Disusun oleh :
ALYA NETA MELIA
2107095
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS & TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2022/2023
DAFTAR ISI
A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan Atas
A. Mulut
1. Kelenjar ludah
Kelenjar ludah teridiri atas
a. Kelenjar parotis, terletak dibawah bagian depan telinga diantara prosesus
mastoid kiri dan kanan dekat os mandibula
b. Kelenjar submandibularis, terletak dibawah sudut mandibula disetiap belahan
muka salurannya bernama duktuswartoni yang bermuara pada rongga mulut
dekat frenulum lingue
c. Kelenjar subligualis, terletak dibawah lidah. Kelenjar ludah ini memiliki
serabut saraf yang menghubungkannya ke otak dan otak memerintahkan untuk
menghasilkan ludah.
Fungsi air liur atau ludah membuat makanan menjadi lunak atau setengah cair
yang disebut bolus agar mudah ditelan. Memantau gigi yang menjadi busuk
dengan cara mngubah suasana asam oleh bakteri menjadi suasana basah . menjaga
kelembaban mulut, melarutkan makanan agar dapat dirasa oleh indera .
Air liur juga mengandung enzim amilase atau ptyalin yang berfungsi untuk
memecah zat tepung menjadi maltosa . mengandung lisozim yang dapat
mencerna dinding sel bakteri berfungsi dalam pertahanan tubuh terhadap kuman.
2. Lidah
Lidah berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut dengan
menggerakan makanan kesegala arah dan mengoptimalkan campuran makanan
dengan air liur.lidah juga memindahkan bolu-bolus makanan ke dalam faring.
Bagian-bagian lidah:
a. Pangkal lidah bagian belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup
jalannnya pernafasan pada saat menelan
b. Panggal lidah terdapat jonjot kecil yang terdiri atas papila sirkumvalata
berbentuk v terbalik di bagian belakang lidah, papila filiformise 2/3 bagian
dari depan lidah, papila fungiformise terdapat ditepi lidah
c. Ujung lidah membantu membalik makanan, berbicara, merasakan makanan,
membantu menelan.
3. Gigi
Bagian gigi antara lain
a. Mahkota, yang menonjol keluar dari gusi
b. Akar, tertanam di dalam gusi dan memiliki jaringan saraf
c. Leher, bagian diantar mahkota dan akar gigi
Bentuk gigi antara lain
a. Shering,untuk menggit dan memotong, tepi, rata, dan tajam serta memiliki satu
akar
b. Taring, untuk mengoyak makanan, mahkota meruncing memliki satu akar
c. Geraham depan, untuk mengoyak dan menggiling, mempunyai dua gerigi
dipermukaan dan satu akar yang sering bercabang dua
d. Geraham belakang, untuk menggiling dan melunakkan makanan, permukaan
lebar, tidak rata geraham belakang atas biasa memiliki tiga akar sedangkan
bawah memiliki dua akar.
B. Faring
Faring merupakan pengubung antara rongga mulut dengan kerongkongan.
Dindinganya mengandng otot lurik dan rongganya dilapisi membran mukosa.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Bagian
faring antara lain
a. Nasofaring, bagian dari saluran pernapasan
b. Orofaring, memungkinkan udara masuk ke laring dan menelan makanan ke
kerongkongan
c. Hipofaring, di belakang laring da berhubungan dengan esofagus yang terdapat
di bawahnya.
C. Kerongkongan ( Esofagus)
Struktur esofagus antara lain :
a. Lapisan jaringan berserabut merupakan lapisan luar yang meliputi seluruh
bagian esofagus
b. Lapisan otot, terbentuk atas otot bebas dengan dua lapisan yaitu serabut
melingkar di bagian dalam, derabut membujur di bagian luar dan membentuk
otot sfingter fundus
c. Lapisan submukosa, terdiri atas jaringan ikat longgar, didalamnya terdapat
pembuluh darah, pembuluh limfa dan serabut saraf
d. Lapisan mukosa, menyusun lapisan dalam esofagus, terdiri atas jadingan epitel
dan banyak kelenjar mukosa.
Organ ini hanya berfungsi sebagai jalur pengantar makanan. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus menurut Margaretha Novi
Indrayani (2013) antara lain :
a. Hernia inkarserata : Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran
darah ke usus).
b. Non hernia inkarserata, antara lain :
1) Adhesi atau perlekatan usus Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra
abdominal sebelumnya atau proses inflamasi intra abdominal. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau
luas.
2) Askariasis Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di
usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling
sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas
sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat
pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi
untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
3) Volvulus Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu. Pada
usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di
bagian ileum.
4) Tumor Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis
(penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
5) Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul (koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau
struktur lainnya) dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal.
6) Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah,
perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya
terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka
gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi. 8
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa
mengalami diare. Kadang – kadang dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi
pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding
obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir
pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi.
Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah yang terdiri
dari cairan jernih hijau atau kuning dan terlihat dini dalam perjalanan. Usus didekompresi
dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi. Jika obstruksi di distal di dalam usus halus
atau kolon, maka muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan
berbau busuk (fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap
stagnansi.
Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik
turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus
(jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konstan/menetap.
D. PATOFISIOLOGI
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena
adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan
pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa
gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan
pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekres
kelenjar pencernaan.Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah
yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat
mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini
menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah.
Sebaliknya juga terjadi gerakan antiperistaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan
kolik abdomen dan muntah-muntah.
Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik sudah hilang oleh karena dinding usus
kehilangan daya kontraksinya. Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi
usus adalah sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik
dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis
peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70
% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah.
Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak
adanya absorbsi dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah
dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan
utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah
penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia,
insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi. Peregangan usus yang
terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan absorbsi cairan dan
peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia
akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-
toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi sistemik. Pengaruh sistemik
dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat terbatasnya
ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava
inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena
yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam
lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen
usus yang terlibat cukup panjang.
E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat obstruksi usus.
Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil produksi
bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami strangulasi mungkin
mengalami perforasi dan mengeluarkan materi tersebut ke dalam rongga peritoneum.
Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat melintasi usus yang
permeabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening
dan mengakibatkan syok septik.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi
sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam
resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya
ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit
yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis
menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% - 50%
obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata.
Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan
adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis
metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock,
dehidrasi dan ketosis.
Radiologik
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak di beberapa
tempat (multiple air fluid level) yang tampak terdistribusi dalam susunan tangga (step
ladder appearance), sedangkan usus sebelah distal dari obstruksi akan tampak
kosong. Jumlah loop dari usus halus yang berdilatasi secara umum menunjukkan
tingkat obstruksi. Bila jumlah loop sedikit berarti obstruksi usus halus letaknya tinggi,
sedangkan bila jumlah loop lebih banyak maka obstruksi usus halus letaknya rendah.
Semakin distal letak obstruksi, jumlah air fluid level akan semakin banyak, dengan
tinggi yang berbeda-beda sehingga berbentuk step ladder appearance.
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan biasanya
berbentuk huruf “U” terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi proksimal
kolon sampai ke tempat obstruksi, dengan dekompresi dari kolon bagian distal. Kolon
bagian proksimal sampai letak obstruksi akan lebih banyak berisi cairan daripada
feses. Usus halus bagian proksimal mungkin berdilatasi, mungkin juga tidak. Dugaan
tumor kolon dapat dibuat foto barium enema. Foto polos abdomen mempunyai tingkat
sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi
kolon. Foto thoraks PA diperlukan untuk mengetahui adanya udara bebas yang
terletak di bawah diafragma kanan yang menunjukkan adanya perforasi.
H. PENATALAKSANAAN
Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
a) Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai pencapaian
tingkat normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati
pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan
laboratorium berurutan.
b) Dekompresi traktus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen
dengan tujuan untuk dekompresi lambung sehingga memperkecil kesempatan
aspirasi isi usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran
pencernaan, sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan
tekanan intalumen.
c) Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparatomi kemudian disusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparatomi. Jika obstruksinya
berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat diperlukan.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus. 9
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita
harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu
diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN