Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DESEASE


(CKD)

OLEH:

MIRNA
BT 2001075

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARITOJA

WATAMPONE

2022
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Hemodialisa berasal dari kata hemo (darah) dan dialisis
(pemisahan atau filtrasi). Hemodialisa berarti proses pembersihan darah
dari zat-zat sampah melalui proses penyaringan diluar tubuh. Hemodialisa
menggunakan ginjal buatan mesin dialisis. Hemodialisa dikenal secara
awam denngan istilah cuci darah (septiana, 2020)
CKD (Chronic Kidney Disease) atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi
secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Rahayu,
2019).
Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure)/CKD (Chronic Kidney
Disease) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar
dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal), gagal ginjal kronis sendiri merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi uremia (Firmansyah, 2021).
B. Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang menyebabkan terjadinya gagal
ginjal kronis. Akan tetapi, apapun penyebabnya, respon yang terjadi
adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan CKD bisa disebabkan dari ginjal
sendiri dan di luar ginjal. Adapun penyebab gagal ginjal kronis menurut
firmansyah (2021) adalah sebagai berikut:
1. Penyakit dari Ginjal
a. Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis.
b. Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
c. Batu ginjal: nefrolitiasis
d. Kista di gnjal: polcystis kidney.
e. Trauma langsung pada ginjal.
f. Keganasan pada ginjal.
g. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
2. Penyakit umum di luar Ginjal
a. Penyakit sitemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
Hipertensi adalah manifestasi umum CKD. Hipertensi terjadi
akibat kelebihan volume cairan, peningkatan aktivitas renin
angiostenin, peningkatan aktivitas renin, dan penurunan
prostaglandin. Peningkatan volume cairan ekstraseluler juga dapat
menyebabkan edema dan gagal jantung. Edema paru dapat terjadi
akibat gagal jantung dan peningkatan permeabilitas membran
kapiler alveolus.
b. Systemic Lupus Erythematosus (SLE). SLE menyebabkan
peradangan jaringan dan masalah pembuluh darah yang parah
dihampir semua bagian tubuh, terutama menyerang organ ginjal.
Jaringan yang ada pada ginjal, termasuk pembuluh darah dan
membran yang mengelilinginya mengalami pembengkakan dan
menyimpan bahan kimia yang diproduksi oleh tubuh yang
seharusnya dikeluarkan oleh ginjal. Hal ini menyebabkan ginjal
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
c. Obat-obatan.
d. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar).
C. Patofisiologi
Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek
termasuk diantaranya penurunan GFR (Glumeruar Filtration Rate),
pengeluaran produksi urine dan ekskresi air yang abnormal,
ketidakseimbangan elektrolit dan metabolic abnormal. Homeostatis
dipertahankan oleh hipertropi nefron. Hl ini terjadi karena hipertrofi
nefron hanya dapat mempertahankan ekskresi solates dan sisa-sisa
produksi dengan jalan menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi
hipostenuria (kehilangan kemampuan memekatkan urin) dan polyuria
adalah peningkatan output ginjal. Hipostenuria dan polyuria adalah tanda
awal CKD dan dapat menyebabkan dehidrasi ringan. Perkembangan
penyakit selanjutnya, kemampuan memekatkan urine menjadi semakin
berkurang. Osmolitasnya (isotenuria).jika fungsi ginjal mencapai tingkat
ini serum BUN meningkat secara otomatis, dan pasien akan beresiko
kelebihan beban cairan seiring dengan output urin yang makin tidak
adekuaat. Pasien dengan CKD mungkin menjadi dehidrasi/mengalami
kelebihan beban cairan tergantung pada tingkat gagal ginjal. Perubahan
metabolic pada gagal ginjal juga menyebabkan gangguan ekskresi BUN
dan keratinin. Keratinin sebagian diekskresikan oleh tubulus ginjal dan
penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum keratinin.
Adanya peningkatan konsentrasi BUN dan keratinin dalam darah disebut
azotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal. Perubahan
kardiak pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan system
kardiovaskuler. Manifestasi umumnya diantaranya anemia, hipertensi,
gagal jantung kongestif dan perikaraitis, anemia disebabkan oleh
penurunan tingkat eritropetin, penurunan masa hidup sel darah merah
akibat dari uremia, defisiensi besi dan asam laktat dan perdarahan
gastrointestinal. Hipertropi terjadi karena peningkatan teknanan darah
akibat overloaod cairan dan sodium dan kesalahan fungsi system renin.
Angiostin aldosterone CRF menyebabkan peningkatan beban kerja jantung
karena anemia, hipertensi, dan kelebihan cairaan. (Yusuf, 2021)
Tahap gangguan ginjal antara lain:
1. Tahap I : Diminishid Renal Reserve
Tahap ini penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak terjadi penumpukan
sisa-sisa metabolic dan ginjal yang sehat akan melakukan kompensasi
terhadap gangguan yang sakit tersebut.
2. Tahap II: Renal Insufficiency (insufisiensi ginjal)
Pada tahap ini dikategorikan ringan apabila 40-80% fungsi normal,
sedang apaabila 15-140% fungsi normal dan berat bila fungsi normal
hanya 2-20%. Pada insufisiensi ginjal sisa-sisa metabolic mulai
berakumulasi dalam darah karena jaringan ginjal yang lebih sehat tidak
dapat berkompensasi secara terus-menerus terhadap kehilangan fungsi
ginjal karena adanya penyakit tersebut. Tingkat BUN, keratinin, asam
urat, dan fosfor mengalami peningkatan tergantung pada tingkat
penurunan fungsi ginjal.
3. Tahap III: End Stage Renaal Desease (penyakit ginjal tahap lanjut)
Sejumlah besar sisa nitrogen (BUN, keratinin) berakumulasi dalam
darah dan ginjal tidak mampu mempertahankan hemostasis.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit terjadi bila segeraa dianalisa
akan menjadi fatal/kemaatian. (Elfirasani, 2021)
D. Manifestasi Klinis
Menurut Wahyu (2017) Sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia pada pasien CKD, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah
tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian dan
tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari pada usia pasien
diantaranya yaitu:
1. Kardiovakuler
a. Hipertensi
b. Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
c. Edema periorbital
d. Friction rub pericardial
e. Pembesaran vena leher
2. Integumen
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering, besisik
c. Pruritus
d. Ekimosis
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
Penimbunan pigmen urine (terutama urokrom) bersama anemia
pada insufisiensi ginjal lanjut akan menyebabkan kulit pasien
menjadi putih – putih seakan berlilin dan kekuning – kuningan.
Jika kadar BUN sangat tinggi, maka pada bagian kulit yang banyak
keringat akan timbul kristal – kristal urea yang halus dan berwarna
putih. Memar pada kulit terjadi karena peningkatan fragilitas
kapiler.
3. Pulmoner
a. Ronkhi basah kasar (krekels)
b. Sputum kental dan lengket
c. Napas dangkal
d. Pernapasan kussmaul
4. Gastrointerstinal
a. Poltekkes Napas berbau ammonia
b. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
c. Anoreksia, mual dan muntah
d. Konstipasi dan diare
e. Perdarahan pada saluran cerna
5. Neurologi
a. Kelemahan dan keletihan
b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kejang
e. Kelemahan pada tungkai
f. Rasa panas pada telapak kaki
g. Perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kekuatan otot hilang
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
7. Reproduktif
a. Amenore
b. Atrofil testiskuler
(Ramadhan.W, 2017)
E. Komplikasi
1. Hyperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih
2. Pericarditis, efusi pericardial, dan temponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia
seldarah merah perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dan
kehilangan darah hemodialisa
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hiperuremia
(Elfirasani, 2021)
F. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi
maka perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis
ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan
a. lab.darah
b. hematologi Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
c. RFT ( renal fungsi test ) ureum dan kreatinin
d. LFT (liver fungsi test ) Elektrolit Klorida, kalium, kalsium -
koagulasi studi PTT, PTTK
e. BGA
2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus kasus
emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja
yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis ) Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan
melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada
awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan :
b. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
c. Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal
(Firmansyah, 2021)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Alam
pengkajian semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan
status kesehatan pasien saat ini.Pengkajian harus dilakukan secara
komperhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun
spiritual pasien. Data dasar pengkajian menurut Yusuf, A (2021) adalah:
1. Aktivitas/istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur
(insomnia/gelisah/somnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunan rentan gerak.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama/berat, hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema
jaringan umum, dan pitting pada kaki, telapak tangan, disritmia
jantung, Nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia,
yang jarang pada penyakit tahap akhir. Friction rub pericardial (respon
terhadap akumulasi sisa). Pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning.Kecenderungan perdarahan.
3. Integritas ego
Faktor stres, contoh finansial, hubungan dan sebagainya.Perasaan tidak
berdaya, tak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,
marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
4. Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap
lanjut).Abdomen kembung, diare/konstipasi, perubahan warna urine,
contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan.Oliguria, dapat menjadi
anuria.
5. Makanan/cairan
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi).Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak
sedap pada mulut (pernapasan ammonia), Penggunaan diuretik,
distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan
turgor kulit/kelembapan..Edema (umum, tergantung).Ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah.Penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur.Kram otot/kejang, sindrom “kaki
gelisah”, kebas terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan
dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer),
gangguan status mental, contoh: penurunan lapang pandang perhatian,
ketidak mampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma. Penurunan DTR. Tanda
chvostek dan Trousseau positif. Kejang, fasikulsi otot, aktifitas
kejang.Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
7. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat
malam hari), perilaku hati-hati/distraksi, gelisah.
8. Pernafasan
Nafas pendek, dispnea, nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa
sputum kental dan banyak.Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi
atau kedalaman (pernapasan kausmal).Batuk produktif dengan sputum
merah muda encer (edema paru).
9. Keamanan
Kulit gatal. Ada/berulangnya infeksi. Pruritus. Demam (sepsis,
dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada
pasien yang mengalami suhu lebih rendah dari normal (efek
PGK/depresi respon imun).Patekie, area ekimosis pada kulit.Fraktur
tulang, defosit fosfat kalsium (klasifikasi metastatik).Pada kulit,
jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
10. Seksualitas Penurunan libido, amenore, infertilitas.
11. Interaksi Sosial Kesulitan menentukan kondisi, contoh: tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran, biasanya dalam keluarga.
12. Penyuluhan/Pembelajaran Riwayat DM, keluarga (resiko tinggi untuk
gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria,
malignansi. Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun
lingkungan. Penggunaan antibiotik nefrotoksik atau berulang.
(Yusuf. A, 2021)
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien terhadap
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
1. Hipervolemia (D.0022)
Definisi :
Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/ atau
intraseluler
Penyebab :
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium
d. Gangguan aliran balik vena
e. Efek agen farmakologis (mis, kortikosteroid,
chlorpropamide,tolbutamide, vincristine, tryptiinescarbamazepine )
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
a. Ortopnea
a. Dispnea
b. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif :
a. Edema anasarka dan / atau edema perifer
b. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
c. Jugular venous pressure (JVP) dan / atau central venouss pressure
(CVP) meningkat
d. Refleks hepatojugular positif
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
( Tidak tersedia)
Objektif :
a. Distensi vena jugularis
b. Terdengar suara nafas tambahan
c. Hepatomegall
d. Kadar Hb/Ht turun
e. Oliguria
f. Intake lebih banyak dari output (balans cairan fositif )
g. Kongesti paru
Kondisi klinis terkait :
a. Penyakit ginjal : gagal ginjal akut / kronis ,sindrom nefrotik
a. Hipoalbuminemia
b. Gagal jantung kongestif
c. Kelainan hormon
d. Penyakit hati (mis. Sirosis, asites, kanker hati )
e. Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, trombus vena ,plebitis)
f. Imobilitas
2. Hipovolemia (D.0023)
Definisi :
Penurunan volume cairan intravaskular ,interstisial, dan/ atau
intraseluler
Penyebab :
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
c. Peningkatan permeabilitas kapiler
d. Kekurangan intake cairan
e. Evaporasi
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
(tidak tersedia )
Objektif :
a. Frekuensi nadi meningkat
b. Nadi teraba lemah
c. Tekanan darah menurun
d. Tekanan nadi menyempit
e. Turgo kulit menurun
f. Membran mukosa kering
g. Volume urine menurun
h. Hematokrit meningkat
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
a. Merasa lemah
b. Mengeluh haus
Objektif :
a. Pengisian vena menurun
b. Status mental berubah
c. Suhu tubuh meningkat
d. Konsentrasi urine meningkat
e. Berat badan turun tiba tiba
Kondisi klinis terkait :
a. Penyakit addison
a. Trauma / pendarahan
b. Luka bakar
c. AIDS
d. Penyakit Crohn
e. Muntah
f. Diare
g. Kolitis ulseratif
h. Hipoalbuminemia
3. Gangguan integritasi kulit / jaringan (D.0129)
Definisi :
Kerusakan kulit (dermis dan / atau epidermis ) atau jaringan (membran
mukosa , kornea ,fesia ,otot ,tendon ,tulang ,kartilago ,kapsul sendi
dan / atau ligamen).
Penyebab :
a. Perubahan sirkulasi
b. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan )
c. Kekurangan / kelebihan volume cairan
d. Penurunan mobilitas
e. Bahan kimia iritatif
f. Suhu lingkungan yang ekstrem
g. Faktor mekanis (mis, penekanan pada tonjolan tulang, gesekan )
atau faktor elektris (elektrodiatemi , energi listrik bertegangan
tinggi )
h. Efek samping terapi radiasi
i. Kelemahan
j. Proses penuaan
k. Neuropati ferifer
l. Perunahan pigmentasi
m. Perubahan hormonal
n. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan /
melindungi integritas jaringan
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
( Tidak tersedia )
Objektif :
a. Kerusakan jaringan dan / atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
( Tidak tersedia )
Objektif :
a. Nyeri
a. Perdarahan
b. Kemerahan
c. Hematoma
Kondisi klinis terkait :
a. Imobilisasi
b. Gagal jantung kongestif
c. Gagal ginjal
d. Diabetes melitus
e. Imunodefisiensi (mis.AIDS )
4. Perfusi perifer tidak efektif ( D.0009)
Definisi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu
metabolism tubuh.
Penyebab :
a. Hiperglikemia
b. Penurunan konsentrasi hemoglobin
c. Peningkatan tekana darah
d. Kekurangan volume cairan
e. Penurunan aliran arteri dan/atau vena
f. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat ( mis. Merokok,
gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam,imobilitas)
g. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. Diabetes
mellitus, hyperlipidemia)
h. Kurang aktivitas fisik
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
a. Pengisian kapiler >3 detik
b. Nadi perifer menurun atau tidak teraba
c. Akral teraba dingin
d. Warna kulit pucat
e. Turgor kulit menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a. Parastesia
b. Nyeri ektremitas (klaudikasi interniten)
Objektif
a. Edema penyembuhan luka lambat
b. Indeks ankle-brachial <0,90
c. Bruit femoral
Kondisi klinis terkait
a. Tromboflebitis
b. Diabetes mellitus
c. Anemia
d. Gagal jantung kongenital
e. Kelainan jantung kongenital
f. Thrombosis arteri
g. Varises
h. Thrombosis vena dalam
i. Sindrom kompartemen
5. Gangguan rasa nyaman (D.0074)
Definisi
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan social.
Penyebab :
a. Gejala penyakit
b. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
c. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan finansial, sosial
dan pengetahuan)
d. Kurangnya privasi
e. Gangguan stimulus lingkungan
f. Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)
g. Gangguan adaptasi kehamilan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a. Mengeluh tidak nyaman
Objektif
a. Gelisah
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a. Mengeluh sulit tidur
b. Tidak mampu rileks
c. Mengeluh kedinginan/kepanasan
d. Merasa gatal
e. Mengeluh mual
f. Mengeluh lelah
Objektif
a. Menunjukkan gejala distres
b. Tampak merintih/menangis
c. Pola eliminasi berubah
d. Postur tubuh berubah
e. Iritabilitas
Kondisi klinis terkait
a. Penyakit kronis
b. Keganasan
c. Distres psikologis
d. Kehamilan
6. Risiko infeksi (D.0142)
Definisi :
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
Faktor risiko :
Penyakit kronis (mis. Diabetes melitus)
a. Efek prosedur invasif
b. Malnutrisi
c. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
d. Ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer;
1) Gangguan peristaltik
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
e. ketidakakuatan pertahan tubuh sekunder;
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
Kondisi klinis terkait
a. AIDS
a. Luka bakar
b. Penyakit paru obstruktif kronis
c. Diabetes melitus
d. Tindakan invasif
e. Kondisi penggunaan terapi steroid
f. Penyalahgunaan obat
g. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
h. Kanker
i. Gagal ginjal
j. Imunosupresi
k. Lymphedema
l. Leukositopenia
m. Gangguan fungsi hati
7. Gangguan mobilitas fisik(D.0054)
Definis :
Keterbatasan dalam gerakan fisik dan lebih ekstremitas secara mandiri
Penyebab:
a. Kerusakan integritas struktur tulang
b. Prubahan metabolisme
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot
e. Penuranan massa otot
f. Keterlambatan perkembangan
g. Kekakuan sendi
h. Kontraktur
i. Mainutrisi
j. Gangguan muskuloskletal
k. Gangguan neuromuskular
l. Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
m. Efek agen farmakologis
n. Program pembatasan gerak
o. Nyeri
p. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
q. Kecemasan
r. Gangguan kognitif
s. Keengganan melakukan pergerakan
t. Gangguan sensoripersepsi
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
a. Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas
Objektif :
a. Kekuatan otot menerun
b. Rentang gerak (ROM ) menurun
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
a. Nyeri saat bergerak
b. Enggan melakukamn pergerakan
c. Merasa cemas saat bergerak
Objektif :
a. Sendi kaku
b. Gerakkan tidak terkoordinasi
c. Gerakkan terbatas
d. Fisik lemah
Kondisi klinis terkait :
a. Stroke
b. Cedera medula spinalis
c. Trauma
d. Fraktur
e. Osteoarthritis
f. Ostemalasia
g. Keganasan
C. Intervensi Keperwatan
Standar Intervensi Keperawatan mencakup intervensi keperawatan
secara komprehensif yang meliputi intervensi pada berbagai level praktik
(generalis dan spesialisis), berbagai kategori (fisiologis dan psikososial),
berbagai upaya kesehatan (kuratif, preventif dan promotif), berbagai jenis
klien (individu, keluarga, komunitas), jenis intervensi (mandiri dan
kolaborasi) serta intervensi komplementer dan alternative (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018)

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia
intervensi keperawatan (I.03114).
selama 2x24 jam Observasi
diharapkan 1. Periksa tanda dan
keseimbangan cairan gejala hipervolemia
meningkat dengan (mis. Ortopnea,
kriteria hasil: dispnea, edema,
1. Asupan cairan JVP/CVP meningkat,
meningkat refleks hepatojugular
2. Haluaran urin positif, suara npas
meningkat tambahan)
3. Kelembaban 2. Identifikasi penyebab
membran mukosa hypervolemia
meningkat 3. Monitor status
4. Asupan makanan hemodinamik (mis.
meningkat Frekuensi jantung,
5. Edema menurun tekanan darah, MAP,
6. Dehidrasi CVP, PAP, PCWP,
menurun CO, CI), jika tersedia
7. Asites menurun 4. Monitor intake dan
8. Konfusi menurun output cairan
9. Tekanan darah 5. Monitor tanda
membaik hemokonsentrasi
(mis. Kadar natrium,
BUN, hematokrit,
berat jenis urine)
6. Monitor tanda
peningkatan tekanan
onkotik plasma (mis.
kadar protein dan
albumin meningkat)
7. Monitor keceptan
infus secara ketat
8. Monitor efek
samping diuretik
(mis. Hipotensi
ortostatik,
hipovolemia,
hipokalemia,
hiponatremia)
Terapeutik
9. Timbang berat badan
setiap hari pada
waktu yang sama
10. Batasi asupan cairan
dan garam
11. Tinggikan kepala
tempat tidur 30 40°
Edukasi
12. Anjurkan melapor
jika haluaran urin <
0,5,mL/kg/jam dalam
6 jam
13. Anjurkan melapor
jika BB bertambah >
1 kg dalam sehari
14. Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
15. Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
16. Kolaborasi
pemberian diuretic
17. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,


2018)

2 Hipovolemia Setelah dilakukan


Manajemen hipovolemia
tindakan keperawatan
(1.03116)
selama 2 x 24 jam maka
status cairan membaik Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda gejala
1. Kekuatan nadi hipovolemia (mis.
meningkat frekuensi nadi
2. Turgor kulit meningkat, nadi
meningkat teraba lemah,
3. Output urine tekanan darah
meningkat menurun, tekanan
4. Ortopnea nadi menyempit,
menurun turgor kulit menurun,
5. Dyspnea membrane mukosa
menurun kering, volume urin
6. Berat badan menurun, hematocrit
menurun meningkat, haus,
7. Frekuensi nadi lemah)
membaik 2. Monitor intake dan
8. Tekanan darah output cairan
membaik Terapeutik
9. Tekanan nadi 3. Hitung kebutuhan
membaik cairan
10. Intake cairan 4. Berikan posisi
membaik modified
Suhu tubuh membaik Trendelenburg
5. Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
7. Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian cairan IV
isotonis (mis.NaCl,
RL)
9. Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis
(mis.glikosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
10. Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.albumin,
Plasmate)
11. Kolaborasi
pemberian produk
darah
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
3 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
perfusi tindakan keperawatan (I.02079)
jaringan selama 2 x 24 jam maka Observasi
diharapkanperifer 1. Periksa sirkulasi
meningkat dengan perifer
kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor
1. Denyut nadi risiko gangguan
perifer meningkat sirkulasi
2. Nyeri ekstermitas 3. Monitor panas,
menurun kemerahan, nyeri,
3. Kelemahan otot atau bengkak, pada
menurun ekstermitas
4. Kram otot Terapeutik
menurun 4. Hindari pemasangan
5. Pengisian kapiler infus atau
membaik pengambilan darah
6. Turgor kulit di area ketebatasan
membaik perfusi
7. Tekanan darah 5. Hindari pengukuran
sistolik membaik tekanaan darah pada
8. Tekanan darah ekstermitas dengan
diastolik keterbatasan perfusi
membaik 6. Hindarai penekanan
9. Tekanan arteri dan pemasangan
rata-rata torniquet pada area
membaik yang cedera
7. Lakukan pencegahan
infeksi
8. Lakukan hidrasi
Edukasi
9. Anjurkan berhenti
merokok
10. Anjurkan
berolahraga rutin
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
4 Gangguan Setelah dilakukan
Edukasi perilaku upaya
integritas kulit tindakan keperawatan kesehatan (I.12435)
selama 2 x 24 jam maka
Obsevasi
integritas kulit dan
1. Identifikasi kesepian
jaringan meningkat
dan kemampuan
dengan kriteria hasil :
menerima informasi
1. Perfusi jaringan
Terapeutik
meningkat
2. Sediakan materi dan
2. Kerusakan
media
jaringan menurun
3. Jadwalkan
3. Kerusakan
pendidikan kesehatan
jaringan kulit
sesuai kesempatan
menurun
4. Berikan kesempatan
4. Nyeri menurun
untuk bertanya
5. Perdarahan
5. Gunakan variasi
menurun
metode pembelajaran
6. Kemerahan
6. Gunakan pendekatan
menurun promosi kesehatan
7. Suhu kulit dengan
membaik memperhatikan
8. Tekstur membaik pengaruh dan
hambatan dari
lingkungan,sosial
serta budaya
7. Berikan pujian dan
dukungan terhadap
usaha positif dan
pencapaiannya
Edukasi
8. Jelaskan penanganan
masalah kesehatan
9. Informasikan sumber
yang tepat yang
tersedia
dimasyarakat
10. Anjurkan
menggunakan
fasilitas kesehatan
11. Anjurkan
mengevaluasi tujuan
secara perlodik
12. Ajarkan menentukan
perilaku spesifik
yang akan diubah
(mis.keinginan
mengunjungi fasilitas
kesehatan)
13. Ajarkan
mengidentifikasi
tujuan yang akan
dicapai
14. Ajarkan program
kesehatan dalam
kehidupan sehari-
hari
15. Ajarkan pencarian
dan penggunaan
system fasilitas
pelayanan kesehatan
16. Ajarkan cara
pemeliharaan
kesehatan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
5 Gangguan rasa Setelah dilakukan
Perawatan kenyamanan
nyaman tindakan keperawatan (I.08245)
selama 2 x 24 jam maka
Observasi
diharapkan status
1. Identifikasi gejala
kenyamanan meningkat
yang tidak
dengan kriteria hasil :
menyenangkan (mis.
1. Kesejahteraan
Mual, nyeri, gatal,
fisik meningkat
sesak)
2. Kesejahteraan
2. Identifikasi
psikologis
pemahaman kondisi,
meningkat
situasi dan
3. Dukungan sosial
perasaannya
dari keluarga
3. Identifikasi maslah
meningkat
emosional dan
4. Dukungan dari spiritual
teman meningkat Terapeutik
5. Rileks meningkat 4. Berikan posisi yang
6. Keluhan tidak nyaman
nyaman menurun 5. Berikan kompres
7. Gelisah menurun dingin atau hangat
8. Keluhan sulit 6. Ciptakan lingkungan
tidur menurun yang nyaman
9. Keluhan 7. Berikan pemijatan
kedinginan 8. Berikan terapi
menurun akupresur
10. Keluhan 9. Berikan terapi
kepanasan hypnosis
menurun 10. Dukung keluarga dan
11. Lelah menurun pengasuh terlibat
12. Suhu ruangan dalam terapi/
membaik pengobatan
13. Pola eliminasi 11. Diskusikan mengenai
membaik situasi dan pilihan
14. Pola hidup terapi/pengobatan
membaik yang diinginkan
15. Pola tidur Edukasi
membaik (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
6 Risiko infeksi Setelah dilakukan
Pencegahan infeksi
tindakan keperawatan (I.14539)
selama 2 x 24 jam maka
Observasi
diharapkan tingkat nyeri
Monitor tanda dan gejala
menurun dengan kriteria
infeksi lokal
hasil :
Teapeutik
1. Kebersihan
1. Batasi jumlah
tangan meningkat pengunjung
2. Kebersihan 2. Berikan perawatan
badan meningkat kulit pada area
3. Demam menurun edema
4. Kemerahan 3. Cuci tangan sebelum
menurun dan sesudah kontak
5. Nyeri menurun dengan pasien dan
6. Bengkak lingkungan pasien
menurun 4. Pertahankan teknik
7. Periode aseptik pada pasien
menggigil beresiko tinggi
menurun Edukasi
8. Kadar sel darah 5. Jelaskan tanda dan
putih membaik gejala infeksi
9. Kultur area luka 6. Ajarkan cara
membaik mencuci tangan
dengan benar
7. Ajarkan etika batuk
8. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
9. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
10. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
11. Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,


2018)

7 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi


mobilitas fisik tindakan keperawatan (I.05173)
selama 2x24 jam maka Observasi
diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya
fisik meningkat dengan nyeri atau keluhan
kriteria hasil fisik lainnya
a. Pergerakan 2. Identifikasi toleransi
ekstermitas fisik melakukan
meningkat pergerakan
b. Kekuatan otot 3. Monitor frekuensi
c. Rentang gerak(ROM) jantung dan tekanan
meningkat darah sebelum
d. Gerakan terbatas memulai mobilisasi
menurun 4. Monitor kondisi
e. Kelemahan fisik umum selama
menurun melakukan
mobilisasi
Terapeutik
5. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis:
pagar tempat tidur)
6. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika
perlu
7. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
8. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
9. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
10. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis:
duduk di tempat
tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)

D. Implementasi
Implementasi keperawatan dalam konsep asuhan keperawatan
adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan yang mencangkup tindakan mandiri dan
kolaborasi yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter
atau petugas kesehatan lain (Asmadi, 2008).
E. Evaluasi
Menurut sumber Asmadi, (2008) Evaluasi adalah tahap akhir dari
proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien
bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan
masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang
(reassessment).
Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan
evaluasi formatifini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori), dan
perencanaan (Asmadi, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta : EGC.


Elfirasani, K. (2021). Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien
dengan ckd. 20–22.
Firmansyah, Y. bayu. (2021). Asuhan keperawatan hemodialisa pada ny.s dengan
diagnos medis ckd+dm neurofati di ruang hemodialisa rspal dr. ramela
surabaya. 12–13.
Rahayu, O. (2019). Laporan pendahuluan chronic kidney disease ( Ckd ). 1–16.
Ramadhan.W. (2017). Asuhan keperawatan pada pasien dengan chronic kidney
desease (ckd) di ruang penyakit dalam pria rsup dr.m.djamil padang. Jurnal
keperawatan respati yogyakarta, 6(3), 677.
https://doi.org/10.35842/jkry.v6i3.371
Septiana. (2020). Gambaran kualitas hidup pasien chronic kidney disease dengan
hemodialisa di rsup dr kariadi semarang. 17, 8–24.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan indonesia
(SLKI), Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia
(SIKI), Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Yusuf. A. (2021). Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pada pasien gagal
ginjal kronik di rsud dr. kanujoso djatuwibowo balikpapan.
Yusuf, A. (2021). ilmiah asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik di
rsud dr. kanujoso djatiwibowo balikapapan. 35–37.

Penyimpangan KDM

Zat toksik Vaskuler Infeksi

Reaksi antigen Obstruksi


Arterio
Retensi urin saluran kemih
antibody sklerosis
Suplai darah ginjal turun GFR turun Sekresi
GGK
eritropitin turun

Adanya ultrafiltrasi yang Pemakaian Sekresi protein


Produksi hb
cepat dan lama cairan terganggu
turun
dializatesetat

Sindrom uremia
Penarikan cairan berlebih Suplei nutrisi
dan cepat ke dalam Reaksi antigen- dalam darah
dialiser antibody Perpostanemia turun

Pruritus
Penurunan volume Pengeluaran Gangguan nutrisi
cairan dan elektroli sitokin
tubuh Gangguan
integritas Oksihemoglobin
Terasa gatal
kulit/jaringan turun
Hypolemia pada kulit

Suplei O2 turun
Tindakan invasife akses Gangguan rasa
vaskuler tindakan fistula nyaman
Gangguan
arteri dan vena
mobilitas fisik

Adanya jalur Peningkatan Filtrasi cairan


masuk premeabilitas ke intertisial Perfusi perifer
mikroorganisme vaskuler
tidak efektif

Risiko Retensi sodium,


infeksi Hypervolemia Edema, peningkatan volume
sesak cairan ekstrasel,
hipernatremia

Anda mungkin juga menyukai