Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR PENGESAHAN

Lembar Pendahuluan Praktek Klinik Jiwa Psikososial

Oleh :

Judul :

Telah disetujui dalam rangka mengikuti Praktik Klinik Keperawatan PK Jiwa Psikososial
Mahasiswa D III Keperawatan Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Pada
tanggal 2 Januari – 13 Januari 2024.

Surakarta, 2024

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

( ) ( )

Penyusun

( )
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN


AKPER PEMKAB NGAWI
2024
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

I. Kasus (Masalah Utama)


Isolasi sosial

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya (Trimeilia, 2018).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2019).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Eko Prabowo, 2014).
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas
yang harus dilalui individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat
pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian, dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya diri dan dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang
lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan
sebagai objek.
b. Faktor sosial budaya. Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari
lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma – norma yang
salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif
diasingkan dari lingkungan sosial.
c. Faktor biologis. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh
yang jelas mempengaruhi adalah otak. Insiden tertinggi skizofrenia
ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan
sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbik.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh factor
internal maupun eksternal meliputi :
a. Stresor sosial budaya. Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan
dalam berhubungan seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepian karenaditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau
dipenjara.
b. Stresor psikologi. Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnyakemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
C. Rentang respon
Menurut Farida (2019) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, untuk
mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan
interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungandan kemandirian dalam suatu
hubungan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Implusif
Bekerjasama Ketergantungan Narsisme
Interdependen

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih
dapat diterima oleh norma – norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang, respon ini meliputi :
a. Solitude (menyendiri) adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telahdilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu
cara mengevaluasi diri untukmenentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi adalah kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu mampuuntuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan) adalah suatu hubungan saling
tergantung antara individu dengan orang laindalam rangka membina
hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah
yangmenyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum
berlakudan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing
darilingkungannya, merasa takut dan cemas.
b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungandengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus,
sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak
mendukungnya. (Trimelia, 2018).

D. Tanda dan gejala


1. Data subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien merasa bosan
d. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
e. Klien merasa tidak berguna
2. Data objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang - ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
E. Akibat yang dapat ditimbulkan
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami
pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewaan dan kecemasan (Prabowo, 2014: 112). Perasaan tidak berharga
menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan
orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan
dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan
diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan
tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut halusinasi (Damaiyanti, 2019).
F. Mekanisme koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme yang
sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi. (Damaiyanti,
2019)
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
b. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak
dapatditerima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
c. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnyakegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.
Mekanisme koping yang muncul yaitu:
1. Perilaku curiga : regresi, represi
2. Perilaku dependen: regresi
3. Perilaku manipulatif: regresi, represi
4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi (Prabowo, 2014:113)
G. Penatalaksanaan
Menurut Trimeilia (2018) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit
skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa
dilakukan adalah :
a. Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana
arus listrik digunakan pada otakdengan menggunakan 2 elektrode yang
ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan
terapeutik. Respon bangkitan listriknyadi otak menyebabkan terjadinya
perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi. Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi :
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
bersifat empati,menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada pasien.
c. Terapi Okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih
dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga
diri seseorang.(Prabowo, 2014: 113)
III. Pohon Masalah

Risiko gangguan persepsi sensori


Effect
Halusinasi

Core Problem Isolasi Sosial : menarik diri

Gangguan Konsep Diri


Cause
Harga Diri Rendah

IV. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor, sumber koping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengkajian,
tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien : meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,
agama, tangggal MRS ,informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
2. Keluhan utama : keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar,menolak interaksi
dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari
3. Faktor predisposisi : kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok
sebaya, perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan dicerai suami , putussekolah, PHK, perasaan malu karena
sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduhkan, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis. Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, pernapasan,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
1) Citra tubuh. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang
tubuh. Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri. Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
3) Peran. Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri. Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
5) Harga diri. Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri dan kurang percaya diri
a. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubunga sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
b. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah
(spiritual)
6) Status mentalKontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan
kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya
perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
7) Kebutuhan persiapan pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikandan merapikan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme koping. Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak
mau menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan
koping menarik diri).
9) Aspek medik. Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy
farmakologi ECT, Psikomotor,therapy okopasional, TAK dan
rehabilitas.

V. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

VI. Rencana Tindakan Keperawatan


TUM : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil : Klien dapat mengungkapkan perasaannya, ekspresi wajah
bersahabat, ada kontak mata, menunjukkan rasa senang, mau berjabat tangan, mau
menjawab salam, klien mampu mengungkapakan masalah yang dihadapi
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip terapeutik
2. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
3. Perkenalkan diri dengan sopan
4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
5. Jelaskan tujuan pertemuan
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
8. Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidakmenjawab
9. Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru- buru, tunjukkan
bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien
10. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

TUK 2 : Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan dapat menyebutkan minimal satu
penyebab menarik diri yang berasal dari: Diri sendiri,Orang lain, Lingkungan
Intervensi :
1. Tanyakan pada pasien tentang
a. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
b. Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan
c. Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
d. Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
e. Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan orang lain
2. Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dantanda-tandanya
3. Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri tidak mau bergaul
4. Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tandaserta penyebab yang
muncul
5. Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap kemampuan pasien dalam
mengungkapkan perasaannya

TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain, misal:
Banyak teman,tidak kesepian, bisa diskusi, saling menolong
2. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, misal:
sendiri, tidak punya teman, kesepian, tidak ada teman ngobrol
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
dengan orang lain serta kerugiannya bilatidak berhubungan dengan orang lain
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
berhubungan dengan orang lain
3. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang
kerugian bila tidak berhubungan denganorang lain
4. Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
5. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain

TUK 4 : klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap


Kriteria Hasil : klien dapat mendemonstrasikan hubungansosial secara bertahap
Intervensi :
1. Observasi perilaku pasien saat berhubungan dengan orang lain
2. Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan/ berkomunikasi dengan orang
lain melalui: pasien-perawat, pasien-perawat-perawat lain, pasien-perawat-
perawat lain-pasien lain, pasien-perawat-perawat lain-pasien lain-masyarakat
3. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan denganorang lain
5. Beri motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitaskelompok sosialisasi
6. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasiendalam mengisi
waktu luang
7. Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat
8. Beri reinforcement atas kegiatan pasien dalam memperluas pergaulan melalui
aktivitas yang dilaksanakan

TUK 5 : klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungandengan orang


lain.
Kriteria Hasil : klien dapat mengungkapkan perasaansetelah berhubungan dengan
orang lain untuk diri sendiri dan oranglain untuk untuk : diri sendiri, orang lain dan
kelompok
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain/kelompok
2. Diskusikan dengan pasien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain
3. Beri reinforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya
berhubungan dengan orang lain

TUK 6 : Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu


mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan dengan orang lain
Kriteria Hasil : Klien dapat menjelaskan tentang pengertian menarik diri dan tanda
gejalanya, penyebab dan akibat menarik diri, cara merawat pasien dengan menarik
diri
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga: salam, perkenalkan diri,
sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi perasaan keluarga
2. Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai pendukunguntuk mengatasi
perilaku menarik diri
3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: perilaku menarikdiri , penyebab
perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi, cara keluargamenghadapi pasien menarik diri
4. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu mengatasi pasienmenarik diri
5. Latih keluarga merawat pasien menarik diri
6. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih
7. Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada pasien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
8. Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantianmenjenguk pasien minimal
satu kali seminggu
9. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga

TUK 7 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Kriteria Hasil :
1. Klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat,
nama, warna, dosis, efek samping obat
2. Klien mampu mendemonstrasikan penggunaan obat dan menyebutkan akibat
berhenti minum obattanpa konsultasi dokter
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien tentang kerugian dan keuntungantidak minum, serta
karakteristik obat yang diminum (nama,dosis, frekuensi, efek samping minum
obat)
2. Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
dosis, cara, waktu)
3. Anjurkan pasien minta sendiri obatnya kepada perawat agar pasien dapat
merasakan manfaatnya
4. Beri reinforcement positif bila pasien menggunakan obatdengan benar
5. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasidengan dokter
6. Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter/perawatapabila terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan

VII. Strategi Pelaksanaan


Fase Orientasi
Salam terapeutik : “ Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya ...(sebutkan) , saya
dipanggil...(sebutkan), saya perawat yang akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu siapa
dan senang dipanggil siapa ? “
Evaluasi : Bagaimana perasaan ibu S saat ini ? Masih ingat ada kejadian apa sampai
ibu S dibawa kerumah sakit ini ? Apa keluhan ibu S hari ini ? Dari tadi saya
perhatikan ibu S duduk menyendiri, ibu S tidak tampak ngobrol dengan teman-teman
yanglain ? Ibu S sudah mengenal teman-teman yang ada disini ?
Kontrak : “ Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman
ibuS ? Juga tentang apa yang menyebabkan ibu S tidak mau ngobrol dengan teman-
teman ? Waktu : “ Ibu mau berapa lama bercakap-cakap ? Bagaimana kalau 15
menit.” Tempat : “ Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang -bincang ibu S ?
Bagaimana kalau disini saja ? “
Fase Kerja
 Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan ibu S ? siapa yang paling dekat
denganibu S ? siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu S ? Apa yang
membuat ibu S jarang bercakap-cakap denganya ?
 Apa yang ibu S rasakan selama dirawat disini ? O... ibu S merasa sendirian ?
Siapasaja yang ibu S kenal diruangan ini ? O... belum ada ? Apa yang
menyebabkan ibu Stidak mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung atau
ngobrol dengan teman-teman yang ada disini ?
 Kalau ibu S tidak mau bergaul dengan teman-teman atau orang lain, tanda-
tandanyaapa saja ? mungkin ibu S selalu menyendiri ya... terus apalagi bu...
(sebutkan)
 Ibu S tahu keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman ? coba sebutkan
apasaja ? keuntungan dari mempunyai banyak teman itu bu S adalah... (sebutkan)
 Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman ibu S tahu tidak ? coba
sebutkan apa saja ? Ya ibu S kerugian dari tidak mempunyai banyak teman
adalah...(sebutkan). Jadi banyak juga ruginya ya kalau kita tidak punya banyak
teman. Kalau begitu inginkan ibu S berkenalan dan bergaul dengan orang lain ?
 Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain.
 Begini lo ibu S, untuk berkenalan dengan orang lain caranya adalah : pertama kita
mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus bilang “ perkenalkan
namalengkap, terus bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus nama panggilan
yangdisukai, asal kita dan hobby kita. Contohnya seperti ini “ assalamualaikum,
perkenalkan nama saya Febriana, saya lebih senang dipanggil Febri, asal saya
dariBandung dan hobby nya membaca.
 Selanjutnya ibu S menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan, nama
panggilan yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya. Contohnya seperti
ini nama ibu siapa? Senang dipanggil apa ? asalnya dari mana dan hobbynya apa
?
 Ayo ibu S dicoba ! misalnya saya belum kenal dengan ibu S. Coba
berkenalandengan saya ! ya bagus sekali ! coba sekali lagi bu S. Bagus sekali !
 Setelah ibu S berkenalan dengan orang tersebut, ibu S bisa melanjutkan
percakapantentang hal-hal yang menyenangkan misalkan tentang cuaca, hobi,
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.
Fase Terminasi
Evaluasi respon :
1) Evaluasi subyektif : Bagaimana perasaan ibu S setelah berbincang-bincang
tentang penyebabibu S tidak mau bergaul dengan orang lain dan berlatih cara
berkenalan ?
2) Evaluasi obyektif :
 Coba ibu S ibu sebutkan kembali penyebab ibu S tidak mau bergaul
denganorang lain ? apa saja tanda-tandanya bu ? terus keuntungan dan
kerugianyaapa saja ?
 Coba ibu S sebutkan cara berkenalan dengan orang lain, yaitu... ya bagus
 Nah sekarang coba ibu S praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Iya
bagus
Kontrak : Topik : “ Baik bu S sekarang bincang -bincangnya sudah selesai, bagaimana
kalau 2 jamlagi sekitar jam 11 saya akan datang kesini lagi untuk melatih ibu S
berkenalandengan perawat lain yaitu teman saya perawat N “. Waktu : “ ibu mau
bertemu lagi jam berapa? bagaimana kalau jam 9? “ Tempat : “ ibu mau bercakap-
cakap dimana ? “
Rencana tindak lanjut : Selanjutnya ibu S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari
tadi. Sehinggaibu S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Ibu S bisa
praktikkan pasien pasien lain. Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali
sehari ibu mau berlatih berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja bu ? coba tulis
disini. Oh jadimau tiga kali ya bu.Ya bagus bu S dan jangan lupa dilatih terus ya bu
sesuai jadwal latihanya danibu S bisa berkenalan dengan teman-teman yang ada di
ruangan ini.
VIII. Daftar Pustaka
Eko Prabowo. (2014).Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha
Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:
SalembaMedika.
Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT
RefikaAditama.
Trimeilia. (2018). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM

Anda mungkin juga menyukai