Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KMB

“PEMERIKSAAN FISIK SISTEM ENDOKRIN”

 
 

Dosen Pembimbing :
Aulia Asman S.kep M.biomed 
 

Disusun oleh :
M.Heldi Riyanda (19334059)
 
 

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan yang maha kuasa karena atas
tuntunan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah mengenai
Pemeriksaan Sistem Endokrin. 
Saya menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dalam makalah
ini. Oleh sebab itu, Saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritikan, saran dan
masukan-masukan yang membangun dari dosen serta teman-teman mahaasiswa,
bahkan semua pembaca, demi kesempurnaan dari makalah ini. 
 
 
 
                     Pekanbaru,08 Oktober 2020
 
Riyanda
PEMBAHASAN

Pemeriksaan Fisik Sistem Endokrin


a.       Pemeriksaan Fisik Kelenjar Tiroid
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
1)      Kondisi kelenjar endokrin
2)      Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap
kelenjar tiroid dan kelenjar gonad pria (testis).Secara umum,tekhnik pemeriksaan fisik
yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah:
Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan kepala
sedikit fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar sternokleidomastoideus
relaksasi sehingga tumor tiroid mudah dievaluasi.
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa
komponen berikut:
-    Lokasi: lobus kanan, lobus kiri, ismus
-    Ukuran: besar/kecil, permukaan rata/noduler
-    Jumlah: uninodusa atau multinodusa
-    Bentuk: apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler local
-    Gerakan: pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut bergerak
-    Pulsasi: bila nampak adanya pulsasi pada permukaan
pembengkakan

Palpasi

Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di
belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan. Beberapa hal
yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi:
-    Perluasan dan tepi
-    Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba
trachea dan kelenjarnya.
-    Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
-    Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih dalam daripada
musculus ini.
-    Limfonodi dan jaringan sekitar
Palpasi: hanya bisa dilakukan pada kelenjar tiroid dan testis:
-          Pada kondisi normal: kelenjar tiroid tidak teraba 
-          Pada kondisi normal: testis teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti
karet
Derajat pembesaran kelenjar tiroid:
Derajat 0-a : kelenjar tiroid tidak teraba atau bila teraba tidak lebih besar dari ukuran
normal
Derajat 0-b : kelenjar tiroid jelas teraba, tapi tidak terlihat bila kepala dalam posisi
normal
Derajat I : mudah dan jelas teraba, terlihat dengan kepala dalam posisi normal, dan
terlihat nodul
Derajat II : jelas terlihat pembesaran àjarak dekat
Derajat III : tampak jelas dari jauh
Derajat IV : sangat besar
Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang menunjukkan
adanya hipertiroid.
-          Pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat terdengar bunyi “bruit“. 
-          Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah
tiroidea. 
-          Normal: bunyi ini tidak terdengar. 
-          Dapat terdengar bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai
dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid
-          Auskultasi: untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan jantung
(TD, ritme dan rate jantung)
b.      Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Adrenal
-    Inspeksi 
Pemeriksaan fisik secara inspeksi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang dialami klien yang ada kaitannya dengan
penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.
1)      Penyakit Addison 

• Pigmentasi pada kulit


• Buku-kuku jari, lutut, siku, membran mukosa 
• Warna kulit: pucat, sianosis 
• RR cepat 
• Suhu tubuh diatas normal 
• Tanda-tanda dehidrasi 
• Bibir tampak kering 
• Kelemahan umum 
• Pasien tampak haus 
• Membran mukosa kering 

2)      Cushing Sindrom 
• Kifosis          
• Buffalo hump
• Moon face
• Kulit wajah berminyak dan tumbuh jerawat. 
• Virilitas pada wanita 
• Hirsutisme (tumbuhnya bulu wajah yang berlebihan)
-    Palpasi
Pemeriksaan fisik secara palpasi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang dialami klien yang ada kaitannya dengan
penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.
1)      Penyakit Addison 
• Nadi cepat dan lemah 
• Nyeri abdomen 
• Turgor kulit 
2)      Cushing Sindrom 
• Kulit tipis, rapuh dan mudah luka 
• Atropi payudara
• Klitoris yang membesar
-    Auskultasi 
1)      Penyakit Addison: Tekanan darah rendah 
2)      Cushing Sindrom: Suara yang dalam
a.       Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Pankreas.
Cara pemeriksaan fisik pada kelenjar pancreas itu terbagi atas 3:
-    Inspeksi
1)      Atur pencahayaan yang baik
2)      Atur posisi yang tepat yaitu berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi dan
sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan dibawah lutut untuk menyokong dan
melemaskan otot-otot abdomen.
3)      Buka abdomen mulai dari prosessus xifoideus sampai simfisis pubis
4)      Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan kulit, adanya
retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, jaringan parut dan striae
5)      Perhatikan posisi, bentuk, warna dan adanya inflamasi atau pengeluaran umbillikus
6)      Amati gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi
-    Palpasi: teraba masa pada abdomen
1)      Teknik palpasi pada perut ini terbagi atas 2:
a)      Palpasi Ringan
·   Palpasi ringan abdomen diatas setiap kuadran. Hindari area yang sebelumnya sebagai
titik bermasalah.
·   Letakkan tangan secara ringan diatas abdomen dengan jari-jari ekstensi dan
berhimpitan. Tempatkan tangan klien dengan ringan diatas tangan pemeriksa untuk
mengurangi sensasi geli
·   Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 1-2 cm.
·   Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya massa
·   Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda ketidaknyamanan.
·   Jika ditemukan adanya keluhan nyeri, uji adanya nyeri lepas: tekan dalam kemudian
lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul dengan melepaskan tangan.
b)      Palpasi Dalam
·   Gunakan metode bimanual
·   Tekan dinding abdomen sekitar 4 - 5 cm
·   Catat adanya massadan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat massa, catat ukuran,
lokasi, mobilitas, kontur, dan kekakuan
-    Auskultasi:untuk mendengarkanbising usus meningkat.
1)      Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
2)      Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi diatas kuadran kanan bawah pada area
sekum.
3)      Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien agar tidak berbicara
4)      Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.
5)      Jika bising usus tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengarkan
setiap kuadran abdomen
6)      Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau hipoaktif
7)      Letakkan bagian bell atau sungkup stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka
dan arteri femoral.
b.      Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Paratiroid
Pada pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid ini, difokuskan untuk mengetahui gangguan
pada kekuatan otot, persendian yang berkaitan dengan kelenjar paratiroid.
-          Inspeksi otot
1)      Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati adanya
atrofi atau hipertrofi.
2)      Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan
mistar.
3)      Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang
ditujukan oleh malposisi suatu bagia tubuh.
4)      Lakukan palpasi pada saat otot istrahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan
pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (lasiditas), kontraksi tiba-tiba secara
involunter(spastisitas).
5)      Uji kekuatan otot dengan cara menyeluruh klien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas kiri dengan ekstremitas kiri.
6)      Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara
resisten.
7)      Amati kenormalan susunan dan deformitas.
8)      Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan.
9)      Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
-          Inspeksi persendian
1)      Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian.
2)      Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak dan
nodul.
3)      Kaji rentang gerak persendian (Range of motion, ROM).
PENUTUP

Demikian lah makalah saya kali ini,semoga dapat di pahami bagi pembaca dan
tentunya dapat diterima oleh dosen yang bersangkutan,saya Riyanda trm.ks.
REFERENSI

http://sustrimaylani.blogspot.com/2016/05/makalah-system-endokrin-i-konsep.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai