Jakarta – 2012
Daftar Isi
A. BAB I PENDAHULUAN
3. Case...................................................................................... 4
4. Problem................................................................................. 6
5. Hipotesa................................................................................ 6
6. I Don’t Know.......................................................................... 6
B. BAB II PEMBAHASAN
1. Kelenjar Tiroid ...................................................................... 8
a. Anatomi .......................................................................... 8
b. Histologi ......................................................................... 9
c. Fisiologi .......................................................................... 10
2. Hormon Tidroid …………………………………………………... 16
a. Mekanisme Aksi ………………………………………….. 16
3. Kelainan Hormon Tiroid i………………………………………… 18
Hipotiroid ………………………………………......................... 18
Hipertiroid ………………………………………………............. 24
Tiroiditis……………………………………………..................... 26
Neoplasma ........................................................................... 29
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai kasus kedua
yaitu tentang Hormon Tiroid.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Wahyu Karno MARS atas segala
pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses tutorial.
Terima kasih juga kepada kelompok tutorial A - 3 atas kerjasamanya mulai dari proses
pembahasan hingga pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus kedua ini serta untuk menambah
pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar
kami dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.
Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Part 1
Ny. Gea, berusia 49 tahun datang ke poliklinik bedah dengan keluhan terdapat benjolan
pada leher kan bawah. Benjolan diketahui sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu, benjolan mula-mula
dirasakan sebesar kelereng. Namun lama-lama dirasakan benjolan membesar hingga kurang lebih
sebesar telur, benjolan dirasakan tidak sakit, tidak menimbulkan gangguan pernafasan, bergerak
saat menelan. Pasien merasa sering berdebar-debar, tidak merasa berkeringat banyak, tidak merasa
sering tremor, tidak ada gangguan pada suara. Buang air besar dan air kecil lancar, serta tidak
merasa tidak tahan udara panas ataupun udara dingin, pasien merasa biasa saja, pasien belum
pernah berobat sebelumnya.
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dan keluhan serupa
Riwayat Sosialekonomi :
- Tidak ada tetangga pasien atau orang-orang yang tinggal satu daerah dengan pasien dengan
penyakit yang sama
Part 2
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax
- Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris
Palpasi : tidak ada perlebaran ICS, fremitus vokal sinistra=dextra
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan : parasternal line ICS III dextra
Batas jantung kiri : midclavicula line ICS V sinistra
Auskultasi : S1/S2 tunggal regular, tidak ada gallop dan murmur
Abdomen
Inspeksi : Flat
Palpasi : supel, hepar/lien tidak teraba, nyari tekan (-)
Perkusi : timpanidi seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus (+)
Ekstermitas
Edema : superior (-/-), inferior (-/-)
Palpasi : superior (+/+), inferior (+/+)
Motorik : superior (5/5), inferior (5/5)
Tremor halus jari-jari (-)
Hangat dan lembab telapak tangan (-)
Status lokalis
Regio colli anterior dextra:
Inspeksi : Tidak tampak deviasi trakea, tidak tampak tanda-tanda radang, tampak
benjolan pada leher depan kanan bawah, nejolan tampak ikut begerak saat
menelan
Palpasi : benjolan teraba lunak padat, bentuk bulat diameter 3cmx3cm, nodul
soliter, batas tegas, mobile, permukaan licin, ada fluktuasi, tidak ada nyeri
tekan
Auskultasi : Bruits (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TUTORIAL 2
Setelah melakukan saran dokter untul pemeriksaan Iodium Radioaktif dan Fine Needle Aspiration
Biopsy, akhirnya pasien didiagnosa struma nodusakistik dextra dan dikonsulkan ke departemen
bedah untuk dilakukan operasi dan terapi selanjutnya tetapi pasien menolak dengan alasan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi setelah dioperasi.
PROBLEM
HIPOTESIS
1. Gondok (Struma Nodusa Kistik)
2. Neoplasma jinak
3. Peradangan kelenjar tiroid
MORE INFO
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan penunjang
I DON’T KNOW
1. Tiroid
2. Hormon Tiroid
3. Kelainan kelenjar tiroid
4. Kelainan hormon tiroid
LEARNING ISSUES
1. Tiroid
a. Anatomi
b. Fisiologi
c. Histologi
2. Hormon Tiroid
a. Proses sintesis hormon
b. Sekresi hormon
Kelenjar tiroid adalah organ yang merupakan salah satu bagian dari sistem
endokrin.Kelenjar tiroid memiliki dua lobus yang satu dan lainnya dihubungkan oleh ismus
yangtipis dibawah kartilago krikoidea di leher. Secara embriologis kelenjar tiroid berasal
darievaginasi epitel faring yang membawa pula sel-sel dari kantung faring lateral.
Evaginasiini berjalan kebawah dari pangkal lidah menuju menuju leher hingga mencapai
letak anatominya yang terakhir. Sepanjang ke bawah ini sebagian jaringan tiroid
dapattertinggal membentuk kista triglosus, nodula atau lobus piramidalis tiroid.
Dalamkeadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya 10–20 gram. Dipandang
darisudut histologis, kelenjar ini terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-
folikelkecil yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh suatu jaringan
penyambung.Folikel-folikel tiroid dibatasi oleh epitel kubis dan lumennya terisi oleh koloid.
Sel-selepitel folikel merupakan tempat sintesis hormone tiroid dan mengaktifkan
pelepasannyakedalam sirkulasi,.dua hormone utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel
adalah tiroksindan triyodotironin. Kelenjar tiroid juga memiliki sel pensekresi hormon lain
yaitu sel C(parafolikular) yang terdapat pada dasar folikel yang berhubungan dengan
membranfolikel. Sel C (parafolikular) mensekresi kalsitonin. Hormon-hormon folikel tiroid
beasaldari iyodinasi residu tirosil dari tiroglobulin. Tiroksin mengandung empat atom
yodium(T4) dan tryodotironin mengandung tiga atom yodium (T3).
Histologi
Morfologi folikel-folikel tiroid ebrbeda-beda (polimorfisme) menurut daerah kelenjar dan aktivitas
fungsionalnnya. Pada kelenjar yang sama, folikel yang lebih besar dengan penuh koloid dan
mempunyai epitel kubis atau selapis gepeng ditemukan di sepanjang folikel yang lebih kecil dengan
sel prismatis. Selain itu, bila susunan rata-rata epitel selapis gepeng, kelenjar dianggap hipoaktif. Bila
diberi perangsang sekresi hormone, epitel bertambah tinggi dan diikuti pengurangan jumlah koloid
dalam folikel.
Efek yang umum dari hormone tiroid adalah untuk mengaktifkan inti sejumlah besar gen.
Oleh karena itu, sesungguhnya di semua sel tubuh, sejumlah besar enzim protein, protein
struktural, protein transport, dan zat lainnya akan disintesis. Hasil akhirnya adalah
peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh.
Hormon tiroid mengaktivasi reseptor intisel. Reseptor –reseptor hormone tiroid melekat
pada untaian genetic DNA atau terletak berdekatan dengan rantai genetic DNA. Reseptor
tiroid biasanya membentuk heterodimer dengan reseptor retinoid X (RXR) pada elemen
resptor yang spesifik pada DNA. Saat berikatan dengan horon tiroid, reseptor menjadi aktif
dan mnegawali proses trankripsi. Kemudian dibentuk sejumlah besar tipe mRNA yang
berbeda, yang kemudian dalam beberapa menit atau beberapa jam diikuti dengan translasi
pada ribosom sitoplasma untuk membentuk ratusan tipe protein yang baru. Akan tetapi, tidak
semua protein meningkat dengan presentase yang sama. Diyakini bahwa sebagian besar
protein kerja hormone tiroid dihasilkan dari fungsi enzimatik dan fungsi lain dari protein
yang baru ini
Hormone tiroid meningkatkan aktivitas metabolism hampir seluruh jaringan tubuh. Bila
sekresi hormone ini banyak sekali, maka kecepatan metabolism basal meningkat sampai
setinggi 60 sampai 100 persen di atas nilai normal. Kecepatan penggunaan makanan sebagai
energi juga sangat meningkat. Walaupun kecepatan sintesis protein pada saat itu juga
meningkat, pada saat yang sama, kecepatan katabolisme protein juga meningkat. Pada orang
muda kecepatan pertumbuhan sangat dipercepat. Proses proses mental menjadi tereksitasi,
dan aktivitas banyak kelenjar endokrin lainnya seringkali juga meningkat.
Hormone tiroid meningkatkan jumlah dan aktivitas sel mitokondria. Bila seekor binatang
diberi baik tiroksin maupun triiodotironin, maka ukuran maupun jumlah mitokondria
disebagian besar sel tubuh binatang tersebut akan meningkat. Lebih lanjut, seluruh daerah
permukaan membran mitokondria meningkat hampir berbanding langsung dengan
peningkatan laju metabolism seluruh sel binatang. Oleh karena itu salah satu fungsi tiroksin
yang utama adalah meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria, yang selanjutnya
meningkatkan kecepatan pembentukan ATP untuk membangkitkan fungsi selular. Akan
tetapi, peningkatan jumlah dan aktivitas mitokondria dapat merupakan hasil dari peningkatan
aktivitas sel serta sebagai penyebab peningkatan aktivitas sel tersebut.
Hormone tiroid meningkatkan transport aktif ion ion melalui membran sel. Salah satu
enzim yang aktivitasnya meningkat sebagi respon terhadap hormone tiroid adalah Na +-K+-
ATPase. Na+-K+-ATPase ini selanjutnya meningkatkan kecepatan transport baik ion natrium
maupun kalium melalui membran sel di beberapa jaringan. Karena proses ini
mempergunakan energi dan meningkatkan jumlah panas yang dibentuk di dalam tubuh, telah
diduga bahwa proses ini mungkin merupakan salah satu mekanisme peningkatan kecepatan
metabolism tubuh oleh hormone tiroid. Sesungguhnya, hormone tiroid juga menyebabkan
membran sel dari sebagian besar sel menjadi mudah dilewati oleh ion natrium, yang
selanjutnya akan mengaktifkan pompa natrium dan lebih jauh lagi meningkatkan
pembentukan panas.
Hormone tiroid mempunyai efek yang umum dan efek yang spesifik terhadap
pertumbuhan. Contohnya, sebenarnya sudah sejak lama diketahui bahwa hormone tiroid
berguna untuk menimbulkan perubahan metamorphosis kecebong menjadi katak.
Pada manusia, efek hormone tiroid terhadap pertumbuhan lebih nyata terutama pada masa
pertumbuhan anak-anak. Pada pasien hipertiroidisme, kecepatan pertumbuhan menjadi sangat
tertinggal. Pada pasien hipertiroidisme, sering kali terjadi pertumbuhan yang sangat
berlebihan, sehingga anak tadi menjadi lebih tinggi daripada anak lainnya. Akan tetapi,
tulang juga menjadi matang dengan lebih cepat, dan pada usianya yang muda tulang sudah
menutup epifisisnya, sehingga lama pertumbuhan lebih singkat, malah ketika dewasa menjadi
lebih pendek.
Efek yang penting dari hormone tiroid adalah meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan otak selamakehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pasca
lahir. Bila janin tidak dapat menyekresi hormone tiroid dalam jumlah cukup, maka
pertumbuhan dan pematangan otak sebelum dan sesudah bayi itu dilahirkan akan sangat
terbelakang dan otaktetap berukuran lebih kecil daripada normal. Bila tidak diberi
pengobatan yang spesifik dengan hormone tiroid selama beberapa hari atau beberapa minggu
sesudah dilahirkan, maka anak akan mangalami keterbelakangan mental yang menetap
selama hidupnya.
Pada dasarnya semua aspek metabolism lemak juga ditingkatkan dibawah pengaruh
hormone tiroid. Secara khusus, lemak diangkut secara cepat dari jaringan lemak, yang
menurunkan cadangan lemak tubuh lebih besar dari pada hampir seluruh elemen jaringan
lain. Hormone tiroid juga meningkatkan konsenterasi asam lemak bebas didalam plasma dan
sangat mempercepat oksidasi asam lemak bebas oleh sel.
Oleh karena hormone tiroid meningkatkan jumlah berbagai enzim oleh karena vitamin
merupakan bagian penting dari berbagai enzim atau koenzim, maka hormone tiroid
meningkatkan kebutuhan vitamin. Oleh karena itu bila sekresi hormone tiroid berlebihan
maka dapad timbul defisiensi vitamin relative, kecuali pada saat yang sama kenaikan
kebutuhan vitamin ini dapat dicukupi.
Oleh karena hormone tiroid meningkatkan metabolism sebagian besar sel tubuh, maka
kelebihan hormone ini kadang kala akan meningkatkan laju metabolism basal stinggi 60-
100% diatas nilai normalnya. Sebaliknya, bila tidak ada hormone tiroid yang dihasilkan,
maka laju metabolism basa menurun sampai hampir setengah nilai normal. Menunjukan
perkiraan hubungan antara suplai hormone tiroid per harinya dan laju metabolism basal. Agar
laju metabolism dapat sangat tinggi maka hormone ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat
banyak.
Bila produksi hormone tiroid sangat meningkat maka hampir selalu menurunkan berat
badan, dan bila produksinya sangat berkurang maka hampir selalu timbul kanaikan berat
bedan, oleh Karen hormone tiroid juga meningkatkan nafsu makan, dan keadaan ini dapat
menyeimbangkan perubahan kecepatan metabolism.
G. Efek hormone tiroid pada system kardiovaskular meningkatkan aliran darah dan curah
jantung
Frekuensi denyut jantung lebih meningkat di bawah pengaruh hormone tiroid dari pada
perkiraan peningkatan curah jantung. Oleh karena itu, hormone tiroid tampaknya mempunyai
pengaruh langsung pada ekstabilitas juantung, yang selanjutnya meningkatkan frekuensi
denyut jantung. Efek ini sangat penting sebab frekuensi denyut jantung merupakan salah satu
tanda fisik yang sangat peka sehingga para klinisi harus dapat menentukan apakah produksi
hormone tiroid pada pasien itu berlebihan atau berkurang.
Setelah pemberian hormone tiroid, tekanan arteri rata-rata biasanya tetap berada sekitar
nilai normal. Karena terdapat peningkatan aliran darah melalui jaringan diantara dua denyut
jantung, maka tekanan nadi menjadi sering meningkat, bersama dengan kenaikan tekanan
sitolik sebesar 10-15 mmHg pada hipertiroidisme, dan tekanan diastolic akan turun dalam
jumlah yang sama.
K. Meningkatkan pernafasan
Selain meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, seperti yang telah dibicarakan,
hormone tiroid meningkatkan baik kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan
saluran cerna. Hipertiroidisme sering kali menyebabkan diare. Kekurangan hormone tiroid
dapat menimbulkan konstipasi.
Pada umumnya hormone tiroid meningkatkan kecepatan berfikir, tetapi juga sering
menyebabkan disosiasi fikiran, dan sebaliknya, berkurangnya hormone tiroid akan
menurunkan fungsi ini. Pasien hipertiroid cendrung menjadi sangat cemas dan psikoneurotik,
seperti kompleks ansietas, kecemasan yang sangat berlebihan dan paranoia.
Sedikit peningkatan hormone tiroid biasanya menyebabkan otot bereaksi dengan kuat,
namun bila jumlah hormone ini berlebihan,, maka otot otot malahan menjadi lemah oleh
karena berlebihannya katabolisme protein. Sebaliknya kekurangan hormone tiroid
menyebabkan otot sangat lamban, dan otot tersebut berelaksasi dengan perlahan setelah
kontraksi.
O. Tremor otot
Salah satu gejala yang paling khas dari hipertiroidisme adalah timbulnya tremor halus
pada otot. Tremor ini bukan merupkan tremor kasar seperti yang timbul pada penyakit
Parkinson atau pada waktu menggigil, sebab tremor ini timbul dengan frekuensi cepat yakni
10 sampai 15 kali perdetik. Tremor ini dengan mudah dapat dilihat dengan cara
menempatkan sehelai kertas diatas jari jari yang diekstensikan dan perhatikan besarnya
getaran kertas tadi. Tremor ini dianggap disebabkan oleh bertambahnya kepekaan sinaps
saraf di daerah medulla yang mengatur tonus otot. Tremor ini merupakan cara yang penting
untuk memperkirakan tingkat pengaruh hormone tiroid pada system saraf pusat.
Oleh karena efek yang melelahkan dari hormone tiroid pada otot dan system saraf pusat,
maka pasien hipertiroid sering kali merasa lelah terus menerus, tetapi karena efek eksitasi
dari hormone tiroid pada sinaps, timbul kesulitan tidur. Sebaliknya somnolen yang berat
merupakan gejala khas hipotiroidisme, disertai dengan waktu tidur yang berlangsung selama
12 sampai 14 jam sehari.
Agar dapat timbul fungsi seksual yang normal, dibutuhkan sekresi tiroid yang normal.
Pada pria, berkurangnya hormone tiroid menyebabkan hilangnya libido, sebaliknya sangat
berlebihannya hormone ini sering kali menyebabkan impotensi.
Pada wanita, kekurangan hormone tiroid sering kali menyebabkan timbulnya menoragia
(darah menstruasi berlebihan) dan polimenore (frekuensi menstruasi lebih sering). Namun,
yang cukup mengherankan, pada beberapa wanita lain, kekurangan hormone ini
menimbulkan periode menstruasi yang tak teratur dan kadang kala, bahkan dapat timbul
amenore.
Seorang wanita hipotiroid, seperti halnya pada pria, cendrung mengalami penurunan
libido yang sangat besar. Yang lebih membingung kan lagi pada wanita yang menderita
hipotiroidisme, biasanya biasanya menderita oligomenore, yang berarti sangat berkurangnya
perdarahan, dan kadang kala timbul amenore.
Kerja hormone tiroid pada gonad tidak dapat dibatasi pada suatu fungsi spesifik namun
mungkin disebabkan oleh suatu kombinasi pengaruh metabolisme langsung pada gonad dan
juga melalui kerja umpan balik perangsangan serta penghambatan melalui hormone hipofisis
anterior yang mengendalikan fungsi fungsi seksual.
Hormon
₍₋₎↘ ↙₍₊₎
hipotalamus
₍₊₎↓
Hipofisis anterior
₍₊₎↓
Kelenjar tiroid
↑ laju metabolism dan produksi panas, peningkatan pertumbuhan dan perkembangan SSP
dan peningkatan aktivitas simpatis
• Ujung-ujung saraf di dalam eminensia mediana hipotalamus mensekresikan dan menyimpan
TRH (Thyrotropin releasing hormone), dimana otak dan medulla spinalis juga mensekresikan
TRH (Thyrotropin releasing hormone) , kemudian TRH (Thyrotropin releasing hormone)
diangkut ke hipofisis anterior.
• Dan TRH (Thyrotropin releasing hormone) mempengaruhi sel-sel kelenjar hipofisis anterior
untuk meningkatkan pengeluaran dan sintesis TSH (Thyroid stimulating hormone) dengan
cara berikatan dengan reseptor membrane pada tirotrop untuk merangsang sintesis dan
pelepasan TSH.
• Respon dari tirotrop hipofisis terhadap TRH adalah bimodal yaitu merangsang pelepasan dari
hormone yang disimpan dan merangsang aktivitas gen yang meningkatkan sintesis hormone
TSH (Thyroid stimulating hormone).
• TSH (Thyroid stimulating hormone) mensekresikan hormone tiroid, dimana hormone tiroid
adalah t3 (triiodotironin) dan t4 (tiroksin). t3 secara langsung menghambat sintesis TRH dalam
hipotalamus dan t4 diubah menjadi t3 sehingga menghambat sintesis dan sekresi TRH.
Meningkatnya hormone tiroid dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH oleh
hipofisis anterior.
• Yang mempengaruhi pengeluaran TRH dan TSH adalah reaksi emosional, kadar hormone
tiroid rendah (hipotiroidisme) yang menghambat pengeluaran TRH dan TSH adalah rasa
gembira dan kecemasan yang merupakan kondisi yang sangat merangsang system saraf
simpatis, peningkatan hormone tirod dan , lesi atau tumordestruktif dari hipotalamus dan
hipofisis anterior.
• Dingin menyebabkan peningkatan TSH dan TRH dalam darah pada bayi, namun peningkatan
yang disebabkan oleh dingin pada orang dewasa hampir tak berarti.
Kelainan Hormon Tiroid
HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan,
sehingga menghasilkan sejumlah besar hormon tiroid. Hipertiroidisme bisa ditemukan dalam
bentuk penyakit Graves, gondok noduler toksik atau hipertiroidisme sekunder. Hormon tiroid
mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui dua cara :
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium. Hormon tiroid
dibentuk melalui penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang
disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino tirosin.
Kompleks yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian
menyatu untuk membentuk dua jenis hormon tiroid dalam darah yaitu : Tiroksin (T4),
triiodotironin (T3). Dua jenis hormon ini dipengaruhi oleh hormon TSH (Thyreoid
Stimulating Hormone) dan TRH (Thyrotropin Releasing Hormone). Tubuh memiliki
mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus menghasilkan
Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH.
TSH merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dalam darah (Cooper,
2005).
Penyebab yang paling umum ( lebih dari 70% orang) adalah produksi berlebih dari
hormon tiroid oleh keseluruhan kelenjar tiroid. Kondisi ini juga dikenal sebagai graves’
disease. Hipertiroidisme pada graves’ disease adalah akibat antibodi reseptor TSH yang
merangsang aktivitas TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) untuk mengeluarkan terlalu
banyak hormon tiroid. Penyebab hipertiroidisme lainnya adalah strauma noduler toksik,
tiroiditis, penyakit troboblastis, pemakaian yodium yang berlebihan (Lee, 2006).
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia lanjut,
lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada beratnya
hipertiroid, maka keluhan bisa ringan sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain
adalah :
b. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin
d. Penurunan berat badan (tampak kurus), peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
e. Peningkatan frekuensi buang air besar
Diagnose
Tanda-tanda vital (suhu, nadi, laju pernafasan, tekanan darah) menunjukkan peningkatan
denyut jantung. Tekanan darah sistolik bisa meningkat.
Pemeriksaan fisik bisa menunjukkan adanya pembesaran kelenjar tiroid atau gondok.
Tujuan terapi hipertiroidisme adalah mengurangi sekresi kelenjar tiroid. Sasaran terapi
dengan menekan produksi hormon tiroid atau merusak jaringan kelenjar dengan (dengan
yodium radioaktif atau pengangkatan kelenjar).
1. Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per hari
baik dari makanan maupun dari suplemen.
2. Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan ) per hari untuk
mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur.
5. Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme.
Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat kelompok obat
ini yaitu: obat antitiroid, penghambat transport iodida, iodida dalam dosis besar menekan
fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif yang merusak sel-sel kelenjar tiroid. Pada paper ini
akan dibahas tentang obat antitiroid yang merupakan salah satu cara untuk menghambat
produksi hormon tiroid. Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat pengikatan
(inkorporasi) yodium pada TBG (thyroxine binding globulin) sehingga akan menghambat
sekresi TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan berkurang produksi
atau sekresi hormon tiroid. Antitiroid digunakan untuk :
Propiltiourasil (PTU)
Indikasi : hipertiroidisme
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m 2/hari, dosis
terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk
hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900
mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk
orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan memhambatoksidasi dari iodin
dan menghambat sintesistiroksin dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).
Methimazole
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari
(3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60
mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, edema.
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan myelosupression,
kehamilan (Lacy, et al, 2006)
Karbimazole
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan
masa menyusui.
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi
5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit kepala, ada
kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa menyebabkan
hipoprotrombinemia dan pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).
Tiamazole
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid 25-40 mg/hari;
kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid normal
(3-8 minggu) dosis perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan pada kelenjar ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui, hepatitis.
Pilihan lainnya jika penderita telah mengalami hipertiroidisme parah adalah
pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium radioaktif. Pada
tiroidektomi, kelenjar tiroid diangkat melalui pembedahan. Pembedahan merupakan terapi
pilihan untuk: - penderita muda - penderita yang gondoknya sangat besar - penderita yang
alergi terhadap obat atau mengalami efek samping akibat obat. Setelah menjalani pembedahan,
bisa terjadi hipotiroidisme. Kepada penderita ini diberikan terapi sulih hormon sepanjang
hidupnya. Komplikasi lain dari pembedahan adalah kelumpuhan pita suara dan kerusakan
kelenjar paratiroid (kelenjar kecil di belakang kelenjar tiroid yang mengendalikan kadar
kalsium dalam darah).
Hipotiroidisme
1. primer : bila timbul akibat proses patologis yang merusak kelenjar tiroid
Goiter Nontoksik
Cara langsung untuk menentukan apakah noduk tiroid ganas atau jinak
adalah biopsi aspirasi dengan menggunakan jarum dan pemeriksaan sitologi
lesi. Cara yang mudah ini dapat dilakukan di tempat praktik dokter.
Terpi goiter antara laub dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu
pengobatan yang akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan
penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pembedahan dapat
dianjurkan untuk goiter yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanis
dan kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat tempat goiter timbul
sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberikan tambahan
yodium.
Faktor Risiko
Gambaran Klinis
Karsinoma tiroid dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodula yang
teraba, keras, dan tidak dapat digerakkan dari dasarnya
Kanker tiroi dibedakan menjadi neoplasma tiroid berdiferensiasi baik dengan
kecepatan pertumbuhan yang lambat, dan kelompok kecil tumor anaplastik dengan
kemunkinan fatal
Ada 4 jenis kanker tiroid menurut sifat biologic dan morfologiknya
1.karsinoma papilaris
2. karsinoma folikularis
4. karsinoma anaplastik
Setelah mengalami reseksi akibat karsinoma tiroid folikularis maupun papilaris harus
diikuti perkembangannya untuk mendeteksi metastasis atau kekambuhan
Sesudah tiroidektomi untuk karsinoma papilaris atau folikularis, pasien tetap diberi
levotiroksis dosis supresif
REFERENSI