OLEH:
KELOMPOK 4
S1-VI C
SUKMA WIRDANINGSIH(1601122)
PEKANBARU
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmat dan karunia-
Nya kita masih diberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kami dapat
(MHC)”.
yang kami buat ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan sehingga
kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat membuat
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................1
3
2.5.5 presentasi antigen yang unik ........................................................................ 20
2.6 Manfaat polimorfisme gen MHC dari segi respon imun ........................... 22
4
BAB I
PENDAHULUAN
menjalankan fungsi tersebut, system imun harus dapat mengenal molekul molekul
asing (non-self) agar dapat dibedakan dari molekul sel. Instrumen yang dapat
membedakan hal itu adalah reseptor yang ada pada sel system imun. sel-sel
system imun non spesifik atau spesifik memiliki reseptor yang dikhususkan untuk
mengenal spesifisitas. Hanya molekul yang memiliki epitop akan dikenal sel
system imun. Sel B mengenal epitop pada molekul utuh, sedangkan sel T
mengenal epitop pada fragmen antigen (peptida) yang diikat oleh molekul pada
harus mampu membedakan antara jaringan tubuh sendiri (self) dan jaringan asing
(non-self). Imunologi diri / pengakuan nonself sebagian dikendalikan oleh satu set
wilayah besar DNA, yang mencakup sekitar empat juta pasangan basa pada
manusia, atau sekitar 0,1% dari genom manusia, dan berisi lebih dari 200 lokus
5
dan II MHC gen MHC, yang merupakan lokus yang paling polimorfik dikenal
dalam vertebrata. MHC gen menjadi protein permukaan sel (kelas I dan molekul
II MHC) yang menyajikan antigen peptida kecil untuk sel T. Melalui presentasi
antigen, molekul MHC mengontrol semua imunologi re-sponses tertentu, baik sel-
dan antibodi-mediated. Karena gen MHC memainkan peran sentral seperti dalam
terhadap penyakit menular dan autoimun. gen MHC awalnya discov-ered karena
jaringan penolakan. Hari ini, gen MHC yang paling intensif dipelajari dari semua
BAB II
6
PEMBAHASAN
imunologi penesaran mengenai MHC ini. Meraka berpikir tidak mungkin MHC
pasti ada fungsinya yang bersifat natural. Tahun 1960-1970 penelitian imunologi
berkutat banyak banyak pada pemburuan fungsi natural MHC ini. Baru
Benacerraf, Hugh Mc Devitt, dkk menemukan bahwa strain berbeda dari babi
yang berbeda ini diturunkan melalui jalur Mendelian Dominan. Mereka memberi
nama gen-gen itu dengan Immune response (ir) genes yang kemudian terungkap
bahwa Ir genes itu adalah MHC genes. Akhirnya pemburuan itu makin
menunjukkan hasil setelah Peter Doherty dan Rolf Zinkernagel (1974) berhasil
yang terinfeksi virus dan membunuhnya, sedangkan sel normal disebelahnya tidak
diganggu. Jadi berarti sel T sitotoksik itu adalah spesifik virus. Ini dimungkinkan
Oleh karena genotipe MHC “membatasi” spesifisitas antigen dari sel T maka
sebagai MHC restriction. Hebatnya temuan ini membuat mereka mendapat hadiah
7
MHC merupakan wilayah kromosom besar dengan lebih dari 200 lokus
pengkodean. Wilayah MHC berisi kelas I dan kelas II gen, yang mengendalikan
semua respon imun yang spesifik, tetapi juga mengandung banyak gen lain yang
antara lokus MHC yang mengontrol sistem kekebalan tubuh adalah kelas I dan II
MHC lokus ( 'klasik' MHC gen), yang merupakan gen yang paling sangat
polimorfik dikenal di kalangan vertebrata. Kelas I dan II MHC lokus terkait erat
dalam MHC cluster dalam banyak spesies, seperti tikus dan manusia. Pada
manusia ada enam kelas I lokus (misalnya A, B dan C) dan delapan kelas II lokus
(misalnya DP, DQ dan DR), dan pada tikus ada tiga kelas I (K, D, dan L) dan 2
kelas II (A dan E) lokus. Setiap lokus kelas II terdiri dari beberapa gen coding.
Dalam kebanyakan spesies, polimorfisme MHC bervariasi dari satu menjadi lebih
nenek moyang yang sama, dan bahwa hubungan fisik dekat pada kromosom yang
sama telah dipertahankan oleh seleksi alam. MHC lokus tidak selalu ditemukan
dalam hubungan dekat. Dalam ikan zebra dan katak bercakar Afrika, misalnya,
Regulasi ekspresi MHC disandi oleh gen yang terletak di regio yang luas
mempunyai lokus yang berbeda pada transplantasi, yang satu akan mebolak
jaringan tandu rasal individu lainnya. Sel-sel tubuh yang bernukleus memiliki
8
epitop permukaan yang ekspresinya sudah ditentukan secara genetik. Hal ini dapat
disamakan dengan sel darah merah yang memiliki antigen A, B, dan Rh.
negatif. Aktivator transkripsi MHC II berikatan dengan regio promotor dari gen
berat akibat hilangnya peran sentral MHC-II terhadap pematangan dan aktivasi
sel T.
Ekspresi MHC juga diatur oleh berbagai sitokin. IFN-α, TNF-β dan TNF-γ
kosteroid dan PG. Ekspresi MHC-I pada permukaan sel ditekan oleh infeksi virus
tertentu seperti CMV, HBV, dan adenovirus 12. Dalam beberapa hal penurunan
nya pada infeksi CMV, protein virus berikatan dengan beta2 mikroglobulin
seperti APC, sel dendritik, makrofag, sel B, sel endotel dan sel epitel timus.
9
sebagai HLA-I. Jenis molekul HLA kedua (HLA-D) ditemukan pada MLC
dengan mengingkubasikan limfosit yang berasal dari dua orang yang berlainan.
Diantara lokus lain yaitu MHC-III yang menyandi protein kelas 2 yang struktur
molekulnya tidak serupa dengan kelas 1 atau kelas 2. Regio kelas terdiri atas
HLA-A, HLA-B dan HLA-C. Regio kelas 2 terdiri atas regio D yang dibagi
Keterangan : Gen MHC manusia yang polymorphic dari locus HLA menjadi molekul
kelas 1 dan 2 terletak di kromosom 61 ditunjukkan sebagai a b dan c masing-masing
menyandi domain polipeptida yang berhubungan dengan invariant mikroglobulin beta.
Gen kelas 2 adalah DP, DQ, dan DR yang masing-masing menyandi rantai individual
rantai a dan b yang berinteraksi dan memberikan tempat ikatan untuk antigen
dipresentasikan.
untuk mengenali antigen asing dan membedakan self dari non self molekul MHC
menunjukkan polimorfisme efek yang sangat tinggi yaitu region tertentu molekul
10
berbeda dari satu orang dengan lainnya kemungkinan dua orang yang tidak
berhubungan akan memiliki alotipe sama pada semua gen yang menjadi molekul
MHC adalah Kompleks H2 . Pada tikus dan kompleks pada manusia. Pada
kedua spesies MHC diatur menjadi beberapa region yang menjadi kelas I warna
merah muda kelas II biru dan kelas III hijau. produk gen kelas I dan II terlihat
dalam gambar dan dianggap sebagai molekul MHC klasik produk dan kelas III
berupa kompetensi TNF alfa beta MHC II terdiri atas II rantai polipeptida yang
11
Molekul MHC 1 terdiri atas dua polipeptida, rantai berat polymorphic dan
disandi di dalam kromosom 15. Molekul MHC-I yang terdiri atas HLA-A, HLA-
B, dan HLA-C yang dapat dikenal sel Tc, pertama kali diketahui berperan pada
penolak antanur. Oleh karna itu molekul MHC-I di sebut pula antigen
Kompleks MHC-II yang terdiri atas HLA-D (DP DO dan DR) menentukan
ekspresi atau antigen permukaan sel-sel imuno kompeten tertentu seperti sel B,
12
monosit, makrofag. APC untuk mengaktifkan sel T. Setiap rantai molekul sel
MHC-II adalah berbeda. Oleh karna itu dimungkinkan adanya perbedaan rantai
MHC-II dapat dibentuk berbagai kombinasi polipeptida. Anak yang mewarisi dua
yang berbeda (4 dari tiap ILA-DR. P dan DO).Namun tidak semua kombinasi
adalah sama karena kombinasi yang satu akan lebih stabil dibanding dengan yang
Kelas 1 Kelas II
berikatan
atau ekstraseluler
koreseptor sel T
Numenklatur
13
Pada manusia HLA-A, HLA-B, HLA-C HLA-DR, HLA-DG,
HLA-DP
MHC di kromosom 6
Keterangan : MHC-III adalah komponen komplemen, TNF, MHC-1 dibagi dalam
3 golongan A,B dan C. Setiap golongan dikontrol oleh lokus gen MHC yang
berbeda dalam kromosom 6.
MHC-III antara lain adalah komponen komplemen (C2, C4), faktor B properdin
atau Bf, TNF dan limfotoksin, bebcrapa jenis enzim. heat shock protein tertentu
tikus dan A, B dan C pada manusia. Gen yang menyandi protein MIC- II (IA, IE,
14
DP,DQ,DR) yang mempresetasikan antigen kesel CD4+ disebu IA dan IE pada
tikus dan DP DQ dan DR pada manusia. Protein kelas II merupakan hasil 2 gen
yang menyandi rantai MHC-a dan rantai MHC-b. Protein MHC-III tertentu
menyandi gen yang terletak dalam regio S, tidak berfungsi dalam presentasi antar
eksogen.
Antigen seperti mikroba, pada umumnya masuk tubuh melalui kulit, epitel
saluran cerna dan napas. Antigen tersebut ditangkap, dimakan, diproses dujadikan
peptida kecil oleh enzim lisosom, dibawa APC ke KGB. Peptida kecil diikat
moleh MHC-II dalam endosom dan ditransfor ke permukaan sel APC untuk
15
Jalur antigen eksogen masuk tubuh
endotel
endosomal/lisosomal
peptida
16
Biologik Imunitas terhadap Antivirus dan antikanker
protein asing
Kompleks antigen seperti sel bakteri atau virus cenderung menenpel dengan baik
dan cepat dimakan. Fusi pseudopodia yang mengitari bahan yang diikat
yang dimakan.
17
Keterangan : Jalur eksogen (endoseom) menyiapkan proses antigen untuk
dipresentasikan ke sel T melalui mekanisme kelas II yang teratur. Model peptida a
dan b yang diproduksi dalam endoplasma retikulum bergabung dan berinterkasi
dengan rantai khusus yang mencegah ikatan peptida dalam kompartemen
intraseluler. Molekul II mengisi kantong ikat peptida dan memfasilitasi jalur rutin
ke kompartemen endosom. Apda akhir ajlur proses eksogen endosom
mengandung MHC II dan rantai invarian bersatu dengan lisoso. Enzim dalam
lisosom manghancurkan rantai invarian yang memungkinkan ikatan MHC II
berikatan dengan peptida.
Antigen yang diproses melalui jalur endogen, akan diikat molekul MHC-1
CD4+ dan CD8+ dapat mengenal antigen hanya bila dipresentasikan melalui
Protein dalam sitosol seperti yang berasal dari virus, dapat diproses
melalui jalur MHC-1. Kompleks protein multipel dalam plasma yang dikenal
retikulum endoplasma untuk berinteraksi dan diikat MHC-1. Bila MHC-1 sudah
18
Presentasi antigen endogen melalui jalur MHC-I
Keterangan : Molekul MHC-1 berinteraksi dengan peptida yang dipecah oleh
proteosom bagian dari kompleks proteolitik seitoplasma besar yang disebut LMP
yang diharapkan dibawa ke endopalsma retikulum kasar (RER) oleh alat tranfor
untuk TAP-1 dan TAP-2 melalui ikatan dengan peptida interaksi antara rantai a
MHC-1 dan 2M yang di stabilakn oleh kompleks dihantarkan ke membran
plasma melalui golgi.
lainnya dapat dijadikan sasaran sel TC. Sel yang ebrubah seperti sel kanker, sel
tua atau alogenik dari transplantasi dapat juga jadi sasaran sel Tc.
19
2.5.3 Jalur Silang
MHC-I.
20
Fenomena silang menggambarkan bahwa antigen yang dimakan yang pada
keadaaan biasa harus diproses melalui jalur eksogen dan presentasi oleh MHC II,
dilakukan melalui jalur endogen dan MHC-1. Proses ini hanya terjadi pada APC
tertentu yang memungkinkan ikatan MHC-1 dengan antigen yang didapat oleh
infeksius. Sel T yang mengepresikan TCR , (reseptor T adalah dimer rantai
atau rantai ) yang bereaksi dengan antigen glikolipid asal bakteri seperti M.
merupakan MHC-1 non klasik. Molekul CD1 pada umumnya diekspresikan pada
21
Keterangan : Superantigen seperti enterotoksin dan toksin 1 satfilokok berperan
dalam sindrom renjatan toksik. Superantigen tidak diproses seperti biasa, tetapi
dapat diikat langsung oleh TCR dan MHC-II yang menimbulkan proliferasi dan
diferensiasi menjadi efektor yang melepas IL-2, TNF- dan IL-1. Karena
sejumlah besar sel T yang memilki domain V dapat mencapai sampai 10% sel T,
maka sejumlah besar sel T dapat diaktifkan superantigen. Hal ini menimbulkan
respons sistemik masif dengan gejala seperti yang ditemukan pada renjatan septik
speerti kerusakan jaringan berat dan gagal organ multipel.
antar sel dan molekul larut intermediet yang dilepas sel-sel tersebut yang
TCR. Interaksi ini mengawali aktivasi sel T yang ditingkatkan oleh interaksi
sitokin yang menajdikan berbagai sel saling berkomunikasi. Antigen peptida yang
dipresentasikan sel melalui jaringan moleh MHC-1 akan menjadi sel sasaran
22
Interaksi antarsel tergantung dari sinyal yang timbul dari kontak TCR dan
MHC (MHC-1 atau MHC-II) serat sinyal larut seperti sitokin dan mediator
lainnya. Kompleks MHC-TCR mutlak diperlukan dalam tahap awal aktivasi sel T.
APC juga perlu memberikan sinyal yang sangat diperlukan sel-sel sebagai bagian
Selanjutnya sel T berkembang menjadi sel subtipe Th1 atau Th2 yang
melepas spektrum sitokin yang mengaktifkan sel T lainnya pada respons selular
atau sitotoksik atau membantu sel B berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
imun.
berbeda sedikit saja, satu atau beberapa asam amino, tetapi perbedaan protein
pada setiap individu agar molekul MHC yang dimilki ada di antaranya
memilki variasi MHC molekul yang sedikit karena lokus gen MHC adalah
23
2. Residu polimorfik dari antigen binding eleft MHC yang menentukan
dalam pengikatan peptida oleh MHC untuk pengenalan antigen kepada sel
polimorfisme akan terjamin bahwa pasti ada antara spesies itu yang
Dengan kata lain, tidaklah mungkin satu patogen bisa menghindari sistem
lain, akiba polimorfisme ini akan ditemukan dalam spesies ada individu
melepaskan diri dari terjangan respon imun. Salah satu caranya adalah
melakukan mutasi pada peptida yang diikat oleh MHC, sehingga tak dapat
mengalahkan respon imun kita karena peptida yang sudah muasi bisa saja
selamat dari MHC yang satu tapi akan diikat lagi oleh MHC lain karena
dihasilkan varian MHC baru seperti yang terjadi pada penderita malaria
yang selamat dari malaria yang mematikan karena mereka memilki HLA-
24
B53. Alel ini sanga umum ditemukan pada penduduk afrika barat yang
Lokus MHC pada lengan pendek kromosom 6 bukan hanya diisi oleh dua
tipe gen polimorfik yaitu gen MHC kelas 1 dan MHC kelas II yang masing-
masing menjadi pembentukan molekul MHC kelas I dan MHC kelas II yang
strukturnya berbeda tetapi homolog, tetapi lokus MHC diisi juga oleh sejumlah
gen yang produknya terlihat di daalm presentasi antigen kepada sel T, terutama
kepada sel NK atau untuk aktivitas imunologis lainnya. HLA-E mengikat sangat
modifer (Qdm) yang baisanya adalah “leader peptides” yang kan didegradasi oleh
enzim untuk dapat diikat oleh MHC kelas 1 (Qa-1 adalah nama HLA-E pada
trikus). Peptida ini dipresentasikan kepada sel NK dengan dampak trejadi inhibisi
sel NK
Presentasi pada sel-sel yang akan jadi anak yang tetanam di uterus ibu,
bukan oleh MHC kelas 1 tetapi oleh HLA-G, sehingga sel-sel anak dari rahim ibu,
dapat selamat dari terjangan sel T ibu karena HLA-G tidak dapat dikenal oleh sel
T CD8. Dengan demikian peptida yang ada dalam sel-sel anak yang dapat
merupakan peptida asing bagi ibu, tidak memicu respon imun ibu. Bahkan HLA-
G dapat berinteraksi dengan sel-T regulator sehingga sel-sel anak terjaga dari
serangan sel T CD8 ibu. Jika sel tidak mempresentasikan peptida sel, maka sel
25
peptida sel (pada ibu) tetap selamat dari terjangan sel NK karena HLA-G dapat
berikatan dengan reseptor inhibisi dari sel NK. Dengan dua karakteristik HLA-G
ini maka anak bisa selamat hidup dalm kandungan ibu tanpa diganggu oleh respon
imun ibu (sel T dan sel NK). HLA-G banyak juga diekspresikan oleh tumor kolon
sebagai bagian dari upaya sel tumor melepaskan diri dari pembunuhan sel NK
Non-classical MHC genes (MHC kelas 1b) yang berada pada lokus MHC
me
mana peptides
(Qdm)
anak
26
CD1 Terbatas Tidak Lipid Mengaktifkan sel T
terhadap lipid
bakteri
NK
HLA-F diekspreSikan oleh banyak macam sel teapi sulit ditemukan pada
permukaan sel kecuali apda monocytes cell line atau pada sel limfosit yang sudah
menjadi sel ganas oleh virus. Ini mungkin bagian dari mekanisme sel tumor
menghindari dari respon imun karena HLA-F, seperti HLA-G dapat juga
mengikat reseptor inhibisi dari sel NK. Semua molekul HLA-E, HLA-F dan
HLA-G memilki struktur yang mirip dengan MHC kelas 1 yaitu memilki juga b2-
MIC-A dan MIC-B adalh protein yang diekspresikan oleh fitroblast dan
sel epitel terutama epitel saluran cerna sebagi akibat karena sel mengalami stress.
Kedua protein ini berperan untuk menimbulkan respon imun innate pada keadaan
dimana sel mengalami stress yang ditandai dengan tidak mampunya lagi
menghasilkan interferon (sel normal jika diserang oleh patogen, misalnya virus,
akan menghasilkan interferon). Jadi, sel sedemikian ini oleh tubuh tidak perlu lagi
dipertahankan dan bisa mati melalui mekanisme yang dimediasi oleh MIC-A dan
MIC-B ini. Kedua protein ini dapat dikenal ileh sel NK, sel T dan beberapa sel T
CD8 karena ketiga sel ini mngepresikan reseptor NKG2D yang mampu berikatan
dengan kedua protein tersebut sehingga sel yang mengepresikan MIC-A dan MIC-
27
B akan dibunuh oleh salah satu dari ketiga sel efektor tersebut. Jadi MIC-A dan
MIC-B ini adalah molekul yang diekspresikan oleh sel yang tidak fungsional lagi,
sehingga harus dieliminasi dari tubuh, yang akan dilaksanakan oleh respon imun.
MHC anatara lain CD1 dan ULBPs yang masing-masing menyandi sintesis
protein CDI dan ULBPs. Protein CD1 diekspresikan oleh sel dendrit dan monosit
yang terbagi atas dua kelompok dengan fungsi berbeda. Kelompok 1 terdiri dari
atas CD1a, CD1b dan CD1c berfungsi mengikat derivat asal mikroba seperti
membran mikobakteriu. Kelompok 2 terdiri ats CD1d dan CD1e mengikat self
lipid seperi spingolipid dan diasigliserol, CD1 ini mempresentasikan lipid keapda
sel T yang TCR nya bisa mengenal lipid dan sel T ini bukan memilki CD4 atau
CD8. Sedangkan ULBPs berperan dalam memicu aktivasi sel NK, karena seperti
MIC-A dan MIC-B, protein ini dapat berikatan dengan reseptor aktivasi NKG2D
Berbeda dengan TCR yang mengikat satu antigen dengan spesifisitas yang
sangat ketat sehingga membentuk ikatan kovalen, satu molekul MHC dapat
mengikat antigen dengan variasi yang luas (tidak spesifik). Ikatan antara peptide
dengan pepetida binding cleft MHC bukanlah ikatan kovalen tetapi ikatan yang
1. Ukuran peptide harus cocok dengan ukuran peptide binding cleft MHC,
biasanya berkisar panjang 8-10 peptida untuk MHC kelas 1 dan 10-30
28
2. Ikatan peptide pada cleft MHC yang polimorf dengan residu peptide yang
residu peptide yang menjangkar pada cleft ini disebut sequence motif
kemampuan suatu spesies berspon terhadap variasi yang luas antigen telah
Gambar 1. Pembuatan peptida pada molekul MHC. Model skematis pembuatan peptida pada
peptida binding cleft MHC dimana ada bagian peptida yang menjangkar pada "kantong" dari
cleft MHC agar ikatan stabil. presentasi peptida pada sel T melalui kontak langsung yang
dimungkinkan oleh pengenalan spesifik TCR terhadap kompleks bagian polimorfik MHC dengan
peptida
Bagian peptide yang tidak masuk kedalam cleft MHC akan menjadi
bagian peptide yang dikenal oleh TCR sehingga terjadi ikatan kovalen antara
pengenalan (spesifitas) TCR terhadap peptide sehingga yang dikenal oleh TCR
29
Molekul MHC tidak sama dengan TCR atau BCR yang terpajang dulu
pada permukaan sel T atau sel B kemudian mengikat antigen. Molekul MHC
sudah memuat peptide di dalam sel baru dibawa kepermukaan sel untuk dipajang,
dengan kata lain peptide binding cleft terisi peptide di dalam sel. Peptide itu bias
berasal dari produk gen virus yang menginfeksi sel, bias berasal dari mikroba
yang ada dalam sitosol (mikroba intraseluler) atau dari mikroba yang ada dalam
fagosom karena fagositosis. Peptide yang berasal dari fagolisosom akan diikat
oleh MHC kelas II sedangkan peptide yang berasal dari sitosol akan diikat oleh
MHC kelas I.
Peptide yang diikat oleh molekul MHC bias juga berasal dari produk
normal sel yang ada dalam sitosol sehingga molekul MHC tidak membedakan
antara produk asing dan produk self jadi tugas membedakan antigen self dan asing
ada kompetesi sel T bukan pada MHC. Bahkan MHC memang harus memajang
produk normal yang akan menjadi tanda bagi sel NK bahwa sel itu tak boleh
lain yaitu TCR, berarti bagian peptide yang dipegang oleh MHC tidak dapat
dipegang oleh TCR. Dari analog ini dapat dipahami bahwa yang dapat dikenal
dan diikat oleh TCR adalah peptide yang tidak diikat oleh molekul MHC. Jika ada
diantara sel T yang mengenal residu peptide itu karena sesuai dengan spesifisitas
TCR nya, barulah bias terjadi kontak langsung antara sel yang mempresentasikan
antigen dengan sel T. Kontak langsung ini bias terjadi karena sel T mengikat
MHC dan sekaligus mengikat juga MHC (self) dengan menggunakan koresptor
30
CD4 atau CD8 yang disebut MHC retriction dari sel T. Kembali pertumpuan
dan tangan yang menerima (TCR) memegang potongan peptida sisa dari yang
dipengang oleh MHC, kemudian CD4 atau CD8 memegang “tangan” MHC agar
permukaan sel yang bisa dikenal oleh sel T. Sebagai contoh adalah APC yang
sekitar 100 kompleks yang diresponsi oleh sel T, diperkirakan dibawah 0,1% dari
total estimasi kompleks peptide asing-MHC yang ada. Hal ini dapat dipahami
dengan TCR atau BCR tetapi hanyalah ikatan yang dimediasi oleh residu yang
ada pada molekul peptide MHC merupakan ikatan saturabel (dapat lepas) tetapi
dalam waktu yang lama dengan half life bisa berjam-jam sampai berhari-hari.Half
life yang panjang ini sangat penting agar tersedia waktu cukup untuk sel T yang
TCR-nya spesifik dengan peptide yang dipajang Itu untuk menemukan dan
31
2.9 Pemrosesan Untuk Presentasi Antigen Protein
aslinya menjadi petida- peptide kecil dengan ukurn sesuai ukuran peptide binding
mendegrdasi pathogen. Enzim itu bisa berada dalam fagosom yang berasa; dari
penyatuannya dengan lisosom (enzim lisozim) atau enzim yang ada pada sitosol
1. Virus atau mikroba intra seluler lain yang menginfeksi sel bersangkutan
3. Produk dari gen yang mengalami mutasi seerti pada sel tumor (antigen
tumor)
dengan panjang rsidu yang sesuai dengan ukuran cleft MHC. Sebenarnya
sitosol dan inti sel dari protein yang rusak atau protein yang tak sempurna
Antigen yang sudah berbentuk peptide di transfer dari sitosol masuk ke retikulum
32
endoplasmic (ER) dimana MHC diproduksi. Transfer ini bia terjadi karena danya
Gambar 7.5 Peran MHC pada pemroresan dan presentasi asal sitosol (The cytosolic Clas
I pathway).Antigen protein diproses dalam sitosol oleh enzim proteisom menjadi peptida.
Peptida ditransfer masuk ER oleh TAP (semacam pintu pada membran ER). Peptida berikatan
dengan MHC kelas I karena peran rapasin yang memfiksasi MHC kelas I pada TAP sehingga
peptida berada disamping TAP(tidak berikatan dengan MHC kelas II yang juga ada dalam
ER). Peptida kemudian mengalami pemotongan halus oleh ERAP agar bisa termuat dalam
cleft. Setelah peptida termuat dalam cleft maka ikatan peptida MHC kemudian dipindahkan
ke Golgi untuk selanjutnya dipajang(presentasi) di permukaan sel untuk dikenal oleh CTL.
(ER;Endoplasmic Reticulum,CTL;Cytotoxic T Cell, TAP; Transporter Associated with
Antigen Proscessing, ERAP;Endoplasmic Reticulum-amino peptide)
MHC kelas I dan MHC kelas II tetapi peptide dari sitosol ini hanya dapat
berikatan dengan MHC kelas I, tidak dengan MHC kelas II tetapi peptide dari
sitosol ini terjadi karena MHC kelas I yang menjemput dekat TAP, dimana MHC
kelas I diikat dengan TAP oleh tapasin dan cleft MHC kelas II Dallam ER tertutup
sehingga tidak bisa diisi oleh peptide yang masuk kedalam ER.
Pemuatan peptid kedalam cleft MHC kelas I masih memerlukan satu proses
lagi yaitu pemotongan halus peptide agar bisa termuat dalam cleft, ini dilakukan
setelah cleft MHC kelas I berisi peptid maka afinitasnya terhadap tapisan hilang
33
dan MHC kelas I terlepas dari ikatan dengan TAP sehingga kompleks peptide-
MHC kelas I ini dapat meninggalkan ER masuk kedalam golgi selanjtnya masuk
ke exocytic vacuola untuk dipajang di luar sel agar dapat dilihat/dikenal oleh sel T
CD8 MHC yang tidak berikatan dengan peptid tidak dapat masuk ke badan golgi
pemajangan peptide oleh MHC kelas I ini memanfaatkan protein menjadi peptide
merupakan proses normal yang Terjadi pada setiap sel (peran proteosom). Semua
sel (kecuali yang tak berinti karena tak dapat membuat molekul MHC) dapat
3. Internalisasi membran protein yang berasal dari sitosol masuk kembali kedalam
endosom.
4. Protein produk virus yang ada pada sitosol bisa masuk kedalam endosom
autophagosomes.
(kantong) fagolisosom (antigen tidak berada dalam sitosol sel). Pemuatan peptida
ke celft MHC kelas II tidak terjadi di ER seperti pada MHC kelas I, cleft MHC
34
kelas II malah ditutup sewaktu masih berada di ER. Molekul MHC kelas II (yang
belum memuat peptida) akan keluar juga dari ER masuk ke Golgi dan selanjutnya
masuk ke exocytic vacuole, tapi dari sini belum keluar ke permukaan sel seperti
fagolisosom (endosom) untuk bertemu dengan peptida, disinilah baru tutup MHC
kelas II dibuka dan peptida baru masuk atau berikatan dengan cleft MHC kelas II.
Keluar dipajang di permukaan sel untuk dikenal oleh sel T CD4. Oleh karena
antigen ekstraseluler maka hanya sel yang mampu melakukan endositosis antigen
yang dapat melakukan presentasi antigen menggunakan molekul MHC kelas II,
didalamnya sel dendritik, sel makrofag mononuklear, sel B, sel epitel timus dan
sel endotel.
Molekul MHC kelas II memang dibua juga di ER sama seperti MHC kelas
I, tetapi cleft MHC kelas II ditutup oleh satu protein bernama Invariant chain (li)
sehingga tidak bisa terisi peptida selama dalam ER demikian juga dalam
1. Degradasi invariant chain oleh enzim proteolitik yang ada dalam endosom
seperti katepsin menyisakan satu bagian yang disebut CLIP (Class II associated
2. CLIP dibuka oleh suatu protein yang disebut HLA-DM sehingga terbukalah
cleft untuk diisi peptida. (Ibarat HLA-DM ini seperti "tang" yang punya juga cleft
35
untuk mengikat CLIP yang seperti tutup botol agar bisa ditarik keluar dari cleft
MHC kela II). Oleh karena HLA-DM hanya boleh membuka penutup cleft MHC
chain oleh enzim yang ada di endosom, HLA-DM tak dapat mengikat invariant
Gambar 7-6 Peran MHC pada pemrosesan dan presentasi antigen asal ekstraseluler (The endocytic Class
II pathway) Mikroba ekstraseluler yang difagositosis berada dalam fagosom. Lisosom yang mengandung enzim
lisozim (proteolytic enzymes) menyatu dengan fagosom membentuk fagolisosom. Lisozim mendegredasi
antigen proteinmemjadi peptida. Molekul MHC kelas II dibuat di ER bersama dengan MHC kelas II(tidak
terlihat pada gambar). Agar cleft MHC tak terisi oeleh peptida asal sitosol yang masuk ke ER maka cleft MHC
kelas II ditutup dnegan CLIP dan Ij. Molekul MHC kelas II kemudian meninggalkan ER menuju
fagolisososm(endosom) untuk dimuati peptida.Sebelum memuati peptida, terlebuh dahulu penutup cleft dibuka,
didegradasi oleh enzim katepsin (lisozim) dan CLI dicabut menggunakan HLA-DM. Setelah peptida termuat
dalam cleft maka ikatan peptida-MHC kemudian dipindahkan ke Golgi(tidak terdapat pada gambar) untuk
selanjutnya dipajang(presentasi) dipermukaan sel untuk dikenal oleh sel T helper naif. Actived helper T cell
akan memicu makrofag dann sel B melalui kontak langsung dan pemberian sitokin untuk mengeliminasi
mikroba ekstraseluler. (CLIP;ii-asociated inavariant chain peptide,Ij;Invariant chain, APC; Antigen Presenting
Cell)
36
Khusus pada sel dindritik, peptida yang ada dalam endosom dapat
mempresentasikan peptida asal endosom kepada sel T CD4 dan MHC kelas I yang
mempresentasikan peptida asal dari sitosol kepada sel T CD8. Presentasi silang
seperti ini diberi nama eross-presentation yang bertujuan untuk memulai picuan
dikemukakan bahwa molekul MHC menentukan subset mana dari sel T yang
berespon. Jika MHC kelas I yang mempresentasikan antigen asal sitosol maka
akan memicu respon subset sel T CD8 sedangkan jika MHC kelas II yang
mempresentasikan antigen asal endosom akan memicu respon subset sel T CD4,
yang berada pada keduanya yaitu endosom dan sitosol akan dipresentasikan oleh
kedua MHC dan akan memicu kedua subset sel T juga (cross-priming). Tetapi ini
mekanisme dan sel pelaku yang lain. Presentasi non protein antigen (karbohidrat
dan lemak) tidak menggunakan MHC kelas I atau MHC kelas II yang biasa
disebut MHC klasik. Molekul yang digunakan biasa disebut class I like molecule
atau nonclssical MHC atau disebut juga MHC 1b. misalnya molekul CD1 untuk
presentasi ipid. Sedangkan subset sel T yang terlibat adalah sel NKT dan sel Tδ.
37
Gambar 7-7. Peran MHC pada presentasi antigen (peptida) asal mikroba
ekstraseluler dan intraseluler. APC memfagositosis dan memproses mikroba dalam
fagolisosom untuk mendapatkan peptida yang akan dipresentasikan kepada sel Th untuk
mengaktifkan sel TH(seperti pada mikroba ekstraseluler), mikroba intraseluler akan
memasuki sitosol sel dan sicerna oleh enzim proteosom untuk menghasilkan peptida.
Peptida mikroba selanjutnya dipresentasikan ke Cytotoxic T Lympohocytes (CTL)
menggunakan MHC kelas I untuk mengaktifkan CTL. CTL yang sudah aktif mencari dan
menemukan sel terinfeksi karena sel terinfeksi mempresentasikan juga peptida mkkroba
yang sama dengan menggunakan MHC kelas I. Sel terinfeksi dibunuh oleh CTL dan lisis
sehingga mikroba tereliminasi. Eliminasi mikroba kembali berada ekstraseluler. Presentasi
peptida mikroba oleh APC kepada sel Th dan CTL disebut cross-presentation(cross-
priming)
dapat berisiko terhadap timbulnya penyakit tertentu. Individu dnegan alel HLA-
penyakit itu. Penyakit inflamasi lain seperti artritis reumatoid khas membawa alel
HLA-DR4.
38
39
Hubungan antara HLA dan penyakit tidak hanya terbatas pada predisposis,
ditemukan pada penderita seroposif HIV yang menunjukkan periode lama dan
HLA dan penyakit dapat digunakan untuk menentukan individu dengan risiko
dalam hipotesis ini virus merupakan penyebab penyakit. Reaksi autoimun dapat
40
terjadi oleh kemiripan molekul. Hipotesis ini ditunjang dari hasil observasi bahwa
rangkaian 5 asam amino yang identik dengan rangkaian pada HLA-B27. Apakah
disampaikan diatas. Dalam hipotesis ini, penyakit terjadi bila sistem imun toleran
terhadap epitop patogen, oleh karena epitop menyerupai yang ada pada alel
berhubunagnd engan molekul MHC. Diduga penyakit terajdi oleh karena alel lain
dari MHC khusus itu, Misalnya semua alel HLA, kecuali HLA-b8, dapat
mengikat peptdia khusus dan tidak akan memberikan respons terhadap peptida
antigen itu. Gen yang menimbulkan penyakit berhubungan dengan alel MHC
diramalkan bahwa hal yang terajdi pada frekuensi tinggi adlah secara kebetulan.
41
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
-MHC adalah regio genetik yang luas, menyandi molekul MHC-I dan
atas lebih 250 ale MHC, menyandi molekul I dan II yang berfungsi dalam
presentasi antigen ke sel T dan molekul kelas III dnegan berbagai fungsi
unit tertentu dari orang tua. Unit-unit yang berhubunagn disebut hsplotik
42
DAFTAR PUSTAKA
43