISIOLOGI: fungsi sebagai penghubung mulut dan esofagus
c. Esofasgus
Esofagus merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan
faring. Panjangnya kira-kira 25cm. posisi vertical dimulai dari
bagian tengah leher bawah faring sampai ujung bawah rongga
dada di belakang trakhea. Pada bagian dalam di belakang
jantung menembus diagfragma sampai rongga dada. Fundus
lambung melewati persimpangan sebelah kiri diagfagma.
Sekresi esofagus bersifat mukoid, berfungsi untuk memberikan
pelumas untuk pergerakan makanan melalui esofagus.
Lapisan dinding esofagus dari dAlam ke luar:
1. Lapisan selaput lender (mukosa)
2. Lapisan submukosa
3. Lapisan otot melingkar (M. sirkuler)
4. Lapisan otot memanjang (M. longitudinal)
d. Lambung
lambung merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya
antara esofagus dan usus halus, seblah kiri abdomen, di bawah
diagfragma bagian depan pancreas dan limpa. Lambung
merupakan saluran yang terdapat mengembang karena adanya
gerakan peristaltic terutama di daerah epigaster. Variasi dari
bentuk lambung sesui dengan jumlah maknan yang masuk,
adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain, dan postur
tubuh.
Bagian-bagian dari lambung:
1. Fundus vertikuli: bagian yang menonjol keatas, terletak
sebelah kiri osteum kardiak, biasanya berisi gas. Pada batas
dengan esofagus terdapat katup sfingter kardiak.
2. Korpus ventrikuli: merupakan segitiga osteum kardia yaitu
suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor,
merupakan bagian utama dari lambung.
3. Antrum pylorus: bagian lambung berbentuk tabung,
mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus,
merupakan muara bagian distal, berlanjut ke duodenum.
4. Kurvatura minor: sebelah kanan lambung gterbentang dari
osteum kardia sampai ke pylorus. Kurvatura minor
dihubungkan ke hepar oelh omentum minor, lipatan ganda
dari peritonium.
5. Kurvatura mayor
Terbentang pada sisi kiri ostium kardia melalui fundus
vertikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus inferior, lebih
panjang dari kurvatura minor, dihubungkan dnegan colon
transversum oleh omentum mayor lipatan ganda dari
peritoneum.
6. Ostium kardia: merupakan tempat esofagus bagian
abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat
orifisium pilorus, tidak mempunyai sfingter khusus hanya
berbentuk cincin membuka dan menutup. Dengan kontraksi
dan relaksasi,ostenum dapat tertutup oleh lipatan membrane
mukosa dan serat otot pada dasar esofagus.
Fungsi lambung:
1. Fungsi menampung makanan yang masuk melalui
esofagus, menghancurkan maknana dan menghaluskan
makanan dengan gerakan peristaltic lambung dan getah
lambung.
a. Mekanis: menyimpan, mencampur dnegan secret
lambung, dan mengeluarkan kimus ke usus.
Pendorongan makanna terjadi secara gerakan
peristaltic setiap 20 detik.
b. Kimiawi: bolus dalam lambung akan di campur
dengan asam lambung dan enzim-enzim bergantung
jernis makanan enzim yang dihasilkan antara lain:
Pepsin: memecah putih telur menjadi asam
amino (albumin dan pepton) agar dapat
diabsorbsi di intestinum minor.
Asam garam (HCl): mengasamkan makanan
sebagai antiseptic dan desinfektan yang
masuk ke dalam makanan. Selain itu
mengubah pepsinodegen menjadi pepsin dan
suasana asam.
Renin: sebagai ragi yang membekukan susu,
membentuk kasein dan kasinogen dari
protein.
Lapisan lambung: memecah lemak menjadi
asam lemak untuk merangsang sekresi getah
lambung.
2. Fungsi bakterisid: oleh asam lambung
3. Membantu proses pembentukan eritrosit: lambung
menghasilkan zat faktor intrinsic bersama dengan faktor
ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yang disebut
anti anemik yang berguna untuk pertukaran erosit yang
di simpan dalam hati.
FISIOLOGI: sebelum makana masuk ke dalam usus
halus makanan. Kemudian akan dicampur kembali dan
berubah menjadi sangat kental dan disebut sebagai
kimus. Kimus kemudia akann di kirim ke usus besar
dan di tamping sesuai kapasitasnya dan prosesnya
hanya membutuhkan waktu dalam hitungan menit.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum.
Panjangnya kira-kira 6 meter merupakan saluran pencernaan
yang paling panjang dari tempat pencernaan dan absorpsi
pencernaan.
Bentuk dan suusnannya melingkar berupa lipatan –lipatan
melingkar. Makanan dalam intestinum minor dapat masuk
karena adanya gerakan dan memberikan permukaan yang lebih
halus. Benyak jonjot-jonjot tempat absorpsi dan memperluas
permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya membentuk katup
Lapisan usus halus dari dalam keluar:
1. Tunika mukosa
2. Tunika propia
3. Tunika sunmukosa
4. Tunika muskularis
5. Tunika serosa
1. Ginjal
a. Struktur ginjal
Ginjal ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat. Apabila kapsul dibuka
terlihat permukaan dari ginjal licin dengan warna merah tua.
1. Bagian dalam (internal) medulla. Subtansia meduralis terdiri dari
pyramid renis jumlahnya antara 8-16 buah yang mmepunyai basis
sepanjang ginjal, sedangkan aspeksnya menghadap ke sinus
renalis.
2. Bagian luar ( eksternal) korteks. Subtansia kortekalis berwarna
cokelat merah, konsintensi lunak dan bergranula. Sebstanisa ini
tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis pyramid
dinamkan kulumna renalis.
b. Pembungkus ginjal
Ginjal di bungkus oelh suatu masa jaringan lemak yang disebut
kapsula adipose. Bagian yang tertebal berada di tepi bagian ginjal yang
memanjang melalui hilus renalis. Ginjal dan kapsula adipose tertutup
oleh suatu lamina khusu dari fasia subserosa yang disebut fasia renalis
yang terdapat diantara lapisan dalam dari fasia profunda dan sratum
fasia subserosa internus. Fasia subserosa terpecah menjadi dua bagian
yaitu lamella anterior (fasia prerenalis) dan lamella posterior 9fasia
retrorenalis).
c. Struktur mikroskopis ginjal
Satuan fungsional gunjal adalah nefron. Nefron merupakan masa
tubulus mikrokopis ginjal yang merupakan satuan fungsional ginjal.
1. Glomerulus: merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang
terletak di dalam kapsula browman.
2. Tubulus proksimal konvulta, tubulus ginjal yang langsung
berhubungan dengan kapsula browman denagna panjang 15 mm
dan didiameter 55 mm.
3. Ansa henle, bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis
selanjutnya ke segmen tebal, panjangnya 12 mm, total panjang
Ansa henle adalah 2-14 mm.
4. Tubulus distal, bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan jauh
letaknya dari kapsula browman, panjangnya 55 mm. tubulus dista
dari masing masing nefron bermuara ke duktus koligens yang
panjangnya 20 mm. masing-masing duktus koligens berjalan
melalui korteks dan medulla ginjal, bersatu membentuk duktus
yang berjalan lurus dan bermuara ke dalam duktus begini
seterusnya menuju kaliks minor ke klaiks mayor. Akhirnya
mengkosongkan isinya ke dalam pelvis renalis pada aspeks
masing-masing pyramid medulla ginjal.
5. Duktus koligen melua, bukan merupakan saluran metabolik tidak
efektif, tetapi pengaturan secara halus ekskresi natrium urine
terjadi di sini dengan aldosterone yang paling berperan terhadap
natrium.
d. Aparatus juksta glomelurus
Anteriol aferen dan ujung akhir hansa hanle asendens tebal, nefron
yang sama bersentuhan untuk jarak yang pendek. Pada titik
persentuhan sel tubulus asendens menjadi tinggi dinamakan macula
densa, dinding arteriola yang bersentuhan dengan ansa henle menjadi
tebal karena sel-selnya mengandung butir-butir sekresi renin yang
besar yang disebut sel juksta glomerulus. Makula densa dan sel juksta
glomerulus erat seklai kaintannya dengan pengaturan volume cairan
ekstrasel dan tekanan darah.
e. Elektromiskospis glomerulus
Glomerulus berdiameter 200 µm, dibentuk oleh invaginasi suatu
anyaman kapiler yang mendapati kapsula Browman, mempunyai dua
lapisan seluler yang memisahkan darah dari dalam kapiler
glomerulusdan filfrat dalam kapsula broeman yaitu lapisan endotel
kapiler dan lapisan epitel khusus yang terletak di atas kapiler
glomelurus.
Kedua lapisan ini di batasi oleh lamina basalis, disamping itu terdapat
sel-sel stelata yang disebut sel masangial.
f. Pendarahan ginjal
Ginjal mendapat darah dari arteri renalis merupakan cabang dari aorta
abdominalis, sebelum masuk ke dalam masa ginjal. Arteri renalis
mempunyai cabang yang besar yaitu arteri renalis anterior dan ventral.
g. Persyarafan ginjal
Saraf ginjla lebih kurang dari 15 ganglion. Ganglion ini membentuk
pleksus renalis yang berasal dari cabnag terbawah dan di luar ganglion
pleksus seliaka, pleksus auskustikus, dan bagian bawah splenikus.
Plesus renalis bergabung dengan pleksus spermatikus dengan cara
memberikan bebrapa serabut yang dapat menibulkan nyeri pada testis
pada kelainan ginjal.
B. DEFINISI
A. DEFINISI ELIMINASI ALVI
Sedikit kontrol defeksi setelah mulai dimiliki pada usia 18-24 bulan.
Pada saat ini memiliki defeksi beragam dalam beberapa hal frekuensi,
kuantitas, dan konsistensi, beberapa anak sekolah dapat menunda
defakti karena aktivitas misalnya bermain.
- Lansia
Perubahan pada fungsi digestif dan absorpsi nutrisi lansia lebih di
sebabkan oleh sistem kardiovaskular dan neurologi lansia , dari pada
sistem pencernaan itu sendiri
b. Diet
Asupan makanan harian ynag teratur dapat membantu
mempertahankan pola peristaltic pada kolon. Serat, mekanan yang
tidak dicerna kemudian membentuk bungkal sebagian besar pada feses.
c. Asupan cairan
Cairan yang tidak adekurat atau gangguan yang dapat menyebabkan
kehilangan cairan (seperti muntah) mempengaruhi karakteristik feses.
Normalnya orang dewasa harus minum 1500-2000 ml atau setara
dengan 8 gelas dan cairan tersebut tidak mengandung kafein.
d. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat meningkatkan gerakan paristaltik, sedangkan
imobilitas dapat merunkan gerakan peristaltic. Dukungan ambulasi,
segera saat penyakit mulai sembuh atay sesegera mungkin setelah
pembedahan, untuk mempertahankan gerakan peristaktik dan eliminasi
normal.
e. Faktor psikologis
Selama stres emosional, proses digestif terjadi dengan cepat dan
gerakan peristaltic adalah diare dan distensi abdomen oleh adanya gas.
f. Kebiasaan diri
Individu perlu mengenal waktu yang paling tepat bagi dirinya untuk
melakukan eliminasi jika dirinya tidak terbiasa menggunakan toilet
umum.
g. Posisi selama buang iar besar
Duduk adalah posisi normal selama buang air besar.
Atau jika ada masalah yang tidak memungkinkan misal fraktur pasien
bisa mengunakan pispot.
h. Nyeri
Sejumlah keadaan dapat menyebabkan hemoroid, pembedahan rektum,
fistula rektum, dan pembedahan abdomen.
i. Kehamilan
Pada saat hamil, ukuran janin bertambah dan menimbulkan tekanan
pada rektum. Obstruksi yang sementara ini di sebabkan karena jalin
memperlambat jalan keluar feses.
j. Medikasi
Bebrapa obat-obatan memiliki reaksi tertentu pada usus, misalnya obet
untuk memperlancar defekasi atau mengontrol diare.
k. Pemeriksan diagnostik
Meliputi pengkajian visual struktur sistem pencernaan yang dilakukan
dari bebrapa persiapan untuk memastikanbahwa perut kosong. Dan
klien tidak di izinkan untuk makan dan minum.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE
1. Kondisi penyakit
Proses penyakit yang memepengaruhi eliminasi urine akan
mempengaruhi fungsi ginjal, aksi eliminasi urine, atau keduanya.
Kondisi yang mempengaruhi volume dan kualitas urine
dikategorikan sebagai prerenal, renal, atau pasca renal.
Gangguan fungsi ginjal dapat diakibatkan oleh berkurangnya aliran
darah menuju dan melalui ginjal, penyakit di jaringan ginjal, atau
obstruksi di saluran kemih bawah.
2. Faktor sosiokultural
Berkemih memiliki tingkat privasi yang berbeda pada berbagai
norma budaya. Warga Amerika Utara menganggap ini sebagai hal
yang pribadi, sedangkan penduduk Eropa menerima fasilitas toilet
bersama. Harapan sosial mempengaruhi waktu berkemih.
3. Faktor psikologis
Stress dan kegelisahan akan menimbulkan rasa ingin berkemih
secepatnya dan peningkatan frekuensi berkemih. Kegelisahan
membuat seseorang tidak mampu berkemih secara komplit.
Akibatnya, dorongan berkemih dengan segera kembali muncul.
Ketegangan emosional menyebabkan kesulitan dalam relaksasi otot
abdominal dan perineum. Berkemih di toilet umum terkadang
menimbulkan ketidakmampuan berkemih. Privasi dan waktu yang
cukup untuk berkemih merupakan hal yang penting bagi sebagian
besar orang.
4. Keseimbangan cairan
Ginjal mempertahankan keseimbangan antara retensi dan eksresi
cairan. Jika cairan dan konsentrasi elektrolit dan solute berada
dalam keseimbangan, maka peningkatan asupan cairan akan
meningkatkan produksi urine, jumlahnya akan bervariasi sesuai
dengan asupan makanan dan cairan. Volume urine yang di bentuk
pada malam hari adalah setengah dari volume selama siang hari
karena berkurangnya asupan dan metabolisme. Nokturia
merupakan tanda gangguan ginjal.
5. Pertumbuhan dan perekembangan
Jumlah urine yang di ekstresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan
berat bdan seseorang. Normalnya bayi dan anak-anak
mengekresikan 400-500 ml unrine perhari. Sedangkan orang
dewasa mengkeresikan urinnya 1500-1600 ml perhari. Dengan kata
lain, bayi yang beratnya 10% orang dewasa mampu mengekresikan
urine 33% lebih banyak dari orang dewasa. Seiring penuaan, lansia
juga mengalami perubahan pada fungsi ginjal dan kandung
kemihnya sehingga mengakibatkan perubahan pada pola eliminasi
urine. Sedangkan ibu hamil dapat mengalami peningkatan
keinginan miksi akibat adanya penekanan pada kandung kemih.
6. Kebiasaan atau gaya hidup
Misal dengan orang yang mempunyai gaya hidup terbiasa buang
air kecil di sungai maka ia akan mersa kesusahan atau tidak
nyaman bila harus buang air di toilet atau menggunakan pispot saat
sakit.
7. Aktivitas dan tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung
kemih, abdomen, dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada
kemampuan tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan
berkurang. Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan mtabolisme
dan produksi urine secara maksimal.
8. Kondisi patologis
Kondisi demam pada tubuh juga mempengaruhi jumlah yang di
keluarkan pada urine karena suhu uap tubuh di keluarkan melalui
cairan pada keringat. Kondisi inflamsi dan iritasi organ berkemih
dapat menyebabkan retensi urine.
9. Medikasi
Penggunaan obat-obat tertentu (diuretic) dapat meningkatkan
keluaran urine, sedangkan penggunaan antikolinergik dapat
menyebabkan retensi urine.
10. Prosedur pembedahan
Tindakan pembedahan menyebabkan stresn yang akan memicu
sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisis anterior akan
melepaskan hormone ADH sehinggs meningkatkan reabsorbsi air
dan menurunkan keluaran urine.
11. Pemeriksaan diagnostic
Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan, seperti pielogram
intravena dan urogram, tidak membolehkan pasien mengonsumsi
cairan peroral sehingga akan mempengaruhi keluaran urine.
d. Tes diasnostik
1. Pemeriksaan urine
Hal yang perlu dikaji meliputi warna, kejernihan, dan
bau urine. Untuk melihat adanya kejanggalan, bisa
dilakukan tes protein, gula, dll.
2. Tes darah
Pemeriksaan meliputi BUN, bersihan kreatinum,
nitrogen non protein (NPN), sistoskopi, intravenous
pyelogram (IVP).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG ELIMINASI ALVI
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urine dan feses
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG ELIMINASI URINE
DAFTAR PUSTAKA