ASKEP TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor MR, alamat, cara masuk RS, Diagnosa
medis, dll.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Utama
Biasanya keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan gangguan
neurosensori.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), cara
penanggulangan dan dan penyakit (diabetes melitus)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya mengkaji kapan timbulnya masalah, riwayat trauma, penyebab,
gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara
penanggulangan.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya tidak dipengaruhi oleh riwayat kesehatan keluarga
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl, Hb dan profil kogulasi.
Urine
pemeriksaan didapatkan adanya glukosa kadar kalsium dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( ++
+ ), dan merah bata ( ++++ )\
Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
16. Terapi
a. Latihan penguatan kedua anggota gerak atas dan anggota gerak bawah yang
sehat.
Mengguanakn teknik manual resisted dengan repetisi 5 – 10 kali setiap
gerakan dan dikerjakan 1 atau 2 kali sehari dengan intensitas submaksimal
atau sesuai dengan toleransi pasien. Latihan ini berguna untuk mencegah
komplikasi sekunder seperti keterbatasan luas gerak sendi dan kelemahan otot
agar nantinya dapat digunakan sebagai penyangga saat menggunakan kruk.
b. Latihan pada stump
Meliputi latihan luas gerak sendi, latihan penguatan dan peregangan. Dalam
melakukan latihan – latihan tersebut penderita dapat melakukan secara
individu ataupun dengan bantuan dari terapis. Latihan pada stump ini
bertujuan agar tidak terjadi kontraktur, kelemahan otot, dan atropi pada otot –
otot stump serta membantu mempertahankan serta meningkatkan peredaran
darah pada stump. Latihan penguatan pada stump dapat menggunakan tehnik
manual resisted dengan repetisi 5 – 10 kali setiap gerakan dan dikerjakan 1
atau 2 kali sehari dengan intensitas tahanan submaksimal atau sesuai toleransi
pasien.
c. Latihan berjalan di parallel bars
Pada masa awal pasien dapat berjalan dalam parallel bars. Latihan ini adalah
latihan awal untuk berjalan, untuk latihan keseimbangan, dan postur tubuh saat
berjalan menggunakan alat bantu jalan. Pasien diminta unuk mempertahankan
posisi tegak sementara ia mengayunkan tubuhnya kedepan dan kebelakang,
mempertahankan panggul pada posisi netral dan meluruskan lututnya.
d. Latihan berjalan dengan kruk
Sesuai dengan kruk dan tinggi badan, bagian atas kruk harus satu sampai dua
inchi di bawah ketiak sehingga tidak tersandunfg dengan kruk tersebut dan
untuk menjaga keseimbangan. Siku menekuk 150 ketika memegang kruk.
Tekanan atau tumpuan berat badan saat menggunakan lengan, bukan pada
ketiak.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan luka amputasi pasca pembedahan
2. Risiko infeksi berhubungan dengan luka pasca bedah
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
nyeri
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
5. Resiko kerusakan Integritas kulit b.d adanya dekubitus akibat tirah baring lama.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No NOC NIC
keperawatan
1 Nyeri berhubungan Kriteria Hasil : Manajemen Nyeri:
dengan luka amputasi
pasca pembedahan Mampu mengontrol nyeri Lakukan pengkajian
(tahu penyebab nyeri, nyeri secara
mampu menggunakan komprehensif termasuk
tehnik nonfarmakologi lokasi, karakteristik,
untuk mengurangi nyeri, durasi, frekuensi,
mencari bantuan) kualitas dan faktor
Melaporkan bahwa nyeri presipitasi
berkurang dengan Observasi reaksi
menggunakan nonverbal dari
manajemen nyeri ketidaknyamanan
Mampu mengenali nyeri Gunakan teknik
(skala, intensitas, komunikasi terapeutik
frekuensi dan tanda untuk mengetahui
nyeri) pengalaman nyeri
Menyatakan rasa nyaman pasien
setelah nyeri berkurang Kaji kultur yang
Tanda vital dalam mempengaruhi respon
rentang normal nyeri
Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Proteksi terhadap
infeksi:
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk
asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam
proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar
diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup
besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar
adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen
keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai
tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputas
B. SARAN
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa
mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada
didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem
organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta :
EGC
Davey, Pattrick. 2005. At a Glace Medicine. Jakarta : Erlangga
Muttaqin, A. (2008). Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi pada
Praktik KlinikKeperawatan. Jakarta: EGC
Nanda. Internasional. 2011. Diagnosis Keperawatan Defenisi &Klasifikasi 2012.
Jakarta: EGC
Ningsih, Numa. 2009Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gnagguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Price & wilson. 2005. Patofisiologi: Konse klinis Proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC
Rasyad, Chairudin. 2003. Pengantar Ilmu BedahOrtopedi. Makasar: Bintang
Lamumpatue
http://ekokedapkedip.blogspot.co.id/2013/11/askep-tn-f-dengan-post-op-
amputasi.html